Anda di halaman 1dari 10

Lembaga Yang berwenang menilai dan

menghitung kerugian negara


Pengertian kerugian dan keuangan Negara / Daerah
 Kerugian Negara / Daerah adalah Kata “Kekurangan” berarti
- Kekurangan jumlah pembayaran/pemasukan
kekurangan uang, surat berharga,
thd Kas Negara / Kas Daerah
barang yang nyata dan pasti jumlahnya - Kehilangan sejumlah uang dan kelebihan
sebagai akibat perbuatan melawan pembayaran dari nilai yang seharusnya
hukum baik sengaja maupun lalai. UU - Kerugian Negara / Daerah serupa yg terjadi
No 1/2004 ttg Perbendaharaan Negara pada surat berharga (surat piutang) atau
Psl 1 angka 22 & PP 38 /2016 bentuk-bentuk tagihan yang bernilai uang
maupun terhadap BMN/BMD

UNSUR – UNSUR Kerugian Negara “Nyata dan pasti jumlahnya” berarti


- Nilai kerugian harus konkrit dgn menyebutkan
- Kekurangan uang, surat berharga dan jumlahnya yg jelas sebagai hasil akhir dari
perhitungan yg pasti
barang - Nilai kerugian harus berdasarkan bukti-bukti
- Nyata dan Pasti jumlahnya
- Akibat dari perbuatan melawan hukum konkrit dan merupakan hasil perhitungan yg
- Dilakukan karena sengaja atau lalai cermat (bukan hasil dr penaksiran)
- Tidak dapat dinegosiasikan/dirundingkan
untuk menurunkan / menaikkan nialu kerugian
hasil perhitungan
Keuangan Negara
Pasal 1 Undang-undang No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban


negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
Pembuktian unsur kerugian Negara pada umumnya
disandarkan pada perhitungan ahli (Auditor)

Menurut Suradi
(2006 : 116)
1. Pengawasan External Pemerintah
- Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (Pasal 23 E
Ayat 1 UUD 1945)
Auditor Pemerintahan adalah
auditor yang bekerja pada
sector pemerintahan yang
2. Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)
bertugas melakukan audit atas
- Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
pertanggung jawaban (BPKP), Inspektorat Jenderal, Unit Pengawasan Lembaga
keuangan dari organisasi Pemerintah Non Departemen, dan Satuan
pemerintahan Pengawasan Intern pada setiap BUMN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

Secara konstitusional, kewenangan BPK sebagai pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara tertuang dalam Pasal 23E UUD 1945 dan dipertegas kembali dalam UU
No.15 Tahun 2006 tentang BPK.

Pasal 1 angka 1 UU BPK : “Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK,
adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.”

Pasal 10 ayat (1) UU BPK : “BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang
diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh
bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga/badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan negara.”
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

- Sebagaimana Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, BPKP merupakan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Pasal 48 ayat (2) huruf
a mengatur, aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui : audit.
- Selain itu, Pasal 49 ayat (2) huruf c PP No. 60 Tahun 2008 mengatur, BPKP melakukan pengawasan
intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi : kegiatan lain
berdasarkan penugasan dari Presiden

 Tugas dan fungsi BPKP diatur


dalam Peraturan Presiden Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf e Perpres No. 192
(Perpres) No. 192 Tahun 2014 Tahun 2014, fungsi BPKP antara lain melakukan audit
tentang BPKP yang investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
menggantikan Keputusan berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit
Presiden (Keppres) No. 103 Tahun penghitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian
2001 beserta perubahannya. keterangan ahli, dan upaya pencegahan korupsi.
TUGAS POKOK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DAN BADAN PENGAWAS
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
NO BPK BPKP

1 menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang pengawasan keuangan negara/ daerah dan
pembangunan nasional. (Pasal 2 Perpress No. 192 Tahun
2014)
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum,Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

2 Pemeriksaan nya mencakup pemeriksaan keuangan,


pemeriksaan kinerja,dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf e Perpres No. 192
Tahun 2014, fungsi BPKP antara lain melakukan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit
penghitungan kerugian keuangan negara/daerah,
pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan
korupsi.
Penghitungan kerugian keuangan negara kerap menjadi polemik dalam sidang perkara
korupsi. BPK dan BPKP memiliki ruang lingkup tugas yang berbeda. Tak jarang
penghitungan BPK pun berbeda dengan penghitungan BPKP. Menjawab polemik ini,
Mahkamah Agung (MA) menerbitkan Surat Edaran MA (SEMA) No.4 Tahun 2016

Tertulis dalam rumusan hukum kamar pidana SEMA No. 4 Tahun 2016: Instansi
yang berwenang menyatakan ada tidaknya kerugian keuangan Negara adalah
Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki kewenangan konstitusional sedangkan
instansi lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan/
Inspektorat / Satuan Kerja Perangkat Daerah tetap berwenang melakukan
pemeriksaan dan audit pengelolaan keuangan Negara namun tidak berwenang
menyatakan atau men-declare adanya kerugian keuangan Negara. Dalam hal
tertentu Hakim berdasarkan fakta persidangan dapat menilai adanya kerugian
Negara dan besarnya kerugian Negara;
Kesimpulan
 Berdasarkan kewenangannya BPKP adalah lembaga pengawas selain BPK. Dimana BPK sebagai
auditor eksternal pemerintah dan BPKP sebagai bagian dari aparat pengawasan internal
pemerintah. Kedua lembaga ini memiliki kompetensi yang berbeda atas tindak lanjut kerugian
negara melalui audit investigatif dalam kaitannya dengan unsur pidana. Berdasarkan
kewenangannnya yang diamanatkan dari Pasal 23 E UUD 1945, Undang- undang No.15 Tahun
2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Undang-
undang No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK-lah yang dapat
melakukan pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara atau
daerah. Berbeda dengan BPKP yang memperoleh kewenangannya berdasarkan Peraturan
Presiden (Perpres) No. 192 Tahun 2014 tentang BPKP yang menggantikan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, yang hanya
merupakan bagian dari sistem pengendalian internal pemerintah dalam kaitannya dengan
pengawasan internal atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersifat
preventif atau pencegahan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai