Biografi I Gusti Ngurah Rai berlanjut dengan meletusnya perang di Bali. Setelah
kepulangannya dari Yogyakarta Ia mendapati pasukan Belanda dengan 2000 pasukan dan
persenjataan lengkap dan pesawat terbang siap untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai dengan
pasukan kecilnya. Bersama dengan pasukan Ciung Wanaranya, I Ngurah Rai berhasil
memukul mundur pasukan Belanda pada saat itu pada tanggal 18 November 1946. Namun
hal ini justru membuat pihak Belanda menyiapkan bala tentara yang lebih banyak dari Pulau
Jawa, Madura dan Lombok untuk membalas kekalahannya. Pertahanan I Gusti Ngurah Rai
berhasil dipukul mundur dan hingga akhirnya tersisa pertahanan Ciung Wanara terakhir di
desa Margarana. Kekuatan terakhir ini pun dipukul mundur lantaran seluruhnya pasukannya
jatuh ke dasar jurang. Hal ini pulalah yang diabadikan dengan istilah puputan Margarana
(perang habis-habisan di daerah Margarana) pada tanggal 20 November 1946.
Berkat usaha yang gigih memperjuangkan Bali untuk masuk menjadi kekuasaan
Indonesia (sesuai kesepakatan Linggarjati hanya Sumatra, Jawa, dan Madura yang masuk
kekuasaan Indonesia) Ngurah Rai mendapat gelar Bintang Mahaputra dan dan kenaikan
pangkat menjadi Brigjen TNI (Anumerta). Ia meninggal pada usia 29 tahun dan memperoleh
gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus
1975. Namanya pun diabadikan menjadi nama Bandara di kota Bali.
Halim Perdanakusuma
18 November 1922
Lahir Sampang, Madura, Jawa Timur, Hindia
Belanda
Pangkat Marsda
Abdul Halim Perdanakusuma adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang meninggal
dunia saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatera, yaitu ketika
ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari
Thailand.
Abdul Halim Perdanakusuma lahir di Sampang pada tanggal 18 November 1922 dan
meninggal di Malaysia pada 14 Desember 1947 ketika berumur 25 tahun. Ayahnya bernama
Haji Abdul Gani Wongsotaruno adalah Patih Sumenep. Karena itu tidaklah mengherankan
bila si ayah mengharapkan agar putra ketiga dari lima bersaudara itu kelak mengikuti jejak
ayahnya sebagai seorang pamongpraja. Sifatnya yang ramah dan periang, menyebabkan
Halim banyak memperoleh sahabat. Selain itu ia juga memiliki perasaan halus yang
tercermin dalam kesenangannya kepada musik dan seni lukis. Di bidang seni musik ia
dikenal sebagai pemain biola yang cukup memukau. Lukisan yang banyak dibuatnya
memberikan kesan bahwa ia memiliki bakat dibidang ini
Pendidikan
Menjelang akhir tahun 1939 di Eropa pecah Perang Dunia II. Bulan Mei 1940
negeri Belanda diduduki Jerman. Pemerintah Hindia Belanda segera mengumumkan milisi
umum di Indonesia untuk menghadapi kemungkinan menjalarnya perang ke wilayah ini.
Ketika itu Halim masih duduk ditingkat dua MOSVIA. Sebagai seorang pemuda ia
tidak luput dari kewajiban milisi itu. Angkatan Laut Hindia Belanda menentukan tempat
baginya yaitu pendidikan opsir torpedo di Surabaya. Tetapi pendidikan ini tidak sampai
diselesaikannya. Akhir tahun 1941 Jepang menjamah wilayah Pasifik. Tanggal 8 Desember
1941 Jepang menyerang Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbor. Sesudah itu
mereka mengarahkan ancamannya ke Indonesia, wilayah yang memiliki bahan mentah yang
sangat penting bagi keperluan perang itu. Angkatan Perang Hindia Belanda tidak mampu
menandingi keunggulan Angkatan Perang Jepang. Tanggal 8 Maret 1942 Panglima
Angkatan Perang Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Jawa Barat.
Sebelum penyerahan tanpa syarat terjadi, Halim beserta seluruh staf dan siswa
pendidikan Opsir Angkatan Laut Hindia Belanda telah dipindahkan ke Amerika Serikat. Di
tempat yang baru ini ia memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan militernya.
Ia pindah mengikuti pendidikan pada Royal Canadian Air Forces sebagai peninjau.
Dalam suasana demikian, tidak sulit bagi Halim untuk mencari tempat di tengah-
tengah bangsanya. Pengalamannya memberikan arah ketempat yang harus dipilihnya. Pada
saat itu pula S. Suryadarma dibantu oleh beberapa tenaga lain seperti Agustinus Adisutjipto
dan Abdulrachman Saleh, sedang sibuk membangun kekuatan udara. Kedatangan Halim
Perdanakusuma di tanah air diketahui oleh S. Suryadarma. Seorang utusan, Kapten Udara
Arifin Marzuki yang kebetulan adalah adik ipar Halim, dikirim untuk menemuinya. Utusan
itu membawa pesan Suryadarma mengajak Halim untuk turut menyumbangkan tenaganya
membangun kekuatan udara. Ajakan itu diterima dengan senang hati. Halim segera
berangkat ke Yogyakarta dan sejak saat itu mulailah kesibukannya membina TKR Jawatan
Penerbangan.
Penghormatan
Sebagai penghargaan atas jasa dan pengabdiannya terhadap Angkatan Udara maka
pimpinan TNI Angkatan Udara menaikan pangkatnya menjadi Laksamana Muda Udara
(sekarang Marsekal Muda Udara) Anumerta. Untuk mengabadikan namanya, pada tanggal
17 Agustus 1952 nama Pangkalan Udara Cililitan diubah menjadi Pangkalan Udara Halim
Perdanakusuma.
Agama : Katolik
BIOGRAFI
Pada tahun 1947, dalam Agresi Militer Belanda I dimana Belanda kembali ingin
menduduki Indonesia, Adisucipto diperintahkan untuk terbang ke India dalam upaya
mengambil bantuan obat-obatan yang diberikan oleh Palang Merah Malaya dan India. Namun
sayang, dalam perjalanan dengan banyak obat-obatan yang diangkut yang akan diberikan
kepada rakyat, pesawat yang dikemudikan oleh Adisucipto, Abdulrahman Saleh, Adi
Sumarmo, dan F.A Gani ini mengalami kecelakaan akibat peluru yang ditembakkan dua
pesawat P-40 Kittyhawk milik Belanda mengenai pesawat Dakota VT-CLA yang mereka
kemudikan. Dalam peristiwa naas itu pesawat terbang milik Indonesia mengalami kebakaran
hebat dan seluruh awak pesawat meninggal kecuali F.A Gani.
PENDIDIKAN
PENGHARGAAN