Anda di halaman 1dari 1

E.

TATA CARA MEMBACA SELAWAT (AL-BARZANJI, AD-DIBA’I,SIMTUT


DHUROR, SYARIFUL ANAM)
Pada umunya peringatan Maulud Nabi Muhammad saw, dilakukan dengan membaca
sholawat dengan berbagi macam dan bentuk acara. Hal ini berdasar pada frman Allah swt.,
dalam QS. Al-Ahzab ayat 56 :

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang
yang beriman, berselawatlah kepadanya dan ucapkan salam pernghormatan
kepadanya.”
Ketika membaca berbagai shalawat tersebut di atas, ada saatsaat orang-orang
melantunkannya sambil berdiri. Inilah yang dikenal dengan istilah (mahal al-qiyam) artinya
berdiri ketika membaca selawat atau dalam masyarkat NU dikenal dengan sebutan “sirokalan
atau srakalan”. Kalimat sirokalan atau srakalan diambil dari kata “asyroqol badru ‘alaina”
dimana kalau sudah sampai kalimat itu semua hadirin dimohon berdiri. Berdiri karena adanya
keyakinan kehadiran nur (cahaya) Nabi Muhammad saw di tengah-tengah majelis. Peristiwa
berdiri ini ada yang menyebutnya marhaban yang diucapkan ketika berdiri itu. Marhaban sendiri
berarti “selamat datang” atas kehadiran nabi.
Berdiri merupakan ungkapan dari penghormatan kepada Nabi Muhammad saw, karena
beliau manusia teragung yang layak lebih dihormati daripada yang lain. Mengapa bentuk
penghormatan itu dilakukan dengan berdiri. Dalam hadis Nabi Muhammad saw disebutkan:

Artinya : dari Abi Sa’id Al Khudri, beliau berkata, Rosulullah saw bersabda kepada
sahabat anshor : “ Berdirilah kalian untuk tuan kalian atau orang yang paling baik
diantara kalian “ (Shohih Muslim : 3314)
Berdasarkan hadits inilah Imam Nawawi berpendapat :

Artinya : Berdiri untuk (menyambut) kedatangan orang yang mempunyai keutamaan itu
dianjurkan. Ada banyak hadits yang menerangkan hal tersebut. Tidak ada dalil yang
secara nyata menyatakan larangan berdiri itu hal. (Shohih Muslim bi Syarh al-nawawi,
juz XII 80).

Anda mungkin juga menyukai