Panduan Pengelolaan Linen Laundry
Panduan Pengelolaan Linen Laundry
1.3. Tujuan
Tujuan Pengelolaan Linen dan Laundry adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen dirumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
2.1. Peraturan – Peraturan terkait dengan Pengelolaan Linen dan Laundry bagi
Rumah Sakit:
a. Permenkes 1204/Menkes/SK/XI/2004 Mengatur tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah sakit.
b. Depkes RI th 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.
Membeli pakaian adalah ritual rutin yang harus dilakukan oleh seseorang.
Orang akan terpaksa membeli baju, celana, pakaian dalam, kaus kaki, jaket, dsb
jika yang lama sudah tidak layak dipakai lagi alias rusak. Jika baju-baju yang
lama dapat bertahan lebih lama maka kita pun bisa menghemat pengeluaran
sandang kita.
2.6.1 Cara Mencuci Pakaian / Baju
1. Untuk pakaian yang baru sebaiknya dalam mencuci harus di cuci
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
Pengeringan
Pelipatan Pemerasan
Pengepresan
(Setrika)
a. Pengumpulan
Pada umumnya linen – linen yang bekas dipakai oleh pasien yang
mudah menularkan penyakit harus dikumpulkan secara terpisah
dari keseluruhan linen. Ini penting agar bakteri - bakteri atau
c. Penyotiran
Penyotiran bahan kotor perlu dilakukan untuk menjamin efisiensi
waktu di cuci / laundri dan memberikan keuntungan misalnya: hemat
waktu, hemat deterjen.Bahan dari polyester / cotton hendaknya
dipisahkan ke dalam tinggkat pengotorannya berat atau sedang untuk
diproses. Tanpa penyotiran bahan yang tingkat pengotorannya berat
sering masih kurang bersih sedang yang tingkat pengotorannya biasa
akan kelebihan proses. Bahan yang bewarna harus di pisahkan dari
bahan yang putih untuk mencegah kelunturan bagi bahan yang putih.
d. Pencucian
Sebelum di cuci sebaiknya cucian direndam dalam air dingin dan /
dalam produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat – zat
protein lainnya atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air
kran yang mengalir deras untuk melepaskan partikel – partikel
kotoran. Pencucian harus dilakukan didalam air untuk mencegah
penguapan.Sebaiknya menggunakan detergen yang dapat
menghilangkan kotoran organik dan inorganik, sedikit busa, mudah
dibilas, dan dapat mencegah pengendapan deposit air.
e. Pemerasan
Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di
cucian supaya cucian cepat kering.
f. Pengeringan, pengepresan, setrika
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya
listrik, adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi
Pencucian terbagi dua bagian antara instalasi penerangan dan
instalasi tenaga.Daya di instalasi pencucian cukup besar
terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering,
dan alat setrika.Untuk instalasi kotak kontak disarankan
untuk memperhatikan penempatan, yaitu harus menjauhi
daerah yang lembab dan basah.Jenis kontak hendaknya yang
tertutup agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung,
dan parallel yang melebihi kapasitas penggunaan.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan
sedikitnya 40% dari kebutuhan air dirumah sakit atau
diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air
untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
standart air bersih berdasarkan Permenkes No.416 tahun
1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan
tidak adanya garam dan besi.
6. Kalibrasi Linen
1. Linen tidak boleh sobek.
2. Linen tidak kusut.
3. Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar
dari segi warna dan bau.
4. Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
5. Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
6. Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat
mengakibatkan linen menerawang.
9. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk
tekstil yang berada dirumah sakit yang meliputi linen diruang
perawatan maupun baju beda diruang operasi (OK), sedangkan baju
perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak
dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai
seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas,
pembungkus, lap, dan sebagainya sehingga dalam perkembangan
manajemennya menjadi tidak sederhana lagi, berhubung tiap
bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah
kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, dan keterbatasan
persediaan. Untuk itu diperlukan standart linen, antara lan :
a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit
mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi
massal dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas
tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya
dan mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga
secara ekonomi lebih optimum dibandingkan produk yang lebih
murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya
dari pada estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis,
dan unisex merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju
bedah dan baju pasien.Sizing system dengan membedakan
warna, diaplikasikan pada baju tertentu untuk
mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan
praktis beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang
fitted selain yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah
pertimbangan pada waktu pemeliharaan, penggunaan kancing
dan sambungan baju lebih baik dihindari.
c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan, dan penampilan yang diharapkan. Beberapa standart
BAB IV
DOKUMENTASI PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
1. Dokumen pengambilan linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih.
2. Dokumen pengiriman linen infeksius.
3. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari ruang OK.
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry.
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci.
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar).
7. Dokumen penghapusan linen rusak.
8. Dokumen permintaan linen baru.