SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh:
Sheila Sarasanti (2013730099)
Penguji :
dr. H. Isa Multazam Noor, Sp.KJ
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Alamat : Utan Panjang, Kemayoran
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Tengah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Bercerai
Tanggal Masuk RS : 14 Oktober 2017
Tanggal Wawancara : 16 Oktober 2017
b. Autoanamnesis
Pasien merasa gelisah, marah-marah dan sering mondar-mandir sejak 3
hari sebelum masuk Rumah Sakit.
e. Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan
Sekarang ini pasien tidak bekerja. Sekitar 1 atau 2 tahun sebelum
masuk Rumah Sakit pasien bekerja sebagai pegawai toko makanan burung,
namun berhenti saat tahun ini. Pasien tidak tahu persis alasan mengapa pasien
Riwayat perkawinan/berpasangan/pacaran
Pasien menikah saat berusia 29 tahun (9 tahun yang lalu). Pasien
selama menikah belum dikaruniai keturunan. Dua tahun setelah menikah, istri
pasien meninggalkan pasien tanpa alasan yang jelas. Pasien berspekulasi bahwa
istrinya meninggalkan pasien karena pasien tidak memiliki pekerjaan tetap.
Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Pasien tidak melanjutkan
pendidikannya setelah SD karena ada masalah keuangan.
F. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya, pasien memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual
G. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Pasien
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Genogram Keluarga
Keterangan :
= Laki-laki = Pasien
= Meninggal
D. Gangguan Persepsi
- Halusinasi :
Auditorik : Ada (Suara bisikan keras yang bersifat commenting pasien
“orang gila.. orang stress”)
Visual : Ada (Melihat sosok hantu pocong)
Taktil : Tidak ada
Olfaktori : Tidak ada
- Ilusi : Tidak ada
E. Proses Pikir
- Produktivitas (flight of ideas, asosiasi longgar, kemiskinan pikiran, dsb)
Asosiasi longgar : Tidak ada
Flight of idea : Tidak ada
Kemiskinan isi pikir : Tidak ada
Inkoheren : Tidak ada
F. Isi Pikir
- Waham :
- Daya Ingat
Segera : Baik (Pasien mampu menyebutkan 3 nama benda
(kertas, buku, pensil) yang berbeda)
Jangka pendek : Baik (Pasien mampu mengingat menu sarapan pagi)
Jangka sedang : Baik (Pasien mampu mengingat menu makan malam
kemarin)
Jangka panjang : Baik (Pasien ingat nama SD tempat pasien sekolah)
- Kemampuan visuospasial
Baik (Pasien dapat menggambar jam yang menunjukkan jam 3)
- Pikiran abstrak
Baik (pasien mampu memahami persamaan antara penghapus dan pensil)
- Intelegensia
Baik (pasien mampu menyebutkan presiden Indonesia saat ini, dan lagu
kebangsaan Indonesia)
H. Pengendalian Impuls
Baik (Pasien mau untuk diajak pemeriksa mengobrol dan pasien tidak marah ataupun
mengamuk selama proses wawancara)
Baik (Ketika diberi pertanyaan apakah hukuman yang pantas bagi pembunuh, lalu
pasien menjawab dipenjara atau di hukum mati.)
K. Tilikan
Derajat 4 (karena pasien menyadari bahwa dirinya sakit jiwa dan butuh bantuan
namun tidak memahami penyebab sakitnya)
b. Status Neurologis
Rangsang meningeal : Tidak ada
Mata : Isokor
Gerakan bola mata : Baik ke segala arah
Reflek pupil : +/+
Kekuatan : Baik
Koordinasi : Baik
Sensorik : Baik
Formulasi diagnostik : Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan psikologi yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) berupa halusinasi auditorik
dan visual, adanya depersonalisasi, adanya gangguan isi pikir berupa waham paranoid
(waham rujukan dan Thought broadcasting), yang menyebabkan terjadinya hendaya
(impairment/disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan
fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita
gangguan jiwa.
Psikologik
c. Psikoterapi reedukatif
Melakukan terapi perilaku, yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri
pasien secara mandiri.
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang dialami pasien,
gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang mungkin diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit. Dan
menjelaskan agar keluarga terus memantau kepatuhan pasien dalam memakan
obat. Serta keluarga sebaiknya ikhlas dan sabar dalam menghadapi pasien.
d. Psikoterapi Rekonstruktif
Memotivasi agar pasien mau menghilangkan perasaan curiganya terhadap
tetangga sehingga pasien bisa bersosialisasi dengan orang sekitar terutama tetangga dan
berinteraksi dengan masyarakat di lingkungannya. Serta memotivasi pasien agar selalu
rajin beribadah, seperti shalat sunnah, mengaji, dan berdzikir.
e. Tindakan preventif
Karena pasien tidak bekerja, maka dianjurkan memotivasi pasien agar tidak
cepat menyerah dalam mencari kerja atau berdagang. Dan menasehati pasien agar tidak
selalu curiga terhadap tetangga.
IX. PROGNOSIS
Faktor yang meringankan penyakit :
- Keluarga pasien masih mendukung pasien untuk sembuh
- Faktor pencetus jelas.
- Minum obat teratur
- Tidak ada kelainan organik.
- Tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya.