RSNI 3 Klasifikasi Tutupan Lahan Final
RSNI 3 Klasifikasi Tutupan Lahan Final
xx:2014
RSN
NI-1
1
Rancan
ngan Stand
dar Nasional Indones
sia-1
Klasifika
asi pen
nutup lahan
Bagiaan 2:skala bes
sar
ICS 07
7.040 Bad
dan Stand
dardisasi Nasional
N
SNI xxxxxxx-2013
Pengantar
Klasifikasi penutup lahan ini mengacu pada Land Cover Classification System United Nation
– Food and Agriculture Organization (LCCS-UNFAO) dan ISO 19144-1:2009 Geographic
information – Classification Systems – Part 1: Classification system structure, dan
dikembangkan sesuai dengan fenomena yang ada di Indonesia.
Klasifikasi penutup lahan dalam standar ini dimaksudkan untuk mengkaji ulang kelas
penutup lahan/ penggunaan lahan yang kelasnya bervariasi antar-shareholders. Kelas-kelas
penutup lahan/ penggunaan lahan yang dimuat dalam review standar ini merupakan kelas-
kelas umum yang melibatkan berbagai sektor dengan menggunakan interpretasi visual
dengan data penginderaan jauh. Para produsen dapat membuat dan mendetailkan kelas-
kelas penutup lahan tertentu untuk menunjang tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Klasifikasi Penutup Lahan ini disusun berdasarkan Pedoman Standardisasi Nasional Nomor
8 tahun 2007, tentang Penulisan Standar Nasional lndonesia. SNI ini telah dibahas pada
sidang konsensus pada tanggal 4 Desember 2013 oleh Panitia Teknis 07-01 Bidang
Geografi/Geomatika di Bali dan Jajak Pendapat di BSN.
Ruang Lingkup
Klasifikasi Penutup Lahan skala besar merupakan rangkaian dari Klasifikasi Penutup Lahan
skala besar dengan memperhatikan Penggunaan Lahan sebagai bagian dari Kelas Penutup
Lahan. Aspek yang digunakan dalam klasifikasi adalah dengan interpretasi citra
Penginderaan jauh.
Acuan Normatif
Land Cover Classification System United Nation – Food and Agriculture Organization
(LCCS-UNFAO, 2000)
1.1
biofisik
Sifat yang terkait dengan aspek biotik (hayati), misalnya aspek yang berkaitan dengan
fenomena tumbuhan, dan/atau aspek fisik, misalnya aspek yang berkaitan dengan batuan,
tanah, air, udara atau ukuran-ukuran yang berkaitan dengan materi tersebut termasuk di
dalamnya suhu, kelembaban, ketinggian, dan sebagainya.
1.2
permukaan tanah padat (consolidated surface)
areal dengan permukaan berupa material yang bersifat solid, padat, atau keras, bahkan saat
basah atau berupa fragmen-fragmen kasar dengan karakteristik seperti telah disebutkan
sehingga tidak dapat ditembus oleh alat-alat pertanian seperti sekop dan cangkul
1.3
Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan
1.4
edafik
1.5
ekologi
ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya
(Iingkungannya)
1.6
fisiognomi
sifat yang terkait dengan dengan bentuk luar objek, misalnya penutup lahan
1.7
geografi
ilmu yang mempelajari bumi dan kehidupannya, gambaran tanah, air, udara, dan
interaksinya dengan binatang, tumbuhan, dan manusia
1.8
hierarki
tingkat mulai dari yang bersifat umum menggunakan sedikit kriteria hingga yang bersifat rinci
menggunakan lebih banyak kriteria.
SNI xxxxxxx-2013
1.9
kelas
kelompok dalam suatu sistem klasifikasi yang memiliki batasan dan kriteria tertentu
1.10
klasifikasi
1.11
penutup lahan
tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil
pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan
tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup
lahan tersebut
1.12
penggunaan lahan
suatu bentuk pemanfaatan atau fungsi dari perwujudan suatu bentuk penutup lahan
1.13
permukaan tanah tidak padat (unconsolidated surface)
areal dengan permukaan berupa material yang tidak padat atau tidak solid atau tidak keras
sehingga dapat ditembus oleh alat pertanian (sekop, cangkul) dan dapat dilalui oleh
pergerakan air secara vertikal
Standar penutup lahan ini memuat beberapa aspek penggunaan lahan. Konsep penutup
lahan yang terdapat dalam standar ini menggunakan pendekatan pengindraan jauh,
sehingga pendefinisian objek penutup lahan merupakan campuran antara penutup dan
penggunaan lahan.
Dalam pengembangan skema atau sistem klasifikasi penutup lahan ini, digunakan dua
pendekatan. Pertama adalah pendekatan metode untuk merinci kategori-kategori atau
kelas-kelas yang muncul di dalam skema klasifikasi; dan kedua adalah pendekatan konsep
kategorisasi atau klasifikasi. Metode untuk merinci kelas-kelas yang ditentukan dalam
skema klasifikasi mengacu pada sains dan teknologi pengindraan jauh dengan didukung
oleh Sistem Informasi Geografis (SIG). Artinya, skema klasifikasi ini menggunakan asumsi
bahwa kelas-kelas yang ditentukan dalam standar ini sejauh mungkin diperoleh atau
diekstrak dari citra pengindraan jauh. Teknologi SIG dan data lapangan diperlukan untuk
identifikasi pada beberapa kelas. Semakin besar skala, semakin besar pula peran
penggunaan SIG dan survei lapangan.
Sistem klasifikasi dalam standar ini bersifat hierarkis atau berjenjang. Pendekatan konsep
untuk merinci kelas-kelas penutup lahan dibedakan ke dalam kelas-kelas area dominan
vegetasi dan bukan-vegetasi. Setiap kelas penutup lahan dapat dibedakan lagi ke dalam
liputan alami/semi-alami dan liputan yang diusahakan/dibudidayakan. Semakin rinci atau
besar skala yang digunakan, semakin rinci pula kelas-kelas yang dimunculkan.
SNI xxxxxxx-2013
Hierarki klasifikasi penutup lahan dalam standar ini yang disajikan pada peta berskala
1:10.000, 1:5.000, dan 1:1.000 menggunakan pendekatan konsep penggunaan lahan (land
use).
Skala input pemetaan dalam standar ini harus sama atau lebih besar daripada skala
keluaran. Hal ini karena sistem atau skema klasifikasi penutup lahan yang diatur dalam
standar ini bertumpu pada metode pengindraan jauh. Oleh karena itu, pertimbangan
hubungan antara resolusi spasial dengan skala citra, dan antara skala citra dengan detail
informasi pada setiap kelas/kategori yang dapat muncul juga perlu dipertimbangkan.
Standar ini disusun berdasarkan sistem klasifikasi penutup lahan FAO (Food and Agriculture
Organization), 2000 dan ISO 19144-1:2009 Geographic information -Classification Systems -
Part 1: Classification system structure. ISO 19144-1:2009 merupakan standar internasional
yang dikembangkan dari sistem klasifikasi penutup lahan FAO, 2000.
Kelas penutup lahan dalam kategori mengadopsi hirarki klasifikasi penutup lahan skala kecil
dan menengah yang mengakomodir area dominan vegetasi diturunkan dari pendekatan
konseptual struktur fisiognomi yang konsisten dari bentuk tumbuhan, bentuk tutupan, tinggi
tumbuhan, dan distribusi spasialnya; sedangkan dalam kategori area dominan bukan-
vegetasi, pendetailan kelas mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi atau
kepadatan, dan ketinggian atau kedalaman objek.
Hierarki klasifikasi penutup lahan pada berbagai skala (1:10.000, 1:5.000, 1:1.000)
ditunjukkan pada lampiran A.
Kode Penutup
Lahan Skema
1:25.000
1.1.1.1.1 = AA AA.1 Perairan laut dangkal
1.1.1.1.2 = AB AA.2 Terumbu karang AA.1.0 Perairan laut AA.1.0.0 Perairan laut dangkal
AA.3 Padang lamun dangkal
AB.0 Perairan laut dalam AA.2.0.1 Terumbu Karang A
AA.2.0 Terumbu Karang
AA.2.0.2 Terumbu Karang B
AA.3.0 Padang lamun
AA.3.0.1 Padang lamun
AB.1.0 Perairan laut dalam
AA.3.0.2 Mikroalga
1.1.1.5.0 = AG AG.1 Sungai (tidak dirinci) AG.1.1 Sungai Besar AG.1.1 1. Sungai Besar (cek
lebar sungai) tidak
bertanggul di dalam
kawasan perkotaan;
bertanggul di luar
kawasan perkotaan
AG.1.2 Sungai Sedang AG.1.2.3. Sungai sedang
bertanggul di dalam
kawasan perkotaan
1.1.1.6.0 = AH AH.1 Tubuh air lain (tidak AH.1.0 Tubuh air lain (tidak AH.1.0.0 Tubuh air lain (tidak
dirinci) dirinci) dirinci)
1.1.2.3.1 = AK AK.0 Hamparan pasir AK.0 Hamparan pasir AK.0 Hamparan pasir pantai
pantai volkanik/ pasir hitam pantai volkanik/ pasir hitam volkanik/ pasir hitam (tidak
1.1.2.3.2 = AL (tidak dirinci) (tidak dirinci) dirinci)
AL.0 Hamparan pasir AL.0 Hamparan pasir AL.0 Hamparan pasir pantai
pantai koral/non-volkanik pantai koral/non-volkanik koral/non-volkanik
dangkalan
AN.3.0 Lahan terbuka lain
AN.3.0.0 Lahan terbuka lain
AO.1 Waduk pengendali
1.2.1.1.1 hingga banjir AO.1.0 Waduk pengendali AO.1.0.0 Waduk pengendali
1.2.1.1.5 = AO AO.2 Waduk irigasi banjir banjir
AO.3 Waduk multiguna AO.2.0 Waduk irigasi AO.2.0.0 Waduk irigasi
AO.4 Danau wisata air AO.3.0 Waduk multiguna AO.3.0.0 Waduk multiguna
AO.5 Danau buatan AO.4.0 Danau wisata air AO.4.0.0 Danau wisata air
lainnya AO.5.0 Danau buatan AO.5.0.0 Danau buatan lainnya
lainnya
AW.5.0.2. Permukaan
diperkeras lain
1.2.3.1.1 dan AX.1 Bangunan AX.1.1 Perumahan padat AX.1.1.0. Perumahan padat
1.2.3.1.2 = AX permukiman kota teratur bertingkat teratur bertingkat
teratur kepa-datan banyak banyak (tidak dirinci)
1.2.3.2.1 hingga tinggi
1.2.3.2.7 = AY AX1.2.1. Perumahan deret
padat teratur
AX.1.2 Perumahan padat berlantai dua atau
teratur berlantai kurang
dua atau kurang
AX.1.2.2. Perumahan kopel
padat teratur
berlantai dua atau
kurang
AX.2.1 Perumahan
AX.2 Bangunan kepadatan sedang AX.2.1.0 Perumahan kepadatan
permukiman kota lebih dari satu sedang lebih dari
teratur kepadatan lantai satu lantai
sedang
AX.2.2 Perumahan AX.2.2.0 Perumahan kepadatan
kepadatan sedang sedang satu lantai
satu lantai
AX.2.3.0. Bangunan
AX.2.3 Bangunan permukiman kota
permukiman kota teratur kepadatan
teratur kepadatan sedang lainnya
AX.3 Bangunan sedang lainnya
permukiman kota
teratur kepa-datan AX.3.0.0. Bangunan
AX.3.0 Bangunan permukiman kota
rendah permukiman kota teratur kepadatan
teratur kepadatan rendah (tidak dirinci)
AX.4 Bangunan rendah (tidak
permukiman kota dirinci)
tidak teratur AX.4.0.0. Bangunan
kepadatan tinggi permukiman kota
AX.4.0 Bangunan tidak teratur
permukiman kota kepadatan tinggi
AX.5 Bangunan tidak teratur
permukiman kota kepadatan tinggi
tidak teratur AX.5.0.0. Bangunan
kepadatan sedang permukiman kota
AX.5.0 Bangunan tidak teratur
permukiman kota kepadatan sedang
AX.6 Bangunan tidak teratur
permukiman kota kepadatan sedang
tidak teratur AX.6.0.0. Bangunan
kepadatan rendah permukiman kota
AX.6.0 Bangunan tidak teratur
permukiman kota
SNI xxxxxxx-2013
(tidak dirinci)
2.1.1.1.1 hingga BA.1 Hutan lahan tinggi Tidak diperinci Tidak diperinci
2.1.1.1.6 = BA primer kerapatan tinggi
(kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
BA.2 Hutan lahan tinggi dibelakangnya; contoh: dibelakangnya; contoh:
primer kerapatan sedang BA.1.0) BA.1.0.0)
2.1.1.2.1 hingga BB.1 Hutan lahan rendah Tidak diperinci Tidak diperinci
2.1.1.2.6 = BB primer kerapatan tinggi
(kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahakan angka 0
BB.2 Hutan lahan rendah dibelakangnya; contoh: dibelakangnya; contoh:
primer kerapatan sedang BB.1.0) BB.1.0.0)
2.1.1.6.1 hingga BF.1 Hutan sagu kerapatan Tidak diperinci Tidak diperinci
tinggi
2.1.1.6.3 = BF (kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
BF.2 Hutan sagu kerapatan dibelakangnya; contoh: dibelakangnya; contoh:
sedang BF.1.0) BF.1.0.0)
2.1.1.7.0 = BG BG.0 Sabana (tidak dirinci) BG.0.0 Sabana (tidak BG.0.0.0 Sabana (tidak dirinci)
dirinci)
2.1.1.10.0 = BJ BJ.0 Liputan vegetasi BJ.0.0 Liputan vegetasi BJ.0.0.0 Liputan vegetasi
alami/semi-alami lain (tidak alami/semi-alami lain alami/semi-alami lain (tidak
dirinci) (tidak dirinci) dirinci)
BK.1 Hutan jati
2.2.1.1.1 hingga BK.2 Hutan mahoni Tidak diperinci Tidak diperinci
2.2.1.1.8 = BK BK.3 Hutan sanakeling
BK.4 Hutan akasia (kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
BK.5 Hutan sengon dibelakangnya; contoh: dibelakangnya; contoh:
BK.6 Hutan pinus BK.1.0) BK.1.0.0)
BK.7 Hutan kayu putih
BK.8 Hutan tanaman
(industri) lain
2.2.1.3.1 hingga BN.1 Hutan Rakyat (?) BN.1.X Hutan rakyat – BN.1.x.x Hutan rakyat – perlu
2.2.1.3.3 = BN perlu diperinci? diperinci?
BN.2 Kebun buah
BN.2.1 Kebun buah manga BN.2.1.0 Kebun buah manga
BN.3 Agrowisata
BN.2.2 Kebun buah BN.2.2.0 Kebun buah
BN.4 Kebun campuran Kelengkeng Kelengkeng
(kebun sayur)
2.2.1.5.1 hingga BP.1 Sawah dengan padi Tidak diperinci Tidak diperinci
2.2.1.5.3 = BP terus menerus
(kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
BP.2 Sawah dengan padi dibelakangnya; contoh: dibelakangnya; contoh:
diselilingi palawija atau BP.1.0) BP.1.0.0)
tanaman lain
Bibliografi
Darmoyuwono, Kardono. 1979. Pedoman Penafsiran Liputan Lahan (Land Cover) dari Citra
Landsat Skala 1 :1.000.000 -1 :250.000. Cibinong : BAKOSURTANAL
Malingreau, Jean-Paul et al, Juni 1981, A Land Cover/Land Use Classificaton for Indonesia:
The Indonesian Journal of Geography, Faculty of Geography, Gadjah Mada
University, Vol. 11, No. 41, pp. 13 -50