Anda di halaman 1dari 18

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN KLINIK :

HECTING DAN HECTING AFF

Oleh :

Ns. Rondhianto, M.Kep


NIP : 198303242006041002

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2014
HECTING DAN HECTING AFF
Oleh:
Ns. Rondhianto, M.Kep
Medical Surgical Nursing Departement
Universitas jember

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan teknik hecting dan hecting aff dengan benar
2. Melakukan teknik aseptik dalam melakukan hecting dan hecting aff

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa mampu :
1. Mengenal jenis-jenis benang
2. Mengenal jenis-jenis jarum
3. Mengenal simpul jahitan
4. Menutup luka/menjahit luka dengan prinsip aseptik
5. Mengangkat jahitan dengan prinsip aseptik

Pendahuluan
Sebelum membahas lebih jauh tentang jahit menjahit maka perlu sekiranya kita memahami
monsep dasar dan mengenal dulu tipe-tipe benang dan jarum yang biasa digunakan dalam
operasi dan juga jenis jahitan yang digunakan.
1. Mengenal Benang
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih benang adalah karakteritik bahan, daya tahan
dan reaksi jaringan terhadap bahan tersebut serta ukuran benang.
Karakteristik bahan benang dietentukan oleh kekuatan, daya renggang dan elastisitas,
kehalusan permukaan, kapilaritas serta reaksi jaringan terhadap benang tersebut.
Kriteria benang yang ideal adalah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Monofilament
2. Dapat digunakan untuk berbagai
prosedur
3. Mudah dipegang]
4. Menimbulkan reaksi jaringan
yang minimal
5. Daya renggangnya baik
6. Mampu memperrtahankan
jaringan yang dijahit
7. Dapat diserap oleh jaringan
tubuh
8. Masa penyerapan benang dapat
diprediksi, dan
9. Steril Contoh benang

Pembagian benang:
1. Absorbable dan Non Absorbable
Keuntungan :
a. Absorbable
1). Dapat diserap oleh tubuh
2). Tidak meninggalkan benda asing di dalam tubuh melalui reaksi enzimatik
b. Non Absorbable
1). Memberikan dukungan jahitan secara permanen
Kerugian:
a. Absorbable
1). Cepat diserap tubuh sehingga daya dukung dalam mepertahankan jaringan tidak
lama.
b. Non Absorbable
1). Meninggalkan benda asing di dalam tubuh
2). Suture sinus
3). Suture extrusion.
2. Monofilament dan Meltifilament
Keuntungan :
a. Monofilament
1). Permukaannya halus
2). Friksi yang ditimbulkan rendah, sehingga akan mengurangi trauma jaringan
3). Tidak ada tempat transit bagi bakteri
4). No Capillary
b. Multifilament
1). Kuat
2). Mudah dipegang
3). Mudah dalam pembuatan simpul
Kerugian :
a. Monofilament
1). Susah untuk dipegang dan dalam membuat simpul
2). Ends/knot burial
3). Strecth
b. Multifilament
1). Bisa sebagai tempat transit bakteri
2). Menimbulkan aksi kapilaritas
3). Menimbulkan trauma pada jaringan (drag and cutting)
3. Biological dan Synthetics
Keuntungan :
a. Biologis
1). Mudah dipegang dan dalam membuat simpul
2). Ekonomis
b. Syntetis
1). Dapat di absorbsi tubuh dengan mekanisme hidrolisis
2). Masa absorbsi dapat diprediksi
3). Lebih kuat
2. Mengenal Jarum
Ada jarum yang dirancang dapat dipegang dengan tangan tetapi ada pula yang dirancang
dipegang dengan instrument. Bahannya terbuat dari baja tahan karat yang ditutup dengan
lapisan yang memudahkan jarum tersebut menembus jaringan.
Ada tiga komponen dasar jarum, yaitu : bagian belakang, bagian tengah dan bagian ujung
jarum. Bagian belakang berhubungan dengan benag, ada yang yang tidak berlubang (jenis
atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis traumatik, misal : Mayo dan French).

Jarum traumatik Mata jarum 1. elips, 2. mata segi empat, Jarum atraumatik
3. mata perancis, 4. atraumatik

Tubuh jarum dapat berbentuk lurus atau melengkung dengan berbagai ukuran panjang,
diameter serta bentuk penampang. Jenis lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak
membelok, biasa dipakai untuk menjahit kulit. Sedangkan jenis yang melengkung dapat
digunakan untuk menjahit kulit atau struktur yang lebih dalam.
Lengkungan jarum bermacam-macam antara lain ¼, 3/8, 1/2 atau 5/8 lingkaran, lihat
gambar A di bawah.

Gambar A Gambar B
Bentuk ujung jarum bermacam-macam :
a. Jarum berujung “ taper “
Traumanya paling minimal, dapat dipakai untuk menjahit jaringan lunak, misal :
peritoneun.
b. Jarum berujung “ cutting “
Mempunyai 3 sisi tajam, dapat digunakan untuk menjahit jaringan yang mempunyai
konsistensi liat, seperti kulit atau tendo.
c. Jarum berujung “ tapercut “
Bentuk tubuhnya ramping dan mempunyai 3 sisi tajam, biasa dipakai pada jaringan liat
dengan luka minimal
d. Jarum taper berujung tumpul
Biasa dipakai untuk menjahit jaringan yang rapuh, seperti : hepar, ginjal ataupun lien.
Lihat gambar B diatas

3. Membuat Simpul
Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah (1) jenis simpul, (2) membuat simpul
dengan satu tangan, (3) Membuat simpul dengan dua tangan, dan (4) membuat simpul
dengan instrument, serta (5) memotong benang.
Pada luka benang dipotong sedikit mungkin dengan simpul. Caranya adalah ujung gunting
yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong, digeser sampai ke
simpul, diputar miring 45 o kemudian dikalubkan. Pada jahitan jelujur dan jahitan struktur
yang penting benang simpul dipotong agak panjang untuk mencegah simpul terurai, tetapi
tetap harus lebih pendek terhadap jarak jahitan berikutnya.
Perhatian:
1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat meninggalkan
bekas.
2. Simpul harus dileakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vaskularisasi yang lebih
baik.

4. Penutupan Luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur
Jahitan matras dapat berupa matras vertical, horizontal, terputus maupun jelujur.
Jenis jahitan :
a. Jahitan simpul tunggal (terputus)
b. Jahitan jelujur
c. Jahitan jelujur vertikal (terkunci)
d. Jahitan matras vertikal
e. Jahitan matras horizontal
f. Jahitan intracutan

Gbr. Jenis-jenis jahitan


Cara lain yang dapat digunakan untuk menutup luka adalah dengan stapler ataupun agrafe.
Gambar di bawah berikut adalah cara menutup luka dengan teknik stapler dan agrafe

Teknik stapler (G) dan Agrafe (H)

a. Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada pus
(cairan) jahitan dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan jahitan yang
lain. ]
b. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat tetapi
tidak boleh dipakai di tempat yang perdarahannya (vaskularisasi) kurang.
c. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus, maka
semuanya akan terbuka.
d. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan benang
di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam menghentikan
perdarahan, tetapi kadang kala jaringan mengalami iskemia.
e. Jahitan intracutan dilakukan dengan cara menjahit daerah di bawah kulit (kutan).
Jahitan model ini akan menghasilkan nilai estetika yang lebih baik. Biasa dilakukan
untuk operasi bedah plastik.

HECTING

A. DEFINISI
Hecting atau menjahit adalah teknik yang digunakan dalam menutup luka, yang
dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua permukaan luka
tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka dapat sembuh per primam
intentioneum (sembuh primer).

B. TUJUAN
1. Menutup luka
2. Menpertemukan tepi-tepi luka agar dapat menyatu
3. Mencegah terjadinya infeksi pada luka yang terbuka
4. Mempercepat penyembuhan luka (luka sembuh primer)
5. Mencegah kontaminasi kuman sekunder (port de entry)

C. INDIKASI
Indikasi hecting adalah dilakukan ketika ada luka terbuka pada kulit yang mengganggu
integeritas jaringan. Hecting juga dilakukan untuk menghentikan perdarahan pada luka
yang terbuka.
D. KONTRAINDIKASI (--)
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah yang sangat signifikan. Untuk .

menghindari terjadinya infeksi maka dalam melakukan


tindakan menjahit diperlukan teknik aseptik. Sebelum luka
dijahit, maka perlu dilakukan debridement terlebih dahulu gbr. Luka yang mengalami

(bila luka terkontaminasi/luka kotor) untuk membuang infeksi

jaringan yang sudah mati (perhatikan gbr disamping)


2. Tattooing
Komplikasi ini jarang
ditemukan. Komplikasi ini tidak akan muncul jika dilakukan perawatan luka secara teratur.
3. Scarring
Timbulnya jaringan scar merupakan hal yang alamiah dalam proses penyembuhan luka.
Biasanya jaringan scar akan mengalami degradasi seiring dengan penyembuhan luka itu
sendiri. Namun demikian bagi mereka yang mempunyai bakat keloid, jaringan scar/parut
akan membesar dan menggangu secara kosmetik. Oleh karena itu untuk mereka yang
mempunyai bakat timbulnya keloid sebaiknya digunakan jahitan intrakutan untuk
meminimalkan timbulnya keloid.
4. Dehiscence
Dehisiensi merupakan jahitan yang terlepas dari jaringan (breakdown). Hal ini dapat
diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah teknik yang buruk saat menjahit,
tegangan luka, kekurangan nutrisi dan infeksi. Insidensi kematian akibat dehisiensi pada
pasien bedah umum adalah 25%.

F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Hal-hal yang harus
1. Pilihlah ukuran, tipe dan bahan benang sesuai dengan jenis
diperhatikan dalam
dan kondisi luka (kaji kondisi luka)
2. Pilihlah ukuran, tipe jarum sesuai dengan keadaan luka ketrampilan hecting

3. Perhatikan dalam membuat simpul. Jika simpul terlalu ketat, luka adalah, sbb :

akan terasa nyeri dan jahitan dapat meninggalkan bekas.


4. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai
vaskularisasi yang lebih baik.
5. Jarak antara masing-masing jahitan adalah 1 cm (perhatikan
gambar dibawah)
6. Pertahankan teknik aseptik selama dilakukan prosedur tindakan.
Gbr. Jarak antar tepi luka

G. PROSEDUR KERJA

KETRAMPILAN JAHITAN KULIT TERPUTUS (BEDAH MINOR) DENGAN MENGGUNAKAN


INSTRUMEN WAKTU MENYIMPUL
No TINDAKAN RASIONAL
TAHAP PERSIAPAN
1. Persiapan Perawat:
a. Lakukan pengkajian: baca catatan
keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa terkait
c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta
perawat lain membantu jika perlu
e. Cuci tangan dan siapkan alat

Persiapan Alat:
2.
a. Baki beralas dan bertutup, berisi:
b. Peralatan hecting (hecting kit) steril, terdiri
dari:
• Nail foder : 1 buah
• Jarum dan benang hecting : silk/ethilon
no. 3/0 : 1set
• Pinset sirurgis: 1 buah
• Hak kulit
• Klem hemostatik : 2 buah
• Korentang/tang desinfeksi: 2 buah
• Kom kecil: 3 buah
• Duk klem :2 buah
• Gunting benang steril
• Cairan desinfektan: betadin 10% dan
atau alkohol 70%.
• Cairan toileting luka :NaCl dan perhidrol
3%
• Kassa steril : 12 buah
• Sofratule: 1 buah
• Sarung tangan steril 1 buah
c. Set anastesi :spuit 5cc dan lidokain 2 %
d. Perlak dan pengalas
e. Duk lubang
f. Bengkok dan tempat sampah

3. Persiapan Pasien:
Pastikan klien (identitas, letak luka dan jenis
jahitan yang akan dilakukan)
TAHAP KERJA (PELAKSANAAN)
1 Berikan salam, perkenalkan/sebutkan nama dan
tanggung jawab perawat
2 Panggil klien dengan nama kesukaannya
3 Jelaskan prosedur, tujuan, dan lamanya tindakan
pada klien
4 Berikan kesempatan klien bertanya.
5 Jaga privasi klien
6 Siapkan alat-alat bedah dan duk lubang
7 Atur posisi klien di meja operasi dan letakkan
perlak dan pengalas di bawah tempat yang akan
dilakukan tindakan penjahitan.
Cuci tangan steril
8
Pakai sarung tangan steril
9
Dekatkan peralatan ke meja operasi klien
10
Toileting daerah sekitar medan operasi
11
menggunakan larutan betadine dengan gerakan
dari dalam keluar
Tutup dengan duk lubang dan pasang duk klem
12 sesuai medan operasi.
Lakukan anastesi lokal intradermal.
13 Lakukan toileting luka dengan NaCl-perhidrol-
14 NaCl.
Gunakan pinset berberigi halus untuk sedikit
15 mengangkat tepi luka.
Pasang jarum lengkung no.3/0 pada klem
16 pemegang jarum diantara 2/3 depan dan 1/3
belakang dan kunci klem.
Tusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak
17 lurus dengan posisi tangan pronasi penuh,
dengan siku membentuk sudut 90o dan bahu
adduksi.
18 Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat
tempat yang dijepit pinset dengan mengangkat
kulit dan kulit ditegangkan.
Dorong jarum maju dengan gerakkan supinasi
19 pergelangan tangan dan adduksi bahu serentak,
dalam arah melengkung sesuai dengan
lengkungan jarum.
Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung
20 jarum ditarik dengan klem pemegang jarum
dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa
3-4 cm dari kulit.
Tusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari
dalam dengan kedalaman yang sama (1cm) dan
21
cara yang sama.
Tangan kiri memegang benang yang lebih
panjang dan tangan kanan memegang klem
22 pemegang jarum.
Buat lilitan benang panjang dengan klem
pemegang jarum.
23 Jepit dan tarik benang pendek dengan klem
pemegang jarum
24 Ulangi gerakan no.23-26 dua kali.
Potong bagian benang dengan menyatukan
25 ujung gunting yang terbuka pada benang digeser
26 sampai simpul diputar miring 45o dan
dikatubkan.
Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka
27 saling bertemu.
Letakkan simpul jahitan di tepi luka.
28 Jahit kulit sampai seluruh luka tertutup.
29 Evaluasi hasil jahitan.
30 Tutup luka dengan sofratul dan kassa lalu
31 plester.
32 Buka duk lubang taruh di tempat sampah
33 Lepaskan sarung tangan dan buang
34 Rapikan peralatan kembali
35 Posisikan klien pada posisi yang nyaman dan kaji
status perdarahan.
Cuci tangan
36
TAHAP TERMINASI/EVALUASI
1 Evaluasi respon klien
2 Kaji TTV: RR, Nadi, status hemodinamika
3 Berikan reinforcement positif
4 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

DOKUMENTASI
1 Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam
catatan perawatan
2 Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
3 Catat pengkajian status hemodinamuka dan
keadaan luka klien
HECTING AFF

A. DEFINISI
Hecting aff adalah prosedur pengangkatan jahitan pada jahitan luka yang hampir
sembuh, sembuh dan pada luka yang terdapat komplikasi (pus) dengan tujuan untuk
mengeluarkan pus agar luka lebih cepat sembuh.

B. TUJUAN
Tujuan dari pengangkatan jahitan adalah agar tepi luka yang sudah menyatu dapat
segera sembuh. Sisa benang tidak menjadi benda asing bagi tubuh sehingga tidak
terjadi inflamasi.

C. INDIKASI
Indikasi pengangkatan jahitan adalah :
1. Luka sudah mulai sembuh (7-10 hari)
a. Wajah : 3-4 days
b. Scalp: 5 days
c. Trunk: 7 days
d. Arm or leg: 7-10 days
e. Foot: 10-14 days
2. Mengeluarkan pus dari luka
3. Luka mengalami dehisiensi sehingga perlu dilakukan jahitan ulangan.

D. KONTRA INDIKASI
Kontraindikasi dilakukannya hecting aff adalah luka belum sembuh dan jaringan belum
menyatu (kuarang dari 3 hari) Hecting aff biasanya dilakukan setelah hari ke-7 post
operasi.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan hecting aff adalah:
1. Pada luka yang belum sembuh benar dapat terjadi dehisiensi.
2. Benang yang tertinggal pada saat hecting aff dapat menjadikan luka mengalami
iritasi dan bisa menimbulkan infeksi sekunder.
3. Penggunaan pinset sirurgis bergerigi tajam dapat menyebabkan terjadinya luka
sekunder.

F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tindakan hecting aff, meliputi:
1. Periksa order untuk dilakukan tindakan hecting aff.
2. Kaji kondisi luka sebelum melakukan tindakan hecting aff
3. Gunakan teknik aseptik dalam tindakan hecting aff.
4. Hindari kontaminasi dari alat, prosedur maupun dari diri perawat.
5. Gunakan zat antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan hecting aff.

G. PROSEDUR KERJA
Untuk melakukan hecting aff atau pengangkatan jahitan yang benar maka kita harus
memenuhi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jahitan dipegang dengan pinset sirurgis pada simpul


2. Angkat jahitan setinggi ½ cm dari permukaan kulit
3. Masukkan gunting disela-sela antara simpul dengan kulit,
lalu gunting benang tersebut.
Gbr. Teknik hecting aff
4. Tarik benang sesuai dengan simpulnya. Lihat gambar!
PROSEDUR KERJA KETRAMPILAN HECTING AFF
No TINDAKAN RASIONAL
TAHAP PERSIAPAN
1. Persiapan Perawat:
a. Lakukan pengkajian: baca catatan
keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa terkait
c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta
perawat lain membantu jika perlu
e. Cuci tangan dan siapkan alat

Persiapan Alat:
2.
a. Baki beralas dan bertutup, berisi:
b. Peralatan hecting (hecting aff kit) steril,
terdiri dari:
• Pinset sirurgis: 1 buah
• Pinset anatomis : 2 buah (desinfeksi)
• Kom kecil: 2 buah (betadine dan NaCl)
• Gunting benang steril
• Cairan desinfektan: betadin 10% dan atau
alkohol 70%.
• Kassa steril : 6 buah
• Kapas alkohol
• Sofratule: 1 buah
• Sarung tangan steril 1 buah

c. Perlak dan pengalas


d. Bengkok dan tempat sampah

Persiapan Pasien:
3.
Pastikan klien (identitas, letak luka dan jenis
jahitan yang akan diangkat )

TAHAP KERJA (PELAKSANAAN)


1 Berikan salam, perkenalkan/sebutkan nama dan
tanggung jawab perawat
2 Panggil klien dengan nama kesukaannya
3 Jelaskan prosedur, tujuan, dan lamanya tindakan
pada klien
4 Berikan kesempatan klien bertanya.
5 Jaga privasi klien
6 Siapkan alat-alat hecting aff
7 Atur posisi klien dan letakkan perlak dan
pengalas di bawah tempat yang akan dilakukan
tindakan pengangkatan jahitan.
8 Cuci tangan.
9 Pakai sarung tangan steril
10 Dekatkan peralatan ke tempat tindakan
11 Buka plester dan kassa penutup luka dengan
menggunakan pinset anatomis dan kapas
12 alkohol.
Buang kapas alkohol dan kassa tersebut ke
dalam bengkok.
13
Letakkan pinset anatomis ke bengkok juga.
14
Dengan pinset anatomis lakukan toileting daerah
luka dan sekitarnya menggunakan kassa yang
telah dicelupkan ke dalam larutan betadine
kemudian NaCl dengan gerakan dari dalam
15 keluar.
Gunakan pinset sirurgis untuk mengangkat
16 simpul jahitan setinggi ± ½ cm.
Masukkan gunting benang steril diantara simpul
17 jahitan dan permukaan kulit.
18 Gunting benang jahitan tersebut.
Dengan pinset sirurgis, tarik benang jahitan yang
19 telah dipotong tersebut keluar.
Ulangi gerakan no.15-18 tersebut sampai jahitan
20 terangkat semua.
21 Evaluasi kondisi luka.
22 Tutup luka dengan sofratul dan kassa lalu
23 plester.
24 Lepaskan sarung tangan dan buang
Rapikan peralatan kembali
25 Posisikan klien pada posisi yang nyaman dan kaji
status perdarahan.
Cuci tangan
TAHAP TERMINASI/EVALUASI
1 Evaluasi respon klien
2 Kaji TTV: RR, Nadi, status hemodinamika
3 Berikan reinforcement positif
4 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

DOKUMENTASI
1 Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam
catatan perawatan
2 Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
3 Catat pengkajian status hemodinamuka dan
keadaan luka klien

DAFTAR PUSTAKA
Ben Taylor and Ardeshir Bayat, 2006, Basic plastic surgery techniques and principles:
Choosing the right suture material, www.bmj.com, didownload pada tanggal 28
Januari 2006
Ben Taylor and Ardeshir Bayat, 2006, Basic plastic surgery techniques and principles: How
to suture, www.bmj.com, didownload pada tanggal 28 Januari 2006
La Morte, Wayne, 2002, Basics of Wound Closure and Healing, www.bumc.bu.edu,
didownload pada tanggal 29 Januari 2006.
Ranger, Singh D., 2002, Simple technique for the retention of a subcuticular suture,
www.bmj.com, di download pada tanggal 29 januari 2006.
Sjamsulhidayat, R dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta
Shodiq, Abror, 2004, Surgical Sutures and Needles, Intalasi Bedah Sentral RS. Dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak diterbitkan, Yogyakarta.
Smeltzer, Suzanne C. And Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Vol.1, EGC, Jakarta
Thorek, Philip and Carl T. Linden, 1992, Atlas of Surgical Techniques, EGC, Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press,
Surabaya.

TUGAS MANDIRI :
A. Dokumentasi Tondakan:
Jenis Tindakan :
Hari/Tanggal :
Hasil :
Kesimpulan :

B. Tugas

Anda mungkin juga menyukai