PENDAHULUAN
Hipertensi sampai pada saat ini masih tetap menjadi masalah karena beberapa
banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah
diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit
TINJAUAN PUSTAKA
primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau disebut juga
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
Mereka dengan tekanan darah berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang
hidupnya akan memiliki risiko dua kali lipat menjadi hipertensi dan mengalami
penyakit kardiovaskuler dari pada mereka dengan tekanan darahnya lebih rendah.1
2.2 Etiologi dan Patogenesis
a. Hipertensi Esensial
adalah:1
1. Diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetic
Tonus simpatis
Variasi diurnal
Endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin
dan aldosteron
b. Hipertensi Sekunder
1. Hipertensi renal
Hipertensi renal atau hipertensi yang disebabkan oleh penyakit ginjal dapat
penyebab-penyebab lain.1
Hipertensi renal pada fase akut terjadi akibat perfusi jaringan ginjal yang
menurun yang disebabkan oleh kontriksi arteri renalis utama dan cabang-
cabangnya yang mengaktivasi sistem renin-angiotensin. Pada fase kronik yaitu
setelah beberapa hari, tekanan darah tetap meningkat tetapi renin dan aldosteron
2. Hipertensi endokrin
pada pasien hiperparatiroidisme. Hal ini terjadi karena kalsium yang tinggi
2.3 Diagnosis
1. Anamnesis
Kebiasaan merokok
Pola makan
Kepribadian
2. Pemeriksaan Fisik
dilakukan. Tekanan darah diukur setelah pasien istirahat selama 5 menit dengan
posisi pasien pada saat pemeriksaan duduk di kursi, kaki di lantai dan lengan
pada posisi setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dua kali, dengan selang
waktu antara 1 sampai 5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika hasil
Pada pasien usia lanjut, diabetes dan kondisi lain dimana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada posisi
berdiri.1
3. Pemeriksaan Penunjang
g. Kraetinin serum
h. Kalium serum
k. Elektrokardiogram
Jika pada pasien telah dicurigai adanya kerusakan organ target maka
a. Jantung
Pemeriksaan fisik
ekokardiografi
b. Pembuluh darah
c. Otak
Pemeriksaan neurologis
d. Mata
Funduskopi
e. Fungsi ginjal
1. Efek jantung
kiri yang ditandai dengan penebalan dinding ventrikel, fungsi ruang ventrikel
yang memburuk, dilatasi kavitas dan timbul gejala dan tanda gagal jantung.
arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah
akibat massa miokard yang bertambah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
jantung membesar dan impuls ventrikel kiri menonjol. Bunyi penutupan aorta
menonjol, dan mungkin terdapat murmur lemah dan regurgitasi aorta. Bunyi
jantung prasistolik sering terdengar pada penyakit jantung hipertensi dan bunyi
2. Efek neurologik
Efek neurologik yang terjadi dapat berupa perubahan retinal dan sistem
saraf pusat. Gejala disfungsi sistem saraf pusat yang ditemukan berupa sakit
kepala daerah oksipital, paling sering pada pagi hari, adalah gejala hipertensi
dini yang paling menonjol. Gejala lain berupa pusing, kepala terasa ringan,
vertigo, tinnitus, dan penglihatan kabur, dan atau sinkop yang jyga mungkin
ditemukan.
3. Efek ginjal
Lesi arteriosklerotik dari arteriole aferen dan eferen dan jumbai kapiler
glomerulus adalah lesi vaskuler renal yang paling sering pada hipertensi dan
1. Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
Pengobatan terhadap faktor risiko atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes
melitus atau dislipidemia juga harus dilakukan hingga mencapai target masing-
masing kondisi.1
a. Terapi Nonfarmakologis
Menghentikan merokok
Latihan fisik
b. Terapi farmakologis
Diuretik
a. Golongan tiazid
b. Diuretik kuat
Diuretik kuat bekerja di ansa henle asenden bagian epitel tebal dengan cara
menghambat Na+, Cl-, K+ dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Mula
kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan
tiazid, oleh karena itu jarang digunakan pada antihipertensi, kecuali pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal (kretainin serum (<2,5 mg/dl) atau
gagal jantung.
Beta blocker
Beta blocker digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan
sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner, aritmia
trisiklik atau antipsikotik. Efektif pada usia muda dan kurang efektif pada usia
lanjut.
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh
resistensi perifer ini sering diikuti oleh refleks takikardia dan vasokonstriksi,
bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan
ekskresi air dan natrium dan retensi kalium. ACEI dipilih untuk hipertensi
Reseptor angiotensin II terdiri dari reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1
terutama terdapat pada otot polos pembuluh darah dan di otot jantung. Selain itu
terdapat juga di ginjal, otak dan kelenjar adrenal. Reseptor AT1 memperantarai
renal, serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah
dan miokard. Efek yang ditimbulkan ARB sama dengan ACEI, tetapi ARB
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis kompleks, yan didasari oleh
Gagal jantung ini bisa disebabkan oleh kegagalan kontraktilitas miokard, seperti
pada infark miokard, hipertensi lama, atau kardiomiopati. Pada beberapa kondisi
tertentu gagal jantung juga dapat terjadi pada kontraktilitas miokard yang baik,
seperti pada masalah mekanik, yaitu regurgitasi katup berat dan lebih jarang, yaitu
Faktor risiko independen untuk terjadinya gagal jantung serupa dengan faktor
C : sedang dalam kompensasi dan atau pernah gagal jantung, yang didasari
treatment strategies
Kelas 2 : terdapat sedikit pembatasan aktivitas fisik. Tidak terdapat keluhan saat
jantung.
Kelas 3 : terdapat pembatasan aktivitas fisik, tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Kelas 4 : tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa gejala gagal jantung, terdapat
kongestif.1
paru, kardiomegali, edema paru akut, gallop S3, peninggian tekanan vena
hepatomegali, efusi pleura, penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal, takikardia
(>120x/menit)
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada satu kriteria mayor dan 2
kriteria minor.1
2.7 Mekanisme Gagal Jantung pada Hipertensi
Gagal jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi kronis.
Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung namun dapat
juga bersifat asimtomatis (tanpa gejala). Prevalensi (gagal jantung) disfungsi diastolik
asimtomatis pada pasien hipertensi tanpa disertai hipertrofi ventrikel kiri adalah
sebanyak 33%. Peningkatan tekanan afterload kronik dan hipertrofi ventrikel kiri
disertai hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan
afterload, penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis. Disfungsi
kelamaan fungsi sistolik ventrikel kiri akan menurun. Penurunan ini mengaktifkan
sistem neurohormonal dan renin-angiontensin, sehingga meretensi garam dan air dan
Apoptosis (kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit dan
mendadak tekanan darah dapat menyebabkan edema paru tanpa adanya perubahan
fraksi ejeksi ventrikel kiri. Secara umum dilatasi ventrikel kiri (asimtomatik atau
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Umur : 42 tahun
Suku : Batak
Status : Janda
No. MR : 80 22 38
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
- 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas, sesak nafas dirasakan pada saat
aktivitas dan istirahat. Sesak nafas dirasakan memberat pada saat pasien berbaring
serta berkurang jika pasien duduk. Sesak nafas memberat pada saat senja hari
sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien juga mengeluhkan jantung berdebar-
pada beberapa jam SMRS, sesak juga dirasakan pada saat istirahat. Sesak nafas
dirasakan memberat pada saat pasien berbaring serta berkurang jika pasien duduk.
Sesak nafas memberat pada saat senja hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien
juga mengeluhkan lemas dan nyeri ulu hati pada saat sesak nafas dengan nyeri
pada perut dan tungkai pasien. Pembengkakan tungkai lebih besar kiri daripada
- Pada saat 1 minggu pasien dirawat, pasien mengeluhkan mata pasien menjadi
kabur dan dikonsulkan ke dokter mata dan didiagnosis sebagai retinopati diabetik.
- Sejak umur ±35 tahun pasien merupakan seorang perokok, merokok 3 bungkus
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 96 kali/menit
Suhu : 36,10 C
Respirasi : 16 kali/menit
Waktu masuk RS
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 37,00 C
Respirasi : 40 kali/menit
Kepala
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat peningkatan
JVP
Toraks
- Paru
- Jantung
Abdomen
Palpasi : hepatomegali (-), nyeri tekan (+) pada abdomen , massa (-)
Ektremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Hematokrit : 28,4%
- Leukosit : 8,9x103/uL
- Trombosit : 243x103/uL
- Eritrosit : 3,47x106/uL
Kimia darah (1 Oktober 2014):
kejernihan (jernih)
pH (6,5)
jamur 0/LPB
Rontgen (30 September 2014)
Kesan:
- CTR >50%
- Rate : 85 kali/menit
- Ritme : sinus
RESUME
Perempuan, 42 tahun, datang ke RSUD AA dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari
SMRS yang makin memberat beberapa jam SMRS. Sesak dirasakan pada saat
istirahat, memberat pada saat berbaring dan berkurang pada saat pasien duduk. Sesak
nafas juga memberat pada senja hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien juga
mengeluhkan lemas, nyeri ulu hati seperti ditimpa benda berat, pembengkakan pada
tungkai dan abdomen, muntah waktu bangun tidur. Seminggu hari rawatan pasien
mengeluhkan mata pasien menjadi kabur. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan
diabetes melitus sejak umur 15 tahun, riwayat ibu diabetes melitus dan ayah
hipertensi. Pasien seorang perokok dan alkoholik serta jarang berolahraga. Tekanan
darah 170/110 mmHg dan RR 40 kali/menit. Ictus cordis pada SIK 5 linea
midaksilaris anterior sinistra, batas jantung kanan SIK 5 linea parasternalis dekstra,
dan batas jantung kiri SIK 5 linea midklavikula sinistra. Paru dalam batas normal.
Nyeri tekan pada abdomen regio lumbar kanan, hipokondrik kanan dan epigatrik.
dislipidemia, diabetes melitus, kerusakan ginjal. Dari rontgen toraks didapatkan CTR
>50%, pelebaran pinggang jantung dan hipertrofi ventrikel kiri. Dari EKG didapatkan
DIAGNOSIS KERJA
- Kerusakan ginjal
- Retinopati diabetik
RENCANA PEMERIKSAAN
Ekokardiografi
RENCANA PENATALAKSANAAN
- Oksigen 3 liter/menit
PEMBAHASAN
Pasien perempuan, usia 42 tahun datang dengan keluhan sesak nafas pada saat
istirahat dan aktivitas serta memberat pada saat pasien berbaring dan berkurang pada
saat pasien duduk. Sesak nafas ini memperlihatkan gejala dari penyakit yang berasal
jantung. Pada pasien ditemukan riwayat keluarga hipertensi yaitu ayah, riwayat ibu
diabetes melitus, kebiasaan merokok serta intensitas olahraga yang kurang. Ketiga hal
ini merupakan faktor risiko hipertensi. Ketiga faktor risiko yang dimiliki pasien ini
menyebabkan pasien mempunyai penyakit hipertensi pada usia 15 tahun. Pasien juga
mengeluhkan sesak nafas dan palpitasi yang menandakan adanya gejala kerusakan
organ target.1
Pasien masuk rumah sakit karena mengeluhkan sesak nafas pada saat
melakukan aktivitas dan istirahat dengan frekuensi nafas 40 kali/menit dan tekanan
hipertrofi ventrikel kiri yang memperlihatkan bahwa hipertensi pada pasien sudah
Gejala gagal jantung yang terdapat pada pasien ini adalah ortopnea. Terjadinya
pembengkakan pada tungkai yang lebih besar pada tungkai kiri dibandingkan tungkai
kanan dan pembengkakan abdomen masih diragukan karena pada saat dilakukan
pasien berupa hipertensi, diabetes melitus dan sudah terdapat kelainan struktural
seperti LVH dan kardiomegali dengan atau tanpa gangguan fungsional, namun
bersifat asimptomatik, maka pasien ini digolongkan menjadi gagal jantung stage B.1
LDL dalam batas tinggi dan HDL yang rendah. Hal ini mengindikasikan pasien
mengalami dislipidemia.8
Kerusakan ginjal ditandai dengan protein urin positif. Membran basal dari
kapsula bowman terdiri dari glikoprotein dan kolagen serta terselip di antara
menolak albumin dan protein plasma lain, karena juga bermuatan negatif. Dengan
demikian protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat difiltrasi dan kurang dari 1%
molekul albumin yang berhasil lolos untuk masuk ke kapsula bowman. Protein yang
positif di urin menandakan adanya gangguan pada filtrasi ginjal.9 Hipoalbumin terjadi
merupakan tanda-tanda dari diabetes melitus pada pasien. Seratus persen glukosa
akan diabsorbsi kembali oleh tubulus ginjal sehingga tidak akan ditemukan glukosa
cedera pada saluran kemih. Leukosit yang ditemukan 6-8/LPB pada pasien
5. James PA, Oparil S, Carter BL, Chusman WC, Himmelfarb CD, Handler J, et al.
2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in
Addults Report from the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National
Committee (JNC 8). JAMA: 2014;311(5):507-20.
6. Yancy WC, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH, et al. 2013
ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: A Report of the
American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task
Force on Practice Guidelines. American Heart Association,2013;128:e240-e327.