Anda di halaman 1dari 16

STATUS UJIAN

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh:
Sheila Sarasanti (2013730099)

Penguji :
dr. H. Isa Multazam Noor, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

PERIODE 18 September – 21 Oktober 2017


STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Alamat : Utan Panjang, Kemayoran
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Tengah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Bercerai
Tanggal Masuk RS : 14 Oktober 2017
Tanggal Wawancara : 16 Oktober 2017

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
a. Alloanamnesis (didapatkan dari Tn. S, hubungan dengan pasien: Kakak ipar),

b. Autoanamnesis
Pasien merasa gelisah, marah-marah dan sering mondar-mandir sejak 3
hari sebelum masuk Rumah Sakit.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Menurut pengakuan pasien, kurang lebih 7 tahun sebelum masuk Rumah
Sakit, pasien sempat berobat ke poli jiwa RS Cipto Mangunkusumo, dengan keluhan
gelisah, marah, menangis dan selalu mondar-mandir karena mendengar suara-suara
yang menjelek-jelekkan pasien. Suara tersebut saling bergantian, terkadang seperti
suara perempuan dan terkadang seperti suara laki-laki. Suara- suara tersebut muncul
hilang timbul dan kadang mengganggu pasien tidur. Pasien juga merasa tetangga-
tetangganya selalu meledek serta ingin mengusir pasien dari lingkungan tempat tinggal
pasien. Oleh karena itu pasien mendapat pengobatan di RS Cipto Mangunkusumo dan
obatnya diminum secara teratur. Menurut pengakuan kakak ipar pasien, pasien

Status Ujian Psikiatri| 2


mengalami gelisah, tidak bisa tidur dan curiga terhadap orang lain namun kakak ipar
pasien tidak tahu apa penyebab pasien menjadi seperti itu, dan pasien tidak
menceritakannya. Hal tersebutlah yang membuat pasien dibawa berobat ke RS Cipto
Mangunkusumo. Menurut pengakuan kakak ipar pasien, pasien berubah menjadi aneh
seperti ini karena masalah perekonomian dan pasien iri dengan kakak dan adik pasien
yang sudah memiliki pekerjaan tetap, sehingga pasien merasa frustasi.
Kurang lebih 6 tahun hingga 5 tahun sebelum masuk Rumah Sakit, pasien
masih rutin berobat di RS Cipto Mangunkusumo. Namun jika obatnya habis atau
terlambat kontrol, gejala pasien kembali kambuh.
Kurang lebih 4 tahun sebelum masuk Rumah Sakit hingga tahun ini, gejala
pasien masih belum hilang. Sehingga pasien berobat ke Puskesmas secara rutin dan
selalu kontrol setiap bulan.
Kurang lebih 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, gejala pasien kembali
kambuh karena pasien putus berobat. Pasien gelisah karena mendengar suara yang
menjelek-jelekkan pasien dan berkata kepada pasien “orang gila.. orang stress” tapi
tidak ada orangnya. Suara tersebut saling bergantian, terdapat suara perempuan dan
laki-laki dan hanya pasien yang bisa mendengar suara tersebut. Oleh karena hal itu,
pasien menjadi marah-marah dan mondar-mandir karena tak tahan dengan dengan
suara tersebut. Suara tersebut didengar oleh pasien cukup keras. Pasien juga merasa
bahwa tetangga pasien menjelek-jelekkan pasien, sehingga karena kesal, pasien
akhirnya memukul dan menodongkan pisau ke tetangganya, namun tidak sampai
menusuk tetangganya. Padahal kakak dan adik pasien tidak merasa ada tetangga yang
menggaggu ataupun meledek pasien, hanya perasaan pasien saja. Setelah itu tetangga
pasien melaporkan kejadian tersebut ke Polisi dan pasien mendapat surat peringatan
dari Polisi. Oleh karena itu pasien dibawa ke RSJI Klender oleh kakak iparnya pada
tanggal 14 Oktober 2017 untuk dirawat inap.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Menurut pengakuan pasien, kurang lebih 7 tahun sebelum masuk Rumah
Sakit, pasien sempat berobat ke poli jiwa RS Cipto Mangunkusumo, dengan
keluhan gelisah, marah, menangis dan selalu mondar-mandir karena mendengar
suara-suara yang menjelek-jelekkan pasien. Suara tersebut saling bergantian,

Status Ujian Psikiatri| 3


terkadang seperti suara perempuan dan terkadang seperti suara laki-laki. Suara-
suara tersebut muncul hilang timbul dan kadang mengganggu pasien tidur. Pasien
juga merasa tetangga-tetangganya selalu meledek serta ingin mengusir pasien dari
lingkungan tempat tinggal pasien. Oleh karena itu pasien mendapat pengobatan di
RS Cipto Mangunkusumo dan obatnya diminum secara teratur. Menurut
pengakuan kakak ipar pasien, pasien mengalami gelisah, tidak bisa tidur dan curiga
terhadap orang lain namun kakak ipar pasien tidak tahu apa penyebab pasien
menjadi seperti itu, dan pasien tidak menceritakannya. Hal tersebutlah yang
membuat pasien dibawa berobat ke RS Cipto Mangunkusumo. Menurut pengakuan
kakak ipar pasien, pasien berubah menjadi aneh seperti ini karena masalah
perekonomian dan pasien iri dengan kakak dan adik pasien yang sudah memiliki
pekerjaan tetap, sehingga pasien merasa frustasi.
Kurang lebih 6 tahun hingga 5 tahun sebelum masuk Rumah Sakit, pasien
masih rutin berobat di RS Cipto Mangunkusumo. Namun jika obatnya habis atau
terlambat kontrol, gejala pasien kembali kambuh.
Kurang lebih 4 tahun sebelum masuk Rumah Sakit hingga tahun ini, gejala
pasien masih belum hilang. Sehingga pasien berobat ke Puskesmas secara rutin dan
selalu kontrol setiap bulan.

b. Riwayat Medis Umum


Pasien sebelumnya tidak memiliki riwayat trauma, stroke, penyakit
hipertensi, asma, gangguan gastrointestinal, diabetes mellitus, penyakit jantung,
dan penyakit lainnya.

D. Riwayat Penggunaaan Alkohol dan NAPZA


Pasien sebelumnya tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang. Namun
pasien pernah mengonsumsi alcohol saat remaja hanya ingin mencoba saja, hanya satu
kali, tidak ingat alcohol jenis apa, setelah itu tidak mengonsumsi kembali. Pasien juga
merokok dari usia dewasa muda hingga sekarang, setiap hari menghabiskan 1-2
bungkus rokok.

Status Ujian Psikiatri| 4


E. Riwayat Pramorbid
a. Masa Prenatal
Menurut pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam keadaan sehat, tidak
ada mengalami gangguan fisik maupun psikis. Kehamilan tersebut merupakan
kehamilan diinginkan. Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan (9 bulan).
Pasien lahir normal dibantu oleh bidan. Pada saat lahir pasien langsung menangis.
Tidak ada cedera atau cacat lahir. Pasien merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara.

b. Masa Kanak – Kanak Dini (0 – 3 tahun)


Pasien diasuh oleh ayah & ibu kandungnya dan diberikan ASI selama 6
bulan pertama kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia.
Kualitas interaksi ibu dengan pasien baik, tidak ada problem, tidak ada gangguan
perkembangan, pasien bersifat aktif, tidak ada gangguan tingkah laku.

c. Masa Kanak – Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)


Pasien mengerti bahwa dirinya adalah seorang laki-laki. Pasien masuk
sekolah sesuai usianya, di lingkungan sekolahnya pasien tidak pernah membuat
masalah, hubungan pertemanan dengan teman sebayanya baik, pasien memiliki
banyak teman, perkembangan intelektual dan motoriknya baik. Secara fisik pasien
tumbuh dan berkembang seperti anak – anak seusianya. Pasien mampu
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dalam 6 tahun.

d. Masa Kanak Akhir dan Pubertas (11 – 18 tahun)


Pasien tidak melanjutkan pendidikannya setelah SD karena memiliki
kesulitan ekonomi. Setelah lulus SD, pasien mulai bekerja serabutan. Hubungan
dengan saudara – saudara kandungnya baik. Pasien juga sudah mulai ada
ketertarikan terhadap lawan jenis.

e. Masa Dewasa
 Riwayat pekerjaan
Sekarang ini pasien tidak bekerja. Sekitar 1 atau 2 tahun sebelum
masuk Rumah Sakit pasien bekerja sebagai pegawai toko makanan burung,
namun berhenti saat tahun ini. Pasien tidak tahu persis alasan mengapa pasien

Status Ujian Psikiatri| 5


diberhentikan oleh tuan tokonya. Sepuluh tahun sebelum masuk Rumah Sakit,
pasien berjualan macaroni goreng selama 3 tahun.

 Riwayat perkawinan/berpasangan/pacaran
Pasien menikah saat berusia 29 tahun (9 tahun yang lalu). Pasien
selama menikah belum dikaruniai keturunan. Dua tahun setelah menikah, istri
pasien meninggalkan pasien tanpa alasan yang jelas. Pasien berspekulasi bahwa
istrinya meninggalkan pasien karena pasien tidak memiliki pekerjaan tetap.

 Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Pasien tidak melanjutkan
pendidikannya setelah SD karena ada masalah keuangan.

 Riwayat agama / kehidupan beragama


Pasien dan keluarganya beragama islam. Pasien termasuk orang yang
tidak terlalu fanatik dalam mendalami ilmu agama. Pasien melaksanakan sholat
5 waktu. Dan jarang mengaji.

 Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang


Interaksi sosial terhadap anggota keluarganya baik. Tetapi pasien
memiliki masalah dengan tetangganya. Pasien merasa curiga dan berpikir
bahwa tetangganya selalu mengejek pasien.

 Riwayat pelanggaran hukum


Pasien pernah berurusan dengan polisi sebanyak 2 kali. Pertama saat
pasien berusia remaja, ditangkap polisi karena sering membuat keributan warga
dengan“main motor”. Yang kedua, saat 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit,
pasien dilaporkan ke polisi oleh tetangganya karena pasien memukul dan
menodong pisau ke tetangga pasien (karena merasa diejek terus oleh tetangga).

F. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya, pasien memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual

Status Ujian Psikiatri| 6


dan tidak pernah melakukan pelecehan seksual. Selama sebelum bercerai, pasien
belum dikaruniai anak.

G. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Pasien
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Genogram Keluarga

Keterangan :

= Laki-laki = Pasien

= Perempuan = Tinggal serumah

= Meninggal

H. Mimpi, fantasi dan nilai – nilai


Pasien memiliki riwayat mimpi buruk berulang dan tidak memiliki fantasi/khayalan
yang berulang.

Status Ujian Psikiatri| 7


III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
- Penampilan
Seorang laki-laki, 38 tahun terlihat berpenampilan sesuai dengan usianya. Postur
tubuh dengan tinggi sedang dan kurus. Berpenampilan rapih, menggunakan
pakaian RS kaos berwarna hijau, dengan celana panjang warna abu-abu. Tidak
terlihat tanda kecemasan.

- Perilaku dan aktivitas psikomotor


Pasien tenang selama wawancara, kontak mata dengan pemeriksa cukup baik.

- Sikap terhadap pemeriksa


Pasien cukup kooperatif karena mau menjawab pertanyaan pemeriksa.

B. Mood dan Afek


- Mood : Hipotimia
- Afek : Sempit
- Keserasian afek : Serasi

C. Pembicaraan (volume, intonasi, kualitas, kuantitas)


Kuantitas : Bicara spontan, tidak terlalu banyak bicara dan tidak pendiam
Kualitas : Volume pelan
Intonasi : Jelas
Kecepatan : Cukup
Kelancaran : Lancar

D. Gangguan Persepsi
- Halusinasi :
 Auditorik : Ada (Suara bisikan keras yang bersifat commenting pasien
“orang gila.. orang stress”)
 Visual : Ada (Melihat sosok hantu pocong)
 Taktil : Tidak ada
 Olfaktori : Tidak ada
- Ilusi : Tidak ada

Status Ujian Psikiatri| 8


- Depersonalisasi : Ada (Pasien pernah merasa kalau di dalam tubuhnya terdapat
diri orang lain, tapi pasien tidak ingat siapa orang tersebut, karena sudah lama).
- Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir
- Produktivitas (flight of ideas, asosiasi longgar, kemiskinan pikiran, dsb)
Asosiasi longgar : Tidak ada
Flight of idea : Tidak ada
Kemiskinan isi pikir : Tidak ada
Inkoheren : Tidak ada

- Kontinuitas (blocking, tangensial, sirkumstansial, dsb)


Blocking : Ada
Sirkumtansial : Tidak ada
Tangensial : Tidak ada

- Hendaya bahasa (word salad, neologisme, dsb)


Word salad : Tidak ada
Clang Association : Tidak ada
Reiterated phrases : Tidak ada
Neologisme : Tidak ada

F. Isi Pikir
- Waham :

 Waham Bizzare : Tidak ada


 Waham Sistematik : Tidak ada
 Waham Nihilistic : Tidak ada
 Waham Paranoid
- Waham Kebesaran : Tidak ada
- Waham Kejaran : Tidak ada
- Waham Rujukan : Ada (Pasien curiga bahwa ada
beberapa tetangganya yang membencinya)
- Waham Dikendalikan
o “Thought echo” : Tidak ada

Status Ujian Psikiatri| 9


o “Thought withdrawal” : Tidak ada
o “Thought insertion” : Tidak ada
o “Thought broadcasting” : Ada (Pasien sangat yakin
bahwa isi pikirannya bisa diketahui oleh orang lain)

- Preokupasi : Tidak ada


- Obsesi : Tidak ada
- Ide referensi : Tidak ada
- Fobia : Tidak ada

G. Fungsi Kognitif dan Kesadaran


- Kesadaran : Kompos mentis
- Orientasi
 Waktu : Baik (Pasien mampu menyatakan sekarang ini siang/malam,
bahkan pasien tahu hari ini tanggal,bulan,dan tahun berapa dengan tepat)
 Tempat : Baik (Pasien tahu bahwa ia berada di RS Jiwa Klender Bunga
Rampai)
 Orang : Baik (Pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai dokter muda
dan pasien dapat mengenali beberapa nama perawat RSJI Klender)

- Daya Ingat
 Segera : Baik (Pasien mampu menyebutkan 3 nama benda
(kertas, buku, pensil) yang berbeda)
 Jangka pendek : Baik (Pasien mampu mengingat menu sarapan pagi)
 Jangka sedang : Baik (Pasien mampu mengingat menu makan malam
kemarin)
 Jangka panjang : Baik (Pasien ingat nama SD tempat pasien sekolah)

- Konsentrasi dan perhatian


Konsentrasi pasien cukup baik (Pasien mampu mengurangi penjumlahan seratus
kurang lima sebanyak 5 kali berturut-turut.)
Perhatian pasien baik (pasien dapat mengeja dari belakang kata DUNIA)

- Kemampuan membaca dan menulis

Status Ujian Psikiatri| 10


Baik (Pasien membaca dan mengikuti apa yang diperintahkan serta menulis nama
lengkap pasien)

- Kemampuan visuospasial
Baik (Pasien dapat menggambar jam yang menunjukkan jam 3)

- Pikiran abstrak
Baik (pasien mampu memahami persamaan antara penghapus dan pensil)

- Intelegensia
Baik (pasien mampu menyebutkan presiden Indonesia saat ini, dan lagu
kebangsaan Indonesia)

H. Pengendalian Impuls
Baik (Pasien mau untuk diajak pemeriksa mengobrol dan pasien tidak marah ataupun
mengamuk selama proses wawancara)

I. Daya Nilai Sosial

Baik (Ketika diberi pertanyaan apakah hukuman yang pantas bagi pembunuh, lalu
pasien menjawab dipenjara atau di hukum mati.)

J. Uji Daya Nilai


Baik (Saat ditanyakan oleh pemeriksa bila menemukan dompet dijalan apa yang akan
dilakukan pasien? Pasien menjawab akan berusaha mengembalikannya atau ke kantor
polisi terdekat)

K. Tilikan
Derajat 4 (karena pasien menyadari bahwa dirinya sakit jiwa dan butuh bantuan
namun tidak memahami penyebab sakitnya)

L. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

Status Ujian Psikiatri| 11


IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sehat
Tanda Vital : TD: 120/80 mmHg; N: 85 x/menit; RR: 20 x/menit
Kepala : Normocephal
Thorax : Simetris
Cor : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler kanan = kiri, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Abdomen : Bising Usus (+), Nyeri Tekan Epigastrium (-)
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-), CRT ≤ 2 detik

b. Status Neurologis
Rangsang meningeal : Tidak ada
Mata : Isokor
Gerakan bola mata : Baik ke segala arah
Reflek pupil : +/+
Kekuatan : Baik
Koordinasi : Baik
Sensorik : Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA DAN FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan autoanamnesis dan aloanamnesis dengan kakak ipar pasien,
didapatkan bahwa pasien adalah laki-laki berusia 38 tahun, suku Jawa Tengah, agama
Islam, pendidikan terakhir SD. Pasien dibawa ke RSJI Klender pada tanggal 14 Oktober
2017 dengan keluhan utama, kurang lebih 7 tahun sebelum masuk Rumah Sakit, pasien
gelisah, marah, menangis dan selalu mondar-mandir karena mendengar suara-suara yang
menjelek-jelekkan pasien. Pasien juga merasa tetangga-tetangganya selalu meledek serta
ingin mengusir pasien dari lingkungan tempat tinggal pasien. Menurut pengakuan kakak
ipar pasien, pasien mengalami gelisah, tidak bisa tidur dan curiga terhadap orang lain
namun kakak ipar pasien tidak tahu apa penyebab pasien menjadi seperti itu, dan pasien
tidak menceritakannya. Menurut pengakuan kakak ipar pasien, pasien berubah menjadi
aneh seperti ini karena masalah perekonomian dan pasien iri dengan kakak dan adik pasien
yang sudah memiliki pekerjaan tetap, sehingga pasien merasa frustasi.

Status Ujian Psikiatri| 12


Kurang lebih 6 tahun hingga 5 tahun sebelum masuk Rumah Sakit, gejala pasien
masih sering kambuh jika obatnya habis.
Kurang lebih 4 tahun sebelum masuk Rumah Sakit hingga tahun ini, gejala pasien
masih belum hilang terutama jika obat habis.
Kurang lebih 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, gejala pasien kembali kambuh
karena pasien putus berobat. Pasien gelisah karena mendengar suara yang menjelek-
jelekkan pasien dan berkata kepada pasien “orang gila.. orang stress” tapi tidak ada
orangnya. Oleh karena hal itu, pasien menjadi marah-marah dan mondar-mandir karena
tak tahan dengan dengan suara tersebut. Suara tersebut didengar oleh pasien cukup keras.
Pasien juga merasa bahwa tetangga pasien menjelek-jelekkan pasien, sehingga karena
kesal, pasien akhirnya memukul dan menodongkan pisau ke tetangganya, namun tidak
sampai menusuk tetangganya. Padahal kakak dan adik pasien tidak merasa ada tetangga
yang menggaggu ataupun meledek pasien, hanya perasaan pasien saja. Oleh karena itu
pasien dibawa ke RSJI Klender oleh kakak iparnya pada tanggal 14 Oktober 2017 untuk
dirawat inap.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan Kesadaran Compos Mentis, adanya
Mood Hipotimia, Afek sempit, Afek serasi, ada gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik dan visual, adanya depersonalisasi, adanya gangguan isi pikir berupa waham
curiga, Thought broadcasting, fungsi kognitif secara keseluruhan baik, tilikan derajat 4.

Formulasi diagnostik : Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan psikologi yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) berupa halusinasi auditorik
dan visual, adanya depersonalisasi, adanya gangguan isi pikir berupa waham paranoid
(waham rujukan dan Thought broadcasting), yang menyebabkan terjadinya hendaya
(impairment/disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan
fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita
gangguan jiwa.

VI. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik
Tidak ada faktor keturunan gangguan jiwa.

 Psikologik

Status Ujian Psikiatri| 13


Halusinasi auditorik dan visual, depersonalisasi, adanya gangguan isi pikir berupa
waham curiga, Thought broadcasting.

 Lingkungan dan faktor sosial


Pasien merasa beberapa tetangganya membencinya dan menjelek-jelekkannya
sehingga hubungan dengan beberapa tetangga tersebut tidak baik.

VII. DIAGNOSTIK MULTIAKSIAL


Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gangguan kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan ekonomi
Aksis V : GAF saat diperiksa : 50 - 41
GAF terbaik satu tahun terakhir : 70 – 61

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN


- Farmakoterapi
 Risperidone tablet 2 mg 2 kali sehari

- Non – farmakoterapi (Psikoterapi)


a. Rawat Inap
b. Psikoterapi suportif
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya pasien akan merasa lega
serta perlahan keluhannya akan berkurang.
 Memberi dukungan pada pasien untuk meminum obat secara teratur.
 Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah
serta memberikan dorongan agar pasien lebih terbuka bila mempunyai masalah
dan memotivasi pasien agar selalu berpikir positif tentang masa depan, dengan
begitu pasien tidak cepat menyerah dalam mencari kerja.

Status Ujian Psikiatri| 14


 Melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI
Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya
secara normal.

c. Psikoterapi reedukatif
 Melakukan terapi perilaku, yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri
pasien secara mandiri.
 Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang dialami pasien,
gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang mungkin diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit. Dan
menjelaskan agar keluarga terus memantau kepatuhan pasien dalam memakan
obat. Serta keluarga sebaiknya ikhlas dan sabar dalam menghadapi pasien.

d. Psikoterapi Rekonstruktif
Memotivasi agar pasien mau menghilangkan perasaan curiganya terhadap
tetangga sehingga pasien bisa bersosialisasi dengan orang sekitar terutama tetangga dan
berinteraksi dengan masyarakat di lingkungannya. Serta memotivasi pasien agar selalu
rajin beribadah, seperti shalat sunnah, mengaji, dan berdzikir.

e. Tindakan preventif
Karena pasien tidak bekerja, maka dianjurkan memotivasi pasien agar tidak
cepat menyerah dalam mencari kerja atau berdagang. Dan menasehati pasien agar tidak
selalu curiga terhadap tetangga.

IX. PROGNOSIS
Faktor yang meringankan penyakit :
- Keluarga pasien masih mendukung pasien untuk sembuh
- Faktor pencetus jelas.
- Minum obat teratur
- Tidak ada kelainan organik.
- Tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya.

Faktor yang memperberat penyakit :

Status Ujian Psikiatri| 15


- Pasien masih belum memiliki pekerjaan
- Terdapat gejala psikotik
- Terkadang jika obat habis, sering telat kontrol

Kesimpulan prognosisnya adalah:


Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Status Ujian Psikiatri| 16

Anda mungkin juga menyukai