Anda di halaman 1dari 19

PANDUANLINENDANLAUDRY

Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

2019

RS BELLA

Jl. Ir. H. Juanda No. 141, Bekasi

Bekasi 17111

Telp: (021) 8801778

Email: rsbella@rsbella.com

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan pedoman manajemen linen laundry . Saya menyadari tidak dapat menyelesaikan  tugas tersebut
tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak ada kata lain selain ucapan terima kasih khusunya  kepada
direktur, Ka.bid Keperawatan, Ka.Bid Personalia dan kepala ruang disemua unit serta teman-teman perawat bidan
dan unit lain yang telah memberikan arahan dan bimbingan, dukungan secara fisik maupun mental sehingga dapat
menyelasaikan pedoman Manajemen Linen Laundry.
Saya menyadari masih terdapat kekurangan pada diri saya dan juga dalam penyususnan laporan ini, untuk
itu saya meminta maaf  dan juga sumbang saran dan kritik yang bersifat membangun agar yang buruk menjadi baik,
yang baik menjadi lebih baik dan mempertahankan di waktu mendatang.
 Semoga Pedoman Manajemen Linen Loundry sebagai gambaran keadaan pelayanan kesehatan di RSIA
Kasih Fatimah Kotamobagu dapat bermanfaat bagi pelayanan pasien RSIA Kasih Fatimah Kotamobagu .

Kotamobagu, Juli 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Laundry adalah tempat pencucian linen
yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam
boiler), pengering, meja dan mesin strika (menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan.
Linen kotor adalah semua linen yang sudah dipakai pasien atau yang telah digunakan dalam
dalam asuhan keperawatan.Linen infeksius adalah semua jenis linen yang terkena cairan tubuh pasien,
seperti darah, nanah, air seni, feses, dll.Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang tidak terkena
cairan tubuh pasien/kotoran pasien.

1.2. Tujuan
Tujuan Pengelolaan Linen dan Laundry adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen dirumah sakit.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan linen dirumah sakit.
b. Sebagai panduan kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh, dan siap
dipakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor, dan lingkungan dari terpapar
dari bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit dirumah sakit.

BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
2.1. Peraturan – Peraturan terkait dengan Pengelolaan Linen dan Laundry bagi Rumah Sakit:
a. Permenkes 1204/Menkes/SK/XI/2004 Mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah sakit.
b. Depkes RI th 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.
c. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia th 1990.

2.2. Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen dirumah sakit cukup penting. Diawali dari perencanaan, salah
satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari
penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan,
dan mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke
kamar jahit.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukan alur yang
terencana dengan baik.Peran sentral lainnya adalah perencanaan, pengandaan, pengelolaan,
pemusnahan, kontrol, dan pemeliharana fasilitas, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.

2.3. Aspek Penting Dalam Mengelola Linen adalah :


d. Kebersihan
e. Keindahan
f. Kerapian
g. Sterilisasi
h. Kelancaran dalam pengambilan linen kotor dan pendistribusian linen bersih.
i. Kecukupan persedian linen bersih yang dibutuhkan.
j. K3
k. Pemeliharaan Sarana
l. Perbaikan.

2.4. Pengelompokan Linen


Linen adalah bahan yang terbuat dari kain/tenun yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan
pembungkus kasur,bantal, guling, dan alat instrument steril lainnya. Linen dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
a. Linen Infeksius
Linen infeksius adalah linen kotor bekas pasien yang berpenyakit menular (hepatitis, AIDS, TBC,
dll) terkena cairan tubuh pasien seperti darah, nanah, air seni, feses.Linen infeksius dimasukkan ke
dalam kantong dengan dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan plastik
berwarna kuning dan diberi lebel infeksius.
b. Linen Non Infeksius
Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang telah dipakai pasien dengan penyakit tidak
menular atau yang tidak terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien.Linen non infeksius
dimasukkan ke dalam plastik hitam.
2.5. Cara Bersihkan Noda Darah
Ada beberapa cara untuk membersihkan noda darah, antara lain :
a. Sabun mandi batangan manfaat sabun mandi yang murah ini memiliki Ph yang terkandung tidak
cocok untuk kulit halus. Tapi ada manfaat lain yang bisa didapatkan dari sabun mandi batangan ini.
Oleskan sabun mandi pada daerah yang terkena noda darah. Diamkan sesaat, kemudian kucek
hingga noda darah terlihat samar. Bilas dengan air. Bila noda darah masih terlihat, ulangi langkah
tersebut.
b. CukaTuangkan cuka secukupnya pada daerah yang terkena noda darah. Diamkan kurang lebih
15 (lima belas) menit. Kemudian bilas.
c. GaramLarutkan garam secukupnya. Kemudian gunakan untuk mencuci daerah yang terkena
noda darah tersebut. Setelah bersih, bilaslah dengan air hangat dan cuci seperti biasa.
d. Sagu Apabila yang ternoda adalah baju kesayangan yang harus di-dry clean, larutkan sedikit
sagu. Kemudian sikatkan pada bagian yang terkena noda. Setelah noda terlihat samar, barulah bisa
membawanya ke laundry langganan.

2.6. Cara Mencuci, Menjemur, Menyetrika, Menyimpan Pakaian/Baju Agar Awet Tahan Lama, Rapi &
Bagus.

Membeli pakaian adalah ritual rutin yang harus dilakukan oleh seseorang. Orang akan terpaksa
membeli baju, celana, pakaian dalam, kaus kaki, jaket, dsb jika yang lama sudah tidak layak dipakai
lagi alias rusak. Jika baju-baju yang lama dapat bertahan lebih lama maka kita pun bisa menghemat
pengeluaran sandang kita.
2.6.1 Cara Mencuci Pakaian / Baju
1. Untuk pakaian yang baru sebaiknya dalam mencuci harus di cuci sendiri tidak digabung
dengan pakaian yang lain dan tidak di mesin cuci agar aman dari kasus kelunturan. Jika
pencucian pertama dan kedua tidak ada masalah maka selanjutnya bisa menggabungkan
dengan pakaian lain untuk pencucian selanjutnya.
2. Pilah-pilah pakaian sebelum mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya dan tingkat
terkontaminasinya terhadap kuman infeksius. Jangan menggabung pakaian infeksius dan non
infeksius karena baju dapat terkontaminasi .
3. Jangan rendam kaos, celana, baju, dan lain-lain yang disablon terlalu lama lebih dari satu jam
di dalam larutan deterjen agar tidak rusak.
4. Apabila membeli atau mendapat baju bekas / second yang pernah dipakai orang lain maka
cuci pakaian tersebut dengan deterjen yang dapat membunuh/disinfektan agar penyakit-
penyakit yang menempel di baju-baju tersebut dapat hilang.
5. Pada saat mencuci gunakan perasaan dan jangan emosi. Hati-hati pada saat menyikat pakaian,
memeras pakaian, mengucek pakaian, membanting pakaian, dll jangan terlalu keras agar baju
tidak cepat rusak dan melar.
6. Bila menginginkan hasil yang lebih baik dan lebih bersih serta lebih yakin maka sebaiknya
cuci pakaian tersebut secara manual dengan tangan anda sendiri. Mesin cuci yang pada saat
mencuci diset tidak sesuai dengan bahan pakaian atau sablon bisa membuat pakaian rusak.
7. Biasanya pada label pakaian yang terdapat di leher atau bagian pinggang terdapat pesan-pesan
dari pabrik mengenai perlakuan yang seharusnya dilakukan pada saat mencuci pakaian
tersebut. Ada aturan tentang suhu air, zat kimia untuk mencuci, cara menyetrika, dsb. Pelajari
bahan-bahan pakaian dan cara pencuciannya agar tidak salah metode / teknik mencuci.
8. Zat pemutih pakaian yang terlalu kuat dapat menyebabkan sablon mengelupas dan rusak serta
membuat bahan pakaiannya menjadi lebih tipis dan kasar.
9. Pakaian jenis tertentu dengan bahan khusus atau mudah rusak sebaiknya cucilah di tempat
cuci laundry profesional agar pakaian kita bisa awet selalu.
10. Pada bilasan terakhir bisa menggunakan cairan pelembut dan pewangi pakaian untuk hasil
pencucian yang terbaik.
11. Jika ada baju yang terkena noda makanan atau noda kimia lainnya sebaiknya lekas
dibersihkan agar lebih mudah dihilangkan nodanya daripada menunggu yang akhirnya malah
sulit dibersihkan.
12. Hati-hati dengan pembersih noda / bleaching karena bisa mengubah warna pakaian jadi
belang. Tes dulu pada bagian bahan yang tersembunyi sebelum mencoba membersihkannya.
2.6.2 Cara Menjemur Pakaian / Baju
1. Untuk bahan seperti kaos yang bisa melar sebaiknya pada saat dijemur jangan digantung
dengan hanger agar kerah atau bagian leher tidak melar.
2. Pakaian yang ada sablon / sablonan seperti kaos / t-shirt sebaiknya dijemur setelah baju
dibalik. Jadi yang terkena matahari secara langsung adalah baju bagian dalam agar warna
baju tidak cepat pudar, kusam dan mbladus.
3. Selain dengan cara menjemur pakaian pada sisi sebaliknya, bisa juga menjemur pakaian
dengan posisi miring terhadap cahaya matahari agar tidak terlalu panas.
4. Dalam menjemur pakaian sebaiknya gunakan penjepit baju agar baju tidak beterbangan
tertiup angin kencang yang dapat membuat baju kembali kotor jika jatuh ke tanah atau lantai
yang kotor.
2.6.3 Cara Menyetrika Pakaian / Baju
1. Gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus, tidak kusut dan harum
baunya.
2. Untuk kaos dan pakaian lain yang ada sablonan sebaiknya disetrika setelah dibalik di mana
yang tersetrika adalah bagian sisi yang lainnya agar sablonan awet tidak mengelupas, rusak
atau luntur terkena suhu panas.
3. Setrikalah baju sesuai aturan yang tertera pada label pesan perlakuan pakaian yang biasanya
ada di bagian leher atau pinggang. Pelajari suhu-suhu yang perlu diset untuk setiap jenis
bahan agar tidak salah setrika.
4. Menyetrika pakaian sebaiknya dilakukan ketika pakaian benar-benar kering habis dijemur di
terik matahari cukup agar pakaian lebih awet tidak rapuh.
2.6.4 Cara Menyimpan Pakaian
1. Simpanlah pakaian di tempat yang bersih, kering, tidak berdebu dan tertutup rapat.
Bersihkan dulu dengan lap kering atau lap basah jika kotor sekali.
2. Sebelum menyimpan pakaian pada lemari pakaian sebainya pastikan terlebih dahulu tingkat
kekeringan pakaian tersebut. Pastikan telah kering benar agar tidak menimbulkan bau tidak
sedap.
3. Jangan menyimpan pakaian di tempat yang penuh sesak agar mudah diambil jika diperlukan
dan tidak membuat pakaian menjadi kusut tidak rapi.
4. Cuci dengan bersih pakaian sebelum disimpan dan keluarkan benda-benda yang ada di
dalam saku. Pakaian yang kotor atau mengandung makanan bisa mengundang serangga yang
akhirnya merusak pakaian.
5. Baju bisa digantung di hanger agar baju rapi tanpa bekas lipatan. Untuk celana bisa
digantung dan bisa juga dilipat untuk menghemat ruangan penyimpanan pakaian.
6. Gunakan kamper dan alat penghilang kelembabab air untuk menjaga pakaian tetap terjaga
dalam kondisi yang prima dan baik serta menghadang serangga perusak pakaian.

BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

3.1. Jenis Linen


Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit, jenis linen yang dimaksud
adalah :
1. Sprei putih
2. Sprei corak
3. Sarung bantal putih
4. Sarung bantal corak
5. Sarung guling putih
6. Sarung guling corak
7. Selimut garis biru
8. Selimut garis lorek
9. Steek laken
10. Perlak rawat inap
11. Perlak OK
12. Taplak meja
13. Bed cover
14. Mukena
15. Sajadah
16. Jas lab
17. Tirai/gorden
18. Kelambu
19. Baju operasi
20. Baju pasien
21. Baju bayi, kain bedong, gurita, laken.
22. Handuk
23. Wash lap

3.2. Tata laksana pengelolaan linen


Tata laksana pengelolaan pencucian linen secara umum terdiri dari perencanaan, penerimaan
linen kotor, penimbangan, pensortiran/pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, pengepakan/pengemasan, penyimpanan,
pendistribusian, perawatan kualitas linen, dan pencatatan serta pelaporan.

3.2.1 Alur Proses Pengelolaan Linen

ALUR PROSES LINEN

Pengumpulan Transportasi Penyotiran Pencucian

Pengeringan

Pelipatan Pemerasan

Pengepresan
(Setrika)

Penyimpanan Transportasi Penggunaan

a. Pengumpulan
Pada umumnya linen – linen yang bekas dipakai oleh pasien yang mudah menularkan
penyakit harus dikumpulkan secara terpisah dari keseluruhan linen. Ini penting agar bakteri
- bakteri atau kuman – kuman yang menempel pada linen – linen dari rumah sakit tidak
menular pada linen – linen lain.
b. Transportasi
Pada saat pengangkutan cucian kotor, cucian diterima di bagian penyortiran dengan berbagai
cara dapat diangkut dengan menggunakan trolley / kereta dorong, keranjang, tas atau yang
lainnya. Ingat harus hati – hati untuk mencegah terjadinya pengotoran lebih berat atau
kerusakan pada bahan. Misalnya jangan diseret / ditarik dengan troly, untuk menjaga
kesehatan jangan memakai troly yang sama untuk membawa bahan yang bersih / kotor.
1. Membawa dengan tanganHindari membawa pakaian yang terlalu berlebihan, tercecer.
2. Membawa trolyJangan melebihi muatan, jangan menggunakan kantong yang rusak.

c. Penyotiran
Penyotiran bahan kotor perlu dilakukan untuk menjamin efisiensi waktu di cuci / laundri dan
memberikan keuntungan misalnya: hemat waktu, hemat deterjen.Bahan dari polyester /
cotton hendaknya dipisahkan ke dalam tinggkat pengotorannya berat atau sedang untuk
diproses. Tanpa penyotiran bahan yang tingkat pengotorannya berat sering masih
kurang bersih sedang yang tingkat pengotorannya biasa akan kelebihan proses. Bahan yang
bewarna harus di pisahkan dari bahan yang putih untuk mencegah kelunturan bagi bahan
yang putih.
d. Pencucian
Sebelum di cuci sebaiknya cucian direndam dalam air dingin dan / dalam produk enzim
yang dapat melepaskan darah dan zat – zat protein lainnya atau dapat juga dimulai dengan
membilas dengan air kran yang mengalir deras untuk melepaskan partikel – partikel kotoran.
Pencucian harus dilakukan didalam air untuk mencegah penguapan.Sebaiknya menggunakan
detergen yang dapat menghilangkan kotoran organik dan inorganik, sedikit busa, mudah
dibilas, dan dapat mencegah pengendapan deposit air.
e. Pemerasan
Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di cucian supaya cucian
cepat kering.
f. Pengeringan, pengepresan, setrika
Pengeringan adalah bagian penting dalam proses pencucian. Pengeringan bisa juga
dilakukan dengan pemanas steam atau listrik. Pengeringan menggunakan sinar matahari
sebaiknya tidak dilakukan dibawah sinar matahari langsung untuk mencegah warna pudar.
g. Pelipatan
Pelipatan dapat dilakukan dengan tangan / mesin otomatis. Jika bahan masih kotor pelipatan
jangan diteruskan, simpanlah disamping untuk dicuci kembali. Hal ini untuk menghindari
komplain.
h. Penyimpanan
Setelah bahan dilipat biasanya disimpan digudang tersendiri untuk dipakai hari
berikutnya. Bahan yang dipres permanen sebaiknya disimpan dalam keadaan terlipat paling
sedikit satu malam sehingga tidak akan kusut bila digunakan. Disini adalah tempat yang
paling bagus untuk mengetahui standart pekerjaan secara umum. Sebagai contoh tumpukan
linen akan terlihat bervariasi tergantung dari lamanya dan dari apa bahan di buat.
i. Transportasi
Pendistribusian linen yang sudah bersih dari linen ke ruangan – ruangan. Hindari membawa
pakaian yang terlalu berlebihan atau tercecer agar pakaian tidak jatuh dan terkena kotoran.
j. Penggunaan
Linen siap untuk digunakan.
1. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Linen
a) Sarana Pengelolaan Linen
Sarana untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan untuk memudahkan
koordinasi selama pengoperasian.Tata letak dan hubungan antar ruangan memerlukan
perencanaa teknik untuk memudahkan penginstalan listrik, uap, air panas, dan
penunjang lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari :
1) Ruang penerimaan linen terdiri dari :
a. Meja penerima untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Linen yang
diterima harus sudah terpisah antara kantung kuning untuk terinfeksi dan
kantung hitam untuk sampah tidak terinfeksi.
b. Timbangan
c. Tempat yang cukup untuk linen kotor agar dilakukan desinfeksi sesuai
standart.
2) Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi
dan lantai yang digunakan dalam ruangan tidak boleh dari bahan yang licin.
3) Tempat pencucian dan pengeringan linen.
Tempat ini terdiri dari mesin cuci dan tempat pengering linen. Bagi rumah
sakit yang belum memiliki mesin cuci harus disiapkan bak pencuci yang terbagi
tiga yaitu perendaman non infeksius, bak infeksius dengan tambahan desinfektan,
dan bak untuk pembilasan serta harus disediakan isntalasi air bersih dengan
drainasenya. Lantai tempat ini tidak boleh dibuat dari bahan yang licin dan perlu
diperhatikan kemiringannya.
Mesin cuci yang digunakan untuk pencucian linen infeksius dan non
infeksius harus dibedakan karena apabila tercampur dapat mengkontaminasi linen
non infeksius dan akan menyebarkan bibit penyakit. Persyaratan mesin cuci yang
digunakan khusus linen dan laundry adalah :
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg) disarankan memiliki 2
(dua) kompartemen (pintu) yang membedakan antara memasukkan linen
infeksius dan non infeksius dengan hasil pencucian linen bersih. Antara 2
kompartemen dibatasi dengan partisi yang kedap air, karena fungsi pemisahan
tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen bersih.
b. Mesin cuci dengan kapasitas sedang dan kecil (25-100 kg) tanpa penyekat.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung dialirkan menuju
IPAL.
d. Peralatan pendukung yang digunakan untuk membantu proses pemanasan
(Desinfeksi) :
1. Pencatat suhu (tremometer) pada mesin cuci.
2. Termostaat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin cuci.
3. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air
yang dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia pada saat desinfektan.
4) Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini terdiri dari alat penyetrikaan linen yang dilengkapi dengan pemasangan
fan dan exhaust fan.
5) Ruang penyimpanan linen.
Ruang penyimpanan linen terdiri dari lemari dan rak untuk menyimpan linen serta
meja administrasi. Ruangan ini harus bebas dari debu dan pintu masuk dan pintu
lemari harus selalu tertutup
b) Prasarana Pengelolaan Linen
Prasarana untuk instalasi pengelolaan linen mempunyai peran yang penting untuk
pelaksanaan pengelolaan linen. Prasarana yang digunakan utnuk pengelolaan linen
adalah :
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik, adapun tenaga listrik
yang digunakan di Instalasi Pencucian terbagi dua bagian antara instalasi
penerangan dan instalasi tenaga.Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama
untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering, dan alat setrika.Untuk instalasi
kotak kontak disarankan untuk memperhatikan penempatan, yaitu harus menjauhi
daerah yang lembab dan basah.Jenis kontak hendaknya yang tertutup agar terhindar
dari udara lembab, sentuhan langsung, dan parallel yang melebihi kapasitas
penggunaan.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan
air dirumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air
untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air bersih
berdasarkan Permenkes No.416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan
penekanan tidak adanya garam dan besi.

2. Penanganan dan Pengangkutan Linen


Mengurangi terjadinya kontaminasi udara akibat linen kotor selama penanganan dan
pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Pada prakteknya sedikit sulit untuk
menurunkan kontaminasi, tetapi dengan penyediaan kantong plastik untuk mengumpulkan
linen kotor akan sangat membantu dalam mengurangi penyebaran kuman.
Alat pengangkut utama linen di rumah sakit adalah kereta dorong, kereta dorong
idealnya untuk linen kotor dan linen bersih terpisah.Untuk membedakan biasanya kereta
didesain berbeda baik bentuk dan warnanya sehingga tidak terjadi kekeliruan penggunaan.
Bila harus menggunakan kereta yang sama, maka perlu disediakan pelapis plastic yang
kuat untuk menghindari kontaminasi dan kereta harus dicuci secara berkala. disarankan
kereta tersebut terbuat dari kerangka stainless steel yang dapat dan mudah dicuci setelah
digunakan untuk linen kotor.

3. Pencucian Linen Kotor


Umumnya linen kotor disortir dulu sebelum dicuci. Keuntungan penyortiran antara
lain linen sejenis dapat dicuci bersama, jadi akan menghemat siklus pemakaian untuk tiap
jenis dan proses penanganan linen bersih dapat hemat sehingga mengurangi kontaminasi.
Tiap laundry mempraktekkan siklus pencucian masing-masing namun langkah –langkah
pencucian akan meliputi pembilasan pertama, tahap penyabunan, dan tahap pembilas
akhir.
Dari proses pencucian tersebut bahwa selama siklus pencucian linen akan kontak
dengan bahan kimia untuk membunuh mikroba yang terdapat pada linen. Meskipun
proses pencucian linen mampu memberikan perlindungan terhadap linen, tetapi proses
tersebut bukan sterilisasi.

4. Penanganan Linen Bersih


Setelah linen dicuci kemudian dipindahkan ke mesin pemeras, pengering,
penyetrika atau proses lainnya, sehingga mungkin terkontaminasi ulang. Tenaga bagian
pencucian perlu menyadari hal tersebut dan sejauh mungkin diupayakan mengurangi
kontaminasi ulang .Berbagai penataan di ruang pencuciandidesain bertujuan untuk tidak
terjadinya kontaminasi ulang.
Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian yang harus
diperhatikan adalah harus ada pemisahan antara penyortiran linen kotor dan linen bersih,
mengurangi jarak transportasi antara satu proses dan proses berikutnya, para pekerja yang
menangani linen bersih hendaknya mengenakan seragam yang bersih dan terlatih dalam
teknik kebersihan, mengenakan penutup kepala serta selalu mempraktekkan perilaku
mencuci yang benar dan pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan kantong
plastic.

5. Peralatan dan Bahan Pencuci


Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan
komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan linen yang akan dicuci serta tidak
merusak mesin cuci, kulit petugas yang melaksanakan dan hasil limbah buangannya tidak
merusak lingkungan, maka bahan kimia yang digunakan untuk proses pencucian harus
diperhatikan. Peralatan yang digunakan pada instalasi pencucian antara lain adalah :
a. Mesin cuci/ Washing Machine
b. Setrika/ Ironer
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila digunakan sesuai dengan
prosedur. Jika menggunakan bahan kimia secara berlebihan tidak akan membuat hasil
menjadi baik, begitu juga apabila kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara umum
terdiri dari :
1. Detergen/ sabun pencuci mempunyai peran untuk menghilangkan kotoran secara
global.
2. Bleach/ pemutih digunakan untuk mengangkat kotoran/noda, memutihkan linen,
dan bertindak sebagai desinfektan.
3. Softener digunakan untuk melembutkan linen, digunakan pada proses akhir
pencucian.
4. Bahan desinfektan (Chlorine) digunakan untuk menghilangkan/membunuh kuman
yang terdapat pada linen yang terinfeksi.

6. Kalibrasi Linen
1. Linen tidak boleh sobek.
2. Linen tidak kusut.
3. Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar dari segi warna dan
bau.
4. Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
5. Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
6. Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat mengakibatkan linen
menerawang.

7. Penyebab Linen Cepat Rusak


1. Bahan linen yang dibeli kualitasnya kurang bagus.
2. Noda yang timbul pada linen susah dibersihkan/dihilangkan.
3. Bahan pencucian linen yang digunakan kurang baik.
4. Stock linen yang kurang memadai sehingga digunakan terus menerus.
5. Pada saat proses penjemuran linen terkena panas matahari langsung.

8. APD yang digunakan untuk pekerja adalah :


1. Masker
2. Penutup kepala
3. Sarung tangan karet
4. Baju kerja
5. Sepatu Boot
6. Apron

9. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada dirumah
sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun baju beda diruang operasi (OK),
sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak dikelompokkan
pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan
sebagainya sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak sederhana lagi,
berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan
yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, dan keterbatasan persediaan. Untuk itu diperlukan
standart linen, antara lan :
a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit mempunyai standar
produk yang sama, agar bisa diproduksi massal dan mencapai skala ekonomi. Produk
dengan kualitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan
mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih
optimum dibandingkan produk yang lebih murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya dari pada estetikanya,
maka desain yang sederhana, ergonomis, dan unisex merupakan pilihan yang ideal,
terutama pada baju bedah dan baju pasien.Sizing system dengan membedakan warna,
diaplikasikan pada baju tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk
kepentingan praktis beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang fitted selain
yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan pada waktu pemeliharaan,
penggunaan kancing dan sambungan baju lebih baik dihindari.
c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan, dan penampilan
yang diharapkan. Beberapa standart kain yang digunakan dirumah sakit adalah cotton
100%, poly-cotton 65%-35%, dan polyester 100%.
d. Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan, tetapi juga
dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul.Makin luas dan berat maka
makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat
tidur yang standart, misalnya 90x200 cm, maka ukuran linen bisa distandartkan
menjadi :
 Sprei/laken : 160x275 cm
 Sarung bantal : 50x70 cm
 Steek laken : 75x160 cm
 Selimut lurik : 120x200 cm
 Zeil/perlak : 65x110 cm
e. Standart jumlah
Idealnya jumlah stok linen adalah 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di
ruangan. Stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par cadangan dan 2 par disimpan
di gudang : 1 par sudah terjahit dan I par berupa lembaran kain.
f. Standart penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal.Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelaikan sebuah linen,
dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci.
g. Standart penggantian linen
1. Setiap pengambilan linen kotor , linen langsung diganti dengan yang bersih.
2. Linen bersih yang diterima adalah linen yang tidak bernoda dan tidak sobek/cacat.
3. Linen di lipat dengan rapi/tidak ada kusut pada kain linen agar terkesan bersih dan
baik.
4. Apabila terdapat pasien, linen harus diganti setiap harianya agar kebersihan dan
kesehatan pasien tetap terjaga dengan kebersihan linen. Apabila pasien menolak
untuk diganti linennya maka harus memberikan tanda tangan tentang penolakan
penggantian linen.
5. Linen yang terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien wajib dibersihkan
dengan disinfektan agar dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit infeksius.

10. Prosedur Untuk Linen Kotor Infeksius dan Non Infeksius.


Penanganan linen dimulai dari proses verbeden (penggantian linen). Pelaksanaan
verbeden dilakukan oleh perawat yang bertugas, dimana sebelum dilakukan
penggantian linen bersih harus melepaskan linen kotor. Dengan demikian perawat
tersebut akan kontak dengan linen kotor infeksius maupun non infeksius.
a. Prosedur untuk linen kotor infeksius adalah :
1. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir paling tidak 10-15
detik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD dengan lengkap (baju kerja sarung tangan, apron, masker, dan
penutup kepala)
3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pencucian.
4. Lipat bagian yang terinfeksi dibagian dalam lalu masukkan linen kotor
infeksius ke dalam ember tertutup dan dibawa ketempat pencucian.
5. Noda darah dan feses terlebih dahulu harus dibersihkan dan di basahkan
dengan air lalu masukkan ke dalam kantung transparan untuk memisahkan
antara linen warna dan linen putih (kantung khusus linen kotor infeksius).
6. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/tersegel
dimasukkan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai dengan
standart).
7. Kumpulkan ke troli linen kotor dan siap dibawa ke laundry dalam keadaan
tertutup.
b. Prosedur Untuk Linen Kotor Tidak Infeksius :
1. Biasakan mencuci tangan hygienie dengan sabun paling tidak 10-15 detik
sebelum dan sesudah pekerjaan.
2. Gunakan APD : Sarung tangan, masker, dan apron.
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu masukkan linen kotor ke
dalam ember tertutup.
5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukkan dan
dikumpulkan ke troli linen kotor untuk di bawa ke laundry.

3.3. Tata laksana pengelolaan laundry.


Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi organisme adalah :
1. Diruangan – ruangan.
2. Perjalanan transportasi linen kotor.
3. Pencucian di laundry.
4. Penyimpanan linen bersih.
5. Distribusi linen bersih.
Dalam pelaksanaan pengelolaan linen dan laundry ada beberapa hal yang perlu diperhatian, antara lain
:
1. Tenaga Laundry
Tenaga yang diperlukan untuk mengelola linen adalah :
a. Linen kotor masing-masing ruangan dikumpulkan oleh perawat atau tenaga yang bertugas,
dimasukkan ke dalam kantong yang sudah dipersyaratkan.
b. Proses pengumpulan, pengangkutan, pencucian, penyimpanan, dan pendistribusian dilakukan
oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP dan pelatihan khusus.
c. Proses pengelolaan linen diawasi oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D-I dan pelatihan
khusus.
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap tenaga pencuci maka
perlu pencegahan dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG, dan hepatitis.
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit tidak diperbolehkan melakukan pencucian.
2. Tahapan Kerja di Laundry
Setiap linen kotor harus diambil untuk dilakukan pencucian setiap hari secara rutin, dan
kebutuhan linen bersih tercukupi.Sebelum linen kotor infeksius maupun non infeksius di tangani
oleh laundry ada beberapa tahapan yang dilakukan di bagian laundry antara lain :
a. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan, sedangkan jumlah satuan
berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang sudah distandarkan.Tidak dilakukan
pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organisme.
b. Pemilihan dan penimbangan linen kotor.
Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria antara linen kotor infeksius dan non infeksius,
upayakan tidak melakukan pensortiran karena pensortiran untuk linen infeksius sangat tidak
dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari sortir.
Penimbangan sesuai dengan kapasitas yang dihasilkan dan kriteria untuk menghitung kebutuhan
bahan kimia dalam tahapan proses pencucian.
c. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkannoda(bersih), awet (tidak cepat rapuh),
namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme pathogen). Sebelum melakukan
pencucian setiap harinya terlebih dahulu dilakukan pemanasan/desinfektan untuk membunuh
seluruh mikroorganisme.Untuk dapat mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti persyaratan
teknis pencucian antara lain waktu, suhu, bahan kimia, dan mesin.
d. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian slesai. Pemerasan
dilakukan dengan mesin cuci yang memiliki fungsi pemerasan/extractor, namun jika mesin cuci
extractor terpisah, maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian dari mesin cuci menuju
extractor.Troli diupayakan dipelihara kebersihannya dan pencucian dengan desinfektan sebelum
melakukan pekerjaan. Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada putaran tinggi.
e. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang mempunyai suhu tinggi. Pada
proses ini jika mikroorganisme ada yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan
mikroorganisme tersebut dapat mati.
f. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika, tetapi harus diperhatikan suhunya karena
linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu.
g. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada saat penggantian
linen, dimana tempat tidur kosong atau saat pasien di atas tempat tidur.Linen yang perlu
diperhatikan khusus pada pelipatannya adalah sprei, steek laken, zeil, sarung bantal/sarung
guling, dan selimut.
h. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan untuk melindungi linen dari kontaminasi ulang, baik dari
bahaya mikroorganisme ataupun vektor.Ada baiknya lemari penyimpanandipisahkan menurut
masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan
sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan sebelum didistribusikan.
i. Pendistribusian.
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting untuk pencatatan linen yang
keluar.Linen tersimpan sebelumnya yang mengendap di penyimpanan harus dikeluarkan,
sedangkan yang selesai dicuci disiapkan untuk yang berikutnya.Ada baiknya bagian inventaris
ruangan mengambil pada saat yang bersamaan linen yang akan dicuci ditukar dengan linen bersih
yang siap didistribusikan, sedangkan linen sisa yang berada diruangan harus disiapkan untuk
digunakan kembali. Setiap linen yang dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap
linen, nomor berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan pencatatan tersebut
dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang tidak digunakan.
j. Penggantian linen rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan karena umur linen yang terlalu lama dan kesalahan
pencucian. Dua kategori tersebut dapat diketahui dari sistem pencatatan yang mengenai
perputaran linen yang tercatat setiap harinya, bahkan dapat diketahui ruangan yang
menghilangkan atau merusak namun dapat juga kerusakan terjadi pada saat proses pencucian
akibat petugas yang menangani laundry.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan kepenjahit) dan ada yang memang
harus mendapatkan penggantian.Jenis kerusakan yang harus mendapatkan penggantian adalah
linen terkena noda yang sudah tidak dapat dihilangkan, kerapuhan beberapa bagian akibat bahan
kimia korosif, dan robek karena tersangkut.Penggantian segera dilakukan oleh pihak laundry
dengan mengirimkan formulir permintaan kerusakan kepada pihak logistic.
3. Harus Tersedia di Laundry
1. Ada ruangan khusus untuk penimbangan linen kotor.
2. Ada timbangan untuk menimbang linen kotor.
3. Bak perendaman khusus untuk noda yang sulit dihilangkan.
4. Sarana cuci tangan dan alat perlindungan untuk pekerja.
4. Pengaturan ruang laundry
1. Ruang laundry diatur sedemikian rupa untuk membedakan cucian linen kotor dengan linen
bersih, agar tidak terjadi kontaminasi.
2. Area laundry diberikan ventilasi yang cukup.
3. Tersedianya sarana cuci tangan dan alat pelindung diri bagi personal laundry.
4. Ruang administrasi, dan ruang istirahat terpisah dari ruang produksi.

BAB IV
DOKUMENTASI PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

Dokumen yang dibutuhkan untuk penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga didistribusikan terdiri
dari :

1. Dokumen pengambilan linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih.
2. Dokumen pengiriman linen infeksius.
3. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari ruang OK.
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry.
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci.
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar).
7. Dokumen penghapusan linen rusak.
8. Dokumen permintaan linen baru.

Anda mungkin juga menyukai