Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI KUALITAS AIR BERDASARKAN SUHU, KANDUNGAN

OKSIGEN, KEKERUHAN, DAN PH DI SUNGAI METRO KELURAHAN PISANG


CANDI, KECAMATAN SUKUN, MALANG

REVISI
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencemaran Lingkungan
Yang Dibimbing oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 5/Offering :GHIL
Ade Ayu Chusnul M. (160342606234)
Dina Nur Rahmawati (160342606274)
Dyah Ayu Pitaloka (160342606236)
Maulidya Nur A.P (160342606259
Rika Nur Azizah (160342606265)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

September 2018
IDENTIFIKASI KUALITAS AIR BERDASARKAN SUHU, KANDUNGAN
OKSIGEN, KEKERUHAN, DAN PH DI SUNGAI METRO KELURAHAN
PISANG CANDI, KECAMATAN SUKUN, MALANG

Ade Ayu, Dina Nur, Dyah Ayu, Maulidya Nur, Rika Nur, Dr. Sueb, M.Kes
Jurusan Biologi, FMIPA, Univeersitas Negeri Malang
Email: sueb.fmipa@um.ac.id
Abstrak
Pencemaran air merupakan masalah terbesar di Indonesia, banyak sektor industri
maupun sektor lainnya yang menjadi sumber dari pencemaran air. Air dikatakan
tercemar apabila air tidak lagi dapat di fungsikan sebagaimana mestinya. Sungai
Metro merupakan salah satu sungai yang terdapat di Kota Malang, tepatnya di
Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Malang yang telah tercemar oleh
limbah rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar pH, DO, serta
turbiditas air yang diambil pada 5 plot berbeda denagan 6 kali ulangan di setiap
plotnya. Metode penelitian dilakukan dengan mengukur kandungan oksigen
terlarut menggunakan DO meter, pH air dengan menggunakan pH meter dan
pengukuran suhu serta tingkat kekeruhan air dengan menggunakan turbidi meter.
Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata keseluruhan DO = 22.47 mg/L, pH =
7.44, suhu = 23.55 oC, dan turbiditas air = 9.10 mg/L. Simpulan dari penelitian ini
yaitu air Sungai Metro dapat digunakan sebagai air baku minuman atau aman
untuk diminum dan juga dapat dijadikan sebagai air untuk kegiatan lain yang
syarat mutunya kurang lebih seperti pada kualitas air kelas satu menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.
Kata Kunci: Pencemaran, Air, DO, pH, Suhu, Kekeruhan

Abstract
Water pollution is the biggest problem in Indonesia, many industrial sectors and
other sectors are the source of water pollution. Water can be polluted if the quality
of water can’t longer be functioned properly. Metro River is one of the rivers in
Malang City, precisely in Pisang Candi Village, Sukun District, Malang that
polluted by household waste. The purpose of this study was to determine the pH,
DO and water turbidity levels taken in 5 different plots with 6 replications in each
plot. The research method was carried out by measuring the dissolved oxygen
content using DO meters, pH of the water by using a pH meter and measuring the
temperature and the degree of turbidity of the water using a turbidi meter. The
measurement results show the overall average DO = 22.47 mg / L, pH = 7.44,
temperature = 23.55 oC, and water turbidity = 9.10 mg / L. Conclusions from this
study indicate that the River Metro water can be used as raw water for drinks or
safe to drink and can also be used as water for other activities whose quality
requirements are more or less like in first class water quality according to the
Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 82 of 2001.
Keywords: Pollution, Water, DO, pH, Temperature, Turbidy
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pencemaran air merupakan masalah terbesar di Indonesia, banyak sektor


industri maupun sektor lainnya yang menjadi sumber dari pencemaran air. Selain
itu, Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota berakibat pula
pada pola perubahan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi dari tahun ke tahun,
dengan luas lahan yang tetap akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan
semakin berat. Agustiningsih, et al. (2012) mengungkapkan bahwa sungai adalah
ekosistem yang mengalami pencemaran yang paling berat oleh karena semua
pembuangan dari segala kegiatan baik dari perumahan, industri, semuanya
berakhir di sungai yang mempengaruhi kualitas serta manfaat dan fungsi sungai
itu sendiri. Selain itu, aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
yang berasal dari pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan
menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air
sungai (Suriawiria dalam Mahyudin dkk,2015).

Menurut Priyambada, et al. (2008) bahwa perubahan penggunaan lahan


yang ditandai dengan bertambahnya aktivitas domestik, pertanian dan industri
akan memberikan dampak dan mempengaruhi kondisi kualiras air sungai terutama
aktivitas domestik yang memberikan sumbangan BOD terbesar ke badan sungai.
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air ini yaitu menurunnya kualitas air
pada suatu daerah yang biasanya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk
keperluan sehari-hari. Kemampuan daya tampung air sungai yang telah ada secara
alamiah terhadap pencemaran perlu dipertahankan untuk meminimalkan
terjadinya penurunan kualitas air sungai (Marfai, 2004).

Air dikatakan tercemar apabila kualitas atau komposisinya berubah baik


secara langsung atau tidak langsung yang di sebabkan oleh aktivitas manusia
sehingga air tidak lagi dapat di fungsikan sebagai air minum, keperluan rumah
tangga, pertanian, rekreasi atau keperluan lain seperti sebelum terkena
pencemaran (Kumar, 1997). Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
(UU RI No 32 Tahun 2009). Limbah cair adalah air yang mengandung limbah
baik berasal dari perumahan (domestik), bisnis dan industri. Limbah cair adalah
sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat yang terdiri dari air yang telah
dipergunakan dengan komposisi hampir 0,1%, berupa benda-benda padat yang
terdiri dari zat organik dan an-organik.

Sungai Metro merupakan salah satu sungai yang terdapat di Kota Malang,
tepatnya di Kelurahan Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Malang. Sungai ini masih
dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk
pengairan sawah. Akan tetapi, sungai ini juga menjadi tempat pembuangan limbah
rumah tangga yang menjadikan kualitas air Sungai Metro semakin hari semakin
menurun.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas air pada Sungai Metro berdasarkan pengukuran pada


kekeruhan, pH,suhu dan kadar oksigen?

3. Tujuan

Untuk mengetahui kualitas air pada Sungai Metro berdasarkan pengukuran


pada kekeruhan, pH,suhu dan kadar oksigen.

4. Manfaat

Dapat diketahui kualitas air pada Sungai Metro berdasarkan pengukuran


pada kekeruhan, pH,suhu dan kadar oksigen.

B. METODE
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Praktikum ini dilaksanakan dengan melakukan pengukuran parameter
kualitas air yang meliputi kandungan oksigen terlarut atau DO (Disolved Oxygen),
Ph, suhu, dan tingkat kekeruhan air di sungai Metro Metro Pisangcandi,
Kecamatan Sukun, Kota Malang tepatnya pada koordinat 7°57’9’’5,112°36’6’’E
pada hari kamis tanggal 13 September 2018.
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah air sungai Metro Pisangcandi, Kecamatan
Sukun, Kabupaten Kota Malang pada pada koordinat 7°57’9’’5,112°36’6’’E pada
lima titik yang berbeda dan pengukuran parameter kualitas air pada setiap titik
diulang sebanyak 6 kali.

a. Alat

 DO meter
 Ph meter
 Turbidimeter
 Kamera
 Alat tulis

b. Prosedur Kerja
 Penentuan plot dilakukan dengan mengambil titik awal pada koordinat
7°57’9’’5,112°36’6’’E di sungai Metro Pisangcandi, Kecamatan
Sukun, Kota Malang.
 Kemudian ditentukan 5 plot yang berjarak 300 meter ke arah barat laut
sebesar 330o dari titik koordinat terakhir yang ditetapkan sebagai plot.
 Pada setiap titik dilakukan pengukuran kandungan oksigen terlarut
dengan menggunakan DO meter, Ph air dengan menggunakan Ph
meter dan pengukuran suhu serta tingkat kekeruhan air dengan
menggunakan turbidi meter.
 Setiap pengukuran diulang sebanyak 6 kali.
 Setiap angka yang muncul pada alat dicatat secara langsung di buku
tulis.
 Kemudian kegiatan praktikum didokumentasikan menggunakan
kemera.
C. HASIL DATA
Tabel 1. Pengukuran parameter kualitas air sungai Metro Pisangcandi

Data yang telah diambil dapat diketahui kualitas air di sungai Metro
Pisangcandi, Kecamatan Sukun, Kota Malang tepatnya pada koordinat
7°57'9''5,112°36'6''E termasuk dalam klasifikasi dan kriteria mutu air kelas satu
berdasarkan pada pengukuran parameter kualitas air yang menunjukkan angka
lebih dari 6 mg/L, hal tersebut ditinjau dari :

1. Kandungan oksigen terlarut lebih dari 12,20 mg/L;


2. pH air pada setiap titik sampel dapat diambil rerata sebesar 7,44;
3. Rerata suhu air pada setiap titik sampel sebesar 23,55oC (Deviasi 3 dari
suhu normal sebesar 26 oC).

Berikut merupakan lampiran pada Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 yang menjadi adasar
pengklasifikasian mutu air :

Tabel 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember
2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

D. PEMBAHASAN
1. Oksigen Terlarut (DO)
Hasil rata-rata pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) air sungai Metro
pada titik pengambilan sampel 1 sebesar 16,5 mg/l, titik 2 sebesar 34,95 mg/l, titik
3 sebesar 23,8 mg/l, titik 4 sebesar 14,63 mgl dan titik ke 5 sebesar 22, 45. Nilai
DO sungai Metro berkisar pada rentangan 14,63 – 34,95 mg/l. Nilai DO ini dapat
dikategorikan kedalam tingkat pencemaran yang tinggi. Suatu perairan dapat
dikatakan masih alami apabila memiliki konsentrasi oksigen terlarut (DO) kurang
dari 10 mg/l, sementara perairan dapat diakatakan baik dan memiliki tingkat
pencemaran yang rendah jika kadar oksigen terlarutnya (DO) kurang dari 5 mg/l
( Salmin, 2005). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi
bahan organik dan anorganik (Salmin, 2005). Karena proses oksidasi dan reduksi
inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik
yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga
(Salmin, 2005).
Menurut Fardiaz (1992) konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk
kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm. Apabila dibandingkan dengan
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran air, maka kondisi kualitas air sungai Metro yang berada diwilayah
Pisang Candi dengan kadar DO berkisar 14,63 – 34,95 mg/l tidak masuk kedalam
kelas I, II, III dan IV melihat nilai minimum antara 0-6 mg/l.
2. Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengukuran pH didapat bahwa nilai pH air pada masing-masing titik
pengambilan memperlihatkan perbedaan yang cukup kecil. Rerata pH masing-
masing titik berkisar 7,4-7,53. Rata-rata pH tertinggi ditemukan pada titik
pengambilan sampel 1. Tingginya nilai pH pada titik 1 disebabkan oleh buangan
limbah pemukiman yang masuk kedalam sungai. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ginting (2011) yaitu perubahan pH bisa dipengaruhi oleh adanya
buangan senyawa-senyawa yang masuk kedalam lingkungan perairan. Nilai ph
tertinggi sebesar 7,53 masih tergolong dibawah ambang batas sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004 bahwa
kisaran pH yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50 -
8.50 Selain itu air dengan nilai pH sekitar 6,5 – 7,5 merupakan air normal
yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan (Yuliastuti, 2011).
3. Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada Sungai Metro dengan
menggunakan Turbidimeter dan telah di rata-rata pada setiap ulangan menujukkan
hasil sebagai berikut yaitu; 23,48℃ pada titik I, 23,53℃ pada titik II, 23,6℃ pada
titik III, 23,6℃ pada titik IV dan 23,5℃ pada titik V. Hal ini menunjukkan bahwa
suhu rata-rata pada Sungai Metro adalah 23℃. Kondisi rata-rata nilai suhu air
pada semua stasiun penelitian, masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi
oleh organisme akuatik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) bahwa
kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan organism pada perairan adalah
berkisar 20 ºC–30 ºC sehingga dapat disimpulkan bahwa pada Sungai Metro
banyak terdapat organisme akuatik yang dapat hidup pada suhu yang sesuai
dengan rata-rata suhu di daerah tersebut. Semakin banyak intensitas radiasi sinar
matahari yang mengenai badan air maka akan membuat suhu air sungai akan
semakin tinggi. Vegetasi mempunyai fungsi ekologi antara lain sebagai
stabilisator temperature dan kelembaban udara, pemasok oksigen, penyerap CO2
(Sittadewi, E. H., 2008).

4. Kekeruhan (Turbditas)
Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapatkan rata-rata kekeruhan air pada
setiap titik adalah 8,167 JTU pada titik I, 8,83 JTU pada titik II, 4,83 JTU pada
titik III, 13 JTU pada titik IV dan 10,67 JTU pada titik V. Setelah hasil tersebut di
rata-rata kembali ditemukan hasil yaitu 9,1 JTU. Menurut Isnaini (2011), batas
standar turbiditas air untuk keperluan rekreasi dan olahraga air adalah < 25 JTU,
sedangkan untuk keperluan sebagai sumber baku air bersih adalah <20 JTU.
Sehingga, air yang terdapat di sungai Metro termasuk air yang tidak keruh dan
dapat digunakan untuk keperluan rekreasi atau olahraga air.
Kualitas air sungai adalah gabungan dari beberapa senyawa yang saling
terkait, yang mengalami variasi dari kondisi lokal, temporal dan juga dipengaruhi
oleh volume aliran air (Mandal dkk, 2010). Kekeruhan dinyatakan dalam satuan
turbiditas, yang setara dengan 1mg/liter SiO2. Satu Unit turbiditas Jackson
Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Selain dengan
menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan
metode Nephelometric. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan
metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Tubidity Unit) (Alaerts,
1987).
Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus.
Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan
oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan
permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang
tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya,
pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi
cahaya kedalaman air (Effendi,2003)
Menurut Fisesa, dkk (2014), nilai kekeruhan perairan merupakan
gambaran dari banyaknya bahan-bahan yang tersuspensi di perairan diantaranya,
liat, debu, plankton dan organisme renik. Nilai kekeruhan semakin meningkat
semakin ke arah hilir yang disebabkan oleh masukan dari arah hulu serta masukan
dari limpasan air dari daratan yang dibawa oleh air hujan. Sehingga dapat
disimpulkan pada Sungai Metro airnya belum mengalami kekeruhan dikarenakan
pada saat pengambilan sampel belum memasuki musim penghujan sehingga
daerah tersebut belum keruh.

Pengklasifikasian kualitas air didasarkan pada Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air pada bagian tiga tentang klasifikasi dan kriteria
mutu air menyebutkan bahwa terdapat empat kelas untuk kualitas air, yaitu :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

E. PENUTUP
1. Simpulan
Kualitas air sungai Metro Pisangcandi, Kecamatan Sukun, Kota Malang
tepatnya pada koordinat 7°57'9''5,112°36'6''E termasuk dalam klasifikasi dan
kriteria mutu air kelas satu menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air karena pengukuran perameter kualitas air di sungai Metro
menunjukkan kandungan oksigen terlarut lebih dari 12,20 mg/L, pH air pada
setiap titik sampel dapat diambil rerata sebesar 7,44 dan rerata suhu air pada
setiap titik sampel sebesar 23,55oC (Deviasi 3 dari suhu normal sebesar 26 oC).
Berdasarkan pada hasil pengukuran, maka air sungai metro dapat
digunakan sebagai air baku minuman atau aman untuk diminum dan juga dapat
dijadikan sebagai air untuk kegiatan lain yang syarat mutunya kurang lebih
seperti pada kualitas air kelas satu menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.
2. Saran
Dalam penentuan plot sebaiknya menggunakan kompas atau alat bantu
lainnya yang dapat menunjukkan koordinat dan arah mata angin secara akurat,
sehingga dalam penentuan plot pada area yang dianggap homogen dapat
dilakukan dengan lebih teliti, dengan demikian dapat memperkecil kemungkinan
eror data.

Daftar Rujukan

Alaerts, G & Santika, SS. 1987. MetodePenelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya

Effendi, H. 2003. Telaahkualitas air. Kanisius. Yogyakarta.

Fardiaz, S. 1992. Polusi dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta


Fisesa. E.D., Setyobudiandi, I., Krisanti, M. 2014. Kondisi Perairandan
Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Sungai Belumai, Kabupaten
Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Depik, 3(1). 1-9.

Isnaini, A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Kajian Potensi Situ Salam Sebagai
Wisata Air di Universitas Indonesia, Depok. Tesis Program Studi Biologi
Pascasarjana. Universitas Indonesia.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004.

Kumar, H.D. 1977. Modern Concept of Ecology. Vikas Published Houses, VT.
Ltd, New Delhi.

Mahyudin, Soemarno, Prayogo.T.B., 2015. Analisis Kualitas Air dan Strategi


Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. Malang.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Pencemaran
air di Provinsi Jawa Timur.

Mandal, P., Upadhyay, R., Hasa, A. 2010. Seasonal and spatial variation of
Yamuna River water quality in Delhi, India. Environ Monit Assess 170(1).
661-670. doi:10.1007/s10661-009-1265-2.

PP Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan


Pengendalian Pencemaran Air.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi


(BOD) sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas
Perairan. Jurnal Oseana, 30. 21-26.

Sittadewi, E.H. 2008. Identifikasi Vegetasi Di Koridor Sungai Siak dan


Peranannya dalam Penerapan Metode Bioengineering. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia 10(1). 112-118.
Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karangannyar dalam
upaya pengendalian pencemaran air. Tesis. Semarang: Universitas
Dipenogoro.

Lampiran
Plot 1 Plot 2

Plot 3 Plot 4

Plot 5 Pengukuran pH Pengukuran DO


pada plot 1 pada plot 1

Pengukuran suhu dan Pengukuran pH Pengukuran DO


turbiditas pada plot 1 pada plot 2 pada plot 2

Anda mungkin juga menyukai