Anda di halaman 1dari 76

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan
mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil
pelaksanaan (as built drawing).

Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek
sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap
karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah
dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk
keperluan pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar
kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih
dahulu sebelum digunakan di lapangan.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang


terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh
koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan
merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk
kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing
kadang-kadang disebut juga record drawing.

Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan
jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja juru ukur kuantitas dapat
memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.
Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam
meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan


Jalan (Site Inspector of Roads)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan
pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan
rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan
4. Membuat Gambar Teknik
5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR - 04 GAMBAR TEKNIK

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana
pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya
dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar
hasil pelaksanaan(as-built drawing).

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar.
2. Menjelaskan gambar rencana dan gambar kerja.
3. Menjelaskan sistematika gambar dan kelengkapan gambar.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site
Inspector of Road) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii

BAB I PENDAHULUAN I–1


1.1. Umum I–1
1.2. Fungsi Gambar I–2
1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik I–2
1.4. Jenis Gambar Konstruksi I–3

BAB II PENYAJIAN GAMBAR II – 1


2.1. Ukuran Kertas Gambar II – 1
2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi II – 1
2.3. Kepala Gambar II – 2
2.4. Skala Gambar II – 3

BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR III – 1


3.1. Garis III – 1
3.2. Huruf Dan Angka III – 2
3.3. Gambar Jalan III – 3
3.4. Gambar Beton Bertulang 3 III – 3

BAB IV GAMBAR TEKNIK JALAN DAN DESAIN IV – 1


4.1. Desain Geometrik IV – 1
4.2. Desain Perkerasan Jalan Kabupaten IV – 7
4.3. Desain Perkerasan Jalan Arteri IV – 9
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

4.4. Desain Jembatan IV – 12

BAB V KELENGKAPAN GAMBAR V–1


5.1. Umum V–1
5.2. Halaman Sampul V–1
5.3. Daftar Gambar V–1
5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol V–2
5.5. Gambar Situasi V–2
5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan) V–2
5.7. Potongan Memanjang (Profile) V–2
5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) V–3
5.9. Denah Perencanaan Drainase V–3
5.10.Potongan Memanjang Saluran. V–3
5.11.Gambar Detail V–3
5.12.Gambar Perencanaan Traffic Engineering V–4
5.13.Gambar Standar V–4

BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR VI – 1


6.1. Sistematika Gambar VI – 1
6.2. Contoh Gambar VI – 2

RANGKUMAN
LAMPIRAN
Contoh Gambar-gambar Proyek

DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JALAN (Site Inspector of Road)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan


Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) .
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIR – 02 Manajemen

3 SIR – 03 Bahan Jalan


4 SIR – 04 Gambar Teknik
5 SIR – 05 Alat Berat

6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase

9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan

10 SIR – 10 Pekerjaan Beton

11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan

12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

13 SIR – 13 Metode Kerja

14 SIR – 14 Teknik Pelaporan


Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan


(Site Inspector of Roads )

KODE MODUL : SIR-04

JUDUL MODUL : GAMBAR TEKNIK

DESKRIPSI : Modul ini membahas mengenai kodefikasi dan


normalisasi gambar, gambar rencana dan gambar
kerja, menjelaskan sistematika gambar dan
kelengkapan gambar untuk pelatihan Inspektur
Lapangan Pekerjaan Jalan.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)


Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


1. Ceramah : Pembukaan, Bab I
Pendahuluan
 Mengikuti penjelasan TIU dan
Menjelaskan dan menguraikan
TIK dengan tekun dan aktif
tentang : OHT
 Mengajukan pertanyaan
 Tujuan instruksional umum(TIU)
apabila kurang jelas.
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
 Pendahuluan
 Fungsi gambar
 Gambar sebagai bahasa teknik
 Jenis gambar konstruksi
Waktu :10 menit
2. Ceramah : Bab II Penyajian
Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
 Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tentang:
dengan tekun dan aktif
 Ukuran kertas gambar
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Garis batas atau garis tepi  Mengajukan pertanyaan bila
 Kepala gambar perlu
 Skala gambar
Waktu : 15 menit
3. Ceramah : Bab III Kodefikasi dan
Simbol Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
 Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tentang :
dengan tekun dan aktif
 Garis
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Huruf Dan Angka  Mengajukan pertanyaan bila
 Gambar Jalan perlu
 Gambar Beton Bertulang
Waktu : 15 menit
4. Ceramah : Bab IV Gambar Teknik
Jalan dan Desain
Menjelaskan dan menguraikan
 Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tentang:
dengan tekun dan aktif
 Desain Geometrik
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Desain Perkerasan Jalan  Mengajukan pertanyaan bila
Kabupaten perlu
 Desain Perkerasan Jalan Arteri
 Desain Jembatan
Waktu : 20 menit
5. Ceramah : Bab V Kelengkapan
Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
 Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tentang:
dengan tekun dan aktif
 Umum
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Halaman sampul  Mengajukan pertanyaan bila
 Daftar gambar perlu
 Daftar singkatan dan symbol
 Gambar situasi
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


 Denah perencanaan jalan (plan)
 Potongan memanjang (profile)
 Potongan melintang jalan (cross
section)
 Denah perencanaan drainase
 Potongan memanjang saluran
 Gambar detail
 Gambar perencanaan traffic
engineering
 Gambar standard
Waktu : 20 menit
6. Ceramah : Bab VI Sistematika dan
Contoh Gambar
Menjelaskan dan menguraikan
 Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tentang:
dengan tekun dan aktif
 Sistematika gambar
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Contoh gambar  Mengajukan pertanyaan bila
Waktu : 10 menit perlu
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala
kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi,
dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.
Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk
garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-rencana yang
terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-bagian
bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti.
Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana
proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.
Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana
dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih
ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap.
Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas
tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.
Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat
diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang
gambar konstruksi sudah cukup jika :
a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :
 Gambar pasangan batu
 Gambar pekerjaan beton
 Garis-garis yang kelihatan
 Garis-garis yang tak kelihatan
b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek,
gambar konstruksi / detail, dsb.
c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.

1.2. FUNGSI GAMBAR


Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan

1. Alat penyampaian informasi


Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang
perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya
melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya
kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata
hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa melalui
gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.

2. Alat menyimpan data


Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi
tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat
dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan.
Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak
dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat
jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan
gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga
kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban
kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpang dengan
menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih
tahan lama.

1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK

Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik
Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut
sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi
komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan
bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk
menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada
orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,
oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan
obyektive.
Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga
merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-
lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan

1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI

Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :


 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar dengan
skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu dijelaskan lebih
rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan gambar tampak.
Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai
dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula
gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar
lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar
denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau
konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa
dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau
pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-
gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus mendapat
persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan yang
harus dipenuhi sesuai spesifikasi.
Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi
apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di
lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar
akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi
dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga
record drawing.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

BAB II
PENYAJIAN GAMBAR

2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR

Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas
gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan
adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.
2
Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m , dengan perbandingan ukuran panjang
kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan
membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0,
ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2,
ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti
pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. : Ukuran Kertas.

Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)

A0 1.189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210

2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI

Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas
gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1.
Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10
mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk
menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila
sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan
tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri
kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

diambil 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis
tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.

Garis tepi

2.3. KEPALA GAMBAR

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk
kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas
sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang
ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas
gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.
Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.
Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA

CATATAN DENAH JALAN No. 2/8

NAMA TANDA-TANGAN

DIGAMBAR

DIPERIKSA

DISETUJUI

Skala 1 : 100

Kepala gambar

Gambar 2.3. : Contoh Kepala Gambar Dan Letaknya.

2.4. SKALA GAMBAR

Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :


 1:5
 1 : 10
 1 : 20
 1 : 50
 1 : 100
 1 : 200
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

 1 : 500
 1 : 1.000
Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya
hingga 1 : 50.000
Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :
 Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000
 Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50
 Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

BAB III
KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR

3.1. GARIS

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis,
yaitu :
 Garis nyata atau garis penuh
 Garis putus-putus
 Garis putus titik
Jenis garis yang lain misalnya :
 Garis titik-titik
 Garis putus dengan dua titik
Garis-garis tersebut di atas menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 jenis garis, yaitu :
 Garis tebal
 Garis sedang
 Garis tipis
Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5.
Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga
tergantung dari besarnya gambar.
Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :
 Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu
garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya
dibuat dengan ukuran sedang.
 Garis tipis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk
dan garis arsir.
 Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari
arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.
 Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis simetri),
garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja
garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi
keterangan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

3.2. HURUF DAN ANGKA

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
 Dapat terbaca dengan jelas
 Bentuknya seragam, konsisten
Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO
3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan Gambar 3.2.2. Ukuran huruf secara
umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz Gambar 3.2.1.:


Bentuk Huruf Sesuai
Standar ISO
[(!?.,”-=+x√%&)]Ø

0123456789IVX

10 mm 1234567890
8 mm 1234567890
6,3 mm ABCDEFGHIJ
5 mm KLMNOPQRST Gambar 3.2.2. :
Bentuk Huruf Sesuai
4 mm UVWXYZ Standar JIS
3,2 mm abcdefghij
2,5 mm klmnopqrst
2 mm uvwxyz
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

3.3. GAMBAR JALAN

Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh
gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar
tersebut.

0 5 10 km

U
Gambar 3.3.1. : Simbol Mata Angin

Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa
disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.

3.4. GAMBAR BETON BERTULANG

 Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.
 Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi
balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak
diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.
 Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.
 Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.
 Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai
tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.
 Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut
menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.
 Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai
skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi
balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.
Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga,
dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :

Tulangan bawah :

Letak batang pada tulangan bersilangan adalah :

Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah :

Lapis teratas, penulangan bawah atau atas :

Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.


Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

BAB IV
GAMBAR TEKNIK JALAN DAN DESAIN

4.1. DESAIN GEOMETRIK


4.1.1. DESAIN PARAMETER

Desain geometrik dari sebuah jalan tergantung dari beberapa faktor, misalnya volume
lalu-lintas, muatan gandar, desain kecepatan dan kondisi lokasi atau daerah.
Kondisi daerah dapat digolongkan pada 3 kategori :

Kategori daerah Kemiringan

Datar < 10 %
Berbukit-bukit 10 – 25 %
Bergunung- > 25 %
gunung

Konstruksi jalan kabupaten didasarkan pada perkiraan dari rata-rata volume lalu-lintas
tiap hari selama 5 tahun yang akan datang.
Bab ini antara lain akan menjelaskan penggunaan data volume lalu-lintas untuk
menentukan ketebalan, yaitu pada sub-bab Desain Perkerasan.

4.1.2. ALINYEMEN HORIZONTAL DAN SUPER-ELEVASI

Perubahan besar pada alinyemen horizontal dan vertikal sejauh mungkin harus dihindari.
Perubahan besar hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan dan keadaan medan /
lokasi mengijinkan terutama ditinjau dari segi biaya.
Jika kendaraan melintasi suatu lengkung bundar, akan mengakibatkan suatu gaya
sentrifugal yang mana harus cukup untuk dapat dilalui pada jalan tikungan. Untuk
menentukan jari-jari dan kecepatan, suatu usaha harus dibuat untuk menjaga agar
kendaraan tetap pada jalurnya. Dalam desain jalan, usaha ini diberikan oleh gesekan tepi
antara roda dan perkerasan dibantu dengan super-elevasi.
Untuk nilai kecil dari super-elevasi dan gesekan samping, rumus berikut dapat dipakai :
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

v V2
ef  atau
g.R 127R

di mana :
e = Super-elevasi perkerasan (tangen dari pada sebuah sudut), yang
diambil adalah nilai positifnya apabila perkerasan jatuh pada pusat
tikungan.
f = Koefisien gesekan antara roda kendaraan dengan perkerasan
jalan. Ini diambil dari nilai positif, apabila tenaga gesekan pada
kendaraan menuju ke pusat tikungan.
2
g = Gravitasi bumi = 9,8 m/det
v = Kecepatan kendaraan (m/det)
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari lengkung (m)
Jari-jari lengkung minimum (R) dan super-elevasi (e) untuk bermacam-macam desain
kecepatan V (km/jam) seperti pada Tabel 4.1.2.1.
Jari-jari minimum tanpa super-elevasi diberikan pada Tabel 4.1.2.2.

Tabel 4.1.2.1. : Jari-Jari Minimum (M) – Super-Elevasi (%).

Kecepatan rencana
Jari-jari
30 40 50 60 70 80

Kemiringan 3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3
nominal (e)

> 300 x x x x x x x x x x x x x
275 – 300 x x x x x x x x x x x x x
250 – 275 x x x x x x x x x x x x 3,0
225 – 250 x x x x x x x x x x x 5,0 3,0
200 – 225 x x x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 3,0
175 – 200 x x x x x x x x 3,0 5,0 3,0 5,0 5,0
150 – 175 x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 4,5 5,0 6,6
135 – 150 x x x x x 6,0 3,0 5,0 3,5 5,0 6,0 6,0 8,5
120 – 135 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 4,7 5,0 7,5 7,5 10
110 – 120 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 5,8 5,0 8,8 8,8 10
100 – 110 x x 6,0 3,0 5,0 6,0 3,0 5,0 7,0 5,0 10 10 10
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Kecepatan rencana
Jari-jari
30 40 50 60 70 80

Kemiringan 3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3
nominal (e)

90 – 100 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 4,8 5,0 8,2 8,2 10 10 10
80 – 90 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 6,2 6,2 10 10 10 10 10
70 – 80 3,0 5,0 6,0 3,6 5,0 6,0 8,0 8,0 10 10 10 10
60 – 70 3,0 5,0 6,0 5,2 5,0 10 10 10 10 10 10 10
50 – 60 3,0 5,0 6,0 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10
45 – 50 3,6 5,0 6,0 9,3 9,3 10 10 10 10 10 10 10
40 – 45 4,8 5,0 6,0 10 10 10 10 10 10 10
35 – 40 6,2 6,2 6,2 10 10 10 10 10
30 – 35 8,5 8,5 8,5 10 10 10
25 – 30 10 10 10

Tabel 4.1.2.2. : Jari-Jari Minimum Super-Elevasi.

Kecepatan Jari-jari minimum

rencana
(km/jam) Punca 3% 5% 6%
k

80 260 (290) (300)


70 220 250 (270)
60 185 210 (230)
50 150 175 (190)
40 110 135 150
30 75 95 110

4.1.3. ALINYEMEN VERTIKAL

Alinyemen vertikal sangat berpengaruh pada biaya konstruksi jalan. Maka, kemiringan
yang memanjang harus diperhitungkan secara lebih berhati-hati, mengingat kondisi
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

daerah untuk dapat mencapai desain jalan yang sempurna yang juga mempunyai sifat-
sifat keindahan.
a. Gradien (tanjakan)
Maximum desain tanjakan untuk jalan-jalan kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.a.

Tabel 4.1.3.a. : Standar Perencanaan Untuk Jalan Kabupaten.


Klasifikasi jalan Kelas III A Kelas III B Kelas III C

Aspal Aspal Kerikil / Waterbound Kerikil / Japat


Type perkerasan (Lapen, (Lasbutag, macadam dg seal with seal coat
Lasbutag) Burda) coat (Burda, Buras, (Burtu, Buras,
Latasbum) Latasbum)
Volume lalu-lintas harian rata- 3.000 – 500 500 – 200 300 – 50 < 50
rata (kendaraan roda 4)
Daerah dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng
Jumlah jalur 2 2 2 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1 1 1

Kecepatan disarankan 70 60 40 70 40 30 60 40 30 50 30 riz


rencana minimum 30 30 30 30 30 riz 30 30 riz 30
(km/jam)

Landai disarankan 4 5 8 4 6 8 4 7 8 5 8 12
(%) maximum 7 8 10 7 8 10 7 9 12 7 12 16

Lebar bahu jalan disarankan 2,0 1,5 1,0 1,5 1,5 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 0,7
5
(m) minimum 1,5 1,0 0,7 1,0 1,0 0,7 1,0 0,75 0,75 0,7 0,7 0,7
5 5 5 5 5

Lebar disarankan 10, 9,0 9,0 8,0 7,5 6,5 7,5 6,5 6,5 5,5 5,5 5,5
perkerasan 0
jalan (m) minimum 7,5 6,5 6,0 5,5 5,5 5,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 4,0

Total lebar jalan disarankan 16 12 12 12


(m) minimum 12 10 10 8

Kemiringan disarankan 3 4 5 6
maximum (%) maximum 4 5 6 7

Riz = Realizable (dapat dicapai)

Apabila mendesain sebuah tanjakan, perhatian harus ditujukan pada panjangnya


(panjang kemiringan kritis), dimana masih dapat menghasilkan kecepatan tetap tanpa
menghambat arus lalu-lintas. Tabel di bawah ini menunjukkan panjang kritis yang dapat
dipergunakan pada kemiringan tertentu.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Landai 3 4 5 6 7 8 10 12
(%)

Panjang 480 330 250 200 170 150 135 120


(m)

b. Lengkung vertikal

Potongan memanjang jalan terdiri dari jalan lurus (landai) yang dihubungkan oleh
lengkungan. Lengkungan-lengkungan dapat diketahui sebagai lengkung vertikal dan
usulannya yang terdiri dari 2 maksud, yaitu :
 Melancarkan jalan lintasan kendaraan dari tanjakan yang satu dan yang lainnya.
 Meningkatkan jarak pandang di seberang persimpangan pada tanjakan.
Lengkung vertikal cembung dapat diketahui dari puncaknya atau bagian atas dan
lengkung vertikal cekung adalah sebaliknya.
Biasanya spesifikasi jarak pandang ditetapkan dari panjang puncak lengkung vertikal.
Pada salah satunya diperlukan kenyamanan perjalanan atau tidak perlu panjang
minimum jarak pandang yang pasti, dimana ada kelebihan batasan sampai garis
pandang.
Lengkung vertikal biasanya berbentuk parabola. Selain itu, lengkung vertikal bisa
berbentuk bundar. Tabel 4.1.3.b. dan 4.1.3.c. menggunakan data vertikal bundar.
Panjang puncak lengkung vertikal untuk memberikan jarak pandang diberikan rumus
seperti tersebut dibawah ini :

L  2D 
200
V.h1  V.h 2 
A
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Tabel 4.1.3.b. : Panjang Lengkung Vertikal Cembung (M) Untuk Jalan 2 Jalur
Berdasarkan Jarak Pandangan Menyiap (Henti).

Kecepatan rencana ( V = km/jam )


Landai
V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30

0–1 52 47 30 23 20
1–2 300 47 30 23 20
2–3 650 300 50 23 20
3–4 900 430 160 23 20
4–5 > 1.000 550 225 50 20
5–6 > 1.000 650 275 85 20
6–7 > 1.000 790 325 120 20
7–8 > 1.000 900 380 145 25
8–9 > 1.000 > 1.000 440 160 40
9 – 10 > 1.000 > 1.000 500 170 55
10 – 11 > 1.000 > 1.000 540 200 60
11 – 12 > 1.000 > 1.000 575 220 75
12 – 13 > 1.000 > 1.000 600 230 90
13 – 14 > 1.000 > 1.000 750 260 100

Tabel 4.1.3.c. : Panjang Lengkung Vertikal Cekung (M).

Kecepatan rencana ( V = km/jam )


Landai
V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30

0–1 45 35 30 23 18
1–2 45 35 30 23 18
2–3 46 35 30 23 18
3–4 53 35 30 23 18
4–5 102 60 37 23 18
5–6 133 78 48 23 18
6–7 155 93 58 35 18
7–8 180 110 68 42 25
8–9 205 125 75 45 32
9 – 10 230 143 85 55 38
10 – 11 253 155 95 58 40
11 – 12 278 173 103 63 42

1. Bila panjang lengkung adalah kurang dari jarak pandang yang diminta :

L  2D 
200
V.h1  V.h 2 2
A
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

2. Bila panjang lengkung adalah lebih tinggi dari jarak pandang yang diminta :

D2 A
L
200V.h1  V.h 2 2

L = Panjang lengkung vertikal (m)


D = Jarak pandang (m)
A = Perbedaan kemiringan secara aljabar (%)
h1 = Tinggi penglihatan diatas jalan = 1,15 m
h2 = Tinggi obyek diatas jalan
= 1,15 m, apabila berada di kendaraan yang lain.
= 0,20 m, apabila obyek berada diatas tanah.

Nilai h1 dan h2 yang dipakai dalam rumus adalah hubungan antara panjang lengkung
vertikal, jarak pandang dan perubahan kemiringan.

Panjang lengkung vertikal miring untuk jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut
dibawah ini :

1. Dimana panjang lengkung, kurang dari jarak pandang yang dibutuhkan :

150  3,5D
L  2D  (m)
A

2. Dimana panjang lengkung, lebih besar dari jarak pandang yang dibutuhkan :

D2 A
L  2D  (m)
150  3,5D

4.2. DESAIN PERKERASAN JALAN KABUPATEN

Pada umumnya desain perkerasan berdasarkan pada :


 Volume lalu-lintas selama periode desain (biasanya minimum 10 tahun).
 Berat kendaraan yang melalui jalan tersebut.
 Nilai CBR dari tanah dasar.
 Material yang tersedia untuk pembangunan jalan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Ahli teknik bidang jalan harus mengetahui material yang berkualitas rendah secara tidak
langsung akan menambah ketebalan lapisan apabila dibandingkan dengan ketebalan
yang dibuat dengan material yang memenuhi standar yang lebih tinggi.
Penentuan tebal perkerasan didasarkan pada buku PETUNJUK PERENCANAAN
PERKERASAN UNTUK JALAN KABUPATEN, adapun ketentuan-ketentuan dasarnya
adalah sebagai berikut :
a. Pada umumnya, perencanaan tebal perkerasan jalan kabupaten tidak memberikan
ketebalan yang terlalu tinggi jika CBR tanah dasar > 5 %. Jika kondisinya
memungkinkan, CBR tanah dasar yang nilainya < 5 % perlu diperbaiki agar mencapai
nilai yang > 5 % dengan cara-cara yang biasa berlaku.
b. Sebagai petunjuk praktis, berikut ini diberikan tabel perkerasan jalan kabupaten yang
dihitung dengan umur rencana 10 tahun (Tabel 4.2.). Jika dikehendaki perencana
dapat menghitung lebih teliti tebal perkerasan jalan yang diperlukan, sesuai dengan
data yang tersedia.
c. Nilai tebal lapis perkerasan :
 Tebal perkerasan LPA ditetapkan min.15 cm.
 Jumlah beban kumulatif standar sumbu tunggal dapat didekati dengan perkiraan
kelas jalan.
Tabel 4.2. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.

Klasifikasi CBR AC ATB Macada Sirtu


m
jalan (cm) (cm) (cm) (cm)

Lokal 6 5 5 20 15
Lokal 5 5 5 20 15
Lokal 4 5 5 20 20

CBR tanah dasar :


Kondisi CBR

Amat baik Didasarkan pada CBR 24 %


Baik Didasarkan pada CBR 8 %
Sedang Didasarkan pada CBR 5 %
Buruk Didasarkan pada CBR 3 %
Amat buruk Didasarkan pada CBR 2 %
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

4.3. DESAIN PERKERASAN JALAN ARTERI

Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.

4.3.1. KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF


Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis
permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall
Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang stabilisasi dengan
semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).

Daftar koefisien kekuatan relatif ditentukan menurut Tabel 4.3.1.


Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Tabel 4.3.1. : Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien kekuatan relatif Kekuatan Bahan


2
Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm ) CBR (%)

0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - - Laston
0,32 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -

0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - - Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -

0,30 - - 340 - - HRA


0,26 - - 340 - - Aspal Macadam
0,25 - - - - - Lapen(mekanis)
0,20 - - - - - Lapen(manual)

- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -

- 0,23 - - - - Lapen (mekanis)


- 0,19 - - - - Lapen (manual)

- 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg semen


- 0,13 - - 18 -

- 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg kapur


- 0,13 - - 18 -

- 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A)


- 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B)
- 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C)

- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)


- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)

- - 0,10 - - 20 Tnh/lempung kepasiran

(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen, 1987).

Koefisien kekuatan relatif bahan untuk Cement Treated Base (CTB) sebagai berikut :

2
CTB dengan kuat tekan > 45 kg/cm : a = 0,23
 CTB dengan kuat tekan 28 - 45 kg/cm2 : a = 0,20

2
CTB dengan kuat tekan < 28 kg/cm : a = 0,15
(Sumber : Teknik Jalan Raya, Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Jilid 2, 1996).
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

4.3.2. BATAS MINIMUM TEBAL PERKERASAN

1. Lapis permukaan.

ITP Tebal min. Bahan


(cm)

< 3,00 5 Lapis pelindung : Buras, Burtu, Burda


3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
 10,00 10 Laston

(Sumber : Petunjuk Perencanaantebal Perkerasan Jalan Raya dengan


metode Analisa Komponen, 1987).

2. Lapis pondasi.

ITP Tebal min. Bahan


(cm)

Batu pecah,stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi


< 3,00 15
tanah dengan kapur.

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi


3,00 – 7,49 20 *)
tanah dengan kapur.
10 Laston atas.

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi


7,50 – 9,99 20
tanah dengan kapur, Macadam.
15 Laston atas

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi


10 – 12,14 20
tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi


 12,25 25
tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.

(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan metode


Analisa Komponen, 1987).
*) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah
digunakan material berbutir kasar.

3. Lapis pondasi bawah.


Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum
adalah 10 cm.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

4.3.3. PENDEKATAN DESAIN TEBAL PERKERASAN

Pendekatan desain tebal perkerasan lentur (full depth pavement) dapat dilakukan untuk
perkiraan / pendekatan awal guna keperluan-keperluan khusus dan tertentu dengan
asumsi-asumsi, peng-kondisi-an, tentang parameter-parameter yang dibutuhkan untuk
penentuan / perencanaan tebal perkerasan lentur.

Tabel 4.3.3. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.

Klasifikasi AC ATB Macadam Sirtu AC ATB CTB Sirtu


CBR
jalan (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Arteri 6 5 7 30 40 - - - -
Arteri 5 5 7 30 40 - - - -
Arteri 4 5 7 35 40 - - - -
Arteri 6 - - - - 5 7 25 25
Arteri 5 - - - - 5 7 25 25
Arteri 4 - - - - 5 7 25 30
Kolektor 6 5 7 20 25 - - - -
Kolektor 5 5 7 20 25 - - - -
Kolektor 4 5 7 20 30 - - - -
Kolektor 6 - - - - 5 7 20 10
Kolektor 5 - - - - 5 7 20 10
Kolektor 4 - - - - 5 7 20 15

4.4. DESAIN JEMBATAN

Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.)
harus memakai standar Bina Marga :
 Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.
 Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.
Daya muat jembatan untuk jalan kabupaten yang diijinkan oleh Bina Marga adalah seperti
berikut :

Kelas Desain Jembatan


LHR Catatan
Jalan (beban)
III A 3.000 – 500 70 % BM Jembatan permanen
III B 500 – 200 70 % BM Jembatan permanen / kayu
200 – 50 50 % BM Jembatan kayu
III C < 50 50 % BM Jembatan kayu
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

BAB V
KELENGKAPAN GAMBAR

5.1. UMUM

Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan
konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.

5.2. HALAMAN SAMPUL

Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :


 Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.
 Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
 Siapa konsultan perencana-nya.

5.3. DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut di atas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.

5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.

5.5. GAMBAR SITUASI

Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.

5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)

Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya
setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf
STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat
diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta
fasilitas-fasilitas jalan.

5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)

Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)

Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang
khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat
diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi,
kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.

5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE

Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap
badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran
tertutup.

5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN

Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.

5.11. GAMBAR DETAIL

Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 :


10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan
lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya
untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan
: detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail
dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING


Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar-
gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain :
perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light,
dll.

5.13. GAMBAR STANDARD

Gambar standard, antara lain : marka jalan, rambu jalan, penerangan jalan termasuk
pondasinya, lampu lalu-lintas, kerb, guardrail, patok KM, guide post, bisa juga box culvert,
gorong-gorong bulat, dll.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar

BAB VI
SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR

6.1. SISTEMATIKA GAMBAR


Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari :

No. Kode Gambar

SAMPUL SAMPUL
A UMUM
1. A/1/1 Daftar gambar
2. A/2/1 Peta lokasi proyek
3. A/2/2 Key Plan
4. A/2/3 Peta Quarry
5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum
6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan
B TYPICAL CROSS SECTION
7. B/1 Typical Cross Section Type I
8. B/2 Typical Cross Section Type II
C ALIGNMENT LAYOUT
9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750
10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500
D PLAN & PROFILE
11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750
12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500
E CROSS SECTION
13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500
14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000
F INTERSECTION
15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000
16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000
17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000
G STRUKTUR
18. G/1/1 Tampak samping jembatan
19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan
20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section
21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement
22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder
23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement
24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab
25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement
26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing
27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement
28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment
29. G/1/12 Detail pondasi
30. G/1/13 Detail Expansion Joint
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar

No. Kode Gambar

H DRAINASE
31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750
32. H/2/1 Ditch – Type I
33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I
34. H/4/1 Catch Basins – Type I
35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert
36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I
37. H/6/1 Box Culvert – Type I
38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I
39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I
40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I
41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II
42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement
43. H/6/10 Sub Surface Drain
I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION
44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I
45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II
46. I/2/1 Bar Reinforcement
47. I/3 River Bank Slope Protection
48. I/4 Rip-rap Slope Protection
J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING
49. J/1 Curb
50. J/2/1 Median
51. J/3 Concrete Barrier
52. J/4/1 Side-walk
53. J/5/1 Island
54. J/6/1 U-Turn – Type I
55. J/7 Truck Parking Area
56. J/8/1 Traffic Signs
57. J/9/1 Road Marking
58. J/10 Guardrail
59. J/11 KM Post
60. J/12/1 Lighting – Type I
61. J/13 Bus Bay
62. J/14/1 Lanscape Plan
63. J/14/2 Detail planting plan
64. J/14/3 Description of planting plan

6.2. CONTOH GAMBAR

Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan
contoh dari proyek-proyek dari instansi :Depatemen Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan
Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing
instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai
pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
LAMPIRAN
Contoh Gambar-gambar Proyek
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman

RANGKUMAN

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :


 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam
mengartikan lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :
 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
 Dapat terbaca dengan jelas
 Bentuknya seragam, konsisten
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman

Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.
Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.)
harus memakai standar Bina Marga :
 Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.
 Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.
Gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Pelaksanaan Pembangunan Jalan (Highway Engineering), Lestari


Jakarta, Oktober 1979.

2. The Asphalt Institute, Asphalt in Pavement Maintenance, manual Series No. 16


(MS-16), March 1983.

3. Asphalt Institute, Asphalt Technologie Construction Practice, Educational Series


No. 1, January 1983.

4. Asphalt Institute, Principles of Construction of Hot-mix Asphalt Pavements,


Manual Series No. 22, Januari 1983.

5. Clarkson.H.Oglesby, R. Gary Hicks, Highways Engineering, 4nd Ed John Willey &


Sons, inc, 1982.

6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.

7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling
Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.

8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pengambilan Data Lapangan untuk


Program Pemeliharaan Berkala, Bipran Central Design Office, November 1988.

9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine
Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.

10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual
Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan
Peningkatan jalan, Agustus 1988.

11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990.

12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka

13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and
Models for the Roadworks Design System.

14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu
Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.

15. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeliharaan Jalan, No.03/MN/B/1983.

16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength
measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and
Development, August 1984.

17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, cetakan pertama, 1979.

18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4,
Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.

19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway
Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.

20. NAASRA, Interim Guide to Pavement Thicknees Design, 1979.

21. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan.

22. PMU, Urban Roads Planning and Programming Manual, Jakarta.

23. Robert D. Krebs/Richard D. Walker, Highway Materials, Mc Graw-Hill Book


Company, 1971.

24. Semawi A.M., Konstruksi Jalan Raya, Unpar.

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan.

26. Unpar, Bahan Kuliah Teknik Jalan Raya II, 1989.

27. PT. HUTAMA PRIMA, Aspal Emulsi, Jakarta, 2004.

Anda mungkin juga menyukai