Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HASIL PENELITIAN

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep Sistem


Sirkulasi pada Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Indralaya
Nama/NIM : Budi Maryanto / 06053132010
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Riyanto, S.Pd., M.Si.
2. Meilinda, S. Pd., M. Pd

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep
Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Indralaya pada bulan Nopember-Desember
2010. Pengambilan data dilakukan di SMA N 1 Indralaya dengan satu kelas eksperimen dan satu
kelas pembanding. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode quasi eksperimen
(eksperimen semu). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata pretest dan postes kelas
eksperimen adalah 37,54 dan 83,83 dan kelas pembanding 34,85 dan 72,42 serta peningkatan
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 46,29 dan kelas pembanding 37,57. Dari hasil uji
normalitas Gain dadapat tingkat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi (0,74)
dibandingkan kelas pembanding (0,58). Tingkat signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar
kelompok penelitian adalah 0,005, ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa
dibanding pembelajaran dengan media gambar.
Kata Kunci : Media animasi, penguasaan konsep.

PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi modern tentang komputer merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pada bidang pendidikan, pemerintah dan
masyarakat umum telah memberikan perhatian yang mendalam tentang kemajuan teknologi
modern ini. Teknologi dapat membantu mencapai sasaran dan tujuan pendidikan sehingga proses
belajar mengajar akan lebih berkesan dan bermakna (Asra, 2009). Teknologi informasi turut
berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi
informasi meliputi perkembangan infrastruktur teknologi informasi, seperti hardware, software,
teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi (Laudon, 2006 dalam Noviari,
2009).
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi
audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena
kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan
teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan komputer merupakan salah satu bagian dari teknologi informasi yang
saat ini digunakan oleh para praktisi pendidikian dalam upaya menyajikan materi pelajaran.
Komputer sebagai penyedia informasi dirasakan perlu untuk digunakan karena dapat menyajikan
informasi dengan baik (Sihombing, 2010). Media pembelajaran memberikan penekanan pada
posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan
seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar
(learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media (Asra, 2009)
Media pengajaran yang sedang berkembang untuk saat ini yaitu multimedia. Penggunaan
multimedia merupakan kombinasi dari grafik, teks, suara, video, dan animasi. Objek yang tidak
dapat dilihat langsung, dapat digantikan dengan penggunaan multimedia yang berupa penayangan
teks, grafik, suara, video, dan animasi. Multimedia mengandung unsur komputer. Multimedia
memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu sumber belajar seperti guru, tetapi
memberikan kesempatan kepada subjek mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan
inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti
dalam bentuk gambar dan kata-kata (Saguni, 2006). Media pembelajaran dapat digunakan untuk
meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret. Multimedia sebagai gabungan
berbagai jenis media mampu menciptakan suasana belajar yang begitu menarik dan
menyenangkan sehingga akan memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi dalam diri seswa.
Multimedia memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tidak hanya dari guru, tetapi
memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan
inofatif. Hal ini salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti
gambar dan kata-kata (Puspita, 2008).

2
Media animasi yang merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan
pesan-pesan pembelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran Biologi sangat
mendukung proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses biologi
yang kompleks dapat dengan mudah dijelaskan kepada siswa, seperti proses fotosintesis, respirasi
aerob, dan berbagai proses dalam sistem organ manusia. Pada proses belajar mengajar, siswa
sering dihadapkan pada materi yang abstrak dan diluar pengalaman sehari-hari sehingga matri
pelajaran sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Keistimewaan yang dimiliki oleh animasi
intinya untuk memvisualisasikan konsep abstrak yang sulit dipraktekkan dikelas (Sihombing,
2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Radita (2010) didapatkan bahwa perencanaan
penggunaan media pembelajaran dalam silabus dan RPP belum sesuai dengan realisasinya. Media
pembelajaran yang sering digunakan terdiri dari 2-3 jenis media antara lain media visual yaitu
charta, media benda yaitu model, dan media cetak yaitu LKS. Hanya beberapa guru yang
mencantumkan penggunaan media komputer dalam RPP dan silabus. Kendala dalam
merealisasikan penggunaan media komputer adalah kurangnya kreativitas guru. Padahal menurut
penelitian O’Day (2006) menunjukkan penggunaan media animasi dalam pembelajaran biologi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
SMA Negeri 1 Indralaya adalah salah satu SMA yang terdapat di Ogan Ilir. SMA ini
memiliki ruang multimedia yang didalamnya terdapat komputer dan LCD yang bisa menunjang
proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, ruang multimedia ini hanya digunakan
oleh guru mata pelajaran komputer, sedangkan guru mata pelajaran lain jarang sekali
menggunakan ruang multimedia ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan media animasi dalam pembelajaran biologi di kelas XI SMA Negeri I Indralaya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian ”Pengaruh
Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri I Indralaya”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh media
animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

3
Indralaya. Dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan animasi dengan menggunakan
software Microsoft Power Point pada proses penyampaian pembelajaran terhadap penguasaan
konsep sistem sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya. Sesuai dengan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA
Negeri I Indralaya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pengaruh media
animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri I
Indralaya. Bagi guru, dapat memberikan masukan cara atau metode yang cocok dalam
menyajikan materi agar mampu merangsang siswa untuk belajar. Serta dapat mengetahui sukses
tidaknya penerapan pengajaran dengan menggunakan multimedia khususnya animasi terhadap
penguasaan konsep siswa dalam mempelajari biologi. Bagi sekolah, agar lebih memperhatikan
pengadaan media pendidikan bagi menunjang lancarnya pelaksanaan proses belajar mengajar.

Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak terdapat pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada
siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.
Ha : Terdapat pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada
siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri 1 Indralaya pada bulan Nopember –
Desember 2010.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebasnya adalah media animasi, dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep.

4
Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel bebasnya adalah media. Media yang digunakan adalah animasi yang merupakan
suatu media pembelajaran yang menggunakan berbagai kombinasi antara teks, grafik, gambar,
dan suara yang memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan
konsep sistem sirkulasi siswa. Penguasaan konsep siswa dinilai dalam bentuk skor atau angka
yang dicapai siswa setelah diberikan tes pada konsep tertentu, yang disusun untuk penelitian ini.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya
tahun ajaran 2010/2011.
Sampel Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dari kelas XI IPA SMA Negeri
I Indralaya tahun ajaran 2010/2011 yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi
sebagai kelas kontrol yang kemudian dilakukan rotasi pada pertemuan selanjutnya.

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan
desain penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Desain penelitian kelas eksperimen dan kelas pembanding
KELOMPOK PRETEST VARIABEL POSTEST
TERIKAT
Eksperimen Y1 X Y2
Pembanding Y1 - Y2
Keterangan:
Y1 : Tes awal atau pretest
X : Pemberian perlakuan

5
Y2 : Tes akhir atau posttest
Prosedur Kerja
Persiapan
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dan
pembanding
2. Menentukan kelas eksperimen dan kelas pembanding sebagai sampel penelitian.
Pelaksanaan
Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding
Kelas Eksperimen Kelas Pembanding
1. Pendahuluan (15 menit) 1. Pendahuluan (15 menit)
a. Guru memberikan tes awal (10 menit) a. Guru memberikan tes awal (10 menit)
b. Guru memerikan apersepsi (3 menit) b. Guru memberikan apersepsi (3 menit)
c. Guru menyampaikan indkator (2 menit) c. Guru Menyampaikan indikator (2 menit)

2. Kegiatan inti (60 menit) 2. Kegiatan Inti (60 menit)


a. Melaksanakan pembelajaran dengan a. Melaksanakan pembelajaran dengan
metode ceramah dan tanya jawab dengan metode ceramah dan tanya jawab dengan
menggunakan alat bantu laptop dan LCD menggunakan alat bantu laptop dan LCD
yang menampilkan slide dan animasi (45 yang menampilkan slide dan gambar (45
menit) menit)
b. Guru mereview sedikit materi yang telah b. Guru mereview sedikit materi yang telah
diajarkan (10 menit) diajarkan (10 menit)
c. Guru membimbing siswa membuat c. Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan (5 menit) kesimpulan (5 menit)
3. Penutup (15 menit) 3. Penutup (15 menit)
a. Memberikan tes akhir (10 menit) a. Memberikan tes akhir (10 menit)
b. Memberitahukan materi yang akan b. Memberitahukan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya (5 dipelajari pada pertemuan berikutnya (5
menit). menit).

Penyelesaian Penelitian
a. Melakukan analisis data dan pembahasan

6
b. Merumuskan kesimpulan dari hasil analisis

Teknik Pengumpulan Data


Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu dan kelompok (Riduwan, 2003).

Kuesioner (Angket)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia
memberikan respon (responden) sesuai permintaan pengguna (Riduwan, 2003). Angket
digunakan pada penelitian ini untuk mengukur minat siswa terhadap animasi yang telah
disampaikan oleh peneliti. Validitas isi angket diuji dengan bertanya kepada ahli (dosen).
Pelaksanaan pengambilan data (pengisian angket) dilakukan setelah penggunaan media
pembelajaran. Skala pengukuruan angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Angket
ini terdiri dari pertanyaan positif seperti terlihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Skor pernyataan Tanggapan


Pernyataan SS S TS STS
Skor 4 3 2 1
(Sudjana, 1999)

Teknik Analisa Data


Analisa data tes
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal yang akan digunakan sebagai alat uji dianalisis
terlebih dahulu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan realibilitas soal tersebut
dengan menggunakan sofware AnatesV4.
Uji Validitas

7
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
(instrumen) dalam mengukur suatu data.
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan dengan teknik korelasi product
momen (r), dengan sofware AnatesV4.
Keputusan uji:
Bila rhitung > rteori, maka instrumen dinyatakan valid (diterima)
Bila rhitung < rteori, maka instrumen dinyatakan tidak valid (ditolak)

Reliabilitas
Reliabelitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat
pengukuran yang sama.
Pengujian reliabelitas soal menggunakan sofware AnatesV.
Sedangkan untuk membuktikan perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas pembanding
digunakan perhitungan statistik yaitu uji mann-whitney (mann-whitney test). Untuk mengetahui,
apakah hipotesis ditolak atau diterima, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan
uji mann-whitney. Sebelum dilakukan uji mann-whitney, terlebih dahulu dilakukan uji narmalitas
dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal dan uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya kecenderungan sebaran data
untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Uji normalitas
Pada penelitian ini, uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan program pengolah
data SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui uji Normalitas one sample
Kolomogorof-Sminov (K-S). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai
probabilitas <0,05 maka dikatakan data tidak terdistribusi normal, sedangkan jika nila sig.
(signifikasi) >0,05 maka dikatakan data terdistribudi normal.

Uji Homogenitas

8
Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga
generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. Pada penelitian ini, uji Homogenitas dilakukan
dengan menggunakan program pengolah data SPSS melalui uji Levene (Levene Test). Kriteria
pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05 maka data berasal
dari populasi-populasi yang variannya tidak sama, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau
nilai probabilitas >0,05 maka dikatakan data berasal dari populasi-populasi yang mempunya
varian yang sama.

Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan program pengolah data SPSS melalui uji
mann-whitney (mann-whitney test). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau
nilai probabilitas >0,05 maka berarti tidak ada pengaruh media animasi terhadap penguasaan
konsep biologi, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05 maka ada
pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep biologi.
Kategorisasi terhadap nilai indeks gain yang diperoleh siswa dilakukan untuk mengetahui
tingkat penguasaan konsep siswa yang telah dilakukan pembelajaran dengan penghitungan
sebagai berikut:
posttest  pretest
nG 
skor ideal  pretest

Tabel 4. Kategorisasi Indeks Gain


Nilai Indeks
Gain Kategori
> 0,7 Tinggi
0,3 – 0,7 Sedang
< 0,3 Rendah

Analisis Data Angket

9
Uji hasil angket dapat dianalisis dengan menggunakan skala likert yaitu menganalisis
jawaban pada angket yang telah diisi, menghitung skor jawaban, mencari letak dari jumlah skor
yang diperoleh dengan melihat pada rentang, kemudian menarik kesimpulan dengan
menjumlahkan persentase pada pernyataan.
1. Skor antara 0-50 berarti sangat tidak setuju
2. Skor antara 51-100 berarti tidak setuju
3. Skor antara 101-150 berarti setuju
4. Skor antara 151-200 berarti sangat setuju
Persentase dari skor yang diperoleh, dianalisis dengan rumus:
Jumlah Skor
persentase  x100%
Jumlah responden  Skor Tertinggi ( 4)

(Riduwan, 2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penguasaan Konsep
Data tes adalah hasil analisa data pretest dan posttest pada KD 3.2 (Menjelaskan
keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang terjadi pada sistem
peredaran darah). Pada kelas eksperimen digunakan media animasi dan kelas pembanding
digunakan media gambar. Setelah didapat nilai pretest dan posttest dari kedua kelas penelitian
dapat dilakukan uji Normalitas Gain untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa terhadap
sistem sirkulasi. Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 1.
Tabel 5. Hasil analisis nilai rata-rata pretes dan posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding
Rata-rata
No Kelas Gain
Pretest Posttest
1 Eksperimen 37,5387 83,8304 46,2917
2 Pembanding 34,8482 72,4182 37,5700

10
Gambar 1. Rata-rata nilai pretes, posttes, gain kelas eksperimen dan kelas pembanding
Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 1 dapat diketahui rata-rata hasil analisis data pretest dan
posttest kedua kelas penelitian. Nilai rata-rata pretest kedua kelas penelitian terdistribusi normal
dan homogen. Artinya, kemampuan awal dari kedua kelas adalah sama. Pada nilai posttest
terdapat perbedaan yang cukup besar yaitu pada kelas eksperimen lebih besar dibanding kelas
pembanding, yaitu 11,4122. Hal ini karena kelas eksperimen dikenai perlakuan, yaitu
penggunaan media animasi dalam poses pembelajarannya. Dari nilai pretest dan posttest ini,
maka akan dilanjutkan uji Normalitas Gain untuk melihat tingkat penguasaan konsep siswa
terhadap materi yang telah diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 2.

Tabel 6. Hasil analisis data dengan uji Normalitas Gain kelas eksperimen dan kelas pembanding
No Kelas N Gain Kategori
1 Eksperimen 0,7411 Tinggi
2 Pembanding 0,5767 Sedang

11
Gambar 2. N Gain kelas eksperimen dan kelas pembanding
Setelah dilakukan uji Normalitas Gain, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen yang
dilakukan pembelajaran dengan media animasi, tingkat penguasaan konsep siswa >0,7, maka
penguasaan konsep siswa kelas eksperiman termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pada
kelas pembanding yang dilakukan pembelajaran dengan media gambar, tingkat penguasaan
konsep siswa berada pada rentang 0,3 – 0,7, maka penguasaan konsep siswa kelas pembanding
termasuk dalam kategori sedang. Bisa dikatakan bahwa penguasaan konsep siswa yang diajar
dengan menggunakan media animasi lebih tnggi dibanding penguasaan konsep siswa yang diajar
dengan media gambar. Setelah penghitungan rerata nilai posttest, maka rerata tersebut diuji
dengan menggunakan Mann-Whytney U test. Sebelum dilakukan uji Mann-Whytney U terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji Levene, didapatlah hasil pada Tabel 7
dibawah ini:
Tabel 7. Hasil Analisa data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding
No Kelas Jumlah Uji Normalitas Uji Homogenitas
Data (n) Pretest Posttest Pretest Posttest
1 Eksperimen 24 0,2715 0,1940
0,5680 0,2143
2 Pembanding 28 0,2370 0,2065

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai pretest dan posttest terdistribusi normal. Ini
ditunjukkan oleh nilai signifikasi > α . Nilai signifikasi rata-rata pretest kelas eksperimen dan
kelas pembanding >0,05. Nilai signifikasi rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas

12
pembanding >0,05. Jadi, semua data terdistribusi normal dan bisa dilanjutkan dengan uji
homogenitas data. Setelah dilakukan uji homogenitas data terhadap dua kelompok penelitian,
nilai homogenitas rata-rata pretest adalah > 0,05 dan homogenitas rata-rata posttest adalah > 0,05.
Dengan demikian nilai pretest dan posttest terdistribusi normal dan homogen sehingga memenuhi
syarat untuk dilakukan uji hipotesis.
Untuk melihat tingkat signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar kelompok
penelitian dilakukan Uji statistik non-parametrik dengan Mann-Whytney U. Setelah dilakukan uji
Mann-Whytney diperoleh signifikasi 0,005. Hasil uji Mann-Whytney ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan
penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar.
Lebih unggulnya penguasaan konsep siswa kelompok eksperimen disebabkan karena
dalam proses pembelajaran menggunakan media animasi, proses-proses biologis yang kompleks
dapat dengan mudah dijelaskan pada siswa. Animasi memiliki kemampuan untuk menyampaikan
sesuatu yang rumit atau kompleks dan sulit dijelaskan dengan gambar atau kata-kata saja. Media
animasi dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata tidak dapat dilihat oleh
mata sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan konkret.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sahin (2006), animasi memberikan kesempatan siswa
untuk mengamati dunia nyata dan berinteraksi dengannya, memberikan pengalaman, dan
membantu memecahkan masalah. Dengan animasi dapat meniru/replika opjek sebenarnya
sehingga siswa tidak hanya dimotivasi oleh animasi, tetapi belajar dengan berinteraksi dengan
raplika itu seolah siswa melihat opjek aslinya. Menurut Grabe dan Grabe (1996) dalam Sahin
(2006), dengan animasi akan lebih sederhana shingga memungkinkan pelajar fokus pada
informasi paenting dan membuat pelajar lebih mudah mengingatnya. Kennepohl (2001) dalam
Sahin (2006) mengatakan animasi dapat menjelaskan pada situasi laboratorium dan menjadikan
lebih unggul dalam waktu sehingga proporsi laboratorium dapat dikurangi, dan eksperimen yang
berbahaya dapat dilakukan dengan animasi sehingga akan lebih efektif.
McClean at all (2005) mengatakan bahwa dengan animasi dapat membantu pemahaman
konsep yang kompleks karena dapat membantu mengkonversi konsep yang abstrak ke objek
visual tertentu yang dapat dimanipulasi. Grafis adalah visualisai untuk menambah informasi yang

13
disajikan dalam teks sehingga menjadikan siswa fokus pada pelajaran. Menurut O’Day (2006),
animasi yang paling efektif adalah ketika animasi dipadukan dengan suara (audio) dan diikuti
oleh narasi secara serempak untuk membatu proses pembalajaran. Animasi dan grafis dengan
narasi lisan atau tulisan lebih efektif daripada tanpa narasi. Animasi menyediakan cara urutan
menyampaikan peristiwa biologi yang komplek untuk lebih mudah dipahami. Hal yang membuat
animasi lebih efektif adalah katika animasi memiliki atribut-atribut pedagogis yang lengkap
misalnya animasi yang bernarasi lebih efektif dibanding animasi yang tidak bernarasi, animasi
verbal lebih bermanfaat dibanding animasi bernarasi visual, kata-kata dan gambar
dikombinasikan.
Animasi merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kesan bahwa gambar-gambar yang ditampilkan bergerak. Animasi sesuai untuk
menciptakan realita dari sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh realita dalam citra visual.
Dengan karakteristik yang demikian, animasi dapat menjadi media pembelajaran yang baik
karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik sehingga lebih informatif, lebih jelas
menampilkan materi subjek sehingga siswa mampu membuat interpretasi yang benar.
Animasi tidak memerlukan pemakaian simbol tambahan (tanda panah, garis putus-putus, dan
lain-lain) seperti yang sering digunakan pada ilustrasi statis. Dengan demikian, siswa yang
belajar dengan memanfaatkan animasi tidak perlu melakukan proses dekoding untuk
menginterpretasikan simbol agar dapat memahami materi. Selain itu tampilan keduanya yang
memikat dapat menarik perhatian siswa karena pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu
yang dinamis daripada. Animasi dapat membantu sisa yang memiliki pengetahuan awal yang
rendah untuk memahami materi yang disampaikan. Animasi menyediakan sejumlah peranan
pengajaran yaitu menarik dan mengarahkan perhatian, menggambarkan domain pengetahuan
mengenai perpindahan, dan menjelaskan fenomena pengetahuan komplek (Puspita ,2008)
Menurut pendapat Soendari (2010), dengan menggunakan media animasi komputer, siswa
terbantu dalam memahami materi. Penyajian gambar yang menarik dan bergerak menjadi daya
tarik tersendiri bagi anak untuk memperhatikan materi yang disajikan dalam animasi tersebut.
Fasilitas yang dihadirkan oleh tampilan gambar animasi menambah kesan pada anak sehingga
dapat mendorong minat dan motivasi anak yang cenderung memiliki hambatan dalam

14
memfokuskan perhatian untuk pembelajaran -pembelajaran yang bersifat akademis seperti halnya
mata pelajaran sains. Ketertarikan anak terhadap gambar animasi didukung oleh tampilan fasilitas
animasi tersebut diataranya warna yang menarik, pemilihan background, dan pemilihan karakter.
Selain gambar yang menarik, animasi juga menampilkan penjabaran kata-kata sederhana untuk
memahami gambar. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 3.

a
b

d
Gambar 3. a. Animasi komponen darah; b. gambar komponen darah; c. animasi kelainan/penyakit pada
sistem peredaran darah (sklerosis); d. gambar kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah (sklerosis).

Hal ini didukung oleh data hasil angket/kuisioner yang telah diberikan pada siswa setelah
proses pembelajaran dengan media animasi. Dari hasil angket dapat diketahui bahwa 57,69%
siswa sangat berminat terhadap animasi yang telah diberikan, 42,31% menyatakan berminat, 0%
menyatakan kurang berminat, 0% menyatakan tidak berminat terhadap animasi yang telah

15
diberikan dalam proses pembelajaran. Dari data ini dapat dikatakan bahwa siswa tertarik terhadap
animasi yang telah diberikan saat proses pembelajaran. Dengan ketertarikan ini, maka siswa akan
termotivasi dan mudah menerima pelajaran yang diberikan serta menguasai konsep-konsep
materi yang telah diberikan.
Berikut adalah tabel ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas pembanding.
Tabel 7. Ketuntasan Belajar Siswa
No Variabel Kelas Eksperimen Kelas Pembanding
Pertemuan Pertemuan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kriteria Ketuntasan Minimal 65 65 65 65 65 65 65 65
2 Jumlah Siswa 28 24 28 28 24 28 24 28
3 Jumlah siswa tuntas belajar 26 20 26 28 19 18 13 24
4 % siswa tuntas belajar 92,8% 83,3% 92,8% 100% 79,2% 64,3% 54,2% 85,7%
5 Rata-rata % siswa tuntas
belajar 92,23% 70,85%

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi pada SMA N 1 Indralaya kelas
XI adalah 65. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata ketuntasan belajar siswa setalah
dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen adalah 92,23 %, jauh lebih tinggi dibanding
dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa kelas pembanding yaitu 70,85 %. Hal ini menunjukkan
bahwa panggunaan media animasi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata
pelajaran biologi pokok bahasan sistem sirkulasi. Dengan menggunakan media animasi,
penguasaan konsep siswa menjadi lebih merata. Hal ini didukung oleh data angket yang telah
diberikan pada siswa setelah proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa siswa tertarik
terhadap animasi yang telah diberikan. Sehingga penguasaan konsep siswa tinggi dan persentase
ketuntasan belajar siswa tinggi dan merata.
Penguasaan konsep siswa diukur dari tes evaluasi hasil belajar. Soal yang ada dianalisis
jenjang kognitifnya berdasarkan taksonomi Bloom revisi. Pembuatan soal tidak lepas dari tingkat
tujuan pembelajaran yang telah didesain sebelumnya. Setelah dilakukan uji validitas soal, maka
didapatkan formulasi perbandingan soal untuk setiap jenjang yaitu soal yang menguji tingkat
pengetahuan siswa 31,1% (C1), soal yang menguji tingkat pemahaman siswa 37,8% (C2), soal
yang menguji kemampuan dalam penerapan pengetahuan 6,7% (C3), soal yang menguji tingkat

16
kemapuan analisis siswa 15,6% (C4), soal yang menguji tingkat kemapuan evaluasi siswa 4,4%
(C5), soal yang menguji tingkat kemapuan membuat atau kreasi siswa 4,4% (C6). Analisis
terhadap setiap indikator jenjang kognitif juga dilakukan untuk melihat sebaran penguasaan
konsep siswa pada setiap jenjang kemampuan berpikir. Informasi mengenai hal tersebut disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata persentase Setiap Jenjang Kognitif Dapat Dijawab Oleh Siswa
Jenjang Jumlah Persentase Siswa Menjawab Benar
No
Koqnitif Soal Eksperimen Pembanding
1 C1 14 84,56% 85,72%
2 C2 17 83,19% 63,94%
3 C3 3 87,70% 71,63%
4 C4 7 75,86% 55,73%
5 C5 2 91,65% 80,35%
6 C6 2 92,85% 62,50%

Pada Tabel 8 terlihat penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen unggul di semua

jenjang kognitif kecuali pada jenjang C1. Pada jenjang C1 kelas pembanding 1,16% lebih unggul

dibanding kelas eksperimen. Kealas eksperimen jenjang C2 19,25%, C3 16,07%, C4 20,13%, C5

11,3%, C6 30,35% lebih unggul dari kelas pembanding. Dari setiap jenjang kognitif rata-rata

kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas pembanding. Ini menunjukkan bahwa dengan

menggunakan media animasi dalam proses pembelajaran, siswa akan mudah menguasai konsep-

konsep yang ada dalam materi, sehingga soal dengan berbagai jenjang yang diberikan bisa

dijawab oleh sebagian besar siswa.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar siswa untuk mengukur penguasaan konsep
dengan menggunakan media animasi mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan data gain
sebesar 0,74 yang dikategorikan tinggi, dengan signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar
kelompok penelitian adalah 0,005 yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

17
media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa
dibanding pembelajaran dengan media gambar.

Saran
Setelah melakukan penelitian, hal yang disarankan oleh peneliti adalah agar sebelum
proses pembelajaran dilakukan, media yang akan digunakan diipersiapkan lebih dulu sehingga
waktu yang digunakan bisa maksimal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asra, Darmawan, Reina. 2009. Komputer dan Media Pendidikan si sekolah Dasar. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
McClean, P, Jhonson C, Rogers R, Daniels L, Reber J, Slator B M, Terpstra J, White A. (2005).
Molecular and Cellular Biology Animations: Development and Impact on Student
Learning. Departemat of Plant, Departeement of Biological Sciences, School Education,
Departemat of Statistics, Departemat of Computer Science: North Dakota State
University.
Noviari, N. 2009. Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi terhadap Perkrmbangan Akuntansi.
Skripsi. Bali. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
http://eujurnal.unud.ac.id/abstrak/naniek%20noviari(1).pdf. Diakses tanggal 30 Mei 2010.
O’Day, D H. 2006. Animated Cell Biology: A Quick and Easy Method for Making Effective,
High-Quality Teaching Animations. Department of Biology, University of Toronto at
Mississauga, Mississauga, Ontario, Canada L5L 1C6.
Puspita, G. N. 2008. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembalajaran Biologi.
http://www.scribd.com/doc/35945204/Penggunaan-Multimedia-Interaktif-Reproduksi-Hewan-
untuk-Meningkatkan-Keterampilan-Generik-dan-Berpikir-Kritis-Siswa-SMP
Radita, A. 2010. Kajian Implementasi penggunaan Media Pembelajaran dalam Pembelajaran
Biologi di SMA Kelas XI di Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi. Indralaya: FKIP Universitas
Sriwijaya.
Riduwan. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Pemula. Jakarta: Alphabeta.
Saguni, F. 2006. Prinsip-prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan
Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. Palu: Fakultas Tarbiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/01%20-
%20Prinsip-Prinsip%20Kognitif%20Pembelajaran%20Multimedia=Peran
%20Modality%20dan%20Contiguity%20Terhadap%20Peningkatan
%20Hasil%20Belajar.pdf Diakses tanggal 26 April 2011.
Sahin, Sami . 2006. Computer Simulation In Education: Implications for
Distance Education. Gazi University: Turkey
Sihombing, R.U. 2010. E-Modul Interaktif Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Saraf, Kemampuan Generik
Sains dan Berpikir Kritis Mahasiswa. Bandung: UPI.
http://abstrak.digilib.upi.edu/diraktori/TESIS/PENDIDIKANILMUPENGETA
HUANALAM/0808717ROSITAULISIHOMBING/TIPA0808717Chapter1.pdf.
Soendari. 2010. Pengaruh Media Animasi Komputer terhadap Hasil Belajar
Sains Anak Tunagrahita Ringan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sudjana, N. 1999. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

19

Anda mungkin juga menyukai