2019
RS BELLA
Bekasi 17111
Email: rsbella@rsbella.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan pedoman manajemen linen laundry . Saya menyadari tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut
tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak ada kata lain selain ucapan terima kasih khusunya kepada
direktur, Ka.bid Keperawatan, Ka.Bid Personalia dan kepala ruang disemua unit serta teman-teman perawat bidan
dan unit lain yang telah memberikan arahan dan bimbingan, dukungan secara fisik maupun mental sehingga dapat
menyelasaikan pedoman Manajemen Linen Laundry.
Saya menyadari masih terdapat kekurangan pada diri saya dan juga dalam penyususnan laporan ini, untuk
itu saya meminta maaf dan juga sumbang saran dan kritik yang bersifat membangun agar yang buruk menjadi baik,
yang baik menjadi lebih baik dan mempertahankan di waktu mendatang.
Semoga Pedoman Manajemen Linen Loundry sebagai gambaran keadaan pelayanan kesehatan di RSIA
Kasih Fatimah Kotamobagu dapat bermanfaat bagi pelayanan pasien RSIA Kasih Fatimah Kotamobagu .
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Laundry adalah tempat pencucian linen
yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam
boiler), pengering, meja dan mesin strika (menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan.
Linen kotor adalah semua linen yang sudah dipakai pasien atau yang telah digunakan dalam
dalam asuhan keperawatan.Linen infeksius adalah semua jenis linen yang terkena cairan tubuh pasien,
seperti darah, nanah, air seni, feses, dll.Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang tidak terkena
cairan tubuh pasien/kotoran pasien.
1.2. Tujuan
Tujuan Pengelolaan Linen dan Laundry adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen dirumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
2.1. Peraturan – Peraturan terkait dengan Pengelolaan Linen dan Laundry bagi Rumah Sakit:
a. Permenkes 1204/Menkes/SK/XI/2004 Mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah sakit.
b. Depkes RI th 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.
c. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia th 1990.
2.6. Cara Mencuci, Menjemur, Menyetrika, Menyimpan Pakaian/Baju Agar Awet Tahan Lama, Rapi &
Bagus.
Membeli pakaian adalah ritual rutin yang harus dilakukan oleh seseorang. Orang akan terpaksa
membeli baju, celana, pakaian dalam, kaus kaki, jaket, dsb jika yang lama sudah tidak layak dipakai
lagi alias rusak. Jika baju-baju yang lama dapat bertahan lebih lama maka kita pun bisa menghemat
pengeluaran sandang kita.
2.6.1 Cara Mencuci Pakaian / Baju
1. Untuk pakaian yang baru sebaiknya dalam mencuci harus di cuci sendiri tidak digabung
dengan pakaian yang lain dan tidak di mesin cuci agar aman dari kasus kelunturan. Jika
pencucian pertama dan kedua tidak ada masalah maka selanjutnya bisa menggabungkan
dengan pakaian lain untuk pencucian selanjutnya.
2. Pilah-pilah pakaian sebelum mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya dan tingkat
terkontaminasinya terhadap kuman infeksius. Jangan menggabung pakaian infeksius dan non
infeksius karena baju dapat terkontaminasi .
3. Jangan rendam kaos, celana, baju, dan lain-lain yang disablon terlalu lama lebih dari satu jam
di dalam larutan deterjen agar tidak rusak.
4. Apabila membeli atau mendapat baju bekas / second yang pernah dipakai orang lain maka
cuci pakaian tersebut dengan deterjen yang dapat membunuh/disinfektan agar penyakit-
penyakit yang menempel di baju-baju tersebut dapat hilang.
5. Pada saat mencuci gunakan perasaan dan jangan emosi. Hati-hati pada saat menyikat pakaian,
memeras pakaian, mengucek pakaian, membanting pakaian, dll jangan terlalu keras agar baju
tidak cepat rusak dan melar.
6. Bila menginginkan hasil yang lebih baik dan lebih bersih serta lebih yakin maka sebaiknya
cuci pakaian tersebut secara manual dengan tangan anda sendiri. Mesin cuci yang pada saat
mencuci diset tidak sesuai dengan bahan pakaian atau sablon bisa membuat pakaian rusak.
7. Biasanya pada label pakaian yang terdapat di leher atau bagian pinggang terdapat pesan-pesan
dari pabrik mengenai perlakuan yang seharusnya dilakukan pada saat mencuci pakaian
tersebut. Ada aturan tentang suhu air, zat kimia untuk mencuci, cara menyetrika, dsb. Pelajari
bahan-bahan pakaian dan cara pencuciannya agar tidak salah metode / teknik mencuci.
8. Zat pemutih pakaian yang terlalu kuat dapat menyebabkan sablon mengelupas dan rusak serta
membuat bahan pakaiannya menjadi lebih tipis dan kasar.
9. Pakaian jenis tertentu dengan bahan khusus atau mudah rusak sebaiknya cucilah di tempat
cuci laundry profesional agar pakaian kita bisa awet selalu.
10. Pada bilasan terakhir bisa menggunakan cairan pelembut dan pewangi pakaian untuk hasil
pencucian yang terbaik.
11. Jika ada baju yang terkena noda makanan atau noda kimia lainnya sebaiknya lekas
dibersihkan agar lebih mudah dihilangkan nodanya daripada menunggu yang akhirnya malah
sulit dibersihkan.
12. Hati-hati dengan pembersih noda / bleaching karena bisa mengubah warna pakaian jadi
belang. Tes dulu pada bagian bahan yang tersembunyi sebelum mencoba membersihkannya.
2.6.2 Cara Menjemur Pakaian / Baju
1. Untuk bahan seperti kaos yang bisa melar sebaiknya pada saat dijemur jangan digantung
dengan hanger agar kerah atau bagian leher tidak melar.
2. Pakaian yang ada sablon / sablonan seperti kaos / t-shirt sebaiknya dijemur setelah baju
dibalik. Jadi yang terkena matahari secara langsung adalah baju bagian dalam agar warna
baju tidak cepat pudar, kusam dan mbladus.
3. Selain dengan cara menjemur pakaian pada sisi sebaliknya, bisa juga menjemur pakaian
dengan posisi miring terhadap cahaya matahari agar tidak terlalu panas.
4. Dalam menjemur pakaian sebaiknya gunakan penjepit baju agar baju tidak beterbangan
tertiup angin kencang yang dapat membuat baju kembali kotor jika jatuh ke tanah atau lantai
yang kotor.
2.6.3 Cara Menyetrika Pakaian / Baju
1. Gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus, tidak kusut dan harum
baunya.
2. Untuk kaos dan pakaian lain yang ada sablonan sebaiknya disetrika setelah dibalik di mana
yang tersetrika adalah bagian sisi yang lainnya agar sablonan awet tidak mengelupas, rusak
atau luntur terkena suhu panas.
3. Setrikalah baju sesuai aturan yang tertera pada label pesan perlakuan pakaian yang biasanya
ada di bagian leher atau pinggang. Pelajari suhu-suhu yang perlu diset untuk setiap jenis
bahan agar tidak salah setrika.
4. Menyetrika pakaian sebaiknya dilakukan ketika pakaian benar-benar kering habis dijemur di
terik matahari cukup agar pakaian lebih awet tidak rapuh.
2.6.4 Cara Menyimpan Pakaian
1. Simpanlah pakaian di tempat yang bersih, kering, tidak berdebu dan tertutup rapat.
Bersihkan dulu dengan lap kering atau lap basah jika kotor sekali.
2. Sebelum menyimpan pakaian pada lemari pakaian sebainya pastikan terlebih dahulu tingkat
kekeringan pakaian tersebut. Pastikan telah kering benar agar tidak menimbulkan bau tidak
sedap.
3. Jangan menyimpan pakaian di tempat yang penuh sesak agar mudah diambil jika diperlukan
dan tidak membuat pakaian menjadi kusut tidak rapi.
4. Cuci dengan bersih pakaian sebelum disimpan dan keluarkan benda-benda yang ada di
dalam saku. Pakaian yang kotor atau mengandung makanan bisa mengundang serangga yang
akhirnya merusak pakaian.
5. Baju bisa digantung di hanger agar baju rapi tanpa bekas lipatan. Untuk celana bisa
digantung dan bisa juga dilipat untuk menghemat ruangan penyimpanan pakaian.
6. Gunakan kamper dan alat penghilang kelembabab air untuk menjaga pakaian tetap terjaga
dalam kondisi yang prima dan baik serta menghadang serangga perusak pakaian.
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
Pengeringan
Pelipatan Pemerasan
Pengepresan
(Setrika)
a. Pengumpulan
Pada umumnya linen – linen yang bekas dipakai oleh pasien yang mudah menularkan
penyakit harus dikumpulkan secara terpisah dari keseluruhan linen. Ini penting agar bakteri
- bakteri atau kuman – kuman yang menempel pada linen – linen dari rumah sakit tidak
menular pada linen – linen lain.
b. Transportasi
Pada saat pengangkutan cucian kotor, cucian diterima di bagian penyortiran dengan berbagai
cara dapat diangkut dengan menggunakan trolley / kereta dorong, keranjang, tas atau yang
lainnya. Ingat harus hati – hati untuk mencegah terjadinya pengotoran lebih berat atau
kerusakan pada bahan. Misalnya jangan diseret / ditarik dengan troly, untuk menjaga
kesehatan jangan memakai troly yang sama untuk membawa bahan yang bersih / kotor.
1. Membawa dengan tanganHindari membawa pakaian yang terlalu berlebihan, tercecer.
2. Membawa trolyJangan melebihi muatan, jangan menggunakan kantong yang rusak.
c. Penyotiran
Penyotiran bahan kotor perlu dilakukan untuk menjamin efisiensi waktu di cuci / laundri dan
memberikan keuntungan misalnya: hemat waktu, hemat deterjen.Bahan dari polyester /
cotton hendaknya dipisahkan ke dalam tinggkat pengotorannya berat atau sedang untuk
diproses. Tanpa penyotiran bahan yang tingkat pengotorannya berat sering masih
kurang bersih sedang yang tingkat pengotorannya biasa akan kelebihan proses. Bahan yang
bewarna harus di pisahkan dari bahan yang putih untuk mencegah kelunturan bagi bahan
yang putih.
d. Pencucian
Sebelum di cuci sebaiknya cucian direndam dalam air dingin dan / dalam produk enzim
yang dapat melepaskan darah dan zat – zat protein lainnya atau dapat juga dimulai dengan
membilas dengan air kran yang mengalir deras untuk melepaskan partikel – partikel kotoran.
Pencucian harus dilakukan didalam air untuk mencegah penguapan.Sebaiknya menggunakan
detergen yang dapat menghilangkan kotoran organik dan inorganik, sedikit busa, mudah
dibilas, dan dapat mencegah pengendapan deposit air.
e. Pemerasan
Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di cucian supaya cucian
cepat kering.
f. Pengeringan, pengepresan, setrika
Pengeringan adalah bagian penting dalam proses pencucian. Pengeringan bisa juga
dilakukan dengan pemanas steam atau listrik. Pengeringan menggunakan sinar matahari
sebaiknya tidak dilakukan dibawah sinar matahari langsung untuk mencegah warna pudar.
g. Pelipatan
Pelipatan dapat dilakukan dengan tangan / mesin otomatis. Jika bahan masih kotor pelipatan
jangan diteruskan, simpanlah disamping untuk dicuci kembali. Hal ini untuk menghindari
komplain.
h. Penyimpanan
Setelah bahan dilipat biasanya disimpan digudang tersendiri untuk dipakai hari
berikutnya. Bahan yang dipres permanen sebaiknya disimpan dalam keadaan terlipat paling
sedikit satu malam sehingga tidak akan kusut bila digunakan. Disini adalah tempat yang
paling bagus untuk mengetahui standart pekerjaan secara umum. Sebagai contoh tumpukan
linen akan terlihat bervariasi tergantung dari lamanya dan dari apa bahan di buat.
i. Transportasi
Pendistribusian linen yang sudah bersih dari linen ke ruangan – ruangan. Hindari membawa
pakaian yang terlalu berlebihan atau tercecer agar pakaian tidak jatuh dan terkena kotoran.
j. Penggunaan
Linen siap untuk digunakan.
1. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Linen
a) Sarana Pengelolaan Linen
Sarana untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan untuk memudahkan
koordinasi selama pengoperasian.Tata letak dan hubungan antar ruangan memerlukan
perencanaa teknik untuk memudahkan penginstalan listrik, uap, air panas, dan
penunjang lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari :
1) Ruang penerimaan linen terdiri dari :
a. Meja penerima untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Linen yang
diterima harus sudah terpisah antara kantung kuning untuk terinfeksi dan
kantung hitam untuk sampah tidak terinfeksi.
b. Timbangan
c. Tempat yang cukup untuk linen kotor agar dilakukan desinfeksi sesuai
standart.
2) Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi
dan lantai yang digunakan dalam ruangan tidak boleh dari bahan yang licin.
3) Tempat pencucian dan pengeringan linen.
Tempat ini terdiri dari mesin cuci dan tempat pengering linen. Bagi rumah
sakit yang belum memiliki mesin cuci harus disiapkan bak pencuci yang terbagi
tiga yaitu perendaman non infeksius, bak infeksius dengan tambahan desinfektan,
dan bak untuk pembilasan serta harus disediakan isntalasi air bersih dengan
drainasenya. Lantai tempat ini tidak boleh dibuat dari bahan yang licin dan perlu
diperhatikan kemiringannya.
Mesin cuci yang digunakan untuk pencucian linen infeksius dan non
infeksius harus dibedakan karena apabila tercampur dapat mengkontaminasi linen
non infeksius dan akan menyebarkan bibit penyakit. Persyaratan mesin cuci yang
digunakan khusus linen dan laundry adalah :
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg) disarankan memiliki 2
(dua) kompartemen (pintu) yang membedakan antara memasukkan linen
infeksius dan non infeksius dengan hasil pencucian linen bersih. Antara 2
kompartemen dibatasi dengan partisi yang kedap air, karena fungsi pemisahan
tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen bersih.
b. Mesin cuci dengan kapasitas sedang dan kecil (25-100 kg) tanpa penyekat.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung dialirkan menuju
IPAL.
d. Peralatan pendukung yang digunakan untuk membantu proses pemanasan
(Desinfeksi) :
1. Pencatat suhu (tremometer) pada mesin cuci.
2. Termostaat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin cuci.
3. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air
yang dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia pada saat desinfektan.
4) Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini terdiri dari alat penyetrikaan linen yang dilengkapi dengan pemasangan
fan dan exhaust fan.
5) Ruang penyimpanan linen.
Ruang penyimpanan linen terdiri dari lemari dan rak untuk menyimpan linen serta
meja administrasi. Ruangan ini harus bebas dari debu dan pintu masuk dan pintu
lemari harus selalu tertutup
b) Prasarana Pengelolaan Linen
Prasarana untuk instalasi pengelolaan linen mempunyai peran yang penting untuk
pelaksanaan pengelolaan linen. Prasarana yang digunakan utnuk pengelolaan linen
adalah :
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik, adapun tenaga listrik
yang digunakan di Instalasi Pencucian terbagi dua bagian antara instalasi
penerangan dan instalasi tenaga.Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama
untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering, dan alat setrika.Untuk instalasi
kotak kontak disarankan untuk memperhatikan penempatan, yaitu harus menjauhi
daerah yang lembab dan basah.Jenis kontak hendaknya yang tertutup agar terhindar
dari udara lembab, sentuhan langsung, dan parallel yang melebihi kapasitas
penggunaan.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan
air dirumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air
untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air bersih
berdasarkan Permenkes No.416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan
penekanan tidak adanya garam dan besi.
6. Kalibrasi Linen
1. Linen tidak boleh sobek.
2. Linen tidak kusut.
3. Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar dari segi warna dan
bau.
4. Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
5. Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
6. Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat mengakibatkan linen
menerawang.
9. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada dirumah
sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun baju beda diruang operasi (OK),
sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak dikelompokkan
pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan
sebagainya sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak sederhana lagi,
berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan
yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, dan keterbatasan persediaan. Untuk itu diperlukan
standart linen, antara lan :
a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit mempunyai standar
produk yang sama, agar bisa diproduksi massal dan mencapai skala ekonomi. Produk
dengan kualitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan
mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih
optimum dibandingkan produk yang lebih murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya dari pada estetikanya,
maka desain yang sederhana, ergonomis, dan unisex merupakan pilihan yang ideal,
terutama pada baju bedah dan baju pasien.Sizing system dengan membedakan warna,
diaplikasikan pada baju tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk
kepentingan praktis beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang fitted selain
yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan pada waktu pemeliharaan,
penggunaan kancing dan sambungan baju lebih baik dihindari.
c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan, dan penampilan
yang diharapkan. Beberapa standart kain yang digunakan dirumah sakit adalah cotton
100%, poly-cotton 65%-35%, dan polyester 100%.
d. Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan, tetapi juga
dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul.Makin luas dan berat maka
makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat
tidur yang standart, misalnya 90x200 cm, maka ukuran linen bisa distandartkan
menjadi :
Sprei/laken : 160x275 cm
Sarung bantal : 50x70 cm
Steek laken : 75x160 cm
Selimut lurik : 120x200 cm
Zeil/perlak : 65x110 cm
e. Standart jumlah
Idealnya jumlah stok linen adalah 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di
ruangan. Stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par cadangan dan 2 par disimpan
di gudang : 1 par sudah terjahit dan I par berupa lembaran kain.
f. Standart penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal.Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelaikan sebuah linen,
dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci.
g. Standart penggantian linen
1. Setiap pengambilan linen kotor , linen langsung diganti dengan yang bersih.
2. Linen bersih yang diterima adalah linen yang tidak bernoda dan tidak sobek/cacat.
3. Linen di lipat dengan rapi/tidak ada kusut pada kain linen agar terkesan bersih dan
baik.
4. Apabila terdapat pasien, linen harus diganti setiap harianya agar kebersihan dan
kesehatan pasien tetap terjaga dengan kebersihan linen. Apabila pasien menolak
untuk diganti linennya maka harus memberikan tanda tangan tentang penolakan
penggantian linen.
5. Linen yang terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien wajib dibersihkan
dengan disinfektan agar dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit infeksius.
BAB IV
DOKUMENTASI PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
Dokumen yang dibutuhkan untuk penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga didistribusikan terdiri
dari :
1. Dokumen pengambilan linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih.
2. Dokumen pengiriman linen infeksius.
3. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari ruang OK.
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry.
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci.
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar).
7. Dokumen penghapusan linen rusak.
8. Dokumen permintaan linen baru.