Anda di halaman 1dari 26

PENGHITUNGAN

KERUGIAN
NEGARA/DAERAH

BPK Perwakilan Prov. Sulteng


Palu, 15 Oktober 2022
AGENDA
1. Gambaran Umum Kerugian Negara/ Daerah
2. Pihak yang berwenang dalam menghitung kerugian negara
3. Peran BPK dalam pemeriksaan investigatif, Penghitungan Kerugian Negara dan Pemberian Keterangan Ahli
4. Tahapan Penghitungan Kerugian Negara di BPK
5. Metodologi Penghitungan Kerugian Negara
6. Laporan Penghitungan Kerugian Negara

1 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


GAMBARAN UMUM KERUGIAN NEGARA/ DAERAH

Kerugian Negara dan Kerugian Keuangan Negara

 Kerugian Negara dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara adalah
kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai.
 Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi digunakan istilah “kerugian
keuangan negara” sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) yaitu “dapat merugikan keuangan negara”.
 Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dinyatakan bahwa ‘…Dalam ketentuan ini, kata “dapat” sebelum frasa “merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formal, yaitu
adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan
timbulnya akibat.’
Akan tetapi, MK melalui Putusan MK Nomor 25/PUU-XIV/2016 menyatakan bahwa frasa “dapat” dalam Pasal 2 ayat (1)
dan Pasal 3 UU PTPK inkonstitusional terhadap UUD Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.

2 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pasal 1 angka 22 menyatakan bahwa:

“Kerugian negara/daerah adalah


kekurangan uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai.”

3 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Bentuk-bentuk Kerugian Negara
• Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang,
barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan.
• Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah lebih besar dari yang
seharusnya menurut kriteria yang berlaku.
• Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima.
• Penerimaan sumber/kekayaan negara/ daerah lebih kecil/ rendah dari yang
seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tidak sesuai).
• Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada.
• Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang lebih besar dari yang
seharusnya.
• Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima menurut
aturan yang berlaku.
• Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya diterima.

4 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Unsur-unsur Tipikor dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001
Unsur Tipikor pada Pasal 2:
• Setiap orang
• Melawan hukum
• Memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain dan/atau korporasi
• Dapat merugikan keuangan negara dan/atau perekonomian negara

Unsur Tipikor pada Pasal 3:


• Setiap orang
• Memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain dan/atau korporasi
• Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, dan sarana karena jabatan atau kedudukan
• Dapat merugikan keuangan negara dan/atau perekonomian negara

5 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Mekanisme Penyelesaian Kerugian Negara

TGR thd Pegawai Negeri bukan bendahara :


Ditetapkan oleh menteri/pimpina lembaga/gubernur/bupati/walikota
(Ps.63 UU No.1/2004)

Hukum Administrasi TGR terhadap Bendahara :


Ditetapkan oleh BPK
(Ps.62 UU No.1/2004)

TGR terhadap Pengelola BUMN


Ditetapkan oleh BPK
(Ps. 22 (5) UU 15/2004, Ps 67 UU 1/04, Ps 10 (1) UU 15/06)

Tuntutan Uang Pengganti kepada pelaku pidana


Hukum Pidana melalui Pengadilan Tipikor
(Pasal 17 UU 31/1999)

Hukum Perdata Gugatan Ganti Rugi kepada Pihak Ke-3


melalui Pengadilan Perdata
( Pasal 1365 KUHPer).

6 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Pihak yang berwenang dalam Menghitung KN/D

UU NO. 31 TAHUN 1999 YANG TELAH DIUBAH DENGAN UU NO. 20


TAHUN 2001
Penjelasan Pasal 32 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "secara nyata telah ada
kerugian keuangan negara" adalah kerugian yang
sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil
temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik
yang ditunjuk.

7 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG8


Peran BPK dalam 2
Penghitungan PASAL 13 UU
NO. 15/2004
Kerugian Negara2
Pemeriksa dapat melaksanakan
UU 15/2006 Psl 10 ayat (1) pemeriksaan investigatif guna
1 BPK menilai dan/atau menetapkan mengungkap adanya indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau
jumlah kerugian negara yang
diakibatkan oleh perbuatan melawan unsur pidana
hukum baik sengaja maupun lalai yang 3 PASAL 11 HURUF C
dilakukan oleh bendahara, pengelola
BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan UU NO. 15/2006
lain yang menyelenggarakan Badan Pemeriksa Keuangan dapat
pengelolaan keuangan negara
memberikan keterangan ahli dalam
proses peradilan mengenai kerugian
negara/daerah

8 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG2


1 Pemeriksaan investigatif
Lingkup
Pemeriksaan investigatif Pemeriksaan
dalam rangka
penghitungan Kerugian
2 Negara/Daerah

Pemberian
3 keterangan ahli

9
PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
(PI) BPK RI
Pemeriksaan investigatif guna
adanya indikasi secara bebas
mengungkap Negara/Daerah dan
dan/atau
Kerugian Unsur dalam mandiri oleh
Melaksanakan BPK
Pidana lingkup dan
tanggung jawab keuangan negara
pengelolaan

Dilakukan
berdasarkan: permintaan dari Lembaga Perwakilan
dan/atau Instansi yang Berwenang
Disampaikan secara tertulis
kepada Ketua BPK melalui
surat Pimpinan Lembaga
pengembangan Hasil Pemeriksaan Perwakilan atau pejabat yang
berwenang di
lingkungan Instansi yang
hasil analisis dan/atau evaluasi atas Berwenang
informasi yang diterima oleh BPK mengenai
penyimpangan pengelolaan keuangan dan
10 tanggung jawab keuangan negara
PEMERIKSAAN INVESTIGATIF…
Lanjt
Kewenangan BPK dalam Pemeriksaan Investigatif

Meminta Dokumen yang wajib Memotret, merekam, dan/atau


disampaikan oleh pejabat 1 5 mengambil bukti yang diperlukan
atau pihak lain sebagai alat bantu Pemeriksaan

Mengakses semua data yang Menggunakan tenaga ahli


disimpan di berbagai 2 6 dan/atau tenaga Pemeriksa
media, dari luar BPK
aset, lokasi, dan segala jenis
barang atau Dokumen
Melakukan koordinasi dengan
Instansi yang Berwenang
Melakukan penyegelan
untuk memperoleh masukan
tempat penyimpanan uang, 3 7 terkait dengan Unsur Pidana
barang, dan Dokumen
Meminta keterangan dan/atau Melakukan koordinasi dengan
melakukan pemanggilan 4 8
Instansi yang Berwenang
kepada seseorang dan/atau instansi lain untuk
11 memperoleh Bukti Pemeriksaan
PEMERIKSAAN INVESTIGATIF…
Lanjt
BPK RI
LHP investigatif setelah Menyusun
Pemeriksaan investigatif selesai
dilakukan

Memuat
Kesimpulan Bersifat Rahasia

Dalam hal Pemeriksaan investigatif dilakukan Apabila dalam Pemeriksaan investigatif


atas permintaan dari Lembaga Perwakilan ditemukan adanya Unsur Pidana,
dan/atau Instansi yang Berwenang, BPK BPK
melaporkan hal tersebut kepada Instansi yang
menyampaikan laporan Hasil Pemeriksaan Berwenang  paling lambat 1 (satu) bulan sejak
investigatif kepada Lembaga dan/atau Instansi diketahui adanya Unsur Pidana
dimaksud

Penyampaian LHP Investigatif


12
10
dengan melampirkan BAST
PENGHITUNGAN
KERUGIAN
NEGARA/DAERAH (PKN/D)
Penghitungan Kerugian Negara/Daerah
dilakukan melalui Pemeriksaan Investigatif
yang bertujuan untuk mengungkap ada atau
tidaknya Kerugian Negara/Daerah termasuk
menghitung nilai Kerugian Negara/Daerah
yang terjadi sebagai akibat dari penyimpangan
dalam pengelolaan keuangan negara/daerah

Dilakukan oleh BPK dalam proses


penyidikan suatu tindak
pidana oleh Instansi yang
Berwenang

13
PENGHITUNGAN KERUGIAN…
Lanjt
Menyampaikan LHP PKN/D

Instansi yang
Berwenang
Melampirkan BAST

Menyusun

LHP PKN/D setelah


Pemeriksaan selesai Bersifat
dilakukan  Memuat Rahasia
Kesimpulan

14
PENGHITUNGAN KERUGIAN …
Lanjt
PKN/D dilakukan berdasarkan
permintaan dari Instansi yang Berwenang
BPK RI
Instansi yang
Berwenang

Disampaikan secara tertulis kepada


Ketua BPK
(Pasal 16)
Dapat berkoordinasi dalam
rangka menindaklanjuti
wajib menyediakan Dokumen permintaan PKN/D
pendukung dalam rangka
PKN/D

• Untuk melaksanakan PKN/D, BPK memperoleh Bukti


Pemeriksaan melalui Instansi yang Berwenang.
• Bukti Pemeriksaan dimaksud dapat pula diperoleh
BPK
dari pihak lain sesuai kewenangan BPK.
15
12
Auditorat Utama Investigasi
PERATURAN BPK NO. 1 TAHUN 2019 YANG TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN
BPK NO. 2 TAHUN 2022

Pasal 823
Auditorat Utama Investigasi mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan
investigatif atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, penghitungan
kerugian negara/daerah, dan pemberian keterangan ahli.

Pasal 824 huruf c.


Penyusunan program, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pemeriksaan
investigatif, penghitungan kerugian negara/daerah, dan pemberian keterangan ahli
pada lingkup tugas Auditorat Utama Investigasi, baik yang pemeriksaannya
dilakukan oleh Auditorat Utama Investigasi maupun yang ditugaskan kepada BPK
Perwakilan;

16 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Struktur Auditorat Utama Investigasi
Auditorat Utama Investigasi

Auditorat Auditorat Auditorat Investigasi


Investigasi Investigasi Kekayaan
Sekretariat AUI
Keuangan Pusat Keuangan Daerah Negara/Daerah yang
dipisahkan
Subbagian
Subauditorat Subauditorat Ketatausahaan AUI
Investigasi Investigasi Subauditorat Investigasi
Keuangan Negara Keuangan Daerah I Kekayaan Negara/Daerah
yang dipisahkan I Subbagian
Pusat I
Administrasi SDM
Subauditorat AUI
Subauditorat Investigasi Subauditorat Investigasi
Investigasi Kekayaan Negara/Daerah
Keuangan Daerah I Subbagian
yang dipisahkan I
Keuangan Negara
Administrasi
Pusat II
Keuangan AUI
Auditorat Utama
Investigasi
17 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG
Tahap PKN
PERSIAPAN PELAKSANAAN PELAPORAN
Koordinasi dg Instansi
Berwenang Pemaparan kpd Instansi Berwenang
Permintaan
PKN/D berdasar pada bukti dari Tim menyusun Konsep LHP, disampaikan ke PT
aparat penyidik
Tidak
Dilaksanakan PT mereviu Konsep LHP. Jika setuju,
Dilaksanakan
Jika perlu bukti tambahan disampaikan ke PJ

Dibentuk Tim PJ mereviu Konsep LHP. PJ tanda tangan LHP.


Minta ke Jika perlu,
Instansi Pemeriksa- an
Berwenang Lapangan LHP disampaikan ke Ketua
Program PKN/D
Bukti dievaluasi dan
dianalisa Ketua menyampaikan LHP ke instansi
berwenang yg meminta BPK utk PKN

Tahap Pemeriksaan
LHP digunakan utk pemberian keterangan di
pengadilan.

18 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


METODE PENGHITUNGAN KN
Metode Menghitung KN
Kerugian Total (Total Loss)
Kerugian Total Dengan Penyesuaian (Total Loss Ajusted) Total Loss

Kerugian Bersih (Net Loss)

Harga Wajar Harga wajar/pasar/appraiser


Penggunaan Appraiser
Real Cost
Harga Pokok

Harga Perkiraan Sendiri


Opportunity Cost
Bunga Sebagai Unsur Kerugian Negara
19 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENGm
Laporan Penghitungan Kerugian Negara
Karakteristik Kualitas
• Akurat • Langsung (direct)
• Jelas • Ringkas (succinct)
• Tidak memihak • Tepat (appropriate)
• Relevan • Meyakinkan (persuasive)
• Tepat waktu • Tepat waktu (timely)

20 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Isi LHP

Juklak PKN
Juklak PI
Bab I Simpulan Bab I Simpulan
Bab II Informasi Umum: Bab II Informasi Umum:
• Dasar Penugasan • Dasar Penugasan
• Tujuan • Tujuan
• Lingkup Pemeriksaan • Lingkup Pemeriksaan
• Standar Pemeriksaan • Standar Pemeriksaan
• Gambaran objek/aktivitas/kegiatan/entitas • Gambaran objek/aktivitas/kegiatan/entitas
yang diperiksa yang diperiksa
• Batasan dan Tanggung Jawab
Pemeriksaan

21 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


Isi LHP

Juklak PI Juklak PKN


Bab III Uraian Hasil Pemeriksaan: Bab III Uraian Hasil Pemeriksaan:
• Dasar Hukum • Dasar Hukum
• Materi Temuan: • Materi Temuan:
• Jenis Penyimpangan Berindikasi Tindak Pidana • Jenis Penyimpangan Berindikasi Tindak
• Fakta dan Proses Kejadian Pidana
• Penyebab dan akibat • Fakta dan Proses Kejadian
• Pihak yang diduga terkait • Penyebab dan akibat
• Bukti pemeriksaan yang relevan
• Pihak yang diduga terkait
• Metode PKN
• Hasil PKN
Lampiran • Bukti pemeriksaan yang relevan

Lampiran

22 BPK PERWAKILAN PROV. SULTENG


PEMBERIAN KETERANGAN AHLI
(PKA)
BPK dapat memberikan
keterangan ahli dalam proses
peradilan mengenai
Kerugian Negara/Daerah

Dilakukan oleh Anggota BPK


dan/atau Pelaksana BPK
berdasarkan penugasan BPK

14
23
PEMBERIAN KETERANGAN…
Lanjt
PKA dilakukan berdasarkan permintaan
dari Instansi yang Berwenang
BPK RI
Instansi yang
Berwenang
Disampaikan tertulis kepada
secara Ketua BPK

PKA pada tahap


dilakukan dan/atau
Dapat berkoordinasi dalam rangka Penyidikan
menindaklanjuti permintaan PKA Peradilan
(Pasal 24)
(Pasal 25)
Ahli dapat memperoleh
• Keterangan ahli diberikan berdasarkan LHP PKN/D. bantuan hukum sesuai
• Dalam hal permintaan PKA tidak didasarkan pada LHP dengan ketentuan peraturan
PKN/D, keterangan ahli dapat dipenuhi terkait dengan perundang-undangan
metodologi dan pengetahuan lain berkaitan dengan
Pemeriksaan investigatif dan PKN/D.
23
15
TERIMA
KASI
H
https://peraturan.bpk.go.id
https://jdih.bpk.go.id

24
18

Anda mungkin juga menyukai