Anda di halaman 1dari 28

Area Pencadangan Lahan Gambut untuk Paludikultur

Nyoman Suryadiputra
18 Desember 2017, Bogor
Workshop
Potensi Bisnis Alternatif di Lahan Gambut
Menyelaraskan Kebijakan Pemerintah dengan Investasi Bisnis
Berkelanjutan di Lahan Gambut
ISI PRESENTASI/ TOPIK BAHASAN
• Acuan kebijakan terkait pencadangan
ekosistem gambut
• Kategori pencadangan ekosistem gambut
(tidak dapat dikelola untuk waktu tertentu
& tidak dapat dikelola selamanya)
• Kriteria kerusakan ekosistem gambut
terkait pencadangan
• Contoh-contoh ekosistem gambut yang
dapat dicadangkan
• Kesimpulan dan saran 2
PENCADANGAN EKOSISTEM GAMBUT
MENGACU PADA BEBERAPA PASAL DARI PP No. 71/2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut

 Pasal 11 (Ayat 3 c): adanya urgensi ekologis untuk melakukan upaya


pencadangan Ekosistem Gambut di provinsi atau kabupaten/kota;
 Pasal17 (Ayat 1a) : Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
Gambut paling sedikit memuat rencana: pemanfaatan dan/atau
pencadangan Ekosistem Gambut;
 Pasal 33 (Huruf a) : Pemeliharaan Ekosistem Gambut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dilakukan melalui upaya
pencadangan Ekosistem Gambut;
 Pasal 34 (Ayat 1) : Pencadangan Ekosistem Gambut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 huruf a dilakukan oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota;
 Pasal 34 (Ayat 2) : Pencadangan Ekosistem Gambut sebagaimana
dimaksud pada Pasal 34 ayat (1) dilakukan melalui penetapan
Ekosistem Gambut yang tidak dapat dikelola dalam jangka waktu
3
tertentu.
Dicadangkan untuk tidak dapat dikelola
A dalam jangka waktu tertentu, di dalamnya
meliputi: Kriteria Kerusakan Ekosistem gambut Berdasarkan
➢ Ekosistem Gambut dengan fungsi Pasal 23 PP 71/2014 & pasal 3 (Ayat 4). P16/MENLHK/
budidaya yang 50% dari luasnya yang SETJEN/KUM.1/2/2017
telah diberikan izin usaha dan/atau
a. muka air di lahan gambut lebih dari 0.4 (nol koma
kegiatan, melampaui kriteria baku empat) meter di bawah permukaan Gambut; dan/atau
kerusakan (catatan: dikecualikan b. tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsa di
terhadap Ekosistem Gambut dengan bawah lapisan Gambut.
ketebalan kurang dari 1 m (satu
meter) pada Ekosistem Gambut Kriteria Kerusakan Ekosistem gambut Berdasarkan
dengan fungsi budidaya); PP No. 150/Th 2000) tentang Pengendalian Kerusakan
➢ Ekosistem Gambut yang ditetapkan Tanah Untuk Produksi Biomasa. (bagian Lampiran)
untuk moratorium pemanfaatan • subsiden mencapai lebih dari 35 cm dalam kurun
waktu 5 tahun (atau rata-rata 7 cm/tahun) untuk
berdasarkan peraturan perundang- ketebalan gambut > 3 m; atau 10% dari total
undangan (mengacu pada Instruksi ketebalan gambut dalam 5 tahun untuk ketebalan
Presiden No. 6 Tahun 2017). gambut < 3 m
(catatan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin • Usulan: Terjadinya genangan air/ banjir yang
Baru/PIPIB di perbaharui setiap 6 bulan) berkepanjangan atau permanen. Dll 4
Kriteria Kerusakan Ekosistem Gambut Berdasarkan Pasal 23
PP 71/2014 & pasal 3 (Ayat 4). 16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017
PP 71/2014 Pasal 23 (Jo Catatan-catatan
PP57/2016):
PP 71/2014 (Pasal 24):
Kerusakan EG dapat terjadi pada Fungsi • Kriteria Kerusakan pada Pasal 23 ayat (3) dikecualikan terhadap EG
Lindung dan Fungsi Budidaya < 1 m pada Fungsi Budidaya.
 EG Fungsi Lindung dinyatakan rusak: • Kriteria Kerusakan pada EG < 1 m ditetapkan dalam izin lingkungan.
terdapat drainase buatan, P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 (Pasal 14, Ayat 2). Dari hasil
tereksposnya pirit dan/atau kwarsa di pelaksanaan survei lapangan (Ayat 1) diperoleh data dan informasi:
bawah lapisan Gambut; dan/atau a. lokasi, keberadaan, dan luasan Kesatuan Hidrologis Gambut;
b. karakteristik fisika, kimia, biologi, hidrotopografi, dan jenis sedimen di
berkurangnya luas dan/atau volume
bawah gambut meliputi:
tutupan lahan. 1. lokasi titik atau koordinat pengamatan; 2. elevasi atau titik tinggi
 EG Fungsi Budidaya dinyatakan koordinat pengamatan; 3. air tanah, genangan, atau banjir; 4. tutupan
rusak: muka air di lahan gambut > 0.4 lahan, penggunaan lahan, dan kondisinya; 5. keberadaan flora dan
fauna yang dilindungi; 6. kondisi drainase alami dan buatan; 7.
m di bawah permukaan Gambut;
kualitas air; 8. tipe luapan; 9. ketebalan gambut; 10. proporsi berat
dan/atau tereksposnya pirit dan/atau bahan gambut; 11. perkembangan kondisi atau tingkat kerusakan
kwarsa di bawah lapisan Gambut. lahan gambut; 12. karakteristik substratum di bawah lapisan gambut;
dan 13. karakteristik tanah dan kedalaman lapisan pirit (yang digaris
bawahi dapat menjadi kriteria kerusakan sebagaimana disebut dalam
P16/MENLHK/ P16/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/2/2017, Pasal 3 (Ayat 4)
SETJEN/KUM.1/2/2017, Pasal 3 PP No. 150/Th 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk
(Ayat 4) Produksi Biomasa. (bagian Lampiran)
Kriteria kerusakan dapat juga dihasilkan dari Tanah di lahan basah (gambut) dinyatakan rusak jika subsiden mencapai
hasil analisis spasial yang dikonfirmasi dengan lebih dari 35 cm dalam kurun waktu 5 tahun (atau rata-rata 7 cm/tahun)
untuk ketebalan gambut > 3 m; atau 10% dari total ketebalan 5gambut
kegiatan survei lapangan (field check), dalam 5 tahun untuk ketebalan gambut < 3 m
6
Sumber : Peter Lim (March 2014)

Pajang saluran/kanal dilahan gambut


yang dijadikan kebon sawit 120 - 700 meter/ Ha
15 June 2013, WorldView 2
Kab. Rokan Hulu (Terbakar: secondary swamp forest, oil
palm plantation, forest plantation, and log over area) Emisi GRK:
• Gambut terbakar
• Gambut terurai/
teroksidasi
secara
mikrobiologi

Ada kanal
ada
kebakaran

Saran:

SEGERA
TUTUP/
BENDUNG
Kanal-kanal
ini
Emisi akibat drainase air gambut:
Semakin dalam muka air tanah gambut, semakin tinggi emisi GRK
Drainase menyebabkan turunnya muka air Drainase menyebabkan turunnya
tanah gambut melampaui baku mutu muka air tanah gambut dan
kerusakan gambut (PP 150/2000 sebesar > meningkatkan emisi GRK
25 cm & PP 71/2014 sebesar > 40 cm)

-20 PP 150/2000
-40 PP 71/2014
-60

-80

-100 Kedalaman air tanah (cm)

-120
saat kemarau
Gambar 2. Hubungan antara nilai emisi CO2
Kedalaman air tanah (cm) dengan kedalaman air tanah gambut pada
-140 saat musim hujan
berbagai tutupan lahan (Sumber: Hooijer A,
Gambar 1. Tinggi muka air tanah gambut pada delapan et al., 2012).
lokasi perkebunan sawit di lahan gambut Sumatera dan
Kalimantan (@ Suryadiputra, 2014)
Bendung sungai/anak sungai di lahan
gambut. Gunakan Dam Karet (?)
Akibat banyaknya kanal- anak sungai
pun dapat dianggap kanal ?

Dam karet

Kanal-kanal pembatas antara


hamparan HTI / Perkebunan sawit
Dam karet
dengan Kawasan Konservasi agar
segera ditutup.
INDIKATOR RUSAKNYA LAHAN GAMBUT
• Adanya bekas terbakar (burnt
scars)
• Macam vegetasi tutupan lahan;
• Adanya Subsiden (berkurangnya
ketebalan gambut
• Tereksposenya tanah mineral
• Adanya Parit – kanal (Over drained-
Undrainable);
• Terpaparnya pirit/pasir kwarsa;
• Tinggi muka air tanah > 40 cm ?;
• Adanya banjir (tinggi air, lama
genangan, luas genangan,
frekuensi genangan);
• Jumlah/persentase tanaman
miring/tumbang;
• Adanya serangan ganoderma ? Ulat
kantung;
• Produktivitas TBS yang menurun;
• Hilangnya stok karbon, emisi GRK;
• Adanya intrusi air laut; Dll
Kebun sawit kebanuiran di Pelalawan Riau

Ganoderma telah menyerang 30%


dari pohon sawit di sebuah konsesi
perkebunan sawit Kab. Madina
B Dicadangkan untuk tidak dapat dikelola selamanya*. Di
dalamnya meliputi, sbb:

➢ Ekosistem Gambut dengan fungsi lindung yang luasnya kurang dari 30% dari luas
Kesatuan Hidrologis Gambut (keberadaannya bisa di dalam Kawasan Hutan
Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap,
Hutan Produksi Konversi, APL, kawasan perhutanan sosial);
➢ Ekosistem Gambut dengan fungsi budidaya yang telah ditetapkan perubahan
fungsinya menjadi fungsi lindung;
➢ Ekosistem gambut yang terdapat di kepulauan kecil;
➢ Ekosistem gambut yang berasosiasi dengan danau (mengacu pada Kepres No
32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung);
➢ Ekosistem gambut pesisir yang (di atasnya) berasosiasi dengan ekosistem
mangrove;
➢ Ekosistem gambut yang berada di dalam wilayah sempadan pantai maupun
sempadan sungai (mengacu pada Kepres No 32/1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung. atau Perpres No 51/2016 tentang Batas Sempadan Pantai).

*) usulan penulis; Tapi boleh dimanfaatkan untuk: penelitian, ilmu pengetahuan,


pendidikan dan/atau jasa lingkungan, sebagaimana ketetapan Fungsi Lindung gambut.
13
Pencadangan Permanen di Kawasan Konservasi & Hutan Lindung:
Tahura OKH di Jambi

Luas Tahura 18,600 Ha


Terbakar 2015
Rencana Sekat Kanal 174 buah
Peat depth sd 15 mt
Potensial Paludikultur di sekitar sekat kanal
Ada kebun sawit masyarakat

14
Lahan gambut pesisir berasosiasi dengan mangrove
menjadi perkebunan sawit
Ekosistem gambut pesisir /berada di tepi pantai dan
berasosiasi dengan mangrove beralih menjadi kebun
sawit:
• Vegetasi mangrove hilang
• Keanekaragaman hayati Akuatik dan Teresterial
menurun
• Sering tergenang air laut saat pasang
• Produksi sawit tidak Produktif
• Pokok sawit tumbang
• Subsidensi daerah pantai berpotensi
menimbulkan daerah genangan yang luas

15
Konsep Restorasi di Lahan Gambut Pesisir

Coastal mangrove - Peatland


converted into oil palm
DIVERSIFIKASI Budidaya di lahan gambut

Contoh 3 R di wilayah pencadangan gambut pesisir

Tanaman
Fish pond lahan basah
MADU
dam

Fish pond Skenario: Lahan gambut sudah


dam terlanjur ada sawit /HTI
Fish pond Sawit/ HTI akasia
Muh. Iqbal, 2015. Ikan-ikan di hutan Rawa gambut Merang Kepayang dan sekitarnya
(Sumatera Selatan). ISBN 978-602-99492-1-6
Danau di lahan gambut menjadi kebun sawit
Ekosistem gambut yang berasosiasi dengan danau
beralih menjadi kebun sawit:
• Perairan danau tercemar bahan kimia (e.g. pestisida)
• Vegetasi tepi danau hilang
• Kehati Akuatik dan Teresterial menurun
• Cadangan air tanah terkuras akibat adanya kanal -
kanal
• Sumber air baku penduduk terancam
• Produksi sawit tidak Produktif
• Subsidensi sekitar danau dapat menimbulkan
genangan yang luas
Penggunaan Pestisida di Perkebunan Sawit – juga
berbahaya bagi manusia

Setidaknya ada 11 macam. Diantaranya: RoundUp,


Gramoxone (Parakuat Diklorida ), Agristik (Alkilaril
Poliglikol Ester ), Starane ( Fluroksipil Metil Heptil Ester,
Amiphosate 480 G/l, Amiron-M 20 G, Ally (metil
metsulfuron ), Garlon (Triklofir), Rhodiamine, Basta
(Amonium glufosinat ), STARLON (Triklopir Butoksi Etil
Ester)

RACUN TIKUS (Klerat, Ebor baits, Prorodent ) , Anti


19
Rayap (X-Wife Out, Reagen (Fipronil 50 g/l)
Lahan Gambut Kepulauan Terancam Tenggelam:
Dampak subsiden dan naiknya muka air laut
Delta Sacramento di Kalifornia Apakah pulau Bemgkalis (90.563 Ha; 100%
Selatan, berupa gambut kepulauan, lahan gambut ) -Riau akan bernasib serupa
akibat drainase, gambut mengalami Seperti Sacramento Delta ? Bagaimana
subsiden (5 m/90 th), akhirnya dengan pulau-pulau bergambut lainnya di
tergenang air laut, lalu airnya Kepulauan Riau ?
dipompa.. Namun akhirnya tenggelam Apakah akan hilang tertelan lautan

20
Paludikultur memperhatikan fluktuasi muka air tanah, jenis
tanaman dan tinggi gundukan/guludan

gundukan

Pml : Pemeliharaan bibit/ sedlings nurturing


GDK : Pembuatan Gundukan/ mound construction
KRS : Pengerasan Bibit (Hardening-off)
TRS : Transportasi Bibit. TNM : Tanam / seedlings ranportation
PML : Pemeliharaan bibit setelah ditanam (penyulaman, penyiapan, dll) / maintenance
Preparation of mound

Make hole on top


of mound
Peatland
Rehabilitation
using mound
technique

Insert appropriate age / height of


plant seedlings into the
mound’s hole
TAHURA ORANG KAYO HITAM - JAMBI, Des 2017
HLG LONDERANG, JAMBI Des 2017
KESIMPULAN & SARAN
• Pencadangan Ekosistem Gambut dapat dikategorian atas 2 kelompok,
yaitu:
➢ Dicadangkan untuk tidak dapat dikelola dalam jangka waktu
tertentu,
➢ Dicadangkan untuk tidak dapat dikelola selamanya, Tapi boleh
dimanfaatkan untuk: penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan
dan/atau jasa lingkungan, sebagaimana ketetapan Fungsi Lindung
gambut
• Pencadangan ekosistem gambut agar segera ditetapkan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
• Paludikultur dapat menjadi salah satu solusi untuk mempertahankan
lahan gambut yang dicadangkan TAPI harus segera dilakukan sebelum
lahan gambut tergenang permanen
• Keterlambatan dalam mencadangkan ekosistem gambut akan
menimbulkan bencana lingkungan (hilangnya keanekaragaman
hayati, banjir, hilangnya pulau-pulau kecil bergambut, mundurnya
25

garis pantai ke arah darat, dll)

Anda mungkin juga menyukai