Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)

Vol. 1, No. 1, (2016) Halaman 120-132


ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

ANALISIS PERILAKU STICKY COST PADA BIAYA PRODUKSI DAN


NON-PRODUKSI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

2
Suci Riskia Vonna*1, Rulfah M. Daud*
1,2,3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
e-mail: suciriskiavonna@gmail.com suciriskiavonna@gmail.com*1, rulfahm.daud@yahoo.co.id*2

Abstract
The aim of this research is to investigate whether there is any indication of sticky cost behavior on the
production and non-production costs. The cost stickiness can be indicated by response costs of production and non-
production costs to changes in net sales. This study is an empirical study using multiple linear regression analysis.
The samples of this study are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2014.
Samples are taken by simple random sampling method. Total sample of companies used are 57 companies.
The research results provide of sticky cost behavior indication on production and non-production costs in
Indonesian manufacturing company. With the result of this study, non-production costs are sticky but production
costs are not sticky.

Keywords— sticky costs, production cost, non-production costs.

dengan perilaku sticky cost. Suatu biaya dikatakan


1. Pendahuluan sticky ketika kenaikan biaya lebih besar dibandingkan
dengan penurunannya pada perubahan aktivitas
Perkembangan literatur dalam dunia akuntansi dengan jumlah yang ekuivalen (Ratnawati dan
beberapa tahun terakhir ini banyak berfokus pada Nugrahanti, 2015).
perilaku biaya yang perubahannya tidak seimbang Menurut Ghaemi dan Nematollahi (2012),
terhadap perubahan volume aktivitas. Literatur pada saat terjadinya peningkatan pendapatan
akuntansi biaya menjelaskan dua tipe dasar dari pola penjualan, biaya meningkat lebih cepat dibandingkan
perilaku biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. pada saat terjadinya penurunan pendapatan penjualan
Secara umum diasumsikan bahwa biaya tetap secara merupakan perilaku sticky cost. Sebagai contoh, saat
konstan tidak berubah dan tidak terpengaruh oleh pendapatan penjualan meningkat 10 persen biaya
tingkat perubahan volume aktivitas. Sementara biaya meningkat sebesar 9 persen, tetapi saat pendapatan
variabel besarnya berubah secara proporsional penjualan menurun 10 persen biaya hanya menurun
terhadap tingkat perubahan volume aktivitas. Akan sebesar 8 persen.
tetapi, terdapat dugaan bahwa adanya perilaku biaya Serdaneh (2014) juga menjelaskan bahwa
dimana perubahan biaya terjadi secara tidak perilaku biaya disebut dengan perilaku sticky atau
proporsional terhadap perubahan volume aktivitas. anty-sticky costs saat respon biaya terhadap penurunan
Perubahan biaya yang tidak proporsional aktivitas adalah lebih kecil atau lebih besar
tersebut merupakan perilaku biaya dimana besarnya dibandingkan saat kenaikan aktivitas perusahaan.
perubahan biaya tergantung pada perubahan aktivitas. Perilaku sticky cost juga berhubungan dengan
Perubahan biaya pada saat aktivitas meningkat dan keputusan manajer dalam menghadapi ketidakpastian
saat aktivitas menurun secara tidak proporsional permintaan di masa yang akan datang.
disebabkan oleh ketidakseimbangan respon biaya Perilaku sticky cost yang berhubungan dengan
terhadap perubahan aktivitas. Ketidakseimbangan keputusan manajer dapat timbul saat manajer
respon biaya terhadap perubahan aktivitas ini disebut mengambil keputusan dan menyesuaikan volume
120
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

sumber daya terhadap permintaan output yang bersifat melakukan penelitian untuk melihat indikasi perilaku
fluktuatif. Permintaan yang fluktuatif menyebabkan sticky cost pada biaya produksi maupun non-produksi
sejumlah sumber daya tidak terpakai, misalnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
karyawan yang menganggur (Anderson et al., 2003). Efek Indonesia periode 2011-2014.
Sumber daya yang tak terpakai tersebut akan tetap Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
membuat biaya tinggi walaupun terjadi penurunan berguna sebagai referensi bagi manajer perusahaan
aktivitas dan akan menyebabkan timbulnya perilaku tentang perilaku sticky cost yang dapat mempengaruhi
sticky cost. Perilaku sticky cost ini dapat membawa laba perusahaan dan juga bagi pengembangan ilmu
dampak buruk bagi perusahaan dimana semakin tinggi pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan
tingkatan perilaku sticky cost di perusahaan maka masukan juga referensi untuk pengembangan
perusahaan tersebut akan semakin sulit mencapai laba penelitian selanjutnya tentang perilaku sticky cost.
(Weiss, 2010).
Penelitian tentang sticky cost sudah dilakukan 2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan
di berbagai negara dan berbagai sektor industri. Hipotesis
Serdaneh (2014) mencoba menginvestigasi perilaku
Sticky Cost
sticky cost di Negara Jordania pada perusahaan
Dalam akuntansi biaya disebutkan bahwa
manufaktur dan menemukan indikasi perilaku sticky
biaya dan volume aktivitas memiliki hubungan yang
cost pada selling, general and administrative costs
simetris. Akan tetapi, Serdaneh (2014) menemukan
sementara perilaku anti-sticky pada harga pokok
perilaku biaya yang asimetris dimana terdapat biaya
penjualan. Haihong He (2014) juga menemukan
yang cenderung kaku ketika terjadi perubahan
indikasi perilaku sticky cost pada Selling, General
aktivitas. Perilaku ini muncul karena terdapat
and Administrative costs selama periode resesi di Los
beberapa biaya yang tidak sepenuhnya sebanding
Angeles, United States terkait reaksi perubahan biaya
dengan perubahan aktivitasnya. Biaya ini dikenal
terhadap perubahan pendapatan penjualan.
sebagai sticky cost. Indikasi perilaku sticky cost akan
Anderson et al., (2003) juga menemukan
terlihat pada perubahan biaya yang tidak proporsional
adanya indikasi perilaku sticky cost pada Selling,
saat aktivitas penjualan meningkat dan menurun
General and Administrative costs (SG&A).
(Ratnawati dan Nugrahanti, 2015).
Perusahaan yang telah diteliti rata-rata memiiki
Menurut Balakrishnan dan Gruca (2008),
kenaikan 0,55 persen pada selling, general and
biaya dikatakan sticky jika kenaikan volume aktivitas
administrative costs ketika terjadi 1 persen kenaikan
perusahaan diikuti dengan kenaikan biaya, tetapi
penjualan, namun ketika terjadi penurunan 1 persen
penurunan volume aktivitas tidak diikuti dengan
penjualan, Selling, General and Administrative costs
penurunan biaya. Sticky cost dapat muncul karena
hanya turun sebesar 0,35 persen.
pertama,ketidakseimbangan penyesuaian sumberdaya.
Pada akhir penelitian, Anderson et al., (2003)
Kedua, manajer cenderung memilih tetap
menyarankan agar peneliti melakukan penelitian
mempertahankan sumberdaya tak terpakai daripada
terhadap komponen-komponen biaya selain selling,
melakukan pengurangan sumber daya ketika aktivitas
general and administrative costs dimasa yang akan
menurun (Windyastuti dan Biyanto, 2005). Keputusan
datang. Peneliti sebelumnya juga sudah banyak yang
manajer untuk tetap memakai sumberdaya tak terpakai
melakukan penelitian mengenai perilaku sticky cost
tersebut dapat menyebabkan biaya yang tetap tinggi
biaya non-produksi pada selling, general and
walaupun terjadi penurunan aktivitas perusahaan.
administrative costs dan masih jarang yang melakukan
Anderson et al., (2003) menjelaskan dua hal
penelitian mengenai perilaku sticky cost pada biaya
yang mempengaruhi keputusan manajer yaitu biaya
produksi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis
penyesuaian dan perkiraan terhadap permintaan
mencoba menindak lanjuti penelitian dari Anderson et
sumberdaya di masa yang akan datang. Biaya
al., (2003) dan ingin mengembangkan penelitian-
penyesuaian mencakup biaya kontrak, rekruitmen,
penelitian sebelumnya dimana penulis akan
121
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

pelatihan karyawan dan biaya moral (morale cost) dari siap untuk dijual (Mulyadi, 2000:14), sedangkan
penghentian karyawan. Perkiraan terhadap permintaan menurut Sutrisno (2001:3) biaya produksi adalah
sumberdaya di masa yang akan datang dapat biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku
berpengaruh pada trade-off antara slack kapasitas dan menjadi produk selesai. Biaya ini dikeluarkan oleh
incurring cost guna menyesuaikan dengan kapasitas departemen produksi yang terdiri dari biaya bahan
yang tersedia. Dari dua faktor tersebut, biaya baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
penyesuaian merupakan faktor yang paling pabrik.
mempengaruhi perilaku sticky cost. Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat
Beberapa penelitian sebelumnya telah disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan
membahas tentang perkembangan mengenai perilaku pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mengolah
sticky cost terkait dengan keputusan manajer. bahan baku guna menghasilkan produk jadi yang
Yasukata dan Kajiwara (2011) telah mendapatkan bernilai jual. Dalam komponen biaya produksi, bahan
bahwa biaya akan menjadi sticky ketika manajer baku langsung dapat digolongkan kedalam kelompok
berfikir penjualan akan naik dimasa yang akan datang. biaya utama (prime cost), upah pekerja langsung dan
Ketika manajer berfikir penjualan akan naik dimasa biaya overhead pabrik digabungkan kedalam biaya
yang akan datang, maka manajer akan tetap konversi (conversion cost) yang mencerminkan biaya
mempertahankan sumberdaya yang tidak digunakan pengubahan bahan langsung menjadi produk jadi.
pada periode saat ini untuk menggunakan sumberdaya Menurut Garrison et al., (2013:26) biaya
tersebut pada kenaikan penjualan dimasa yang akan produksi dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu
datang walaupun penjualan saat ini sedang menurun biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung,
sehingga sumberdaya yang tidak terpakai tersebut dan biaya overhead pabrik. Adapun penjelasan
berdampak negatif terhadap laba perusahaan pada tentang unsur-unsur biaya produksi adalah sebagai
periode tersebut. berikut:
Yasukata dan Kajiwara (2011) juga
menjelaskan bahwa stickiness cost akan semakin Biaya bahan langsung
besar ketika manajer semakin optimis terhadap Bahan langsung merupakan bahan yang
kenaikan penjualan di masa yang akan datang digunakan untuk menghasilkan produk jadi.
Sebenarnya, bahan baku berkaitan dengan semua jenis
tersebut. Ketika manajer dihadapkan oleh insentif bahan yang digunakan dalam pembuatan produk jadi,
untuk menghindari kerugian atau penurunan laba, dan produk jadi suatu perusahaan dapat menjadi
maka manajer akan mempercepat penyesuaian bahan baku di perusahaan lainnya. Biaya bahan
penurunan sumberdaya yang tak terpakai saat langsung terbagi menjadi dua, yaitu bahan baku
penjualan mengalami penurunan. Manajer dengan langsung (direct material) dan bahan baku tidak
sengaja memutuskan untuk mengurangi besarnya langsung (indirect material).
stickiness daripada menahan sumberdaya yang tak
terpakai tersebut yang akan menimbulkan stickiness Tenaga kerja langsung
cost (Kama dan Weiss, 2012). Pada penelitian Menurut Soemarso (2004:271), biaya tenaga
sebelumnya juga ditemukan bahwa biaya pada unit- kerja langsung adalah biaya untuk tenaga kerja
unit yang terkait langsung dengan kegiatan utama langsung yang menangani secara langsung proses
perusahaan adalah lebih sticky dibandingkan dengan produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung
biaya pada unit pendukung (Balakrishnan dan Gruca, dengan barang jadi. Tenaga kerja langsung (direct
2008). labor) meliputi biaya tenaga kerja yang dapat
ditelusuri dengan mudah ke masing-masing unit
Biaya produksi produk. Tenaga kerja langsung kadang disebut juga
Biaya produksi adalah biaya yang terjadi tenaga kerja manual (touch labor) karena tenaga kerja
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
122
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

langsung melakukan kerja tangan atas produk pada perusahaan dimana biaya non-produksi akan
saat produksi. mengalami kenaikan saat aktivitas perusahaan
Tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri ke bertambah, tetapi tidak akan banyak berkurang pada
produk tertentu karena rumit dan memakan biaya saat aktivitas perusahaan menurun (Garrison et al.,
disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor). 2013:27). Menurut Garrison et al., (2013:27), biaya
Seperti halnya biaya bahan baku tidak langsung, non-produksi dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
tenaga kerja tidak langsung juga dimasukkan ke dalam
biaya overhead pabrik (Garrison et al., 2013:26). Biaya penjualan
Biaya penjualan (selling costs) mencakup
Overhead pabrik semua biaya yang diperlukan untuk menangani
Menurut Munandar (2002:25), biaya overhead pesanan pelanggan. Biaya-biaya tersebut terkadang
pabrik (factory overhead) adalah semua biaya yang disebut pemerolehan pesanan (order-getting) dan
terdapat serta terjadi di dalam lingkungan pabrik, pemenuhan pesanan (order-filling). Contohnya adalah
tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan biaya iklan, biaya pengiriman, biaya perjalanan dalam
kegiatan proses produksi, yaitu proses pengubahan rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian
bahan mentah menjadi barang jadi yang akan dijual. penjualan, dan biaya gudang penyimpanan barang
Overhead pabrik (manufacturing overhead) jadi.
merupakan elemen kerja dari biaya produksi yang
mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk Biaya administrasi dan umum
dalam bahan baku langsung dan tenaga kerja Biaya administrasi (administrative costs)
langsung. Perusahaan juga mengeluarkan biaya listrik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan
dan gas, pajak properti, asuransi, penyusutan dan lain- manajemen umum organisasi, bukan berhubungan
lainnya yang berkaitan dengan fungsi penjualan dan dengan produksi atau penjualan. Contohnya adalah
administrasi. Akan tetapi, biaya-biaya tersebut tidak gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan,
termasuk dalam overhead pabrik. Hanya biaya yang humas, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan
berhubungan dengan operasi pabrik yang termasuk administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
kedalam overhead pabrik. Ada beberapa nama lain Biaya non-produksi sering juga disebut biaya
untuk overhead pabrik, yaitu biaya produksi tidak penjualan, umum, dan administrasi (selling, general,
langsung, factory overhead, dan factory burden and administrative costs). Pada saat terjadi
(Garrison et al., 2013: 27). ketidakpastian tentang permintaan output di masa
Oleh karena sifat biaya produksi yang terkait yang akan datang, perusahaan harus melakukan
secara langsung dengan kegiatan utama perusahaan, penyesuaian biaya dengan mengurangi jumlah
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya sumberdaya dalam bidang pemasaran, administrasi
overhead pabrik akan bertambah bila aktivitas dan umum walaupun aktivitas perusahaan sedang
perusahaan mengalami kenaikan dan biaya akan mengalami penurunan guna meminimalisir biaya non-
menurun ketika aktivitas perusahaan mengalami produksi.
penurunan. Apabila terjadi penurunan permintaan
Stickiness pada biaya produksi
output, maka volume aktivitas perusahaan berkurang.
Perilaku biaya sangat bergantung pada
Manajer dapat menyesuaikan kebutuhan bahan baku,
keputusan manajer dalam membuat keputusan akan
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik sesuai
permintaan di masa akan datang yang bersifat
dengan volume aktivitas perusahaan (Windyastuti,
fluktuatif. Saat terjadinya kenaikan permintaan, maka
2010).
pada aktivitas perusahaan, biaya produksi perusahaan
Biaya Non-Produksi juga akan bertambah. Sebaliknya, apabila terjadi
Biaya non-produksi adalah biaya yang tidak penurunan permintaan output maka volume aktivitas
berhubungan langsung dengan kegiatan utama akan berkurang.

123
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

Untuk dapat menghindari terjadinya perilaku Skema Kerangka Pemikiran


sticky cost, maka manajer perusahaan dapat
Respon Biaya Respon Biaya
menyesuaikan kebutuhan bahan baku, tenaga kerja Produksi Non-Produksi
langsung, dan overhead pabrik sesuai dengan
perubahan volume aktivitas perusahaan (Windyastuti,
Perubahan
2010).
Volume Aktivitas

HI: Biaya Produksi pada perusahaan manufaktur


yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
Indikasi
2011-2014 bersifat sticky.
Perilaku Sticky

Stickiness pada biaya non-produksi Cost


Model tradisional perilaku biaya terkait
dengan biaya untuk berbagai tingkat aktivitas tanpa 3. Metode Penelitian
mempertimbangkan bagaimana intervensi manajerial Desain Penelitian
mempengaruhi proses penyesuaian sumber daya, Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
namun perilaku biaya sangat berhubungan dengan perilaku sticky cost pada biaya produksi dan non-
keputusan manajer dalam menghadapi ketidakpastian produksi di sektor manufaktur. Agar penelitian ini
permintaan di masa yang akan datang. terarah dan mencapai tujuan, maka sebelum
Ketika penjualan menurun dan aktivitas melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu
menurun, manajer dihadapkan untuk memastikan menyusun desain penelitian. Desain penelitian
apakah penurunan tersebut bersifat sementara atau merupakan rencana atau rancangan penelitian yang
akan berlangsung lama (Anderson et al., 2003). Dalam dibuat oleh peneliti pada kegiatan yang akan
kondisi tersebut, perilaku sticky cost akan muncul dilaksanakan (Arikunto, 2010:90).
ketika manajer lebih memilih untuk mempertahankan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
sumber daya yang tak terpakai daripada melakukan hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan teori-
penyesuaian biaya dengan mengurangi jumlah teori dan penelitian terdahulu. Hipotesis yang
sumberdaya. Tindakan manajer yang cenderung lebih dirumuskan menjelaskan perilaku biaya pada biaya
produksi maupun non-produksi. Jenis penelitian yang
memilih untuk mempertahankan sumberdaya yang tak dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kausalitas,
terpakai akan berdampak kepada biaya non-produksi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu
(biaya penjualan, administrasi dan umum) perusahaan atau lebih masalah. Peneliti memiliki intervensi
yang akan tetap besar walaupun terjadi penurunan minimal terhadap variabel yang diteliti, karena
penjualan. peneliti hanya mengambil data laporan keuangan
perusahaan tanpa mempengaruhinya. Situasi studi
H2: Biaya Non-Produksi pada perusahaan dalam penelitian ini adalah tidak diatur. Peneliti hanya
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
ingin melihat apakah terdapat indikasi perilaku sticky
Indonesia periode 2011-2014 bersifat sticky.
cost pada biaya produksi maupun non-produksi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Keseluruhan variabel penelitian akan Indonesia tanpa intervensi peneliti terhadap sumber
dianalisis apakah terdapat indikasi perilaku sticky cost
data di lapangan. Unit analisis dalam penelitian ini
pada variabel biaya produksi dan non-produksi yang
adalah perusahaan manufaktur. Data yang
dilihat dari respon biaya terhadap perubahan volume dikumpulkan yaitu data sekunder berupa laporan
aktivitas. Secara ringkas kerangka pemikiran dari keuangan dari seluruh perusahaan manufaktur yang
penelitian ini adalah sebagai berikut: terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
Dalam penelitian ini horizon waktu yang digunakan
124
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

adalah perpaduan cross sectional dan time series yang sebagai proksi bagi biaya produksi. Biaya penjualan,
dikenal dengan pooled data atau panel data, yaitu tipe administrasi dan umum digunakan sebagai proksi
studi satu tahap yang datanya berupa sekelompok biaya non-produksi. Sementara untuk data volume
subjek dalam beberapa periode waktu. aktivitas diproksi dengan penjualan bersih.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
Populasi dan Sampel Penelitian dilakukan dengan teknik dokumentasi dan teknik
Populasi adalah sebuah wilayah generalisasi loading internet. Teknik dokumentasi adalah teknik
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai pengumpulan data dengan cara meminta data yang
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan telah ada sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik dengan cara mempelajari, meneliti, dan menelaah
kesimpulan (Sugiyono, 2002:55). Populasi yang laporan keuangan yang menjadi populasi dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penelitian ini, sedangkan teknik loading internet
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek adalah pengumpulan data dengan cara mengunduh
Indonesia dengan tahun pengamatan periode 2011- laporan keuangan yang terdapat pada situs Bursa Efek
2014. Indonesia.
Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini
dilakukan melalui metode simple random sampling. Definisi Operasionalisasi Variabel
Sudarmanto (2013:49) menjelaskan bahwa simple Biaya produksi
random sampling merupakan teknik pengambilan Menurut Hansen dan Mowen (2006:53), biaya
sampel penelitian dari populasi yang dilakukan secara produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan
acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih produksi didapat dari total biaya bahan baku langsung,
menjadi sampel penelitian. biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
Berdasarkan perhitungan sampel pabrik. Variabel penelitian biaya produksi dalam
menggunakan rumus slovin, maka didapat sampel penelitian ini diproksi dengan total beban produksi
minimal adalah sebanyak 57 perusahaan. Periode (total production cost) pada perusahaan.
pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2011-
2014 dan dilakukan perbandingan per dua tahun Biaya non-produksi
antara tahun t dengan tahun t-1, sehingga jumlah Biaya non-produksi adalah biaya yang
observasi penelitian adalah sebanyak 228 sampel berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan,
penelitian. penjualan, distribusi, layanan pelanggan, dan
administrasi umum (Hansen dan Mowen, 2006: 54).
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, biaya penjualan, administrasi
Sumber data yang digunakan dalam penelitian dan umum digunakan sebagai proksi bagi biaya non-
ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan produksi.
data yang dapat diperoleh dari internal dan eksternal
organisasi, penelusuran dokumen, atau publikasi Volume Aktivitas
informasi (Sekaran, 2007:65). Sumber data dalam Volume aktivitas dalam penelitian ini
penelitian ini diperoleh melalui www.idx.co.id berupa diproksikan dengan penjualan bersih dikarenakan data
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit secara penjualan bersih dapat mencerminkan seberapa besar
berturut-turut periode 2011-2014. volume aktivitas pada perusahaan. Penjualan bersih
Data dalam penelitian ini terdapat dalam didapat dari penjualan kotor dikurangi retur penjualan
laporan keuangan perusahaan periode 2011-2014, dan diskon penjualan. Menurut Soemarso (1999:124),
yaitu data biaya produksi, biaya penjualan, penjualan bersih (net sales) adalah penjualan
administrasi dan umum, dan volume aktivitas. Data dikurangi dengan pengembalian, pengurangan harga,
beban produksi (total production cost) dipergunakan
125
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

biaya transpor yang dibayar untuk langganan dan yang dikembangkan oleh (Anderson, 2003) sebagai
potongan penjualan yang diambil. berikut:
Penulis juga menggunakan variabel dummy
untuk menggambarkan kenaikan dan penurunan pada Persamaan 1:
volume aktivitas yang diproksikan dengan penjualan Log [BPi,t/BPi,t-1] = β0 + β1 log [Salesi,t/Salesi,t-1] + β2 *
bersih. Variabel dummy akan bernilai 1 bila terjadi DECRDUMi,t * log [Salesi,t/Salesi,t-1] + i,t ...(1)
penurunan penjualan bersih antara periode t dan t-1, Keterangan:
sedangkan akan bernilai 0 bila terjadi kenaikan BPi,t : Biaya Produksi perusahaan i pada
penjualan bersih antara periode t dan t-1. periode t
BPi,t-1 : Biaya Produksi perusahaan i pada
Metode Analisis
periode t-1
Statistik Deskriptif
Salesi,t : Penjualan bersih perusahaan i
Statistik deskriptif digunakan untuk
pada periode t
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian
Salesi,t-1 : Penjualan bersih perusahaan i
ini. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan
pada periode t-1
untuk menggambarkan perubahan penjualan bersih,
DECRDUM : Variabel Dummy (bernilai 1 bila
biaya produksi juga biaya penjualan, administrasi dan
penjualan bersih turun antara
umum dari tahun 2010-2011, 2011-2012, 2012-2013,
periode t dan t-1, serta bernilai 0 bila
2013-2014.
sebaliknya).
Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi adalah suatu metode analisis statistik Jika biaya produksi adalah sticky, variasi
yang digunakan untuk menguji pengaruh satu atau biaya produksi dengan penjualan bersih bertambah
lebih variabel independen terhadap variabel dependen. harus lebih besar daripada ketika penjualan bersih
Menurut Ghozali (2011:6), analisis regresi adalah menurun. Koefisien β1 mengukur persentase kenaikan
usaha menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara biaya produksi terhadap kenaikan penjualan bersih
satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel sebesar 1 persen. Sedangkan penjumlahan koefisien β 1
terikat. Hubungan variabel tersebut bersifat fungsional + β2 mengukur persentase penurunan biaya produksi
terhadap penurunan penjualan bersih sebesar 1 persen.
yang berbentuk model matematis. Menurut Ghozali
(2011:7), pada analisis regresi, variabel dibedakan Persamaan 2:
menjadi dua bagian, yaitu variabel respon (response Log [PA&Ui,t/PA&Ui,t-1] = β0 + β1 log [Salesi,t/Salesi,t-
variable) atau variabel bergantung (dependent 1] + β2 * DECRDUMi,t * log [Salesi,t/Salesi,t-1] + i,t

variable) dan variabel explanatory atau penduga ...(2)


(predictor variable) atau variabel bebas (independent Keterangan:
variabel). Jenis-jenis regresi terbagi menjadi beberapa PA&Ui,t : Biaya Penjualan, Administrasi
jenis, yaitu regresi sederhana (linier sederhana dan dan Umum perusahaan i pada
nonlinier sederhana) dan regresi berganda (linear periode t
berganda atau nonlinier berganda). Penelitian ini PA&Ui,t-1 : Biaya Penjualan, Administrasi
menggunakan metode analisis linear berganda. dan Umum perusahaan i pada
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah periode t-1
penjualan bersih dan penjualan bersih dikalikan Salesi,t : Penjualan bersih perusahaan i
variabel dummy. Variabel terikatnya adalah biaya pada periode t
produksi dan biaya non-produksi. Model penelitian Salesi,t-1 : Penjualan bersih perusahaan i
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model pada periode t-1
DECRDUM : Variabel Dummy (bernilai 1 bila
126
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

penjualan bersih turun antara Rata-rata (Rp) % %


periode t dan t-1, serta bernilai 0 bila Sampel Sampel
yang yang
sebaliknya). naik turun
Perubahan biaya 150.740.578.947 89% 11%
penjualan,
Jika biaya non-produksi (biaya penjualan, administrasi dan
administrasi dan umum) adalah sticky, variasi biaya umum tahun
non-produksi dengan penjualan bersih bertambah 2012-2013
Perubahan biaya 195.156.333.333 75% 25%
harus lebih besar daripada ketika penjualan bersih penjualan,
menurun. Koefisien β1 mengukur persentase kenaikan administrasi dan
umum tahun
biaya non-produksi terhadap kenaikan penjualan 2013-2014
bersih sebesar 1 persen. Sedangkan penjumlahan Perubahan 1.445.215.140.350 95% 5%
koefisien β1 + β2 mengukur persentase penurunan biaya penjualan bersih
tahun 2010-2011 1.373.801.631.578 81% 19%
non-produksi terhadap penurunan penjualan bersih Perubahan
sebesar 1 persen. penjualan bersih 1.034.144.491.228 81% 19%
tahun 2011-2012
Perubahan 986.353.403.508 75% 25%
4. Hasil Dan Pembahasan penjualan bersih
tahun 2012-2013
Statistik Deskriptif Perubahan
penjualan bersih
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan tahun 2013-2014
untuk menggambarkan perubahan penjualan bersih,
biaya produksi serta biaya penjualan, administrasi dan Sumber: Data Diolah 2016

umum dari tahun 2010-2011, 2011-2012, 2012-2013,


Pada tahun 2010-2011, rata-rata perubahan
2013-2014. Statistik deskriptif variabel pengamatan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. biaya produksi pada perusahaan manufaktur adalah
sebesar Rp. 609.669.456.140, dimana persentase
Tabel 1 jumlah sampel perusahaan yang mengalami kenaikan
Statistik Deskriptif biaya produksi pada periode 2010-2011 adalah 91%
Rata-rata (Rp) % % dan perusahaan yang mengalami penurunan biaya
Sampel Sampel
yang yang produksi sebanyak 9%. Rata-rata perubahan biaya
naik turun produksi pada tahun 2011-2012 menurun
Perubahan biaya 609.669.456.140 91% 9% dibandingkan rata-rata perubahan tahun sebelumnya
produksi tahun
2010-2011 menjadi Rp. 407.702.112.807, dan persentase jumlah
Perubahan biaya 407.702.112.807 75% 25% perusahaan yang mengalami kenaikan biaya produksi
produksi tahun
2011-2012 pada tahun 2011-2012 juga lebih sedikit dibandingkan
Perubahan biaya 507.625.140.403 74% 26% tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 75% perusahaan
produksi tahun yang mengalami kenaikan biaya produksi, sedangkan
2012-2013
Perubahan biaya 490.032.175.438 74% 26% sebanyak 25% perusahaan mengalami penurunan
produksi tahun biaya produksi. Pada tahun 2012-2013, rata-rata
2013-2014
Perubahan biaya 98.963.719.298 89% 11%
perubahan biaya produksi pada perusahaan
penjualan, manufaktur meningkat kembali menjadi
administrasi dan Rp.507.625.140.403, perusahaan yang biaya
umum tahun
2010-2011 produksinya meningkat pada 2012-2013 adalah
Perubahan biaya 135.892.456.140 88% 12% sebanyak 74% dan yang mengalami penurunan biaya
penjualan,
administrasi dan
produksi sebanyak 26% sampel perusahaan. Rata-rata
umum tahun perubahan biaya produksi pada tahun 2013-2014
2011-2012 mengalami penurunan yaitu menjadi Rp.
127
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

490.032.175.438 dengan jumlah persentase sampel 81% perusahaan dan perusahaan yang mengalami
perusahaan yang mengalami peningkatan dan penurunan sebanyak 19%. Kemudian pada tahun
penurunan sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 2012-2013 rata-rata perubahan penjualan bersih juga
sebanyak 74% perusahaan yang mengalami kenaikan menurun dari tahun sebelumnya menjadi Rp.
biaya produksi dan 26% yang mengalami penurunan. 1.034.144.491.228, tetapi jumlah sampel perusahaan
Rata-rata perubahan biaya penjualan, yang mengalami kenaikan dan penurunan penjualan
administrasi dan umum pada tahun 2010-2011 adalah bersih pada tahun 2012-2013 sama jumlahnya dengan
Rp. 98.963.719.298, dan persentase perusahaan yang tahun sebelumnya yaitu 81% perusahaan yang
mengalami kenaikan biaya penjualan, administrasi dan mengalami kenaikan penjualan bersih dan 19% yang
umum pada tahun 2010-2011 adalah sebanyak 89% mengalami penurunan. Rata-rata perubahan penjualan
dan hanya 9% perusahaan yang mengalamni bersih kembali menurun pada tahun 2013-2014
penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum menjadi Rp. 986.353.403.508 dengan jumlah sampel
pada tahun 2010-2011. Pada tahun 2011-2012, rata- perusahaan yang mengalami kenaikan penjualan
rata perubahan biaya penjualan, administrasi dan bersih pada tahun 2013-2014 ikut menurun dari tahun
umum mengalami peningkatan menjadi Rp. sebelumnya yaitu sebanyak 75% perusahaan yang
135.892.456.140, perusahaan yang mengalami mengalami kenaikan penjualan bersih dan 25%
kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum perusahaan yang mengalami penurunan penjualan
menurun menjadi 88%, sedangkan perusahaan yang bersih.
mengalami penurunan biaya penjualan, administrasi Pada tahun 2010-2011, perusahaan yang
dan umum pada tahun 2011-2012 meningkat menjadi mengalami penurunan penjualan bersih sebanyak 5%
12%. Kemudian pada tahun 2012-2013, rata-rata dan perusahaan yang mengalami penurunan biaya
produksi adalah sebanyak 9%. Tahun 2011-2012,
perubahan biaya penjualan, administrasi dan umum perusahaan yang mengalami penurunan penjualan
adalah sebesar Rp. 150.740.578.947 dimana sebanyak bersih sebanyak 19% dan perusahaan yang mengalami
89% sampel perusahaan yang mengalami peningkatan penurunan biaya produksi adalah sebanyak 25%.
dan 11% yang mengalami penurunan biaya penjualan, Kemudian pada tahun 2012-2013, sebanyak 19%
administrasi dan umum. Rata-rata perubahan biaya perusahaan mengalami penurunan penjualan bersih
penjualan, administrasi dan umum cenderung dan yang mengalami penurunan biaya produksi
meningkat setiap tahun, dan pada tahun 2013-2014 sebanyak 26%. Pada tahun 2012-2013, 25% dari
rata-rata perubahannya adalah sebesar Rp. sampel perusahaan mengalami penurunan penjualan
195.156.333.333, dimana jumlah persentase bersih dan sebanyak 26% perusahaan yang mengalami
perusahaan yang mengalami kenaikan biaya turun dari penurunan biaya produksi. Hal ini menggambarkan
tahun sebelumnya menjadi hanya sebanyak 75% bahwa penurunan penjualan bersih diikuti oleh
perusahaan, sementara perusahaan yang mengalami penurunan biaya produksi.
penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum Perusahaan yang mengalami penurunan
meningkat menjadi 25% perusahaan. penjualan bersih pada tahun 2010-2011 sebanyak 5%
Perubahan penjualan bersih pada tahun 2010- dan perusahaan yang mengalami penurunan biaya
2011 rata-ratanya adalah sebesar Rp. penjualan, administrasi dan umum adalah sebanyak
1.445.215.140.350 dengan jumlah sampel yang 11%. Tahun 2011-2012, perusahaan yang mengalami
mengalami kenaikan penjualan sebanyak 95% dan 5% penurunan penjualan bersih sebanyak 19% dan
mengalami penurunan penjualan bersih. Pada tahun perusahaan yang mengalami penurunan biaya
2011-2012, rata-rata perubahan penjualan bersih penjualan, administrasi dan umum adalah sebanyak
menurun dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 12% dari total sampel perusahaan. Kemudian pada
1.373.801.631.578 dengan jumlah sampel yang tahun 2012-2013, sebanyak 19% perusahaan
mengalami kenaikan penjualan bersih juga ikut mengalami penurunan penjualan bersih dan yang
menurun dari tahun sebelumnya menjadi sebanyak mengalami penurunan biaya penjualan, administrasi
128
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

dan umum sebanyak 11%. Pada tahun 2013-2014, produksi akan naik sebesar 1,146 persen. Sedangkan
25% dari total sampel perusahaan mengalami penjumlahan koefisien β1 + β2 mengukur persentase
penurunan penjualan bersih dan persentase perusahaan penurunan biaya produksi terhadap penurunan
yang mengalami penurunan biaya penjualan, penjualan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai
administrasi dan umum sama dengan jumlah 1,150 (1,146 + 0,004). Ini berarti apabila terjadi
persentase penurunan penjualan bersih yaitu sebesar penurunan penjualan bersih sebesar 1 persen, maka
25%. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang biaya produksi juga akan turun sebesar 1,150 persen.
mengalami penurunan penjualan bersih cenderung Besaran biaya produksi ketika penjualan
tidak diikuti oleh penurunan biaya non-produksi. bersih naik adalah lebih kecil dibandingkan besaran
biaya produksi ketika penjualan bersih turun, dengan
Pengujian Hipotesis hasil koefisien regresi β1 > 0, β2 > 0 dan β1 + β2 > β1.
Penelitian ini menggunakan model analisis Hal ini berarti kenaikan volume aktivitas diikuti
regresi linier berganda sehingga sebelum dilakukan dengan kenaikan biaya produksi dan penurunan
analisis regresi, telah dilakukan uji asumsi klasik volume aktivitas juga diikuti dengan penurunan biaya
terlebih dahulu agar hasil pengujian regresi berganda produksi, sehingga tidak terdapat perilaku sticky cost
tidak menimbulkan bias. Hasil pengujian asumsi pada biaya produksi pada perusahaan manufaktur
klasik menunjukkan bahwa model telah lulus uji uji yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
normalitas, uji multikolinearitas, uji 2014.
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hipotesis 1 bahwa biaya produksi bersifat
sticky yang mendasarkan pada asumsi β1 > 0, β2 < 0
Pengujian Hipotesis 1 dan β1 + β2 < β1 tidak didukung. Maka, Ha1 ditolak
Berdasarkan model persamaan sticky cost dan menerima Ho1. Hal ini disebabkan karena
variabel biaya produksi, maka dilakukan analisis komponen pada biaya produksi sebagian besar
regresi linier berganda untuk mendapatkan nilai merupakan variable cost yang kenaikan juga
koefisien regresi masing-masing variabel independen. penurunan biayanya sangat dipengaruhi oleh
Hasil uji regresi linier berganda untuk pengujian perubahan volume aktivitas, dan hanya sedikit
hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 2. komponen fixed cost pada biaya produksi.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Tabel 2 perusahaan yang mengalami penurunan penjualan
Hasil Uji Regresi Biaya Produksi
bersih diikuti oleh penurunan biaya produksi sehingga
Model Unstandardized Standardized t Sig. biaya produksi tidak bersifat sticky. Hasil penelitian
Coefficient Coefficients
B Std. Beta
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Error oleh Windyastuti (2010) yang mendapatkan bahwa
(Constant) -.007 .005 -1.410 .160 biaya produksi tidak bersifat sticky dikarenakan
B1 1.146 .062 .852 18.355 .000 penurunan volume aktivitas tidak diikuti oleh
B2 .004 .165 .001 .022 .982 penurunan biaya produksi.

a. Dependent Variable: BP Pengujian Hipotesis 2


Sumber: Output SPSS 16 (2016) Berdasarkan model persamaan sticky cost
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa variabel biaya non-produksi yang diproksikan dengan
koefisien regresi β1 > 0 yaitu sebesar 1,146 dan biaya penjualan, administrasi dan umum, maka
koefisien regresi β2 > 0 sebesar 0,004. Koefisien β1 dilakukan analisis regresi linier berganda. Hasil uji
mengukur persentase kenaikan biaya produksi regresi linier berganda untuk pengujian hipotesis 2
terhadap kenaikan penjualan bersih sebesar 1 persen, dapat dilihat pada Tabel 3.
sehingga didapat bahwa apabila terjadi kenaikan
penjualan bersih sebesar 1 persen, maka biaya
129
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

Tabel 3 Hipotesis 2 bahwa biaya non-produksi bersifat


Hasil Uji Regresi Biaya Penjualan, Administrasi sticky yang mendasarkan pada asumsi β1 > 0, β2 < 0
dan Umum dan β1 + β2 < β1 didukung. Maka, Ha2 diterima dan
Ho2 ditolak. Hal yang menyebabkan biaya penjualan,
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficient Coefficients administrasi dan umum adalah sticky karena manajer
lebih memilih untuk mempertahankan sumber daya
B Std. Beta yang tak terpakai dibandingkan melakukan
Error penyesuaian sumber daya ketika aktivitas menurun.
(Constant) .028 .009 3.115 .002
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
B1 .523 .108 .398 4.841 .000
yang telah dilakukan oleh Anderson et al.,(2003),
B2 -.137 .286 -.039 -.479 .632 Windyastuti (2010), dan Serdaneh (2014) yang
mendapatkan bahwa biaya penjualan, administrasi dan
a. Dependent Variable: PAU umum bersifat sticky karena perubahan penjualan
Sumber: Output SPSS 16 (2016) bersih diikuti dengan kenaikan dan penurunan biaya
penjualan, administrasi dan umum dengan jumlah
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa
yang tidak sebanding. Hal ini dikarenakan komponen
koefisien regresi β1 > 0 yaitu sebesar 0,523 sedangkan
terbesar yang terdapat pada biaya penjualan,
koefisien regresi β2 < 0 sebesar -0,137. Koefisien β1
administrasi dan umum adalah fixed cost dimana biaya
mengukur persentase kenaikan biaya penjualan,
tetap secara konstan perubahannya tidak terpengaruh
administrasi dan umum terhadap kenaikan penjualan oleh tingkat perubahan volume aktivitas.
bersih sebesar 1 persen, sehingga didapat bahwa Biaya penjualan, administrasi dan umum
apabila terjadi kenaikan penjualan bersih sebesar 1 terdiri dari biaya gaji karyawan, biaya pemeliharaan
persen, maka biaya penjualan, administrasi dan umum aset, dan biaya penyusutan gedung kantor. Ketika
akan naik sebesar 0,523 persen. Sedangkan penjualan meningkat, biaya pemeliharaan aset akan
penjumlahan koefisien β1 + β2 mengukur persentase meningkat seiring dengan kapasitas penggunaan aset
penurunan biaya penjualan, administrasi dan umum sedangkan pada penjualan menurun biaya
terhadap penurunan penjualan bersih sebesar 1 persen, pemeliharaan aset akan tetap ada karena untuk
menghasilkan nilai 0,386 (0,523 - 0,137). Ini berarti mempertahankan aset jika suatu saat penjulan akan
apabila terjadi penurunan penjualan bersih sebesar 1 meningkat kembali. Hal ini menyebabkan munculnya
persen, maka biaya penjualan, administrasi dan umum perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi
hanya akan turun sebesar 0,386 persen. dan umum.
Besaran biaya penjualan, administrasi dan Hasil analisis yang telah dilakukan sesuai
umum ketika penjualan bersih naik adalah lebih besar dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya yang
dibandingkan besaran biaya penjualan, administrasi memprediksikan bahwa biaya non-produksi berifat
dan umum ketika penjualan bersih turun, dengan hasil sticky, dan hal ini dapat memberikan gambaran kepada
koefisien regresi β1 > 0, β2 < 0 dan β1 + β2 < β1. Hal manajer perusahaan agar lebih memperhatikan
ini berarti kenaikan volume aktivitas diikuti dengan perilaku sticky cost yang dapat mempengaruhi laba
kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum perusahaan.
sedangkan pada saat terjadi penurunan volume
aktivitas juga diikuti dengan penurunan biaya 5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran
penjualan, administrasi dan umum yang tidak Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang
sebanding. Dengan demikian, terdapat perilaku sticky telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan
cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum bahwa biaya produksi pada perusahaan manufaktur
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
Efek Indonesia periode 2011-2014. 2014 adalah tidak bersifat sticky dikarenakan kenaikan

130
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

volume aktivitas perusahaan diikuti dengan kenaikan Daftar Pustaka


biaya produksi, dan penurunan volume aktivitas juga Anderson, Mark. C. Banker, Rajiv D. and
diikuti oleh penurunan biaya produksi. Hal ini Janakiraman, Surya N., 2003, “Are Selling,
deisebabkan karena komponen terbesar dalam biaya General and Administrative Costs Sticky?”,
produksi merupakan variable cost yang perubahannya Journal of Accounting Research Vol. 41 No.
mengikuti perubahan volume aktivitas. Sedangkan 1 March 2003.
biaya non-produksi pada perusahaan manufaktur yang Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta :
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 Rineka Cipta
adalah bersifat sticky karena kenaikan volume Balakrishnan, R., dan Thomas Gruca, 2008. “Cost
aktivitas perusahaan diikuti dengan kenaikan biaya Stickiness and Core Competency: A Note”,
non-produksi, tetapi penurunan volume aktivitas tidak Working Paper, The University of Lowa,
diikuti oleh penurunan biaya non-produksi dengan Lowa City.
jumlah yang sebanding. Hal ini disebabkan oleh Garrison, Ray H., Eric W Norren, Peter C Brewer,
2013. Managerial Accounting. Edisi
komponen terbesar pada biaya non-produksi
Terjemahan,. Jakarta: Salemba Empat.
merupakan fixed cost yang secara konstan Ghaemi, M., and Nematollahi, M., 2012, “Study on
perubahannya tidak dipengaruhi oleh perubahan the Behavior of Materials, Labor, and
volume aktivitas. Overhead Costs in Manufacturing
Dalam penelitian ini biaya yang digunakan untuk Companies listed in Tehran Stock
mengukur sticky cost adalah total biaya produksi dan Exchange”. International Journal of Trade,
total biaya penjualan, administrasi dan umum bagi Economics and Finance Vol. 3, No. 1,
February 2012.
biaya non-produksi. Untuk penelitian selanjutnya
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate
diharapkan dapat melihat biaya produksi dan non- dengan Program SPSS. Semarang:
produksi lebih rinci lagi ke dalam beberapa kelompok Universitas Diponogoro.
biaya untuk melihat kelompok biaya mana yang Haihong, H., 2014, “Cost Behavior of Selling,
paling signifikan terhadap adanya indikasi perilaku General, and Administrative Costs and Cost
sticky cost. Penelitian ini hanya melihat apakah pada of Goods Sold during Economic
biaya produksi dan non-produksi terdapat indikasi Recession”. Journal of Business and
Economic Research Volume 10-October
perilaku sticky cost atau tidak. Diharapkan pada 2014.
penelitian selanjutnya, peneliti dapat melihat apakah Hansen dan Mowen., 2006. Akuntansi Manajemen.
perilaku sticky cost memiliki pengaruh signifikan Jakarta: Salemba Empat.
terhadap faktor-faktor lain misalnya terhadap laba Kama, I., and Weiss, D., 2012, “Do Managers
perusahaan. Penelitian ini tidak mengelompokkan Deliberate Decisions Induce Sticky Costs?”,
perusahaan manufaktur berdasarkan jenis industrinya. Available at SSRN:
http://ssrn.com/abstract=1558953.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta:
membagi perusahaan berdasarkan jenis industrinya. Aditya Media.
Penelitian ini melihat indikasi perilaku sticky cost Munandar M. 2002. Budgeting, Perencanaan Kerja,
dengan melihat respon biaya produksi maupun non- Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan
produksi terhadap perubahan penjualan bersih. Kerja. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.
Diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat Ratnawati, L., and Nugrahanti, Y., 2015, “Perilaku
melihat respon biaya produksi terhadap perubahan Sticky Cost Biaya Penjualan, Biaya
Administrasi, dan Umum serta Harga Pokok
volume produksi.
Penjualan pada Perusahaan Manufaktur”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol XVIII, No.
2, Agustus 2015.

131
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016)

Sekaran, Uma. 2006. Researcher Methods for


Business. Edisi Bahasa Indonesia. Buku
kesatu edisi ke-14. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Serdaneh, Abu J., 2014, “The Asymetrical Behavior
of Cost: Evidence from Jordan”. Journal of
International Business Research Vol. 7, No.
8, 2014.
Soemarso. 1999. Pengantar Akuntansi I. Jakarta: PT
Renika Cipta.
Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar.
Jakarta: Salemba Empat.
Sudarmanto, Gunawan., 2013. Statistik Terapan
Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistic 19. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep
dan Aplikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta:
Ekonisia.
Weiss, D., 2010, “Cost Behavior and Analysis’
Earning Forecast”. The Accounting Review
Vol. 85, No. 4.
Windyastuti and Biyanto F., 2005, “Analisis Perilaku
Kos: Kos Pemasaran, Administrasi, &
Umum pada Penjualan Bersih (Studi
Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEJ.
SNA VIII, Solo.

Windyastuti., 2010, “Stickiness Kos Produksi dan


Non-Produksi (Studi pada Perusahaan
Plastik dan Kaca yang Terdaftar di BEJ)”.
Buletin Ekonomi Vol. 8, No. 3, Desember
2010.
Yasukata, K., and Kajiwara, T., 2011, Are “Sticky
Costs” the Result of Deliberate Decision of
Managers?. Working paper, available at
SSRN: http://ssrn.com/abstract=1444746.

132

Anda mungkin juga menyukai