Satuan PKBM
1
Kata Pengantar
Ada tiga konsep dasar yang perlu dibedakan dalam peningkatan mutu yaitu
kontrol mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan mutu
terpadu (total quality). Kontrol mutu secara historis merupakan konsep mutu
yang paling tua. Kegiatannya melibatkan deteksi dan eliminasi terhadap produk-
produk gagal yang tidak sesuai dengan standar. Tujuannya hanya untuk
menerima produk yang berhasil danmenolak produkyang gagal. Dalam dunia
pendidikan, kontrol mutu diimplementasikan dengan melaksanaan ujian sumatif
dan ujian akhir.Hasil ujian dapat dijadikan sebagai bahan untuk kontrol mutu.
Jaminan mutu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kesalahan sejak awal proses produksi. Jaminan mutu dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin proses produksi agar dapat
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi tertentu. Jaminan mutu adalah
sebuah cara menghasilkan produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Lanjutan
dari konsep jaminan mutu adalah Total Quality Management (TQM) yang fokus
dalam mencapai kepuasan pelanggan.
PP-PAUD dan Dikmas Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan pemetaan
mutu pendidikan, pengembangan program dan model pendidikan, supervisi,
fasilitasi penyusunan dan pelaksanaan program, penerapan model dan
pengembangan sumber daya serta kemitraan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan nonformal dan informal.Bahan Bahan Supervisi Penyiapan
Akreditasi Satuan PKBMini disusun sebagai pegangan Pokjapenjaminan
mutuKabupaten/kota dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di satuan
PKBM.
Akhir kata, semoga keberadaan Bahan Supervisi Penyiapan Akreditasi Satuan
PKBMini dapat berkontribusi terhadap pengembangan mutu satuan PKBM
dalam mencapai standar nasional pendidikan.
2
Daftar Isi
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 6
C. Pengguna ....................................................................................... 6
3
B. Dokumen 8 Standar Pendidikan Nasional
1. Standar Kompetensi Lulusan .................................................. 28
2. Standar Proses ......................................................................... 39
3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..........................44
4. Standar Sarana dan Prasarana ................................................. 47
5. Standar Pengelolaan.................................................................52
6. Standar Pembiayaan ................................................................74
7. Standar Penilaian .....................................................................78
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nonformal memiliki peran yang sangat besar dalam
memenuhi hak pendidikan sebagaimana termaktub dalam UUD 1945
terutama dalam meningkatkan sumber daya manusia dalam menghadapi
persaingan global yang makin nyata. Pelaksanaan akreditasi program dan
satuan pendidikan nonformal yang memiliki populasi sangat besar, termasuk
dalam ragam jenis dan fungsinya, memerlukan dukungan dan partisipasi aktif
dari pemerintah daerah.
Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh
satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program
pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk
menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Acuan
mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan
pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan
standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, salah satu bentuk penjaminan mutu adalah
akreditasi. Akreditasi dilakukan oleh pemerintah dan lembaga mandiri yang
diberi kewenangan oleh pemerintah untuk melakukan akreditasi. Lembaga
pelaksanaan akreditasi Pendidikan Nonformal yang dilakukan pemerintah
dilaksanakan oleh BAN PAUD dan PNF (PP No. 13 Tahun 2015 pasal 87
ayat 1c). BAN PAUD dan PNF bersifat independen, kegiatan akreditasi PNF
bertujuan untuk memberikan asesmen/penilaian secara obyektif, transparan,
dan berkelanjutan terhadap kelayakan suatu program dan satuan PNF
berdasarkan atas kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya akreditasi program dan satuan PNF, akan semakin banyak
program dan satuan PNF yang mengajukan permohonan akreditasi. Peraturan
Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah
mengubah nama BAN PNF menjadi BAN PAUD dan PNF, serta
dibentuknya Badan Akreditasi Provinsi (BAP) PAUD dan PNF.
Sasaran akreditasi meliputi satuan pendidikan nonformal yang terdiri
atas; lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, majelis taklim, dan pendidikan anak usia dini berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), serta satuan
pendidikan yang sejenis dengan ruang program dalam kelembagaan PNF
5
tersebut. Sasaran lainnya yaitu program sebagai ruang lingkup lembaga PNF
yang terdiri atas; program pendidikan kecakapan hidup (life skills), program
pendidikan kepemudaan (organisasi pemuda, kepramukaan, keolahragaan,
palang merah, pelatihan, pecinta alam, kepemimpinan, dan kewirausahaan),
program pendidikan pemberdayaan perempuan, program pendidikan
kesetaraan (Paket A, Paket B, dan Paket C), serta program pendidikan dan
pelatihan kerja.
Program pendidikan kesetaraan dan keaksaraan secara umum
dlaksanakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), ataupun
pondok pesantren (program ula dan wustho). Menurut data terakhir, saat ini
baru sekitar 7,997% atau sejumlah 840 PKBM yang terakreditasi
programnya, dari keseluruhan 10.504 PKBM yang terdaftar. Rendahnya
pencapaian akreditasi PKBM kemudian menyulut Gerakan Nasional
Akreditasi PKBM yang sedag gencar disosialisasikan saat ini.
Pada tahun 2016 memperlihatkan jumlah program pada satuan
pendidikan nonformal yang sudah diakreditasi sebanyak 8.927, berarti
PKBM hanya mencapai 9,41%. Sementara itu satuan PAUD menduduki
peringkat pertama 64,92% dan disusul LKP 25,67% dari keseluruhan
program pada satuan pendidikan yang sudah diakreditasi sampai akhir tahun
2015.
Satuan
Jumlah %
Pendidikan
PAUD 5.795 64,92
LKP 2.292 25,67
PKBM 840 9,41
Jumlah 8.927 100,00
Sumber: Diolah dari http://web.banpnf.or.id/
Untuk tingkat Jawa barat, sampai tahun 2016, tercatat ada 2.825
program/satuan PAUD dan PNF telah melakukan proses akreditasi di Jawa
Barat. Dari jumlah tersebut, sejumlah 2.238 adalah satuan PAUD, 409 adalah
satuan LKP, dan 179 adalah satuan PKBM. Jumlah ini masih jauh dari
jumlah total satuan/program PAUD dan PNF yang ada di Jawa Barat, yaitu
sejumlah 77.508 satuan/program.
Lagi-lagi satuan PKBM menjadi yang terkecil jumlah pengajuan
akreditasinya, dibanding satuan PAUD dan LKP. Hal ini mendatangkan
keprihatinan dari berbagai pihak pemangku kepentingan. Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Ditjen PAUD dan
Dikmas Kemendikbud yang memberikan dorongan agar PKBM terakreditasi
6
dengan meluncurkan program Bimbingan Teknis Kelembagaan PKBM untuk
Persiapan Akreditasi beberapa waktu lalu di beberapa lokasi. Targetnya
terdapat 1000 PKBM yang diakreditasi.
Forum PKBM pun tak ketinggalan, pada awal April 2016 telah
disepakati Gerakan Nasional Akreditasi PKBM. Artinya Forum PKBM
sebagai mitra organisasi sangat menyadari kebutuhan anggotanya agar
memiliki kualitas layanan minimal sehingga masyarakat mendapatkan
manfaat. Karena jika PKBM tidak segera terakreditasi, maka ia akan tergerus
oleh kompetisi antar satuan pendidikan nonformal yang sangat dinamis.
Selain adanya Gerakan Nasional Akreditasi PKBM, kebutuhan satuan
PKBM akan akreditasi kini dipicu pula oleh kebutuhan teknis di mana ada
regulasi yang mewajibkan hanya satuan PKBM terakreditasi saja yang bisa
menyelenggarakan UN.Kini akreditasi tidak lagi sekedar kebutuhan tapi
keharusan. PKBM yang tidak terakreditasi akan kesulitan mengembangkan
program-programnya.
Agar satuan PKBM mampu mengembangkan mutu lembaganya melalui
proses akreditasi, satuan PAUD dan PNF dituntut untuk memahami tata cara
menyiapkan dokumen dan aneka kebutuhan akreditasi. PP-PAUD dan
Dikmas Jawa Barat sebagai salah satu UPT Pusat bertanggung jawab secara
langsung untuk bersama-sama memberikan bimbingan dan pembinaan pada
satuan pendidikan di wilayah kerjanya. Salah satunya melalui kegiatan
penjaminan mutusatuan PKBM dengan merujuk pada SNP.
Sehubungan dengan itu, diperlukan sarana belajar yang praktis dan
edukatif untuk meningkatkan kompetensi pengelola satuan PKBM dalam
menyiapkan satuan mengikuti proses akreditasi.
B. Tujuan
Bahan ajar ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. meningkatkan kemampuan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PTK) di satuan PKBM dalam memacu pencapaian standar nasional
pendidikan pada setiap program yang dilaksanakannya,
2. menjadi panduan bagi petugas penjaminan mutu dalam
melaksanakan pembimbingan teknis penyiapan akreditasi pada
satuan PKBM.
.
C. Pengguna
Bahan ajar ini dapat digunakan oleh:
1. narasumber/instruktur/fasilitator diklat,
2. pamong belajar,
3. penilik,
4. asesor,
7
5. pengelola satuan pendidikan,
6. dinas pendidikan, dan lainnya.
8
BAB II
MENGENAL AKREDITASI PKBM
A. Sejarah PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa
pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. PKBM
adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based Institution).
Terminologi PKBM dari masyarakat, berarti bahwa pendirian PKBM merupakan
inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Keinginan itu datang dari suatu kesadaran
akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses
transformasional dan pembelajaran. Inisiatif ini dapat dihasilkan oleh suatu proses
sosialisasi akan pentingnya PKBM sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah
ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut. Oleh masyarakat, berarti
bahwa penyelenggaraan, pengembangan, dan keberlanjutan PKBM sepenuhnya
menjadi tanggung jawab masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya
semangat kebersamaan, kemandirian, dan kegotongroyongan dalam pengelolaan
PKBM serta penyelenggaraan berbagai program pendidikan masyarakat pada
lembaga tersebut. Untuk masyarakat, berarti bahwa keberadaan PKBM
sepenuhnya untuk kemajuan dan keberdayaan kehidupan masyarakat tempat
lembaga tersebut berada. Eksistensi lembaga didasarkan pada pemilihan
program-program yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau pemberdayaan
masyarakat. Hal ini tidak menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar
komunitas tersebut ikut serta dalam berbagai program dan kegiatan yang
diselenggarakan oleh PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subjek dan
objek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.
Sejarah yang tercatat terkait perkembangan PKBM dapat dilihat pada uraian
berikut:
1. Sejak Deklarasi Dunia tentang "Pendidikan Untuk Semua (Education for
All)" di Jomtien, Thailand. Tahun 1990 oleh 155 negara, gagasan
Community Learning Center (CLC) mulai dikembangkan di berbagai
negara. CLC digagas sebagai bentuk keikutsertaan/partisipasi masyarakat
dalam menyediakan pendidikan bagi semua kalangan khususnya masyarakat
yang tidak dapat terjangkau pendidikan formal.
2. Jepang telah mengenal semacam CLC yang disebut Kominkan sejak Tahun
1948, sebagai bagian dari bentuk kebangkitan kembali masyarakatnya.
3. Diprakarsai oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan terlebih
dahulu melalui berbagai upaya dan penelitian untuk mencari model yang
tepat, di Indonesia sosialisasi CLC dimulai Tahun 1997, selanjutnya
Indonesia menyebutnya sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM).
9
4. Awal Tahun 1998, di tengah-tengah situasi krisis negara yang sangat parah,
sebagian kelompok masyarakat di Indonesia menyambut gagasan tersebut
sebagai bentuk keterpanggilan untuk melakukan sesuatu bagi pembangunan
masyarakat yang sedang dalam krisis.
5. Masing-masing mulai menyelenggarakan PKBM di komunitasnya sebagai
suatu inisiatif masyarakat secara murni, dalam hal ini peran pemerintah
hanya bersifat sebagai motivator awal. Pendirian PKBM perintis ini
sebagian besar melalui beberapa lembaga masyarakat yang sudah ada
sebelumnya namun telah melakukan berbagai kegiatan dan program yang
sesuai dengan konsep CLC/PKBM.
6. Dengan keinginan mencapai berbagai tujuan mulianya dengan lebih cepat
dan efektif, dibentuklah wadah pemersatu gerakan PKBM yaitu Forum
Komunikasi PKBM Indonesia pada Tahun 2002.
7. Pada Tahun 2003 setelah melalui perjuangan dari berbagai tokoh perintis,
pelaku dan pembina, PKBM masuk ke dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu diakuinya PKBM sebagai
Satuan Pendidikan Non Formal.
8. Atas amanat dari undang-undang, keterlibatan pemerintah secara intensif
dalam pembinaan PKBM dilaksanakan oleh berbagai instansi/badan baik di
pusat maupun di daerah mulai dari tingkat direktorat jenderal seperti
Direktorat Jenderal PNFI, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat dan
direktorat lainnya, P2-PNFI, BPKB, SKB hingga dinas pendidikan di
provinsi/kabupaten/kota sampai Unit Pelaksana Teknis di kecamatan sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
9. Karena PKBM sebagai Satuan Pendidikan Nonformal, maka Departemen
Pendidikan yang mengemban tugas sebagai pembina utama. Berbagai
bentuk pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah baik berupa bantuan
pendanaan maupun bantuan teknis serta lainnya. Sebagai contoh adalah
blockgrant yang disediakan untuk penyelenggaraan program dan
peningkatan mutu lembaga.
10. Sebagai lembaga milik masyarakat PKBM dapat menjalin
kemitraan/kerjasama atau mendapatkan pembinaan dari semua
lembaga/instansi baik pemerintah maupun swasta sejauh hal tersebut sesuai
peraturan yang berlaku dan bertujuan untuk memajukan masyarakat.
11. Di Indonesia, PKBM cukup berkembang dengan pesat karena kombinasi
dari partisipasi dan inisiatif masyarakat serta dukungan dan sosialisasi oleh
pemerintah. Selain perkembangan PKBM itu sendiri juga berkembang
berbagai bentuk lembaga yang tergabung/menyatu ataupun terpisah dari
PKBM namun secara prinsip menyerupai dan menjiwai PKBM/CLC seperti
yang dikenal dengan nama Balai Belajar Bersama, Rumah Pintar, Rumah
Singgah dan lembaga-lembaga komunitas/masyarakat lainnya.
10
12. Hingga akhir Tahun 2011 diperkirakan terdapat lebih dari 6.500 PKBM di
seluruh Indonesia (berdasar data NILEM PKBM-Ditbindikmas).
Diperkirakan dan diharapkan pula bahwa PKBM masih akan terus
berkembang baik jumlah dan mutunya.
13. Dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan khususnya
pendidikan non formal, sejak Tahun 2010 mulai dilaksanakan akreditasi bagi
lembaga PKBM, dimana akreditasi program-program pendidikan nonformal
telah dilaksanakan terlebih dahulu. Adapun yang melaksanakan akreditasi
adalah Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF).
14. Tahun 2014 akreditasi satuan dan program di PKBM digabung dalam satu
instrumen penilaian, dan BAN-PNF berubah nama menjadi BAN PAUD dan
PNF.
15. Sejak tahun 2016, pelaksanaan akreditasi satuan PKBM dibantu oleh
lembaga di tingkat provinsi bernama BAP PAUD dan PNF.
11
Sosialisasi PKBM kepada berbagai lapisan masyarakat perlu terus
disebarluaskan. Kita sama maklumi bahwa selama puluhan tahun ini, PKBM
memang sudah hadir. Namun PKBM dianggap hanya sekedar sebuah tempat
yang sekedar berkumpulnya mereka yang putus sekolah atau buta huruf. Tapi
tidak pernah disimak apa maksud berdirinya PKBM itu.
Sejatinya, PKBM punya andil besar dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa.PKBM merupakan tempat berkumpul mereka yang karena sesuatu dan
lain hal pendidikannya belum mendapatkan pendidikan formal. Maka setelah ia
dewasa dan sudah tidak layak lagi masuk di sekolah formal apakah sekolah
dasar, SLTP ataupun SLTA karena faktor usia. Maka PKBM merupakan wadah
untuk mereka yang sadar untuk pemberoleh pendidikan kesetaraan seperti: Paket
A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA.
Perlunya kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap PKBM, karena
PKBM merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Bagaimana
warga masyarakat kita yang usianya sudah dewasa namun pendidikannya masih
tertinggal. Misalnya belum lulus sekolah dasar. Apakah mereka harus masuk SD.
Tentu saja tidak. Karena kalau ia masuk SD, mungkin lebih tua murid dari pada
guru.
Semangat mereka inilah yang dari tahun ke tahun selalu dipelihara
danditingkatkan kapasitasnya agar dalam melaksanakan program PNF
tetapmengedepankan standar mutu yang digariskan oleh kemendikbud.
Diantaranya melalui diklat Peningkatan Kompetensi Pengelola PKBM. Ini
penting agaranggapan minor bahwa PKBM sebagai penjual ijasah program
paketan bisadieliminir dengan kerja nyata dan kerja benar yang dibuktikan
dengan mutu lulusan yang semakin benar-benar setara dengan sekolah formal.
Era pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), mau tidak mau
bangsa Indonesia harus menyiapkan tenaga kerja yang bermutu agar dapat
bersaing dengan tenaga kerja asing lainnya. Untuk itulah tugas pendidikan, baik
formal maupun nonformal harus mampu menghasilkan lulusan yang benar-benar
terampil dan professional untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lapangan
kerja.
Segaris dengan keberadaan PKBM sebagai satuan pendidikan nonformal
yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional.
Untuk itulah, ke depan, pengelola PKBM harus sering berkomunikasi
dengan Balai dan Dinas Pendidikan untuk memudahkan koordinasi,
mensukseskan program pendidikan nonformal, disamping untuk memperluas
jejaring kemitraan serta peluang bisnis antar PKBM. Termasuk mendorong
penilik untuk memerankan diri sebagai pembimbing, pendamping, dan
pengendalian mutu sesuai dengan tupoksinya. Jangan hanya datang ke PKBM
12
ketika ada acara seremonial belaka. Itu kelakuan lama yang sudah tidak sejalan
dengan revolusi mental yang didengungkan pemerintahan Jokowi.
Di sisi lain, pengelola harus sadar bahwa PKBM itu sejatinya bukan
hanya sebagai tempat kegiatan pembelajaran saja, tetapi juga sebagai tempat
kegiatan usaha ekonomi produktif dan sebagai tempat kegiatan pengembangan
masyarakat. Artinya, ketika di masyarakat sedang ramai memperbincangkan
masalah terorisme, narkoba, kriminalitas remaja, dan trafficking, misalnya, maka
pengelola PKBM boleh mengundang masyarakat sekitar untuk diajak rembugan
membahas masalah tersebut agar tidak mengimbas pada generasi muda yang ada
di daerah dimana PKBM berada. Dengan demikian upaya peningkatan
kompetensi pengelola PKBM untuk penjaminan mutu program yang
diselenggarakan perlu diagendakan secara terjadwal.
Salah satu upaya yang ditempuh, disamping diklat adalah mendorong
PKBM untuk segera mengajukan permintaan akreditasi kepada BAN-PNF,
sehingga ke depannya penyelenggaraan program PNF di PKBM benar-benar
sesuai dengan delapan standar pendidikan. Jelas dampaknya keberadaan PKBM
tidak akan dipandang sebelah mata oleh mereka yang sinis terhadap gaya PKBM
dalam menjalankan programnya selama ini yang tampaknya asal-asalan.
13
perlu dilakukan oleh penyelenggara PKBM karena tuntutan perubahan
pendidikan masa depan mengarah pada konsep pembelajaran berbasis kebutuhan
masyarakat.
Untuk memberi arah yang jelas pada upaya peningkatan kualitas
penyelenggaraan PKBM serta merespon keinginan masyarakat untuk
membentuk dan mendirikan PKBM telah dikembangkan pedoman pembentukan
PKBM. Pedoman ini diharapkan kini telah menjadi acuan bagi masyarakat yang
ingin membentuk dan mendirikan PKBM serta bagi pemerintah dalam
melakukan pengembangan, pengawasan, dan pembinaan.
Di dalamnya dibahas terkait bagaimana operasional PKBM (pembentukan,
perizinan, sarana dan prasarana, serta sumber pendanaannya). Bab lainnya
membahas lingkup ketenagaan dan kelembagaan PKBM. Pedoman ini menjadi
sangat penting bagi setiap aktivis PKBM sebagai sumber rujukan dalam
pengelolaan PKBM.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (DitBinDikmas), Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan merupakan institusi yang mengemban amanat
pembinaan penyelenggaraan pendidikan masyarakat. DitBinDikmas
berkomitmen memenuhi kebutuhan belajar nyata sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat. Salah satu cara yang ditempuh adalah memberdayakan dan
mengembangkan PKBM sebagai satuan pendidikan nonformal yang memberikan
layanan pendidikan bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas telah
mencanangkan Gerakan Akreditasi PKBM dengan target 1000 PKBM
mengajukan akreditasi. Walau begitu hanya terdapat 896 lembaga PKBM saja
yang mengajukan akreditasi. Artinya, baru 10,07% PKBM saja yang mengajukan
akreditasi. Jika ditambah jumlah program PKBM yang sudah berstatus akreditasi
per 16 Februari 2016 yaitu sejumlah 840 program (data BAN PAUD dan PNF),
maka jumlahnya menjadi 1736 (19,5%). Angka tersebut diasumsikan setiap
PKBM memiliki satu program. Presentase tersebut akan semakin kecil jika
diasumsikan setiap PKBM memiliki lebih dari satu program.
Tidak tercapainya target tersebut salah satunya dipengaruhi oleh adanya
perubahan manajemen pada BAN PAUD dan PNF di mana akreditasi telah
dibantu oleh BAP PAUD dan PNF Provinsi tidak lagi ditangani oleh BAN
PAUD dan PNF. Sementara itu sampai triwulan ketiga tahun 2016 ada beberapa
BAP provinsi yang belum dapat melaksanakan tugas karena kendala administasi.
Bahkan penetapan rekrutmen asesor baru ada yang selesai ditetapkan memasuki
triwulan keempat (BAN PAUD dan PNF).
Dengan adanya kendala tersebut di atas, pencapaian angka 896 program
PKBM yang mengajukan akreditasi sebenarnya sudah merupakan prestasi luar
biasa. Sudah mulai ada kesadaran akan perlunya akreditasi bagi program yang
dikelola oleh PKBM.
14
Nampak jelas, bahwa masih ada kesulitan satuan-satuan PKBM dalam
mengajukan akreditasi, salah satunya karena harus menyiapkan seabreg
dokumen. Padahal, sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menyiapkan proses
akreditasi. Ada istilah “apa yang kamu tulis kamu kerjakan dan yang kamu
kerjakan kamu tulis”. Tetapi, karena tidak terbiasa mendokumentasikan kegiatan
dan adminitrasi dengan baik, menyiapkan bukti fisik dokumen menjadi pekerjaan
sulit. Jikalau PKBM mau menerapkan kalimat di atas maka tidak akan
mengalami kesulitan dalam penyiapan bukti-bukti fisik pendukung penilaian
akreditasi.
Keuntungan mengajukan akreditasi bagi satuan PKBM sangat banyak, kalau
dahulu untuk mengajukan akreditasi satuan salah satunya programnya harus
terakreditasi atau bersama-sama mengajukan. Akan tetapi, hal itu sekarang tidak
berlaku lagi. Karena satu instrumen akreditasi sudah mencakup akreditasi satuan
dan program.
PKBM yang merupakan satuan pendidikan nonformal yang didirikan dari,
oleh dan untuk masyarakat. Keberadaanya ada yang hanya untuk memenuhi
kewajiban. Di antaranya karena (keterpaksaan) yaitu hanya memenuhi
persyaratan bahwa di setiap kelurahan/desa harus ada satu PKBM. Bagi PKBM
yang dapat memanfaatkan peluang, menurut Standar Pelayanan Minimal PKBM
(2012) ada 9 karakter yang harus dimiliki dan akan bertahan serta berkembang
sesuai kebutuhan di masyarakat. Kesembilan karekter tersebut: (1) Kepedulian
terhadap masyarakat marginal yang serba kekurangan; (2) Kemandirian
penyelenggaraan; (3) Kebersamaan dalam kemajuan; (4) Kebermaknaan setiap
program dan kegiatan; (5) Kemitraan dengan semua pihak yang ingin
berpartisipasi dan berkontribusi; (6) Fleksibilitas penyelenggaraan program; (7)
Profesionalisme pengelolaan lembaga; (8) Transparansi dan akuntabilitas
pertanggungjawaban dan lembaga; (9)Pembaharuan secara terus menerus
(continuous improvement).
Berdasarkan hal tersebut bagi PKBM yang tidak dapat memenuhi karakter
tersebut akan tenggelam dan ditinggalkan oleh masyarakat karena sudah tidak
dapat melayani kebutuhan yang diinginkan. Berbeda dengan PKBM yang
didirikan atas inisiatip sendiri karena didirikan untuk melayani masyarakat yang
membutuhkan akan berusaha untuk mencari inovatif agar tidak ditinggalkan oleh
masyarakat. Minat dan kebutuhan warga masyarakat yang dapat diakomodir oleh
PKBM mempunyai skor yang tinggi dalam pengajuan akreditasi.
15
2. Memiliki Izin Penyelenggaraan/Izin Operasional Pendidikan Nonformal
(PAUD-LKP-PKBM) dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPT
Perijinan, atau Lembaga Pemerintah lainnya yang berwenang
3. Akte Pendirian dari Notaris atau SK Pimpinan Instansi/Lembaga/Institusi
yang berwenang di atasnya
4. Program yang diajukan akreditasinya telah beroperasi minimal 2 tahun
5. Diprioritaskan bagi Lembaga yang memiliki NPSN (Nomor Pokok
Satuan Pendidikan Nasional)
6. Menggunakan prasarana yang didukung dengan dokumen yang sah
(Sertifikat Kepemilikan Tanah dan Bangunan, Surat Perjanjian Sewa,
Surat Perjanjian Pemanfaatan Prasarana)
Satuan dan program yang ada di PKBM wajib memenuhi persyaratan khusus
dari setiap standar dalam SNP yang diatur berdasarkan pengaruhnya terhadap
mutu secara langsung (harus atau major), berpotensi berpengaruh terhadap mutu
(seharusnya atau minor), dan berpengaruh terhadap efektifitas, efisiensi,
produktifitas kinerja satuan PKBM (sebaiknya atau observed) yang ditunjukkan
dengan melengkapi Persyaratan Dokumen Akreditasi PKBM.
Apa syarat umum dan syarat khusus permohonan akreditasi PKBM? Berikut
ini dijelaskan syarat-syarat umum untuk melakukan permohonan akreditasi
PAUD disusul dengan syarat-syarat khusus.
Setiap PAUD harus melakukan evaluasi diri untuk mengukur kemampuan
dalam memenuhi ke-delapan SNP dengan menjawab/mengisi setiap butir
pertanyaan/pernyataan secara lengkap, akurat, dan konsisten.
Persyaratan umum akreditasi PAUD ini mensyaratkan agar asesi (lembaga
yang akan diakreditasi) memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Rekaman dan dokumen harus akurat.
2. Rekaman dan dokumen harus mutakhir.
3. Rekaman dan dokumen harus dapat dibuktikan keabsahannya.
4. Prosedur penilaian kelayakan harus diikuti dengan baik.
16
• Mempunyai Pendidik yang memenuhi persyaratan sesuai program yang
diajukan (Memiliki Guru Mata Pelajaran Berkualifikasi S1 untuk Paket
A,B,C)
• Minimal memiliki 2 jenis program utama: Pendidikan Kesetaraan (Paket
A, B, C), Keaksaraan (Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri),
Kepemilikan 2 jenis program utama dibuktikan dengan Ijin Operasional
• Catatan: Jika PKBM hanya mengajukan 1 (satu) program, maka
Program yang tidak diajukan akreditasinya minimal telah beroperasi 1
tahun dengan didukung dokumen pada Standar Isi, Proses dan Pendidik
(SIPRODIK)
D. Perangkat Akreditasi
Kisi-Kisi Instrumen Akreditasi
Instrumen Akreditasi
FR-AK-02 – Formulir Pemeriksaan Berkas Awal
FR-AK-04 – Formulir Penilaian Akreditasi
FR-AK-04a – Formulir Rangkuman Temuan Hasil Visitasi
Rubrik Penilaian Akreditasi
E. PermohonanAkreditasi
a. Permohonan akreditasi baru: diproses sepanjang tahun.
b. Permohonan akreditasi ulang untuk meningkatkan status akreditasi:
- Program dan satuan yang terakreditasi (namun statusnya belum berupa
peringkat akreditasi) dapat mengajukan kembali setelah 2 tahun
Terakreditasi.
- Program dan satuan yang terakreditasi C dapat mengajukan kembali
setelah 2 tahun terakreditasi.
- Program dan satuan yang terakreditasi B dapat mengajukan kembali
setelah 3 tahun Terakreditasi.
- Program dan satuan yang tidak terakreditasi dapat mengajukan kembali
setelah 1 tahun Tidak Terakreditasi
- Permohonan akreditasi program dan satuan terakreditasi A dan yang
sudah berakhir dapat mengajukan kembali setelah 5 tahun terakreditasi,
selambat-lambatnya 6 bulan sebelum masa akreditasinya berakhir.
17
F. Langkah- Langkah Areditasi
18
BAB III
INSTRUMEN AKREDITASI PKBM
A. Kisi-kisi Instrumen Akreditasi
Kisi-kisi merupakan acuan dalam pengembangan instrumen akreditasi.
Substansinya memuat 8 (delapan) standar nasional pendidikan, variabel pada
masing-masing standar, indikator pada masing-masing variabel, dan status
atau bobot padasetiap butir penilaian.
19
20
B. Instrumen Akreditasi
Instrumen akreditasi digunakan untuk memperoleh data berkaitan
dengan 8 (delapan) SNP yang menggambarkan kondisi PKBM secara
obyektif. Instrumen harus diisi oleh pengelola satuan PKBM atau pihak yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan PKBM. Jawaban terhadap
pertanyaan/pernyataan harus sesuai dengan kondisi PKBM dan prosedur
akreditasi yang telah ditetapkan oleh BAN- PAUD dan PNF.
21
Cover instrumen akreditasi PKBM
22
C. Jumlah dan Status Butir Penilaian
1. Jumlah Butir
major 26
Jumlah butir 72
(tujuh puluh Status butir minor 31
tujuh)
observed 15
2. Status butir
23
D. PeringkatAkreditasi
Sejak tahun 2015 BAN PAUD dan PNF menggunakan peringkat
akreditasi A, B, C dan tidak terakreditasi, sedangkan ekuivalensi nilai akhir
hasil penilaian akreditasi PKBM adalah sebagaimana berikut:
Nilai akhir Ekuivalen Peringkat
731 – 876 86 – 100 A
585 – 730 71 – 85 B
438 – 584 56 – 70 C
< 438 < nilai 56 Tidak terakreditasi
24
25
BAB III
PEMENUHAN DOKUMEN AKREDITASI
A. Dokumen Bagian Depan
1. Cover
a. Cover berwarna merah, cover berisi logo, nama PKBM, alamat
PKBM, no telp, nama program yang diajukan
26
b. Surat Permohonan
27
c. Pernyataan Lembaga
28
d. Identitas Lembaga
29
e. Identitas Pengisi Instrumen
30
f. Legalitas Lembaga
Legalitas lembagaterdiri dari :
1) Izin Operasional lembaga yang masih berlaku, kalau 31ias masa
berlaku masih satu tahun ke depan, misalnya peaksanaan akreditasi
Tahun 2017 masa waktu berlaku sampai Tahun 2018
31
32
2) Akta Pendirian Lembaga dari Notaris dan atau Menhumkam
33
34
3) NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional)
g. Instrument Akreditasi
Instrumen Akreditasi yang sudah diisi lembaga meliputi 8 standar
dilampirkan.
35
36
……….dan seterusnya sampai dengan 8 standar
37
Walaupun SKL Paket A, Paket B, dan Paket C sudah ditetapkan oleh
pemerintah, namun dalam rubrik akreditasi PKBM disebutkan bahwa
rumusan SKL dibuat sendiri. Untuk tidak membingungkan maka
pemahamannya adalah bahwa SKL yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah mencakup semua jenjang (Paket A, Paket B dan Paket C).
PKBM diminta untuk memilah dan memilih serta menuangkan kembali
SKL tersebut sesuai dengan program yang diajukan untuk diakreditasi.
Pada Permendiknas nomor 23 tahun 2006 terdapat rumusan standar
kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-SP) dan standar kompetensi
kelompok mata pelajaran (SK-KMP). Nah dokumen yang “dibuat
sendiri” oleh PKBM adalah hasil pemilahan dan mengetik ulang sesuai
dengan jenis programnya. Misalnya program yang diajukan akreditasi
adalah Paket C, maka rumusan SKL-SP yang dikutip adalah SKL-SP
SMA/MA/SMALB/Paket C. Sudah barang tentu dalam dokumen SKL
yang dibuat oleh PKBM menghilangkan kata SMA/MA/SMALB.
Kemudian rumusan SKL-KMP dipilih saja pada kelompok mata
pelajaran untuk Paket C.
Jika sudah melaksanakan kurikulum 2013, maka SKL yang diacu adalah
Permendikbud nomor 20 Tahun 2016 dengan menuliskan SKL Paket C
pada dimensi sikap, dimensi pengetahuan, dimensi keterampilan. Pada
setiap dimensi diuraikan rumusan standar kompetensi lulusan sesuai
kolom program. Untuk Paket C, setiap sub judul dimensi di bawahnya
dituliskan rumusan SKL yang dikutip dari kolom paling kanan lampiran
Permendikbud nomor 20 Tahun 2016.
Hal yang penting adalah rumusan SKL yang dipilih dari Permendiknas
Nomor 23 Tahun 2006 atau Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 harus
ditetapkan melalui surat keputusan Kepala PKBM. Untuk menghindari
sekor rendah jangan membuat surat penetapan (SK) namun hanya
dilampiri Permendiknas/Permendikbud saja tidak memilah dan
mengelompokan sesuai dengan program yang diajukan akreditasi.
Terakhir, pemenuhan dokumen akreditasi tidak akan berarti jika rumusan
SKL tidak dipahami oleh setiap tutor dan pengelola Paket A, Paket B
atau Paket C. Karena melalui pemahaman SKL akan memberikan
inspirasi dan arah penyelenggaraan dan proses kegiatan belajar mengajar.
38
sedangkan untuk program life skill dll standar kelulusannya ditetapkan
oleh ketua PKBM, sesuai keluaran yang ingin dihasilkan. Ketentuan SKL
yang dimiliki adalah untuk program utama (Paket A, Paket B, Paket C,
KD, atau KUM) yang diajukan.
- SKL dibuat sendiri dalam arti bukan hanya berupa hasil fotocopy dari
SKL yang dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi merupakan hasil
adopsi atau adaptasi satuan/lembaga dengan tetap mengacu pada
regulasi yang berlaku.
- SKL harus sesuai dengan visi misi lembaga.
- SKL harus ditetapkan oleh lembaga, dalam bentuk Surat Keputusan
Penetapan.
- Untuk SKL program pendidikan kesetaraan, referensi yang terkait di
antaranya: Permendikbud No.23/2006 tentang SKL, Permendikbud
No. 54 Tahun 2013 tentang SKL Dikdasmen, atau Permendikbud No.
20 tahun 2016 tentang SKL Dikdasmen.
39
Contoh Standar Kompensi Lulusan Pendidikan Kesetaraan Program
Paket C
40
Masih banyak ditemui asesi atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) mengajukan akreditasi gagal paham terhadap pemenuhan butir
1.1.2, yaitu pemenuhan dokumen rumusan capaian pembelajaran program
“life skills”. Ada yang mencantumkan perhitungan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) berdasarkan tingkat kesulitan indikator, intake dan daya
dukung setiap mata pelajaran. Padahal jelas-jelas yang diminta adalah
capaian pembelajaran program life skills bukan capaian dalam arti kriteria
ketuntasan minimal.
Sangat tidak logis ketika dalam konteks standar kompetensi lulusan
sudah membahas indikator untuk menghitung KKM. Padahal indikator
baru diwujudkan setelah diketahui standar kompetensi dan kompetensi
yang ada pada dokumen standar isi. Uraian KKM masuk dalam konteks
penilaian sehingga seharusnya masuk dalam standar penilaian.
Rekapitulasi KKM setiap mata pelajaran per semester dimasukkan dalam
dokumen I Kurikulum Satuan Pendidikan.
Lalu bagaimana pemenuhan dokumen rumusan capaian pembelajaran
program “life skills” (butir 1.1.2)?
Setiap tahun PKBM sebagian besar pasti menyelenggarakan program
“life skills” atau ketrampilan vokasional. Nah dalam melaksanakan
program tersebut sudah barang tentu memiliki dokumen perencanaan
pembelajaran. Sebelum dokumen perencanaan pembelajaran “life skills”
dibuat setiap penyelenggara seharusnya mencermati atau mengkaji
capaian pembelajaran program tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan capaian pembelajaran program “life
skills” adalah standar kompetensi lulusan program “life skills”itu. Ingat,
butir ini masih masuk dalam standar kompetensi lulusan yang sifatnya
minor. Bersifat minor karena berbunyi seharusnya, dan karena berasal
dari program pendukung. Artinya walaupun progam pendukung
seharusnya PKBM juga memiliki dokumen standar kompetensi lulusan.
Dokumen standar kompetensi lulusan untuk program life skills bisa
terdiri dari dua sumber yaitu (1) berupa Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang standar kompetensi lulusan kursus jika program
“life skills” yang diselenggarakan terstruktur atau ber-SKL; (2) disusun
sendiri oleh lembaga jika program “life skills” tersebut tidak ber-SKL.
Misalnya membuat telor asin, keterampilan membuat pupuk organik,
keterampilan anyaman bambu, keterampilan sablon, keterampilan ukir
kayu dan lain sebagainya yang sejenis.
Walaupun bentuk program adalah life skills, namun dalam merumuskan
SKL dapat diambil dari SKL kurus dan pelatihan. Sudah barang tentu
harus dilakukan penyusuaian oleh PKBM, artinya dokumen SKL tersebut
dijadikan acuan untuk merumuskan capaian pembelajaran program life
skills. Berbeda dengan rumusan SKL pendidikan kesetaraan, rumusan
41
SKL kursus dan pelatihan sudah berupa rumusan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
SKL Kursus dan Pelatihan diatur dalam Permendiknas Nomor
47 Tahun 2010 dan Permendikbud Nomor 31 Tahun 2012 tentang
SKL Kursus dan Pelatihan. Untuk mengunduh SKL tersebut silahkan
klik tautannya.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), maka SKL kursus
yang telah disusun tersebut perlu dikaji keselarasannya dengan kualifikasi
pada KKNI. Revisi SKL ini juga sekaligus dimaksudkan untuk
mengakomodasi perubahan kebutuhan kompetensi kerja dari pengguna
lulusan di dunia kerja dan dunia industri. Oleh karena itu
diterbitkan Permendikbud nomor 5 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Kursus dan Pelatihan, yang berbasis KKNI.
Jika program life skills yang diselenggarakan tidak memiliki SKL yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah, maka kewajiban PKBM untuk
merumuskan sendiri.
Dokumen rumusan capaian pembelajaran tidak sekedar menyalin atau
memfotokopi Peraturan Menteri, namun harus disesuaikan dengan
kebutuhan belajar dan kurikulum yang dikembangkan. Serta yang paling
penting adalah adanya penetapan SKL atau rumusan capaian
pembelajaran life skills berupa Keputusan Ketua PKBM. Dokumen
inilah yang akan diperiksa oleh asesor akreditasi.
Banyaknya atau jumlah dokumen penetapan SKL atau rumusan capaian
pembelajaran life skills (termasuk lampiran SKL-nya) akan menentukan
sekor pada butir 1.1.2. Sudah barang tentu dokumen tersebut adalah
berasal dari program yang sedang dilaksanakan pada tahun berjalan atau
pernah diselenggarakan dalam dua tahun terakhir. Bukan dokumen yang
dibuat tapi programnya tidak pernah dilaksanakan.
42
Program Kecakapan Hidup
C. Standar Isi
1. Butir 3 (major): Satuan PKBM menyelenggarakan 2 atau lebihjenis
program utama dan minimal 1 jenis program “life skill”/pendukung
pada tahun berjalan.
Butir pada standar isi diawali dengan pertanyaan layanan program yang
dimiliki PKBM. Jenis program dibagi menjadi program layanan utama
dan program layanan pendukung. Butir ini termasuk kategori major.
43
yang belum termasuk. Contoh program kursus yang tidak terstruktur
antara kursus membuat telor asin, membuat kerupuk udang dan lain-lain.
44
2. Butir 4 (minor): Satuan PKBM memiliki 1 Desa/Kelurahan binaan
(di luar lokasi PKBM) dengan1-3program/kegiatan.
45
Ketentuan itulah yang kemudian diturunkan menjadi salah satu butir
penilaian akreditasi komponen standar isi. Setiap PKBM diwajibkan
memiliki satu desa binaan di luar lokasi PKBM. Pengertian di luar lokasi
PKBM tidak harus di luar wilayah desa dimana PKBM berada, namun
bisa diartikan di luar wilayah dusun dalam satu desa di mana PKBM
tersebut berada. Namun demikian PKBM diperbolehkan memiliki desa
binaan di luar wilayah desanya.
Bentuk kegiatan bisa berupa program layanan utama di luar lokasi PKBM
atau program layanan pendukung misalnya pembinaan kepemimpinan
pemuda, pemberantasan narkoba, meningkatkan disiplin tata tertib lalu
lintas di kalangan kaum muda, pendidikan seks pra nikah, pemberdayaan
petani, pemberdayaan nelayan dan lain sebagainya.
Dalam penilaian akreditasi, butir ini masuk dalam jenis program layanan
dengan kategori minor
46
menjadi program reguler yang dijalankan. Bukti fisik yang diperlukan
untuk butir penilaian ini adalah:
a) MOU/surat keterangan kerjasama. Ketentuan untuk MOU harus
ditandatangani oleh kedua belah pihak (PKBM dan desa binaan),
sedangkan surat keterangan boleh ditandatangani oleh pihak kedua.
b) Dokumen pendukung kegiatan yang perlu dilampirkan, di antaranya:
laporan, foto kegiatan, dan daftar peserta program.
c) Kerjasama ini bukan karena adanya dana bansos, tetapi benar-benar
merupakan program bersama.
47
3. Butir 5 (major): Program PKBM memiliki struktur kurikulum yang
disusun sendiri.
PKBM diwajibkan memiliki struktur kurikulum untuk setiap jenis
program utama yang diajukan akreditasi. Butir 2.2.1 ini termasuk
berstatus major, artinya adalah kriteria yang harus dipenuhi karena
sangat signifikan mempengaruhi pencapaian 8 (delapan) standar nasional
pendidikan. Bagaimana cara memenuhi ketentuan butir ini? Berikut
penjelasannya.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
konteks kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) struktur kurikulum
dicantumkan dalam naskah KTSP. Dokumen KTSP terdiri dari dokumen
1 dan dokumen 2. Dokumen 1 KTSP pendidikan kesetaraan berisi
tentang acuan pengembangan KTSP yang memuat latar belakang, tujuan
dan prinsip pengembangan, tujuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum, kalender pendidikan. Dokumen 2 KTSP pendidikan
kesetaraan terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas struktur kurikulum termasuk dalam dokumen
1 KTSP.
Sebelumnya perlu dipahami bahwa Paket A, Paket B dan Paket C masih
menggunakan kurikulum berdasarkan standar isi sebagaimana diatur
dalam Permendiknas Nomor 14 Tahun 2007. Atau dalam bahasa
awamnya masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Pendidikan
kesetaraan sampai tulisan ini diturunkan belum menerapkan kurikulum
2013. Mengapa pendidikan kesetaraan saat ini belum menggunakan
kurikulum 2013, karena kerangka dasar dan struktur kurikulum belum
ditetapkan alias masih menggunakan kurikulum lama.
Struktur kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata
pelajaran, beban belajar dan kompetensi dasar. Sedangkan berdasarkan
instrumen akreditasi bukti fisik yang dinilai adalah (a) daftar mata
pelajaran; (b) bobot/jumlah jam belajar per mata pelajaran; (c) alokasi
waktu pembelajaran; (d) lama studi.
Namun demikian penyajian bukti fisik akreditasi tidak harus terpisah-
pisah, karena pada hakekatnya keempat indikator di atas termuat dalam
dokumen satu KTSP. Oleh karenanya asesor akan memeriksa indikator-
indikator struktur kurikulum dalam dokumen satu KSTP. Sudah barang
tentu setiap indikator di atas diberi tanda (post id) agar memudahkan
asesor menemukan keempat indikator dimaksud.
48
Untuk menyajikan indikator (a) dan (b) dapat disajikan tabel pemetaan
mata pelajaran berdasarkan bobot satuan kredit kompetensi yang
kemudian dikonversi ke dalam jam pelajaran.
Seperti kita ketahui bahwa menu struktur kurikulum pendidikan
kesetaraan sebagaimana tertuang dalam Permendiknas Nomor 14 Tahun
2007 masih berupa bobot kompetensi pada setiap tingkatan, belum
didistribusikan ke dalam semester dan belum dikonversi ke dalam jam
pelajaran atau beban belajar. Sehingga untuk membuktikan indikator (b)
perlu dilakukan konversi bobot satuan kredit kompetensi ke dalam jam
pelajaran terlebih dahulu.
Konversi bobot satuan kredit kompetensi ke dalam jam pelajaran
dilakukan melalui tahapan pemetaan satuan kredit kompetensi
sebagaimana dapat diperiksa pada tabel berikut ini. Contoh pada tabel
berikut ini adalah pemetaan satuan kredit kompetensi Paket C IPA/IPS
pada tingkatan 5 setara kelas X semester I.
Semester I
Bobot
No. Matapelajaran Tatap Muka Tutorial Mandiri Jumlah
SKK
SKK JPL SKK JPL SKK JPL SKK JPL
Pendidikan
1 2 0 0 1 3 1 3
Agama
Pendidikan
2 2 1 1 0 0 1 1
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 1 1 1 2 0 2 3
4 Bahasa Inggris 4 1 1 1 2 0 2 3
5 Matematika 4 1 1 1 2 0 2 3
6 Fisika 2 0 0 1 3 1 3
7 Kimia 2 0 0 1 3 1 3
8 Biologi 2 0 0 1 3 1 3
9 Sejarah 1 0 0,5 1 0 0,5 1
10 Geografi 1 0 0,5 1 0 0,5 1
11 Ekonomi 2 0 1 2 0 1 2
12 Sosiologi 2 0 1 2 0 1 2
13 Seni Budaya 2 0 0 1 3 1 3
Pendidikan
14 2 0 0 1 3 1 3
Jasmani, Olahraga
49
dan Kesehatan
Keterampilan
15 4 0 0 2 6 2 6
Fungsional*)
16 Muatan Lokal**) 2 0 0 1 3 1 3
Pengembangan
17 Kepribadian 2 0 0 1 3 1 3
Profesional
40 4 6 10 20 46
Persentase (%) 20,00 30,00 50,00
20%- 30%- <=
Kriteria
70% 80% 50%
Berdasarkan standar isi pendidikan kesetaraan, satu bobot satuan kredit
kompetensi (1 SKK) pembelajaran tatap muka dikonversi menjadi satu
jam pelajaran (1 SKK tatap muka= 1 jpl); sedangkan satu bobot satuan
kredit kompetensi (1 SKK) pembelajaran tutorial dikonversi menjadi dua
jam pelajaran (1 SKK tatap muka= 2 jpl); dan satu bobot satuan kredit
kompetensi (1 SKK) pembelajaran mandiri dikonversi menjadi tiga jam
pelajaran (1 SKK mandiri= 3 jpl).
Ketentuan pemetaan SKK adalah pembelajaran tatap muka pada rentang
20%-70%, pembelajaran tutorial antara 30%-80% dan pembelajaran
mandiri maksimal 50%. Artinya jumlah bobot SKK yang dipetakan pada
setiap bentuk pembelajaran memenuhi ketentuan prosentase bobot SKK
pada semester tersebut. Misalnya pada semester I di atas jumlah bobot
SKK adalah 20 SKK, maka prosentase pembelajaran tatap, tutorial dan
mandiri adalah dari keseluruhan bobot 20 SKK tersebut. Berdasarkan
perhitungan pemetaan SKK tabel di atas, pembagian ketiga pembelajaran
dipandang memenuhi kriteria.
Sesuai standar proses pendidikan kesetaraan bahwa pembelajaran mandiri
tidak dilakukan di kelas, dengan demikian pembelajaran yang terjadwal
adalah pembelajaran tatap muka dan pembelajaran tutorial. Dengan
demikian jumlah jam pelajaran yang terjadwal sebagaimana dalam tabel
di atas adalah sejumlah empat jam pembelajaran tatap muka dan 12 jam
pelajaran pembelajaran tutorial atau total sejumlah 16 jam pelajaran.
Dari hasil pemetaan SKK di atas barulah bisa disusun jadwal
pembelajaran. Sejumlah total 16 jam pelajaran (tatap muka dan tutorial)
dapat dimasukkan ke dalam roster (jadwal pembelajaran). Berdasarkan
pemetaan inilah dapat dihasilkan jadwal pembelajaran yang hanya tiga
kali seminggu, atau empat kali seminggu.
50
Inilah pembuktian bahwa pembelajaran pendidikan kesetaraan tidak
harus dilakukan setiap hari. Hasil pemetaan bisa berbeda antara satu
satuan pendidikan nonformal dengan satuan pendidikan nonformal
lainnya, hal mana membuktikan pula wujud fleksibiltas pendidikan
kesetaraan dari segi pelaksanaannya. Artinya jumlah jam pelajaran per
mata pelajaran bisa berbeda sesuai hasil pemetaan SKK, dan jadwalnya
pun bisa berbeda-beda.
Untuk membuktikan alokasi waktu pembelajaran (indikator ketiga), maka
hasil pemetaan di atas dituangkan dalam bentuk jadwal pembelajaran
mingguan. Satu jam pelajaran Paket C sama dengan 45 menit. Sedangkan
untuk Paket B sama dengan 40 menit dan Paket A sama dengan 35 menit.
Pemetaan SKK dan jadwal pembelajaran disajikan untuk setiap
rombongan belajar yang sedang berjalan pada tahun pelajaran ketika
dilakukan visitasi akreditasi. Jangan hanya menyajikan salah satu contoh
pemetaan SKK dan jadwal pembelajaran pada semester tertentu.
Selanjutnya pada indikator keempat pada butir akreditasi ini adalah dapat
menjelaskan lama studi. Uraian lama studi dituangkan dalam dokumen
satu KTSP. Ketentuan lama studi ini dimasukkan dalam Bab III Struktur
dan Muatan Kurikulum pada huruf B.9. (lihat contoh KTSP). Adapun
contoh uraian yang menunjukkan lama studi adalah sebagai berikut:
Lama studi Paket C (IPA/IPS) sesuai dengan struktur kurikulum dan
standar proses adalah sebagai berikut:
1. Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 5/Mahir 1 (Setara Kelas X)
mempunyai beban 40 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan minimal 20 SKK per Artinya tingkatan Tingkatan
5/Mahir 1 (Setara Kelas X) ditempuh dalam dua semester atau satu
tahun.
2. Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI – XII)
mempunyai beban 82 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan minimal 21 SKK per Artinya tingkatan Tingkatan
6/Mahir 2 (Setara Kelas XI-XII) ditempuh dalam empat semester atau
dua tahun.
3. Keseluruhan program Paket C (IPA/IPS) ditempuh selama enam
semester atau tiga tahun.
Untuk program kesetaraan, kurikulum mengacu pada ketentuan
kurikulum program kesetaraan Paket A, B atau C, (bukan kurikulum SD,
SMP atau SMA). Untuk program life skill dll, kurikulum sekurang-
51
kurangnya berwujud daftar mata pelatihan yang diberikan pada program
yang bersangkutan.
Kurikulum tersebut sekurang-kurangnya mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Daftar mata pelajaran
2. Bobot/jumlah jam belajar per mata pelajaran
3. Alokasi waktu pembelajaran
4. Lama studi
Kurikulum secara lengkap meliputi: nama program, jenjang/level, unit
kompetensi, elemen kompetensi, bahan kajian, materi pelajaran/mata
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan
C. Tujuan
D. Visi, Misi, dan Tujuan PKBM
B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
2. Muatan Lokal
3. Kegiatan Pengembangan Diri
4. Beban Belajar
5. Ketuntasan Belajar
6. Penilaian, Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusan
7. Pendidikan Kecakapan Hidup
8. Keunggulan Lokal dan Global
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Kalender Pendidikan
2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
3. Silabus
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5. Program Pengembangan Diri
6. SK Tim Penyusun
52
pelajaran/modul, bobot/jam pembelajaran, total bobot/total jam pelajaran.
53
5. Berita Acara, Notulen dan Daftar Hadir
54
1. Program pendidikan kesetaraanminimal 6 mata pelajaran(utk Paket
B) atau 7 mata pelajaran (untuk Paket C) yang di UNPK-kan @ 16
kali pertemuan/semester;
2. Program keaksaraan memiliki 114 jam pelajaran atau setara 57 kali
pertemuan/paket;
Catatan:
Prosentase dihitung dari Jumlah Mata Pelajaran x Jumlah pertemuan
yang dilaksanakan dibagi dengan yang seharusnya; jumlah pertemuan
ditanyakan pada peserta didik.
Bukti fisik yang dibutuhkan adalah jadwal pertemuan tatap muka per
semester.
Contoh Jadwal Pembelajaran Program Paket C
55
Bukti fisik yang dibutuhkan untuk butir ini berarti:
- Jadwal pembelajaran
- Silabus per mata pelajaran
- Foto kegiatan pembelajaran
56
Kalender dimaksud berisi jadwal kegiatan mulai dari pembukaan
program (biasa disebut orientasi), tanggal ujian, tanggal uji kompetensi,
tanggal libur belajar, tanggal sertifikasi, tanggal upacara kelulusan, dan
sejenisnya. Kalender pendidikan bukan jadwal pembelajaran.
Kalender tersebut disosialisasikan kemasyarakat melalui 1-4 dari media
berikut:
a. Surat pemberitahuan kepada warga masyarakat
b. Brosur
c. Pemberitahuan di dinding pengumuman
d. Website
e. Pertemuan orang tua peserta didik
Catatan:
1. Kalender disusun sendiri oleh PKBM (bukan foto copy dari pihak lain)
2. Jika bukan disusun sendiri, skor akan dikurangi.
3. Kalender berisi jadwal kegiatan belajar per tahun yang berlaku untuk
semua program yang terdiri atas hari masuk, hari efektif pembelajaran,
hari ujian, dan hari libur.
4. Jika tidak lengkap unsur-unsur yang ada di dalamnya maka skor juga
dikurangi.
57
D. Standar Proses
Penilaian pada butir ini adalah pada keberadaan silabus untuk mata
pelajaran yang di-UN-kan pada program kesetaraan atau mata pelajaran
keaksaraan. Bukti fisik yang perlu dilampirkan adalah SILABUS untuk
semua mata pelajaran.
58
Unsur-unsur di dalam silabus secara lengkap meliputi: nama program,
jenjang/level, unit kompetensi, elemen kompetensi, indikator pencapaian,
metode pembelajaran, alokasi waktu, bahan kajian/materi ajar, bobot/jam
pembelajaran, total bobot/jampel, sumber pembelajaran)
59
Penilaian pada butir ini adalah pada keberadaan RPP sesuai mata
pelajaran yang diajarkan dari program yang diajukan. Untuk pengajuan
berkas ke BAP, RPP yang dilampirkan cukup yang mewakili masing-
masing mata pelajaran, nanti saat visitasi dapat diperlihatkan RPP untuk
semua mata pelajaran yang diajarkan.
Penilaian pada butir ini masih mengacu pada RPP, tetapi yang menjadi
titik tekan adalah pada proses penyusunan RPP tersebut, apakah
dibuatkan oleh orang lain atau oleh masing-masing pendidik.
Contoh RPP Program Paket C yang ditandatangani pendidik
60
Contoh RPP yang benar:
RPP seharusnya ditandatangani pendidik dan mendapat persetujuan
lembaga, dibuktikan dengan adanya tanda tangan ketua PKBM dan
stempel lembaga.
Penilaian butir ini adalah pada tiga bentuk pola pengelolaan kelas (tatap
muka, tutorial, mandiri) yang diterapkan oleh PKBM. Bukti fisik yang
dibutuhkan adalah:
- RPP tatap muka
- RPP tutorial
- RPP belajar mandiri, atau
- RPP yang di dalamnya mencakup tiga pengelolaan kelas tersebut.
61
Untuk pengajuan berkas ke BAP, RPP yang dilampirkan cukup mewakili
masing-masing mata pelajaran sesuai bentuk-bentuk pengelolaan kelas
yang dilakukan, nanti saat visitasi dapat diperlihatkan RPP untuk semua
mata pelajaran yang diajarkan dan semua bentuk pengelolaan kelas yang
dilakukan.
Contoh RPP yang berisi langkah pembelajaran dengan strategi tatap muka,
tutorial dan mandiri
62
Bukti fisik untuk butir ini adalah:
- RPP yang menunjukkan adanya penerapan metode: ceramah, tanya
jawab, diskusi, tugas individu, tugas kelompok, latihan soal, praktik,
dan lainnya.
Contoh RPP dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas
individu, tugas kelompok, latihan soal, praktik, dan lainnya.
63
- Foto-foto kegiatan yang menunjukkan adanya kegiatan di dalam atau
d
i
l
u
a
r
k
e
l
a
s
y
a
n
g
m
e
ncakup: ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas individu, tugas
kelompok, latihan soal, praktik, dan lainnya.
- Hasil kerja siswa yang menunjukkan ia telah mengerjakan: tugas
individu, tugas kelompok, latihan soal, praktik, dan lainnya.
Penilaian pada butir ini adalah pada prosentase kehadiran peserta didik
dalam dua tahun terakhir untuk kesetaraan dan satu tahun terakhir untuk
keaksaraan. Prosentase dihitung dari jumlah pertemuan dibandingkan
dengan jumlah pertemuan pada peraturan yang berlaku. Jumlah
pertemuan tatap muka untuk kesetaraan minimal adalah 16 pertemuan
dan keaksaraan dasar 114 jp, sedangkan KUM 66 jp.
64
Contoh Daftar Hadir Peserta Didik Program Paket C
65
7. Butir 17 (minor): Program PKBM memiliki tingkat kehadiran
pendidik yang baik dalam 2 tahun terakhir
66
Contoh rekap daftar hadir guru
Penilaian dalam butir ini adalah pada jumlah pendidik yang berkualifikasi
S1, makin banyak jumlah pendidik yang berkualifikasi S1 maka semakin
besar nilai yang diperoleh. Perlu diingat bahwa jumlah pendidik
berkualifikasi S1 dalam penilaian butir ini minimal 26% dari jumlah
pendidik yang terdaftar. Jika jumlah pendidik yang berkualifikasi S1
kurang dari 26% maka pada butir ini akan mendapat nilai 1, yang berarti
tidak akan terakreditasi, karena minimal memiliki nilai 2 untuk butir ini.
Contoh: Jika PKBM menyelenggarakan program Paket B dengan
kewajiban melakukan pembelajaran tatap muka bagi 5 mata pelajaran
yang di UN-kan, maka PKBM wajib memiliki minimal 2 orang pendidik
yang berkualifikasi S1.
Bukti fisik yang harus disiapkan untuk penilaian butir ini di antaranya:
- Daftar rekap pendidik.
- SK pengangkatan sebagai pendidik.
- Fotocopy ijazah terakhir (S1) dari semua pendidik yang terdaftar.
Contoh Data Pendidik
67
68
Contoh SK
69
Contoh format daftar pendidik:
No Nama Tempat, Pendidikan Mata TMT
Pendidik Tanggal Terakhir Pelajaran mengajar
Lahir yang
diampu
1.
2.
dst.
70
2. Butir 19 (major): Program PKBM memiliki pendidik dengan
kompetensi yang relevan/serumpun dengan mata pelajaran yang
diampu.
Kompetensi pendidik menjadi salah satu bagian penting untuk menjamin
bahwa kinerja PKBM cukup efektif, produktif, profesional. Bukti
kompetensi, pengalaman (kompetensi tidak selalu dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi, tetapi dapat dibuktikan dengan dokumen
pengalaman kerja, dan sejenisnya).
Butir ini menilai relevansi antara kualifikasi dan pendidikan terakhir
pendidik dengan mata pelajaran yang diampunya. Contohnya, jika
pendidik memiliki pendidikan terakhir di program studi Pendidikan
Bahasa Indonesia dan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia maka
sudah relevan, jika pendidik memiliki pendidikan terakhir Pendidikan
Agama Islam lalu mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia maka
termasuk yang tidak relevan.
Perlu diingat bahwa jumlah pendidik yang memiliki relevansi dengan
mata pelajaran yang diampunya minimal 26% dari jumlah pendidik yang
terdaftar. Jika jumlah pendidik yang relevan tersebut kurang dari 26%
maka pada butir ini akan mendapat nilai 1, yang berarti tidak akan
terakreditasi.
Contoh: Jika PKBM menyelenggarakan program Paket C dengan
kewajiban melakukan pembelajaran tatap muka bagi 6 mata pelajaran
yang di UN-kan, maka PKBM wajib memiliki minimal 2 orang pendidik
yang pendidikan terakhirnya relevan dengan mata pelajaran yang
diampunya..
Bukti fisik bisa mengacu pada butir 18, yaitu pada daftar rekap pendidik,
SK pengangkatan pendidik, dan fotocopy ijazah pendidik sesuai daftar.
71
Contoh Biodata Pendidik Paket C
72
73
4. Butir 21 (minor): Satuan PKBM memiliki tenaga kependidikan
berijazah SLTA ke atas.
Penilaian dalam butir ini adalah pada jumlah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi SLTA, makin banyak jumlah pendidik yang berkualifikasi
SLTA ke atas maka semakin besar nilai yang diperoleh.
Bukti fisik yang harus disiapkan untuk penilaian butir ini di antaranya:
- Daftar rekap tenaga kependidikan.
- SK pengangkatan sebagai tenaga kependidikan.
- Fotocopy ijazah terakhir dari semua tenaga kependidikan yang
terdaftar.
74
75
- Contoh SK pengangkatan
76
6. Butir 23 (observed): Satuan PKBM memiliki tenaga kependidikan
dengan pengalaman kerja yang sesuai.
Butir ini mengukur sejauh mana kompetensi tenaga kependidikan dari
pengalaman yang dimilikinya. Bukti fisik yang perlu disiapkan adalah
dalam bentuk curriculum vitae/daftar riwayat hidup masing-masing
tenaga kependidikan yang ada dalam daftar.
77
Sarana pembelajaran adalah peralatan belajar yang dibutuhkan dalam
proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat berjalan dengan
lancar, teratur, efektif, dan efisien. Ada dua jenis sarana pembelajaran,
yaitu: Pertama, sarana pembelajaran yang secara langsung digunakan
dalam proses belajar mengajar. Contonya kapur tulis, atlas, dan sarana
pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana
pendidikan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di
kantor sekolah merupakan sarana pembelajaran yang secara tidak
langsung digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar.
Bukti fisik yang diperlukan dalam butir ini adalah:
- Daftar inventaris sarana pembelajaran.
- Foto-foto sarana pembelajaran.
Selain itu, bukan hanya keberadaan peralatan, tetapi berfungsi dan dapat
digunakan. Bukan pula alat yang baru disewa atau diadakan pada saat
kegiatan visitasi, ketika ditinggalkan maka alat dikembalikan.
Penilaian dalam butir ini adalah terkait jenis, jumlah, dan kondisi bahan
ajar. Hal yang terpentingnya adalah ketersediaan bahan ajar sesuai jumlah
peserta didik dan sistem pengelolaaannya, seperti tata kelola
peminjamannya.
Bukti fisik yang diperlukan dalam butir ini adalah:
- Daftar bahan ajar.
- Foto-foto bahan ajar.
78
NO JUDUL BAHAN JENIS JUMLAH KONDISI
AJAR
1
2
dst.
79
1
2
dst.
Bukti fisik untuk butir ini adalah denah, foto-foto ruangan, dan bukti
pendukung lainnya.
Contoh denah:
80
Selain itu, bukan sebatas ketersediaan ruang belajar dan ruang
laboratorium, tetapi fungsionalisasi ruang. Kemudian jadwal penggunaan
ruang cocok dengan presensi belajar. Kelayakan ruang dan ketercukupan
fasilitas dengan data warga belajar per rombongan belajar (per kelas).
81
1) Memiliki ruang kantor lengkap dengan mebeuler, komputer kerja,
penerangan, jaringan komunikasi, dan peralatan kantor.
2) Memiliki minimal 3 ruang belajar dengan ukuran minimal 4 x 5 m2
lengkap dengan mebeuler dan sarana pembelajaran.
Penilaian pada butir ini adalah pada seperti apakah status kepemilikan
lahan dan atau bangunan yang satuan PKBM tempati atau gunakan,
apakah:
- Milik sendiri
- Sewa
- Pinjam Pakai
- Bentuk lainnya
Masing-masing status kepemilikan ini harus didukung oleh dokumen
yang sah. Jika milik sendiri maka harus ada bukti akta kepemilikan tanah
yang sah, seperti: akta hibah, akta jual beli, sertifikat tanah, atau yang
sejenis. Jika sertifikat tanah atas nama pengurus harian (ketua, sekretaris,
bendahara) satuan PKBM maka dapat dianggap sebagai milik sendiri.
Bukti sewa adalah kuitansi sewa dengan waktu ideal sewa selama lima
(tahun). Adapun untuk bukti fisik pinjam pakai dapat berupa MoU, Surat
Keterangan dari pemilik tanah/bangunan, atau bentuk lainnya. Skor
tertinggi ada pada status lahan yang merupakan milik sendiri (4), sewa
lebih dari lima tahun (3), pinjam pakai (2), bentuk dokumen lainnya (1).
Dalam hal Sertifikat Hak Milik atas nama orang lain (di luar pengurus),
maka kepemilikan lahan diakui setara dengan Pinjam Pakai (Skor 2). Jika
Satuan PKBM berdiri di atas Tanah Waqaf/Hibah yang diperuntukkan
secara permanen untuk PKBM tersebut, maka diakui sebagai Tanah Hak
Milik, dibuktikan dengan Sertifikat Waqaf/Hibah (Skor 4) kepemilikan
lahan milik sendiri (Skor 4). Dalam hal Sertifikat Hak Milik atas nama
orang lain (di luar pengurus), maka kepemilikan lahan diakui setara
dengan Pinjam Pakai (Skor 2).
82
Terkait gedung, maka gedung dimaksud adalah gedung yang
diperuntukkan untuk penyelenggaraan program PKBM, bukan rumah
yang jika ada
program baru
digunakan atau di
setting menjadi
tempat PKBM.
Mengacu pada
standar seharusnya
PKBM memiliki
status sarana dan
prasarana minimal
memiliki jaminan
penggunaan
selama 5 tahun
Contoh akta
hibah
G. Standar Pengelolaan
83
2. Butir 31 (major): Satuan PKBM dikelola oleh seseorang yang
memiliki minimal 1 s.d. 4 atau lebih sertifikat pelatihan/
workshop/bimbingan teknis yang relevan dengan PKBM dan atau
jenis program yang diselenggarakan.
84
- Sertifikat pelatihan pengelola PKBM.
- Sertifikat pelatihan kewirausahaan.
- Sertifikat lainnya yang relevan dengan jabatan sebagai ketua PKBM.
Contoh sertifikat:
85
Bukti fisik yang dapat dilampirkan adalah SK keanggotaan forum
perwakilan masyarakat dan bagan organisasi yang menunjukkan adanya
organ forum perwakilan masyarakat. Jumlah anggota forum perwakilan
masyarakat adalah satu orang s.d. 4 orang atau lebih.
Adapun penilaian visi dalam butir ini adalah pada 4 unsur sebagai
berikut:
1. Jangkauan ke depan
2. Mutu layanan
86
3. Kompetensi peserta didik
4. Area layanan
Selain itu, visi harus singkat dengan rumusan dalam satu kalimat dan terdiri
maksimum 20 kata.
Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi
merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan
rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi.
87
Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan
yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan misi PKBM
antara lain:
1. Pernyataan misi PKBM harus menunjukkan secara jelas mengenai apa
yang hendak dicapai oleh PKBM.
2. Rumusan misi PKBM selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan
“tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan”
sebagaimana pada rumusan visi.
3. Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi.
Antara indikator visi dengan rumusan misi harus ada keterkaitan atau
terdapat benang merahnya secara jelas.
4. Misi PKBM menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang
akan diberikan pada masyarakat (siswa).
5. Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya
saing yang tinggi, namun disesuaikan dengan kondisi PKBM.
Selain itu, misi satuan PKBM idealnya memiliki kriteria sebagai berikut:
1) program strategis yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu;
2) dasar-dasar penentuan sasaran, program, dan kegiatan pokok PKBM;
3) menekankan pada mutu layanan peserta didik, output, dan outcome
yang diharapkan oleh PKBM;
4) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
PKBM;
5) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan pada
penyelenggara PKBM.
Selanjutnya, dalam butir ini misi yang dinilai adalah yang mengandung
1-5 aspek sebagai berikut:
1. Pengembangan lembaga (terdapat uraian yang fokusnya pada
pengembangan lembaga ke depan).
2. Penambahan program layanan (uraian yang fokusnya pada fasilitasi
layanan program sesuai kebutuhan masuarakat).
3. Peningkatan kualitas layanan (uraian yang mengarahkan pada
bagaimana satuan PKBM akan mengoptimalkan layanannya kepada
masyarakat).
88
4. Peningkatan kualitas SDM (uraian yang fokus pada pengembangan
SDM, baik untuk lembaga atau sasaran program).
5. Peningkatan kesejahteran SDM (uraian yang fokus pada
pengembangan kesejahteraan pengelola maupun masyarakat).
Penilaian pada butir ini adalah pada keberadaan dokumen tujuan. Tujuan
merupakan penjabaran dari visi dan misi, sehingga harus memiliki
karakter sebagai berikut:
Uraian tujuan satuan PKBM akan dinilai dalam butir ini berkenaan
dengan semua aspek sebagai berikut:
1. Kelembagaan
2. Mutu layanan
3. Sarana-prasarana
4. Kompetensi peserta didik
5. Area layanan
89
Contoh visi, misi, dan tujuan:
Pada butir ini yang akan dinilai adalah keberadaan desa/kelurahan binaan
yang dibuktikan dengan MoU, Surat Keterangan, atau dokumen lainnya
beserta program yang dilaksanakan di desa/kelurahan binaan tersebut.
Penilaian yang akan dilakukan asesor adalah denganmembandingkan
program/kegiatan yangg diselenggarakan di desa/kelurahan binaan
dengan visi, misi, dan tujuan satuan PKBM.
90
- MoU desa binaan dengan penjabaran program yang
diselenggarakannya.
- Foto-foto pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.
- Dokumen visi, misi, dan tujuan lembaga.
91
4. Promosi
Rencana kerja tahunan merupakan rencana kerja yang lebih teknis sesuai
bidang masing-masing; misalnya rencana kegiatan penyebaran brosur,
pemasang iklan, rencana rekrutmen tutor, rencana uji kompetensi,
rencana rapat tahunan, dan lain-lain. Dalam rencana tahunan harus jelas
jenis agenda, penanggung jawab, dan target pelaksanaannya.
92
Butir ini meminta lembaga untuk melampirkan rencana pendanaan
lembaga selama 1-5 tahun. Bentuk formatnya bebas, berikut adalah
contoh RAB lembaga PKBM untuk satu tahun, contoh format RAB
sebagai berikut:
RENCANA ANGGARAN BELANJA
PKBM KANDAGA
SATUAN
NO URAIAN KEGIATAN PER HARGA SATUAN JUMLAH
KEGIATAN
dst
IKBM bisa dilakukan secara umum, atau secara khusus atau per bidang.
Di halaman berikut adalah contoh Instrumen IKBM Program KUM.
93
Contoh sistematika laporan IKBM:
94
perencanaan apakah ada keterlibatan masyarakat, tahap pelaksanan
apakah ada keterlibatan masyarakat, dan seterusnya sampai tahap
evaluasi.
Bukti fisik untuk butir ini adalah foto-foto keterlibatan masyarakat dalam
rapat persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan program, dapat pula
berbentuk daftar hadir kegiatan, laporan pengawasan, dan lain
sebagainya.
Salah satu media untuk membuat identitas suatu lembaga adalah papan
nama.Papan nama saat ini sudah menjadi media yang diandalkan sebagai
pemberi tanda identitas suatu lembaga.Papan nama PKBM biasanya
diletakkan di depan sekretariat atau kantor PKBM. Papan nama PKBM
setidaknya memuat berisikan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Nama
2. Alamat
3. Logo pendidikan
4. Logo Lembaga
5. Nomor Akta Notaris
6. Nomor Izin Operasional
7. NILEM
95
Bukti fisik yang dapat dilampirkan adalahfoto papan nama satuan PKBM
di tempat strategis.
Adapun kriteria penilaian struktur organisasi dalam butir ini adalah jika
struktur organisasi mencakup unsur sebagai berikut:
1. Pengurus harian
2. Unit usaha produktif
3. Lembaga mitra
4. Koordinator bidang
5. Warga belajar
96
Bukti fisik yang dibutuhkan adalah bagan organisasi satuan
PKBM.Contoh strukutur organisasi PKBM:
Struktur organisasi yang terpenting dalam satuan PKBM adalah ada atau
tidaknya SDM yang tercantum dalam struktur tersebut. Memiliki SK
Pengelola PKBM lengkap terdiri dari minimal (ketua, sekretaris,
bendahara, dan 3 orang seksi program) yang diterbitkan oleh pendiri dan
disahkan oleh lembaga terkait.
17. Butir 46 (minor): Satuan PKBM memiliki uraian tugas yang jelas.
Contoh:
97
JOB DESKRIPSI
JOB DESKRIPSI
1. KETUA
3. BENDAHARA
Bukti fisik untuk butir ini adalah daftar peserta didik di dalam rombongan
belajar atau kelompok belajar untuk program yang diajukan.
Bukti fisik untuk butir ini adalah daftar hadir pendidik, peserta didik, dan
foto pembelajaran program yang diajukan secara berturut-turut dalam dua
tahun terakhir untuk dua jenis program utama dan program pendukung
yang ada di PKBM.
99
Laporan internal dimksudkan adalah laporan kerja dari pegawai kepada
pimpinannya atau dari pimpinan ke yayasan (bukan jurnal pembelajaran).
Kegiatan monev ditujukan untuk mengetahui pelaksanaan program di
lapangan. Monev bukan mendengarkan cerita dari pimpinan lembaga,
tetapi harus ada bukti bentuk/hasil evaluasi. Beberapa bukti adanya
monitoring dan evaluasi adalah: laporan individu pegawai, jurnal kerja
pegawai/instruktur, surat peringatan, keputusan mutasi, keputusan
pengangkatan/peningkatan karir, dan sejenisnya.
3 Mengikuti
pembelajaran
dengan Seksama
100
4 Menyimak materi
belajar yang
disampaikan tutor
5 Memahami materi
yang disampaikan
oleh tutor
6 Menuruti anjuran
dari tutor
7 Paham dengan
penggunaan media
pembelajaran
8 Memahami materi
yang diberikan tutor
Membaca
9 bahan belajar
10 Saling membantu
dengan warga
belajar lainnya
Menggunakan
11 alat tulis
dengan benar
. Pendahuluan
Latar Belakang: menggambarkan dasar pemikiran
dilaksanakannya monitoring dan evaluasi.
Permasalahan: menggambarkan masalah penting yang
berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan lembaga.
Tujuan: mencakup sejumlah karakter pelaksanaan pengelolaan
lembaga yang ingin dicapai dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi.
Manfaat: merupakan sejumlah harapan yang diintegrasikan pada
penerapanan temuan hasil proses monitoring dan evaluasi
pengelolaan lembaga.
Skenario kegiatan berisi rangkaian kegiatan yang akan dilakukan
dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan lembaga.
2. Metodologi
Metodologi mencakup ruang lingkup, lokasi, populasi dan sampel,
petugas monitoring, evaluasi, dan analisis data.
101
menyajikan data dan hasil analisis, baik yang bersifat deskriptif
kuantitatif maupun analisis yang bersifat kualitatif.
102
Butir ini menilai laporan hasil kegiatan yang dilakukan oleh PKBM.
Sistematika laporan yang bisa dibuat di antaranya:
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I PENDAHULUAN
A. Nama Kegiatan
B. Latar Belakang
C. Tujuan
D. Target
E. Sasaran Kegiatan
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
G. Panitia Pelaksana
Bab II REALISASI KEGIATAN‟
A. Persiapan NonTeknis
B. Persiapan Teknis
C. Pelaksanaan
D. Pasca Kegiatan
Bab III EVALUASI DAN KENDALA
A. Evaluasi
B. Kendala
C. Pemecahan
Bab IV PENUTUP
LAMPIRAN
– Laporan Keuangan
– Dokumentasi Kegiatan
– Surat keluar-masuk
– Lain-lain
103
104
Contoh laporan neraca.
105
yang dapat dilampirkan adalah rekening bank, buku kas, catatan harian,
dan dokumen pendukung.
106
ada bukti berita acara atau dalam bentuk buku kurir yang sah. Untuk
memberi bukti, lampirkan copy buku kurir atau berita acara.
Bukti fisik untuk laporan kegiatan ini adalah buku ekspedisi, tanda
terima laporan, atau bukti pengiriman laporan via pos.
H. Standar Pembiayaan
107
Penilaian pada butir ini adalah banyaknya sumber-sumber pendanaan
bagi operasional lembaga. Lembaga yang memiliki satu sumber
pendanaan hanya mendapat nilai 1, dua sumber pendanaan mendapat
nilai 2, tiga pendanaan mendapat nilai 3, dan seterusnya.
108
Bukti fisik untuk butir ini adalah laporan pengeluaran, baik berupa buku
kas, neraca rugi laba, atau bukti yang lainnya.
109
Contoh Format Rencana sumber Biaya/Laporan BOP
110
Contoh Catatan harian Keuangan
I. Standar Penilaian
Penilaian pada butir ini adalah pada adanya rencana penilaian bagi
program yang diselenggarakan dalam 2 tahun terakhir.
111
2. Butir 64 (major): Program PKBM yang diajukan melaksanakan
jenis kegiatan penilaian sebagai berikut:
1. Tugas individual
2. Tugas kelompok
3. Ujian tengah semester
4. Ujian akhir semester
112
Penilaian pada butir ini mengacu pada jenis-jenis kegiatan penilaian yang
dilakukan oleh satuan PKBM. Bukti fisik yang bisa dilampirkan di
antaranya:
- Lembar tugas individual dan dokumen hasil kerjanya dari siswa.
- Lembar tugas kelompok dan dokumen hasil kerja kelompoknya dari
siswa.
- Soal UTS dan jawabannya yang sudah diisi siswa.
- Soal UAS dan jawabannya yang sudah diisi siswa.
Satuan PKBM dapat melampirkan contoh dokumen yang mewakili
semua mata pelajaran yang di-UN-kan dan atau ditambah dengan tidak
di-UN-kan.
Penilaian dalam butir ini adalah perihal keikutsertaan peserta didik dalam
2 tahun terakhir. Data dimaksud adalah data base peserta bukan hanya
angka tetapi data angka yang didukung dengan data induk warga belajar.
Bukti fisik yang dapat
dilampirkan dalam
butir ini adalah buku
induk dan daftar calon
peserta UN dalam dua
tahun terakhir.
Penilaian pada butir ini adalah pada tingkat keikutsertaan peserta didik
dalam evaluasi akhir program. Tingkat keikutsertaan harus benar-benar
dapat dibuktikan dengan data yang valid dan benar. Lengkapi dengan
foto dan presensi kehadiran. Bukti fisik pada butir ini adalah daftar
peserta didik yang mengikuti kegiatan evaluasi akhir program.
Contoh daftar hadir UAS
113
5. Butir 67 (major): Program PKBM memiliki dokumen hasil penilaian
untuk mata pelajaran yang
diselenggarakan dalam 2
tahun terakhir.
Penilaian pada
butir ini adalah
pada jumlah
lulusan peserta
didik yang ikut
UNPK dalam
dua tahun
terakhir. Jadi,
bukti fisik yang
dilampirkan
adalah data
lulusan UNPK
dalam dua
tahun terakhir.
114
mengajar. Selain itu, prestasi yang dihitung adalah prestasi/penghargaan
dalam 5 tahun terakhir.
Catatan:
Penghargaan berupa sertifikat dari dalam atau luar lembaga
115
9. Butir 71 (observed):Program PKBM memiliki tenaga kependidikan
yang memperoleh penghargaan dari luar lembaga atas prestasinya.
Prestasi dimaksud adalah prestasi yang pernah diraih oleh PKBM dalam
5 tahun terakhir yang berkaitan/merupakan prestasi atas nama PKBM,
bukan atas nama usaha/bisnis yang menyertai dari usaha tersebut. Prestasi
dimaksud tidak selalu kejuaraan, tetapi juga merupakan penghargaan-
penghargaan yang secara langsung diberikan oleh institusi
(pemerintah/perusahaan/personal) yang dibuktikan secara sah dalam
bentuk sertifikat dan atau tropi dan atau plakat dan atau lencana dan
sejenisnya.
116
Bukti fisik yang diperlukan adalah sertifikat, piagam, piala, SK, atau
yang lainnya.
117
BAB V
PERMASALAHAN AKREDITASI
Nomor :
Lampiran :
Hal : Permohonan Akreditasi
Kepada Yth.
Ketua Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal
d/a Kompleks Ditjen Dikdas dan Dikmen Kemdikbud
Gedung F Lantai 2 Jl.RS Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan
Di -
Jakarta
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan akreditasi Pendidikan Non Formal pada tahun 20......, maka dengan ini saya;
Nama : ………………………………………………………………
Jabatan : ………………………………………………………………
Nama Program : ………………………………………………………………
Nama Lembaga :………………………………………………………………
(PAUD, LKP, PKBM, dll)
Alamat Lembaga : ………………………………………………………………
………………………………………………………………
Kode Pos: ..................................
Nomor Telepon : ………...........................................
Nomor Faks : ………...........................................
Nomor HP : ………...........................................
E-mail : ………...........................................
Website : ………...........................................
Mengajukan diri dan siap untuk diakreditasi oleh BAN-PNF pada program dan satuan:
PAUD/ LKP/ PKBM*) ………………………………………………………(izin operasional terlampir).
Permohonan ini kami buat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk dapat diproses lebih lanjut.
…………,………………....20...
............................
(Lembaga Pemohon)
___________________
Nama Jelas
118
Berikut ini adalah contoh surat permohonan akreditasi:
119
Tidak semua dokumen harus dilampirkan dalam lampiran dokumen bukti
fisik. Misal, RPP untuk masing-masing mata pelajaran tidak perlu
dilampirkan semuanya, tetapi cukup perconto untuk masing kelas, tahun,
dan mata pelajaran saja. Begitu pula dengan dokumen buku kas, tidak
perlu satu buku kas dari tahun A-Z dilampirkan, tetapi cukup padalaporan
kas bulan awal, tengah, atau akhir saja. Begtu pula dengan bahan ajar,
jika terlalu tebal untuk dilampirkan cukup di-copy cover dan daftar isinya
saja. Tapi ingat....saat visitasi ke satuan, semua dokumen perconto
tersebut akan dilihat secara lengkap oleh asesor. Jadi harus dipastikan
kebenaran dan keberadaannya.Agar borang tidak terlalu tebal, bahkan
copy dokumen bisa diperkecil menjadi setengah kuarto saja. Hal ini jg
mengingat daya tampung berkas dokumen permohonan akreditasi di
sekretariat BAP yang umumnya terbatas.
120
satuan yang menyajikannya dalam bentuk tabel seperti yang dibuat oleh
sekolah formal, itu juga tidak mengapa, yang penting dapat
menggambarkan program kerja satuan dalam satu tahun. Jangan lupa
legalitas dokumen harus jelas dalam bentuk tanda tangan pimpinan dan
cap lembaga.
121
dalam kondisi tidak „normal‟ maka berkas tersebut akan dalam posisi
tidak jelas keberadaannya dan perlu waktu lebih untuk penelusurannya.
Daripada buang waktu menunggu, lebih baik siapkan berkas dokumen
bukti fisik, dalam hal ini bukti fisik yang berstatus mayor (wajib), sedari
awal lebih lengkap lagi.
Setiap butir yang ada dalam instrumen wajib dilengkapi dengan bukti
fisik, baik berupa dokumen, gambar, atau keterangan, atau bahkan ketiga-
tiganya. Dalam beberapa kasus ada lembaga yang salah dalam
melampirkan dokumen. Dokumen yang harusnya diletakkan di butir 11
malah diletakkan di butir 13, atau sebaliknya. Ada dokumen yang diminta
adalah kurikulum, tapi yang dilampirkan malah silabus.Mungkinkah
satuan tidak dapat membedakan antara kurikulum dan silabus? Ini tentu
berbahaya, dan mudah-mudahan kasus yang terjadi hanya salah
penempatan saja. Intinya, lampirkan dokumen sesuai dengan apa yang
diminta di instrumen, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih.
Jika ada permintaan dokumen yang sama pada butir yang berbeda,
tindakan yang benar adalah dengan melampirkan ulang dokumen
dimaksud. Jangan segan untuk meng-copy ulang. Namun, jika meng-
copy ulang berat, tindakan kedua yang benar adalah membuat keterangan
rujukan di butir tersebut bahwa dokumen yang dimaksud ada di butir
yang mana, berikan penjelasan. Jangan biarkan satu butir pun kosong
tanpa ada dokumen atau keterangan rujukan terkait dokumen yang
diminta.
Ada kasus di mana saat visitasi, asesor dihadapkan pada pengurus yang
beratribut ormas FP* yang terkenal suka bikin ribut dan hobi
mengintimidasi kelompok lain yang tidak sepaham dengan kelompoknya.
Kostum seperti ini dan kesan umum terhadap ormas tersebut membuat
asesor merasa diintimidasi, apalagi si lembaga lebih banyak cerita
ormasnya daripada lembaganya. Di lain kasus, ada lembaga yang
menghadapkan wartawan untuk mengajak „ngobrol‟ asesor, pengelola
lembaga sendiri hanya diam di pojok. Nah, apa maksudnya pemakaian
atribut ormas saat menemui asesor? Apa pula maksudnya asesor
dihadapkan pada „wartawan‟ (bodrex?)? Asesor sama sekali tidak
122
terkesan, tentu saja, yang ada malah kasihan.Kostum yang cocok
dikenakan pengelola satuan saat asesor visitasi adalah menggunakan
pakaian yang sopan, netral atau seragam lembaga, bukan yang lain.
Kemudian, asesor lebih berkepentingan dengan pengelola dan aktivis
lembaga, dan tidak ada urusan dengan ormas atau wartawan.
123
• Minimal memiliki 2 jenis program utama: Pendidikan Kesetaraan
(Paket A, B, C), Keaksaraan (Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha
Mandiri), Kepemilikan 2 jenis program utama dibuktikan dengan Ijin
Operasional
124
aktif. Dua nomor ini baiknya dari dua orang yang berbeda, sebagai nomor
cadangan yang bisa menjadi alternatif untuk komunikasi dengan satuan.
125
17. Satu Jilid Dokumen atau Beberapa Jilid?
Lebih baik satu jilid saja, sebab kalu beberapa dokumen takutnya tercecer
saat pengangkutan atau pemindahan. Jika pun terpaksa harus beberapa
jilid maka berikan tanda atau nomor supaya jika tanpa sengaja tercecer
masih terdapat identitas dokumen yang jelas. Ada beberapa lembaga yang
menjilid dokumen berdasarkan standar nasional pendidikan, sehingga
satuan memiliki 9 jilid dokumen. Walau tidak dilarang, tetapi ini kurang
praktis, dan pemborosan. Bukankah boros itu temannya setan? Uang
memang milik Anda, tapi sumber daya lingkungan itu milik bersama.
Jadi, ketika menggunakan sumber daya lingkungan (kertas, tinta,
fotocopy), itu adalah milik bersama untuk digunakan secukupnya, dan
tidak berlebihan/boros. Sebab itu adalah milik bersama. Ingat, satu rim
kertas yang kita gunakan berarti ada berapa pohon yang ditebang, berapa
liter BBM yang keluar untuk mengangkutnya.
Cukup dua rangkap saja, satu dipegang oleh lembaga dan satu dokumen
lagi dikirimkan ke sekretariat BAP-PAUD dan PNF. Asesor tidak perlu
diberi dokumen borang pengajuan, asesor memang akan minta dokumen
tambahan saat visitasi, tetapi hanya untuk dokumen yang dianggap
kurang saja.Tetapi, mohon diingat bahwa saat asesor visitasi maka yang
disajikan bukan lagi dokumen yang diborang, tetapi dokumen aktual yang
sehari-hari digunakan oleh satuan pendidikan. Dokumen borang hanya
sebagai arsip atau untuk mencocokkan data saja.
Ada keluhan dari satuan PKBM yang merasa sudah lama (misalnya, lebih
dari enam bulan) mengajukan akreditasi, tetapi belum juga dikunjungi
(divisitasi) oleh asesor. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, di
antaranya:
Pertama, proses akreditasi terbagi dalam beberapa tahapan; ada
registrasi, penilaian berkas awal, desk assesment, visitasi, validasi, lalu
keluar hasil. Semua langkah ini perlu waktu beberapa bulan, dan bahkan
kadang satu tahun untuk sampai keluar sertifikat. Adapun, untuk sampai
pada tahap visitasi, jika tidak ada antrian sebenarnya hanya perlu waktu
satu atau dua bulan saja, tetapi jika ada antrian maka perlu waktu yang
126
lebih lama lagi. Jika semua dokumen lengkap dan kuota masih ada, yang
diperlukan tinggal kesabaran menunggu giliran dikunjungi oleh asesor.
Jika satuan sabar dan sabar, niscaya akreditasi juga akan kelar.
Kedua, masalah kuota akreditasi (bukan kuota data internet);dalam satu
tahun anggaran biasanya per masing-masing provinsi ada jumlah kuota
akreditasi yang ditetapkan. Jika saat kita mendaftar kuota telah habis,
dokumen akreditasi satuan yang tidak masuk kuota tahun berjalan akan
diproses pada tahun berikutnya. Dapat dibayangkan, jika pada
pertengahan tahun ternyata kuota akreditasi sudah habis, maka lembaga
mungkin perlu nunggu waktu antara 6-10 bulan, sampai ia divisitasi di
tahun berikutnya. Lama? Ya, memang lama...karena inilah prosedur yang
saat ini digunakan oleh BAN PAUD dan PNF. Mudah-mudahan, ke
depan dirancang prosedur yang lebih sederhana dengan tetap menjaga
kualitas.
Ketiga, masalah kelengkapan dokumen. Jika dokumen satuan tidak
lengkap maka dokumen tersebut tidak akan lanjut ke tahapan berikutnya
dari proses akreditasi. Jika di tahap penilaian berkas awal, ada satu saja
pra syarat yang tidak lengkap, dokumen akan disimpan kembali dan
diberitahukan ke lembaga kekurangannya. Ini juga membuat proses
menjadi lama, karena misal saat diberitahu kekurangannya oleh staf
sekretariat, satuan tidak cepat merespon, tidak cepat melengkapi, atau
bahkan lupa melengkapi dokumen yang diminta. Kalau sudah
begini...proses menjadi lebih lama lagi.
Ada kasus di mana satu grup satuan PKBM sebanyak 5 satuan
mengajukan akreditasi dalam waktu bersamaan. Pengajuan ini dimotori
oleh ketua PC Forum PKBM-nya, tetapi saat visitasi yang divisitasi
hanya tiga lembaga, ada dua satuan tertinggal. Saat asesor visitasi ke tiga
satuan, baru ditanyakan mengapa yang duanya lagi belum divisitasi,
setelah ditelusuri ternyata ada berkas dokumen yang kurang dan belum
dilengkapi. Jadilah dua lembaga ini tertinggal proses akreditasinya,
bahkan harus menyeberang ke tahun anggaran berikutnya.Jadi bersama-
sama saat mendaftar akreditasi tidak berarti akan diproses secara
bersama-sama pula. Ada banyak faktor terkait proses akreditasi dan
tahapan-tahapannya. Baik dari segi administrasi, substansi, teknis, atau
masalah yang bersumber dari BAP dan asesor atau masalah yang justru
muncul dari lembaga itu sendiri.
127
Asesi dapat melakukan banding atas hasil akreditasi jika Asesi merasa
dirugikan dengan keputusan yang di keluarkan BAN PAUD dan PNF
terkait dengan hasil penilaian status akreditasi PAUD dan PNF.
Adapun kriteria Pengajuan Banding atas Hasil Akreditasi, meliputi:
a. Terdapat perbedaan persepsi antara status peringkat akreditasi yang
ditetapkan dengan BAN PAUD dan PNF dengan hasil evaluasi diri
Asesi.
b. Terdapat perbedaan persepsi Asesi terhadap data yang dinilai Asesor
yang berhubungan dengan aspek keberadaan, kelengka pan, dan
kesesuaian
c. Terdapat perbedaan persepsi antara data yang tertulis di setiap butir
isian dalam instrumen akreditasi dengan lampiran dokumen
pendukungnya dengan kondisi riil di lembaga.
d. Terdapat perbedaan antara skor hasil penilaian akreditasi yang
mengacu pada rubrik penilaian dengan dokumen dan rekaman yang
dimiliki Asesi sehingga berpengaruh terhadap perubahan peringkat
akreditasi.
128
atas hasil pemeriksaannya di kolom catatan dalam Format
Penanganan Banding Atas Hasil Akreditasi.
f. Surat banding atas hasil akreditasi dilampiri dengan daftar kajian atas
capaian delapan standar nasional pendidikan berbasis butir-butir
Instrumen Akreditasi, FR-AK-04a dan Dokumentasi atas pelaksanaan
visitasi akreditasi di Lembaga.
g. Surat disampaikan ke Sekretariat BAP PAUD dan PNF di Dinas
Pendidikan Provinsi ditujukan kepada Ketua BAN PAUD dan PNF
u.p. Ketua BAP PAUD dan PNF.
h. Surat dan lampirannya selanjutnya dilakukan pemeriksaan tahap
pertama oleh Sekretariat BAP PAUD dan PNF dengan mempelajari
arsip Laporan Hasil Validasi (FR-AK-04), dilampiri Dokumen
Permohonan Akreditasi dan Dokumen Laporan Hasil Visitasi.
Sekretariat BAP PAUD dan PNF bagian Akreditasi memberi catatan
atas hasil pemeriksaannya di kolom catatan dalam Format
Penanganan Banding Atas Hasil Akreditasi.
i. Sekretariat BAP PAUD dan PNF menyerahkan catatan dan dokumen
ke komisi sistem manajemen mutu di BAP PAUD dan PNF untuk
diperiksa dan diberi catatan untuk diajukan dalam rapat berkala BAP
PAUD dan PNF untuk diberi rekomendasi jawaban atas pengajuan
Banding atas Hasil Akreditasi.
j. Rekomendasi rapat berkala BAP PAUD dan PNF dilaporkan Ketua
BAP
k. PAUD dan PNF melaluisurat kepada Ketua BAN PAUD dan PNF
u.p.Komisi Sistem Manajemen Mutu Akreditasi untuk bahan
pertimbangan dalam pengambilanKeputusan lebih lanjut dalam Rapat
Pleno BAN PAUD dan PNF. Apabilaterjadi perubahanstatusperingkat
akreditasi maka BAN PAUD dan PNF akan melakukan perubahan
SK dan Sertifikat Akreditasi.
l. Hasil keputusan BAN PAUD dan PNF diinformasikan melalui surat
oleh BAP PAUD dan PNF ke Program dan Satuan PAUD dan PNF
yang mengajukan Banding atas hasil akreditasi.
m. Seluruh keputusan akhir BAN PAUD dan PNF terhadap Banding atas
hasil akreditasi bersifat final danmengikat. Lembaga yang masih tidak
puas atas hasil putusan banding dapat mengajukan kepada BAP
PAUD dan PNF untuk dilakukan akreditasi kembali pada tahun-tahun
berikutnya.
129
h. Diajukan maksimal 1 bulan sejak SK Hasil Akreditasi diumumkan
secara resmi di website BAN PAUD dan PNF dan diinformasikan
secara luas oleh BAP PAUD dan PNF keseluruh Pokja Akreditasi
PAUD dan PNF Kabupaten/Kota.
Pengumuman atas dibukanya masa banding dilakukan Komisi Sistem
Manajemen Mutu BAN PAUD dan PNF di website BAN PAUD dan
PNF.
i. Penanganan Banding atas Hasil Akreditasi dilakukan maksimal 1
bulan di BAP PAUD dan PNF dan keputusan akhir maksimal 2
minggu di BAN PAUD dan PNF.
j. Setelah lewat dari 1 bulan sejak pengumuman atas SKHasil
Akreditasi di website, maka seluruh surat pengajuan banding dari
program dan satuan PNF akan dikategorikan sebagai surat pengaduan
atau surat keluhan (complaint letter) yang akan ditindaklanjuti
sebagai pengaduan biasa serta tidak mengubah hasil akreditasi yang
sudah diumumkan.
Kepada Yth.
Ketua BAN PAUD dan PNF
u.p. Ketua
BAP PAUD dan PNF
Di
–
(ibukota provinsi)
130
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.........................................................
Lampiran:
1. Dokumen Lembaga PAUD dan PNF yang mendukung pengajuan Banding
atas Hasil Akreditasi
2. Ijin Operasional Lembaga PAUD dan PNF yang berlaku
3. Foto Dokumentasi Berwarna Lembaga PAUD dan PNF (Tampak Depan,
Ruang Dalam, dan Ruang Pembelajaran)
4. FR-AK-04a dari Asesor Visitasi Akreditas
Evaluasi Diri
131
6
132
BAB VI
PENUTUP
Satuan pendidikan merupakan sistem yang memiliki masukan untuk
melakukan transformasi guna memberi output pada lingkungan. Sebagai sistem
yang terbuka, satuan pendidikan sangat bergantung pada lingkungan dan
kekuatan eksternal. Masukan terhadap sistem berupa sumber daya manusia (baik
peserta didik maupun guru/tutor/instruktur), sumber daya fisik baik berupa
infrastruktur dan sumber daya finansial. Proses dan aktivitas pendidikan terkait
dengan kurikulum, manajemen, dan mekanisme dukungan membentuk sub‐
sistem transformasi, sedangkan output dari sistem adalah lulusan yang dapat
melanjutkan pendidikan lebih tinggi, bekerja, berwirausaha, berakhlak karimah
dan diterima masyarakat.
Kegiatan penjaminan mutu melalui proses penyiapan akreditasi dilakukan
agar semua aspek input, proses, dan output pada satuan pendidikan lebih
terjamin mutunya atau terstandar. Satuan pendidikan di mana pun di seluruh
wilayah Indonesia akan memiliki kualitas yang standar sesuai hasil penilaian
akreditasi yang dilakukan.
Proses penjaminan mutu melalui peningkatan kompetensi pengelola satuan
PKBM secara berkesinambungan melalui bahan diklat ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyiapkan
pengelola satuan PKBM dalam pelaksanaan akreditasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Bahan diklat penjaminan mutuini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan
pengelola satuan PKBM dalam memahami pengembangan mutu lembaga
melalui penyiapan dan pelaksanaan akreditasi secara konseptual maupun
prosedural yang dapat dilakukan secara praktis, terutama dalam kegiatan
pembelajaran, pelatihan, dan pembimbingan mulai dari pelaksanaan, persiapan,
dan evaluasinya.
Kami mengharapkan masukan konstruktif untuk penyempurnaan bahan
diklat penjaminan mutuini sehingga akan lebih fungsional dalam meningkatkan
kompetensi pengelola satuan PKBM dalam penyiapan dan pelaksanaan
akreditasi.
Pertanyaan dan saran terkait akreditasi satuan PKBM dapat menghubungi
Saudara Kuswara dengan alamat PP-PAUD dan Dikmas Jawa Barat di nomor
08164217273.
133
DAFTAR PUSTAKA
BAN PNF. 2014. Kebijakan dan Mekanisme Akreditasi BAN PNF 2014. (Bahan
paparan dalam bentuk power point).
BAN-PNF. 2014. Instrumen Akreditasi PKBM. Jakarta: BAN PNF.
BAN PNF. 2014. Rambu-Rambu PenilaianAkreditasi Program Paket Pendidikan
Kesetaraan dan Lembaga PKBM. Jakarta: BAN PNF.
Basuki, Edi. 2016. PKBM Organisasi Mitra PNF. Dimuat dalam
http://fauziep.com/pkbm-organisasi-mitra-pnf/ dan dunduh tanggal 29
Maret 2017.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. 2012. Standar dan Prosedur
Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal. Jakarta:
Kemdikbud.
Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Permendikbud No. 59 tahun 2012 tentang Badang Akreditasi Nasional.
Pranjono, Fauzi Eko. 2016. Akreditasi PKBM. Dimuat dalam
http://fauziep.com/tag/akreditasi-pkbm/, di unduh tanggal 29 Maret 2017.
Surat Keputusan Kabalitbang Kemdikbud No.028/H/MS/2014 tentang Perangkat
Akreditasi PAUD – LKP – PKBM.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
134