KATA PENGANTAR
Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan
mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil
pelaksanaan (as built drawing).
Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek
sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap
karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah
dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk
keperluan pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar
kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih
dahulu sebelum digunakan di lapangan.
Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan
jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja juru ukur kuantitas dapat
memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.
Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam
meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site
Inspector of Road) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii
RANGKUMAN
LAMPIRAN
Contoh Gambar-gambar Proyek
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. RENCANA PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala
kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi,
dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.
Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk
garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-rencana yang
terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-bagian
bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti.
Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana
proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.
Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana
dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih
ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap.
Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas
tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.
Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat
diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang
gambar konstruksi sudah cukup jika :
a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :
Gambar pasangan batu
Gambar pekerjaan beton
Garis-garis yang kelihatan
Garis-garis yang tak kelihatan
b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek,
gambar konstruksi / detail, dsb.
c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.
Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik
Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut
sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi
komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan
bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk
menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada
orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,
oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan
obyektive.
Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga
merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-
lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan
BAB II
PENYAJIAN GAMBAR
Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas
gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan
adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.
2
Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m , dengan perbandingan ukuran panjang
kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan
membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0,
ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2,
ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti
pada Tabel 2.1. berikut.
A0 1.189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210
Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas
gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1.
Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10
mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk
menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila
sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan
tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri
kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar
diambil 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis
tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.
Garis tepi
Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala
gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :
Nomor gambar
Judul gambar
Nama perusahaan
Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
Keterangan gambar, seperti skala gambar
Tempat untuk menulis catatan penting, dll.
Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk
kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas
sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang
ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas
gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.
Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.
Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar
NAMA TANDA-TANGAN
DIGAMBAR
DIPERIKSA
DISETUJUI
Skala 1 : 100
Kepala gambar
1 : 500
1 : 1.000
Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya
hingga 1 : 50.000
Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :
Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000
Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50
Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
BAB III
KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR
3.1. GARIS
Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.
Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis,
yaitu :
Garis nyata atau garis penuh
Garis putus-putus
Garis putus titik
Jenis garis yang lain misalnya :
Garis titik-titik
Garis putus dengan dua titik
Garis-garis tersebut di atas menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 jenis garis, yaitu :
Garis tebal
Garis sedang
Garis tipis
Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5.
Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga
tergantung dari besarnya gambar.
Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :
Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu
garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya
dibuat dengan ukuran sedang.
Garis tipis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk
dan garis arsir.
Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari
arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.
Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis simetri),
garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja
garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi
keterangan.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan
sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran,
peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu-
raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat
huruf maupun angka, ialah :
Dapat terbaca dengan jelas
Bentuknya seragam, konsisten
Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO
3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan Gambar 3.2.2. Ukuran huruf secara
umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
0123456789IVX
10 mm 1234567890
8 mm 1234567890
6,3 mm ABCDEFGHIJ
5 mm KLMNOPQRST Gambar 3.2.2. :
Bentuk Huruf Sesuai
4 mm UVWXYZ Standar JIS
3,2 mm abcdefghij
2,5 mm klmnopqrst
2 mm uvwxyz
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan
secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai
sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah
Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar,
perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.
Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh
gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar
tersebut.
0 5 10 km
U
Gambar 3.3.1. : Simbol Mata Angin
Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa
disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.
Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.
Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi
balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak
diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.
Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.
Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.
Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai
tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.
Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut
menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.
Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar
Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai
skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi
balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.
Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga,
dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :
Tulangan bawah :
BAB IV
GAMBAR TEKNIK JALAN DAN DESAIN
Desain geometrik dari sebuah jalan tergantung dari beberapa faktor, misalnya volume
lalu-lintas, muatan gandar, desain kecepatan dan kondisi lokasi atau daerah.
Kondisi daerah dapat digolongkan pada 3 kategori :
Datar < 10 %
Berbukit-bukit 10 – 25 %
Bergunung- > 25 %
gunung
Konstruksi jalan kabupaten didasarkan pada perkiraan dari rata-rata volume lalu-lintas
tiap hari selama 5 tahun yang akan datang.
Bab ini antara lain akan menjelaskan penggunaan data volume lalu-lintas untuk
menentukan ketebalan, yaitu pada sub-bab Desain Perkerasan.
Perubahan besar pada alinyemen horizontal dan vertikal sejauh mungkin harus dihindari.
Perubahan besar hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan dan keadaan medan /
lokasi mengijinkan terutama ditinjau dari segi biaya.
Jika kendaraan melintasi suatu lengkung bundar, akan mengakibatkan suatu gaya
sentrifugal yang mana harus cukup untuk dapat dilalui pada jalan tikungan. Untuk
menentukan jari-jari dan kecepatan, suatu usaha harus dibuat untuk menjaga agar
kendaraan tetap pada jalurnya. Dalam desain jalan, usaha ini diberikan oleh gesekan tepi
antara roda dan perkerasan dibantu dengan super-elevasi.
Untuk nilai kecil dari super-elevasi dan gesekan samping, rumus berikut dapat dipakai :
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
v V2
ef atau
g.R 127R
di mana :
e = Super-elevasi perkerasan (tangen dari pada sebuah sudut), yang
diambil adalah nilai positifnya apabila perkerasan jatuh pada pusat
tikungan.
f = Koefisien gesekan antara roda kendaraan dengan perkerasan
jalan. Ini diambil dari nilai positif, apabila tenaga gesekan pada
kendaraan menuju ke pusat tikungan.
2
g = Gravitasi bumi = 9,8 m/det
v = Kecepatan kendaraan (m/det)
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari lengkung (m)
Jari-jari lengkung minimum (R) dan super-elevasi (e) untuk bermacam-macam desain
kecepatan V (km/jam) seperti pada Tabel 4.1.2.1.
Jari-jari minimum tanpa super-elevasi diberikan pada Tabel 4.1.2.2.
Kecepatan rencana
Jari-jari
30 40 50 60 70 80
Kemiringan 3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3
nominal (e)
> 300 x x x x x x x x x x x x x
275 – 300 x x x x x x x x x x x x x
250 – 275 x x x x x x x x x x x x 3,0
225 – 250 x x x x x x x x x x x 5,0 3,0
200 – 225 x x x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 3,0
175 – 200 x x x x x x x x 3,0 5,0 3,0 5,0 5,0
150 – 175 x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 4,5 5,0 6,6
135 – 150 x x x x x 6,0 3,0 5,0 3,5 5,0 6,0 6,0 8,5
120 – 135 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 4,7 5,0 7,5 7,5 10
110 – 120 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 5,8 5,0 8,8 8,8 10
100 – 110 x x 6,0 3,0 5,0 6,0 3,0 5,0 7,0 5,0 10 10 10
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Kecepatan rencana
Jari-jari
30 40 50 60 70 80
Kemiringan 3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3
nominal (e)
90 – 100 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 4,8 5,0 8,2 8,2 10 10 10
80 – 90 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 6,2 6,2 10 10 10 10 10
70 – 80 3,0 5,0 6,0 3,6 5,0 6,0 8,0 8,0 10 10 10 10
60 – 70 3,0 5,0 6,0 5,2 5,0 10 10 10 10 10 10 10
50 – 60 3,0 5,0 6,0 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10
45 – 50 3,6 5,0 6,0 9,3 9,3 10 10 10 10 10 10 10
40 – 45 4,8 5,0 6,0 10 10 10 10 10 10 10
35 – 40 6,2 6,2 6,2 10 10 10 10 10
30 – 35 8,5 8,5 8,5 10 10 10
25 – 30 10 10 10
rencana
(km/jam) Punca 3% 5% 6%
k
Alinyemen vertikal sangat berpengaruh pada biaya konstruksi jalan. Maka, kemiringan
yang memanjang harus diperhitungkan secara lebih berhati-hati, mengingat kondisi
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
daerah untuk dapat mencapai desain jalan yang sempurna yang juga mempunyai sifat-
sifat keindahan.
a. Gradien (tanjakan)
Maximum desain tanjakan untuk jalan-jalan kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.a.
Landai disarankan 4 5 8 4 6 8 4 7 8 5 8 12
(%) maximum 7 8 10 7 8 10 7 9 12 7 12 16
Lebar bahu jalan disarankan 2,0 1,5 1,0 1,5 1,5 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 0,7
5
(m) minimum 1,5 1,0 0,7 1,0 1,0 0,7 1,0 0,75 0,75 0,7 0,7 0,7
5 5 5 5 5
Lebar disarankan 10, 9,0 9,0 8,0 7,5 6,5 7,5 6,5 6,5 5,5 5,5 5,5
perkerasan 0
jalan (m) minimum 7,5 6,5 6,0 5,5 5,5 5,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 4,0
Kemiringan disarankan 3 4 5 6
maximum (%) maximum 4 5 6 7
Landai 3 4 5 6 7 8 10 12
(%)
b. Lengkung vertikal
Potongan memanjang jalan terdiri dari jalan lurus (landai) yang dihubungkan oleh
lengkungan. Lengkungan-lengkungan dapat diketahui sebagai lengkung vertikal dan
usulannya yang terdiri dari 2 maksud, yaitu :
Melancarkan jalan lintasan kendaraan dari tanjakan yang satu dan yang lainnya.
Meningkatkan jarak pandang di seberang persimpangan pada tanjakan.
Lengkung vertikal cembung dapat diketahui dari puncaknya atau bagian atas dan
lengkung vertikal cekung adalah sebaliknya.
Biasanya spesifikasi jarak pandang ditetapkan dari panjang puncak lengkung vertikal.
Pada salah satunya diperlukan kenyamanan perjalanan atau tidak perlu panjang
minimum jarak pandang yang pasti, dimana ada kelebihan batasan sampai garis
pandang.
Lengkung vertikal biasanya berbentuk parabola. Selain itu, lengkung vertikal bisa
berbentuk bundar. Tabel 4.1.3.b. dan 4.1.3.c. menggunakan data vertikal bundar.
Panjang puncak lengkung vertikal untuk memberikan jarak pandang diberikan rumus
seperti tersebut dibawah ini :
L 2D
200
V.h1 V.h 2
A
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
Tabel 4.1.3.b. : Panjang Lengkung Vertikal Cembung (M) Untuk Jalan 2 Jalur
Berdasarkan Jarak Pandangan Menyiap (Henti).
0–1 52 47 30 23 20
1–2 300 47 30 23 20
2–3 650 300 50 23 20
3–4 900 430 160 23 20
4–5 > 1.000 550 225 50 20
5–6 > 1.000 650 275 85 20
6–7 > 1.000 790 325 120 20
7–8 > 1.000 900 380 145 25
8–9 > 1.000 > 1.000 440 160 40
9 – 10 > 1.000 > 1.000 500 170 55
10 – 11 > 1.000 > 1.000 540 200 60
11 – 12 > 1.000 > 1.000 575 220 75
12 – 13 > 1.000 > 1.000 600 230 90
13 – 14 > 1.000 > 1.000 750 260 100
0–1 45 35 30 23 18
1–2 45 35 30 23 18
2–3 46 35 30 23 18
3–4 53 35 30 23 18
4–5 102 60 37 23 18
5–6 133 78 48 23 18
6–7 155 93 58 35 18
7–8 180 110 68 42 25
8–9 205 125 75 45 32
9 – 10 230 143 85 55 38
10 – 11 253 155 95 58 40
11 – 12 278 173 103 63 42
1. Bila panjang lengkung adalah kurang dari jarak pandang yang diminta :
L 2D
200
V.h1 V.h 2 2
A
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
2. Bila panjang lengkung adalah lebih tinggi dari jarak pandang yang diminta :
D2 A
L
200V.h1 V.h 2 2
Nilai h1 dan h2 yang dipakai dalam rumus adalah hubungan antara panjang lengkung
vertikal, jarak pandang dan perubahan kemiringan.
Panjang lengkung vertikal miring untuk jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut
dibawah ini :
150 3,5D
L 2D (m)
A
2. Dimana panjang lengkung, lebih besar dari jarak pandang yang dibutuhkan :
D2 A
L 2D (m)
150 3,5D
Ahli teknik bidang jalan harus mengetahui material yang berkualitas rendah secara tidak
langsung akan menambah ketebalan lapisan apabila dibandingkan dengan ketebalan
yang dibuat dengan material yang memenuhi standar yang lebih tinggi.
Penentuan tebal perkerasan didasarkan pada buku PETUNJUK PERENCANAAN
PERKERASAN UNTUK JALAN KABUPATEN, adapun ketentuan-ketentuan dasarnya
adalah sebagai berikut :
a. Pada umumnya, perencanaan tebal perkerasan jalan kabupaten tidak memberikan
ketebalan yang terlalu tinggi jika CBR tanah dasar > 5 %. Jika kondisinya
memungkinkan, CBR tanah dasar yang nilainya < 5 % perlu diperbaiki agar mencapai
nilai yang > 5 % dengan cara-cara yang biasa berlaku.
b. Sebagai petunjuk praktis, berikut ini diberikan tabel perkerasan jalan kabupaten yang
dihitung dengan umur rencana 10 tahun (Tabel 4.2.). Jika dikehendaki perencana
dapat menghitung lebih teliti tebal perkerasan jalan yang diperlukan, sesuai dengan
data yang tersedia.
c. Nilai tebal lapis perkerasan :
Tebal perkerasan LPA ditetapkan min.15 cm.
Jumlah beban kumulatif standar sumbu tunggal dapat didekati dengan perkiraan
kelas jalan.
Tabel 4.2. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.
Lokal 6 5 5 20 15
Lokal 5 5 5 20 15
Lokal 4 5 5 20 20
Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - - Laston
0,32 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - - Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - Laston Atas
- 0,24 - 340 - -
(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen, 1987).
Koefisien kekuatan relatif bahan untuk Cement Treated Base (CTB) sebagai berikut :
2
CTB dengan kuat tekan > 45 kg/cm : a = 0,23
CTB dengan kuat tekan 28 - 45 kg/cm2 : a = 0,20
2
CTB dengan kuat tekan < 28 kg/cm : a = 0,15
(Sumber : Teknik Jalan Raya, Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Jilid 2, 1996).
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain
1. Lapis permukaan.
2. Lapis pondasi.
Pendekatan desain tebal perkerasan lentur (full depth pavement) dapat dilakukan untuk
perkiraan / pendekatan awal guna keperluan-keperluan khusus dan tertentu dengan
asumsi-asumsi, peng-kondisi-an, tentang parameter-parameter yang dibutuhkan untuk
penentuan / perencanaan tebal perkerasan lentur.
Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.)
harus memakai standar Bina Marga :
Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.
Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.
Daya muat jembatan untuk jalan kabupaten yang diijinkan oleh Bina Marga adalah seperti
berikut :
BAB V
KELENGKAPAN GAMBAR
5.1. UMUM
Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan
konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar
sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut di atas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.
Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.
Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya
setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf
STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat
diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta
fasilitas-fasilitas jalan.
Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar
Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang
khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat
diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi,
kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.
Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap
badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran
tertutup.
Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.
Gambar standard, antara lain : marka jalan, rambu jalan, penerangan jalan termasuk
pondasinya, lampu lalu-lintas, kerb, guardrail, patok KM, guide post, bisa juga box culvert,
gorong-gorong bulat, dll.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar
BAB VI
SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR
SAMPUL SAMPUL
A UMUM
1. A/1/1 Daftar gambar
2. A/2/1 Peta lokasi proyek
3. A/2/2 Key Plan
4. A/2/3 Peta Quarry
5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum
6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan
B TYPICAL CROSS SECTION
7. B/1 Typical Cross Section Type I
8. B/2 Typical Cross Section Type II
C ALIGNMENT LAYOUT
9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750
10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500
D PLAN & PROFILE
11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750
12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500
E CROSS SECTION
13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500
14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000
F INTERSECTION
15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000
16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000
17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000
G STRUKTUR
18. G/1/1 Tampak samping jembatan
19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan
20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section
21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement
22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder
23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement
24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab
25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement
26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing
27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement
28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment
29. G/1/12 Detail pondasi
30. G/1/13 Detail Expansion Joint
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar
H DRAINASE
31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750
32. H/2/1 Ditch – Type I
33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I
34. H/4/1 Catch Basins – Type I
35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert
36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I
37. H/6/1 Box Culvert – Type I
38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I
39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I
40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I
41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II
42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement
43. H/6/10 Sub Surface Drain
I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION
44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I
45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II
46. I/2/1 Bar Reinforcement
47. I/3 River Bank Slope Protection
48. I/4 Rip-rap Slope Protection
J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING
49. J/1 Curb
50. J/2/1 Median
51. J/3 Concrete Barrier
52. J/4/1 Side-walk
53. J/5/1 Island
54. J/6/1 U-Turn – Type I
55. J/7 Truck Parking Area
56. J/8/1 Traffic Signs
57. J/9/1 Road Marking
58. J/10 Guardrail
59. J/11 KM Post
60. J/12/1 Lighting – Type I
61. J/13 Bus Bay
62. J/14/1 Lanscape Plan
63. J/14/2 Detail planting plan
64. J/14/3 Description of planting plan
Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan
contoh dari proyek-proyek dari instansi :Depatemen Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan
Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing
instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai
pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
LAMPIRAN
Contoh Gambar-gambar Proyek
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Rangkuman
RANGKUMAN
Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.
Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.)
harus memakai standar Bina Marga :
Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.
Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.
Gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.
7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling
Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine
Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.
10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual
Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan
Peningkatan jalan, Agustus 1988.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990.
12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
Modul SIR-04 : Gambar Teknik Daftar Pustaka
13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and
Models for the Roadworks Design System.
14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu
Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.
16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength
measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and
Development, August 1984.
17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, cetakan pertama, 1979.
18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4,
Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.
19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway
Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.