Bahan yang dipakai untuk Budidaya Cacing Tanah adalah campuran kompos dengan
beberapa bahan organik (limbah pertanian, limbah pasar). Masukkan bahan-bahan tersebut
hingga mencapai ketinggian 15 cm. Masukkan juga air secukupnya agar media hidup cacing
tanah ini basah dan gembur. Aduk semua bahan tersebut sampai tercampur merata, agar
terjadi proses fermentasi.Setelah empat minggu, campurkan kotoran hewan ke dalamnya
dengan perbandingan 70% media hidup dan 30% kotoran hewan. Kapur bisa ditambahkan
sebanyak 1% dari media hidup untuk mendapatkan pH netral. Media sudah dianggap cocok
apabila pH nya mencapai 6,0 – 7,2 ; tingkat kelembaban 15 – 30 % dan suhu antara 15 –
25ºc.Kemudian masukkan cacing tanah ke dalamnya. Cacing yang dimasukkan seberat media
hidup yang telah disediakan. Bila medianya mencapai 2 kg, maka cacing yang dimasukkan ke
dalamnya juga 2kg.Untuk menghindari kekeringan, permukaan media dilapisi plastik,
karung, atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. Agar bisa hidup dan berkembang dengan
baik, setiap hari cacing harus mendapat suplai makanan yang dibutuhkan. Makanan tersebut
berupa kotoran hewan, baik kotoran sapi, kambing atau ayam. Banyaknya makanan yang
dibutuhkan adalah seberat cacing yang dimasukkan ke dalam kotak pemeliharaan. Jika berat
cacing mencapai 2 kg, maka pakan yang diberikan juga 2 kg.
Sebelum dimasukkan ke dalam kotak pemeliharaan, pakan cacing harus dijadikan bubuk atau
bubur. Untuk bubur, perbandingan air dengan pakan adalah 1:1, setelah dicapur, bahan itu
diaduk hingga rata. Bubur pakan ditaburkan secara merata di atas 1/3 bagian permukaan
media hidup cacing tanah.
Selama proses pengembang biakan, terdapat beberapa hama dan musuh cacing tanah yang
harus diwaspadai. Antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak,
tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, dan kutu. Untuk itu, lubang tempat pemeliharaan harus
selalu tertutup. Bahan yang baik digunakan sebagai penutup adalah kawat kasa. Karena kawat
kasa juga menjamin berlangsungnya proses pergantian udara tetap berjalan dengan baik.
Selain itu, untuk mencegah serangan semut, di sekitar kotak pemeliharaan diberi air
secukupnya (dirambang).
Setelah 2,5 – 3 bulan, cacing sudah mulai bisa dipanen. Ditandai banyaknya kascing (kotoran
cacing) dan kokon (kumpulan telur cacing)(. Sebagian cacing dewasa hendaknya disisakan
untuk digunakan menjadi bibit.
Panen cacing dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah menggunakan alat
penerangan seperti petromaks, lampu neon atau bohlam. Cahaya yang dihasilkan oleh lampu
mengundang cacing untuk berkumpul di bagian atas media. Setelah itu, cacing tinggal
diambil dan dipisahkan dari medianya. Cara lain adalah membalikkan kotak pemeliharaan,
dan memisahkannya dari media hidup cacing.
Setelah cacing dipanen, sebagian cacing dewasa dan kokon (telur cacing) masing-masing
dimasukkan ke dalam media hidup yang baru secara terpisah. Telur-telur cacing tanah ini
akan segera menetas dalam tempo 14-21 hari. Setelah itu, pemeliharaan dilakukan seperti
awal budidaya.
Selain cacing, budidaya cacing tanah juga menghasilkan kascing, yang berbentuk butiran,
berserat dan berwarna kehitaman. Umumnya kascing ini berada di permukaan sekitar sarang.
Kascing mengandung mikro organisma, mineral anorganik dan bahan organik yang
bermanfaat bagi tanaman. Kascing ini bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Keunggulan
pupuk kascing antara lain, mampu menetralisir kelebihan zat asam dalam tanah, menjadikan
tanah lebih gembur dan tidak cepat padat.
BUDIDAYA CACING TANAH
Kelompok Budidaya Cacing Kota Malang
Home
Kabar Berita
Budidaya Cacing
Produk
Tentang Kami
Gembur
Organik
Lunak
Tanah, namun bukan sembarang tanah, usahakantanah yang mengandung banyak unsure hara.
Biasanya terdapat pada tanah humus.
Gergajian Kayu, limbah hasil gergajian, cukup bermanfaat namun perlu dicampurkan air terlebih
dahulu.
Cacahan Batang Pisang, yakni menggunakan Batang yang telah dicacah namun biasanya juga
ditambahkan tanah.
Limbah rumah tangga contohnya adalah nasi yang sudah basi, kulit buah, sayuran yang tidak
termakan, kupasan kulit kentang, wortel, bawang, batang kangkung dll.
Limbah Home industry contohnya log jamur , limbah di pasar tradisional, limbah kulit buah, limbah
hasil dapur rumah makan dll
Limbah dari dedaunan yang gugur bias langsung diberikan dan juga bias dikompos terlebih dahulu
Cara pemberian pakan ada tiga cara antara lain diberikan secara langsung, dibusukkan terlebih
dahulu dan difermentasi terlebih dahulu, fermentasi berarti memberikan “tetes tebu” untuk
meningkatkan jumlah bakteri dalam makanan.
Perawatan yang dimaksud dengan, pemberian pakan secara rutin minimal seminggu sekali tetapi
akan lebih baik jika dilakukan setiap hari. Selain itu banyak beberapa hama yang mengganggu proses
budidaya, diantaranya adalah semut, kutu tanah, orong-orong, rayap, tikus, kadal, katak, tokek, dll.
MASA PANEN
1. Umumnya panen dilakukan setelah 4 bulan penanaman bibit
2. ada saat panen, cacing yang diambil adalah sekitar 25% dari jumlah cacing yang ada
3. ukuran biomass cacing yang dipanen bebas
4. media bekas panen cacing (kascing) bisa dikembalikan ke jedingan, atau langsung dikemas
untuk dijual
Sipendik.com – Sebagian dari Anda mungkin tidak terpikirkan untuk budidaya cacing,
memang cacing tanah merupakan salah satu hewan yang cukup dicari oleh beberapa kalangan
seperti untuk bahan obat atau pakan burung. Namun sayangnya, walapun jumlah permintaan
akan cacing tanah tinggi, para pelaku usaha umumnya kurang tertarik untuk berkecimpung di
dunia usaha cacing tanah.
Kali ini sipendik akan mengulas lebih lanjut tentang Cara Praktis Budidaya Cacing Tanah,
silahkan disimak penjelasan kami dan jika ada pertanyaan bisa meninggalkan komentar di
bawah.
Kandang dapat di buat dari beberapa bahan murah serta gampang didapat semacam papan
sisa, bambu, ijuk, rumbia dan genteng tanah liat. Untuk kandang permanen peternakan taraf
besar misalnya memiliki ukuran 1. 5 x 18 m serta tinggi 0.45 m. Didalamnya dibuat wadah-
wadah tempat pemeliharaan semacam rak-rak bertingkat, serta kandang bisa terbuka tanpa
ada dinding
Jenis-model system budidaya yang dapat diaplikasikan diantaranya : kotak bertumpuk, rack
berbaki, pancing berjajar serta pancing bertingkat.
2. Pembibitan
Pemilihan Bibit:
Untuk sekala komersial sebaiknya menggunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan
jumlah yang besar, tapi untuk skala kecil bisa mencari bibit cacing tanah dari alam, misalnya
dari lingkungan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.
Cacing tanah dipelihara dalam jumlah banyak sesuai dengan tempat yang ada, dengan
pemilihan Cacing tanah yang muda atau dewasa. Jika wadah berukuran panjang 2.5 m, lebar
kurang lebih 1 m, dan tinggi sekitar 0.3 m, maka dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing
tanah dewasa.
Pemeliharaan dimulai dari jumlah kecil, dan jika jumlahnya bertambah, sebagian
dipindahkan ke wadah lain.
Pemeliharaan dengan mengkombinasi cara a dan b.
Pemeliharaan khusus kokon sampai menjadi anak, setelah dewasa pindahkan ke tempat lain.
Pemeliharaan khusus cacing dewasa untuk bibit.
3. Model Perkembangbiakan
Jika media pemeliharaan sudah siap dan bibit cacing tanah sudah tersedia, maka penanaman
siap dilakukan. Bibit cacing tanah jangan langsung sekaligus dimasukkan ke dalam media,
melainkan sedikit-sedikit. Beberapa bibit coba disimpan di atas media, jika bibit masuk ke
dalam media hal itu menunjukkan bahwa cacing betah di media tersebut. Tambahkan lagi dan
cek tiap 3 jam sekali apakah masih ada cacing yang berkeliaran ke luar, kalau cacing malah
meninggalkan media atau wadah berarti media yang digunakan harus diganti. Cara mengganti
media yaitu dengan cara disiram air, kemudian diperas atau dibuang airnya sampai airnya
berwarna bening.
Untuk mengetahui apakah cacing tanah yang ditanam betah terhadap media yang digunakan,
Anda bisa memastikannya setelah 12 jam.
Cacing tanah merupakan golongan hewan hermaprodit yang memiliki alat kelamin ganda
jantan dan betina dalam satu tubuh. Tapi untuk pembuahan tidak bisa dilakukan sendiri.
Sepasang cacing tanah akan menghasilkan satu kokon berbentuk lonjong dan berukuran
sekitar 1/3 besar kepala korek api yang berisi telur-telur. Setiap kokon berisi 2-20 ekor, dan
rata-rata 4 ekor.
Kokon diletakkan di tempat yang lembab, dan dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas.
100 ekor cacing tanah dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun.
Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan dengan ditandai adanya gelang
(klitelum) pada tubuh bagian depan, setelah 7-10 hari perkawinan cacing dewasa akan
menghasilkan 1 kokon.
5. Pemeliharaan
– Pemberian Pakan
Dalam satu hari satu malam Cacing tanah diberi pakan sekali sesuai berat cacing tanah yang
ditanam. Apabila ditanam 1 Kg Cacing tanah, maka pakan diberikan harus 1 Kg.
Pakan cacing tanah secara umum berupa kotoran hewan. Hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian pakan Cacing tanah adalah sebagai berikut:
Pakan diberikan harus berupa bubuk atau bubur.
Taburkan pakan rata di atas media, tapi tidak menutupi semua permukaan media, kira-kira
sekitar 2/3 dari wadah tidak ditaburi pakan.
Tutup pakan dengan karung, plastik atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.
Apabila masih tersisa pakan sebelumnya pemberian pakan berikutnya harus diaduk dengan
jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
Perbandingan bubur pakan dengan air diberikan 1:1.
– Penggantian Media
Media yang sudah jadi tanah atau kascing yang sudah dipenuhi banyak telur (kokon) harus
segera diganti. Agar cacing cepat berkembang, maka antara telur, anak dan induk harus
dipisahkan pada media berbeda. Penggantian media rata-rata dilakukan dalam waktu 2
Minggu sekali.
– Proses Kelahiran
Media untuk sarang terbuat dari: kotoran hewan, batang pisang, dedaunan atau buah-buahan,
limbah pasar, limbah rumah tangga, kertas, Koran, kardus, kayu lapuk atau bubur kayu.
Semua bahan dipotong sepanjang + 2.5 cm. semua bahan diaduk dan ditambah air kecuali
kotoran ternak, kemudian diaduk lagi. Selanjutnya bahan campuran dan kotaran ternak
dicampurkan menjadi satu dengan perbandingan 70:30 dengan ditambah air secukupnya agar
tetap basah.
Pengendalian terhadap hama perlu dilakukan, karena hal itu akan menentukan keberhasilan
beternak Cacing tanah. Hama yang merupakan musuh cacing tanah antara lain: ayam, itik,
ular, angsa, burung, kelabang, lipan, semut, kumbang, lalat, tikus, katak, tupai, lintah, kutu
dan banyak lagi. Musuh lain yang tidak kalah mengganggu yaitu semut merah yang memakan
karbohidrat dan lemak yang terdapat pada pakan, kedua zat tersebut sangat diperlukan untuk
penggemukan Cacing tanah. Untuk mencegah serangan semut merah dengan cara wadah
pemeliharaan dirambang oleh air.
7. Panen Cacing
Dua hal yang bisa diharapkan dari panen Cacing tanah, yaitu;
Dalam tekniknya panen bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan mengunakan
alat penerangan lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah akan berkumpul di
bagian atas media karena sangat sensitif dengan cahaya. Anda tinggal memisahkan antara
cacing dan media. Cara kedua dengan membalikan sarang, cacing biasanya berkumpul maka
mudah memisahkan antara Cacing tanah dengan media.
Jika terdapat kokon atau kumpulan terlur pada saat panen, maka kembalikan sarang pada
wadah semula dan diberi pakan selama 30 hari. Telur akan menetas dan cacing tanah bisa
dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen.