Anda di halaman 1dari 13

LINEN KOTOR DI RAWAT INAP

Kelompok 7:
Adinda Niken P (0906566485)
Aziza Purwani (0906539572)
Faradina Anastasia (0906539963)
Melisa Dewintasari (0906540366)
Meutia (0906566895)
Tesar Yusuf (0906541015)

Vokasi Perumahsakitan 2009


UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami
juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Sumijatun SKp MARS, Ibu Djatu dan Ibu Elsa
Roseline selaku dosen pembimbing kami. Tugas makalah ini mengenai pengelolaan
linen kotor di Rawat Inap pada mata kuliah Manajemen Linen, Laundry dan CSSD di
RS.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhirnya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 16 Mei 2011

Kelompok 7

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sistem terpadu, terdiri dari subsistem yang saling
terkait. Subsistem yang bertanggung jawab dalam pengelolaan linen adalah
laundry (binatu), mulai dari perencanaan, pencucian linen kotor menjadi linen
bersih, yang dapat membuat pasien menjadi nyaman dan mencegah
penyebaran infeksi. Karena pada dasarnya linen kotor merupakan sumber
timbulnya suatu penyakit,berdasarkan dari hal ini,maka kami membuat
makalah bertemakan pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap.
Salah satu unit yang berhubungan langsung dengan linen kotor adalah
rawat inap. Rawat inap adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien di
inapkan disuatu ruangan dirumah sakit. Pengelolaan linen kotor di ruang
rawat inap,bersifat sangat kompleks. Tetapi banyak rumah sakit yang belum
sadar akan pentingnya pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap sebab
pihak rumah sakit pada umumnya lebih mementingkan kebutuhan medis
dibandingkan dengan kebutuhan pendukung seperti steek laken, seprai,
handuk, dan lain-lain.
Oleh karena itu pengelolaan linen kotor di ruang rawat inap sangat
penting untuk di ketahui atau di pelajari.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah linen ini adalah
1. Memahami bahaya linen kotor di bagian rawat inap
2. Mengetahui jenis-jenis linen kotor yang ada di rawat inap
3. Memahami cara pengelolaan linen kotor di rawat inap
4. Mengetahui alur pengiriman linen kotor dari ruangan rawat inap ke ISSB

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Linen Kotor
Linen kotor adalah linen yang telah dipakai oleh pasien, pegawai,
perkantoran maupun oleh keluarga pasien dirumah sakit. Linen kotor
merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi perantara tertularnya
penyakit dari orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain yang
mempunyai daya tahan tubuh rendah. Linen kotor terbagi menjadi dua
macam yaitu, linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah
linen yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
sedangkan linen non infeksius adalah linen kotor yang berasal dari pasien.
Bagian administrasi, apotik dan lain-lain yang tidak terkontaminasi oleh
darah dan cairan tubuh.
B. Asal Linen Kotor
Asal linen kotor dirumah sakit berasal dari berbagai unit pelayanan sebagai
berikut
1. Perkantoran / administrasi
2. Poliklinik / rawat jalan
3. Unit gawat darurat
4. Ruang rawat inap
5. Unit khusus:
a. Intensive care unit
b. Intensive coronary care unit
c. Neonatal intensive care unit
d. Unit perawatan luka bakar
e. Ruang isolasi
6. Kamar operasi
C. Karakteristik Linen Kotor
Karakteristik linen kotor sesuai dengan asalnya, sehingga penanganannya
juga dibedakan menjadi:
1. Linen yang berasal dari perkantoran
Berasal dari kantor direksi / staf, pendidikan dan pelatihan
perpustakaan, ruang administrasi di seluruh unit, dapur, kamar jenazah,
farmasi dan lain-lain. Contohnya, tirai jendela, lap tangan, taplak, dan lainlain yang berkaitan dengan administrasi. Termasuk linen non infeksius
karena tidak terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.
2. Linen kotor yang berasal dari rawat jalan

Linen kotor yang dihasilkan tergantung dari poliklinik yang


menanganinya, yaitu:
a. Poli bedah, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius.
Contohnya darah dan obat-obat luka.
b. Poli penyakit dalam, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non
infeksius. Biasanya tercemar dengan keringat atau obat gosok yang
dibawa oleh pasien.
c. Poli anak, menghasilkan linen kotor yang biasanya tercemar oleh urine.
d. Poli kebidanan, menghasilkan linen kotor yang tercemar oleh air ketuban
dan darah.
e. Unit gawat darurat, menghasilkan linen infeksius dan non infeksius.
Noda pada linen biasanya darah, nanah, muntah, urine, tinja atau tanah.
f. Ruang rawat inap, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non
infeksius. Contohnya darah, urine, atau tinja tergantung dari asal
ruangannya.
3. Linen yang berasal dari unit khusus
Menghasilkan linen infeksius dan non infeksius. Contohnya noda yang
disebabkan oleh darah, urine dan obat-obatan.
4. Linen yang berasal dari Kamar Operasi
Terbagi menjadi dua, yakni operasi terencana yang menghasilkan linen
infeksius dan operasi cito dapat menghasilkan infeksius dan non infeksius.
Contohnya darah dan obat-obatan.
D. Sistem Pengelolaan Linen
1. Sistem Sentralisasi yaitu suatu sistem pengelolaan linen yang meliputi
perencanaan,
pengusulan, pengadaan, distribusi, pencucian, pemeliharaan sampai
inventorinya dikelola oleh satuan kerja yaitu Laundry.
2. Sistem Desentralisasi yaitu suatu sistem pengelolaan linen dimana
perencanaan,
pengusulan
pengadaan serta inventorinya dilakukan oleh masing-masing satuan kerja,
sedangkan
Laundry hanya melaksanakan pencucian dan pemeliharaan linen saja.
E. Penanganan Dan Pengangkutan Linen
1. Troli yang berbeda antara linen kotor dengan linen bersih (pembedaan
warna/kode)
2. Troli/wadah mampu menampung beban linen
3. Muatan tidak berlebih
4.
Pembersihan troli linen dengan chlorin 0,5%
5.
Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan
F. Penyortiran

Linen disortir dengan tiga kategori umum:


1. Tingkat Kotoran ( Jenis)
2. Jenis Kain ( Serat dan warna)
3. Proses (Sesuai alat yang digunakan)
G. Pencucian
1. Flush (Pembasahan)
Satu atau lebih pembasahan diperlukan untuk menghilangkan kotoran yang
larut pada air dan membantu penyerapan bahan kimia secara cepat keserat
benang pada saat proses penyabunan berlangsung. Pembasahan umumnya
memakai level air tinggi dengan kisaran waktu 2-3 menit.
Fungsi lain dari pembasahan adalah menyesuaikan suhu sebelum proses
penyabunan yang umumnya memakai suhu tinggi.
2. Washing (Penyabunan)
Tahap ini adalah tahap pencucian yang sebenarnya, tahap ini umumnya
memakai deterjen powder(bubuk)/liquid (cair) dengan suhu tinggi dan
berkisar 8 15 menit.
3. Carryover Suds (pembilasan awal)
Step ini biasanya digunakan untuk menurunkan suhu dan kadar detergent
sebelum memasuki proses penghilangan noda. Umumnya menggunakan
level air tinggi dan 2-5 menit.
4. Bleaching
Proses ini untuk menghilangkan noda, umumnya menggunakan bahan kimia
bersifat chlorine dengan suhu antara 60 65 C dengan waktu 8 10 menit.
5. Rinse (Pembilasan) dua atau tiga kali menggunakan Sour
Tahapan ini untuk mengurangi kadar bahan kimia dan menurunkan suhu, 2-3
menit dengan level air yang tinggi.
6. Soft (Final Rinse)
Langkah ini adalah untuk perawatan linen dengan cara mendapatkan kadar
pH yang sesuai dengan kulit manusia dan ditambahkan Softener untuk
penampilan dan rasa nyaman terhadap linen. Umumnya memakai air hangat
atau dingin dengan level air menegah dan 3-5 menit.
7. Extract (Pemerasan)
Tahap ini untuk mengurangi kadar air di linen sebelum ke proses
pengeringan. Umumnya membutuhkan waktu antara 2 12 menit tergantung
jenis dan ketebalan kain.
Ada beberapa langkah tambahan sekalipun jarang dipakai seperti:
1. Break (prewash)
Pre wash (pencucian awal) digunakan untuk cucian dengan tingkat kotoran

lebih berat yang cenderung berminyak. Tahap ini biasanya menggunakan


suhu hangat 50 55 C. Waktu yang biasa digunakan adalah 6 8 menit.
2. Intermediate Extract
Digunakan untuk mempercepat penurunan kadar bahan kimia sehingga tidak
membutuhkan pembilasan terlalu banyak. Tetapi ada hal yang perlu
diperhatikan adalah mengenai suhu, jangan sampai ini membuat pengerutan
dikain karena penurunan suhu terlalu cepat.
3. Starch/Sizing (Pengkanjian)
Langkah ini adalah untuk menambahkan suatu Starchener untuk membantu
mengeraskan kain agar mudah dibentuk dan licin sehinggan memudahkan
dalam penyetrikaan. Umumnya tahap ini menggunakan level air yang lebih
rendah, dengan suhu menengah.
Kain yang biasa dikanji adalah napkin, table cloth dan uniform.
H. Drying (Pengeringan)
Setelah linen dicuci lalu menuju ketahap berikutnya adalah pengeringan.
Semua linen yang keluar dari proses pencucian harus dikeringkan sesuai
dengan masing masing jenis pengeringan: dry cleaning, tumbling, ironing,
finishing dan pressing.
Dry cleaning: Untuk memeriksakan pakaian yang akan dicuci,
menyortir pakaian dan menghindari kerusakan bahan.
Tumbling: Lebih untuk mengeringkan handuk. Alat ini beragam jenis
dan kapasitasnya. Sumber pemanasnyapun beragam dari uap panas
(steam), gas (api) atau listrik heater.
Ironing: Untuk penyetrikaan cucian yang berbentuk lembaran
Finishing: Untuk menyelesaikan pengepresan dan penyetrikaan
pakaian tamu setelah selesai dikeringkan. Bila ada yang belum bersih
maka dikembalikan ke bagian pencucian.
Pressing: untuk penyetrikaan cucian yang menggunakan setrika (iron)
maupun setrika press (press machine).
I. Folding (Pelipatan linen bersih)
Setelah proses pengeringan maka dilanjut proses pelipatan, umumnya
laundry kecil dilakukan secara manual. Dengan menyemprotkan pelicin
(mengandung
pewangi).
Mesin pelipat otomatis juga trsedia untuk sprei dan handuk baik sekala kecil
sampai besar. Keuntungannya adalah mampu mengurangi tenaga kerja
sehingga
menekan
biaya
operasional.
Sementara pelipatan secara manual biasanya mendapatkan kualitas lipatan
lebih baik dan mampu menyeleksi hasil cucian yang lebih baik karena secara
detail noda yang masih tertinggal bisa segera dipisahkan.

J. Storing (penyimpanan)
Setelah linen semua terlipat, sebelum sebagian disimpan digudang dan
sebagian dipakai langsung. Evaluasi hasil cucian bisa dilakukan ditahapan ini,
tetapi perlu hati hati karena penataan sinar lampu diruangan penyimpanan
terkadang kurang bagus sehingga hasil cucian terlihat kurang bagus.
Gudang penyimpanan sebaiknya jangan tercampur dengan linen kotor karena
bisa cross kontaminasi, dengan membersihkan secara rutin digudang
penyimpanan dan memperhatikan sirkulasi udara sangatlah membantu untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
K. S u h u
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil:
1. Katun 90 C
2. Polykatun 80 C
3. Polyster 75 C
4. Wool dan Silk 30 C
L. Penggunaan
Detergen
:
muntah)
Alkali
:
linen
C.Bleach
:
noda
Emulsifier
:
Netralisir
:
padalinen
Softene
r
dicuci

bahan-bahan kimia
Untuk menghilangkan kotoran (noda keringat, darah, dan
Untuk mengangkat segala jenis noda yang menempel pada
Memutihkan linen putih, membunuh bakteri dan mengangkat
pada
linen
Membersihkan segala jenis pengotor ang bersifat lemak
Mengatur pH pada pencucian akhir, mengangkat residu
yang
dicuci
: Melembutkan dan mengharumkan linen yang telah

M. Prosedur
Prosedur untuk linen kotor infeksius:
1. Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 15 detik
sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron
3. Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan infeksius,
kantung dalam linen infeksius, kantung luar linen infeksius dan tali
untuk pengikat.
4. Lipat bagian terinfeksi di bagian dalam
5. Siapkan trolly linen kotor
6. Kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan
dikumpulkan ke trolly linen kotor untuk dibawa ke laundry.

Prosedur untuk linen kotor non infeksius:


1. Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 15 detik
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron
3. Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan, kantung linen
tidak terinfeksi.
4. Siapkan trolly linen kotor
5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan
dikumpulkan ke trolly linen kotor untuk dibawa ke laundry

N. Alur pengiriman linen kotor

infeksius
linen kotor yang
dipakai pasien

Dikirim ke
laundry

Non
infeksius

Dipisah
-ditimbang
-dicuci

Dikeringkandisetrika

Linen

Linen Non

Gudang
penyimpanan

CSSD

distribu
si

distribu
si

O. Penggantian linen pasien


1.
Sebelum penggantian linen pasien, wadah untuk menempatkan
linen kotor sudah disiapkan.
2. Pada waktu penggantian linen pasien, petugas diwajibkan
menggunakan masker, sarung tangan dan apron.
3. Pisahkan antara linen kotor biasa dan linen ternoda (darah dan cairan
tubuh lainnya)
4. Linen kotor dilipat, bagian yang bernoda tempatkan dibagian dalam
5. Tidak meletakan linen kotor dilantai
6. Tidak mengibaskan linen kotor
7. Linen kotor yang bernoda darah (darah dan cairan tubuh lainnya)
dibersihkan dulu diruangan.
8. Direndam dengan disinfektan.
9. Linen kotor dari pasien langsung dimasukan ke wadah atau kantong
plastik berwarna kuning untuk linen infeksius, kantong plastik
berwarna hitam untuk linen kotor non infeksius dan disegel. Biasakan
cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
Penyimpanan linen bersih siap pakai:
1. Tangan petugas harus bersih sebelum memegang linen
2. Pastikan semua permukaan lemari dalam keadaan bersih dan
kering dengan suhu ruangan 22-27 C
3. Simpan linen sesuai dengan jenis linennya
4. Pisahkan area linen kotor dan linen bersih
5. Pencatatan linen yang masuk dan keluar dengan sistim FIFO
6. Persediaan linen di Ruang Rawat minimal 3 parstok
7. Pengambilan linen/distribusi harus menggunakan form pengambilan

P. Monitoring dan evaluasi


Kualitas dan kuantitas linen:
1. Kualitas :Bersih, tidak bernoda, tidak berbau, cemerlang, dan bebas
kuman
2. Kuantitas : Jumlah linen, frekuensi pencucian (150 x (VIP), 200 (biasa))
Selain itu, pemakaian detergent, pelembut, pengharum, pemutih dan bahan
kimia lainnya harus dievaluasi guna menguji keefektifannya.

Q. Jenis Linen Rumah Sakit

Seprei/ Laken

Masker

Steek Laken

Doek

Perlak / Zeil

Sarung kaki

Sarung bantal
Sarung Guling

Sarung
Mitela

Selimut

Barak schort

Boven Laken
Alas Kasur

meja

instrument

Kain

Penutup

tabung Gas

Bed cover

Celemek

Handuk mandi

Popok Bayi

Handuk tangan

Baju bayi

Handuk muka

Kain bedong

Wash lap

Gurita bayi

Keset kamar mandi

Steek Laken Bayi

Baju Pasien

Laken bayi

Baju Operasi

Selimut bayi

Celana operasi

Tirai / Gorden

Jas operasi

Kain Penyekat

Laken operasi

Taplak

Topi kain

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa pengelolaan linen kotor di ruangan rawat inap bukan hal yang
bisa diabaikan, terutama karena linen kotor merupakan sumber infeksi
yang dapat menjadi perantara tertularnya penyakit dari orang yang
menderita penyakit infeksius ke orang lain yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah.
Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya, selain untuk mencegah
infeksi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan
agar lebih berhati-hati dengan kegiatan yang berdentuhan dengan
linen kotor.
Semua unit yang berada di rumah sakit beresiko mendapat infeksi dari
linen kotor, tidak terkecuali unit yang tidak berkaitan dengan hal medis
(contoh: unit administrasi)
B. Saran
Pada hakikatnya, sebagai petugas kesehatan harus mengetahui
dampak dari linen kotor untuk menghindari infeksi-infeksi yang akan
ditimbulkan, maka diperlukan kesadaran dari tiap individu untuk
belajar dengan tujuan mengetahui dampak negatif yang akan
ditimbulkan dari linen kotor. Apabila rumah sakit ingin mengambil
langkah preventif, maka diperlukan pelatihan-pelatihan atau
pembelajaran dalam dari dalam maupun luar rumah sakit yang dapat
menambah wawasan petugas kesehatan tentang linen kotor.
Perlu adanya komunikasi 2 arah antara petugas kesehatan dengan
pasien dan keluarganya tentang linen kotor karena walau
kemungkinannya kecil, penularan infeksi penyakit dari linen kotor
dapat terjadi pada pasien atau keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai