Kunci Intan Pariwara XII Bahasa Indonesia PDF
Kunci Intan Pariwara XII Bahasa Indonesia PDF
Tujuan Pembelajaran:
Dikutip dari: James Danandjaja dan Daniel Agus Maryanto. Cerita Rakyat dari Jawa Tengah,
Volume 3, Grasindo, 2003 dan http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/297-
ki-ageng-mangir-wanabaya, diunduh 13 Januari 2015
C. 1. Jawaban:
a. Panembahan Senopati.
b. Ki Ageng Mangir.
c. Putri Pembayun atau Waranggana.
d. Adipati Martalaya atau Dalang Sandiguna.
e. Ki Juru Martani.
f. Nyai Adirasa.
2. Jawaban:
Panembahan Senopati tidak menyukai Ki Ageng Mangir karena tidak mau tunduk kepada kekuasaan
Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati.
3. Jawaban:
Latar yang ada dalam teks cerita sejarah di atas terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar sua-
sana. Latar tempat dalam teks cerita sejarah di atas adalah di Kerajaan Mataram dan daerah Mangir.
Latar waktu dalam teks cerita sejarah di atas adalah era Kerajaan Mataram, tepatnya setelah era
Kesultanan Demak dan Kesultanan Pajang berakhir. Latar suasana dalam teks cerita sejarah di atas
suasana kerajaan. Sebagian besar latar suasana dalam teks cerita sejarah tersebut adalah suasana
tegang karena perebutan kekuasaan daerah Mangir.
4. Jawaban:
Konflik yang terjadi pada teks cerita sejarah adalah konflik antara Panembahan Senopati yang ingin
menguasai wilayah Mangir dan Ki Ageng Mangir. Daerah Mangir yang dipimpin Ki Ageng Mangir tidak
bersedia tunduk kepada kekuasaan Panembahan Senopati.
5. Jawaban:
Urutan kejadian teks cerita sejarah di atas sebagai berikut.
a. Panembahan Senopati ingin menguasai daerah Mangir.
b. Ki Ageng Mangir yang memimpin daerah Mangir tidak bersedia tunduk pada kekuasaan Mataram
yang dipimpin Panembahan Senopati.
c. Panembahan Senopati dan Ki Juru Martani mengatur siasat agar mengirimkan Putri Pembayun
menyamar dan dikirim ke Desa Mangir.
d. Putri Pembayun, Adipati Martalaya, dan Nyai Adirasa berangkat ke Desa Mangir sebagai rom-
bongan ledhek.
e. Ki Ageng Mangir terpesona kecantikan Putri Pembayun.
f. Ki Ageng Mangir menikahi Putri Pembayun.
g. Putri Pembayun mengaku jika ia adalah putri Panembahan Senopati.
h. Putri Pembayun mengajak Ki Ageng Mangir ke Mataram.
i. Ki Ageng Mangir dan Putri Pembayun berkunjung ke Mataram.
j. Ki Ageng Mangir dan Putri Pembayun menghadap Panembahan Senopati.
k. Panembahan Senopati membenturkan kepala Ki Ageng Mangir di singgasananya.
l. Jenazah Ki Ageng Mangir dikebumikan di Kotagede dengan posisi melintang antara batas keraton
dengan daerah luar keraton.
A. Jawaban:
Jawaban diserahkan kepada siswa
Catatan untuk Guru:
Guru memberi kesempatan siswa untuk mencari teks cerita sejarah di perpustakaan sekolah atau
internet.
B. Contoh Jawaban:
Setelah rasa letih dan lelah mereka lenyap, rombongan Raja Tilahunga kembali melanjutkan per-
jalanan. Ketika itu, hari sudah menjelang siang. Terik matahari yang semakin panas dan menyengat
membuat kerongkongan semua rombongan kering dan ditambah pula perut yang sudah mulai keron-
congan. Melihat para pengawalnya mulai kehausan dan kelaparan, sang Raja pun memutuskan untuk
berhenti dan beristirahat saat melewati sebuah padang rumput yang luas dan hijau.
Raja Tilahunga berteriak : ”Pengawal, berhenti!”
(Rombongan pun berhenti)
Raja bertitah : ”Sebaiknya kita beristirahat dulu di tempat ini. Silakan
kalian membuka perbekalan kalian!” ”Tapi, ingat!
Setelah makan, rapikan kembali perbekalan kalian
masing-masing.”
Anggota rombongan serempak menjawab : ”Baik, Baginda!”
(Seluruh anggota rombongan segera membuka
perbekalan masing-masing)
(Seluruh anggota rombongan makan dengan la-
hap)
(Sebagian anggota rombongan merapikan bekal)
(Sebagian masih ada yang makan dengan lahap)
Raja Tilahunga memperingatkan mereka : ”Wahai, para Pengawal! Sebaiknya kalian makan
sekenyangnya saja. Jika terlalu kenyang, tentu akan
membuat kalian susah untuk berjalan. Lagi pula, per-
jalanan kita masih cukup panjang. Kalian harus lebih
menghemat makanan agar tidak cepat kehabisan
bekal.”
(Rombongan menghentikan makannya dan merapikan bekal tersisa)
(Salah satu anggota rombongan bernama Denggi tidak mau mendengarkan raja)
(Denggi masih makan dengan lahap)
(Denggi merampas makanan anggota yang lain)
Seorang anggota rombongan yang makanannya dirampas oleh Denggi berseru: ”Hai, Denggi! Jangan
kamu ambil bekalku! Ayo, cepat kembalikan!”
(Denggi menolak untuk mengembalikan makanan)
(Terjadi pertengkaran)
(Raja Tilahunga menasihati Denggi)
(Denggi mengakui perbuatan dan meminta maaf)
Sejak itu, padang rumput yang luas dan hijau itu diberi nama Tuladenggi, yaitu diambil dari kata
tula yang berarti ’rakus’ dan nama si Denggi. Jadi, Tuladenggi berarti ”Denggi yang rakus”.
Dikutip dari: http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/253-Asal-Usul-Daerah-Tapa-Tuladenggi-dan-Panthungo, diunduh 16 Januari 2015