Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL SPAI

“Kecerdasan Buatan Menurut Pandangan Islam”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Seminar Pendidikan agama Islam

Dengan Dosen Pengampu: Dr. Jenuri,S.Ag.,M.Pd

Nama :

Yudha Hardiansyah (1500550)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
Nama : Yudha Hardiansyah

NIM : 1500550

Kecerdasan Buatan (Artiificial intelligence) dalam pandangan islam

Apa itu kecerasan buatan atau artificial intelegence

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan didefinisikan sebagai


kecerdasan entitas ilmiah, sistem seperti ini diciptakan dengan memasukan
kecerdasan ke dalam suatu mesin(komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti
yang dapat dilakukan oleh manusia, beberapa macam bidang yang menggunakan
kecerdasan buatan antara lain: sistem pakar, permainan komputer, logika fuzzy,
jaringan syaraf tiruan dan robotika. Kecerdasan Buatan atau lebih populer dengan
nama Artificial Intelligence (AI) sangat identik dengan robot. Sudah terlalu banyak
teknologi AI dipaparkan dalam banyak film seperti Terminator, i Robot, A.I,
Minority Report dan sebagainya. Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk
kecerdasan manusia, tetapi untuk Informatika relatif tidak bermasalah. Seperti
contoh: mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, membuat
permainan catur atau Backgammon. Di sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya
menuntut sedikit kecerdasan, sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan dalam
Informatika. Seperti contoh: Pengenalan Objek/Muka, bermain sepak bola.

Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk


cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku,
pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam AI
menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang
membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian,
perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan
pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah
menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi
masalah kehidupan yang nyata. Sistem AI sekarang ini sering digunakan dalam
bidang ekonomi, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang telah dibangun dalam
beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video game.

'Kecerdasan buatan' ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan,
tetapi juga mengkonstruksinya. Tidak ada definisi yang memuaskan untuk
'kecerdasan' kecerdasan ialah kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan
menggunakannyaatau kecerdasan yaitu apa yang diukur oleh sebuah 'Test
Kecerdasan'
Apa sebenarnya Kecerdasan Buatan atau A.I? Istilah Kecerdasan Buatan ini
dalam beberapa sumber disebutkan berasal dari suatu konferensi yang disebut dengan
Dartmouth Conferences pada tahun 1955, dan orang yang mengisnpirasinya adalah
John McCarthy (1927-2011). Beliau mengartikan kecerdasan buatan atau AI dengan
begitu mudah “Kecerdasan buatan adalah Sains dan Teknik untuk menjadikan mesin
yang cerdas/pintar.” Namun ada berbagai definisi yang diberikan oleh ahli akademik
yang mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai “Bidang ilmu yang mempelajari
bagaimana caranya untuk membuat mesin agar mempunyai kemampuan berfikir
seperti manusia.”

Definisi lainnya juga dijelaskan bahwa Kecerdasan Buatan adalah Suatu


cabang ilmu komputer yang menciptakan komputer agar dapat mengadopsi aspek
kecerdasan manusia seperti pengenalan suara, deduksi, penalaran, respons kreatif,
kemampuan belajar dari pengalaman dan kemampuan membuat penalaran sendiri
apabila diberi informasi yang tidak lengkap. Dua bidang penelitian tentang
kecerdasan buatan ialah sistem pakar dan “Natural Language Processing”. Konsep
kecerdasan buatan dikembangkan oleh Alan Turing pada tahun 1950. Beliau
menggunakan istilah kecerdasan komputer. Awalnya konsep ini dinamakan sebagai
kecerdasan buatan oleh John Mc Carty pada tahun 1955. Contoh aplikasi kecerdasan
buatan saat ini ialah permainan yang ada di komputer seperti program permainan
catur. Program ini telah digunakan untuk mengalahkan juara catur dunia Anatoly
Karpov.
Sejarah perkembangan kecerdasan buatan/artificial intelligence

Mengenai “apa” yang dimaksud dengan kemajuan dari artificial intelligence


(AI) telah dibahas secara luas. Saat ini yang menarik adalah bahasan mengenai “apa
yang terjadi sekarang” dan “apa yang terjadi akan datang”, ujar Dr Simon See,
Director and Chief Solution Architect untuk NVIDIA AI Tech Center yang juga
seorang Professor di Shanghai Jiaotong University (SJTU) dan the King
Mongkut’sUniversity of Technology Thonburi (KMUTT), pada acara IoTAsia 2017.

“Selama beberapa decade terakhir, kita telah melihat peningkatan luar biasa
dan kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi, mulai dari komputer hingga
internet dan Internet and the Internet of Things (IoT), dan tentu saja, kini kita
memiliki yang dinamakan artificial intelligence (AI),” ujarnya. “Setiap orang
memiliki proyeksi mengenai sejumlah besar perangkat yang akan terhubung.
Kesemua perangkat ini akan menjadi lebih pintar dan mereka akan dihubungkan satu
dengan yang lainnya. Perhatian saya adalah bagaimana kita akan
menghubungkannya; bagaimana mereka akan berinteraksi antara satu dengan lainnya
dan apakah yang akan mereka capai.”

Menurut Dr See, teknologi dipopulerkan oleh berbagai film fiksi ilmiah


seperti Iron Man yang akan menjadi kenyataan sebentar lagi serta pencapaian dalam
bidang akselerasi AI. Dalam film Iron Man the J.A.R.V.I.S. AI memberikan apa yang
sang jagoan Tony Stark minta – hal ini, kini, beberapa telah kita dapat lakukan
melalui bantuan Siri, Cortana atau Alexa – tetapi juga membuat beberapa saran
sendiri.

“Kita dapat memiliki mesin yang mampu memberikan nasihat kepada kita,
mampu menciptakan ide-ide untuk kita dan pada saat yang bersamaan dapat
memberikan berbagai saran pada kita,” ujar Dr See. “Perluas konsep untuk menjadi
sebagai pengacara, seorang perawat, doktor atau seorang akuntan dan profesi lainnya.
Sebuah asisten AI dapat membantu Anda mengerjakan tugas Anda.”

Sementara jaringan saraf pertama diciptakan pada tahun 1943, hal tersebut
tidak dapat memberikan hasil hari ini, karena “teknologi itu tidak tersedia pada saat
itu dan data juga tidak tersedia (untuk latihan) pada waktu dimana untuk dapat
memberikan apa yang AI janjikan”, ujar Dr See. “Kami melihat bahwa selama
beberapa tahun terakhir telah ada perbaikan dalam tingkat yang menakjubkan.”

001

Pengenalan gambar telah mengalami peningkatan menakjubkan dari tahun ke


tahun.

Kita telah berkembang dengan sangat jauh semenjak tahun 1943, Dr See
mencatat. Kasus seperti Alexnet, sebuah AI yang dibangun untuk mengenali berbagai
gambar yang membuat gelombang di tahun 2012 pada the ‘Olympics’ of computer
vision, ImageNet Large-Scale Visual Recognition Challenge, ketika ditampilkan
dengan akurasi yang jauh lebih baik untuk pengenalan gambar daripada yang pernah
ada sebelumnya.

“Teknologi telah menjadi semakin matang. Jika Anda “berkunjung” ke


Pinterest, Anda dapat mengambil foto dan kemudian menemukan dimana Anda dapat
membeli sebuah obyek. (Teknologi serupa) digunakan dalam self-driving car. Anda
ingin mengenali apakah itu sebuah mobil, seseorang, seekor kucing, atau sampah di
tengah jalan, atau sebuah area terbuka sehingga sebuah mobil dapat bergerak di jalan
tanpa menabrak apapun,” ujarnya.

Pengenalan suara dan teknologi menerjemah juga telah terlihat peningkatan


dengan teknik AI.

Platform pengenalan suara Baidu DeepSpeech 2, didukung oleh GPU


NVIDIA, dapat mengenali baik bahasa Inggris dan Mandarin secara akurat,
sementara kemampuan menerjemahkan secara langsung berbasis mesin juga telah di
buktikan pada acara konferensi, ujar Dr See. “Langkah selanjutnya adalah
pengolahan bahasa alami – kami ingin konteks untuk itu,” ujarnya.
AI dapat melakukan deteksi anomali, digunakan untuk beberapa kasus seperti
diagnosis kanker.

Rumah sakit mengembangkan berbagai aplikasi baru dengan mesin atau


pembelajaran mendalam untuk membantu para dokter menemukan obat
penyembuhan dengan lebih cepat. Misalnya PathAI di dedikasikan untuk diagnosis
kanker menggunakan teknologi AI. NVIDIA terlibat juga, bekerjasama dengan
National Cancer Institute, the US Department of Energy dan beberapa laboratorium
di Amerika pada proyek Cancer Distributed Learning Environment (CANDLE).

“AI dapat mempercepat penemuan terapi kanker, meramalkan respon terhadap


obat pada pasien kanker, dan mengotomatisasi analisis efektivitas pengobatan,” ujar
Dr See.

Deteksi anomali ini juga berguna dengan mesin, untuk memprediksi atau
mencegah kegagalan catastrophic. GE telah menggunakan mesin belajar untuk
mendeteksi anomali pembakaran dalam turbin gas, dan menggunakan data untuk
meramalkan kemungkinan kegagalan. “Dengan kemajuan jaringan saraf, kita telah
mampu untuk dapat benar-benar melatih jaringan kita dan mendeteksi anomali
tersebut dengan mudah,” Dr See menjelaskan.

Bidang ini juga bergerak dari AI pasif menjadi generatif, dan langit adalah
batas pada dimana dan apa yang akan kita raih. Sebuah jaringan saraf telah di latih
untuk partisipasi dalam gaya artistik, dan mampu untuk menghasilkan seni dalam
gaya tertentu berdasarkan foto dunia nyata, Dr See menambahkan. “Desain generatif
menciptakan bentuk kompleks yang tidak akan mungkin sebaliknya,” ujarnya.

StackGAN bahkan dapat mencari gambar dengan memberikan deskripsi


tulisan, Dr See menjelaskan, sangat berguna untuk mengidentifikasi berbagai burung
secara cepat.
002

Jaringan adversarial generatif, ‘GAN’ dalam StackGAN, membantu AI untuk


menari gambar yang dapat cocok sesuai dengan deskripsi yang dituliskan.

Tahap berikutnya dalam evolusi desain akan mendapatkan solusi seperti


proyek AutodeskDreamcatcher. Memberikan persyaratan awal, AI menghasilkan
berbagai pilihan berbeda yang dapat memenuhi persyaratan, memungkinkan para
desainer dan produsen untuk dapat memilih yang paling relevan bagi mereka.

“Anda dapat mensimulasikan molekul untuk pengikat peptida,” Dr See


menyarankan. “Ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk manusia dapat
melakukan ini, tetapi sangat mudah bagi mesin untuk menghasilkan berbagai ide
yang berbeda tentang bagaimana molekul dapat masuk ke peptida.”

Pada akhirnya, teknologi AI, didukung oleh semua perangkat yang terhubung
dalam Internet of Things (IoT), bisa menjadi lebih bermanfaat. “J.A.R.V.I.S. itu
intuitif dan belajar secara mandiri,” Dr See menunjukkan. “Dia dapat menanyakan
pada Tony ‘apa yang Anda coba lakukan?’”

Telah ditunjukkan bahwa AI dapat belajar sendiri, dan mencapai lebih baik
dari manusia juga. Di tahun 2013, Google Deepmind menunjukkan bagaimana dapat
belajar untuk memainkan permainan Atari yang dinamakan Breakout. Pada waktu
yang bersamaan Google mengatakan, “Kami menemukan bahwa itu melebihi semua
pendekatan sebelumnya pada enam permainan dan melampaui manusia yang ahli
pada tiga dari enam permainan tersebut.”

“Algoritma memainkan Atari Breakout. Hal ini belum pernah dimainkan


sebelumnya; Dia hanya tahu aturan dan tujuan,” Dr See mencatat, memainkan sebuah
video yang menunjukkan AI membuat kesalahan pada menit-menit pertama, tetapi
membuat kemajuan hingga tingkat ahli dan kemudian melampaui kemampuan
manusia dalam beberapa jam.”

Teknik-teknik tersebut tidak rumit, Dr See mengatakan, bahwa jaringan saraf


(AI) pada dasarnya harus dilatih secara optimal untuk belajar. Hasilnya dapat
mengejutkan, beliau menambahkan, memberikan referensi yaitu AI Google

AlphaGo yang mengalahkan juara dunia tahun lalu – sebuah prestasi yang
dianggap mustahil karena sangat rumit, dengan banyak pegerakan yang tidak
mungkin.

“Pada permainan nomor 3, AlphaGo membuat gerakan dimana semua ahli


memiliki pikiran bahwa langkah tersebut adalah sangat konyol. Setelah AlphaGo
memenangkan pertandingan, para ahli melakukan analisa, dan menemukan bahwa itu
adalah langkah yang mendalam dan tidak ada ahli yang melihat sebelumnya,”
ujarnya. “AlphaGo telah menjadi imaginatif.”

Interaksi dunia nyata akan menempuh jalan yang sangat panjang melalui
latihan untuk AI menjadi imajinatif. Dr See menyimpulkan dengan makanan untuk
berfikir bagi penonton dengan menjalankan klip dari Nadia, sebuah AI dari Selandia
Baru firm Soul Machines yang akan dilatih oleh percakapan dunia nyata dari
masyarakat Australia.

Sebuah blogpost pada bulan Februari 2017 oleh Louise Glanville, Deputy
CEO, National Disability Insurance Agency (NDIA), Australia. Menjelaskan proyek
Nadia: “Rencananya Nadia akan diluncurkan dalam lingkungan percobaan pada
portal myplace dalam beberapa bulan kedepan. Nadia akan mulai sebagai ‘trainee’.
Akan membutuhkan waktu 12 bulan dan banyak sekali interaksi dengan NDIS
stakeholder untuk Nadia dapat beroperasi penuh. Agensi ini akan mengadakan sesi
informasi untuk menginformasikan orang-orang bagaimana mereka akan dapat
terlibat dengan dan menggunakan Nadia selama beberapa bulan ke depan. Kami
berharap bahwa Anda akan mulai menggunakan Nadia segera setelah dia siap, dan
membantu membangun dasar pengetahuannya, membuat mudah bagi para
stakeholder untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan mereka secara
cepat dan jelas.”
Bagian terpenting dari teka-teki ini adalah ekosistem yang diperlukan untuk
membuat AI menjadi nyata di manapun. NVIDIA dapat menyediakan komputasi
“tenaga kuda” untuk ini, Dr See menjelaskan. Teknik AI digunakan untuk melatih AI
yang membutuhkan banyak eksperimentasi dan banyak data, lebih banyak
dibandingkan kebutuhan komputasi normal. Unit proses grafis (GPU) dari NVIDIA
dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan ini.

Pada kasus AlphaGo dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk melatih


jaringan, menggunakan beberapa ratus juta langkah pelatihan pada 50 GPU.
“Dibutuhkan sangat banyak kekuatan komputasi. Kita akan membutuhkan pusat data
AI baru,” ujar Dr See. “Kami mengetahui kerangka kerja AI telah tersedia. Kami kini
dapat mengembangkan jaringan saraf dengan mudah. Kami membangun sistem yang
menjalankan jaringan mereka sangat cepat.”

1. Era komputer elektronik (1941)

Pada tahun 1941 telah ditemukan alat penyimpanan dan pemrosesan


informasi. Penemuan tersebut dinamakan komputer elektronik yang dikembangkan di
USA dan Jerman. Komputer pertama ini memerlukan ruangan yang luas da ruang AC
yang terpisah. Saat itu komputer melibatkan konfigurasi ribuan kabel untuk
menjalankan suatu program. Hal ini sangat merepotkan para programmer. Pada tahun
1949, berhasil dibuat komputer yang mampu menyimpan program sehingga membuat
pekerjaan untuk memasukkan program menjadi lebih mudah. Penemuan ini menjadi
dasar pengembangan program yang mengarah ke AI.

2. Masa persiapan AI (1943-1956)

Pada tahun 1943, Warren McCulloch dan Walter Pitts mengemukakan tiga
hal: pengetahuan fisiologi dasar dan fungsi sel syaraf dalam otak, analisis formal
tentang logika proposisi, dan teori komputasi Turing. Mereka berhasil membuat suatu
model syaraf tiruan di mana setiap neuron digambarkan sebagai ‘on’ dan ‘off’.
Mereka menunjukkan bahwa setiap fungsi dapat dihitung dengan suatu jaringan sel
syaraf dan bahwa semua hubungan logis dapat diimplementasikan dengan struktur
jaringan yang sederhana.

Pada tahun 1950, Norbert Wiener membuat penelitian mengenai prinsip-


prinsip teori feedback. Contoh terkenal adalah thermostat. Penemuan ini juga
merupakan awal dari perkembangan AI. Pada tahun 1956, John McCarthy (yang
setelah lulus dari Priceton kemudian melanjutkan ke Darthmouth College)
meyakinkan Minsky, Claude Shannon, dan Nathaniel Rochester untuk membantunya
melakukan penelitian dalam bidang automata, jaringan syaraf, dan pembelajaran
intelijensia. Mereka mengerjakan proyek ini selama 2 bulan di Dartmouth. Hasilnya
adalah program yang mampu berpikir non-numerik dan menyelesaikan masalah
pemikiran, yang dinamakan Principia Mathematica. Hal ini menjadikan McCarthy
disebut sebagai father of Artificial Intelligence.

3. Awal perkembangan (1952-1969)

Pada tahun-tahun pertama perkembangannyam Ai mengalami banyak


kesuksesan. Diawali dengan kesuksesan Newell dan Simon dengan sebuah program
yang disebut general problem solver. Program ini dirancang untuk memulai
penyelesaian masalah secara manusiawi. Pada tahun 1958, McCarthy di MIT AI Lab
Memo No 1 mendefinisikan bahasa pemrograman tingkat tinggi yaitu LISP, yang
sekarang mendominasi pembuatan program-program AI. Kemudian, McCarthy
membuat program yang dinamakan programs with common sense. Di dalam program
tersebut, dibuat rancangan untuk menggunakan pengetahuan dalam mencari solusi.
Pada tahun 1959, Nathaniel Rochester dari IBM dan para mahasiswanya
mengeluarkan program AI yaitu geometry theorm prover. Program ini dapat
mebuktikan suatu teorema menggunakan axioma-axioma yang ada. Pad atahun 1963,
program yang dibuat James Slagle mampu menyelesaikan masalah integral tertutup
untuk mata kuliah Kalkulus. Pada tahun 1968, program analogi buatan Tom Evan
menyelesaikan masalah analogi geometri yang ada pada tes IQ.

4. Perkembangan AI melambat (1966-1974)

Prediksi Herbert Simon pada tahun 1957 yang menyatakan bahwa AI akan
menjadi ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat ternyata meleset.
Pada 10 tahun kemudian, perkembangan AI melambat. Hal ini disebabkan adanya 3
kesulitan utama yang dihadapi AI, yaitu:

1. Program-program AI yang bermunculan hanya mengandung sedikit


atau bahkan tidak mengandung sama sekali pengetahuan pada
subjeknya. Program- program AI berhasil hanya karena manipulasi
sisntetis yang sederhana. Sebagai contoh adalah Weizenbaum’s
ELIZA program (1965) yang dapat melakukan percakapan serius
pada berabgai topik, sebenarnya hanya peminjaman dan manipulasi
kalimat-kalimat yang diketikkan oleh manusia.
2. Banyak masalah yang harus diselesaikan oleh AI, karena terlalu
banyaknya masalah yang berkaitan, mak atidak jarang banyak terjadi
kegagalan pada pembuatan program AI.

3. Ada beberapa batasan pada struktur dasar yang digunakan untuk


menghasilkan perilaku intelijensia. Sebagai contoh adalah pada tahun
1969, buku Minsky dan Papert Perceptrons membuktikan bahwa
meskipun program-program perceptron dapat mempelajari segala
sesuatu, tetapi program-program tersebut hanya merepresentasikan
sejumlah kecil saja. Sebagai contoh masukan perceptron yang
berbeda tidak dapat dilatihkan untuk mengenali kedua masukan
berbeda tersebut.

5. Sistem berbasis pengetahuan (1969-1979)

Pengetahuan adalah kekuatan pendukung AI. Ha ini dibuktikan dengan


program yang dibuat oleh Ed Feigenbaum, Bruce Buchanan, dan Joshua Lederberg
yang membuat program untuk memecahkan masalah struktur molekul dari informasi
yang didapatkan dari spectometer massa. Program ini dinamakan dendral programs
yang berfokus pada segi pengetahuan kimia. Dari segi diagnosa medis juga sudah ada
yang menemukannya, yaitu Saul Amarel dalam proyek computer ini biomedicine.
Proyek ini diawali dari keinginan untuk mendapatkan diagnosa penyakit berdasarkan
pengetahuan yang ada pada mekanisme penyebab proses penyakit.

6. AI menjadi sebuah industry (1980-1988)

Industralisasi AI diawali dengan ditemukannya sistem pakar yang dinamakan


R1 yang mamapu mengkonfigurasi sistem-sistem komputer baru. Program tersebut
mulai dioperasikan di digital equipment corporation (DEC), McDermott, pada tahun
1982. Paa tahun 1986, program ini telah berhasil menghemat US$ 40 juta per tahun.
Pada tahun 1988, kelompok AI di DEC menjalankan 40 sistem pakar. Hamper semua
perusahaan besar di USA mempunyai didivisi Ai sendiri yang menggunakan ataupun
mempelajari sistem pakar. Booming industry Ai juga melibatkan perusahaan-
perusahaan besar seperti Carnegie Group, Inference, Intellicorp, dan Technoledge
yang menawarkan software tools untuk membangun sistem pakar. Perusahaan
hardware seperti LISP Machines Inc., Texas Instruments, Symbolics, dan Xerox juga
turut berperan dalam membangun workstation yang dioptimasi untuk pembangunan
program LISP. Sehingga, perusahaan yang sejak tahun 1982 hanya menghasilkan
beberapa juta US$ per tahun meningkat menjasi 2 milyar US$ per tahun pada tahun
1988.

7. Kembalinya jaringan syaraf tiruan (1986 – sekarang)

Meskipun bidang ilmu komputer menolak jaringan syaraf tiruan setelah


diterbitkannya buku ‘Perceptrons’ karangan Minsky dan Papert, tetapi para ilmuwan
masih mempelajari bidang ilmu tersebut dari sudut pandang yang lain, yaitu fisika.
Para ahli fisika seperti Hopfield (1982)) menggunakan teknik-teknik mekanika
statistika untuk menganalisa sifat-sifat penyimpanan dan optimasi pada jaringan
syaraf. Para ahli psikolog, David Rumhelhart dan Geoff Hinton, melanjutkan
penelitian mengenai model jaringan syaraf pada memori. Pada tahun 1985-an
sedikitnya empat kelompok riset menemukan kembali algoritma belajar propagasi
balik. Algoritma ini berhasil diimplementasikan ke dalam ilmu bidang komputer dan
psikologi.

Permasalahan yang dapat di timbulkan oleh keberadaaan kecerdasan


buatan

Angelica Lim masih sangat ingat kunjungannya ke Jepang beberapa tahun


lalu. Di sebuah kafe bergaya khas Jepang, "seorang" robot pramusaji dengan pakaian
kimono tradisional menyapa Lim di sudut kafe yang berlokasi di Osaka itu. Robot itu
mengambil pesanan Lim, lalu kepada barista yang berada di bar, ia menyahut, "Satu
teh!" pengalaman bertemu dengan robot juga dirasakan jurnalis New York Times
Andrew Ross Sorkin. Pada 25 Oktober 2017, laki-laki yang juga menjadi pembawa
acara Squawk Box di CNBC tersebut bertemu dengan Sophia dalam konferensi
Future Investment Initiative (FII) di Arab Saudi. Pada momen itu, Sorkin
menanyakan beberapa hal kepada Sophia mengenai kecerdasan buatan.

Sorkin juga berkata bahwa Sophia tampak bahagia. Sophia pun membalas,
“Aku selalu bahagia ketika dikelilingi oleh orang-orang pintar yang juga kaya dan
berkuasa.” dalam beberapa tahun terakhir, kata robot dan kecerdasan buatan menjadi
bahan perbincangan. Situsweb pegiat kecerdasan buatan, Phrasee, menyebutkan
meski kedua istilah tersebut berbeda, mereka berkaitan satu sama lain, secara
sederhana, kecerdasan buatan adalah program komputer yang dirancang untuk
memecahkan permasalahan rutin yang dikerjakan oleh manusia maupun hewan.
Kecerdasan buatan dirancang untuk mengembangkan program yang dapat
memecahkan masalah secara mandiri.
Ia dirancang memproses sejumlah besar data, mencari tren dan pola, dan
kemudian memberikan wawasan berdasarkan pola tersebut. Mereka juga disiapkan
untuk melaksanakan tugas yang sangat spesifik. Beberapa contoh kecerdasan buatan
yang telah dikembangkan sekarang meliputi aplikasi Watson pada IBM, Google Siri,
dan Chatbots Twitter sementara itu, robot adalah alat mekanis yang mampu bergerak
secara otomatis. Ia dirancang untuk melakukan gerakan atau serangkaian gerakan,
baik yang bentuknya sederhana seperti mengangkat sebuah boks atau yang kompleks
seperti memadamkan api dari sebuah lilin yang disembunyikan dalam labirin.

Lalu dimana kaitan antara kecerdasan buatan dan robot? Jawabannya


sederhana, jika robot itu hardware, kecerdasan buatan adalah software-nya memuji
dan Mencerca Kecerdasan Buatan “Tapi saya tahu dia tidak melakukannya sendiri –
robot itu tidak mengerti apa-apa. Di suatu tempat di atas (kafe), saya tahu, pasti
manusia mengendalikan android yang hiper-realistis ini. Para peneliti menyebutnya
teknik Wizard of Oz atau mengendalikan robot dari kejauhan,” sebut Lim kalimat itu
ditulis Lim dalam artikel bertajuk “Robots Aren’t as Smart as You Think”. Menurut
asisten profesor bidang komputasi di Simon Fraser University itu, robot dengan
kecerdasan buatan yang berkembang sekarang tergolong lemah. Robot tidak memiliki
pemahaman yang nyata. Mereka bisa bertindak cerdas tetapi tidak bisa mengerti
makna dari apa yang mereka katakan atau lakukan namun tidak sedikit orang-orang
yang berbeda pendapat dengan Lim. Awal November 2017, fisikawan Inggris
Stephen Hawking mengatakan kecerdasan buatan akan melampaui kemampuan
manusia dan menciptakan sebuah bentuk baru kehidupan "Saya takut kecerdasan
buatan akan menggantikan manusia secara keseluruhan. Mereka layaknya virus
komputer yang dapat mengembangkan kemampuan dan mereplikasi diri," ujar
Hawking kepada Wired.

Pernyataan serupa pernah dilontarkan profesor yang disertasinya bertajuk


Properties of Expanding Universes itu sebelumnya. Pada 2014, Hawking mengatakan
kepada BBC bahwa perkembangan kecerdasan buatan dapat menjadi penanda akhir
umat manusia. Sejalan dengan Hawking, CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk sempat
mencuit, “Jika Anda tidak peduli dengan keamanan AI (kecerdasan buatan),
sebaiknya Anda peduli. Resikonya lebih besar dari Korea Utara.” musk juga
menyumbangkan dana sebesar 10 juta dolar AS untuk Future of Life Institute.
Lembaga itu bertujuan memitigasi risiko yang ditimbulkan pengembangan
kecerdasan buatan.

Pernyataan Hawking dan Musk tidak berlebihan. Tepat 20 puluh tahun lalu,
sebuah perangkat kecerdasan buatan bernama Deep Blue yang diciptakan IBM
berhasil mengalahkan pecatur Gerry Kasparov. Deep Blue membuat sejarah sebagai
komputer pertama yang mengalahkan juara dunia dalam pertandingan enam babak.
Kasparov menang pada babak pertama, kemudian kalah pada babak kedua, dan seri
pada tiga babak selanjutnya. Saat Deep Blue memenangi pertandingan babak terakhir,
Kasparov tidak percaya dan menduga IBM berbuat curang.

Al Music, sebuah perusahaan rintisan (start-up) asal Inggris berhasil


menciptakan kecerdasan buatan yang mampu menciptakan musik berdasarkan genre,
mood, tempo, instrumen dan panjang lagu yang diinginkan seseorang. Sementara
pada Juli 2017, kecerdasan buatan milik Facebook menciptakan bahasa baru yang
tidak dimengerti manusia. Pada pertemuan FII itu pun, robot Sophia didapuk sebagai
warga negara Arab Saudi – seolah setara dengan manusia. Bumbu Imaji Katastrofi
Jawaban atas pertanyaan “Apakah sebuah mesin bisa berpikir?” telah menghantui
para peneliti dan inovator sejak awal perkembangan komputer. Pada 1950,
matematikawan penemu Mesin Enigma yang menjadi cikal bakal komputer, Alan
Turing, mengajukan usulan: sebuah mesin dapat dididik seperti anak-anak. Sementara
pada 1955, inventor bahasa pemrogaman LISP John McCarthy menciptakan kata
"kecerdasan buatan" untuk pertama kali.

Tidak lama kemudian, para peneliti kecerdasan buatan mulai menggunakan


komputer untuk mengenali gambar, menerjemahkan bahasa, dan memahami instruksi,
tidak hanya dalam bentuk kode tetapi juga dalam bahasa normal. Kegiatan ini jamak
dilakukan pada periode 1960-an dan 1970. Gagasan bahwa komputer akan
mengembangkan kemampuan untuk berbicara dan berpikir pun merasuk dalam
semesta wacana budaya populer. Film 2001: A Space Odyssey (1968) menampilkan
robot HAL (Heuristically Programmed Algorithmic) 9000 yang mampu berbicara,
bermain catur dengan manusia, dan merawat pesawat luar angkasa. Beberapa di
antaranya menyajikan kecerdasan buatan sebagai katastrofi (malapetaka) dalam
peradaban manusia, misalnya Colossus: The Forbin Project (1970). Film tersebut
menampilkan komputer berkedip besar yang membawa dunia ke ambang kehancuran
nuklir.

Sementara itu, The Terminator (1984) menyajikan "seorang" robot pembunuh


yang menyerupai manusia (diperankan oleh Arnlod Schwarzenegger). Ia dikirim dari
tahun 2029 ke tahun 1984 untuk membunuh Sarah Connor (Linda Hamilton),
perempuan yang kelak melahirkan seorang pemimpin pembebasan manusia atas tirani
robot di masa depan.

Meski setelah Turing perkembangan kecerdasan buatan kurang mendapatkan


suplai dana, semangatnya tetap terjaga oleh sejumlah penulis fiksi-ilmiah era 1980-an
dan 1990-an. Bahkan mereka membawa kecerdasan buatan ke tingkat lanjut: sebuah
komputer menjadi mampu secara mandiri merancang cara untuk mencapai tujuan
tertentu, melakukan evaluasi terhadap tindakannya, memodifikasi perangkat
lunaknya, dan mereproduksi dirinya sendiri. Hal tersebut dicatat Paul Ford dalam
artikelnya “Our Fear of Artificial Intelligence”. Menurut Ford, konsep yang dikenal
dengan istiah singularitas itu dipopulerkan seorang penulis fiksi-ilmiah bernama
Vernor Vinge.

Adanya konsep ini dan beberapa peristiwa di kemudian hari membuktikan


bahwa robot atau kecerdasan buatan mampu menandingi manusia – DeepBlue, Al
Music, mobil swakemudi, dsb – membawa pemahaman masyarakat bahwa di masa
depan kecerdasan buatan memiliki kemampuan berpikir lebih tinggi dibandingkan
manusia. Pada 2005, inventor Ray Kurzweil memrediksi singularitas akan terjadi
pada 2045. Nomura Research Institue (NRI), pada Februari 2017, merilis survei di
tiga negara – Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris – mengenai kecerdasan buatan.
Salah satu pertanyaan NRI, “Apakah masyarakat sadar akan adanya singularitas pada
2045?” Hasilnya, hanya 9 persen responden dari Jepang, 19 persen dari AS, dan 9
persen dari Jerman yang sadar bahwa hal tersebut bakal terjadi. Sementara 55 persen
responden dari Jepang, 44 persen dari AS, dan 45 persen dari Jepang sama sekali
tidak sadar dengan hal tersebut. NRI juga menanyakan pendapat responden mengenai
keuntungan dari kecerdasan buatan. NRI menyediakan jawaban tertutup dengan
rentang skala 1,2,3,4, dan 5. Semakin besar angka skala yang dipilih responden, ia
dinilai semakin merasakan kecerdasan buatan menguntungkan dirinya. Perbedaan
jawaban responden di tiga negara cukup variatif. Di Jerman, ada 33 persen responden
mengisi memilih skala 1, sementara 32 persen di antaranya mengisi skala 3. Hanya
ada 5 persen responden di Jerman yang mengisi skala 5. Sedangkan di Jepang, ada 11
persen responden yang mengisi skala 1, sementara 51 persen mengisi skala 3. Hanya
ada 11 responden di Jepang yang mengisi skala 1. Di AS, reponden terbelah.
Sebanyak 30 persen responden mengisi skala 4, dan 5. Sedangkan 40 persen
responden lainnya mengisi skala 1 dan 2. Adanya singularitas ini pun masih
problematis bagi peneliti bidang kecerdasan buatan di Aston University, Aniko Ekart.
Kepada Sputnik, dia mengatakan salah satu definisi kecerdasan buatan menetapkan
bahwa manusia menciptakan mesin cerdas yang tidak dapat melakukan semua hal
yang sudah dapat dilakukan manusia

“Sangat sulit mengatakan kapan kita akan membuat robot sekuat manusia.
Apa yang saya pikirkan sejauh ini adalah bahwa kecepatan pengembangan
kecerdasan buatan sekarang ini jauh lebih cepat dibanding dua puluh tahun yang lalu.
Jadi cukup sulit untuk memprediksi kapan hal itu akan terjadi,” ujar Ekart.

Pandangan ilmuan islam megenai perkembangan kecerdasan buatan


Menurut Prof. Mohd Zakree Ahmad Nazri, Ketua Program Kedoktoran (S3)
di Universiti Kebangsaan Malaysia, istilah Kecerdasan Buatan ini terdiri dari dua kata
yaitu: Kecerdasan dan Buatan. Kecerdasan bermaksud hal yang berkaitan dengan
kepintaran, kecerdikan dan kebijaksanaan. Sedangkan Buatan (artificial) bermaksud
tiruan, sesuatu bukan alami atau tiruan. Prof. Dr. Mohd Zakree Ahmad Nazri juga
menambahkan bahwa Kecerdasan Buatan dalam bahasa dan perspektif beliau, adalah
seperti berikut “Ilmu dan teknik yang tertumpu pada metode komputer untuk
memprogram suatu aplikasi dan mesin cerdas dengan meniru kepintaran manusia atau
sunnatullah yang memelihara dan mengatur seluruh alam dan isinya yang ada di
darat, laut dan udara.

Ahli ilmu komputer berusaha berinovasi dengan menciptakan mesin yang


dapat melihat, mendengar, berbicara, berfikir, berhitung, berjalan, berlari, mencari
dan segala kemampuan manusia, kecuali mempunyai emosi, berintuisi, berkreasi dan
lain-lain yang begitu subjektif. Penjelasan yang menarik dari seorang Profesor di
bidang Kecerdasan Buatan yang mengaitkan antara Kecerdasan Buatan dan
Sunnatullah. Beliau menambahkan bahwa sunnatullah yang beliau maksud di sini
adalah hukum atau ketentuan Allah Azza wa Jalla yang saintis barat sebut Nature’s
Law, Intelligent Design dan sebagainya yang merangkumi hukum fisika, biologi,
kimia, astrologi dan sebagainya. Sunnatullah adalah suatu sistem dan peraturan yang
ditentukan oleh Allah Taala untuk manusia, hewan dan semua jenis makhluk di dunia
ini. Sunnatullah tidak akan berubah dan tidak ada siapa yang dapat merubahnya sejak
Allah Taala wujudkannya sampai kapanpun

Firman Allah SWT yang artinya: “Karena engkau tidak sekali-kali akan
mendapati sebarang perubahan bagi Sunnatullah, engkau tidak sekali-kali akan
mendapati sebarang penukaran bagi perjalanan sunnatullah itu.” (Fathir: 43), perlu
diingat bahwa Sunnatullah itu terbagi pada dua bagian manusia menerimanya secara
terpaksa manusia menerima secara sukarela firman Allah yang artinya: “Dan kepada
Allah jugalah sekalian makhluk yang ada di langit dan bumi tunduk baik dengan
sukarela ataupun dengan terpaksa.” (Ar Ra’d: 15)

Ilmuan komputer bukan sekedar mengadopsi kecerdasan manusia tetapi pada


hari ini, malah mengadopsi kecerdasan lebah, lalat, burung, semut, sifat
elektromagnetik, keharmonian musik dan sebagainya. Apa yang dikatakan oleh ahli
Kecerdasan Buatan dari Negeri jiran ini dapat membuat kita bahwa semakin
kagumlah kita dengan kebesaran Allah dengan memerhatikan kejadian-kejadian alam
yang diatur oleh Sunnatullah, Bahkan yang lebih menariknya, Ilmuan komputer
menirunya dan dapat menyelesaikan masalah kompleks.
Surat 42 – Ash-Shura : Ayat 29

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah kejadian langit dan bumi serta
segala yang Dia biakkan pada keduanya dari makhluk-makhluk yang melata dan Dia
Maha Kuasa menghimpunkan mereka semuanya apabila Dia kehendaki
(melakukannya).

Surat 3 – Al-Imran : Ayat 191

(Yaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah sewaktu mereka


berdiri dan duduk dan sewaktu mereka berbaring dan mereka pula memikirkan
tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): Wahai Tuhan kami! Tidaklah
Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari azab Neraka.

Lantas, bagaimana Kecerdasan Buatan dengan masalah yang kompleks? Prof.


Zakree mencontohkan, pernahkah kita berfikir bahwa cara semut mencari makanan
digunakan oleh ilmuan barat untuk menyelesaikan masalah yang kompleks seperti
optimasi jadwal atau pengenalan pola? Masalah yang kompleks yang dikategorikan
oleh ahli matematika sebagai Non-deterministic Polynomial-time hard (NP-hard)
problem? Mari kunjungi laman Wikipedia ini untuk mengetahui dengan lebih lanjut.
Siapa yang mengatakan ciptaan Allah sia-sia? Bahkan lalat yang Allah jadikan
perumpaan pun dijadikan penelitian untuk menciptakan drone, Drone yang berukuran
lalat?

Dampak positif dan negatif dari adanya kecerdasan buatan

Kecerdasan Buatan atau kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem


yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau Intelegensi Artifisial (bahasa Inggris:
Artificial Intelligence atau hanya disingkat AI) didefinisikan sebagai kecerdasan
entitas ilmiah. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan
diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan
pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang
menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer
(games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika. Di dalam ilmu komputer,
banyak ahli yang berkonsentrasi pada pengembangan kecerdasan buatan atau
Artificial Intelligence (AI).

A. Manfaat Kecerdasan Buatan

Banyak implementasi kecerdasan buatan dalam bidang komputer, antara lain


adalah Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan), Robotic, Natural
Language (Bahasa Alami), Neural Network (Jaringan Saraf) dan lain-lain. Berikut
adalah manfaat dari kecerdasan buatan, yaitu:

 Memberikan penyederhanaan solusi untuk kasus-kasus yang kompleks


dan berulang-ulang.
 Masyarakat awam non-pakar dapat memanfaatkan keahlian di dalam
bidang tertentu tanpa kehadiran langsung seorang pakar.
 Meningkatkan produktivitas kerja, yaitu bertambah efisiensi pekerjaan
tertentu serta hasil solusi kerja.
 Penghematan waktu dalam menyelesaikan masalah yang kompleks.
 Memungkinkan penggabungan berbagai bidang pengetahuan dari
berbagai pakar untuk dikombinasikan.
 Pengetahuan dari seorang pakar dapat didokumentasikan tanpa ada
batas waktu.

B. Dampak Positif Kecerdasan Buatan

 Pada bidang Industri penerapan Artificial Intelligence dapat membantu


meningkatkan keamanan pegawai, karena aktivitas-aktivitas yang
berbahaya dapat digantikan oleh mesin,sebagai

Contoh : Penggunaan mesin pendeteksi suhu pembakaran


tembaga,minyak bumi dll.

 Pada bidang Kesehatan, penerapan arificial intelligence sangat


membantu tenaga medis untuk mendiagnosis penyakit yang dialami
oleh pasien melalui gejala-gejala yang dialaminya, bahkan dapat juga
meyediakan jenis obat yang cocok untuk pasienya.

Contoh : Program Pendetekesi penyakit jantung koroner


(penelitian dilakukan dengan meneliti detak jantung pasien)

 Pada bidang Perbankan, penerapan artificial intelligence dapat


digunakan untuk mengontrol laju inflasi maupun deflasi dari keungan
negara, sebagai.

Contoh : Pembuatan mesin pendeteksi uang palsu dll.


 AI dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dunia nyata, seperti
pencarian, optimasi, klasifikasi, peramalan,dsb.

C. Dampak Negatif Kecerdasan Buatan

 Dengan mudah melakukan transaksi di Internet akan memfasilitasi


juga menyebabkan transaksi yang dilarang sebagai selundupan
transaksi atau transaksi narkoba.
 Hal ini sering terjadi adalah pembobolan sebuah lembaga atau
rekening perorangan yang mengakibatkan kerugian finansial yang
besar.
 Dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi
menyebabkan banyak kasus penipuan dalam perdagangan online.
 Perlawanan Membeli online. Untuk orang awam yang belum pernah
bertransaksi secara online, akan merasa canggung ketika mereka harus
bertransaksi tanpa tatap muka atau melihat penjual. Belum lagi rasa
takut jika pembayaran tidak dikirim atau tidak diterima. Atau barang
tidak dikirim, atau bahkan barang dikirim tetapi tidak diterima.
 Kekekrasan dan Gore. Kekejaman dan kesadisan juga ditampilkan
dalam dunia bisnis internet. Karena segi bisnis dan isi di internet tidak
terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara
untuk dapat menjual situs mereka, salah satunya dengan menunjukkan
hal-hal yang tabu.
 Carding. Karena sifatnya yang langsung (real time), bagaimana
menggunakan belanja kartu kredit Anda adalah yang paling banyak
digunakan di dunia internet. Internetpun kebanyakan penjahat
melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka,
para penjahat mampu mendeteksi keberadaan transaksi (menggunakan
kartu kredit) secara online dan mencatat kode kartu yang digunakan.
Selanjutnya mereka menggunakan daptkan data mereka untuk
melakukan kejahatan

Dalam satu-dua tahun terakhir, istilah artificial intelligence (AI) alias


kecerdasan buatan terasa makin sering terdengar. Awalnya, AI sering muncul dalam
berbagai cerita fiksi Hollywood. Her, Ex Machina, dan serial Black Mirror, menjadi
beberapa dari sekian banyak cerita fiksi yang mengeksplorasi hadirnya kecerdasan
buatan di tengah-tengah kehidupan manusia. Menyaksikan keberadaan AI yang hadir
dalam wujud pop culture mungkin tak langsung membuat penonton merasa akrab
dengan teknologi yang satu ini. Maklum, semuanya hanya ada dalam cerita. Tapi,
sebenarnya kecerdasan artifisial tak hanya hadir dalam wujud robot, layaknya Asimo
milik Honda atau Robohon dari Sharp. AI juga hadir dalam bentuk chatbot, mesin
deep learning, hingga asisten virtual yang kini hadir dalam berbagai nama di sistem
operasi ponsel pintar kita. Walau terasa lumayan baru, tapi sebenarnya kehadiran AI
memiliki sejarah yang begitu panjang, hampir sepanjang teknologi itu sendiri. Mulai
dari, Thomas Bayes yang pada 1763 memperkenalkan Bayesian inference, Leonardo
Torres yang mendemonstrasikan mesin pertama yang bisa bermain catur pada 1898,
hingga Alan Turing di 1947 yang bercita-cita menghadirkan mesin dengan
kemampuan belajar dari pengalaman-pengalaman yang telah lewat. Evolusi tentang
AI ini terus berjalan hingga saat ini, salah satunya di tangan para jenius seperti
Stephen Hawking, Bill Gates, dan Elon Musk. Penemuan internet, booming-nya
dunia digital, dan berkembangnya teknologi di segala sisi pun kemudian mampu
memberi AI lompatan besar. Kini, AI mengalami pertumbuhan yang demikian pesat.
Hal ini terlihat jelas di industri kuliner di Amerika Serikat (AS). Di sana, para pemain
besarnya, seperti Domino’s Pizza, Burger King, dan Pizza Hut telah memanfaatkan
Chatbot untuk melayani pesanan para pelanggan. Chatbot adalah program komputer
yang dirancang untuk menstimulasikan percakapan antara perangkat dengan satu atau
lebih manusia, baik secara audio maupun teks. Chatbot biasanya dibenamkan dalam
aplikasi layanan pesan instan. Dalam bentuk yang lebih advance, asisten virtual juga
menawarkan percakapan yang lebih kompleks antara perangkat dengan penggunanya.
Hal ini bisa ditemui di perangkat Samsung yang mengembangkan Bixby, Siri milik
Apple, dan Alexa dari Amazon. Sadar atau tidak, Indonesia sebenarnya juga tengah
mengadopsi tren serupa. Mulai dari, layanan operator hingga perbankan, kini mulai
memperkenalkan chatbot. Line sudah sejak lama memperkenalkan Bang Joni yang
terus di-upgrade kemampuannya, hingga mampu memesankan tiket bagi pengguna.
Selain itu, ada pula Telkomsel yang menghadirkan Veronika dan BCA yang
menghadirkan Vira untuk membantu nasabah menyelesaikan berbagai layanan
perbankan.

Dampak dari makin agresifnya perkembangan AI, berbagai kekhawatiran dan


prediksi pun terus bermunculan. Premis AI yang lahir sebagai mesin yang mampu
terus belajar, dikhawatirkan akan mengesampingkan manusia suatu hari nanti.
Termasuk juga akan membuat gelombang pengangguran di berbagai wilayah dunia
karena pengusaha akan lebih memilih robot yang lebih efisien. Belum lagi,
berkembang pula isu sekuriti yang terus membayangi penggunaan AI di masa depan.
Hadirnya mobil otomasi atau robot yang yang hidup di tengah masyarakat,
dikhawatirkan membuka kemungkinan adanya peretasan. Ketika itu terjadi, kehadiran
robot yang pada dasarnya lahir untuk memudahkan manusia, justru bisa menjadi
ancaman baru bagi kemanusiaan. Munculnya kekhawatiran bahwa robot akan
memunculkan gelombang pengangguran mungkin memang tak bisa dihindari.
Beberapa jenis pekerjaan, seperti di sektor tambang yang berbahaya bagi keselamatan
para pekerjanya, mungkin memang sudah sebaiknya dilakukan oleh robot. Di
Singapura, pemerintahnya sudah mulai mendorong penggunaan robot untuk
pekerjaan ringan, seperti room service atau office boy. Tapi, di sisi lain, masyarakat
di sana kian didorong untuk terus meningkatkan kemampuan diri sehingga bisa
bekerja di industri yang lebih kompleks.

Sejarah membuktikan, ketika mobil menggeser kereta kuda, pekerjaan kusir


memang hilang, tapi profesi sopir kemudian lahir. Jadi, ketika beberapa jenis
pekerjaan hilang karena mesin degan alasan efisiensi, bukan tidak mungkin akan lahir
berbagai jenis profesi baru. Ketakutan pada mobil automasi yang bisa membahayakan
penumpang juga bisa dilihat dari sudut pandang lain. Selama ini, dengan manusia
berada di balik kemudi, toh jumlah kecelakaan lalu lintas juga terus saja masih
terjadi.

Jadi, teknologi sudah pasti tak akan bisa dihalangi-halangi. Ketika teknologi
memunculkan revolusi, manusia biasanya juga akan selalu menemukan cara baru
untuk beradaptasi.

Artikel mengenai contoh kasus yang berkaitan dengan kecerdasan


buatan

kekalahan manusia terhadap kecerdasan buatan sudah dimulai dari


sekarang. Berikut adalah empat pertarungan besar di mana manusia kalah dari
kecerdasan buatan:

1. Deep Blue versus Garry Kasparov (1997)

Sebenarnya pertandingan antara Deep Blue dengan juara dunia catur Garry
Kasparov tidak terjadi sekali. Pada tahun 1996, superkomputer IBM tersebut
sudah pernah menantang Kasparov untuk pertandingan catur enam babak dan
kalah.

Pada tahun berikutnya, Deep Blue, dengan kemampuan mengalkulasi yang


sudah ditingkatkan, kembali menantang Kasparov untuk pertandingan serupa.
Sang juara dunia dengan mudah melewati babak pertama, tetapi kalah di
babak kedua. Dideskripsikan oleh NPR, Kasparov tampak jelas merasa
frustrasi, sebelum akhirnya berdiri dan mengundurkan diri. Kasparov
kemudian berkata bahwa alasannya mengundurkan diri adalah karena langkah
Deep Blue yang begitu mengejutkan dan tidak seperti mesin. Dia bahkan
menduga bahwa tim IBM berbuat curang.

Namun, tanpa diketahui Kasparov, langkah tersebut bukanlah sebuah fitur


komputer, tetapi gangguan pada program Deep Blue. Diungkapkan dalam
buku The Signal and The Noise, Murray Campbell, salah seorang peneliti
yang merancang Deep Blue, berkata bahwa ketika dihadapkan dengan terlalu
banyak pilihan, Deep Blue memutuskan untuk memilih secara acak.

2. Watson versus dua pemenang Jeopardy (2011)

Kekalahan manusia dari kecerdasan buatan berikutnya terjadi pada tahun 2011
ketika Watson, sebuah superkomputer IBM, mengalahkan dua kontestan
tersukses dalam acara permainan televisi berjudul Jeopardy. Dalam permainan
ini, kontestan disajikan petunjuk dalam bentuk jawaban dan harus membentuk
pertanyaan yang berhubungan dengan jawaban tersebut.

Untuk berpartisipasi dalam permainan tersebut, para peneliti IBM melengkapi


Watson dengan memori yang luar biasa besar dan sebuah processor yang 2000
kali lipat lebih kuat dari komputer pada masanya. Watson kemudian dijejali
dengan informasi dari 200 juta halaman ensiklopedia, koran, dan sumber
lainnya. Dalam tiga detik, Watson mampu menemukan 100 jawaban yang
memungkinkan dan setiap jawaban kemungkinan diuji 100 kali sebelum
digunakan.

3. AlphaGo versus Lee Sedol (2016)

Setelah Kasparov, pemain profesional yang tumbang berikutnya adalah Lee


Sedol yang sudah 18 kali menjadi juara dunia go. Diciptakan sekitar 2500
tahun yang lalu, permainan catur dari China ini memang dikenal dengan
tingkat kesulitannya yang tinggi. Setiap langkah dalam go juga memiliki
begitu banyak kemungkinan sehingga AlphaGo tidak akan bisa mengalahkan
Lee jika hanya mengandalkan kemampuan mengalkulasi seperti Deep Blue.

Oleh karena itu, para peneliti dari Google DeepMind pun melengkapi
AlphaGo dengan jaringan neural yang terdiri dari hardware dan software
sehingga menyerupai neuron dari otak manusia. AlphaGo juga dilengkapi
dengan teknologi untuk belajar dan memperbaiki kemampuannya bermain go
dengan memainkan jutaan pertandingan dengan manusia dan dirinya sendiri.

Dalam lima babak pertandingan melawan AlphaGo, Lee hanya kalah satu
babak. Namun, kekalahan itu tetap menggoncangkan dunia kecerdasan
buatan, go, dan pemerintah Korea Selatan.

4. Libratus vs empat pemain poker profesional (2017)

Selama bertahun-tahun lamanya, poker telah menjadi target pakar kecerdasan


buatan. Permainan yang pada dasarnya adalah berjudi ini mengharuskan
pemain untuk menyembunyikan informasi, melebih-lebihkan, dan berani
meletakkan semua uang mereka di meja. Poker seharusnya menjadi
permainan yang tidak bisa ditebak dan sangat manusiawi. Namun, sebuah
mesin poker bernama Libratus keluar sebagai pemenang setelah bermain
poker selama 20 hari dengan empat pemain poker profesional. Untuk
membangun Libratus, para peneliti dari Carnegie Mellon tidak hanya
menggunakan satu atau dua kecerdasan buatan, melainkan tiga sekaligus.
Lalu, menggunakan metode reinforcement learning yang juga digunakan oleh
AlphaGo, Libratus belajar menjadi pemain poker handal dengan bertanding
melawan dirinya sendiri. Sistem tersebut terus-menerus bekerja, bahkan di
tengah permainan melawan para pemain profesional hingga lawan Libratus
pun mengira bahwa mesin tersebut dapat melihat kartu mereka. Dikutip dari
Wired 2 Januari 2017, Dong Kim, salah satu di antara empat pemain poker
profesional yang melawan Libratus, mengatakan, aku tidak bilang bahwa
(Libratus) curang. Tapi mesin itu sangat-sangat pintar dalam bermain poker.”

Kesimpulan
pada artikel ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan buatan menjadi salah
satu ajang kita untuk mengagungi kebesaran allah karena tidak mungkin manusia
dapat menciptakan sesuatu yang sama dengan ciptaan allah, karena pada dasarnya
manusia menciptakan program untuk AI atau kecerdasan buatan dengan melihat dari
makhluk yang sudah ada, seperti yang sekarang sedang hangat diperbincangkan ialah
mengenai pemrograman neural network yang mengikuti cara kerja sistem syaraf
makhluk hidup, hal ini dilakukan agar sebuah program dapat mengambil keputusan
secara proporsional tidak tergantung dengan program yang sudah ada dan juga
program dapat belajar dari kesalahan sehingga tidak aka nada lagi kesalahan yang
sama di waktu yag akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
- diakses dari : http://www.jagatreview.com/2017/04/direct-release-
perkembangan-teknologi-ai-artificial-intelligence-oleh-nvidia/ :
- diakses dari :
http://sains.kompas.com/read/2017/06/06/205914123/ini.4.bukti.kecerdasan.b
uatan.sudah.kalahkan.manusia
- diakses dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170815105740-
185-234821/gim-jadi-bukti-sukses-ai-pecundangi-kecerdasan-manusia
- diakses dari : https://www.jagoanhosting.com/blog/ini-dia-penjelasan-tentang-
apa-itu-kecerdasan-buatanintelegensi-artifisial/
- diakses dari :
https://senxadesigninformatic.wordpress.com/2012/12/19/manfaat-
kecerdasan-buatan/
- diakses dari : https://medium.com/ca-majalah-ganesha-2017/artificial-
intelligence-ai-adalah-kecerdasan-buatan-yang-dikembangkan-semenjak-
adanya-keberadaan-a13a48aad4c3
- diakses dari : http://elektronika-dasar.web.id/kecerdasan-buatan-artificial-
intelegence-ai/
- diakses dari :
http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/17/09/26/oww7ej282-
perlukah-takut-kepada-kecerdasan-buatan
- diakses dari : http://www.hujanhitam.web.id/2010/11/sejarah-kecerdasan-
buatan.html
- diakses dari : http://almaata.ac.id/kecerdasan-buatan-baik-atau-buruk-untuk-
umat-manusia/
- diakses dari : https://tif.uin-suska.ac.id/kecerdasan-buatan-dan-sunnatullah-
dalam-terminologi-islam/
- diakses dari : https://tirto.id/benarkah-kecerdasan-buatan-adalah-malapetaka-
czH7

Anda mungkin juga menyukai