Anda di halaman 1dari 14

1.

PENGGABUNGAN USAHA MELALUI AKUISISI SAHAM


Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada PSAK No.22 secara
jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak
dari suatu perusahaan induk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahan
lain (disebut sebagai perusahaan induk ) memperoleh pengendali kepemilikan atas saham
berhak suara yang beredar. Biasanya, pengendalian kepemilikan pada perusahaan lain
diperoleh secara langsung dengan memperoleh hak mayoritas (lebih dari 50 persen) atas
saham berhak suara,tetapi ada pula pengecualiannya. Pengecualian ini biasanya terjadi
karena adanya kepemilikan saham secara tidak langsung.
Penggabungan usaha terjadi ketika satu perusahaan memperoleh lebih dari 50
persen saham berhak suara perusahaan lain,tetap sekali hubungan induk anak
terbnentuk,pembelian tambahan saham perusahaan anak bukanlah suatu penggabungan
usaha. Dengan kata lain entitas-entitas terpisah hanya dapat bergabung satu kali.
Peningkatan pengendalian adalah sesederhana penambahan investasi.
1.1 Entitas Pelaporan

Penggabungan usaha membawa dua perusahaan yang sebelumnya terpisah


kepada pengendalian dengan tim manajemen tunggal (pejabat dan direktur perusahaan
induk). Meskipun kedua perusahaan tetap beroprasi sebagai entitas hukum yang
terpisah, pembelian tersebut menciptakan entitas pelaporan baru yang meliputi semua
operasi yang dikendalikan oleh manajemen perusahaan induk.

Ketika investasi pada saham berhak suara menimbulkan hubungan induk


anak,entitas pembeli (perusahaan induk) dan entitas yang diperoleh (perusahaan
anak)tetap berfungsi sebagai entitas yang terpisah dan mempertahankan catatan-
catatan akuntansinya pada basis hukum yang terpisah. Laporan keuangan untuk
entitas gabungan disusun dengan mengkonversikan laporan keuangan perusahan
induk dan perusahaan anak menjadi laporan keuangan konsolidasi yang merefleksikan
posisi keuangan dan hasil operasi entitas gabungan. Entitas pelaporan yang baru
bertanggung jawab terhadap pelaporan kepada pemegang saham dan kreditur
perusahaan induk dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

1.2 Hubungan Induk Anak

Suatu perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen saham berhak suara
perusahaan lain dapat mengendalikan perusahaan tersebut melalui kepemilikan
sahamnya, dan hubungan yang terjadi antara kedua perusahaan tersebut adalah

1
hubungan induk anak. Pada saat hubungan induk anak terjadi perusahaan –
perusahaan tersebut saling berafiliasi.

1.3 Kebijakan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi menyediakan berbagai informasi yang tidak


terdapat dalam laporan keuangan terpisah perusahaan induk, dan laporan konsolidasi
biasanya diwajibkan untuk menyajikan yang wajar posisi keuangan dan hasil operasi
dari suatu kelompok perusahaan-perusahan berafiliasi. Kondissi yang lazim untuk
konsolidasi adalah kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak suara perusahaan
lain. Berdasarkan PSAK No. 4 laporan keuangan konsolidasi paragraph 06
perusahaan anak tidak dikonsolidasi jika.

a. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara karena dalam perusahaan anak dibeli


dengan tujuan untuk dijual dimaksudkan untuk sementara , karena saham
perusahaan anak dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka
pendek.
b. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu retriksi jangka panjang sehingga
mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam menstransfer dana kepada
perusahaan induk. Perusahaan anak yang tidak dikonsolidasi tersebut harus
dipertanggug jawabkan oleh perusahaan induk sebagai mana perusahaan anak
lainnya sesuai dengan PSAK No.13.
1.4 Pengungkapan Kebijakan-Kebijakan Konsolidasi

Penjelasan kebijakan-kebijakan akuntansi yang signifikan diperlukan dalam


pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 pengungkapan kebijkan akuntansi dan
secara tradisional, pengungkapan kebijakan konsolidasi adalah satu dia antara
pengungkapan kebijakan yang paling sering. Karena PSAK No.4 menghilangkan
kebijakan konsolidasi alternative yang dapat diterima, pengungkapan kebijakan
konsolidasi berdasarkan PSAK No.1 hanya diperlukan untuk melaporkan
pengecualian (seperti pengendalian sementara atau tidak ada pengendalian) terhadap
keharusan PSAK No. 4 untuk konsolidasi perusahaan – perusahaan anak yang dimiiki
secara mayoritas. Bahkan pengungkapan kebijakan konsolidasi dalam laporan
tahunan cenderung tidak berkurang secara signifikan karena Bapepam mengharuskan
perusahaan publik melaporkan kebijakan konsolidasi.

Perusahaan induk dan perusahaan anak dengan periode fiskal yang berbeda.

2
PSAK No. 4 “laporan keuangan konsolidasi” paragraph 09 dan 10 menyatakan
bahwa:Laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimmnya adalah laporan keuangan
dengan tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda
perusahan anak biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang
sama dengan perusahaan induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidaka dapat
dilakukan ,laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat
juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal laporan
keuangan tersebut tikad melebihi dari 3 (tiga ) bulan. Sesuai dengan asas konsistensi ,
baik jangka waktu periode laporan maupun perbedaan dalam tanggal pelaporan harus
selalu sama dari waktu ke waktu.
Apabila laporan keuangan atau tanggal pelaporan yang berbeda digunakan
untuk tujuan konsolidasi maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk
pengaruh yang material dari setiap peristiwa atau transaksi –transaksi antar
perusahaan yang terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dengan
tanggal pelaporan keuangan konsolidasi.

2. NERACA KONSOLIDASI PADA TANGGAL AKUISISI


2.1 Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Pada Nilai Buku
Ilustrasi perbedaan antara neraca perusahaan terpisah dan neraca konsolidasi
dapat di lihat sebagai berikut. PT Primer memperoleh 100% PT Sekunder pada saat
nilai buku dan nilai buku dan nilai wajar sabesar Rp 40.000.000 dalam suatu
penggabunga usaha sacara pembelian pada tanggal 1 Januari 19X1. Neraca-naraca
yang tampak di sajikan sesaat setelah investasi. “PT Primer pada PT Sekunder”
tampak pada neraca terpisah pada PT Primer, tetapi tidak terdapat pada neraca
konsolidasi PT Primer dan perusahaan anak. Ketika neraca (PT Primer dan PT
Sekunder) di konsolidasi, akun investasi pada PT Sekunder (buku PT Primer) dan
akun ekuitas pemegang saham (Buku PT Sekunder) di eliminasi karena akun tersebut
resiprokal dan keduanya mewakili aktiva bersiih PT Sekunder pada tanggal 1 Januari
19X1. Akun-akun PT Primer dan PT Sekunder yang tidak resiprokal dimasukkan
kedalam neraca konsolodasi PT Primer dan perusahaan anak.

Dalam (000)
Neraca Terpisah Neraca Konsolidasi

3
PT Sekunder PT Primer PT
Primer&PrshSekunder
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 30.000
Aktiva lancar lainnya 45.000 15.000 60.000
Total Aktiva Lancar 65.000 25.000 90.000
Aktiva Tetap 75.000 45.000 120.000
(-) Akumulasi penyusutan (15.000) (5.000)
(20.000)
Total Aktiva Tetap 60.000 40.000 100.000
Investasi PT sekuder (100%) 40.000 - -

Total Aktiva Rp 165.000 Rp 65.000 Rp


190.000

Kewajiban dan Ekuitas


Kewajiban lancar
Hutang Usaha Rp 20.000 Rp 15.000 Rp 35.000
Kewajiban lancar lain 25.000 10.000 35.000
Total kewajiban lancar 45.000 25.000 70.000
Ekuitas
Modal saham 100.000 30.000 100.000
Laba di tahan 20.000 10.000 20.000
Total Ekuitas 120.000 40.000 120.000
Total kewajiban Ekuitas Rp165.000 Rp 65.000 Rp
190.000

2.2 Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Dengan Goodwil


Jika pada ilustrasi di atas PT Primer membeli semua saham PT Sekunder
dengan harga Rp 50.000.000, maka akan ada kelebihan investasi terhadap nilai buku
yang di peroleh sebesar Rp 10.000.000. dalam hal bahwa ketiadaan bukti menjadi
aktiva bersih yang dapat di identifikasi terlalu rendah, maka aktiva ini (Rp

4
10.000.000) dapat di asumsikan sebagai goodwill. Maka ayat jurnal yang dapat di
pakai adalah sebagai berikut:
Modal saham Rp 30.000.000
Laba ditahan 10.000.000
Goodwill 10.000.000
Investasi pada PT Sekunder Rp 50.000.000

PT PRIMER DAN PERUSAHAAN ANAK


KERTAS KERJA NERACA KONSOLIDASI
1 JANUARI 19X1 (000)
PT Persediaan dan
Sekunder Estimasi Neraca
Aktiva PT Primer 100% Debet Kredit Konsolidasi
Kas 10.000 10.000 20.000
Aktiva lancar lainnya 45.000 15.000 60.000
Aktiva tetap 75.000 45.000 120.000
Akumulasi penyusutan 15.000 5.000 20.000
Investasi pada PT
Sekunder 30.000 50.000
Goodwill 10.000
Total Aktiva Rp165.000 Rp65.000 Rp190.000
Kewajiban dan Ekuitas
Hutang Usaha 20.000 15.000 35.000
Kewajiban Lancar
lainnya 25.000 10.000 35.000
Modal saham-PT
Primer 100.000 100.000
Laba ditahan-PT
Primer 20.000 20.000
modal saham-PT
Sekunder 30.000 30.000
Laba ditahan-PT
Sekunder 10.000 10.000

5
Total Kewajiban &
Ekuitas Rp165.000 Rp65.000 Rp190.000

2.3 Perusahaan Induk Memperoleh 90% Perusahaan Anak Dengan Goodwill


Dalam kasus ini di asumsikan akuisisi semua saham beredar PT Sekunder, PT
Primer memperoleh 90% saham PT Sekunder dengan harga Rp50.000.000. kelebihan
biaya investasi terhadap nilai buku yang di peroleh adalah Rp140.000.000. Dan ada
hak minoritsas pada PT Sekunder sebesar Rp4.000.000 (Rp40.000.000x10% hak
minoritas). Ayat jurnal kertas kerja untuk mengkonsolidasi neraca PT Primer dan PT
sekunder dan mengakui hak minoritas PT Sekunder pada tanggal akuisisi adalah:
Modal saham-PT Sekunder Rp30.000.000
Laba ditahan-PT Sekunder 10.000.000
Goodwill 14.000.000
Investasi Rp50.000.000
Hak minoritas 4.000.000

3 ALOKASI KELEBIHAN PADA AKTIVA BERSIH YANG DAPAT


DIIDENTIFIKASI DAN GOODWILL
Asumsi yang mendasari penetapan kelebihan biaya invesyasi terhadap nilai buku
adalah bahwa nilai buku dan nilai wajar dari aktiva dan kewajiban yang dapat
diidentifikasi adalah sama. Jika ada bukti mengindikasikan bahwa nilai wajar melebihi
nilai buku atau nilai buku melebihi nilai wajar, maka kelebihan itu harus dialokasikan.
3.1 Efek Alokasi pada Neraca Konsolidasi pada Saat Akuisisi
Pada akuisisi dalam lingkup hubungan induk anak, diferensial biaya/nilai buku
tidak dicatat dalam buku perusahaan induk ataupun buku perusahaan anak. Oleh
karena itu, jumlah yang muncul pada neraca konsolidasi perusahaan induk dan
perusahaan anaknya dicatat melalui prosedur kertas kerja yang menyesuaikan nilai
buku perusahaan anak untuk merefleksikan diferensial biaya/nilai buku untuk tujuan
kertas kerja konsolidasi. Jumlah penyesuaian untuk setiap akun aktiva dan kewajiban
ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsolidasi satu-baris.
Pada tanggal 31 Desember 20X1 PT Pangan membeli 90 persen saham biasa
berhak suara yang beredar PT Sandang secara langsung dari pemegang saham PT
Sandang seharga Rp 5.000.000.000 dengan tunai ditambah 100.000 lembar saham
biasa PT Sandang dengan nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar Rp 5.000.000.000.
Biaya-biaya tambahan untuk penggabungan usaha terdiri dari biaya pencatatan dan

6
penerbitan saham biasa sebesar Rp 100.000.000 dan biaya penggabungan usaha
lainnya sebesar Rp 200.000.000. 10 persen Saham PT Sandang masih beredar dan
dimiliki pemegang saham minoritas.

3.2 Pengalokasian diferensial biaya/nilai buku.

Penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk menggabungkan neraca


perusahaan induk dan perusahaan anak ditentukan dengan menetapkan perbedaan
antara biaya investasi dan nilai buku yang diperoleh, pada aktiva dan kewajiban yang
dapat diidentifikasi dan lalu pada goodwill jika ada sisanya. Meskipun nilai buku
aktiva dan kewajiban tidak digunakan dalam menentukan nilai wajar setiap aktiva dan
kewajiban, nilai buku digunakan dalam proses menggabungkan neraca perusahaan
induk dan perusahaan anak.
3.3 Prosedur kertas kerja untuk memasukan alokasi pada neraca konsolidasi.
Kertas kerja neraca konsolidasi menunjukan dua ayat jurnal kertas kerja untuk
konsolidasi. Ayat jurnal dibuat dalam bentuk jurnal umum sebagai berikut:
Kelebihan yang belum diamortisasi 4.890.000.000
Saham biasa, nominal Rp10.000 PT Sandang 4.000.000.000
Tambahan modal disetor PT Sandang 1.000.000.000
Saldo laba PT Sandang 900.000.000
Investasi pada PT Sandang 270.000.000
Hak minoritas 10% 4.890.000.000
Ayat Jurnal kedua mengalokasikan kelebihan yang belum diamortisasi pada
tiap aktiva dan kewajiban dan pada goodwill.
Persediaan 90.000.000
Tanah 180.000.000
Bangunan-bersih 900.000.000
Goodwill 3.900.000.000
Wesel bayar 90.000.000
Peralatan bersih 270.000.000
Kelebihan yang belum diamortisasi 4.890.000.000

3.4 Efek Amortisasi pada Neraca Konsolidasi Setelah Akuisisi


Efek amortisasi kelebihan sebesar Rp 4.890.000.000 pada neraca konsolidasi
tanggal 31 Desember 20X2 didasarkan pada asumsi mengenai operasi PT Pangan dan
PT Sandang selama tahun 20X2 dan mengenai periode amortisasi yang relevan atas
aktiva dan kewajiban dimana kelebihan tersebut dialokasikan. Asumsi- asumsi
tersebut adalah:
Pendapatan tahun 20X2
Laba Bersih PT Sandang 800.000.000
Pendapatan PT Pangan termasuk pendapatan dari PT Sandang 2.523.500.000
Deviden yang dibayar tahun 20X2
PT Sandang 300.000.000

7
PT Pangan 1.500.000.000
Amortisasi kelebihan
Persediaan yang dinilai terlalu rendah dijual dalam tahun 20X2
Tanah yang dinilai terlalu rendah masih dimiliki oleh PT Sandang; tidak ada
amortisasi
Bangunan yang dinilai terlalu rendah masa manfaat 45 tahun sejak 1 Januari 20X2
Peralatan yang dinilai terlalu tinggi masa manfaat 5 tahun sejak 1 Januari 20X2
Wesel bayar yang dinili terlalu tinggi ditarik taun 20X2
Goodwill diamortisasi selama 20 tahun

4 LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI

Perbedaan antara laporan laba rugi konsolidasi dan laporan laba rugi bukan
konsolidasi perusahaan induk disajikan secara rinci bukan hanya jumlah laba bersihnya.
Jika perusahaan induk menjual barang dagangan kepada perusahaan anaknya, atau
sebaliknya, akan ada pembelian dan penjualan antar perusahaan pada buku terpisah
perusahaan induk dan perusahaan anaknya. Saldo pembelian dan penjualan antar
perusahaan adalah saldo resiprokal yang harus dieliminasi dalam menyiapkan laporan
laba rugi konsolidasi karena saldo-saldo tersebut tidak mewakili pembelian dan penjualan
pada pihak-pihak diluar entitas terkonsolidasi. Penyesuaian-penyesuaian atas penjualan
dan pembelian antar perusahaan mengurangi pendapatan dan beban dengan jumlah yang
sama besar dan karenanya tidak mempengaruhi laba bersih konsolidasi. Jumlah
pendapatan dan beban sewa yang resiprokal juga dieliminasi tanpa mempengaruhi laba
bersih konsolidasi.

Berbagai penyesuaian dan eliminasi lainnya muncul dalam menyiapkan laporan


laba rugi konsolidasi dimana tujuannya adalah untuk menunjukan pendapatan bagi
persahaan induk dan perusahaan anaknya seolah-olah hanya ada satu entitas hukum dan
akuntansi.

Laporan laba-rugi dan laba ditahan komparatif perusahaan yang terpisah serta
konsolidasi bagi Pilot Corporation dan perushaan anak adalah sebagai berikut :

Perusahaan Terpisah
Konsolidasi
Pilot Sand
Penjualan $ 9.523,5 $ 2.200 $ 11.723,5
Laba investasi dari Sand $ 574 - -
Total Pendapatan $ 10.097,5 $ 2.200 $ 11.723,5
Dikurangi : Beban operasi
Harga pokok Penjualan $ 4.000 $ 700 $ 4.790
Beban penyusutan – Bangunan $ 200 $ 80 $ 300
Beban penyusutan - Peralatan $ 700 $ 360 $ 1.006

8
Beban lainnya $ 1.800 $ 120 $ 1.920
Total Beban Operasi $ 6.700 $ 1.260 $ 8.016
Laba Operasi 3.397,5 $ 940 $ 3.707,5
Pos Nonoperasi :
Beban Bunga $ 300 $ 140 $ 530
Laba Bersih $ 3.097,5 $ 800
Subtotal $ 3.177,5
Dikurangi; Beban Hak Minoritas $ 80
Laba Bersih Konsolidasi $ 3.097,5
Laba Ditahan 31 Desember 2006 $ 4.300 $ 900 $ 4.300
$ 7.397,5 $ 1.700 $ 7.397,5
Dikurangi : Deviden $ 1.500 $ 300 $ 1.500
Laba Ditahan 31 Desember 2007 $ 5.897,5 $ 1.400 $ 5.897,5

Perbedaan antara laporan laba-rugi konsolidasi dan tidak dikonsolidasi milik


perusahaan induk terletak pada penyajiannya yang terinci dan bukan pada jumlah laba
bersihnya.
Laporan laba-rogi terpisah Pilot menunjukkan pendapatan dan beban yang berasal
dari operasi Pilot sendiri ditambah laba investasi Pilot dari Sand. Sebaliknya pada
laporan laba-rugi konsolidasi menunjukkan pendapatan dan beban Pilot maupun Sand
tetapi tidak menunjukkan laba investasi dari Sand. Laba investasi $ 574.000 dikeluarkan,
karena laporan laba-rugi konsolidasi memasukkan rincian pendapatan ($ 2.200.000),
beban ($ 1.400.000), amortisasi bersih atas kelebihan ($ 146.000), dan pemegang saham
minoritas ($ 80.000) yang mempengaruhi perhitungan laba investasi.
Amortisasi direfleksikan dalam laporan laba-rugi konsolidasi dengan kenaikan
harga pokok penjualan akibat persediaan yang dinilai terlalu rendah yang dijual pada
tahun 2007 sebesar $ 90.000 , kenaikan beban penyusutan bangunan akibat amortisasi
kelebihan yang dialokasikan ke bangunan sebesar $ 20.000, penurunan beban penyusutan
peralatan akubat amortisasi kelebihan yang dialokasikan ke peralatan yang dinilai terlalu
tinggi $ 54.000 dan kenaikan beban bunga $ 90.000 yang dialokasikan ke wesel bayar
yang dinilai terlalu tinggi yang dilunasi pada tahun 2007.

5 AKUNTANSI PUSH-DOWN

Makalah AICPA “push-down accounting”,menjelaskan bahwa akuntansipush-


down sebagai basis akuntansi dan pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan
keuangannya yang terpisah, yang berdasarkan pada transaksi pembelian saham berhak
suara,dan yang nenghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara yang beredar.
Ketika akuntansi push-down tidak digunakan dalam akuisisi, alokasi harga pembelian

9
pada aktiva bersih berwujud dan goodwill diselesaikan dalam kertas kerja konsolidasi.
Laporan keuangan konsolidasi menggambarkan alokasi pembelian. Apabila perusahaan
anak mencatat alokasi dalam lapopran keuangannya dengan akuntansi push-down,maka
dengan demikian proses konsolidasi telah disederhanakan. Akuntansi push-down menjadi
kontroversional dalam hal laporan perusahaan anak terpisah dikeluarkan untuk
kepentingan minoritas, kreditor dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Kritik atas
akuntansi push-down berpendapat bahwa pembelian antara perusahaan induk/ investor
dengan pemegang saham perusahaan anak terdahulu tidak sesuai dengan basis akuntansi
yang baru untuk aktova dan kewajiban perusahaan anak yang menggunakan prinsip harga
perolehan. Perusahaan anak bukanlah bagian dari transaksi ia tidakmenerima dana baru
dan tidak menjual aktiva. Pendapat ini disanggah dengan mengatakan bahwa harga yang
dibayar oleh pemilik yang baru merupakan dasar yang paling relevan untuk mengukur
aktiva, kewajiban dan hasil operasi anak. Akuntansi push-down tidak diterapkan secara
konsisten di antara pendukung konsep tersebut,meskipun pada praktiknya aktiva
perusahaan anak biasanya dinilai kembali secara proporsional.

6 ALOKASI HARGA BELI PADA TOTAL NILAI WAJAR PERUSAHAAN ANAK

Dalam pembuatan kebijakan dan prosedur konsolidasi, ada kecenderungan


memilih untuk mencatat aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi perusahaan anak
pada nilai wajarnya pada saat penggabungan usaha selain goodwill, jika perusahaan induk
memperoleh pengendalian melalui pembelian tunggal secara langsung. Akan tetapi, hanya
goodwill yang betul-betul dibeli oleh perusahaan induk yang dicatat.

Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa PT A memperoleh 60% kepemilikan PT B


dengan harga $ 210.000 ketika nilai buku dan nilai wajar aktiva dan kewajiban PT B
adalah sebagai berikut :

Akun Nilai Buku Nilai Wajar

Aktiva
Kas $ 10.000 $ 10.000
Piutang $ 60.000 $ 60.000
Persediaan $ 120.000 $ 150.000
Aktiva Tetap-Bersih $ 280.000 $ 300.000

10
$ 470.000 $ 520.000
Kewajiban dan Ekuitas
Utang $ 230.000 $ 230.000
Modal Saham $ 200.000
Laba Ditahan $ 40.000
$ 470.000

Berdasarkan metode yang disukai di atas, nilai wajar PT B ditentukan dengan


membagi harga beli dengan kepemilikan yang diperoleh, yaitu $ 350.000 ($
210.000:60%). Nilai bersih dari aktiva bersih yang dapat diidentifikasi adalah $ $ 290.000
($ 520.000 - $ 230.000) dan goodwill adalah $ 60.000. Akan tetapi goodwillyang benar-
benar dibeli dan diakui hanya sebesar $ 36.000 ($ 60.000 x 60%). Jumlah tersebut
dimasukkan dalam neraca konsolidasi yang disiapkan sesaat setelah penggabungan usaha:

Kas $ 10.000
Piutang $ 60.000
Persediaan $ 150.000
Aktiva Tetap Bersih $ 300.000
Goodwill $ 36.000
Total Aktiva $ 556.000
Utang $ 230.000
Aktiva Bersih $ 326.000
Goodwill berdasarkan metode ini sama dengan goodwill yang dihitung
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum saat ini (PSAK atau GAAP di
Amerika), yaitu biaya $ 210.000 - (nilai wajar $ 290.000 x 60%) = $ 36.000, akan tetapi
aktiva bersih yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi lebih rendah $ 20.000. Jumlah
yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum adalah :

Kas $ 10.000
Piutang $ 60.000
Persediaan ($ 120.000 + ($ 30.000 x 60%)) $ 150.000
Aktiva Tetap Bersih ($ 280.000 + ($20.000 x 60%) $ 300.000

11
Goodwill $ 36.000
Total Aktiva $ 536.000
Utang $ 230.000
Aktiva Bersih $ 306.000

SOAL DAN PEMBAHASAN

SOAL 1:
Bagaimana jika pemegang saham membeli sahamnya kurang dari 50%? Apakah bisa
dikatakan akuisisi saham?

JAWABAN 1:
Saham sebuah perusahaan dibeli oleh perusahaan atau pengusaha lain, tetapi perlu
dipahami bahwa jumlah saham yang dibeli harus lebih dari 51% atau si pengakuisisi membeli
saham sehingga memiliki kepemilikan saham minimal sebesar 51%. Hal ini dikarenakan jika
pembeli saham membeli atau menguasai saham kurang dari 51% maka si pembeli tidak bisa
disebut telah mengakuisisi perusahaan karena tidak mengendalikan perusahaan tersebut. Jika
pembelian tidak mengakibatkan kepemilikan atau penguasaan saham hingga lebih dari 51%
maka hal itu hanya sebuah transaksi saham biasa.

SOAL 2:
PT.Perkasa melakukan pembelian 100% saham PT. Surya dengan mengeluarkan
1.000.000 lembar saham PT. Perkasa yang memiliki nilai nominal per lbr Rp. 500 dan nilai
pasar pada tgl penutupan terakhir adalah Rp. 4.000
Terkait dengan akuisisi ini PT. Perkasa harus mengeluarkan biaya administrasi sebesar Rp.
25.000.000 dan terkait dengan penerbitan saham baru, PT. Perkasa harus mengeluarkan biaya

12
administrasi sebesar Rp. 50.000.000 kedua pembayaran tersebut diselesaikan secara tunai.
Ditanya : Buatlah jurnal untuk transaksi Akuisis dari PT. Perkasa

JAWABAN 2 :
Nilai saham wajar Rp 500.000.000,00
Biaya Akuisisi Rp 25.000.000,00
Total harga beli Rp 525.000.000,00

Nilai saham yang di keluarkan Rp 500.000.000,00


Biaya pengeluaran saham Rp (50.000.000,00)
Nilai tercatat saham Rp 450.000.000,00

Jurnal Transaksi PT. Perkasa


Investasi pada saham PT. Surya Rp 525.000.000,00
Saham Biasa Rp 1.000.000,00
Tambahan Modal di setor Rp 449.000.000,00
Biaya Merger Tangguhan Rp 25.000.000,00
Biaya Pengeluiaran saham Rp 50.000.000,00
Rp 525.000.000,00 Rp 525.000.000,00

Catatan :
a. Nilai saham wajar = 1.000.000 X 500
b. Tambahan modal di setor = Nilai tercatat saham - saham biasa
= 450.000.000 - 1.000.000
= 449.000.000
c. Biaya merger tangguhan = Biaya akuisisi
d. Biaya pengeluaran saham = biaya administrasi

13
DAFTAR PUSTAKA

Floyd A, Amir Abadi Jusuf. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia Buku 1.
Selemba Empat: Jakarta.

Floyd A, Amir Abadi Jusuf. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia Buku 2.
Selemba Empat: Jakarta.

Prahastayudha, Oggy. 2012. Akuntansi Keuangan Lanjutan Materi 13. Tersedia di :


https://oggyprahastayudha.wordpress.com/2012/10/14/Akuntansi-Keuangan-Lanjutan-
Mataeri-13/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai