Anda di halaman 1dari 3

BERLINDUNG DIBAWAH NAUNGAN AL-QUR’AN

Oleh : Yuni Auliana Putri


(Mahasiswi Jurusan Kimia, Kepala Departemen Pembinaan Kemuslimahan
KARISMA)
Al-Qur’an merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
untuk disampaikan kepada umatnya. Menurut Syekh Muhammad Khudri Beik Al-
Qur’an adalah firman Allah SWT yang berbahasa arab diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara
mutawattir, ditulis dalam mushaf dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan Surat An-nas.
Al-qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada
kita sebagai umatnya, tentu bukan tanpa maksud. Namun, al-qur’an diturunkan agar
kita menjadikannya sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalankan kehidupan
di dunia ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
َ‫َٰذ ِلكََ ْٱل ِك َٰتبََلََريْبَََۛفِي َِهََۛهدًىَ ِل ْلمت َّ ِقين‬
Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (Q.S Al-Baqarah [2]: 2)
Bahkan, secara gamblang disampaikan dalam Q.S an-nahl [16]: 89 bahwasanya Al-
qur’an diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu kepada kita. Memang sudah
semestinya, kita yang posisinya sebagai seorang muslim selalu dan bahkan wajib
menjadikan al-qur’an sebagai rujukan terhadap segala sesuatu. Karena ajaran-
ajaran dalam Islam telah disampaikan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Iman kepada Al-Qur’an pun penuh dengan konsekuensi setelahnya, karena yang
dimaksud dengan iman itu sendiri ialah ketika kita meyakini/membenarkan dalam
hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan pula dalam perbuatan. Maksud dari
meyakini dalam hati ialah tatkala kita memang membenarkan dengan 100 % atau
tasdiqul jazm, tanpa keraguan sedikit pun dengan kebenaran Al-Qur’an. Selain itu,
kita pun akhirnya mengakui secara lisan kebenaran Al-Qur’an. Dan keimanan tidak
akan lengkap jika hanya dihati dan lisan namun kosong dalam penerapan yang
terlihat dari tingkah laku atau aktifitas kita.
Islam memang agama yang sempurna dan paripurna dalam memberikan aturan
kepada kita. Mulai dari habluminallah, habluminnafs, dan habluminannas diatur
dalam Islam. Habluminallah mencakup hubungan antara kita dengan Allah SWT.
Misalnya dalam perkara ibadah sholat, puasa dll. Adapun habluminanafs meliputi
hubungan kita dengan diri kita sendiri, seperti makan, minum maupun berpakaian.
Dan islam pun mengatur hal ini dengan sangat terperinci. Misalnya saja berpakaian
dalam Islam perintah menutup aurat bagi seorang muslimah terdapat ketentuan
khusus. Allah SWT memerintahkan wanita jika hendak keluar rumah untuk
menutup auratnya dengan menggunakan jilbab yang dilengkapi dengan krudung
(khimar). Jilbab merupakan pakaian luar seperti lorong dari atas sampai ke bawah.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-ahzab [33] :59
ََ‫ىَأنَي ْعر ْفنََفلََيؤْ ذيْنَََۗوكان‬ ََّ ‫نَ ِمنَج َٰلبِي ِب ِه‬
ََٰٓ َٰ ‫نََۚ َٰذ ِلكََأدْن‬ ََّ ‫جكََوبناتِكََو ِنسا َٰٓ َِءَ ْٱلمؤْ ِمنِينََيدْنِينََعل ْي ِه‬ َُّ ِ‫َٰ َٰٓيأيُّهاَٱلنَّب‬
َِ ‫ىَقلَ ِّل ْز َٰو‬
‫وراَ َّر ِحي ًما‬ ََّ
ً ‫ٱّللَغف‬

Artinya : Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Adapun kerudung berbeda dengan jilbab. Kerudung merupakan pentutup kepala
sampai pada bagian dada. Penjelasannya terdapat dalam Q.S an-nur [24]:31
ََّ ‫لَماَظهرََ ِم ْنهاََۖو ْليض ِْربْنََبِخم ِره‬
َ‫ِن‬ َ َّ ‫نَ ِإ‬ ََّ ‫نَولََي ْبدِينََ ِزينته‬ ََّ ‫ظنََفروجه‬ ْ ‫ِنَويحْ ف‬ ََّ ‫ْص ِره‬ َٰ ‫نَأب‬ َْ ‫تَي ْغضضْنََ ِم‬ َِ ‫وقلَ ِل ْلمؤْ ِم َٰن‬
ََّ ‫ن َأ َْو َأبْنا َٰٓ َِء َبعولتِ ِه‬
َ‫ن َأ َْو‬ ََّ ‫ن َأ َْو َأبْنآَٰئِ ِه‬
ََّ ‫ن َأ َْو َءابا َٰٓ َِء َبعول ِت ِه‬ ََّ ‫ن َأ َْو َءابآَٰئِ ِه‬
ََّ ‫ل َ ِلبعولتِ ِه‬ َ َّ ِ‫ن َإ‬ََّ ‫نَۖ َولَ َي ْبدِينَ َ ِزينته‬ ََّ ‫ى َجيوبِ ِه‬ ََٰ ‫عل‬
ْ َّ َٰ َٰ
َ‫ل‬َِ ‫ٱلرجا‬ ِ َ‫ن‬
َ ‫م‬ ََ
‫ة‬ ‫ب‬‫ر‬
ِ ِ ْ ِ ِ ۟ ِ‫ٱْل‬ َ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫أ‬ ََ
‫ْر‬ ‫ي‬ ‫غ‬ َ ‫ين‬
َ ‫ع‬
ِِ ِ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ٱل‬ ََ
‫و‬ ‫أ‬ ََ
‫ن‬ َّ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ْم‬ ‫ي‬‫أ‬ ََ
‫ت‬ْ ‫ك‬‫ل‬ ‫م‬َ ‫ا‬ ‫م‬ ََ
‫و‬ ‫أ‬ ََ
‫ن‬َّ ‫ه‬‫ئ‬
ْ ِِ ِ ْ َِِٰٓ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ن‬ََ
‫و‬ ‫أ‬ َ َّ
َ
‫ن‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫و‬ َٰ ‫خ‬ ‫أ‬ َ َٰٓ ِ ْ ِ ِ ِ َٰٓ ِ ْ ِ ِ ‫ِإ ْخ َٰو‬
َ
‫ى‬ ‫ن‬‫ب‬َ َ
‫و‬ ‫أ‬ ََ
‫ن‬َّ ‫ه‬ ‫ن‬‫و‬َٰ ْ
‫خ‬ ‫إ‬ ََ
‫ى‬ ‫ن‬ ‫ب‬َ َ
‫و‬ ‫أ‬ ََ
‫ن‬َّ ‫ه‬ ‫ن‬
۟
َ‫نَۚ َوتوب َٰٓوَاَ ِإلى‬ ََّ ‫نَ ِلي ْعلمََماَي ْخ ِفينََ ِمنَ ِزينتِ ِه‬ ََّ ‫تَٱلنِسا َٰٓ َِءََۖولَ َيض ِْربْنََ ِبأ ْرج ِل ِه‬ َِ ‫ىَع ْو َٰر‬ ََٰ ‫واَعل‬ َ۟ ‫ظهر‬ ْ ‫لَٱلَّ َِذينََل َْمَي‬َِ ‫ٱلط ْف‬
ِ َ‫أ َِو‬
ْ َّ ْ
َ‫ٱّللَِج ِميعًاَأيُّهََٱلمؤْ ِمنونََلعلك َْمَتف ِلحون‬ ََّ

Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Dalam perkara individu (habluminannafs) saja Islam luar biasa mengaturnya
dengan detail, termasuk dalam habluminannas yang meliputi hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Adab bertetangga misalnya, kita
diperintahkan untuk bersikap baik kepada tetangga kita sebagaimana dalam Q.S an-
Nisa’[4] : 36.
َِ ‫ىَو ْٱلج‬
َ‫ار‬ ََٰ ‫ارَذِىَ ْٱلق ْرب‬
َِ ‫ينَو ْٱلج‬
َِ ‫ىَو ْٱلم َٰس ِك‬ ََٰ ‫ىَو ْٱلي َٰتم‬ ََٰ ‫ْنَإِحْ َٰسنًاَوبِذِىَ ْٱلق ْرب‬ َ۟ ‫ٱّللَولََت ْش ِرك‬
َِ ‫واَبَِِۦهَشيْـًٔاََۖوبِ ْٱل َٰو ِلدي‬ َ۟ ‫وٱعْبد‬
ََّ َ‫وا‬
‫ورا‬
ً ‫الَفخ‬َ ً ‫ٱّللَلََي ِحبََُّمنَكانََم ْخت‬ ََّ َ‫ن‬ ََّ ‫تَأي َْٰمنك َْمََۗ ِإ‬
َْ ‫لَوماَملك‬ َِ ‫س ِبي‬
َّ ‫ْنَٱل‬
َِ ‫بَوٱب‬َِ ‫بَ ِب ْٱلج ۢن‬ َِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬
َّ ‫بَوٱل‬ َِ ‫ْٱلجن‬

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Dalam hal perekonomian islam pun mengaturnya untuk tidak menjalankan praktek
riba (Q.S al-Baqarah [2]: 275), bidang uqubat atau sanksi yang dijatuhkan kepada
seorang yang melakukan kemaksiatan seperti potong tangan bagi yang mencuri
(Q.S al-Maidah [5]: 38), qishash bagi yang membunuh seseorang tanpa hak (Q.S
al-Baqarah [2]: 178 ), jilid/cambuk bagi pelaku zina (Q.S an-Nur [24]: 2), hukuman
cambuk menuduh wanita baik-baik berzina (Q.S an-Nur [24]: 4) dsb. Dalam hal
pendidikan pun demikian luar biasa diaturnya, kita terus dimotivasi untuk menuntut
ilmu dan bahkan Allah SWT akan menaikkan seseorang yang berilmu beberapa
derajat (Q.S Al-mujadalah:11). Termasuk juga dalam masalah politik,
pemerintahan dan hukum islam juga mengaturnya. Allah SWT telah
memerintahkan untuk memutuskan perkara sesuai dengan apa yang Allah telah
turunkan (al-Qur’an) (Q.S al-Maidah:48 ) dan mengharamkan mengambil
pemimpin seorang kafir (Q.S al-maidah:51). Dan tentunya masih banyak lagi
pengaturan Islam terkait habluminannas.
Dengan demikian, berlindung dibawah Al-Qur’an sudah semestinya kita
menjadikan Al-qur’an sebagai penghukum terhadap segala sesuatu dalam
kehidupan kita. Dan sikap seorang muslim yang mengimani al-qur’an adalah
dengan menerima Al-Qur’an seutuhnya, mengimani seluruh surat, seluruh ayat dan
seluruh isinya. Ia tak akan berpaling dari Al-Qur’an baik sebagian apalagi
seluruhnya. Mengingkari seluruh al-qur’an sama saja mengingkari seluruh
kandungan al-Qur’an. Jangankan mengingkari al-Qur’an, meragukan kebenaran al-
Qur’an saja sudah diancam dan dimasukkan ke dalam neraka dan mendapatkan
azab (Q.S Hud [11] : 17; al-Hajj [22]: 55). Maka, sudah seharusnya dalam masalah
individu, masyarakat maupun bernegara menjadi al-Qur’an sebagai dasarnya.
Sehingga, keberkahan dan rahmat pun InsyaAllah akan kita rasakan dalam
kehidupan kita.

Anda mungkin juga menyukai