Bab I, II, III, IV-1
Bab I, II, III, IV-1
PENDAHULUAN
semakin banyak pula orang yang ingin memperbaiki posisi gigi mereka yang tidak
diperoleh oklusi yang sehat secara funsgional maupun estetis.1 Maloklusi adalah
penyimpangan letak gigi atau malserasi lengkung gigi diluar rentang kewajaran yang
dapat diterima. Maloklusi juga dapat diartikan variasi biologi sebagaimana variasi
biologi yang terjadi pada bagian tubuh yang lain, tetapi karena variasi letak gigi
melakukan perawatan.2
dipercayai sebagai suatu proses evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas
gen dalam populasi yang bercampur di dalam kelompok ras. Meningkatnya letak gigi
yang berdesakan mungkin disebabkan tidak adanya atrisi proksimal dan oklusal yang
terjadi pada gigi. Pada masa lalu kelompok aborigin di Australia makan makanan
yang kasar sehingga menghasilkan pengurangan mesiodistal gigi karena adanya atrisi
pada gigi. Panjang lengkung gigi dapat berkurang sekitar sepuluh millimeter dan
bahwa maloklusi disebabkan oleh kelainan gigi dan malserasi lengkung gigi.2
1
Semakin meningkatnya prevalensi penderita maloklusi maka permintaan untuk
memperbaiki posisi gigi akan semakin meningkat pula. Dalam dunia kedokteran gigi
permasalahan kebutuhan ruang agar gigi-gigi dapat diatur dalam lengkung pada
posisi yang stabil.3 Untuk mengetahui tentang kebutuhan ruang tersebut tentu
membutuhkan analisis ruang agar dapat menentukan jenis perawatan yang akan
digunakan.4 Metode arch length discrepancy (ALD) merupakan salah satu cara
metode ini merupakan penyederhanaan dari metode analisis set up model yang
perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu menggunakan model
ukuran lengkung gigi yang ideal dengan lengkung rahang. Lengkung gigi adalah
lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi geligi. Lengkung gigi merupakan refleksi
dari gabungan ukuran mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipih dan lidah. 6
Terjadinya disharmoni antara lebar mesiodistal gigi geligi dengan ukuran rahang
sering ditemukan pada gigi geligi yang besar ukurannya. Pendapat ini didukung oleh
Doris dkk. Lavelle yang meneliti perbedaan lebar mesiodistal gigi berdasarkan
maloklusi menyatakan bahwa lebar mesiodistal gigi permanen paling besar pada
kelas I, terkecil pada kelas III, dan yang berada diantaranya adalah kelas II.1 Gerard
2
dkk juga menyatakan bahwa perbedaan ukuran gigi terjadi pada kelas II divisi 1
maloklusi dengan kelas III maloklusi.3 Arya dkk menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan lebar mesiodistal gigi dalam kategori maloklusi. Howe dkk juga
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara lebar mesiodistal pada kelompok gigi
rencana perawatan. Hal ini juga telah banyak dilaporkan bahwa estetik yang baik
akan tercipta bila terjadi harmonisasi antara lengkung geligi dengan morfologi
ukuran gigi begitupun sebaliknya jika terjadi disharmoni antaranya maka akan
tertarik memilih judul : “Gambaran analisis Arch Length Discrepancy (ALD) pada
pasien di Klinik Ortodontik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hasanuddin
(RSGM-UNHAS).
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penelitian ini, maka dapat
3
1.3 TUJUAN PENELITIAN
RSGM-UNHAS.
tulis.
selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat diterima. Maloklusi salah satu masalah dalam kesehatan gigi. Penderita
maloklusi cenderung menganggap bahwa dampak dari maloklusi adalah estetik yang
buruk.2 Menurut salzman, maloklusi adalah hubungan antara gigi rahang atas dan
5
bawah yang tidak sesuai dengan bentuk morfologi maxillodentofacial. Maloklusi
normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada
oleh proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi
5
tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor
perkembangan yaitu :
Cedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding
dan (2) trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini
dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses
kelahiran berlangsung.
b Disfungsi otot
Pertama pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas
otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak
hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal
pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan
nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery
6
teeth yaitu kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap
Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi
permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan
semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua
sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan
e persistensi gigi
Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang
f Trauma
Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen
permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini
Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap
letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap
terjadinya maloklusi.
7
h Kebiasaan buruk
kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat
maloklusi.
hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga
b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah
Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan
yang lain sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu
induk.
rahang, dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan dan kekuatan terkait dengan
bagaimana Anda mengunyah dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus
makan, tekanan terhadap rahang dan gigi akan mempengaruhi pertumbuhan rahang
8
2.3 KLASIFIKASI MALOKLUSI
lebar tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen atas dengan relasi
rahang bawah.
b. Kelas II yaitu lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior
dari relasi yang normal terhadap lengkung gigi atas dilihat pada relasi molar.
Maloklusi kelas II dibagi menjadi dua divisi menurut inklinasi insisivus atas
yaitu :
yang bertambah.
9
- Subdivisi : Gigi insisif dalam posisi labioversi.
c. Kelas III yaitu lengkung bawah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih ke
mesial daripada lengkung gigi atas bila dilihat dari relasi molar pertama
permanen. Relasi lengkung geligi semacam ini biasa disebut juga mesioklusi.
padahal maloklusi juga bisa terjadi dari jurusan transversal berupa gigitan silang
posterior, baik yang dental maupun skeletal. Kelainan dalam jurusan vertical.
Bisa berupa gigitan terbuka anterior ataupun posterior, dental maupun skeletal.
10
Kelas II : tepi insisivus rahang bawah posterior menutupi cingulum rahang
atas
o Divisi 1 : overjet dan gigi seri rahang atas terjadi proclined atau inklinasi
rata-rata.
Kelas III : gigi seri rahang bawah anterior menutupi cingulum gigi seri
1. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang
dimaksud pasien.
berhenti
Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut
11
Untuk memperkirakan waktu /lama pe rawatan yang diperlukan.
periode retensi
psikologi perawatan : Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh
karena itu perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut
Pasien wanita biasanya lebih tertib le bih sabar dan lebih telaten dari
juga diberi alamat (dan nomer telepon) ope rator untuk mempermudah
komunikasi.
suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih
12
7. Pekerjaan pasien/pekerjaan orangtua :pencatatan pekerjaan pasien diperlukan
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat
keadaan pasien :
Anamnesis meliputi :
dirawat. Dari keluhan yang telah dikemukakan itu akan dapat diketahui:
operator/dokter gigi
ortodontik ?
mengunyah) ?
Keluhan utama bisanya diikuti oleh keluhan sekunder yaitu keluhan yang baru
disadari setelah mendapat penjelasan dari operator: Apakah ada keadaan lain
yang tidak disadari oleh pasien yang merupakan suatu kelainan yang
memungkinkan untuk dirawat secara ortodontik ? Jika ada ini perlu dijelaskan
13
2. Riwayat Kasus (Case History)
kasus maloklusi seperti yang diderita pasien saat ini. Rawayat kasus dapat ditelusuri
sehingga dapat diketahui mulai sejak kapan dan bagai mana proses
periode ini ?
mana ?
14
maloklusi? Perlu diketahui kemungkinan adanya persistensi /prolonged
secara teratur ?
mana ?
- Adakah gigi susu yang karies besar tidak dirawat. Adakah sisa-sisa
akar gigi susu yang tertinggal pada saat gigi permanen mulai erupsi ?
ompong)
Apakah ada gigi yang telah dicabut dibiarkan tidak diganti dalam
- Adakah gigi tidak bisa tumbuh / impaksi ? Apakah sudah dica but
atau agenese ?
15
Adakah penyakit yang pernah / sedang diderita pasien dapat menggangu
Perlu diketahui pada umur berapa dan berapa lama penyakit itu diderita
pasien dan apakah sekarang masih dalam perawatan dokter, dokter siapa ?
- Asthma
- Tubercolosis
- Dll.
orang tua. Untuk iru perlu ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua orang tua dan
16
2.4.3 Pemeriksaan klinis/pemeriksaan objektif 9,10
1. Umum / General
dapat bekerj a sama (kooperatif) dengan baik bersama operator dalam proses
2. Khusus / Lokal :
yaitu :
17
Otot-otot mastikasi dan otot-otot bibir Serabut otot bersifat elastis ,
tidak normal tonus otot sangat kuat ( hypertonus) atau sangat lemah
mulut.
dilakukan.
giginya
18
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber
19
Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola /
a) Analisis sefalometri
dental, skeletal, dan jaringan lunak. Analisis ini berguna untuk mengetahui
hasil perawatan.2
geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap
20
dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan
vertikal.12
dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi
seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus
ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah
terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak
akurat. Model studi dengan basis segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan
gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat,
akan memudahkan pada saat analisis dan menyenangkan untuk dilihat pada
a) Analisis Howes
apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi
(Tooth Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar
pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal
merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi
21
berujung runcing. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM
kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu
pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar
b) Indeks Pont
insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat
permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar
pertama dan 0,64 pada fosa sentral molar pertama. Pont juga
terjadinya relaps.4
22
c) Metode Kesling
Metode Kesling dalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan atau menyusun suatu lengkung gigi dari model aslinya dengan
basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang
Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai
d) Indeks Bolton
oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio
rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan
ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada
gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti kesalahan ada
pada gigi rahang atas. Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya
23
dan yang diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior
dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio
anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal
jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi
insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat
kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka
perawatannya.5
24
marginal gingiva, kemudian menyusun kembali pada posisi yang benar.
Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa ruang untuk penempatan gigi
perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu membuat model
khusus (Set up model), jadi langsung bisa dilakukan pada model studi.5
sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada
gigi geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak
pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi
untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi molar
25
Gambar 1. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan caliper
menurut Nance. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi penting
bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.
lunak seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk
Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga
kelebihan ruangan.4,5
26
Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance menggunakan brass wire
melibatkan gigi geligi di mesial molar pertama. A. Rahang atas, B. Rahang bawah.
Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi penting bagi
diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.
enam segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi
27
Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental
menurut Lundstrom. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi
penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.
terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek yang
28
belum erupsi adalah sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar
dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain baik
bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu
dan premolar yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun
rahang bawah. Gigi insisif rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran
pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga
mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat, dan
ruangan.
29
cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat
rahang.
c) Tanaka-Johnston
tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan
premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif
30
BAB III
dapat diterima. Maloklusi salah satu masalah dalam kesehatan gigi. Penderita
maloklusi cenderung menganggap bahwa dampak dari maloklusi adalah estetik yang
buruk.2 Angel membagi maloklusi menjadi tiga klasifikasi yaitu kelas I, kelas II dan
kelas III. Untuk dapat mengetahui seseorang menderita maloklusi kelas I ataupun
kelas II maupun kelas III perlu dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini biasanya
disebut tahap penegakkan diagnosis. Dalam menegakkan diagnosis ada tiga tahap
merupakan salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat dengan cara
pasien. Dalam anamnesis ada dua hal yang didapat yaitu keluhan utama pasien dan
pemeriksaan ini dibagi menjadi dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan intraoral dan
pemeriksaan ekstraoral. Tahap ketiga yaitu tahap pemeriksaan penunjang atau biasa
disebut tahap analisis karena di dalam tahap ini ada dua analisis yang dilakukan yaitu
analis sefalometri dan analisis model studi. Analisis model studi merupakan analisis
yang berkaitan langsung dengan judul karya tulis ini. Analisis ini terbagi dua yaitu
analisis geligi tetap dan analisis geligi campuran. ALD merupakan bagian dari
analisis gigi tetap seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini.
31
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Penegakkan
diagnosis
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
Makassar.
33
4.6 KRITERIA SAMPEL
a) Tidak ada mengalami anomali gigi baik dalam bentuk ukuran maupun
jumlah gigi.
4.8.1 Alat :
Kaliper
Penggaris
Kertas putih
Polpen
Kawat kuningan
4.8.2 Bahan :
34
4.9 PENENTUAN VARIABEL PENELITIAN
Analisis ALD
Klasifikasi maloklusi
Jarak yang diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri
hingga kanan.
gigi dalam satu rahang pengukuran dilakukan mulai dari Molar pertama kiri
35
mengukur jarak maksimal dari titik konta mesial dan distal gigi pada
bawah setengah lebar tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen
setengah lebar tonjol lebih posterior dari relasi yang normal terhadap
tidaknya satu lebar tonjol lebih ke mesial daripada lengkung gigi atas bila
mesiodistal tersebut.
36
4. Menentukan kebutuhan ruang dengan cara mencari selisih antara panjang
Pengumpulan data
Analisis Data
Hasil
37
4.13 DATA PENELITIAN
pembicaraan model.
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012, ditemukan 203 kasus ortodontik yang
datang pada tahun 2009, 190 kasus ortodontik yang datang pada tahun 2010, dan
312 kasus ortodontik yang datang pada tahun 2011. Namun dari 705 kasus tersebut
hanya didapatkan 255 sampel yang memenuhi kriteria penelitian dan aturan analisis
ALD, dengan jumlah kasus yang memenuhi kriteria pada setiap tahunnya yaitu 127
sampel yang datang pada tahun 2009, 112 sampel yang datang pada tahun 2010, dan
16 sampel yang datang pada tahun 2011. Dari 255 sampel tersebut, maka diperoleh
39
0.4%
88.2%
Kelas I
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, jumlah sampel yang menderita maloklusi kelas
I adalah 225 pasien, 29 pasien yang menderita kelas II, dan 1 pasien yang menderita
kelas III. Pada tabel di atas juga menunjukkan persentase responden yang menderita
maloklusi kelas I sebesar 88,2%, 11,4% yang menderita kelas II, dan 0,4% yang
menderita kelas III hal ini juga tergambarkan pada pie diagram di atas (gambar 4).
Selain itu, dari tabel di atas juga dapat diketahui gambaran analisis ALD pada tiap
pada rahang atas dan kekurangan ruang rata-rata 11,75 mm pada rahang bawah.
Kelas II kekurangan ruang rata-rata 24,41 mm pada rahang atas dan kekurangan
ruang rata-rata 24,21 mm pada rahang bawah. Kelas III kekurangan ruang rata-rata
6,5 mm pada rahang atas dan kekurangan ruang rata-rata 7 mm pada rahang bawah.
TABEL 5.2 Gambaran analisis ALD berdasarkan jenis kelamin pasien di Klinik
Ortodontik RSGM-UNHAS.
Jumlah Sampel Analisis ALD
Jenis Kelamin
n % RA RB
Laki laki 71 27.8 -15,51 -15,08
Perempuan 184 72.2 -10,7 -12,41
Total 255 100 - -
Keterangan : RA = Rahang Atas ; RB = Rahang Bawah
40
27.8%
Laki laki
72.2%
Perempuan
Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang
berjenis kelamin laki-laki adalah 71 orang dan yang berjenis kelamin perempuan
adalah 184 orang. Pada tabel di atas juga menunjukkan persentase responden yang
berjenis kelamin perempuan 72,2%, dan 27,8% responden laki-laki hal ini juga
digambarkan pada pie diagram di atas (gambar 5). Selain itu, dari tabel di atas dapat
dilihat adanya perbedaan gambaran analisis ALD antara laki-laki dan perempuan,
dimana laki-laki kekurangan ruang rata-rata 15,51 mm pada rahang atas dan
kekurangan ruang rata-rata 15,08 pada rahang bawah. Pada perempuan rata-rata
kekurangan ruang sebesar 10,70 mm pada rahang atas dan kekurangan ruang rata-
41
TABEL 5.3 Gambaran analisis ALD berdasarkan klasifikasi maloklusi dan jenis
kelamin pasien di Klinik Ortodontik RSGM-UNHAS.
Jumlah Sampel Analisis ALD
Klasifikasi Maloklusi Jenis Kelamin
n % RA RB
Kelas I Laki-laki 57 22.3 -12.93 -12.31
Perempuan 168 65.9 -9.62 -11.56
Kelas II Laki-laki 10 3.9 -24.55 -23.65
Perempuan 19 7.5 -24.34 -24.50
Kelasi III Laki-laki 1 0.4 -6.5 -7
Perempuan 0 0 0 0
Total 255 100 - -
Keterangan : RA = Rahang Atas ; RB = Rahang Bawah
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang
menderita kelas I dengan jenis kelamin laki-laki adalah 57 orang atau 22,3% dan
yang berjenis kelamin perempuan adalah 168 orang atau 65.9%, yang menderita
kelas II dengan jenis kelamin laki-laki adalah 10 orang atau 3.9% dan yang berjenis
kelamin perempuan adalah 19 orang atau 7,5% , dan yang menderita kelas III dengan
jenis kelamin laki-laki adalah 1 orang atau 0.4% dan yang berjenis kelamin
perempuan tidak ada. Selain itu, dari tabel di atas dapat dilihat adanya perbedaan
gambaran analisis ALD antara kelas I yang berjenis kelamin laki-laki dengan kelas I
yang berjenis kelamin perempuan, dimana laki-laki kekurangan ruang rata-rata 12,93
mm pada rahang atas dan kekurangan ruang rata-rata 12,31 pada rahang bawah
sedangkan perempuan rata-rata kekurangan ruang sebesar 9,62 mm pada rahang atas
dan kekurangan ruang rata-rata 11,56 mm pada rahang bawah. Begitupun halnya
dengan kelas II, dimana laki-laki kekurangan ruang rata-rata 24,55 mm pada rahang
atas dan kekurangan ruang rata-rata 23,65 pada rahang bawah sedangkan perempuan
rata-rata kekurangan ruang sebesar 24,34 mm pada rahang atas dan kekurangan
ruang rata-rata 24,50 mm pada rahang bawah. Pada kelas III yang berjenis kelamin
42
laki-laki kekurangan ruang rata-rata 6,5 mm pada rahang atas dan kekurangan ruang
rata-rata 7 pada rahang bawah sedangkan yang berjenis kelamin perempuan tidak
ada.
43
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada tabel 5.1, terlihat jumlah pasien yang menderita maloklusi kelas I lebih
banyak daripada kelas II maupun kelas III. Tabel ini juga memperlihatkan gambaran
lebih besar daripada kelas I maupun kelas III. Hal ini sesuai dengan penelitian
Gerard dkk yang menyatakan bahwa perbedaan ukuran gigi terjadi pada kelas II
divisi 1 maloklusi dengan kelas III maloklusi.3 Akan tetapi hal ini tidak sejalan
dengan penelitian oleh Doris dkk, Lavelle yang meneliti perbedaan lebar mesiodistal
paling besar pada kelas I, terkecil pada kelas III, dan yang berada diantaranya adalah
kelas II1 artinya kelas I lebih kekurangan ruang atau lebih membutuhkan ruang
karena lebar mesiodistal gigi-giginya lebih lebar dibandingkan kelas II maupun kelas
III. Begitupun dengan Arya dkk menyatakan bahwa tidak ada perbedaan lebar
mesiodistal gigi dalam kategori maloklusi. Howe dkk juga menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan antara lebar mesiodistal pada kelompok gigi berjejal dan tidak
berjejal.1
Pada tabel 5.2, terlihat bahwa adanya perbedaan gambaran analisis ALD antara
laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki cenderung lebih besar kekurangan ruang
untuk menampung gigi-gigi yang ada dibanding perempuan. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Garn dkk, Arya, Lavelle, dan sony yang meneliti lebar
mesiodistal gigi permanen pada laki-laki dan perempuan, dimana lebar mesiodistal
44
gigi laki-laki lebih lebar dari perempuan. Terjadinya perbedaan kebutuhan ruang
untuk menampung gigi-gigi pada laki-laki dan perempuan juga disebabkan oleh
faktor pertumbuhan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Salzman yang
Oleh karena itu semakin lebar mesiodistal gigi laki-laki maka akan berpengaruh
pada besar lengkung gigi, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi gambaran
analisis ALD.
Pada tabel 5.3, terlihat bahwa adanya perbedaan gambaran analisis ALD antara
kelas I yang berjenis kelamin laki-laki dengan kelas I yang berjenis kelamin
menampung gigi-gigi yang ada dibanding perempuan. , hal ini juga ditunjukkan pada
gambaran ALD antara kelas III yang berjenis kelamin laki-laki dengan kelas III yang
ruang untuk menampung gigi-gigi yang ada dibanding perempuan. Berbeda dengan
kelas II, dimana perempuan cenderung lebih besar kekurangan ruang untuk
45
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang untuk
penyederhanaan dari metode analisis Set up model yang dikemukakan oleh Kesling
(1956). Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung
rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar
7.2 SARAN
ALD setelah perawatan ortodontik agar bisa melihat perbedaan gambaran ALD
46
47