Gambar I-1 Titik partikel P dan lintasan geraknya terhadap sumbu ............................... 3
Gambar I-2 Gerak lurus .................................................................................................... 4
Gambar I-3 posisi gerak melingkar partikel..................................................................... 5
Gambar I-4 lintasan kurvilinier partikel ........................................................................... 6
Gambar I-5 Gerak partikel dalam ruang 3-D ................................................................... 6
Gambar I-6 Partikel dan sistem koordinat ....................................................................... 8
Gambar I-7 vektor pada bidang x-y ................................................................................. 9
Gambar I-8 lintasan tangensial ....................................................................................... 10
Gambar I-9 kecepatan dan percepatan bidang n-t.......................................................... 11
DAFTAR TABEL
Kinematika adalah cabang studi dari mekanika klasik yang menganalisis gerak
suatu benda tanpa mempersoalkan pengaruh energi penyebab gerak tersebut.
Kinematika sering juga disebut sebagai “geometri gerak”. Ilmu kinematika digunakan
untuk mengendalikan atau menghasilkan suatu pergerakan mekanis pada suatu benda
yang bergerak. Beberapa penerapan secara teknik di bidang kinematika ialah
perancangan cam, roda gigi, linkage, robot lengan dan elemen-elemen mekanis lainnya
bahkan dapat digunakan untuk memperhitungkan trayektori lintasan terbang untuk
pesawat terbang, roket dan wahana luar angkasa.
Dalam kinematika, partikel merupakan suatu benda yang secara fisik dapat
diabaikan ukurannya jika dibandingkan dengan radius kelengkungan lintasannya.
Dengan kata lain, partikel sebagai benda bergerak diamati sebagai suatu titik. Karena
kinematika menganalisis gerak secara geometri, terdapat beberapa cara untuk
mempelajari gerak suatu partikel. Sebagai contoh, pada Gambar I-1.
Berdasarkan Gambar I-1, posisi partikel P diperoleh dari koordinat pada sumbu
x, y dan z. dengan sistim koordinat lain P dapat diperoleh dari kordinat silindris r, θ, z
maupun kooridnat ruang bulat R, θ, ϕ. Dalam bentuk 3-Dimensi, posisi P dapat
dinyatakan sebagai berikut dalam koordinat kartesian,
⃑⃑
𝑃 = (𝑥𝑃 , 𝑦𝑃 , 𝑧𝑃 ) = 𝑥𝑃 𝑖⃑ + 𝑦𝑃 𝑗⃑ + 𝑧𝑃 𝑘 (I-1)
Dari koordinat tersebut dapat diperoleh jarak antara titik P dengan titik acuan (I-3).
Adapun trayektori dari sebuah partikel adalah fungsi vektor posisi terhadap waktu yang
mendefinisikan kurva lintasan / trayektori terbentuk
⃑⃑
𝑃(𝑡) = 𝑥𝑃 (𝑡) 𝑖⃑ + 𝑦𝑃 (𝑡) 𝑗⃑ + 𝑧𝑃 (𝑡) 𝑘 (I-3)
Gerak partikel atau benda kaku dapat dianalisa menggunakan sistem koordinat
yang diukur dari refrensi sumbu tetap (analisa gerak absolut) atau dapat diukur dari
sumbu refrensi (analisa gerak relatif). Adapun analisa kinematika gerak benda secara
konsep dapat dibatasi dari bidang geraknya.
Pada suatu lintasan garis lurus, posisi suatu partikel (P) pada waktu tempuh dapat
diperoleh dari jarak (s) yang diukur berdasarkan titik refrensi yang tetap.
𝑑𝑠 (I-4)
𝑣= = 𝑠̇
𝑑𝑡
𝑑𝑣 𝑑2 𝑣 (I-5)
𝑎 = 𝑑𝑡 = 𝑣̇ 𝐴𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑡 2 = 𝑠̈
Kecepatan dan percepatan merupakan besaran vektor sehingga, tergantung arah
nilainya dapat berupa positif atau negatif. Dengan mengeliminasi komponen waktu pada
persamaan (I-4) dan (I-5), dapat diperoleh persamaan diferensial dari perpindahan,
kecepatan dan percepatan pada persamaan (I-6).
𝑠̇ 𝑑𝑠̇ = 𝑠̈ 𝑑𝑠 (I-6)
Gerakan partikel dalam bentuk kurvilinier ialah mencari posisi secara linier dari
refrensi ketika partikel tersebut melakukan gerak melingkar. Berdasarkan Gambar I-1
jika partikel dilihat dari bidang x-y, koordinat z dan ϕ bernilai nol. Dan R = r.
Pergerakan partikel pada lintasan melingkar saat waktu t, partikel berada di posisi
A dengan vektor posisi r diukur dari titik refrensi O (Gambar I-3). jika nilai dan arah
vektor r diketahui pada waktu (t) tertentu maka pada saat t+ Δt, maka partikel berada
pada posisi A’ yang memiliki vektor posisi r+ Δr. Jika titik refrensi O dipindah pada
kondisi yang sama, vektor r akan berubah, namun perpindahan vektor Δr nilainya tetap
sehingga diperoleh pula jarak skalar partikel Δs dari refrensi untuk A-A’.
𝑑𝑟 𝑑𝐯 (I-7)
𝐯= = 𝑟̇ , a = = 𝐯̇
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Secara skalar kecepatan partikel tidak memiliki arah.
𝑑𝑠 (I-8)
𝑣 = |v| = = 𝑠̇
𝑑𝑡
Dari kedua persamaan tersebut diperoleh |𝑑𝐫/𝑑𝑡| = |𝐫̇ | = ṡ = |𝐯| = 𝑣 dan sebaliknya
𝑑|𝐫|/𝑑𝑡 = 𝑑𝑟/𝑑𝑡 = 𝑟̇ . Dari gerak melingkar pada bidang datar dapat diilustrasikan
pergerakan partikelnya (Gambar I-4). Terdapat hubungan antara 𝐯 = 𝐫̇
𝐑 = x𝐢 + y𝐣 + z𝐤
{ 𝐯 = 𝐑̇ =̇ ẋ 𝐢 + ẏ 𝐣 + ż 𝐤 (I-9)
𝐚 = 𝐯̇ = 𝐑̈ = ẍ 𝐢 + ÿ 𝐣 + z̈ 𝐤
2. Koordinat silindrikal (r- θ -z)
Vektor posisi R pada partikel untuk kordinat silinder secara sederhana ditulis
𝐑 = 𝑟𝒆𝑟 + z𝒌 (I-10)
Persamaan kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut
𝐯 = 𝑟̇ 𝒆𝑟 + 𝑟𝜃̇𝒆θ + ż 𝒌 (I-11)
Dimana 𝑣𝑟 = 𝑟̇
𝑣θ = 𝑟𝜃̇
𝑣z = ż
percepatan dapat diperoleh dengan menambahkan komponen z menjadi
𝐯 = 𝑣𝑅 𝐞R + 𝑣θ 𝒆θ + 𝑣𝜙 𝒆𝜙 (I-13)
Dimana 𝑣𝑅 = θ̇
𝑣θ = 𝑅θ̇ ̇ cos 𝜙
𝑣𝜙 = 𝑅𝜙̇
Untuk persamaan percepatan pula dapat diperoleh dalam koordinat ini,
𝐚 = 𝑎 𝑅 𝐞 R + 𝑎 θ 𝒆θ + 𝑎 𝜙 𝒆𝜙 (I-14)
2 2
Dimana 𝑎𝑅 = 𝑅̈ − 𝑅𝜙̇ − 𝑅θ̇ cos 2 𝜙̇
cos 𝜙 𝑑
𝑎θ = (𝑅 2 𝜃̇) − 2𝑅𝜃̇ 𝜙̇ sin 𝜙
𝑅 𝑑𝑡
1 𝑑
𝑎𝜙 = (𝑅 2 𝜙̇) + 𝑅𝜃̇ 2 sin 𝜙 cos 𝜙
𝑅 𝑑𝑡
1.3 Sistem Koordinat Gerak Partikel
Ketika sistem koordinat suatu gerak partikel tidak diketahui, biasanya pemilihan
sistem koordinat dilakukan berdasarkan bagaimana gerak tersebut dihasilkan atau
diukur. Seperti partikel yang bergerak secara radial pada poros berputar, maka koordinat
polar yang cocok digunakan. Apabila partikel bergerak dengan lintasan melengkung,
maka sistem koordinat normal-tangensial yang dapat digunakan. Adapun pemilihan
koordinat tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar I-6.
Hasil gerak berbentuk kurvilinear dapat diperoleh uraiannya dari komponen 2-D
tersebut berupa vektor posisi, vektor kecepatan dan percepatan. Trayektori partikel pada
bidang 2-D memiliki vektor posisi, kecepatan dan percepatan sebagaimana pada
Gambar I-7
𝐫 = x𝐢 + y𝐣
̇ ẋ 𝐢 + ẏ 𝐣
{ 𝐯 = 𝐫̇ = (I-15)
𝐚 = 𝐯̇ = 𝐫̈ = ẍ 𝐢 + ÿ 𝐣
Ketika didiferensialkan berdasarkan waktu, diperoleh nilai skalar dari komponen
v dan a yaitu 𝑣𝑥 = 𝑥̇ , 𝑢𝑦 = 𝑦̇ dan 𝑎𝑥 = 𝑣𝑥̇ = 𝑥̈ , 𝑎𝑦 = 𝑢𝑦̇ = 𝑦̈ . Jika koordinat x dan y
diketahui sebagai fungsi terhadap waktu 𝑥 = 𝑓1 (𝑡) dan 𝑦 = 𝑓2 (𝑡), eliminasi t pada
parameter persamaan memberikan suatu persamaan kurva lintasan partikel 𝑦 = 𝑓(𝑥)
𝒅
[𝒂𝒙 = 𝒗𝒙̇ ] 𝒂𝒙 = 𝒅𝒕 (𝟓𝟎 − 𝟏𝟔𝒕𝟐 ) 𝒂𝒙 = −𝟏𝟔𝐦/𝐬𝟐
Komponen sumbu y pada kecepatan dan percepatan
𝒅
[𝒗𝒚 = 𝒚̇ ] 𝒗𝒙 = 𝒅𝒕 (𝟏𝟎𝟎 − 𝟒𝒕𝟐 ) 𝒗𝒚 = −𝟖𝒕 𝐦/𝐬
𝒅
[𝒂𝒚 = 𝒗𝒚̇ ] 𝒂𝒚 = 𝒅𝒕 (−𝟖𝒕) 𝒂𝒚 = −𝟖 𝐦/𝐬
𝒗𝒙 = 𝟓𝟎 − 𝟏𝟔(𝟓) = −𝟑𝟎m/s
𝒗𝒚 = −𝟖(𝟓) = −𝟒𝟎m/s
Koordinat n-t digunakan untuk partikel yang bergerak pada suatu lintasan yang
ditunjukkan Gambar I-8.
Dalam sistem koordinat n-t dapat diketahui kecepatan dan percepatan suatu
partikel. Untuk mengetahuinya digunakan vektor en pada arah n dan et pada
arah tangensial sebagaimana ditunjukkan pada Gambar I-9a. Partikel
bergerak pada lintasan melingkar dari titik A ke A’.
𝑑𝐯 𝑑(𝑣𝐞t ) (I-17)
𝐚= = = 𝑣𝐞ṫ + 𝑣̇ 𝐞t
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Untuk mencari 𝐞ṫ dapat diketahui dari menganalisis perubahan 𝐞t dalam
waktu tempuh dari A menuju A’. Dari perpindahan tersebut 𝐞t menjadi
𝐞t ′sehingga terdapat perbedaan vektor 𝑑𝐞t pada Gambar I-9b. Vektor 𝑑𝐞t
memiliki nilai yang sama dengan panjang busur |𝐞t |𝑑𝛽 = 𝑑𝛽 dengan satuan
radian. Arah dari 𝑑𝐞t sendiri diperoleh dari 𝐞n sehingga dapat dituliskan
𝑑𝐞t = 𝐞n 𝑑𝛽. Jika dikali silang dan dibagi dengan dt, maka dapat diperoleh
𝐞ṫ = 𝛽̇ 𝐞n (I-18)
𝒗𝟐 (I-19)
𝐚= 𝐞 + 𝑣̇ 𝐞n
𝜌 n
2. Interpretasi geometrik
Penjelasan pada Gambar I-9 dapat dianalisis secara jelas melalui gambar
karena diketahui arah geraknya secara geometris. Jika tidak diketahui arah
geraknya dan hanya diketahui lintasannya, perlu diketahui bahwa pada setiap
titik yang dilalui partikel di lintasan tersebut bahwa vektor percepatan 𝒂n
selalu mengarah kedalam pusat kelengkungan/radius lintasannya. Dan untuk
komponen tangensial dari percepatan akan bernilai positif jika kecepatan v
meningkat (Gambar I-10a) dan pada arah tangensial negative jika v
turun(Gambar I-10b).
𝑣 = 𝑟𝜃̇
𝒂n = 𝑣𝜃̇ (I-20)
𝒂t = 𝑣̇ = 𝑟𝜃̈
1.3.3 Koordinat Polar (r- θ)
Sistem koordinat ini digunakan saat partikel berada pada jarak radial r dari titik
refrensi. Koordinat polar berguna ketika gerakan partikel membentuk pola lingkaran
sehingga memiliki radius yang tetap.
𝐫 = 𝑟𝒆r (I-21)
1. Kecepatan dan percepatan
Perputaran sebuah lengan dengan slot yang memiliki ulir diatur dengan
persamaan𝜃 = 0.2𝑡 + 0.2𝑡 3 , dimana 𝜃 dalam radian dan t dalam detik. Secara
simultan, ulir pada lengan memajukan slider
B sehingga memiliki jarak dari O
berdasarkan r=0.2+0.04t2. Tentukan nilai
kecepatan dan percepatan slider pada waktu
t=3s.
Solusi
[𝒂 = √𝑎𝑟 2 + 𝑎𝜃 2 ] = 𝟎. 𝟔𝟎𝟏𝐦/𝐬
Pada susdut 65.3o, posisi arm dapat diplot trayektorinya beserta slider B pada interfal
0 ≤ 𝑡 ≤ 5𝑠 plot ini dihasilkan dari memvariasikan waktu. Konversi koordinat polar
kedalam kartesian dihasilkan dari proyeksi trigonometri.
Penyelesaian contoh masalah dengan koordinat spherical
Solusi (a) Kecepatan V0 dan percepatan pada bidang y’-z’ diperoleh sebesar 69.4 m/s,
setelah 60 detik diperoleh kecepatan dan posisi pesawat setelah lepas landas 60 detik.
m 1
𝑣 = 𝑣0 + 𝑎𝑡 = 117.4 𝑠 = 𝑠0 + 𝑣0 𝑡 + 2 𝑎𝑡 2 = 5610 m
s
Pada bidang x-y diperoleh posisi pesawat dan sudut yang dibentuk
r dengan sumbu x
5420
𝑦 = 5610 cos 15𝑜 = 5420m 𝜃 = tan−1 3000 = 61.0𝑜
55.0
𝜽̇ = 6190 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟖𝟖𝟖 𝐫𝐚𝐝/𝐬 𝒛̇ = 𝑣𝑧 = 𝑣 sin 15𝑜 = 𝟑𝟎. 𝟒 𝐦/𝐬