Perilaku Stikcy Cost Pada Biaya Produksi Dan Non Produksi
Perilaku Stikcy Cost Pada Biaya Produksi Dan Non Produksi
2
Suci Riskia Vonna*1, Rulfah M. Daud*
1,2,3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
e-mail: suciriskiavonna@gmail.com suciriskiavonna@gmail.com*1, rulfahm.daud@yahoo.co.id*2
Abstract
The aim of this research is to investigate whether there is any indication of sticky cost behavior on the
production and non-production costs. The cost stickiness can be indicated by response costs of production and non-
production costs to changes in net sales. This study is an empirical study using multiple linear regression analysis.
The samples of this study are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2014.
Samples are taken by simple random sampling method. Total sample of companies used are 57 companies.
The research results provide of sticky cost behavior indication on production and non-production costs in
Indonesian manufacturing company. With the result of this study, non-production costs are sticky but production
costs are not sticky.
sumber daya terhadap permintaan output yang bersifat melakukan penelitian untuk melihat indikasi perilaku
fluktuatif. Permintaan yang fluktuatif menyebabkan sticky cost pada biaya produksi maupun non-produksi
sejumlah sumber daya tidak terpakai, misalnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
karyawan yang menganggur (Anderson et al., 2003). Efek Indonesia periode 2011-2014.
Sumber daya yang tak terpakai tersebut akan tetap Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
membuat biaya tinggi walaupun terjadi penurunan berguna sebagai referensi bagi manajer perusahaan
aktivitas dan akan menyebabkan timbulnya perilaku tentang perilaku sticky cost yang dapat mempengaruhi
sticky cost. Perilaku sticky cost ini dapat membawa laba perusahaan dan juga bagi pengembangan ilmu
dampak buruk bagi perusahaan dimana semakin tinggi pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan
tingkatan perilaku sticky cost di perusahaan maka masukan juga referensi untuk pengembangan
perusahaan tersebut akan semakin sulit mencapai laba penelitian selanjutnya tentang perilaku sticky cost.
(Weiss, 2010).
Penelitian tentang sticky cost sudah dilakukan 2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan
di berbagai negara dan berbagai sektor industri. Hipotesis
Serdaneh (2014) mencoba menginvestigasi perilaku
Sticky Cost
sticky cost di Negara Jordania pada perusahaan
Dalam akuntansi biaya disebutkan bahwa
manufaktur dan menemukan indikasi perilaku sticky
biaya dan volume aktivitas memiliki hubungan yang
cost pada selling, general and administrative costs
simetris. Akan tetapi, Serdaneh (2014) menemukan
sementara perilaku anti-sticky pada harga pokok
perilaku biaya yang asimetris dimana terdapat biaya
penjualan. Haihong He (2014) juga menemukan
yang cenderung kaku ketika terjadi perubahan
indikasi perilaku sticky cost pada Selling, General
aktivitas. Perilaku ini muncul karena terdapat
and Administrative costs selama periode resesi di Los
beberapa biaya yang tidak sepenuhnya sebanding
Angeles, United States terkait reaksi perubahan biaya
dengan perubahan aktivitasnya. Biaya ini dikenal
terhadap perubahan pendapatan penjualan.
sebagai sticky cost. Indikasi perilaku sticky cost akan
Anderson et al., (2003) juga menemukan
terlihat pada perubahan biaya yang tidak proporsional
adanya indikasi perilaku sticky cost pada Selling,
saat aktivitas penjualan meningkat dan menurun
General and Administrative costs (SG&A).
(Ratnawati dan Nugrahanti, 2015).
Perusahaan yang telah diteliti rata-rata memiiki
Menurut Balakrishnan dan Gruca (2008),
kenaikan 0,55 persen pada selling, general and
biaya dikatakan sticky jika kenaikan volume aktivitas
administrative costs ketika terjadi 1 persen kenaikan
perusahaan diikuti dengan kenaikan biaya, tetapi
penjualan, namun ketika terjadi penurunan 1 persen
penurunan volume aktivitas tidak diikuti dengan
penjualan, Selling, General and Administrative costs
penurunan biaya. Sticky cost dapat muncul karena
hanya turun sebesar 0,35 persen.
pertama,ketidakseimbangan penyesuaian sumberdaya.
Pada akhir penelitian, Anderson et al., (2003)
Kedua, manajer cenderung memilih tetap
menyarankan agar peneliti melakukan penelitian
mempertahankan sumberdaya tak terpakai daripada
terhadap komponen-komponen biaya selain selling,
melakukan pengurangan sumber daya ketika aktivitas
general and administrative costs dimasa yang akan
menurun (Windyastuti dan Biyanto, 2005). Keputusan
datang. Peneliti sebelumnya juga sudah banyak yang
manajer untuk tetap memakai sumberdaya tak terpakai
melakukan penelitian mengenai perilaku sticky cost
tersebut dapat menyebabkan biaya yang tetap tinggi
biaya non-produksi pada selling, general and
walaupun terjadi penurunan aktivitas perusahaan.
administrative costs dan masih jarang yang melakukan
Anderson et al., (2003) menjelaskan dua hal
penelitian mengenai perilaku sticky cost pada biaya
yang mempengaruhi keputusan manajer yaitu biaya
produksi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis
penyesuaian dan perkiraan terhadap permintaan
mencoba menindak lanjuti penelitian dari Anderson et
sumberdaya di masa yang akan datang. Biaya
al., (2003) dan ingin mengembangkan penelitian-
penyesuaian mencakup biaya kontrak, rekruitmen,
penelitian sebelumnya dimana penulis akan
121
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
pelatihan karyawan dan biaya moral (morale cost) dari siap untuk dijual (Mulyadi, 2000:14), sedangkan
penghentian karyawan. Perkiraan terhadap permintaan menurut Sutrisno (2001:3) biaya produksi adalah
sumberdaya di masa yang akan datang dapat biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku
berpengaruh pada trade-off antara slack kapasitas dan menjadi produk selesai. Biaya ini dikeluarkan oleh
incurring cost guna menyesuaikan dengan kapasitas departemen produksi yang terdiri dari biaya bahan
yang tersedia. Dari dua faktor tersebut, biaya baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
penyesuaian merupakan faktor yang paling pabrik.
mempengaruhi perilaku sticky cost. Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat
Beberapa penelitian sebelumnya telah disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan
membahas tentang perkembangan mengenai perilaku pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mengolah
sticky cost terkait dengan keputusan manajer. bahan baku guna menghasilkan produk jadi yang
Yasukata dan Kajiwara (2011) telah mendapatkan bernilai jual. Dalam komponen biaya produksi, bahan
bahwa biaya akan menjadi sticky ketika manajer baku langsung dapat digolongkan kedalam kelompok
berfikir penjualan akan naik dimasa yang akan datang. biaya utama (prime cost), upah pekerja langsung dan
Ketika manajer berfikir penjualan akan naik dimasa biaya overhead pabrik digabungkan kedalam biaya
yang akan datang, maka manajer akan tetap konversi (conversion cost) yang mencerminkan biaya
mempertahankan sumberdaya yang tidak digunakan pengubahan bahan langsung menjadi produk jadi.
pada periode saat ini untuk menggunakan sumberdaya Menurut Garrison et al., (2013:26) biaya
tersebut pada kenaikan penjualan dimasa yang akan produksi dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu
datang walaupun penjualan saat ini sedang menurun biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung,
sehingga sumberdaya yang tidak terpakai tersebut dan biaya overhead pabrik. Adapun penjelasan
berdampak negatif terhadap laba perusahaan pada tentang unsur-unsur biaya produksi adalah sebagai
periode tersebut. berikut:
Yasukata dan Kajiwara (2011) juga
menjelaskan bahwa stickiness cost akan semakin Biaya bahan langsung
besar ketika manajer semakin optimis terhadap Bahan langsung merupakan bahan yang
kenaikan penjualan di masa yang akan datang digunakan untuk menghasilkan produk jadi.
Sebenarnya, bahan baku berkaitan dengan semua jenis
tersebut. Ketika manajer dihadapkan oleh insentif bahan yang digunakan dalam pembuatan produk jadi,
untuk menghindari kerugian atau penurunan laba, dan produk jadi suatu perusahaan dapat menjadi
maka manajer akan mempercepat penyesuaian bahan baku di perusahaan lainnya. Biaya bahan
penurunan sumberdaya yang tak terpakai saat langsung terbagi menjadi dua, yaitu bahan baku
penjualan mengalami penurunan. Manajer dengan langsung (direct material) dan bahan baku tidak
sengaja memutuskan untuk mengurangi besarnya langsung (indirect material).
stickiness daripada menahan sumberdaya yang tak
terpakai tersebut yang akan menimbulkan stickiness Tenaga kerja langsung
cost (Kama dan Weiss, 2012). Pada penelitian Menurut Soemarso (2004:271), biaya tenaga
sebelumnya juga ditemukan bahwa biaya pada unit- kerja langsung adalah biaya untuk tenaga kerja
unit yang terkait langsung dengan kegiatan utama langsung yang menangani secara langsung proses
perusahaan adalah lebih sticky dibandingkan dengan produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung
biaya pada unit pendukung (Balakrishnan dan Gruca, dengan barang jadi. Tenaga kerja langsung (direct
2008). labor) meliputi biaya tenaga kerja yang dapat
ditelusuri dengan mudah ke masing-masing unit
Biaya produksi produk. Tenaga kerja langsung kadang disebut juga
Biaya produksi adalah biaya yang terjadi tenaga kerja manual (touch labor) karena tenaga kerja
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
122
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
langsung melakukan kerja tangan atas produk pada perusahaan dimana biaya non-produksi akan
saat produksi. mengalami kenaikan saat aktivitas perusahaan
Tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri ke bertambah, tetapi tidak akan banyak berkurang pada
produk tertentu karena rumit dan memakan biaya saat aktivitas perusahaan menurun (Garrison et al.,
disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor). 2013:27). Menurut Garrison et al., (2013:27), biaya
Seperti halnya biaya bahan baku tidak langsung, non-produksi dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
tenaga kerja tidak langsung juga dimasukkan ke dalam
biaya overhead pabrik (Garrison et al., 2013:26). Biaya penjualan
Biaya penjualan (selling costs) mencakup
Overhead pabrik semua biaya yang diperlukan untuk menangani
Menurut Munandar (2002:25), biaya overhead pesanan pelanggan. Biaya-biaya tersebut terkadang
pabrik (factory overhead) adalah semua biaya yang disebut pemerolehan pesanan (order-getting) dan
terdapat serta terjadi di dalam lingkungan pabrik, pemenuhan pesanan (order-filling). Contohnya adalah
tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan biaya iklan, biaya pengiriman, biaya perjalanan dalam
kegiatan proses produksi, yaitu proses pengubahan rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian
bahan mentah menjadi barang jadi yang akan dijual. penjualan, dan biaya gudang penyimpanan barang
Overhead pabrik (manufacturing overhead) jadi.
merupakan elemen kerja dari biaya produksi yang
mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk Biaya administrasi dan umum
dalam bahan baku langsung dan tenaga kerja Biaya administrasi (administrative costs)
langsung. Perusahaan juga mengeluarkan biaya listrik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan
dan gas, pajak properti, asuransi, penyusutan dan lain- manajemen umum organisasi, bukan berhubungan
lainnya yang berkaitan dengan fungsi penjualan dan dengan produksi atau penjualan. Contohnya adalah
administrasi. Akan tetapi, biaya-biaya tersebut tidak gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan,
termasuk dalam overhead pabrik. Hanya biaya yang humas, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan
berhubungan dengan operasi pabrik yang termasuk administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
kedalam overhead pabrik. Ada beberapa nama lain Biaya non-produksi sering juga disebut biaya
untuk overhead pabrik, yaitu biaya produksi tidak penjualan, umum, dan administrasi (selling, general,
langsung, factory overhead, dan factory burden and administrative costs). Pada saat terjadi
(Garrison et al., 2013: 27). ketidakpastian tentang permintaan output di masa
Oleh karena sifat biaya produksi yang terkait yang akan datang, perusahaan harus melakukan
secara langsung dengan kegiatan utama perusahaan, penyesuaian biaya dengan mengurangi jumlah
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya sumberdaya dalam bidang pemasaran, administrasi
overhead pabrik akan bertambah bila aktivitas dan umum walaupun aktivitas perusahaan sedang
perusahaan mengalami kenaikan dan biaya akan mengalami penurunan guna meminimalisir biaya non-
menurun ketika aktivitas perusahaan mengalami produksi.
penurunan. Apabila terjadi penurunan permintaan
Stickiness pada biaya produksi
output, maka volume aktivitas perusahaan berkurang.
Perilaku biaya sangat bergantung pada
Manajer dapat menyesuaikan kebutuhan bahan baku,
keputusan manajer dalam membuat keputusan akan
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik sesuai
permintaan di masa akan datang yang bersifat
dengan volume aktivitas perusahaan (Windyastuti,
fluktuatif. Saat terjadinya kenaikan permintaan, maka
2010).
pada aktivitas perusahaan, biaya produksi perusahaan
Biaya Non-Produksi juga akan bertambah. Sebaliknya, apabila terjadi
Biaya non-produksi adalah biaya yang tidak penurunan permintaan output maka volume aktivitas
berhubungan langsung dengan kegiatan utama akan berkurang.
123
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
adalah perpaduan cross sectional dan time series yang sebagai proksi bagi biaya produksi. Biaya penjualan,
dikenal dengan pooled data atau panel data, yaitu tipe administrasi dan umum digunakan sebagai proksi
studi satu tahap yang datanya berupa sekelompok biaya non-produksi. Sementara untuk data volume
subjek dalam beberapa periode waktu. aktivitas diproksi dengan penjualan bersih.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
Populasi dan Sampel Penelitian dilakukan dengan teknik dokumentasi dan teknik
Populasi adalah sebuah wilayah generalisasi loading internet. Teknik dokumentasi adalah teknik
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai pengumpulan data dengan cara meminta data yang
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan telah ada sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik dengan cara mempelajari, meneliti, dan menelaah
kesimpulan (Sugiyono, 2002:55). Populasi yang laporan keuangan yang menjadi populasi dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penelitian ini, sedangkan teknik loading internet
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek adalah pengumpulan data dengan cara mengunduh
Indonesia dengan tahun pengamatan periode 2011- laporan keuangan yang terdapat pada situs Bursa Efek
2014. Indonesia.
Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini
dilakukan melalui metode simple random sampling. Definisi Operasionalisasi Variabel
Sudarmanto (2013:49) menjelaskan bahwa simple Biaya produksi
random sampling merupakan teknik pengambilan Menurut Hansen dan Mowen (2006:53), biaya
sampel penelitian dari populasi yang dilakukan secara produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan
acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih produksi didapat dari total biaya bahan baku langsung,
menjadi sampel penelitian. biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
Berdasarkan perhitungan sampel pabrik. Variabel penelitian biaya produksi dalam
menggunakan rumus slovin, maka didapat sampel penelitian ini diproksi dengan total beban produksi
minimal adalah sebanyak 57 perusahaan. Periode (total production cost) pada perusahaan.
pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2011-
2014 dan dilakukan perbandingan per dua tahun Biaya non-produksi
antara tahun t dengan tahun t-1, sehingga jumlah Biaya non-produksi adalah biaya yang
observasi penelitian adalah sebanyak 228 sampel berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan,
penelitian. penjualan, distribusi, layanan pelanggan, dan
administrasi umum (Hansen dan Mowen, 2006: 54).
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, biaya penjualan, administrasi
Sumber data yang digunakan dalam penelitian dan umum digunakan sebagai proksi bagi biaya non-
ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan produksi.
data yang dapat diperoleh dari internal dan eksternal
organisasi, penelusuran dokumen, atau publikasi Volume Aktivitas
informasi (Sekaran, 2007:65). Sumber data dalam Volume aktivitas dalam penelitian ini
penelitian ini diperoleh melalui www.idx.co.id berupa diproksikan dengan penjualan bersih dikarenakan data
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit secara penjualan bersih dapat mencerminkan seberapa besar
berturut-turut periode 2011-2014. volume aktivitas pada perusahaan. Penjualan bersih
Data dalam penelitian ini terdapat dalam didapat dari penjualan kotor dikurangi retur penjualan
laporan keuangan perusahaan periode 2011-2014, dan diskon penjualan. Menurut Soemarso (1999:124),
yaitu data biaya produksi, biaya penjualan, penjualan bersih (net sales) adalah penjualan
administrasi dan umum, dan volume aktivitas. Data dikurangi dengan pengembalian, pengurangan harga,
beban produksi (total production cost) dipergunakan
125
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
biaya transpor yang dibayar untuk langganan dan yang dikembangkan oleh (Anderson, 2003) sebagai
potongan penjualan yang diambil. berikut:
Penulis juga menggunakan variabel dummy
untuk menggambarkan kenaikan dan penurunan pada Persamaan 1:
volume aktivitas yang diproksikan dengan penjualan Log [BPi,t/BPi,t-1] = β0 + β1 log [Salesi,t/Salesi,t-1] + β2 *
bersih. Variabel dummy akan bernilai 1 bila terjadi DECRDUMi,t * log [Salesi,t/Salesi,t-1] + i,t ...(1)
penurunan penjualan bersih antara periode t dan t-1, Keterangan:
sedangkan akan bernilai 0 bila terjadi kenaikan BPi,t : Biaya Produksi perusahaan i pada
penjualan bersih antara periode t dan t-1. periode t
BPi,t-1 : Biaya Produksi perusahaan i pada
Metode Analisis
periode t-1
Statistik Deskriptif
Salesi,t : Penjualan bersih perusahaan i
Statistik deskriptif digunakan untuk
pada periode t
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian
Salesi,t-1 : Penjualan bersih perusahaan i
ini. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan
pada periode t-1
untuk menggambarkan perubahan penjualan bersih,
DECRDUM : Variabel Dummy (bernilai 1 bila
biaya produksi juga biaya penjualan, administrasi dan
penjualan bersih turun antara
umum dari tahun 2010-2011, 2011-2012, 2012-2013,
periode t dan t-1, serta bernilai 0 bila
2013-2014.
sebaliknya).
Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi adalah suatu metode analisis statistik Jika biaya produksi adalah sticky, variasi
yang digunakan untuk menguji pengaruh satu atau biaya produksi dengan penjualan bersih bertambah
lebih variabel independen terhadap variabel dependen. harus lebih besar daripada ketika penjualan bersih
Menurut Ghozali (2011:6), analisis regresi adalah menurun. Koefisien β1 mengukur persentase kenaikan
usaha menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara biaya produksi terhadap kenaikan penjualan bersih
satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel sebesar 1 persen. Sedangkan penjumlahan koefisien β 1
terikat. Hubungan variabel tersebut bersifat fungsional + β2 mengukur persentase penurunan biaya produksi
terhadap penurunan penjualan bersih sebesar 1 persen.
yang berbentuk model matematis. Menurut Ghozali
(2011:7), pada analisis regresi, variabel dibedakan Persamaan 2:
menjadi dua bagian, yaitu variabel respon (response Log [PA&Ui,t/PA&Ui,t-1] = β0 + β1 log [Salesi,t/Salesi,t-
variable) atau variabel bergantung (dependent 1] + β2 * DECRDUMi,t * log [Salesi,t/Salesi,t-1] + i,t
490.032.175.438 dengan jumlah persentase sampel 81% perusahaan dan perusahaan yang mengalami
perusahaan yang mengalami peningkatan dan penurunan sebanyak 19%. Kemudian pada tahun
penurunan sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 2012-2013 rata-rata perubahan penjualan bersih juga
sebanyak 74% perusahaan yang mengalami kenaikan menurun dari tahun sebelumnya menjadi Rp.
biaya produksi dan 26% yang mengalami penurunan. 1.034.144.491.228, tetapi jumlah sampel perusahaan
Rata-rata perubahan biaya penjualan, yang mengalami kenaikan dan penurunan penjualan
administrasi dan umum pada tahun 2010-2011 adalah bersih pada tahun 2012-2013 sama jumlahnya dengan
Rp. 98.963.719.298, dan persentase perusahaan yang tahun sebelumnya yaitu 81% perusahaan yang
mengalami kenaikan biaya penjualan, administrasi dan mengalami kenaikan penjualan bersih dan 19% yang
umum pada tahun 2010-2011 adalah sebanyak 89% mengalami penurunan. Rata-rata perubahan penjualan
dan hanya 9% perusahaan yang mengalamni bersih kembali menurun pada tahun 2013-2014
penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum menjadi Rp. 986.353.403.508 dengan jumlah sampel
pada tahun 2010-2011. Pada tahun 2011-2012, rata- perusahaan yang mengalami kenaikan penjualan
rata perubahan biaya penjualan, administrasi dan bersih pada tahun 2013-2014 ikut menurun dari tahun
umum mengalami peningkatan menjadi Rp. sebelumnya yaitu sebanyak 75% perusahaan yang
135.892.456.140, perusahaan yang mengalami mengalami kenaikan penjualan bersih dan 25%
kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum perusahaan yang mengalami penurunan penjualan
menurun menjadi 88%, sedangkan perusahaan yang bersih.
mengalami penurunan biaya penjualan, administrasi Pada tahun 2010-2011, perusahaan yang
dan umum pada tahun 2011-2012 meningkat menjadi mengalami penurunan penjualan bersih sebanyak 5%
12%. Kemudian pada tahun 2012-2013, rata-rata dan perusahaan yang mengalami penurunan biaya
produksi adalah sebanyak 9%. Tahun 2011-2012,
perubahan biaya penjualan, administrasi dan umum perusahaan yang mengalami penurunan penjualan
adalah sebesar Rp. 150.740.578.947 dimana sebanyak bersih sebanyak 19% dan perusahaan yang mengalami
89% sampel perusahaan yang mengalami peningkatan penurunan biaya produksi adalah sebanyak 25%.
dan 11% yang mengalami penurunan biaya penjualan, Kemudian pada tahun 2012-2013, sebanyak 19%
administrasi dan umum. Rata-rata perubahan biaya perusahaan mengalami penurunan penjualan bersih
penjualan, administrasi dan umum cenderung dan yang mengalami penurunan biaya produksi
meningkat setiap tahun, dan pada tahun 2013-2014 sebanyak 26%. Pada tahun 2012-2013, 25% dari
rata-rata perubahannya adalah sebesar Rp. sampel perusahaan mengalami penurunan penjualan
195.156.333.333, dimana jumlah persentase bersih dan sebanyak 26% perusahaan yang mengalami
perusahaan yang mengalami kenaikan biaya turun dari penurunan biaya produksi. Hal ini menggambarkan
tahun sebelumnya menjadi hanya sebanyak 75% bahwa penurunan penjualan bersih diikuti oleh
perusahaan, sementara perusahaan yang mengalami penurunan biaya produksi.
penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum Perusahaan yang mengalami penurunan
meningkat menjadi 25% perusahaan. penjualan bersih pada tahun 2010-2011 sebanyak 5%
Perubahan penjualan bersih pada tahun 2010- dan perusahaan yang mengalami penurunan biaya
2011 rata-ratanya adalah sebesar Rp. penjualan, administrasi dan umum adalah sebanyak
1.445.215.140.350 dengan jumlah sampel yang 11%. Tahun 2011-2012, perusahaan yang mengalami
mengalami kenaikan penjualan sebanyak 95% dan 5% penurunan penjualan bersih sebanyak 19% dan
mengalami penurunan penjualan bersih. Pada tahun perusahaan yang mengalami penurunan biaya
2011-2012, rata-rata perubahan penjualan bersih penjualan, administrasi dan umum adalah sebanyak
menurun dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 12% dari total sampel perusahaan. Kemudian pada
1.373.801.631.578 dengan jumlah sampel yang tahun 2012-2013, sebanyak 19% perusahaan
mengalami kenaikan penjualan bersih juga ikut mengalami penurunan penjualan bersih dan yang
menurun dari tahun sebelumnya menjadi sebanyak mengalami penurunan biaya penjualan, administrasi
128
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
dan umum sebanyak 11%. Pada tahun 2013-2014, produksi akan naik sebesar 1,146 persen. Sedangkan
25% dari total sampel perusahaan mengalami penjumlahan koefisien β1 + β2 mengukur persentase
penurunan penjualan bersih dan persentase perusahaan penurunan biaya produksi terhadap penurunan
yang mengalami penurunan biaya penjualan, penjualan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai
administrasi dan umum sama dengan jumlah 1,150 (1,146 + 0,004). Ini berarti apabila terjadi
persentase penurunan penjualan bersih yaitu sebesar penurunan penjualan bersih sebesar 1 persen, maka
25%. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang biaya produksi juga akan turun sebesar 1,150 persen.
mengalami penurunan penjualan bersih cenderung Besaran biaya produksi ketika penjualan
tidak diikuti oleh penurunan biaya non-produksi. bersih naik adalah lebih kecil dibandingkan besaran
biaya produksi ketika penjualan bersih turun, dengan
Pengujian Hipotesis hasil koefisien regresi β1 > 0, β2 > 0 dan β1 + β2 > β1.
Penelitian ini menggunakan model analisis Hal ini berarti kenaikan volume aktivitas diikuti
regresi linier berganda sehingga sebelum dilakukan dengan kenaikan biaya produksi dan penurunan
analisis regresi, telah dilakukan uji asumsi klasik volume aktivitas juga diikuti dengan penurunan biaya
terlebih dahulu agar hasil pengujian regresi berganda produksi, sehingga tidak terdapat perilaku sticky cost
tidak menimbulkan bias. Hasil pengujian asumsi pada biaya produksi pada perusahaan manufaktur
klasik menunjukkan bahwa model telah lulus uji uji yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
normalitas, uji multikolinearitas, uji 2014.
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hipotesis 1 bahwa biaya produksi bersifat
sticky yang mendasarkan pada asumsi β1 > 0, β2 < 0
Pengujian Hipotesis 1 dan β1 + β2 < β1 tidak didukung. Maka, Ha1 ditolak
Berdasarkan model persamaan sticky cost dan menerima Ho1. Hal ini disebabkan karena
variabel biaya produksi, maka dilakukan analisis komponen pada biaya produksi sebagian besar
regresi linier berganda untuk mendapatkan nilai merupakan variable cost yang kenaikan juga
koefisien regresi masing-masing variabel independen. penurunan biayanya sangat dipengaruhi oleh
Hasil uji regresi linier berganda untuk pengujian perubahan volume aktivitas, dan hanya sedikit
hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 2. komponen fixed cost pada biaya produksi.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Tabel 2 perusahaan yang mengalami penurunan penjualan
Hasil Uji Regresi Biaya Produksi
bersih diikuti oleh penurunan biaya produksi sehingga
Model Unstandardized Standardized t Sig. biaya produksi tidak bersifat sticky. Hasil penelitian
Coefficient Coefficients
B Std. Beta
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Error oleh Windyastuti (2010) yang mendapatkan bahwa
(Constant) -.007 .005 -1.410 .160 biaya produksi tidak bersifat sticky dikarenakan
B1 1.146 .062 .852 18.355 .000 penurunan volume aktivitas tidak diikuti oleh
B2 .004 .165 .001 .022 .982 penurunan biaya produksi.
130
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
131
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)
132