KEBIJAKAN UMUM
NOMOR : 270/SK/DIR/RSI-AI/PML/IX/2017
Menimbang :
b. Bahwa rumah sakit membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kepada pasien,
keluarga dan masyarakat ;
d. Bahwa agar dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien R umah
Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang dapat terlaksana dengan baik, maka perlu adanya
Kebijakan Direktur sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan kesahatan yang
bermutu tinggi dalam rangka keselamatan pasien di rumah sakit;
Mengingat :
1
4. Keputusan menteri kesehatan Nomor 129 /Menkes /SK II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
MEMUTUSKANMenetapkan :
Kedua : Kebijakan Umum Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang harus diterapkan
disetiap departemen terkait dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini .
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, jika dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya .
Ditetapkan di Pemalang
Pada tanggal 1 September 2017
Direktur RSI Al-Ikhlas Pemalang
KEBIJAKAN UMUM
BAB I
Pasal 1
2. Tata Kelola Mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan oleh Komite Mutu
Keselamatan Pasien (KMKP) berdasarkan kebijakan, pedoman, panduan, Standar
Prosedur Operasional (SPO) dan formulir yang telah ditetapkan;
3. Komite mutu dan keselamatan rumah sakit adalah suatu unit/departemen yang
bertugas untuk membuat, mengontrol, menganalisa serta mengevaluasi sistem
manajemen mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang;
5. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien menjadi lebih aman dengan mengacu kepada ketentuan dan
standar pelayanan yang berlaku;
7. Pemilik RS menyetujui rencana mutu dan keselamatan pasien dan secara regular
menerima dan menindaklanjuti laporan tentang pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien;
8. Taget mutu yang tidak tercapai akan dianalissa dan dievaluasi rancangan sistem
yang baru dan melakukan modifikasi dari sistem tersebut sesuai dengan prinsip
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Rancangan proses yang baik adalah :
10. Direktur dan komite mutu dan keselamatan pasien rumah sakit menginformasikan
tentang pengetahuan, data, analisa, evaluasi dan tindak lanjut keselamatan pasien
melalui pertemuan formal dan non formal;
12. Penyampaian informasi terkait program dan standar sistem manajemen mutu dan
keselamatan pasien kepada karyawan rumah sakit dilakukan melalui media komunikasi
internal, koordinasi, sosialisasi secara tertulis/pamflet/mading/banner, dan lain-lain;
13. Penyampaian informasi kepada pasien dan keluarga terkait pelayanan rumah
skait dilakukan dengan menggunakan media elektronik seperti : website, email, short
message service (sms), medis cetak seperti : majalah, koran, leaflet, poster, spanduk,
talk show, seminar, seminar, dan lain-lain;
15. Komite mutu dan keselamatan pasien rumah sakit memastikan kepatuhan
karyawan rumah sakit terhadap semua kebijakan yang ditetapkan direktur terkait
pelaksanaan kegiatan mutu dan keselamatan pasien;
16. Upaya peningkatan mutu dan keselamatan paien meliputi semua departemen yang
memberikan pelayanan baik rawat inap maupun rawat jalan, dengan kegiatan yang
mencakup :
17. Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien dari semua departemen diajukan
kepada Direktur, disetujui dan dilaksanakan, secara konsisten oleh departemen dan unit
pelaksanaannya;
19. Peningkatan mutu dan keselamatan kerja terkait dalam menerapkan system
manajemen mutu dan keselamtan pasien rumah sakit, meliputi :
20. Pelaksanaan, monitoring dan evauasi system manajemen mutu dan keslamtan
pasien Rumah sakit dilakukan dengan mnerapkan metodologi PDCA (Plan ,DO,
Check, Action) serta PDSA ( Plan, Do. Study, Action).
Pasal 2
1. Audit mutu internal adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan secara objektif
dan sistematis terkait efektifitas pelaksanaan sistem manajemen mutu yang telah
ditetapkan dengan aktual pelaksanaannya;
2. Audit medis adalah suatu proses evaluasi yang secara objektif dan sistematis
terkait efektifitas pelaksanaan standar pelayanan medis yang telah ditetapkan dengan
aktual pelaksanaannya;
3. Audit keperawatan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan secara objektif
dan sistemastis terkait efektifitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan dengan actual pelaksanaanya;
4. Audit PPIRS adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan secara objektif dan
sistematis terkait efektifitas pelaksanaan program pengendalian infeksi rumah sakit
yang telah ditetapkan dengan aktual pelaksanaannya;
5. Proses audit internal dilakukan oleh seseorang yang berkompeten dan telah
ditunjuk oleh manajemen;
6. Audit internal dilakukan secara terprogram dan berkala sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan;
7. Setiap temuan yang ditemukan saat audit internal wajib dianalisa, ditindak lanjuti
dan ndievaluasi oleh auditor bersama dengan unit kerja terkait.
Tinjauan Manajemen
Pasal 3
1. Tunjuan amanjemen adalah proses evaluasi yang dilakukan untuk meninjau ulang
implemenetasi manajemen mutu yang telah ditetapkan;
2. Pelaksanaan tinjaun manajemen dilakukan secara terprogram dan berkala sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan;
3. Hasil tinjauan manajemen dianalisa, dievaluasi dan ditindak lanjuti sesuai dengan
ketetapan hasil tinjauan manajemen yang berlaku.
1. Dokumentasi mutu asli (master) terkait dengan regulasi rumah sakit disimpan dan
dikendalikan oleh Kasie Pelayanan;
2. Setiap pengajuan / perubahan /pemusnahan dokumen mutu yang telah di setujui
oleh direktur dicatat kedalam Daftar Induk Catatan Mutu (DICM).
Pasal 6
1. Seluruh unit kerja di rumah sakit wajib menerapkan dan melaksanakan program
peningkatan mutu dan keselamatan atas pasien sesuai dengan ditetapkan;
2. Tenaga kesehatan yang terlihat dalam asuhan pasien di Rumah Sakit Islam Al-
Ikhlas Pemalang harus menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan, koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan sejak pasien masuk sampai
keluar rumah sakit;
3. Pelakasanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan oleh
seluruh karyawan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang dan dikoordinir oleh Komite
Mutu dan Keselamatan rumah sakit, mencakup 7 (tujuh) standar dalam mencapai 6
(enam) saran keselamatan pasien;
4. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien rumah sakit menerapkan metode failure
Made dan effect analysis (FMEA) , hazard venerability analysis (HVA), Root cause
Analys (RCA) untuk mencegah resiko- resiko yang mungkin terjadi di setiap unit
pelayanan rumah sakit;
5. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang menerapkan 7 (tujuh) keselamatan pasien
yang terdiri dari :
a. Hak pasien;
b. Medidik pasien dan keluarga;
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien;
e. Pasien kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien;
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien;
6. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang menerapkan 6 (enam) sasaran
keselamatan pasien adalah :
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar;
b. Meningkatan komunikasi yang efektif;
c. Meningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai;
d. Memastian lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar;
e. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan;
f. Mengurangi cedera pasien akibat terjatuh;
7. Monitoring, analisis, evaluasi dan rencana tindak lanjut/solusi program mutu dan
keselamatan paien yang dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas
Pemalang bersama dengan Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien;
8. Hasil dan evaluasi terkait pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien
ditinjau bersama dengan pimpinan dan manajemen rumah sakit minimal satu kali
setahun sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan program mutu dan keselamatan
pasien periode berikutnya.
Clinical Pathways
Pasal 7
1. Clinical pathways adalah suatu alur proses kegiatan pelayanaan pasien yang
spesifik untuk suatu penyakit atau tindakan tertentu, mulai dari pasien masuk sampai
dengan pasien pulang dan terintegrasi antar praktisi kesehatan rumah sakit;
2. Clinical pathways disusun melalui proses identifikasi berdasarkan penyakit atau
kasus yang sering muncul dalam satu periode;
3. Clinical pathways dikontrol, dilaporkan dianalisa dan di evaluasi oleh petugas
medis yang telah ditunjuk bersama dengan komite medis rumah sakit.
Pasal 8
1. Komite Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang bersama
Direktur dan Kepala Seksi mengembangkan indikator mutu dan keselamatan pasien,
insiden keselamatan pasien yang dapat di monitor oleh Kepala Seksi Pelayanan Medis
dan menetapkan prioritas yang dilaksanakan oleh setiap departemen/unit;
2. Pengelolaan indikator mutu dan keselamatan rumah sakit meliputi : penyusunan
indikator penetapan indikator, sosialisasi indikator, implementasi indikator mutu,
validasi data indikator, pencatatan dan pelaporan, analisa data. Rapat pimpinan,
benchmarking, publikasi data evaluasi data dan tindak lanjut (monitoring dan evaluasi)
indikator, serta pelaporan terkait hasil indikator mutu dan keselamtan pasien ke Direksi
dan pemilik Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang;
3. Indikator mutu dan keselamatan pasien ditetapkan dan dilaksanakan setelah
disetujui oleh Direktur Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang;
4. Pelaksanaan pelaporan indikator mutu dan insiden keselamatan pasien wajib
dilaporkan dianalisis ditindak lanjuti dan di evaluasi secara bersama oleh tim mutu dan
keselamatan pasien dengan unit kerja terkait.;
5. Pemantauan dan pengumpulan indikator mutu dan keselamatan pasien dilakukan
oleh tim mutu dan tim keselamatan pasien secara periodeik sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Pelaporan Insiden
Pasal 9
1. Setiap petugas menemukan insiden yang berhubungan dengan keselamatan pasien
wajib melaporkan insiden tersebut ke Sub Komite Keselamatan Pasien maksimal 2 x 24
jam;
2. Setiap insiden yang dilaporkan dan berhubungan dengan keselamatan pasien
wajib dianalisa, ditindaklanjuti dan dievaluasi pelasanaannya secara bersama oleh tim
komite keselamatan pasien dengan unit kerja terkait;
3. Pelaporan insiden keselamatan pasien meliputi ; Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dan kejadian sentinel;
4. Pelasanaan monitoring terhadap efek pengobatan dilakukan oleh petugas yang
kompeten secara kolaboratif;
5. Efek KTD dilaporkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan rumah sakit
dan didokumentasikan kedalam status pasien;
6. Efek KTD yang muncul wajib di identifikasi, dianalisa, ditindak lanjuti dan
dievaluasi secara terus menerus agar tidak terulang kembali;
7. Efek pengobatan terhadap pasien dimon itor secara terus me nerus termasuk efek
KTD;
8. Rencana tindak lanjut terkait dengan insiden yang terjadi, dilaksanakan melalui
proses gradasi matriks resiko dengan ketentuan;
a. Grade Biru : Investigasi sederhana oleh atasan
langsung, waktu maksimal 1 minggu;
b. Grade hijau : Investigasi sederhana oleh atasan
langsung, waktu minimal 2 minggu;
c. Grade Kuning : Investigasi komprehensive analisa
akar masalah / RCA oleh Tim keselamatan pasien rumah sakit
waktu minimal 45 hari;
d. Grade merah : Investigasi comprehensive analisa
akar masalah / RCA oleh Tim keselamatan pasien rumah sakit,
waktu maksimal 45 hari.
Pasal 10
Identifikasi Pasien
Pasal 11
1. Setiap pasien yang masuk rumah sakit harus dilakukan identifikasi minimal 2
(dua) dari identitas pasien yaitu : nama ,tanggal lahir dan nomor rekam medis.
Identifikasi pasien tidak dibenarkan menggunakan nama kamar atau lokasi pasien;
2. Jika pasien tanpa identitas maka digunakan identifikasi melalui foto dan nomor
rekam medis;
3. Pengelolaan pasien tanpa identifikasi dapat ditulisakn dengan Tn. X atau Ny. X,
tanggal lahir dapat ditulisakn 01 untuk bulan dituliskan bulan Januari sedangkan tahun
dituliskan tahun perkiraan usia pasien, misalnya : 01 Januari 2014;
4. Penamaan pasien sesuai dengan kartu identitas pasien yang berlaku
(KTP,SIM,Passport);
5. Sistem penamaan menggunakan “first name” atau nama lengkap pasien itu
sendiri, sesuai dengan kartu identitas pasien yang berlaku (KTP, SIM ,Pasport);
6. Penulisan penamaan pasien dalam map rekan medis pasien menggunakan huruf
KAPITAL;
7. Dibelakang penamaan pasien, diberikan keterangan status /keterangan pasien,
misalnya Ny (nyonya) ,Tn (tuan), An (anak), By (bayi), dan By Ny (bayi nyonya);
8. Pasien dan keluarga harus dimintakan informasi identitas diri yang benar dan
lengkap mecakup : nama lengkap, tanggal lahir, Jenis kelamin, Alamat dan No Kartu
Identitas;
9. Setiap pasien dilakukan identifikasi pada saat pemberian obat, pemberian
transfusi darah, pengambilan sampel untuk tindakan laboratorium, pemeriksaan
radiologi dan tindakan kedokteran;
10. Setiap pasien yang akan melakukan proses rawat inap maupun one day care
harus dipasangkan gelang identifikasi dengan ktentuan ; gelang berwarna biru (untuk
laki – laki ) dan gelang berwarna merah muda (untuk perempuan). Pada gelang identitas
tersebut ditambahkan gelang dengan klasifikasi warna :
Kuning : indetitas pasien berisiko jatuh;
Merah : identitas pasien dengan alergi;
Ungu : identitas pasien DNR;
11. Identifikasi pasien rawat inap maupun pasien one day care di mulai dari
pendaftaran rawat inap IGD, pendaftaran poliklinik dengan menggunakan gelang
berwarna biru;
12. Penulisan identitas pada gelang pasien menggunakan huruf cetak sesuai nama
yang tercantum pada rekam medis, tanggal lahir dan nomor rekam medis;
13. Pasien diberikan edukasi pada saat dipasangkan gelang meliputi : tujuan, proses
identifikasi saat pemberian asuhan dan tindakan, serta aturan penggunaan gelang
identifikasi selama perawtan dilakukan;
14. Pelepasan gelang identitas pasien dilakukan hanya apabila proses administrasi
pemulangan pasien telah selesai, dilakukan oleh perawat yang memulangkan pasien;
15. Dalam pemberian transfusi darah harus dilakukan double check oleh petugas
perawat dengan memperhatikan ketepatan jenis darah yang diminta, serta rekasi yang
mungkin terjadi terhadap pasien;
16. Pasien yang mengalami rekasi alergi terkait transfusi darah harus segera
dilaporkan dan diberikan pertolongan tindak lanjut;
17. Proses identifikasi jenazah, dilakukan dengan menggunakan kartu label identitas
jenazah.
Pasal 13
1. Setiap pasien yang masuk rumah sakit harus dilakukan pengkajian untuk
mengidentifkasi resiko jatuh;
2. Pengkajian ulang terkait dengan upaya pengurangan resiko jatuh pada pasien
yang di indikasikan memiliki kriteria pasien jatuh dilakukan sesuai dengan hasil
penilaian berdasarkan kategori resiko jatuh (tidak berisiki seddang, tinggi) sesuai
dengan procedure yang ditetapkan;
3. Tenaga kesehatan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang menerapkan langkah-
langkah pencegahan pasien jatuh pada pasien yang teridnikasi beresiko jatuh;
4. Pasien dan keluarga diberikan edukasi resiko jatuh dan pencegahannya.
BAB II
Pasal 14
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat berorientasi kepada program mutu dan
keselamtan pasien dan dilaksanakan selama 24 jam secara terus menerus;
2. Pelayanan Istalasi Gawat Darurat dilaksanakan sesuai dengan ketretentuan dan
standar procedure operasional yang telah ditetapkan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas
Pemalang;
3. Ruangan Instalansi Gawat Darurat dilengkapi dengan tanda / symbol/ rambu atau
papan pemberitahuan penunjuk arah lokasi Instalansi Gawat Darurat baik dari luar
maupun dari dalam Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang;
4. Kecepatan penanganan pelayananan pasien Instalansi Gawat Darurat terutama
pasien True Emergency dilakukan < 5 menit setelah pasien masuk;
5. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang melaksanakan proses triage berbasis
bukti untuk mempriorotaskan pasien dengan kebutuhan emergensinya;
6. Prioritas pelayanana pasien berdasarkan tingkat kebutuhan emergensinya
dikelompokkan menjadi :
a. Pasien Resusitasi
Pasien memerlukan tindakan medis segera dan mengancam jiwa yang apabila tidak
dilakukan akan berakibat fatal pada pasien, contoh : pasien henti jantung, henti
napas, gangguan napas berat, perdarahan hebat, cedera kepala berat;
b. Pasien Emergency
Pasien yang datang ke IGD dengan EMERGENCY (gawat darurat) yang
membutuhkan pertolongan dalam waktu maksimal 15 menit di ruang IGD, karena
dapat mengakibatkan kerusakan organ permanen, contoh : cedera kepala sedang,
astroke, trauma abdomen;
c. Pasien Urgent
Pasien yang datang ke IGD dengan kondisi darurat tidak gawat yang membutuhkan
pertolongan maksimal dalam waktu 30 menit diruang IGD dan tidak mengancam
jiwa, contoh : fraktur tertutup, cedera kepala ringan, nyeri abdomen, diare dan
muntah;
d. Pasien Semi Urgent (Darurat Tidak Gawat)
Pasien yang dayang ke IGD dengan kategori Semi Urgent (Darurat Tidak Gawat)
dengan keluhan ringan sedang dan mempunyai kemungkinan menderita penyakit
yang serius yang membutuhkan penanganan maksimal dalam waktu 60 menit di
ruang IGD;
e. Pasien Non Urgent/ False Emegercy (Tidak Gawat dan Tidak Darurat)
Pasien yang datang ke IGD dengan kondisi tidak gawat dan tidak darurat yang tidak
memerlukan tindakan gawat darurat contoh ; demam, batuk, pilek, sakit gigi;
7. Setiap pasien yang masuk ke Instalansi Gawat Darurat dilakukan TRIAGE untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kondisi pasien;
8. Pelaksanaan TRIAGE dilakukan oleh petugas medis yang kompeten;
9. Penempatan pasien pada ruang pemeriksaan dan tindakan yang sesuai (medikal
dan bedah) harus melalui tempat TRIAGE dimana perawat Instalasi Gawat Darurat
melakukan seleksi pasien seuai dengan keluhan atau maalah penyakitnya;
10. Pasien dengan kebutuhan darurat mendesak atau segera, diidentifikasi melalui
proses TRIAGE berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dnegan kebutuhan
EMERGENCY;
11. Kebutuhan akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitif diprioritaskan
berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi sebagai pasien rawat inap;
12. Setiap pasien yang masuk dan sudah dilakukan TRIAGE pada saat awal masuk
Instalasi Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan ulang oleh dokter juga untuk proses
SKRINING;
13. Skrining pasien dilakukan pada kontak pertama didalam rumah sakit (baik saat
pasien masuk melalui unit rawat jalan maupun melalui IGD), atau diluar rumah sakit
(asal rujukan atau saat dalam trasnportrasi emeregensi);
14. Skrining dilaksanakan melalui sistem triage, evaluasi, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologis, laobratorium klinik untuk
diagnostik imajing sebelumnya;
15. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan yang ditentukan berdasarkan atau
temuan pemeriksaan hasil skrining dengan mengacu kepada kebutuhan pasien dan
ketersedian sumber daya rumah sakit;
16. Setiap pasien yang memerlukan tindakan observasi dilakukan < 3 jam setelah
pasien masuk;
17. Pasien dengan kondisi pasien tertentu dan mengancam jiwa, diwajibkan untuk
dilakukan observasi di Instalasi Gawat Darurat;
18. Jenis pemeriksaan diagnostik pada kasus penyakit dalam kondisi emergensi,
parameter nilai kritis harus dilaporkan segera, dan ketepatan waktu hasil pemeriksaan
harus dilaporkan dari staf bagian laboratorium /radiologi/penunjang lain ke perawat,
dan dari perawat kepada dokter yang meminta order pemeriksaan dengan mengacu
kepada nilai ambang kritis yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas
Pemalang;
19. Setiap pasien memerlukan tindakan rawat inap harus atas persetujuan dokter jaga
dan telah memiliki surat permintaan rawat;
20. Pasien dengan status gawat darurat / tidak gawat tapi darurat diberikan tindakan
awal pertolongan pertama (Basic Life Support );
21. Setiap pasien dengan katergori DOA dilakukan perekaman jantung sebagai bukti
rekam medis dan pernyataan meninggal dari dokter.
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
1. Proses pemindahan /rujukan pasien dilaksanakan sesuai dengan regulasi yang
berlaku;
2. Pemindahan pasien ke dan dari unit pelayanan intensif atau pelayanan khusus di
tentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas
Pemalang;
3. Pelaksanaan rujukan pasien dilakukan jika rumah sakit tidak mampu
menyediakan pelayanan sesuai kebutuhan pasien atau atas permintaan pasien/keluarga
untuk menjamin pelayana yang berkelanjutan serta memenuhi hak pasien dan keluarga;
4. Selama proses rujukan pasien ke rumah sakit lain, wajib didampingi oleh petugas
yang kompeten;
5. Setiap pelaksanaan proses rujukan atau pemindahan pasien dari satu unit ke unit
lainnya wajib didokumentasikan didalam rekam medis pasien;
6. Prosedur rujukan pasien antar rumah sakit atau pemindahan pasien dari satu unit
ke unit lainnya dilakukan komunikasi, koordinasi serta serah terima antar petugas sesuai
dengan standar procedure opersional yang berlaku;
7. Proses rujukan pasien disesuikan dengan kebutuhan pelayanan berkelanjutan dan
kondisi kesadaran pasien melalui komunikasi dan koordinasi baik internal maupun
eksternal rumah sakit;
8. Pengaturan pemindahan atau rujukan pasien baik dalam rumah sakit maupun
keluar rumah sakit dilakukan dengan ketentuan :
a. Rumah sakit memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter senior
(dari ICU, DPJP dokter IGD / dokter ruangan, perawat yang kompeten dalam
merawat pasien kritis (perawat ICU), petugas medis, dan petugas ambulance. Tim
ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih;
b. Metode pemindahan pasien (transfer patient) terdiri dari :
1) Layanan Antar – Jemput pasien ; merupakan layanan / jasa umum khusus
untuk pasien Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang dengan tim transfer dari
petugas IGD, dimana tim tersebut akan mengambil / menjemput pasien dari
rumah / rumah sakit jejaring untuk di bawa ke Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas
Pemalang;
2) Tim transfer lokal : Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang memiliki tim
transfernya dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila
tim transfer dan fasilitas transfer di Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang
sedang tidak tersedia maka proses pemindahan pasien dengan melibatkan
keputusan keluarga dalam penentuan penyedian alat transportrasi untuk rujuk,
menggunakannya alat transportrasi rumah sakit lain;
9. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi
dan transfer untuk pasien pasien dengan sakit berat / kritis tanpa terkecuali;
10. Dokter penanggung jawab transfer yang bertanggung jawab dalam tim transfer
pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer
pasien sekit berat / kritis antar rumah sakit. Dokter penaggung jawab transfer yang
dimaksud adalah koordinator dokter IGD dan bekerja sama dengan dokter ICU atau
Dokter DPJP untuk pasien dengan kondisi kritis;
11. Pengambilan keputusan terkait pemindahan pasien mencakup tahapan : evaluasi,
komunikasi, dokumentasi / pencatatan, pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan
pasien antar ruangan (intern rumah sakit) maupun ke rumah sakit rujkan / penerima dan
serta penerimaan pasien rujukan dari rumah sakit luar;
12. Pelaksanaan rujukan pasien ke rumah sakit lainnya dilaksanakan oleh petugas
kesehatan yang terlatih dan kompeten, disertai dengan peralatan serta kendaraan
khusus;
13. Pengambilan keputuasan terkait dengan proses transfer dan rujukan harus
melibatkan DPJP dokter senior dan dokter ruangan;
14. Pemindahan pasien hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan
kondisinya di nilai cukup baik untuk menjalani proses pemindahan oleh DPJP yang
merawatnya;
15. Pasien dan atau keluarga diberikan penjelasan terkait kebutuhan pemindahan
pasien sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku;
16. Pemindahan pasien baik intra rumah sakit maupun antar rumah sakit harus atas
persetujuan pasien dan atau keluarga;
17. Proses rujukan pasien ke rumah sakit lain, harus disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan dipastikan bahwa rumah sakit rujukan yang di tuju dapat menerima pasien
sesuai dengan kebutuhannya;
18. Proses pengaturan transfer harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi : nama, jabatan dan detail kontak personel yangmembuat kesepakatan baik
dirumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima, tanggal dan waktu dilakukannya
komunikasi antar rumah sakit, serta saran-saran/hasil negosiasi kedua belah pihak;
19. Pasien dan atau keluarga dijelaskan terkait dengan proses rujukan, dimana rujukan
tersebut tidak mungkin untuk dilaksankann karena alas an medis atau alas an lainnya;
20. Proses pemindahan atau rujukan pasien dilakukan bila kondisi pasien stabil;
21. Proses pendampingan pasien saat pemindahan pasien atau rujukan paien
dilakukan dengan ketentuan :
a. Pasien dengan sakit berat/kritis harus didampingi oleh minimal (1 orang
tenaga medis dan 2 tenaga paramedis) yang kompeten;
b. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis/petugas yang mendampingi pasien
tergantung pada kondisi/situasi dari tiap kasus (tingkat derajat beratnya
penyakit/kondisi pasien);
c. Dokter HCU/dokter anasthesi bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan jumlah dan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer
berlangsung seuai dengan kondisi pasien;
d. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengn proses
transfer;
e. Ketentuan terkait pasien-pasien yang tidak memerlukan pendampingan
dokter HCU / dokter anastesi selama proses transfer antar rumah sakit, meliputi :
1) Pasien yang dapat mempertahankan potensi jalan nafasnya dengan baik
dan tidak memebutuhkan bantuan ventilator/oksigenasi;
2) Pasien dengan perintah “Do Not Resusciyasion” (DNR) ;
3) Pasien yang ditranfer untuk tindakan manajeman defenitif akut dimana
intervensi anaestesi tidak akan mempengaruhi hasil;
22. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang dapat merujuk pasien ke rumah sakit lain,
dengan ketentuan :
a. Tidak tersedianya dokter spesialis yang seuai dengan kebutuhan
pelayanan terkait kasus penyakit pasien;
b. Fasilitas peralatan medis di rumah sakit tidak tersedia (sesuai kebutuhan
pasien)
c. Permintaan pasien atau keluarga pasien;
d. Ruangan perawatan / Instalansi Gawat Darurat tidak tersedia (penuh );
23. Dokumentasi pengambilan keputusan terkait dengan proses pemindahan atau
rujukan harus mencatumkan nama dokter yang mengambil keputusan (berikut gelar
dan biodata detailnya) tanggal dan waktu diambilnya keputusan, serta alasan yang
mendasari;
24. Pengelolaan hasil penunjang medis pasien yang di bawa atau dirujuk dari rumah
sakit lain, dapat digunakan ketentuan :
a. Kondisi pasien stabil;
b. Hasil pengkajian dengan hasil pemeriksaan penunjang medis pasien;
c. Hasil penunjang medis < 3 bulan sejak hasil penunjang medis dikeluarkan;
d. Pasien dengan kondisi khusus, hasil peeriksaan penunjang medis
sebelumnya tidak berlaku dan harus dilakukan pemeriksaan penunjang kembali;
25. Parameter pasien yang dipindahkan keluar Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas
Pemalang meliputi :
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut;
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak kuat
atau karena permintaan pasien atau keluarga).
Pasien Pulang
Pasal 18
Transportasi pasien
Pasal 19
1. Pelayanan ambulance dilaksanakan 24 (dua puluh empat) jam atau sesuai dengan
permintaan;
2. Ambulance digunakan untuk mengantar dan menjemput pasien dari rumah
menuju Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang atau sebaliknya;
3. Setiap kegiatan pasien yang menggunakan fasilitas ambulance, wajib didampingi
oleh petugas rumah sakit (perawat/dokter) sesuai kriteria pasien dan dilengkapi dengan
peralatan seuai dengan standar procedure operasinal;
4. Ambulance digunakan untuk pihak intenal rumah sakit seuai dengan kebutuhan
pasien yang diperlukan;
5. Pasien dengan status rujukan dari Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang ke
rumah sakit lainnya, dapat menggunakan fasilitas ambulance yang disediakan rumah
sakit sesuai dengan ketentuan berlaku;
Resume Pasien
Pasal 20
1. Pembuatan resume medis pasien dilakukan oleh DPJP sebelum pasien pulang;
2. Resume pasien pulang berisi informasi tentang :
a. Alasan masuk rumah sakit, diagnosis dan penyakit penyerta;
b. Temuan kelainan fisik dan lainnya yang penting;
c. Procedure diagnostic dan terapetik yang telah dilakukan;
d. Medikamentosa termasuk obat pulang;
e. Status/kondisi pasien waktu pulang;
f. Instruksi terkait tindak lanjut pengobatan/kontrol;
3. Pemberian resume pasien saat pasien pulang diberikan bila atas permintaan
pasien dan atau keluarga pasien;
4. Pemberian resume pasien atau salinan resumen pasien ke praktisi kesehatan
perujuk mengikuti regulasi rekam medis rumah sakit;
5. Resume saat ini adalah resume yang berisikan informasi terkini status,
perkembangan kondisi dan rencana tindak lanjut yang dibutuhkan oleh pasien;
6. Resume pasien didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
BAB III
ASESMEN PASIEN
Pengkajian Pasien
Pasal 21
1. Pengkajian pasien adalah tahapan dari proses dimana tim profesional pemberi
asuhan (dokter, perawat/dietesien) mengevaluasi data pasien baik sebyektif maupun
obyektif untuk membuat keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien;
b. Kebutuhan perawatan;
c. Intervensi;
d. Evaluasi;
2. Pasien diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui proses pengkajian awal
sesuai dengan regulasi yang berlaku;
3. Pasien rawat jalan dan rawat inap harus dilakukan pengkajian secara lengkap dan
terdokumentasi;
4. Proses pengkajian pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan diimplementasikan
dengan menerapkan pola SOAP dan dilakukan oleh satu petugas yang kompeten
dibidangnya;
5. Pengkajian awal pasien didasarkan pada kebutuhan dan kondisi pasien dengan
ketentuan :
a. Pengkajian awal pasien rawat inap harus lengkap dalam waktu < 24 jam setelah
psien masuk rawat inap;
b. Pengkajian awal pasien rawat jalan harus lengkap dalam waktu, 2 jam setelah
pasien masuk rawat jalan;
c. Pengkajian awal pasien gawat daruta dilaksanakan dalam waktu < 1 jam sejak
pasien masuk;
6. Pengakajian awal pra bedah ditulis oleh dokter bedah diformulir catatan
perkembangan pasien terintegrasi berbasis SOAP;
7. Pengkajian awal pra anastesi dilakukan setalah pasien sudah di rawat inap atau
minal diruang pemeriksaan kamar operasi yang ditulis oleh dokter anastesi di formulir
catatan perkembangan pasien terintegrasi berbasis SOAP;
8. Pengkajian pra sedasi dilakukan minimal 2 (dua) jam oleh dokter anastesi di tulis
di formulir anastesi;
9. Pengkajian awal pasien rawat inap dan rawat jalan mencakup evaluasi faktor fisik,
psikologis social dan ekonomi termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan;
10. Penilaian kebutuhan pelayanan pasien dtetapkan melalui pengkajian awal pasien
yang didokumentasikan, berdasarkan kebutuhan pasien dan tercatat dalam rekam medis;
11. Pasien di skrining untuk status gizi dan kebutuhan fungsional serta dikonsul untuk
pengkajian lebih lanjut dan pengobatan bila dibutuhkan dengan mengacu kepada kriteria
yang telah ditetapkan;
12. Pasien yang akan dioperasi dilakukan pengkajian medis sebelum tindakan operasi
dan dicatatat di dalam rekam medis pasien;
13. Rumah sakit melaksanakan pengkajian individual untuk pupulasi tertentu yang
dilayani di rumah sakit;
14. Pengkajian individual Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang, meliputi pelayanan
pasien :
a. Anak –anak;
b. Dewasa muda;
c. Lanjut usia yag lemah;
d. Sakit terminal;
e. Pasien dengan rasa nyeri yang kronis dan intens;
f. Wanita dalam proses melahirkan;
g. Wanita dalam proses terminasi kehamilan;
h. Korban kekerasan atau terlantar;
i. Pasien dengan infeksi atau penyakit menular ;
j. Pasien yang daya imunnya direndahkan;
15. Pengkajian ulang pasien untuk menetapkan rencana pelayanan dilakukan
berdasarkan :
a. Kondisi pasien;
b. Respon pengobatan;
16. Pasien dilakukan pengkajian ulang terhadap kondisi dan masalah/kebutuhan
pasien oleh petugas yang kompeten sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
17. Pengkajian pasien yang yang dilakukan sebelum pasien dirawat inap atau
sebelum tindakan pada rawat jalan yang sudah lebih dari 30 (tiga puluh) hari maka
riwayat kesehatan harus diperbaharui dan pemeriksaan diulangi;
18. Setiap perubahan yang terjadi terkait dengan kondisi psien untuk asesmen yang
kurang dari 30 (tiga puluh) hari dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk rawat
inap;
19. Asesmen ulang medis dilakukan minimal 1 (satu) kali sehari pada pasien minimal
care dan bisu lebih dari 1 (satu) kali untuk pasien dengan total care (HCU dan kamar
bedah);
20. Asesmen ulang keperawatan dilakukan 3 (tiga) kali sehari untuk minimal care dan
bisa lebih dari 3 (tiga) kali untuk pasien total care, HCU dan kamar bedah dilakukan
observasi tiap 1 (satu) jam sekali dan di IGD dilakukan observasi tiap 15 smpai 30 menit
sekali berdasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan.
Perencanaan Pelayanan
Pasal 22
Pasal 23
1. Rumah sakit memberikan proses yang mendukung hak pasien dan keluarganya
selama dalam pelayanan;
2. Pelanggan rumah sakit berjak memperoleh pelaayanan kesehatan dan pengibatan
yang seragam dan sama;
3. Sesuai dengan fasilitas dan pelayanan yang tersedia di rumah sakit yang mengacu
kepada standar pelayanan mutu dan keselamatan rumah sakit;
4. Rumah sakit menghormati hak pasien dan dalam beberapa situasi hak dari
keluarganya, utnuk mendapatkan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja
yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak
lain, dalam situasi tertentu;
5. Tindakan (medik, keperawatan/kebidaan, gizi, rehabilitasi medik, diagnostik) dan
pengobatan beresiko tinggi yang direncanakan harus dikomunikasikan dan dijelaskan
oleh staf yang terlatif menggunakan bahasa yang dipahami untuk keperluan suatu
keputusan persetujuan oleh pasien dan keluarga;
6. Pasien dijelaskan hak dan kewajiba pasien selama berada di rumah sakit saat
pasien masuk rumah sakit;
7. Rumah sakit menghormati hak pasien untuk mendapatkan kebutuhan privasi
selama dalam pelayanan dan pengobatan di rumah sakit melalui proses indentifikasi pada
saat awal masuk rumah sakit;
8. Rumah sakit menghormati hak pasien untuk memilih second opinion atas
penyakit yang dideritanya;
9. Pasien dan atau keluarga berhak untuk mencoba, menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan yang akan dilakukan terhadap pasien terkait penyakit yang diderita pasien
dengan mengisi Fomulir Surat Penolakan Tindakan yang telah ditentukan oleh rumah
sakit;
10. Pasien dan atau keluarga mendapatkan informasi terkait haknya dalam proses
penyampaian keluhan, konflik atau perbedaan terkait pelayanan yang diberikan rumah
sakit;
11. Pasien dan atau keluarga berhak mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal
yang tidak dimengerti, melalui :
a. Secara langsung melalui :
1) DPJP;
2) Dokter jaga;
3) Perawat;
4) Tenaga kesehatan lainnnya;
b. Secara tidak langsung melalui :
1) Survey kepuasan pelanggan;
2) Kotak saran;
3) Telephone/sms;
4) Email;website;
12. Setiap keluhan dan atau keluarga terhadap pelayanan yang diberikan yang
disampaikan secara langsung atau tidak langsung harus segera ditindaklamjuti dengan
melakukan telusur, menganalisa, evaluasi serta menentukan tindak lanjut dengan
melibatkan unit pelayanan/bagian yang terkait;
13. Pasien dan keluarga melaksanakan kewajiban finansial sesuai aturan yang
ditetapkan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang;
14. Pasien dan keluarga tunduk dan patuh terhadap segala peraturan yang telah
ditetapkan.
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
1. Semua data rekam medis pasien bersifat rahasia dan hanya petugas kesehatan
yang terlibat dalam asuhan pasien yang berhak mengakses dokumen rekam medis untuk
kepentingan asuhan pasien serta pihak berwajib sesuai Undang-Undang jika diperlukan
melalui mekanisme yang ditetapkan;
2. Pelepasan/permintaan informasi medis (resume medis, pengisian asuransi, hasil
pemeriksaan penunjang, legalisir, visum et repertum, dan lain-lain) harus melalui rekam
medis;
3. Pemberian informasi medis hanya diberikan kepada pasien, keluarga atau pihak
yang telah diberikan kuasa oleh pasien;
4. Pasien Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang hanya berhak mendapatkan isi
dari rekam medik dalam bentuk resume medik dan hasil pemeriksaan penunjang. Apabila
pasien melanjutkan perawatan di rumah sakit lain atau pihak lain (asuransi/perusahaan)
membutuhkan informasi medis maka informasi tersebut dapat diberikan dengan adanya
surat permintaan dari rumah sakit tersebut dan surat kuasa/surat permintaan data medis
dari pasien disertai fotokopi kartu indentitas pasien yang masih berlaku;
5. Permintaan resume medis rawat inap, rawat jalan, pengisian asuransi, legalisir
(resume medis dan surat kematian) serta hasil pemeriksaan penunjang, harus mengisi
Surat Permintaan Data Medis yang diisi oleh pasien. Jika pasien tidak dapat
mengisi/berhalangan maka dapat diisi oleh orang yang diberikan kuasa oleh pasien
dengan melampirkan surat pelimpahan kuasa surat, fotokopi kartu identitas pasien dan
orang yang dikuasakan;
6. Pemberian informasi medis untuk pasien anak-anak/dibawah umur hanya dapat
diberikan kepada orang lain atau pihak yang diberikan kuasa oleh orang tua;
7. Informasi yang berisi tentang identitas, diagnosis, riwayat kesehatan pasien harus
dijaga keamanan dan kerahasiannya oleh dokter, tenaga kesehatan, petugas pengelola dan
Direktur Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang.
Penetapan DPJP
Pasal 28
Pasal 29
Penolakan Resusitasi
Pasal 30
1. Setiap pasien memiliki hal untuk menolak, membatalkan atau mundur terkait
pelayanan resusitasi dari pengobatan bantuan hidup dasar;
2. Penolakan untuk tidak dilakukan tindakan resusitasi terhadap pasien harus atau
persetujuan pasien dan atau keluarga;
3. Setiap pasien dengan kategori DOA (Death On Arrived) tidak dilakukan resusitasi
kecuali atas permintaan keluarga;
4. Permintaan penolakan resusitasi dianggap batal dan tidak jika :
a. Pasien sadar dan menyatakan ingin diresusitasi (untuk pasien koma/tidak sadar);
b. Pasien dan atau keluarga merubah keputusan terkait keinginan untuk dilaksanakan
tindakanpelayanan resusitasi terhadap pasien.
Cuti Pasien
Pasal 31
1. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang tidak mengijinkan pasien untuk cuti/
meninggalkan rumah sakit untuk beberapa waktu dikarenakan kepentingan apapun.
2. Apabila pasien hendak meninggalkan rawat inap, maka rumah sakit meminta
pasien untuk menandatangani formulir pemulangan atas permintaan sendiri (APS)
dimana sebelumnya pasin dan atau keluarga diberi edukasi oleh DPJP mengenai
kesehatan pasien dan resiko yang mungkin terjadi;
3. Apabila kesehatan pasien terganggu akibat pemulangan atas permintaan sendiri,
maka menjadi tanggung jawab pasien dan atau kelurga.
BAB V
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
Pasal 32
Pasal 33
Manajemen Nyeri
Pasal 34
1. Setiap pasien dilakukan identifikasi terkait nyeri yang dialami pada saat
pengakjian awal
2. Pasien yang mengeluh terkait rasa nyeri dialami, dilakukan pengelolaan nyeri
sesuai dengan regulasi yang berlaku.
3. Pasien memiliki ha untuk tidak merasa nyeri, maka petugas rumah sakit
memahami pengaruh pribadi, budaya dan social pasien terkait pelaporan rasa nyeri serta
permintaan untuk pengurungan/penghilangan rasa nyeri.
4. Hasil pengkajin dan pengelolaan nyeri pasien dicatat dalam rekam medis pasien.
5. Pemberian edukasi mengenai nyeri dilakukan oleh staf yang berkompeten.
Pasien Terminal
Pasal 35
1. Paien terminal adalah pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa mereka akan
meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk (tidak bisa tertolong lagi)
2. Pasien dinyatakan terminal apabila professional pemberi asuhan yang kompeten
yang telah bersepakat menyatakan pasien dalam kondisi terminal dan dinyatakan secara
tertulis dalam rekam medis pasien.
3. Rumah sakit menghormati dan memahami kebutuhan pasien yang unik, pada
akhir kehidupan.
4. Rumah sakit memeberikan asuhan terhadap pasien terminal dengan
mengemukakan kebutuhan pasien, meliputi
a. Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan
keluarga
b. Memberikan informasi / isu yang sensitive / seperti outopsi dan donasi organ
c. Menghormati nilai-nilai spiritual / keagamaan / budaya yang diamat oleh pasien
dan keluarga
d. Mengikutsertaan paien dan keluarga dalam semua aspek pelayanan
e. Memberikan respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan
budaya dari pasien dan keluarga
5. Rumajh sakit memfasilitasi terkait keinginan pasien dalam mendapatkan
kebutuhan kerohanian dan spiritualitas keagamaan
6. Pasien yang diindikasi atau termasuk kedalam kategori pasien terminal dilakukan
pengkajian dan pengkajian ulang sesuai dengan kebutuhan individual pasien dengan
menerapkan pada IAP (informasi, Analisa, Rencana Pelayanan).
Pasal 36
Pasal 37
BAB VI
Pasal 38
47. Konsultasi
a. Jika memerlukan konusltasi atas tindakan lain pada disiplin ilmu yang berbeda
makan / tindakan lanjutan terkait temuan intra operasi dapat dilakukan.
b. Terlebih dahulu keluarga atau penanggung jawab pasien diberi informasi oleh tim
bedah
c. Keluarga /penanggung jawab berhak menolak tindakan lanjutan / konsultasi
tersebut dengan terlebih dahulu membuat / mengisi formulir penolakan. Permintaan
penolakan
48. Komunikasi Informasi dan Edukasi
a. Pasien yang masuk ke instalansi kamar bedah dilakukan identifikasi awal dan
pengkajian oleh perawat kamar bedah dengan melakukan sign diruang penerimaan
b. Setiap tindakan maupun pelayanan kepada pasien harus menghormati dan
melindungi hak-hak pasien
c. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang penyakit yang diderita pasien, tindakan
yang telah dilakukan, rencan dan hasil pemeriksaan penunjang (jika dibutuhkan),
pengobatan yang dibutuhkan dan konusl dokter spesialis(jika butuhkan)
49. Pelaksanaan prasarana rumah sakit
a. Petugas instalansi kamar bedah wajib mengikuti program – program yang
ditetapkan rumah sakit
b. Petugas Intalansi kamar bedah wajib melaksanakan standar operasinal procedure
K3 dan APD
c. Petugas intalansi kamar bedah wajib menyelengaraakan pedoman pelayanan
pasien safety amar bedah
50. Standart Kemananan kamar bedah
a. Petugas instalansi kamar bedah dilatih untuk dapat megatsi pelayanan terkait
bencana (disaster) yang mungkin terjadi ( contoh : kebakaran, keracunan masal, gempa
bumi dan lain-lain)
b. Pelatihan terkait penanggulangan bencan dilakuakan secara berkala dan
berkenlanjutan dengan berkoordinasi dengan unit diklat dan K3 Rumah Sakit
BAB VII
Pasal 40
Pasal 41
1. Penyedian perbekalan farmasi terdiri dari obat-obatan, bahan obat dan alat
kesehatan
2. Penyedian obat dilakukan berdarkan formularium rumah sakit
3. Prinsip yang mendasari adanya proses untuk menyetujui pemberian obat non
formularium adalah pada keadaan dimana penderita sangat memerlukan terpai obat yang
tidak tercantum di formularium, obat-obat yang snagat mahal dan penggunaanya
dikendalikan secara ketat seperti untuk perkembangan terapi yang sangat memerlukan
adanya obat baru yang belum terakomidir dalam formularium
4. Instalansi farmasi tidak menyediakan susu bayi ( < 6 bulan ) untuk dijual bebas
5. Pelayanan farmasi Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang tidka menyediakan
obat-obat radioaktid
Pasal 42
Pasal 43
1. Pengadaan perbekalan framasi yaitu obat, alat kesehatan, bahan baku obat
dilakukan oleh staf logistic farmasi berdasarkan defekta barang dengan mengeluarkan
Surat Pesanan (SP) yang ditandatanganu oleh kepala ruang farmasi untuk diserahkan
kepada supplier
2. Pengaduan perbekalan farmasi dilakukan melaui supplier / Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang resmi
3. Pengadaan serta pemantauan perbekalan farmai dilakukan secara kolaboratif
dengan melibatkan ptaktisi pelayanan kesehatan rumah sakit.
4. Pengadaan obat pasien diluar stock kefarmasian harus seuai dengan permintaan
dokter penulis resep dan disetujui oleh kepala farmasi
5. Khusus gas medis kebutuhan dan pemesanan dilakukan melalui bagian umum dan
pengecekan terhadap persyaratan dan kelengkapan tabung gas medis dilakukan oleh
bagian farmasi.
Pasal 44
Pengemasan obat kembali meliputi pencampuran obat racikan seperti sedian puyer,
kapsul, krim salep, larutan sesuai dengan resep dokter
Pasal 45
Penerimaan perbekalan farmasi dari supplier berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang di
keluarkan oleh staf logistic farmasi yang dicocokkan dengan factor penjualan
Pasal 46
Pasal 47
1. Produk nutrisi disimpan sesuai kategori yaitu : susu, suplemen, dan terapi ajuran
2. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang tidak memperkenalkan adanya sample-
sample obat yang beredar diluar instalasnsi farmasi
3. Adapun produk sample yang ada adalah beberapa obat donasi dari perusahaan
farmasi yang sudah di setujui masuk dalam formularium RS, setalah disisipkan nama dan
stoknya dalam system computer Intalsansi Farmasi, disimpan sesuai ketentuan
penyimpanan obat
4. Produk nutrisi, dan obat sample berupa produk donasi disimpan sesuai petunjuk
penyimpanan pada masing-masing produk yang terdapat dalam brosur atau kemasan
Pasal 49
1. Distribusi perbekalan farmasi kepada pasien rawat jalan, rawat inap dan ruangan
dilakukan dengan system sentarlisasi
2. Distribusi obat pasien inap dengan system unit dengan membuat profil obat
pasien secara komputerisasi untuk pemakaian obat 24 jam
Penulisan Resep
Pasal 50
1. Penulisan resep hanya dilakuakn oleh dokter yang berwenang sesuai dengan SK
direktur dan telah terdaftar dalam daftar Staf medis
2. Sebelum menulis resep staf medis harus melakukan Medication Reconsilution
(penyelarasan obat ) dengan membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan
pasien dan obat yang akan diresepkan untuk menghindari terjadinya duplikasi atau
terhentinya terapi suatu obat
3. Penulisan Resep oleh dokter menggunakan media ditulis manual pada kertas resep
menggunakan kop Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang maupun resep yang
menggunakan electronic prescriptive pada system electronic prescriptive, pemakaian
password dianggap sebagai penanda unik seorang dokter, termasuk untuk resep
narkotika, sehingga dalam hal ini, tanda tangan dokter tidak diperlukan lagi, karena setiap
dokter memopunyai password sendiri
4. Dalam hal dokter menulis resep menggunakan kertas, maka resep harus ditulis
dengan jelas untuk menjaga agar tidak terjaid kesaalahan
5. Penulisan resep obat yag aman mencakup :
a. Nama dan alamat rmah sakit
b. Tanggal penulisan resep
c. Kolom riwayat alergi pasien
d. Tanda R/ pada setiap sedian
e. Nama obat : lengkao dengan benruk sedian obat (contoh 500 mg tablet)
f. Jumlah sedian
g. Bila obat beberapa racikan, dituliskan nama setiap jeis / bahan obat dan jumlah
baha obat (untuk bahan padat ; mikogram,milligram, gram) dan untuk cairan :tetes,
mililter, liter
h. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sedian tidak dianjurkan, kecuali
sedian dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
i. Aturan pakai 9frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan bole perlu atau pro
atau “pro re nate” harus dituliskan dosis maskimal sehari
j. Nama lengkap pasien : laki-laki (Tn), permpuan (Ny,Nn), Anak (An)
k. Nomor rekam medis
l. Tanggal lahir’
m. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
n. Nama dokter
6. Pelaksanaa penulisan resep obat generic dipantau secara berkala oleh rumah ssakit
7. Logibilitas penulisan resep secara minimal (dengan menggunakan tulisan tangan )
dipantau secara terus menerus
8. Bilamamana indikasi dipelrukan pada suatu PRN (pro re nata atau “bila perlu”)
makan dokter penulisan resep wajib menuliskan dosis maksimal yang diberikan perharid
9. Penulisan resep minimal yang tidka jelas harus dilakukan cros chek dengan dokter
yang menulis resep
10. Penulisan resep harus memperhatikan 3 kemungkinan yaitu :
a. Kontraindikasi
b. Interaksi obat’
c. Reaksi alergi
11. Penulisan resep dilakukan seusai dnegan istilah dan singkatan yang ditetapkan
oleh rumah sakit (penggunaan singkatan di luar ketentuan Rumah Sakit tidak
diperkenankan)
Pasal 51
1. Obag hanya dpat diserahkan berdasarkan resep dari staf medis (dokter atau dokter
gigi)
2. Resep harus dirahasikan dan disimpan dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga)
tahun, sesuai peraturan Menkes RI no.922/Menkes/Pet/X/1993 bab VII pasal 17
tentang ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek
3. Informasi terkait peresepan obat, pemberian obat sesuai dosisi tercatat dalam
status rekam medis pasien saat pasien dipulangkan atau dipindahkan
4. Setipa penambahan atau perubahan terapi obat, dokter wajib menginformasikan
secara tertulis, untuk pasien rawat inap dicatat dalam rekam medis pasien, untuk
pasien rawat jalan menuliskan langsung pada lembar resep.
5. Penyalinan / transkripsi resep harus atas sepengetahuan coordinator farmasi
Pasal 52
Pasal 53
1. Pemesanan obat baik rawat inap dan rawat jalan harus menggunakan lembar
resep. Apabila pesanan dilakukan melalui telepon maka harus jelas instruksinya (ditulias
secara lengkap, dieja dan dibaca ulang serta dikonfirmasikan ) dengen ketentuan:
a. Pemesanana obat pasien rawat inap
Karyawan farmasi yang menerima pesananan wajib mencatat dalam “catatan
karyawan farmasi “
b. Pemesanan obat pasien rawat jalan
Karyawan farmasi wajib memcatat langsung pada lembar resep. Pesanan verbal atau
melalui telepon tersebut harus peresepan khusus kelompok pasien bayi dan anak-
anak, dokter wajib menilskan umur dan berat badan pasien.
2. Pasien dan atau keluarga (rawat inap diinformasikan terkait penggunaan obat
pasien diatas harga Rp. 100.000 obat harus atas persetujuan pasien atau keluarga pasien
engan menandatangani surat persetujuan
3. Permintaan obat-obatan yang tidak tersedia dan obat-obatan farmasi harus
dikonfirmasikan ke dokter yang menulis resep untuk tindak lanjut selanjutnya
4. Penggantian obat merek dagang dnegan obat generic atau obat merek dagang
lainya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pembuat resep dan dicatat,
didokumentasikan dalam lembar reep sebagai bukti verifikasi bahwa penggantian obat
telah disetujui.
Pencatatan Obat
Pasal 54
1. Obat yang diberikan kepada pasien rawat inap harus sesuai dengan instruksi
dokter dan dicatat pada lembar daftra obat (DO) oleh karyawan farmasi nruang
2. Daftar obat disimpan dimasing-masing ruang keperawatan mencakup : identitas
pasien (table), nama obat, dosisi, rute, waktu pemberian, (jam), nama dokter serta
keterangan informasi obat seperti “bila perlu “
3. Daftar obat diperiksa dan ditandatangani oleh staf farmasi
4. Saat pasien dipulangkan atau dipindahkan, lembar DO diselipkan dalam status
pasien
Pasal 55
Pasal 56
1. Obat yang ditarik (recall) adalah obat kadaluarsa (baik yang sudah maupun 3
bulan sebelum kadaluarsa, obat rusak, label obat rusak / meragukan, ketinggalan jaman,
rekomendasi pabrik obat/ BPOM terkait keamanan obat
2. Obat yang bisa diretur ke supplier dilakukan proses retur, untuk yang tidak bisa
diretur dibuatkan surta permohonan pemusnahan obat kepada direktur
3. Pemusnahan obat dilakukan oleh Apoteker penanggung jawab dibantu oleh 2
orang seksi staf aisten apotker dengan mengacu kepada permenkes no
922.MenKes/Per/X/1993 bab VI pasal 12-13 tentang ketentuan dan tata cara pemberian
izin apotik
Telaah Resep
Pasal 57
1. Telaah resep dilakuakn oleh karywan farmasi yang berkompeten saat penerimaan
resep baik rawat jalan maupun rawat inap
2. Pengelolaan resep rawat jalan dan rawat inap dikelola dengan ketetntuan sebagai
berikut :
a. Resep rawat jalan dilakukan oleh staf farmasi saat menerima resep dari dokter
b. Resep rawat inap dilakukan oleh staf farmasi rawat inap saat menerima rersep
dari ruang keperawatan
3. Telaah resep dilakukan dengan mengisi formulir yang mencakup : kejelasan
tulisan resep, ketepatan obat, dosis, rute waktu pemberian, duplikasi, alergi interaksi obat,
berat badan (pasien anak) dan kontra indikasi.
4. Telaah resep yang tidak sesuai dilakukan konfirmasi resep kepada dokter
penulisan resep
5. Verifikasi/ telaah obat dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien atau
karyawan farmasi
6. Verifikasi obat mencakup pengecekan antara obat dengan resep/pesanan baik
rawat jalan dan rawat inap yang dilakukan dengan mengisi formulir dengan ketentuan :
a. Kesesuain pasien / rekam medis
b. Keseuaian nama obat
c. Keseuaian jumlah/dosis
d. Keseuaian rutre / cara pakai
e. Kesesuain waktu pemberian
Pasal 58
1. Obat disipakan dan disimpan dalam area yang berish dan aman dilengkapi dengan
perlengkapan dan perbekalan yang seuai
2. Penyimnpan dan dispensing obat harus mematuhi hokum, peraturan dan standar
paraktek profesi
3. Karyawan farmasi yang beerugas menyiapkan produk streril harus diberikan
pelatihan teknik aseptic dispening
4. Seluruh resep obat yang akan di distribusikan harus dilakuakn pengkajian
ketepatan serta evaluasi meliputi :
5. Penggembalian obat hanya diperbolehkan sesuai engan ketentuan peraturan
perundangan dan ketentuan rumah sakit
6. Obat-obatan yang sudah dispanse terapi belum digunakan, sudah melewati
tanggal kadaluarsa atau yang dikembalikan dihitung dan dikembalikan oleh instalasi
farmasi
7. Instalanasi farmasi bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengendalian obat-
obat yang tidak terpakai yang telah dikembalika instalsnsi farmasi
8. Penanggung jawab utama proses penyiapan / dispensing obat dikendalikan oleh
instalansi farmasi dengan ketentuan :
a. Apoteker bertanggung jawab untuk mengkaji resep, menyiapkan seluruh obat dan
bentuk sediaan yang diperlukan
b. Dalam keasaan dimana pengkajian oleh Apoteker kurang praktis, seperti layanan
khusus (endoskopi, katerisasi) atau layanan gawat darurat, tanggung jawab
pemngkajian ulang, penyimpanan dan dispening dikendalikan oleh dokter dengan
kewenangan klinis tertensu
c. Apoteker dapat mendelegasikan beberapa aspek penyiapan obat dan dispening
kepada karyawan farmasi yang telah memiliki kompetensi (dibawah pengawasan
lasngsung)
Pasal 59
1. Distribusi obat rawat jalan secara sentralisasi dilayani melalui instlasnsi farmasi
24 jam langsung kepad pasien sesuai resep dokter piliklinik spesialis daii IGD
2. Distribus obat rawat inap dengan system unit dose (UDO) sesuai jadwal pengisian
troli masig-masing ruang oleh farmasi dilakukan pada sore hari
3. Distribusi obat pasien kamar bedah seuai permintaan dilakukan melalui Depo
farmasi 24 jam Kepada Karyawan Farmasi
4. Obat yang sudah disiapkan didistribusikan dengan pemberian label / etiket yang
jelas dan seragam yang tercetak secara komputerisasi yaitu warna putih (untuk obat
peroral) dan warna biru (untuk pemberian ropikal dan parenteral)
Etiket Obat
Pasal 60
Pemberian Obat
Pasal 61
1. Pemberian obat pasien harus dilakukan oleh petugas yang kompeten, dengan
ketentuan :
a. Rawat Inap : Karyawan Farmasi yang sudah terlatih dan terampil memebrikan
obat
b. Rawat Jalan : Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) atau Asisten Apoteker (AA)
yang sudah mempunyai STR TTK dan SIK TTK sesuai Undang –Undang yang
berlaku dan uraian jabatan yang sudah ditetapkan oleh rumah skait
2. Pemberian obat oleh staf farmasi baik kepada pasien rawat jalan maupun kepada
karyawan farmasi terlebih dahulu disertai verifikasi (telaah obat ) dan pemberian edukasi
3. Pemberian obat yang termasuk NORUM dan HIGH CONCENTRATE dilakukan
double check oleh petugas pemberi obat.
BAB VIII
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI
BAB IX
PASAL 64
Pengaman Kebakaran
Pasal 65
Pasal 66
1. Rumah sakit memiliki system penariakn kembali produk atau perlatan yang tidak
layak pakai
2. Penarikan kembali produk atau perlatan harus atas persetujuan Manajemen
Rumah Sakit
Pengelolaan Limbah Berbahaya
Pasal 67
1. Supplier bahan berbahaya dan beracun harus melalui seleksi yang ketat sebelum
menjadi rekanan. Keputusan supplier dapat diterima menjadi rekan harus oleh
direktur
2. Pengaduan bahan berbahaya dan beraun harus melalui logistic medis
3. Semua jenis bahan berbahaya dan beracun yang dibeli oleh logistic medis harus
dilaporkan ke bagian K3RS untuk dilakukan pendataan
4. Setiap bahan dan limbah yang berbahay didentifikasi dan terdaftar seerta
dievaluasi secara periodic
5. Semua bahan berbahaya dan beracun harus dikelola secara baik dan benar oleh
semua petugas yang berhubungan dengan bahan berbahaya dan beracun mulai dari
tahap penyimpanan, pemindahan, penggunaan dan lain-lain
6. Setiap bahan berbahaya dan beracun harus dilengkapi dengan material safety data
shhet (MSDS) dokumen MSDS harus disimpen oleh logistic medis serta dipasang
dilokasi penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
7. Tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus dilengkapi dengan
symbol atau tanda-tanda jenis bahaya dari bahan tersebut
8. Pengananan kontaminasi dan tumpahan bahan berbahaya dan beracun harus
seseuai dnegan SPO yang telah ditetapkan
Pasal 68
1. Setiap karyawan rumah sakit wajib mengikuti program tes kesehatan karyawan
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit secara berkelanjutan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan
2. Pelaksnaan program kesehatan karyawan mengacu kepada Surat Keputusan
Direktur yang berlaku
3. Kecelakaan atau penyakit akibat kerja dan penanganannya harus dicatat,
dievaluasi ditindaklanjuti, berkoordinasi dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumash Sakit
4. Setiap karyawan wajib meminta bantuan pada saat mengangkat barang-barang
yang memiliki berat melebihi kemampuannya atau lebih dari 30 kilogram
5. Setiap karyawan yang terpapar penyakit infeksius dilakukan evaluasi, konseling
serta tindak lanjut yang berkoordinasi dengan tim pencegahan dan pengendalian infeksi
Pengelolaan Kujungan
Pasal 69
Pasal 70
1. Rumah sakit bertannggung jawab, mengelola fasilitas yang ada didalamnya sesuai
dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku.
2. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus memenuhi stadart pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan kerja dan layak pakai
3. Rumah sakit melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien dan
mempunyai rencana untuk mengurangi resiko yang nyata serta menyediakan fasilitas
yang aman bagi pasien, keluarga, pengunjung dan karyawan Rumah Sakit.
4. Pengaduan sarana dan prasarana Rumah Sakit diatur sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan Rumah Sakit dengan melibatkan staf terkait yang berkepentingan
5. Sarana, prasarana dan perlatan rumah sakit dikelola oleh petugas yang kompeten
dibidangnya
6. Setiaop perlatan medis baru harus dilakukan uji coba dan uji keselamatan sebelum
digunakan terhadap pasien.
7. Setiap ruangan wajib mengidentifikasi, memelihara serta mengontrol serana dan
parsaran yang ada diruangannya secara berkala sesuai ketentuan yang berlaku
8. Inventasrisasi alat medis mencakuo nama alat, nomor seri alat, jumlah, merk tipe,
ruang atau unit yang memakai dan nomor inventaris alat.
9. Setiap alat-alat kesehatan medis harus terkalibrasi sesuai dnegan masa berlaku,
alat oleh badan yang terakreditasi atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang
10. Setiap alat kesehatan dikalibrasi secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun, mengacu pada ketetapan peraturan menteri Kesehatan no 54 tahun 2015
pasal 8
11. Kalibrasi alat medis dapat dilakuakn oleh pihak eksternal yaitu oleh BPFK atau
oleh institusi pengujian alat kesehatan yang telah terdaftar pada Kemenkes RI
12. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi alat medis oleh pihak eksternal wajib di
damping oleh petugas maintenance medis Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang,
termasuk saat penerimaan alat baru dan uji fungsi pertama alat. Tujuannya adalah
agar selanjutnya mantenace medis dapat mengerti dan memeprbaiki alattersebut
(apabila kondisi memungkinkan dan diluar masa garansi)
13. Perbaikan alat-alat yang tidak dapat diperbaiki oleh petugas maintenance medis,
maka maintenance medis menghubungi supplier untuk segera dilakukan perbaikan
(didalam dan di luar masa garansi)
14. Setiap peralatan harus dipelihara dengan baik mengikuti jadwal pemeliharaan
yang telah ditentukan.
15. Pengopersian perlatan medis harus dilakuakn oleh petugas yang sudah kompeten
16. Rumah sakit mempertimbangkan kesesuain fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian npelayanan serta pelindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut pada saat pembangunan
atau renovasi bangunan
17. Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh kali seminggu, melalui
sumber regular atau alternatife untuk memnuhi kebutuhan utama asuhan pasien
18. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang melakukan kemungkinan terjadinya
pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan –bahan kimia
19. Perencanaan kebutuhan linen harus memperhatikan dan berpedman kepada
standar linen yang sudah ditetapkan oleh direktur, yang berisis mengenai standar
produk, standart desain, standart material, standart ukuran, standar jumlah (3 par : 1
par terpasang, 1 par kotor dan 1 par tersimpan dalam kondisi bersih) dan standar
penggunaan (berdasarkan umur pemakaian dan konidis kelayakan linen )
20. Tata cara pencatatan dan permintaan linen
a. Pencatatan
Dalam kegiatan pengelolaan linen baik linen kotor maupun linen bersih
menggunakan formulir yang sudah ada
b. Permintaan linen bersih
Unit terkait yang akan membutuhkan linen, melakukan permintaan kepada
petugas linen saat jam linen keliling RS
21. Penyimpanan linen mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang aik dari bahaya seperti mikororganisme dan pest, juga untuk mengontrol posisi
linen stabil. Posisi linen yang terdapat digudang linen bersih adalah semua linen
bersih
22. Linen diatur sesuia jenis dan ditata dengan rapi pada tempatnya, terhindar dari
kelembapan serta kontaminasi linen bersih yang disimpan selanjutnya diset dan
disiapkan untuk pedistribusian selanjutnya agar memudahkan dan mempercepat
proses pelayanan.
23. Penerimaan linen bersih dari laundry dengan menggunakan formulir penyerahan-
penerimaan linen
24. Pendistribusian linen merupakan aspek administrasi yang sangat penting yaiutu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang
tersimpan sebelumnya harus dikeluarkan untuk didistribusikan ke unit terkait
berdasarkan :
a. Jumlah pasien VIP dan klas 1 ditiap NS dilakuakn setiap hari
b. Jumlah pasien klas II dan klas III dilakuakn setiap 2 (dua ) hari sekali
(senin, rabu, jumat)
25. Linen yang didistribusikan harus dibungkus dengan kantung plastic trasnparan,
lakukan pencatatan dengan menggunakan buku ekspedisi linen
Utilitas
Pasal 72
1. Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang harus memiliki pertaruran atau system
utulisasi yang memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamtan dan kesehatan
kerja
2. Peraturan atau system utilisasi yang ada harus selalu dipelihara secara rutin agar
selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
3. Prasarana atau system untilias yang ada harus dioperasikan dan dipelihara oleh
petugas khusu yang meiliki kompetensi dibidangnya
4. Semua parasran atau system untilitas harus memiliki kapasitas yang cukup,
meiliki kualitas yang baik, dan meiliki kehandalan yang tinggi
5. Semua prasarana atau system utilitas harustersedia dan mampu memenuhi
kebutuhan dalam pelayanan rumah sakit selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu
6. Bangunan untuk system utilitas harus merupakan bangunan tersendiri yang
terpisah dengan bangunan utama
7. System utilitas juga harus mampu menunjang kebutuhan perlatan pegamatan
kebakaran, seperti ketersedian air bersih
8. Air bersih harus dipeiksa baku mutuntya setiap 6 bulan sekali
9. Air untuk keperluan hemodilaisa harus tepelihaara sesuai spesifikasi yang
dibutuhkan, engan mengadakan pengecekan secara berkala
10. Prasaranna emergensi seperti mesin generar set harus dilindungi dengan peredam
suara agar tidak menimbulkan kebisingan, dan ruangan genster harys disediakan alat
pelindung diri
11. Instalasni pengelolaan air limbah (IPAL) harus berfungsi denga baik 24 jam
sehari, 7 hari seminggu
12. Sumber listrik dan air minum altrnatife harus tersedia saat keadaan emergensi
BAB X
Pasal 73
Peneriamaan Staf
Pasal 74
1. Penerimaan staf dilakukan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dengan mengacu
kepada standar tenaga kerja serta kualifikasi tenaga kerja yang telah ditetapkan dari mulai
mengikuti psikotest, tes materi dasar sampai dengan interview;
2. Penerimaan staf klinis rumah sakit dilakukan dengan menggunakan metode
kredensial sesuai dengan yang telah ditetapkan rumah sakit.
Orientasi Kerja
Pasal 75
1. Setiap karyawan harus wajib dilakukan orientasi kerja sesuai dengan waktu dan
ketentuan yang telah ditetapkan yaitu 3 (tiga) hari masa orientasi;
2. Setiap pelaksanaan orientasi karyawan baru, wajib dilakukan penilaian oleh
atasan yang bersangkutan berdasarkan penilaian yang telah ditentukan dan diserahkan ke
bagian/seksi diklat yaitu 1 (satu) hari sebelum masa orientasi berakhir maksimal;
3. Seluruh staf baik klinis maupun non-klinis dilakukan orientasi di rumah sakit,
pada unit kerja atau unit pelayanan dimana mereka bertugas dan bertanggung jawab pada
tugas khusus sesuai penugasan dan penempatan mereka;
4. Tanggung jawab staf dideskripsikan dalam uraian tugas;
5. Untuk tenaga outsourching atau tenaga kerja tidak tetap dilakukan orientasi pada
unit kerja dimana mereka bertugas sesuai dengan penempatan mereka.
Pasal 76
1. Calon karyawan dinyatakan lulus orientasi akan dilanjutkan pada masa OJT 3
(tiga) bulan sesuai peraturan rumah sakit yang berlaku dan bersedia untuk
menandatangani Surat Perjanjian / Kontrak kerja yang merupakan bentuk kesepakatan
antara calon karyawan dengan perusahaan untuk menjalankan hak dan kewajiban sesuai
yang diperjanjikan;
2. Calon karyawan yang dinyatakan tidak lulus orientasi atau mengundurkan diri,
maka tidak berhak meminta kompensasi apapun dari pihak rumah sakit.
Pasal 77
1. Karyawan yang dinyatakan lulus masa OJT akan diterima menjadi karyawan
kontrak melalui Surat Pengangkatan yang ditandatangani Direktur Rumah Sakit Islam
Al-Ikhlas Pemalang;
2. Karyawan yang dinyatakan tidak lulus masa OJT akan dipanggil oleh staf SDM
untuk diakhiri (terminasi) hubungan kerja dengan mengikuti ketentuan perundang-
undangan sesuai kontrak yang sudah disepakati;
3. Hasil evaluasi masa OJT harus diberitahukan kepada karyawan 1 (satu) minggu
sebelum masa percobaan berakhir;
4. Penempatan karyawan ditempatkan sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Pendidikan Karyawan
Pasal 78
Pasal 79
File Kepegawaian
Pasal 80
Pengelolaan Penghargaan
Pasal 81
Promosi
Pasal 82
Demosi
Pasal 83
Rotasi
Pasal 84
1. Rumah sakit berhak atau berwenang penuh mengatur rotasi terhadap karyawan
sesuai kebutuhan dan kepentingan organisasi rumah sakit;
2. Rotasi karyawan dapat atau tidak dapat berdampak terhadap penyesuaian gajinya;
3. Rotasi dengan permintaan sendiri harus mengajukan Surat Permohonan tertulis
disertai alasan atau penjelasan rasional ke atasan berwenang dan rumah sakit dapat
menolak atau menerima permohonan tersebut;
4. Karyawan wajib menerima rotasi sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Karyawan wajib tunduk dan mengikuti keputusan yang telah ditetapkan dan segera hadir
bekerja pada waktu yang telah ditentukan dalam Surat Keputusan.
Mutasi
Pasal 85
1. Di Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang tidak ada karywan yang di mutasi
karena bukan rumah sakit group.
Penilaian Kinerja
Pasal 86
1. Penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk :
a. Mencapai kinerja staf, unit dan instalasi sehingga lebih jauh lagi dapat
mendukung pencapaian kinerja organisasi;
b. Membantu Direktur untuk mengidentifikasi kemampuan dalam hal pengetahuan
dan ketrampilan (skill dan knowledge) yang diperlukan untuk mendukung kinerja
yang efektif;
c. Membuat dasar yang objektif dalam menentukan pemberian penghargaan dan
sanksi;
d. Menetapkan promosi, demosi atau treminasi berdasarkan hasil kinerja yang
objektif;
2. Direksi Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang bertanggung jawab akan penilaian
karyawan yang adil dan obyektif;
3. Direktur Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang yang dimaksud prosedur ini
adalah karyawan atau individu yang bekerja di level manajerial mulai dari Kepala Seksi,
Staf Seksi, Kepala Ruang dan Kepala Instalasi, Penanggung Jawab;
4. Pimpinan rumah sakit yang telah disebutkan diatas bertanggung jawab atas :
a. Direktur bertanggung jawab atas rumah sakit keseluruhan;
b. Kepala seksi bertanggung jawab atas seksi
c. Kepala instalasi, kepala ruang, penanggung jawab bertanggung jawab atas unit
kerja;
5. Penilaian kinerja karyawan berdasarkan DP3 dilakukan secara periodik setahun
sekali tepatnya di bulan Nopember tahun berjalan;
6. Hasil penilaian kinerja menjadi dasar bagi pihak manajemen dalam menetapkan
administrasi kepegawaian dan evaluasi terhadap pengembangan individu karyawan yang
bersangkutan;
7. Atasan melakukan coaching dan counselling secara periodik untuk
mengoptimalkan potensi karyawan dan memaksimalkan kinerjanya;
8. Atasan bertanggung jawab akan penilaian karyawan dibawahnya secara adil dan
obyektif;
9. Atasan harus mengkomunikasikana hasil penilaian karyawan kepada bawahannya.
Cuti Karyawan
Pasal 87
1. Merupakan tata cara yang mengatur cuti karyawan baik cuti tahunan, cuti hamil
dan cuti khusus serta cuti diluar tanggungan;
2. Cuti yang ditetapkan oelh rumah sakit terdiri atas :
a. Cuti tahunan. Cuti tahunan adalah hak istirahar tahunan yang diberikan oleh
rumah sakit untuk karyawan yang bekerja lebih dari 12 bulan berturut-turut;
b. Cuti melahiran atau gugur kandungan. Cuti melahirkan atau gugur kandungan
adalah hak istirahat karyawan wnaita yang melahirkan dan atau gugur kandungan;
c. Cuti sakit. Cuti sakit adalah hak istirahat bagi karyawan yang tidak mampu
bekerja karena sakit dan disertai surat keterangan sakit dari dokter;
d. Cuti khusus (ijin tidak masuk kerja dengan mendapatkan gaji). Adalah hak untuk
tidak masuk kerja dsebabkan oleh kondisi atau kejadian khusus yang ditetapkan
dalam peraturan perudangan yang berlaku;
3. Setiap karyawan berhak mendapatkan cuti yang diatur dalam peraturan rumah
sakit.
Peringatan karyawan
Pasal 88
1. Kedisiplinan di rumah sakit merupakan suatu hal yang harus ditegakkan dan
menjadi tanggung jawab bersama seluruh karyawan yang memikul tanggung jawab
sebagai atasan/pejabat manajemen maupun petugas keamanan rumah sakit. Bagi
karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib akan ditindak tegas dengan sanksi-
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. Tujuan rumah sakit dalam memberikan peringatan pada dasarnya merupakan
upaya memperbaiki, mengarahkan dan membina karyawan yang melakukan
kesalahan/pelanggaran.
Pasal 89
Pasal 90
1. Pemutusan hubungan kerja yang dimaksud dalam prosedur ini adalah pengakhiran
hubungan kerja karena sutua kondisi atau kejadian yang disebabkan oleh karyawan yang
bersangkutan mengakibatkan berkahirnya hak dan kewajiban antara karyawan dengan
rumah sakit;
2. Ruamh sakit memastikan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan
peraturan rumah sakit dan peraturan perundangan yang berlaku;
3. Rumah sakit memastikan pemutusan hubungan kerja dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya;
4. Rumah sakit melakukan persipana dan pembinaan secara optimal sebelum proses
pemutusan hubungan kerja.
Pasal 91
Medical Check Up
Pasal 92
BAB XI
DIKLAT KARYAWAN
Pengelolaan Diklat
Pasal 93
Program Diklat
Pasal 94
Pengajar Diklat
Pasal 95
Anggaran Diklat
Pasal 96
Pelaksanaan Diklat
Pasal 97
Evaluasi Diklat
Pasal 98
BAB XII
Pasal 99
b. Kontrak manajerial :
1) Supplier
a) Kualitas barang;
b) Ketepatan jumlah barang;
c) Ketepatan pengiriman barang;
d) Kepatuhan terhadap perjanjian kerjasama;
2) Subkon
a) Kinerja personil;
b) Pengelolaan perlengkapan dan peralatan kerja;
c) Pelaksanaan pekerjaan;
d) Sistem pelaporan;
8. Pihak ketiga yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang
wajib tunduk dan patuh terkait regulasi dan program yang ditetapkan oleh rumah sakit;
9. Pihak ketiga yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Al-Ikhlas Pemalang
wajib mengikuti program-program yang telah ditentukan oleh rumah sakit;
10. Bila waktu kontrak kerja sama habis, kontrak kerja dapat dilakukan kembali atau
diakhiri guna menjaga kontinuitas pelayanan pasien dan rumah sakit sesuai dengan
kesepakatan oleh kedua belah pihak;
11. Setiap badan atau perseorangan yang menjalin kerja dengan Rumah Sakit Islam
Al-Ikhlas Pemalang baik klinis maupun manajerial yang tidak memenuhi harapan mutu
dan keselamatan pasien diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik melalui
teguran lisan, tertulis bahkan pemutusan hubungan kerja.
Ditetapkan di Pemalang
Pada tanggal 1 September 2017
Direktur RSI Al-Ikhlas Pemalang