Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL (Pb) PADA MASYARAKAT

YANG MENGONSUMSI KERANG KALANDUE (Polymesoda erosa) DARI TAMBAK SEKITAR


SUNGAI WANGGU DAN MUARA TELUK KNDARI

Juwitriani Alwi1, Yasnani2, Ainurafiq3


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123
Juwitrianialwi1506@gmail.com1, Yasnani_rahabuddin@yahoo.com2, Izainurafiq@gmail.com3

ABSTRAK

Kerang dalam penelitian ini adalah kerang kalandue (Polymesoda erosa) yang di peroleh
dari tambak sekitar Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari. Kerang kalandue (Polymesoda
erosa) merupakan salah satu jenis hewan yang merupakan filter feeder atau bertingkah laku
sebagai vacum cleaner. Salah satu logam berat yang berbahaya dan menimbulkan dampak yang
buruk bagi kesehatan dalah timbal (Pb). Pajanan timbal dengan konsentrasi yang rendah dalam
jangka waktu yang lama serta frekuensi paparan yang tinggi dapat menyebabkan efek risiko
kesehatan. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan masyarakat
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara yang mengonsumsi kerang yang mengandung timbal
(Pb) dari tambak sekitar Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari. Penelitian ini menggunakan
desain analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara pengambilan sampel di gunakan teknik snowball
sampling, sehingga didapatkan 68 responden. Kadar timbal dalam kerang diperiksa menggunakan
metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS), dengan hasil pemeriksan yaitu 0,2016, 0,6428,
0,5816 mg/kg. Asupan atau intake timbal dalam kerang yang dikonsumsi oleh masyarakat
bantaran Sungai Wanggu Kel. Lalolara adalah 1,6032018E-05 mg/kg/hari. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara baik secara
populasi dan individubelum memiliki risiko dan masih aman dari gangguan kesehatan
nonkarsinogenik akibatpajanan timbal dalam kerang untuk saat ini sampai dengan 50 tahun
mendatang denganasumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari kerang saja dan tidak
memperhitungkanpajanan timbal dari sumber lain.
Kata kunci : Analisis Risiko, Timbal (Pb), dan Kerang Kalandue (Polymesoda erosa).

ABSTRACT

The shellfish in this study is kalandue shellfish (Polymesoda erosa) which is obtained from
the pond around Wanggu River and estuary Bay of Kendari. Kalandue shellfish (Polymesoda erosa)
is one of animals that are filter feeder or act as a vacum cleaner. One of the heavy metals and its
impact that are bad for health is lead (Pb). Lead exposure with low concentration in the long term
as well as its high frequency can cause health risk effects. The purpose of this study is to know
the health risk level of riverbank’s people Wanggu River Lalolara Village who consume shellfish
that contain lead (Pb) from the pond around the Wanggu River and estuary Bay of Kendari. This
study use the analysis of environmental health risks (ARKL) design. The population of this study is
people from Wanggu River riverbank’s Lalolara Village, sampling using snowball sampling, so we
get 68 respondents. Lead level in shellfish is examined using Atomic Absorption Spectrometry
(AAS) methods, with the result of 0,2016, 0,6428, 0,5816 mg/kg. The lead intake in shellfish
which is consumed by th Wanggu River Lalolara Village riverbank peoples is 1,6032018E-05
mg/kg/day, while the risk levels of this people that consume shellfish is 160,32018. The
conclusion of this study is the people of Wanggu River riverbanks who consume shellfish from the
pond around the Wanggu River and estuary Bay of Kendari, have a high risk (RQ>1) for lead
exposures that needs to be controlled.
Keywords: Risk Analysis, Lead (Pb), and Kalandue Shellfish (Polymesoda erosa).

1
PENDAHULUAN yang semakin meningkat di sekitar perairan
Timbal dalam bahasa ilmiahnya tersebut7,6.
dinamakan Plumbum dan disimbolkan Untuk pemantauan kadar timbal
dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam yang dilakukan oleh BLH di Sungai Wanggu
kelompok logam berat karena mempunyai dengan titik pengambilan sampel hilir,
massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Timbal tengah, dan hulu berturut –turut <0,0001,
pada awalnya adalah logam berat yang 0,0003 dan 0,0001 mg/l8. Dan di tahun 2015
terbentuk secara alami. Namun, timbal juga kadar timbal di perairan Sungai Wanggu
berasal dari kegiatan manusia bahkan yaitu dari hilir, tengah dan hulu berturut-
mampu mencapai jumlah 300 kali lebih turut 0,0011, 0,0015 dan 0,0002 mg/l9.
banyak dibandingkan Timbal alami1. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut
Timbal dapat memasuki lingkungan menunjukkan bahwa kadar timbal di
melalui pembakaran kendaraan bermotor, perairan Sungai Wanggu mengalami
pertambangan timah dan logam lainnya, peningkatan dan hal ini tidak menutup
pabrik-pabrik yang membuat atau kemungkinan akan terjadi pencemaran
menggunakan timah, campuran timah, atau pada sedimen dan biota air yang berada di
senyawa timbal. Jika terakumulatif dalam Sungai Wanggu.
tubuh, maka berpotensi menjadi bahan Berdasarkan hasil survei awal, air
toksik pada mahkluk hidup2. Dewasa ini yang digunakan untuk mengairi tambak
pelepasan Timbal di atmosfir meningkat sekitar Sungai Wanggu dan muara Teluk
tajam akibat pembakaran minyak dan gas Kendari adalah air yang berasal dari Teluk
bumi yang turut menyumbang pembuangan Kendari, dengan memanfaatkan pasang
Timbal ke atmosfir, selanjutnya Timbal surut air laut, pemasukan air laut kedalam
tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan3. tambak dilakukan pada saat air pasang dan
Timbal yang masuk kedalam perairan pembuangannya di lakukan pada saat air
sebagai dampak dari aktivitas kehidupan surut. Hal ini yang menyebabkan tambak
manusia di antaranya adalah air buangan tersebut memiliki potensi tercemar oleh
(limbah) dari industri yang berkaitan dengan logam berat khususnya timbal. Hasil
timbal, air buangan yang dari pertambangan pemerikasaan kadar timbal terhadap biota
biji timah hitam, buangan sisa industri yang ada di tambak sekitar Sungai Wanggu
baterai dan bahan bakar angkutan air. dan muara Teluk Kendari, khususnya pada
Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada kerang kalandue (Polymesoda erosa) yang di
jalur-jalur perairan sehingga menyebabkan lakukan di Laboratorium Perikanan FPIK
pencemaran4. Universitas Halu Oleo yaitu 0,2016, 0,6428,
Beberapa penelitian yang telah 0,5816 mg/kg, hal ini menunjukkan bahwa
dilakukan di wilayah perairan Teluk Kendari, kadar timbal dalam kerang kalandue
mulai dari kajian mengenai kondisi (Polymesoda erosa) masih berada di bawah
lingkungan hingga pencemaran logam berat. nilai ambang batas yaitu 1,5 mg/kg10.
Kadarlogam berat pada sampel air laut Namun timbal dalam kerang kalandue
berkisar antara 0,0001-0,0210 ppb dan (Polymesoda erosa) akan terakumulasi
kadar logam berat timbal pada sampel dalam tubuh manusia, dan kondisi ini akan
kerang hijau berkisar 0,34-4,639 ppb5. menimbulkan risiko terhadap kesehatan
Sedangkan bioakumulasi logam berat Pb masyarakat yang mengonsumsi kerang
dan Zn pada organisme kerang darah (A. tersebut.
granosa) yaitu ukuran besar masing-masing Kerang merupakan salah satu biota
yaitu 0,747-1,750 mg/Kg dan 6,042-9,863 air yang dapat mengakumulasi logam lebih
mg/Kg6. besar dari pada hewan air lainnya karena
Logam berat yang terdapat di sifatnya yang menetap, lambat untuk
perairan Teluk Kendari dapat berasal dari menghindari diri dari pengaruh pencemaran.
limbah domestik, industri perikanan, Kerang merupakan organisme yang
pertanian dan kegiatan transportasi laut mendapatkan makanan dengan cara
serta berasal dari aktifitas perkotaan lainnya menyaring (filter feeder) jasad-jasad renik

2
terutama plankton nabati atau hewani, Analisis dosis-respon berdasarkan referensi
sehingga apabila lingkungan tempat kerang EPA16. Nilai RfD (Reference Dose) logam
tersebut tercemar logam berat maka pada timbal yang melalui oral/ingesti adalah
tubuh kerang akan terakumulasi logam 0,004 mg/kg/hari. Ketiga, Analisis Pajanan
berat dalam jumlah tinggi11,12. (Exposure Assessment) yang dilakukan
Berdasarkan hasil survei awal dengan mengukur besarpajanan dengan
sebagian masyarakat yang tinggal di memperhitungkan konsentrasi timbal dalam
bantaran Sungai Wanggu berprofesi sebagai kerang, laju asupan, frekuensi pajanan,
nelayan. Sehingga mereka cenderung untuk durasipajanan, berat badan konsumen, dan
mengonsumsi hasil tangkapan mereka periode waktu rata-rata. Keempat,
sendiri yang berasal dari tambak sekitar Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)
Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari. didapat melalui estimasi risiko dengan
Kerang kalandue (Polymesoda erosa) yang kuantifikasi probabilitas yang merupakan
mengandung logam berat timbal walaupun rasioantara asupan dengan dosis acuan
dalam konsentrasi yang rendah, bila di (RfD).
konsumsi secara terus menerus maka lama Penelitian ini dilaksananakan di
kelamaan akan menimbulkan risiko Kelurahan Lalolara bantaran Sungai Wanggu
kesehatan. pada mulan maret 2016. Populasi dalam
Di Kota Kendari pemantauan dan penelitian ini adalah masyarakat yang
penelitian terkait logam berat baik di Teluk bermukim di bantaran Sungai Wanggu
Kendari maupun Sungai Wanggu telah Kelurahan Lalolara dan mengonsumsi
banyak di lakukan, namun hingga saat ini kerang kalandue (Polymesoda erosa).
masih belum ada penelitian yang Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68
membahas tentang tingkat risiko akibat orang, penarikan sample menggunakan
pajanan logam berat yang masuk melalui snowball sampling. Sampel kerang berasal
kontaminasi makanan. Perhitungan tingkat dari tambak sekitar Sungai Wanggu dan
risiko logam berat kerang kalandue muara Teluk Kendari, adapun penarikan
(Polymesoda erosa) jika dikonsumsi oleh yang di gunakan yaitu purposive sampling.
manusia dapat diketahui dengan Pengumpulan data dilakukan dengan
pendekatan Analisis Risiko Kesehatan pemeriksaan kadar timbal dalam kerang di
Lingkungan (ARKL). Laboratorium Perikanan Fakulatas
Analisis risiko kesehatan lingkungan Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas
merupakan penilaian atau penaksiran risiko Halu Oleo dengan menggunakan metode
kesehatan yang bisa terjadi di suatu waktu Atomic Absorption Spectrometry (AAS),
pada populasi berisiko. Metoda sangat wawancara dengan responden
cocok dipakai untuk kajian dampak menggunakan instrumen kuesioner, dan
lingkungan terhadap kesehatan pengukuran data antropometri. Pengolahan
masyarakat13. data menggunakan metode analisis risiko
dengan menghitung asupan untuk
METODE mengetahui besar risiko konsumen.
Jenis penelitian yang digunakan Perhitunganasupan didapat berdasarkan
adalah rancangan analisis risiko kesehatan data konsentrasi risk agent(timbal; mg/kg),
lingkungan (ARKL) yang mencakup 4 langkah laju (rate) asupan, frekuensi
kegiatan analisis yaitu identifikasi bahaya pajanantahunan (hari/tahun), durasi
(Hazard Identification), analisis dosis respon pajanan (real time) dalamtahun, berat
(dose-respon assessment), analisis badan konsumen (kg), periode waktu
pemajanan (exposure assessmant), dan ratarata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk
karakterisasi risiko (risk nonkarsinogen).
characterization)14,15. Langkah pertama Data tentang asupan (konsentrasi
yaitu Identifikasi bahata yang dilakukan logam timbal dalam kerang diperoleh
dengan analisis konsentrasi logam timbal dengan menggunakan persamaan1. Data
dalam kerang di laboratorium. Kedua, yang telah diperoleh melalui pengukuran

3
asupan dan studi pustaka timbal (RfD: 0,004 mg/kg hari) digunakan dalam persamaan
pendekatan bilangan risiko(Risk Quotient, RQ). Risk Quotient (RQ) pajanan timbal dalam kerang
untuk menentukan kemungkinan terjadi risiko kesehatan responden, dengan menggunakan
Persamaan 1
𝐶𝑥𝑅𝑥𝑓𝐸 𝑥𝐷𝑡
𝐼=
𝑊𝑏𝑥𝑇𝑎𝑣𝑔
Keterangan:
I Jumlah timbal yang masuk tubuh manusia per berat (mg/kg/hari)
(Intake) badan per hari
C Konsentrasi logam timbal dalam kerang (mg/kg)
(Konsentrasi)
R Laju asupan atau jumlah berat kerang yang dikonsumsi (mg/hari)
(Rate) per hari
fE Frekuensi pajanan atau lama hari responden (hari/tahun)
(Frekuensi mengonsumsi kerang dalam satu tahun
pajanan)
Dt (Durasi Lamanya responden mengonsumsi kerang (tahun)
pajanan)
Wb Berat badan responden yang di timbang saat (Kg)
(Weight body) dilakukannya penelitian
Tavg 30 tahun x 365 hari/tahun untuk efek non-karsinogen) (hari)
(periode waktu dan(70 tahun x 365 hari/tahun untuk efek karsinogen)
rata-rata)

Persamaan 2:
𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 (𝑚𝑔⁄𝑘𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 )
𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑄𝑢𝑜𝑡𝑖𝑒𝑛𝑡𝑠 (𝑅𝑄) =
𝑅𝑓𝐷 (0,004 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 )

Hasil perhitungan risk quotients Tabel 1 Distribusi Responden Menurut


dapat menunjukkan tingkat risiko kesehatan Umur di Masyarakat Bantaran Sungai
konsumen yang terjadi akibat Wanggu Kelurahan Lalolara Tahun 2016
mengonsumsikerang mengandung timbal. No. Umur Jumlah Presentase
RQ < 1menunjukkan pajanan berada di responden (n) (%)
bawah batas normal. Responden yang (tahun)
mengonsumsikerang tersebut aman
1. 1-10 12 17,64
daririsiko kesehatan akibat timbal. Nilai RQ
> 1 menunjukkan pajanan berada di atas 2. 11-20 22 32,35
batas normal, sehingga penduduk 3. 21-30 15 22,05
pengonsumsi kerang berisiko kesehatan 4. 31-40 8 11,76
akibat timbal. 5. 41-50 5 7,35
Data yang telah dianalisis secara
6. 51-60 5 7,35
manual dan disajikan dalam bentuk tabel
sertanarasi 7 >60 1 1,47
Total 68 100
HASIL Sumber: Data Primer 2016
Karakteristik Umum Responden Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
Umur reseponden dari 68 responden, sebagian besar
Distribusi responden berdasarkan responden berada pada kelompok umur 11-
umur masyarakat bantaran Sungai Wanggu 20 tahun yaitu sebanyak 22 reaponden
Kelurahan Lalolara Tahun 2016 di sajikan (32,35%), sedangkan yang terendah pada
pada tabel 1:

4
kelompok umur >60 tahun yaitu sebanyak 1 Perolehan kerang yaitu cara di
orang (1,47%). perolehnya kerang, seperti di tanggkap
Jenis Kelamin sendiri atau dibeli. Distribusi responden
Distribusi responden berdasarkan berdasarkan lama tinggal disajikan dalam
jenis kelamin di masyarakat bantaran sungai tabel 4:
wanggu kelurahan lalolara tahun 2016 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
disajikan pada tabel 2: Perolehan Kerang pada Masyarakat
Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Jenis Bantaran Sungi Wanggu Kelurahan Lalolara
Kelamin di Masyarakat Bantaran Sungai Tahun 2016
Wanggu Kelurahan Lalolara Tahun 2016. No. Perolehan Jumlah Presentase
No. Jenis Jumlah Presentase Kerang (n) (%)
kelamin (n) (%) 1. Tangkap 48 70,6
responden sendiri
1. Laki-laki 29 42,64 2. Dibeli 20 29,4
2. Perempuan 39 57,35 Total 68 100
Total 68 100 Sumber: Data Primer 2016
Sumber: Data Primer 2016 Pada tabel 4 menunjukkan bahwa
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 64 responden, terdapat 48 responden
dari 68 responden, sebagian besar (70,6%) memperoleh kerang dengan cara
responden berjenis kelamin perempuan menangkapnya sendiri, sedangkan 20
yaitu sebanyak 39 responden (57,35%), responden (29,4%) memperoleh kerang
sedangkan responden yang bejenis kelamin dengan cara membelinya dari tetangga.
laki-laki yaitu sebanyak 29 responden
(42,64%). Deskriptif Variabel Penelitian
Lama Tinggal Konsentrasi timbal dalam kerang (C)
Distribusi responden berdasarkan Kerang yang diukur adalah kerang
lama tinggal dimasyarakat bantaran Sungai kalandue (Polymesoda erosa) yang
Wanggu Kelurahan Lalolara Tahun 2016 di didapatkan dari tambak sekitar Sungai
sajikan pada tabel 3: Wanggu dan muara Teluk Kendari dan di
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan ukur menggunakan metode ASS.
Lama Tinggal Masyarakat Bantaran Sungai Hasil pengukuran konsentrasi timbal
Wanggu Kelurahan Lalolara Tahun 2016 dalam kerang disajikan pada Tabel 5:
No. Lama Jumlah Presentase Tabel 5 Hasil Pemeriksaan Kandungan
tinggal (n) (%) Logam Timbal pada Kerang dari Tambak
(tahun) Sekitar Sungai Wanggu dan Muara Teluk
1. 1-10 30 44,11 Kendari Tahun 2016
2. 11-20 28 41,17 No. Titik Kadar Ket
3. 21-30 6 8,82 pengambilan timbal (Pb)
4. 31-40 3 4,41 sampel (mg/kg)
5. 41-50 0 0 1. Stasiun I 0,2016 MS
6. 51-60 1 1,47 2. Stasiun II 0,6428 MS
Total 68 100 3. Stasiun III 0,5816 MS
Sumber: Data Tahun 2016 Sumber: Data Primer 2016
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari *dibandingkan dengan batas maksimum
64 responden, 30 responden telah lama cemaran logam berat Pb dalam pangan
tinggal selama 1-10 tahun (44,11%) dan yang direkomendasikan Badan Standardisasi
paling sedikit terdapat 1 responden telah Nasional SNI No 7387 Tahun 2009 yakni 1,5
lam tinggal 51-60 tahun (1,47%). mg/kg, MS (Memenuhi Syarat).
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 3
Perolehan kerang stasiun pengambilan sampel kerang dari
tambak sekitar Sungai Wanggu dan muara

5
Teluk Kendari. Stasiun yang memiliki kadar selama satu tahun. Diperoleh melalui
timbal tertinggi dalam kerang yaitu pada melalui wawancara dan pengukuran
stasiun II sebesar 0,6428 mg/kg, sedangkan langsung kepada responden dengan satuan
kadar timbal terendah dalam kerang yaitu hari/tahun.
yaitu pada stasiun I sebesar 0,2016 mg/kg. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
Laju asupan atau jumlah berat kerang yang Smirnov, frekuensi pajanan kerang
di konsumsi per hari (R) menghasilkan nilai p sebesar 0,000 yang
Laju asupan atau konsumsi adalah berarti distribusi data tidak normal. Oleh
jumlah beratnya kerang yang di konsumsi karena itu, nilai yang digunakan untuk
oleh responden per hari. Diperoleh melalui mengambarkan data frekuensi pajanan yang
melalui wawancara dan pengukuran bervariasi adalah nilai tengah atau median.
langsung kepada responden dengan satuan Nilai median dari frekuensi pajanan yaitu 40
gram/hari. hari/tahun dengan frekuensi pajanan
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov- minimim dan maksimum yaitu 12
Smirnov, laju asupan kerang menghasilkan hari/tahun dan 96 hari/tahun, sedangkan
nilai p sebesar 0,000 yang berarti distribusi standard deviasi yaitu 42,970.
data tidak normal. Oleh karena itu, nilai Adapun distribusi frekuensi paparan
yang digunakan untuk mengambarkan data (fE) konsumsi kerang masyarakat bantaran
laju asupan yang bervariasi adalah nilai Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara, dapat di
tengah atau median.Nilai median dari laju lihat pada tabel 7:
asupan yaitu 4,5245E1 gr/hari atau 45,245 Tabel 7 Distribusi Freskuensi Pajanan (fE)
gr/hari dengan laju asupan minimum dan Konsumsi Kerang pada Masyarakat
maksimum yaitu 6,44 gr/hari dan 473,69 Bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
gr/hari, sedangkan standard deviasi yaitu Tahun 2016
7,23385E1. Median Min-max
Adapun distribusi laju asupan (R) Frekuensi
kerang masyarakat bantaran Sungai pajanan 40 12-192
Wanggu Kelurahan Lalolara disajikan pada (hari/tahun)
tabel 6: Sumber: Data Primer 2016
Tabel 6 Distribusi Laju Asupan (R) Kerang Tabel 7 menunjukkan bahwa
pada Masyarakat Bantaran Sungai Wanggu frekuensi pajanan timbal dalam kerang pada
Kelurahan Lalolara Tahun 2016 masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Median Min-max Kelurahan Lalolara dalam bentuk median
Laju yaitu 40 hari/tahun, dengan minimum dan
6,4400-
asupan 4,524500E1 maksimum 12 hari/tahun – 192 hari/tahun .
4,7369E1
(gr/hari) Dengan demikian frekuensi pajanan atau
Sumber: Data Primer 2016 jumlah hari konsumsi kerang dalam satu
Tabel 6 menunjukkan bahwa laju tahun adalah sebesar 40 hari/tahun, dengan
asupan kerang masyarakat bantaran Sungai frekuensi pajanan minimum 12 hari/tahun
Wanggu Kelurahan Lalolara dalam bentuk dan maksimum 192 hari/tahun.
median yaitu 4,524500E1 gr/hari, dengan Durasi pajanan atau lama mengonsumsi
minimum dan maksimum 6,4400 gr/hari - kerang (tahun) (Dt)
4,7369E2 gr/hari. Dengan demikian laju Lamanya waktu (tahun) responden
asupan atau konsumsi kerang masyarakat mengonsumsi yang diperoleh dalam satuan
bantaran Sunggai Wanggu Kelurahan tahun. Diperoleh melalui pertanyaan dalam
Lalolara adalah sebesar 4,524500E1, dengan kuesioner kepada responden.
laju asupan minimum 6,4400 gr/hari dan Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
maksimum 4,7369E2. Smirnov, durasi pajanan kerang
Frekuensi pajanan atau jumlah hari menghasilkan nilai p sebesar 0,005 yang
konsumsi kerang dalam satu tahun (fE) berarti distribusi data tidak normal. Oleh
Frekuensi pajanan adalah lamanya karena itu, nilai yang digunakan untuk
atau jumlah hari responden mengonsumsi mengambarkan data durasi pajanan yang

6
bervariasi adalah nilai tengah atau median. Tabel 9 Distribusi Frekuensi Berat Badan
Nilai median dari durasi pajanan yaitu 10 Masyarakat Bantaran Sungai Wanggu
tahun dengan durasi pajanan minimum dan Kelurahan Lalolara yang Mengonsumsi
maksimum yaitu 0,67 tahun dan 50 tahun, Kerang Tahun 2016.
sedangkan standard deviasi yaitu 1,0166E1. Median Min-max
Adapun distribusi durasi paparan (Dt) Berat
konsumsi kerang masyarakat bantara badan 49 10-87
Sungai Wanggu, dapat dilahat pada tabel 8: (kg)
Tabel 8 Distribusi Durasi Paparan (Dt) Sumber: Data Primer 2016
Konsumsi Kerang pada Masyarakat Tabel 9 menunjukkan bahwa berat badan
Bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara responden yang mengonsumsi kerang
Tahun 2016 dalam bentuk median yaitu 49 kg, dengan
Median Min-max minimum dan maksimum 10 kg – 87kg.
Durasi Dengan demikian berat badan masyarakat
pajanan 10 0,67-50,00 bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
(tahun) yang mengonsumsi kerang adalah sebesar
Sumber: Data Primer 2016 49 kg, dengan berat badan minimum 10 kg
Tabel 8 menunjukkan bahwa durasi dan maksimum 87 kg.
pajanan timbal dalam kerang pada Analisis Risiko
masyarakat bantaran Sungai Wanggu Analisis Pajanan
Kelurahan Lalolara dalam bentuk median Analisis pajanan dilakukan untuk
yaitu 10 tahun, dengan minimum dan menentukan dosis risk agent timbal yang
maksimum 0,67 tahun – 50,00 tahun. diterima individu sebagai asupan atau
Dengan demikian durasi pajanan atau lama intake (I). Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
mengonsumsi kerang (tahun) adalah Smirnovpada setiap variabel penelitian, di
sebesar 10 tahun, dengan durasi pajanan hasilkan bahwa setiap variabel penelitian
minimum 0,67 tahun dan maksimum 50 memiliki data yang tidak terdistribusi
tahun. dengan normaldan nilai yang di pakai
Berat Badan adalah nilai median.
Berat badan yang dimaksud adalah Tabel 10 menunjukkan nilai dari
berat badan responden yang diukur dengan variabel yang dipakai untuk menghitung
menggunakan timbangan berat badan pada intake populasi:
saat dilakukan wawancara (dalam satuan Tabel 10 Nilai Untuk Menghitung Intake
kilogram/kg). Populasi Masyarakat Bantaran Sungai
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov- Wanggu Kelurahan Lalolara Tahun 2016
Smirnov, berat badan responden Konsumsi kerang pada
menghasilkan nilai p sebesar 0,021 yang masyarakat bantaran
berarti distribusi data tidak normal. Oleh Sungai Wanggu
karena itu, data yang dijadikan nilai rata- Kelurahan Lalolara
rata dari data berat badan yang bervariasi C (mg/gr) 0,0004753
tersebut adalah nilai tengah atau median. R (gr/hari) 4,524500E1
Nilai median dari berat badan yaitu 49 kg fE (hari/tahun) 40
dengan berat badan minimum da maksimun Dt (tahun) 10
yaitu 10 kg dan 87 kg, sedangkan standard Wb (kg) 49
deviasi yaitu 19,011. Tavg (hari) 10950
Adapun distribusi berat badan (Wb) Sumber: Data Primer 2016
responden yang konsumsi kerang, dapat Memakai data pada Tabel 10 maka
dilahat pada tabel 9: dapat dihitung asupan atau intake populasi
masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Kelurahan Lalolara yang mengonsumsi
kerang pada saat ini, dengan menggunakan
persamaan 1:

7
𝐶𝑥𝑅𝑥𝑓𝐸 𝑥𝐷𝑡 (realtime) 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun
𝐼=
𝑊𝑏 𝑥𝑇𝑎𝑣𝑔
di sajikan pada tabel 11:
𝐼 = 1,6032018𝐸 − 05 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 Tabel 11 Penaksiran Tingkat Risiko Populasi
Berdasarkan perhitungan di atas,
Bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
dapat di simpulkan bahwa asupan
dalam Mengonsumsi Kerang Tahun 2016
masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Intake Tingkat
Kelurahan Lalolara adalah 1,6032018E-05
(mg/kg/hari) Risiko (RQ)
mg/kg/hari. Dengan asumsi bahwa kadar
Realtime 1,6032E-05 0,004008005
timbal dalam kerang sebesar
10 tahun 3,2064E-05 0,008016009
0,0004753mg/g, jumlah kerang yang di
20 tahun 4,80961E-05 0,012024014
konsumsi perharinya adalah 4,5245E1
gr/har selama 40 hari/tahun dalam jangka 30 tahun 6,41281E-05 0,016032018
waktu 10 tahun dengan berat badan 49 kg. Sumber: Data Primer 2016
Analisis Dosis Respon Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada
Dosis referensi untuk efek-efek 10 tahun sampai dengan 30 tahun ke depan
nonkarsinogenik dinyatakan sebagai masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Reference Dose (RfD). Kelurahan Lalolara masih aman atau tidak
Efek kesehatan dari logam timbal berisiko dalam mengonsumsi kerang yang
melalui pencernaan adalah kategori non- tercemar timbal dari tambak sekitar Sungai
kanker, RfD timbal pada makanan sebesar Wanggu dan muara Teluk Kendari, dengan
0,004 mg/kg/hari14. asumsi pajanan timbal hanya berasal dari
Karakteristik Risiko kerang, kadar timbal dalam kerang dan pola
Tingkat risiko merupakan komponen asupan dipertahankan.
integral dari tahap-tahap analisis risiko Tingkat risiko individu
sebelumya. Karakteristik risiko dilakukan Dari hasil perhitungan didapatkan
untuk membandingkan hasil analisa tingkat risiko secara individu pada
paparan (intake) dengan nilai dosis acuan masyarakat bantaran Sungai Wanggu
(RfD). Untuk mencari tingkat risiko (RQ) Kelurahan Lalolara masih aman atau tidak
dengan hasil perhitungan intake dibagi berisiko mendapatkan gangguan kesehatan
dengan nilai RfD.RQ dihitung dengan ketika mengonsumsi kerang, dengan asumsi
persamaan 2: bahwa pajanan hanya berasal dari kerang
Berdasarkan tabel 10 dan perhitungan saja.
intake di atas, dapat di hirung tingkat risiko Manajemen Risiko
populasi masyarakat bantaran Sungai Manajemen risiko adalah upaya yang
Wanggu Kelurahan Lalolara, yaitu sebagai didasarkan pada informasi tentang risiko
berikut: kesehatan yang diperoleh melalui suatu
𝐼 analisis risiko, untuk mencegah,
𝑅𝑄 = menanggulangi, atau memulihkan efek yang
𝑅𝑓𝐷
1,6032018𝐸 − 05 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 merugikan kesehatan oleh paparan zat toksik.
𝑅𝑄 = Dalam Analisis Risiko Kesehatan
0,004 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖
Lingkungan (ARKL) prinsip pengelolaan risiko
𝑅𝑄 = 0,004008005
Tingkat risiko populasi dilakukan apabila tingkat risiko (RQ) > 1. Dari
Dari hasil perhitungan di atas dapat hasil perhitungan didapatkan tingkat risiko
dikatakan bahwa pada saat ini populasi untuk individu dan populasi masyarakat
masyarakat bantaran Sungai Wanggu bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
Kelurahan Lalolara masih aman atau tidak < 1. Ini berarti masyarakat bantaran Sungai
berisiko mengonsumsi kerang yang berasal Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman dan
dari perairan tambak sekitar Sungai Wanggu tidak berisiko dalam mengonsumsi kerang
dan muara Teluk Kendari. yang berasal dari tambak sekitar Sungai
Penaksiran tingkat risiko populasi Wanggu dan muara Teluk Kendari, sehingga
masyarakat bantaran Sungai Wanggu belum perlu untuk dilakukannya manajemen
Kelurahan Lalolara dari pada saat ini risiko.

8
DISKUSI dengan nilai ketetapan timbal dalam kerang
Deskriptif variabel penelitian yang di tetapkan oleh BSN (2009) (1,5 mg/kg),
Penelitian ini bertujuan untuk kadar timbal dalam kerang kalandue
menganalisis tingkat risiko (RQ) akibat (Polymesoda erosa) masih dibawah nilai
paparan timbal pada masyarakat yang ambang batas.
mengonsumsi kerang khususnya masyarakat Terdapatnya timbal pada perairan
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara. tambak sekitar Sungai Wanggu dan muara
Perhitungan analisis risiko dilakukan dengan Teluk Kendari, di sebabkan sumber air yang
menghitung asupan (intake) melalui digunakan untuk mengairi tambak tersebut
ingesti/oral untuk mengetahui tingkat risiko berasal dari Teluk Kendari dengan
risk agent (RQ) terhadap responden. memanfaatkan pasang surut air laut. Logam
Perhitungan asupan (intake) diperoleh berat yang terdapat di perairan Teluk
perbandingan antara data konsentrasi timbal Kendari dapat berasal dari limbah domestik,
sebagai risk agent dalam kerang (mg/g), laju industri perikanan, pertanian dan kegiatan
konsumsi kerang (gr/hari), frekuensi paparan transportasi laut serta berasal dari aktifitas
(hari/tahun), durasi paparan atau lama perkotaan lainnya yang semakin meningkat
responden mengonsumsi kerang dalam di sekitar perairan tersebut4,5.
tahun dengan berat badan (kg) dan periode Keberadaan timbal dalam jaringan
waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun kerang, di sebabkan kerang merupakan salah
untuk nonkarsinogen). satu biota air yang dapat mengakumulasi
Dalam perhitungan ARKL, perlu logam lebih besar dari pada hewan air
diketahui terlebih dahulu apakah data dari lainnya karena sifatnya yang menetap,
setiap variabel tersebut terdistribusi dengan lambat untuk menghindari diri dari pengaruh
normal atau tidak sehingga nilai rata-rata pencemaran. Kerang merupakan organisme
dari setiap variabel dapat ditentukan. yang mendapatkan makanan dengan cara
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov menyaring (filter feeder) jasad-jasad renik
menunjukkan bahwa laju asupan, frekuensi terutama plankton nabati atau hewani,
pajanan, durasi pajanan, dan berat badan sehingga apabila lingkungan tempat kerang
menunjukkan data tidak terdistribusi normal tersebut tercemar logam berat maka pada
(P<0,05). tubuh kerang akan terakumulasi logam berat
Konsentrasi timbal dalam kerang(C) dalam jumlah tinggi11,12.
Konsentrasi Pb pada kerang adalah Laju asupan atau jumlah berat kerang yang
jumlah kandungan logam timbal dalam dikonsumsi per hari (R)
kerang kalandue (Polymesoda erosa) yang Dari hasil wawancara diketahui bahwa
diperoleh melalui pemeriksaan dengan masyarakat bantaran Sungai Wanggu sering
metode SSA yang dapat masuk ke dalam mengonsumsi kerang hal ini di karenakan
tubuh manusia melalui pencernaan dan selain tinggal di bantaran sungai, kebanyakan
menimbulkan efek terhadap kesehatan yan masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan,
bersifat kronis dan akumulatif. sehingga mereka cenderung mengonsumsi
Timbal adalah logam yang termasuk hasil tangkapannya sendiri. Selain itu juga
ke dalam kelompok logam berat karena disana terdapat arael tambak yang tidak jauh
mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 dari lokasi pemukiman, sehingga
g/cm3. Timbal dalam keseharian lebih memungkinkan mereka untuk mengonsumsi
dikenal dengan nama timah hitam, dalam hasil laut dari areal tambak tersebut. laju
bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan asupan pada masyarakat bantaran Sungai
logam ini disimbolkan dengan Pb1. Wanggu Kelurahan Lalolara sebesar
Berdasarkan hasil laboratorium kadar 4,5245E1 gr/hari atau 45,245 gr/hari, dengan
timbal pada kerang dari tambak sekitar laju asupan minimum yaitu 6,4400 gr/hari
Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari dan maksimum yaitu 4,7369E2 gr/hari atau
dengan 3 titik pengambilan (stasiun), di 473,69 gr/hari.
peroleh masing-masing statiun yaitu 0,2016, Hal ini sejalan dengan penelitian yang
0,6428, 0,5816 mg/kg. Jika dibandingkan dilakukan purnomo (2008) yang menyatakan

9
bahwa laju asupan berhubungan secara batas toleransi tubuh. Presentasenya
signifikan dengan besar risiko, meskipun mencapai 73,3%. Sedangkan siswa dengan
hubungan tersebut lemah (r = 0,156) dan tingkat konsumsi kerang lebih dari 4 kali
orang yang mengkonsumsi ikan dengan laju seminggu, secara keseluruhan (100%) logam
asupan lebih besar atau sama dengan 233,6 berat Pb dalam urinenya melebihi 150
g/hari berisiko lebih besar 7,118 kali lebih μg/ml18.
besar untuk mengalami gangguan kesehatan Berdasarkan hasil analisis tersebut
mereka yang mengkonsumsi ikan dengan dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
laju asupan kurang dari 233,6 g/hari 17. tingkat konsumsi kerang, maka semakin
Diperkuat oleh penelitian Nurlete (2014), tinggi pula konsentrasi timbal (Pb) dalam
menyatakan bahwa rata-rata responden urine maupun darah responden.
banyak mengonsumsi ikan kembung dan Durasi pajanan atau lama mengonsumsi
kerang darah dari hasil tangkapannya sendiri. kerang (tahun) (Dt)
Oleh sebab itu, nilai laju asupan responden Lamanya waktu (tahun) responden
rata-rata tinggi karena makin banyak ikan mengonsumsi kerang yang diperoleh dalam
kembung dan kerang darah yang dikonsumsi satuan tahun. Pada penelitian ini durasi
(gr/hari) maka makin besar nilai laju asupan paparan yang di gunakan adalah realtime, 10
yang diperoleh berarti makin besar juga tahun, 20 tahun, 30 tahun kedepan.
risiko responden untuk terpapar Pb yang Berdasarkan tabel 8, durasi pajanan
berada pada tubuh ikan kembung dan masyarakat bantaran Sungai Wanggu
kerang darah12. Kelurahan Lalolara yang mengonsumsi
Berdasarkan penjelasan diatas maka kerang adalah 10 tahun, dengan durasi
dapat disimpukan bahwa laju asupan pajanan minimum yaitu 0,67 tahun atau 8
mempengaruhi besarnya nilai tingkat risiko, bulan dan maksimum yaitu 50 tahun.
sehingga semakin besar laju konsumsi maka Berdasarkan dari hasil pengumpulan data,
akan semakin besar nilai tingkat risikonya. diperoleh dari 68 responden terdapat 32
Frekuensi pajanan atau jumlah hari responden (47%) terpajan timbal dalam
konsumsi kerang dalam satu tahun (fE) mengonsumsi kerang selama <10 tahun,
Frekuensi pajanan yang dimaksud sedangkan 36 responden (53%) terpajan
adalah waktu pemajanan kerang yang timbal dalam mengonsumsi kerang ≥10
mengandung timbal yang diterima oleh
tahun.
responden dalam satuan hari/tahun.
Nilai rata-rata durasi pajanan
Berdasarkan perhitungan dari hasil
masyarakat bantaran Sungai Wanggu masih¬
wawancara dengan responden diketahui
di bawah nilai default untuk risiko nonkanker
frekuensi pajanan (fE) masyarakat bantaran
yaitu 30 tahun19.
sungai wanggu kelurahan lalolaran yaitu 40
Berdasarkan penelitian yang di
hari/tahun dengan frekuensi pajanan
lakukan oleh Budiarti (2012) yang
minimum dan maksimum yaitu 12
menyatakan bahwa semakin lama seseorang
hari/tahun dan 96 hari/tahun.
terpajan dengan bahan berbahaya,
Individu dengan berat badan, laju
kemungkinan risiko kesehatannya yang akan
konsumsi dan durasi paparan yang sama
diterima juga semakin besar20. Hal ini
memiliki intake dan tingkat risiko yang
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
berbeda jika frekuensi paparannya berbeda16.
oleh Safitri (2015) yang menyatakan bahwa
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
durasi paparan konsumsi kerang hijau yang
dilakukan oleh Habrianti (2013), bahwa
telah tercemar logam Cd, meskipun dalam
frekuensi konsumsi kerang Anadara sp
konsentrasi yang rendah akan tetapi dalam
dengan kadar urine siswa SD Negeri Tallo
jangka yang lama akan menimbulkan efek
Tua 69 Makassar diperoleh konsentrasi
kesehatan21.
timbal (Pb) dalam urine responden yang
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
mengonsumsi kerang sebanyak 2-4 kali
disimpulkan bahwa durasi pajanan konsumsi
seminggu dan lebih besar dari empat kali
kerang yang telah tercemar logam timbal,
seminggu, positif mengandung Pb di atas
meskipun dalam konsentrasi yang rendah

10
akan tetapi dalan jangka yang lama akan Wanggu Kelurahan Lalolara sebesar
menimbulkan efek kesehatan. 1,6032018E-05 mg/kg/hari. Hasil intake
Efek toksik logam sangat berkaitan tergantung pada variabel konsentrasi timbal
dengan tingkat dan lamanya pajanan. pada kerang (C), laju asupan (R), frekuensi
Umumnya, makin tinggi kadar suatu logam pajanan (fE), berat badan responden (Wb)
dan makin lama pajanan, efek toksik suatu dan durasi pajanan.
logam akan lebih besar. Seperti halnya Pb Karakteristik Risiko
dalam kerang jika dikonsumsi dalam jumlah Karakteristik risiko kesehatan efek-
banyak secara kontinyu pada kurun waktu efek nonkarsinogenik dinyatakan sebagai
relatif lama, maka tetap akan menyebabkan Risk Quotient (RQ). RQ dihitung dengan
keracunan timbal. Gejala-gejala klinis yang membagi asupan nonkarsinogenik setiap risk
dapat ditimbulkan yakni hiperaktifitas, agent dengan dosis referensinya (RfC dan
berkurangnya masa perhatian, skor IQ RfD).
menurun, ensefalopati, kerusakan arteriol Dari hasil penelitian didapatkan hasil
dan kapiler otak, ataksia stupor, koma serta tingkat risiko (RQ) pada populasi masyarakat
kejang-kejang. bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
Berat badan pada saat ini (Realtime) adalah < 1, berarti
Pengumpulan data berat badan populasi masyarakat bantaran Sungai
responden saat melakukan penelitian Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman atau
dilakukan secara langsung (penimbangan tidak berisiko dalam mengonsumsi kerang
berat badan kepada responden). tersebut. Untuk estimasi 10, 20 dan 30 tahun
Berdasarkan hasil penelitian berat badan juga didapatkan hasil RQ<1, berarti sampai
responden sebesar 49 kg, dengan berat 30 tahun mendatang populasi masyarakat
badan minimum yaitu 10 kg dan maksimum bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
yaitu 87 kg. Berdasarkan hasil pengumpulan masih aman dalam mengonsumsi kerang
data, diperoleh bahwa dari 68 responden berasal dari perairan tambak sekitar Sungai
terdapat 32 responden (47%) memiliki berat Wanggu dan muara Teluk Kendari, dengan
badan <49 kg, sedangkan 36 responden (53%) asumsi pajanan timbal hanya berasal dari
memiliki berat badan ≥ 49 kg. kerang, kadar timbal dan pola asupan di
pertahankan. Apabila kadar timbal dalam
Dalam analisis risiko, berat badan
kerang mengalami peningkatan setiap
akan mempengaruhi besarnya nilai risiko dan
tahunnya maka tingkat risiko masyarakat
secara teoritis, semakin berat badan
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
seseorang maka semakin kecil kemungkinan
juga akan mengalami peningkatan.
untuk risiko mengalami gangguan kesehatan
Rendahnya tingkat risiko kesehatan
akibat kandungan timbal dalam kerang.
masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Berat badan manusia mencerminkan
Kelurahan Lalolara disebabkan rata-rata
statuas gizi seseorang. Gizi yang buruk akan
kosentrasi timbal dalam kerang masih di
berpengaruh terhadap menurunnya daya
bawah standar yang di tetapkan oleh BSN
tahan tubuh seseorang dan terjadinya
(2009), laju asupan, frekuensi pajanan dan
gangguan kesehatan22.
durasi pajanan masih di bawah ketetapan
Selain itu ukuran berat badan akan
yang di tetapan oleh EPA (1997).
mempengaruhi nutrien dalam tubuh
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
manusia, orang dengan berat badan yang
dilakukan oleh Athena (2008) pada
ideal akan mempunyai nutrisi yang cukup
mayarakat di Kepulauan Seribu. Pada
sehingga kehadiran logam ke dalam tubuh
penelitian tersebut mereka mengambil
untuk menggantikan nutrisi akan
sampel dari 97 jenis ikan yang berasal dari
terhalangi21,22.
perairan Teluk Jakarta. Hasil dari penelitian
Analisis Risiko
diperoleh tingkat risiko masyarakat di
Analisis pajanan
Kepulauan Seribu dalam mengonsumsi hasil
Dari hasil penelitian intake
laut yang berasal dari perairan Teluk Jakarta
konsentrasi timbal dalam kerang yang masuk
masih dibawah satu23. Hal ini diperkuat
ke dalam tubuh masyarakat bantaran Sungai

11
dengan penelitian yang dilakukan oleh Selain itu, air perasan jeruk nipis
Susiyeti (2010) tingkat risiko (RQ) pada secara ilmiah dapat menurunkan kadar
populasi masyarakat Muara Angke adalah di logam berat pada kerang dengan syarat
bawah satu, berarti populasi masyarakat perendaman dilakukan selama 1 jam
Kampung Nelayan Muara Angke masih aman sebelum dimasak16. Selain itu juga, dengan
dan belum berisiko dalam mengonsumsi ikan mengonsumsi food supplement dari jenis
kembung, ikan tongkol, ikan teri dan mineral seperti Cu, Zn, Fe dan Mg, maka
gabungan ketiga jenis ikan tersebut24. timbal dalam tubuh dapat tergantikan atau
Risiko kesehatan akibat paparan tereliminasi.
timbal berupa keracunan timbal yang dapat
menyebabkan efek akut dan kronis. SIMPULAN
Keracunan akut yaitu akibat pemaparan yang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terjadi dalam waktu yang relatif singkat tentang analisis risiko kesehatan lingkungan
(dapat terjadi dalam waktu 2-3 jam), dengan akibat pajanan timbal (Pb) pada masyarakat
kadar yang relatif besar. Keracunan akut yang mengonsumsi kerang kalandue
ditandai oleh rasa terbakar pada mulut, (Polymesoda erosa) dari tambak sekitar
terjadinya perangsangan dalam Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari,
gastrointestinal, dan diikuti dengan diare. maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
Keracunan kronis terjadi karena absorbsi 1. Konsentrasi rata-rata timbal pada kerang
timbal dalam jumlah kecil, tetapi dalam kalandue (Polymesoda erosa) dari
jangka waktu yang lama dan terakumulasi tambak sekitar Sungai Wanggu dan
dalam tubuh. Durasi waktu dari permulaan muara Teluk Kendari adalah 0,4753
terkontaminasi sampai terjadi gejala atau mg/kg, dengan konsentrasi tertinggi dan
tanda-tanda keracunan dalam beberapa terendah berturut-turut adalah 0,6428,
bulan bahkan sampai beberapa tahun24,25. 0,5816 dan 0,2016 mg/kg.
ManajemenRisiko 2. Laju asupan harian (R) masyarakat Sungai
Dalam Analisis Risiko Kesehatan Wanggu Kelurahan Lalolara yang
Lingkungan (ARKL) prinsip pengelolaan risiko mengonsumsi kerang kalandue
dilakukan apabila tingkat risiko (RQ) > 1. Dari (Polymesoda erosa) dari tambak sekitar
hasil perhitungan didapatkan tingkat risiko Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari
untuk individu dan populasi masyarakat yaitu 4,5245E2 gr/hari atau 45,245
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara gr/hari, dengan laju asupan minimum
< 1. Ini berarti masyarakat bantaran Sungai yaitu 6,4400 gr/hari dan maksimum yaitu
Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman dan 4,7369E2 gr/hari atau 473,69 gr/hari.
tidak berisiko dalam mengonsumsi kerang Semua masyarakat bantaran Sungai
yang berasal dari tambak sekitar Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
Wanggu dan muara Teluk Kendari, sehingga mengonsumsi kerang sebanyak
belum perlu untuk dilakukannya manajemen ≥4,5245E1 gr/hari atau 45,245 gr/hari.
risiko.
3. Frekuensi pajanan atau jumlah hari
Walaupun begitu agar masyarakat
konsumsi kerang kalandue (Polymesoda
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara
erosa) dalam setahun (fE) dari tambak
tetap aman dalam mengonsumsi kerang
sekitar Sungai Wanggu dan muara Teluk
yang berasal dari perairan dari tambak
Kendari pada masyarakat bantaran
sekitar Sungai Wanggu dan muara Teluk
Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara yaitu
Kendari yang telah tercemar, maka perlu
40 hari/tahun, dengan frekuensi pajanan
dilakukan pencegahan. Pencegahan tersebut
minimum yaitu 12 hari/tahun dan
dilakukan pada pengendalian pencemaran
maksimum 192 hari/tahun. Dari 68
laut yang menyebabkan tingginya
responden terdapat 33 respoden (48,5%)
konsentrasi timbal pada hasil laut terutama
terpajan timbal dalam kerang <40
pada kerang yang merupakan makananan
hari/tahun, sedangkan 35 responden
yang sering di konsumsi oleh masyarakat
bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara.

12
(51,5%) terpajan dengan timbal dalam sumber yang lain. Asumsi lainnya yaitu
kerang ≥40 hari/tahun. kadar timbal dalam kerang kalandue
(Polymesoda erosa) tidak mengalami
4. Durasi pajanan (dalam tahun) timbal
peningkatan.
dalam kerang kalandue (Polymesoda
8. Untuk saat ini pada populasi dan individu
erosa) dari tambak sekitar Sungai
masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Wanggu dan muara Teluk Kendari yang
Kelurahan Lalolara belum perlu dilakukan
dikonsumsi masyarakat bantaran Sungai
manajemen risiko karena mereka masih
Wanggu Kelurahan Lalolara yaitu10
aman bila mengonsumsi ikan yang
tahun, dengan durasi pajanan minimum
berasal dari tambak sekitar Sungai
yaitu 0,67 tahun atau 8 bulan dan
Wanggu dan muara Teluk Kendari.
maksimum 50 tahun, tertinggi dan
terendah berturut-turut 50 dan 0,67
SARAN
tahun. Dari 68 responden diperoleh 68
1. Kepada pemerintah dan instansi terkait
responden terdapat 32 responden (47%)
agar dapat meningkatkan pemantauan
terpajan timbal dalam mengonsumsi
secara rutin terhadap kandungan logam
kerang selama <10 tahun, sedangkan 36
berat di perairan Kota Kendari serta biota
responden (53%) terpajan timbal dalam
laut, tidak hanya itu pemerintah dan
mengonsumsi kerang ≥10 tahun. instansi terkait agar lebih memperhatikan
5. Berat badan masyarakat bantaran Sungai masalah pengelolaan lingkungan disekitar
Wanggu Kelurahan Lalolara yang perairan Kota Kendari.
mengonsumsi kerang kalandue 2. Masyarakat yang berada di bantaran
(Polymesoda erosa) dari tambak sekitar Sungai Wanggu khususnya Kelurahan
Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari Lalolara sebaiknya mengurangi laju
yaitu 49 kg, dengan berat badan asupan dan frekuensi paparan untuk
minimum 10 tahun dan maksimum 87 kg. mengurangi asupan risk agent timbal ke
Dari 68 responden diperoleh 68 dalam tubuh seperti mengatur pola
responden terdapat 32 responden (47%) konsumsi harian kerang kalandue
terpajan timbal dalam mengonsumsi (Polymesoda erosa) serta dengan
kerang selama <10 tahun, sedangkan 36 mengonsumsi food supplement dari jenis
responden (53%) terpajan timbal dalam mineral seperti Cu, Zn, Fe dan Mg yang
mengonsumsi kerang ≥10 tahun. berperan mampu menggantikan atau
6. Asupan atau intake timbal dalam kerang mengeliminasi timbal dari tubuh. Selain
kalandue (Polymesoda erosa) dari itu juga di sarankan kepada masyarakat
tambak sekitar Sungai Wanggu dan yang mengonsumsi ikan maupun kerang
muara Teluk Kendari yang di konsumsi yang tercemar timbal, agar terlebih
masyarakat bantaran Sungai Wanggu dahulu merendamnya dengan air perasan
Kelurahan Lalolara yaitu 1,6032018E-05 jeruk nipis selama 1 jam sebelum
mg/kg/hari atau 0,00001603018 dimasak untuk menurunkan kadar timbal
mg/kg/hari. dalam ikan maupun kerang tersebut.
7. Masyarakat bantaran Sungai Wanggu 3. Hasil penelitian ini dapat menambah
Kelurahan Lalolara baik secara individu wawasan Ilmu penelitian dan sebagai
dan populasi masih aman dari risiko informasi mengenai risiko paparan timbal
gangguan kesehatan bila mengonsumsi pada masyarakat bantaran Sungai
kerang kalandue (Polymesoda erosa) Wanggu Kel. Lalolara dan sebagai
yang berasal dari tambak sekitar Sungai referensi yang dapat dikembangkan oleh
Wanggu dan muara Teluk Kendari untuk peneliti selanjutnya. Selain itu, perlu
durasi pajanan saat ini (realtime), 10, 30 dilakukan penelitian lanjutan mengenai
dan 50 tahun mendatang dengan asumsi logam berat lainnya dengan
sumber pajanan timbal hanya berasal menggunakan desain ARKL kepada
dari kerang saja dan tidak masyarakat yang berisiko serta
memperhitungkan pajanan timbal dari

13
manajemen dan komunikasi risiko yang Logam Berat dalam Pangan. Badan
tepat. Standarisasi Nasional. Jakarta.
11. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan
DAFTAR PUSTAKA Pencemaran Hubungannya
1. Widowati, W., Sastiono, A., & Rumampuk, denganToksokologi Logam Berat. Jakarta :
R.J. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan UI Press.
dan Penanggulangan Pencemaran. Andi: 12. Nurlete, M.W. 2014. Analisis Risiko
Yogyakarta. Timbal (Pb) dalam Biota Laut pada
2. Agency for Toxic Substances and Disease Masyarakat Pesisir Kota Makassar.
Registry (ATSDR). 2007 Toxicological Skripsi. Fakulatas Kesehatan Masyarakat.
Profile for Lead. US. Department of Universitas Hasanuddin.
Health and Human Services. 13. Djafri, D. 2014. Prinsip dan Metode
3. Agustina, T. 2010. Kontaminasi Logam Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan.
Berat Pada Makanan dan Dampaknya Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
Pada Kesehatan. Teknubuga, Volume 2 Vol. 8 No. 2.
No. 2, Hal. 53-65. 14. U.S. Environmental Protection Agency
4. Jalius, Djoko, D. Setyanto, Sumatadinata, (EPA), 1998. The NRC Risk
K. Riam. E. dan Ernawat, Y. 2008. AssesmentParadigm. Technology Transfer
Bioakumulasi Logam Berat dan Network Air Toxic
Pengaruhnya terhadap Oogenesis Kerang [Online].http://www.epa.gov/ttn/atw/to
Hijau (Perna viridis). Jurnal Riset xsource/paradigm.html. di akses 02 April
Akuakultur. Vol 3. No.1. 2016.
5. Saryanti, O. W. 2008. Analisis Kandungan 15. Sianipar, R. H. 2009. Analisis Risiko
Logam Berat Pb pada Air Laut dan Paparan Hidrogen Sulfida pada
KerangHijau (Perna viridis) di Perairan Masyarakat Sekitar TPA Sampah Terjun
Teluk Kendari secara Spektrofotometri Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009.
Serapan Atom (SSA). Skripsi. Fakultas Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sumatera Utara.
Universitas Halu Oleo. 16. Damayanty, S. 2014. Analisis Risiko
6. Dahuri, R. 1998. Pengaruh Pencemaran Logam Berat (Cr, As dan Hg) pada
LimbahIndustri Terhadap Potensi Sumber Sedimen Laut, Ikan dan Kerang
DayaLaut. Makalah pada Seminar Terhadap Kesehatan Penduduk Pesisir
TekologiPengelolaan Limbah Industri Kota Makassar. Skripsi. Program
danPencemaran Laut. Agustus 1998. Pascasarjana. Universitas Hasanuddin.
SPPT.Jakarta.
17. Purnomo, A., Purwana, R. 2008. Dampak
7. Amriani. Hendrarto, B., Hadiyarto, A.
Cadmium dalam Ikan terhadap
2011. Bioakumulasi Logam Berat Timbal
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan
(Pb) dan Seng (Zn) pada Kerang Darah
Masyarakat Nasional. Vol. 3 No. 2.
(Anadara granosa L.) dan Kerang Bakau
18. Habrianti, D, dkk, 2013. Konsentrasi
(Polymesoda bengalensis L.) di Perairan
Logam Berat Timbal (Pb) Dalam
Teluk Kendari. Jurnal Ilmu Lingkungan.
Makanan Jajanan, Kerang Anadara sp.
Volume 9, Issue 2.
dan Urine Siswa SD Negeri Tallo Tua 69
8. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sulawesi
Makassar. Jurnal. (Online).
Tenggara. 2013. Laporan Akhir
repository.unhas.ac.id. [diakses 19 maret
Pemantauan Kualitas Air di Sungai
2016].
Wanggu, Konaweha, Roraya, Silambu
19. Direktur Jendral PP dan PL KEMENKES.
dan Poleng.
2012. Pedoman analisis Risiko Kesehatan
9. Badan lingkungan hidup (BLH) Sulawesi
Lingkungan (ARKL).
Tenggara. 2015. Hasil Laboratorium
20. Budiarti, A. 2012. Analisis Risiko Pajanan
Pemantauan Kualitas Air Sungai Wanggu.
Multijalur pada Anak-anak di Taman
10. Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI
Dekat Lokasi Pembuangan Bahan
7387:2009. Batas Maksimum Cemaran
Berbahaya: Taman Babilonia Tahun 2012.

14
Fakultas Kesehatan Masyarakat. dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Universitas Indonesia. Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
https://anisabudiarti1989.wordpress.com 23. Athena, Musadad, A., Sukar. 2008. Risiko
/2011/05/09/arkl/ . Diakses Tanggal 20 Kesehatan Masyarakat Akibat Konsumsi
Januari 2016. Air Bersih dan Hasil Laut yang
21. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Mengandung Kadmium (Cd) di Kepualan
Pencemaran Hubungannya Seribu. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 7
denganToksokologi Logam Berat. Jakarta : No. 1.
UI Press. 24. Susiyeti, F. 2010. Analisis Risiko
22. Safitri, F. Z. 2015. Tingkat Efek Kesehatan Kesehatan Pencemaran Logam Kadmium
Lingkungan Kandungan Logam Berat pada Ikan di Kampung Nelayan Muara
kadmium (cd) pada Kerang Hijau (Perna Angke Kelurahan Pluit Kecamatan
viridis) yang Dikonsumsi Masyarakat Penjaringan Jakarta Utara Tahun 2010.
Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai