Anda di halaman 1dari 34

SEKILAS TENTANG MEKANISME KOPING

Dr. Suparyanto, M.Kes

SEKILAS TENTANG MEKANISME KOPING

1. Definisi Mekanismie Koping


Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
ego yang di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W. Stuart, 2006)

Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam


menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap
situasi yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan perilaku
dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.
Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya
yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana
seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya
penyebab stress / stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi
untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu
karena semua pasien mengalami stress, sehingga sangat perlu kemampuan untuk
mengatasinya dan kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang merupakan
faktor penentu yang terpenting dalam kesejahteraan manusia ( Keliat, 2007)

Mekanisme koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan


psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan seseorang
untuk membantu melindungi terhadap perasaan yang tidak berdaya dan ansietas,
kadang mekanisme pertahanan diri menyimpang dan tidak lagi mampu untuk
membantu seseorang seseorang dalam menghadapi stressor. (Patricia & Anne Griffin,
2005)

Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak kegagalan,


menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena
pengalaman yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan layak serta
harga diri. (W.F.Maramis. 2005)
Koping itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau kehilangan atau
ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi
tuntutan – tuntutan yang penuh dengan tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau
dengan kat lain koping adalah bagaimana reaksi orang ketika mengahadapi stress atau
tekanan.(siswanto, 2007)

Koping adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang di lakukan ole orang sakit
untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi tubuh yang
rusak dan membatasi kerusakan yang tidak bisa di pulihkan.( Z.J.Lpowski. 2011)
Koping adalah perubahan kognitif perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi
tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber
individu. (Lazarus, 1976 dikutip siswanto)

Mekanisme koping adalah peroses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan
situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.(Rasmun, 2004)

2. Macam-macam koping
Koping dapat diidentifikasi melalui respon manifestai ( tanda dan gejala) koping dapat
dikaji melalui beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis (Kelliat, 2007) koping yang
efektif menghasilkan adaptif sedangkan yang tidak efektif menyebabkan maladaptif.

1. Fisiologis
Manifestasi stress pada aspek fisik bergantung pada:
a.Persepsi/ penerimaan individu pada stress
b.Keefektifan pada strategi koping

2. Psikologis
Dalam aspek ini di bagi menjadi dua yaitu cara penyesuaian yang berorientasi pada
tugas dan berorientasi pada pembelaan ego

a. Cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas


Cara penyesuaian ini bertujuan menghadapi tuntutan secara sadar, realistic, obyektif,
rasional.

Cara ini mungkin terbuka atupun mungkin terselubung dan dapat berupa:
1). Serangan atau menghadapi tuntutan secara frontal
2). Penarikan diri atau tidak tahu akan hal itu
3). Kompromi

Umpamanya bila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka mungkin ia akan bekerja
lebih keras(serangan) atau menghadapinya secara terang terangan ataupun menarik
diri dan tidak mau berusaha lagi(penarikan diri) atau mengurangi keinginannya lalu
memilih jalan tengah (kompromi)

b. Cara penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego atau pembelaan diri.
Sering disebut mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk melindung diri
yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.

3. Jenis-jenis koping
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:
1. Tindakan langsung (Direct Action) koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku
yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan dan luka. Ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan.
Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang di alami.
Ada empat macam koping jenis tindakan langsung:
a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan
yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut.

b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang
dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau
menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.

c. Penghidaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya
sehingga individu memilh cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang
mengancam tersebut

d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara
individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang
melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi
yang mengancam tersebut.

2. Peredaan atau Peringanan (pallitation) koping jenis ini mengacu pada


mengurangi atau menghilangkan atau mentoleransi tekanan-tekanan kebeutuhan atau
fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh
lingkungan yang bermasalah. Atau bisa di artikan bahwa bila individu menggunakan
koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah
diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.

Ada 2 macam koping jenis peredaan atau pallitation:


a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directed Modes)
Macam koping ini digunakan bila gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu,
kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut.

b. Cara Intrapsikis ( Intrapsykis Modes)


Koping jenis ini peredaan dengan cara intra psikis adalah cara-cara yang menggunakan
perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah defense
mechanism ( mekanisme pertahanan diri)

Macam-macam mekanisme pertahanan diri (defense mechanism atau pembelaan ego)


1. Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang dengan prestasi dan khayalan.
2. Penyangkalan: Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan,
dengan menolak menghadapi hal itu, sering dengan melarikan diri seperti menjadi sakit
atau kesibukan dengan hal-hal lain.
3. Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal dan dapat
dibenarkan sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan masyarakat.
4. Identifikasi: Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya dengan orang atau
institusi yang mempunyai nama
5. Introyeksi: Menyatukan nilai dan norma luar dengan sturktur egonya sehingga individu
tidak tergantung pada belas kasihan, hal-hal itu yang dirasakn sebagai ancaman luar.
6. Represi: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.
7. Regresi : Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan respon yang
kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
8. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik.
9. Penyusunan reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di ekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan.
10. Sublimasi: Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual dalam kegiatan
non sexual
11. Kompensasi: Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang dinginkan atau
pemuasan secara berlebihan dalam suatu bidang karena mengalami frustasi dalam
bidang lain.
12. Salah pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi
itu.
13. Pelepasan: Menebus dan dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang
tak bermoral.
14. Penyekatan emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif
untuk melindungi diri sendiri dari kesakitan.
15. Isolasi: memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau
memisahkan sikap-sikap yang bertentangan, dengan tembok-tembok yang tahan
logika.
16. Simpatisme: berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian menyokong
rasa harga diri, meskipu gagal.
17. Pemeranan: Menurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan yang terlarang,
dengan membiarkan ekspresinya. (W.F.Maramis, 2005)

Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat
membohongi diri sendiri terhadap realita yang ada, baik realita yang ada diluar (fakta
atau kebenaran) maupun realita yang ada di dalam ( dorongan atau impuls atau nafsu).
Mekanisme pertahanan bersifat menyaring realita yang ada sehingga individu
bersangkutan tidak bisa memahami hakekat dari keseluruhan realita yang ada. Ini
membuat sebagian besar ahli menyatakan koping jenis mekanisme pertahanan diri
merupakan yang tidak sehat kecuali sublimasi.
Mekanisme pertahanan tidak dapat disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri
yang terus menerus. Dengan cara begitu individu bisa mengetahui jenis meekanisme
pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantikannya dengan koping
yang lebih konstruktif.

4. Jenis-jenis koping yang konstruktif atau yang sehat


Harber & Runyon (1984) yang di kutip dalam siswanto menyebutkan jenis-jenis koping
yang di anggap konstruktif, yaitu:

1. Penalaran (Reasioning)
Yaitu pengguanaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam
alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilh salah satu alternative yang di
anggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai
informasi yang relevanberkaitan dengan persoalan yang di hadapi, kemudian membuat
alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilh alternatif yang
paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang di
peroleh paling besar.

2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara-antara komponen emosional dal logis
dalam pemikiran, penalaran, maupun tingkah laku. Kemampuan untuk melakukan
koping jenis ini masyarakat individu yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya sehingga individu mampu memilah dan membuat keputusan yang
tidak semata di dasari oleh pengaruh emosi.

3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada pesoalan yang
sedang di hadapi.

4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi,
sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak terasa
sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan individu
yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya, sehingga
persoalan di artikan secara baru, yaitu sebagai persoalan yang biasa, wajar dan dialami
oleh orang lain juga.

5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada
sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang
lebih konstruktif. Koping supresi juga mengandaikan individu memililki kemampuan
untuk mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul , pikiran sadarnya tetap
bisa melakukan control secara baik

6. Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat
tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjealasan tersebut.
Kemampuan melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif
hidup yang matang, luas dan memeiliki rasa aman yang cukup.

7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatau dari pandangan orang lain. Kemampuan
empati ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan mengahayati
perspektif pengalaman orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi
semakin kaya dalam kehidupan batinnya.

APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat
merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan paling baik dibandingkan
dengan jenis koping lainnya. Maka jenis koping yang sehat lainnya adalah:

1. Antisipasi
Antisipasi merupakan berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu
perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik – konflik emosional atau pemicu
stress baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat dari konflik
atau stress tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling
sesuai.

2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang
lain dan bersahabat dengan mereka. Dia mampu mencari sumber-sumber dari orang
lain dan mendapatkan dukungan dan pertolongan.

3. Altruisme
Merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang
lain.

4. Penegasan diri (self assertion)


Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress dengan
cara mengekspresikan perasaan dan pikiran secara langsung tetapi dengan cara yang
tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

5. Pengamatan diri( self observation)


Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara
objektif peroses – peroses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap
tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan setrusnya untuk mendapatkan pemahaman
mengenai diri sendiri yang semakin dalam.

5. Sumber koping
Menurut Wiscar dan Sandra Sumber koping terdiri menjadi 2 faktor. Faktor dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor dari dalam meliputi : umur dimana semakin tinggi umur koping individu
semakin baik, kesehatan dan energi , system kepercayaan termasuk kepercayan
ekstensial (iman, kepercayaan, agama) komitmen atau tujuan hidup, pengalaman masa
lalu, tingkat pengetahuan atau pendidikan semakin tinggi individu mudah untuk mencari
informasi, jenis kelamin perempuan lebih sensitive dari laki-laki, perasaan seseorang
seperti harga diri, control dan kemahiran, keterampilan, pemecahan masalah. Teknik
pertahanan, motivasi

2. Faktor dari luar meliputi: dukungan sosial, sumber material atau pekerjaan, pengaruh
dari orang lain, media massa. Dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi
terhadap seseorang atu lebih dengan tiga ktegori yaitu dukungan emosi dimana
seseorang merasa dicintai, dukungan harga diri dimana mendapat pengakuan dari
orang lain akan kemampuan yang dimiliki, perasaan memiliki dalam sebuah kelompok.

6. Penggolongan mekanisme koping


Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan
Sundeen, 1995), yaitu:

a. Mekanisme Koping Adaptif


Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan.

b. Mekanisme Koping Maladaptif


Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Menurut Stuart & Sudden rentang mekanime koping digambarkan sebagai
berikut: Sekema Mekanisme Koping

Jadi karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut:


a.Adaptif, jika memenuhi keriteria sebagai berikut:
1.Masih mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain
2.Melakukan aktifitas yang kontruktif
3.Memiliki persepsi yang luas
4.Dapat menerima dukungan dari orang lain
5.Dapat memecahkan masalah secara efektif

b.Maladaptif
1.Perilaku cenderung merusak
2.Melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan alkohol.
3.Tidak mampu berfikir apa-apa atudisorientasi
4.Perilaku cenderung menghindar atau menarik diri
5.Tidak mampu menyelesaikan masalah. (Stuart & Sudden, 2008)

7. Strategi koping
Para ahli menggolongkan dua strategi koping yang biasanya di gunakan oleh individu:
1. Problem-solving focused coping
Dimana individu secara aktif mencari penyelesaian masalah untuk menghilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.

2. Emotion-focused coping
Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangaka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan di timbulkan suatu kondisi dari suatu
tekanan.

8. Faktor yang mempengaruhi koping


Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber
daya individu, yaitu:

1. Kesehatan fisik
Merupakan hal yang penting karena dalam hal mengatasi stress individu dituntut
menggunakan energy yang lebih besar.

2. Keyakinan atau pandangan positif


Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting yang akan
mengarahkan individu pada ketidak berdayaan yang akan menurunkan kemampuan
strategi koping.

3. Keterampilan memecahkan masalah


Ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah, dengan tujuan untuk alternative tindakan.

4. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai norma
sosial di masyarakat

5. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional serta pengaruh
dari orang lain( teman, keluarga, guru, petugas kesehatan, dll)

6. Materi atau Pekerjaan


Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan sesorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik

8. Jenis kelamin
Bahwa jenis kelamin adalah faktor penting dalam perkembangan koping seseorang.
9. Pendidikan
Bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.(ahyarwahyudi,2010)

9. Metode koping
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah
psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell, 1977 yang di kutip Rasmun, dua metode
tersebu antara lain:

1. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara
efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang
lama.

Contohnya adalah:
1. Berbicara dengan orang lain”curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman,
keluarga, atau profesi tentang masalah yang di hadapi.
2. Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang di hadapi.
3. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan
supranatural.
4. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah.
5. Membuat berbagai alternatif tindakan atau untuk mengurangi situasi
6. Mengambil pelajaran dan peristiwa atau pengalaman masa lalu.

2. Metode jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress atau ketegangan
psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif untuk di
gunakan dalam jangka panjang.

Contohnya adalah:
1. Menggunakan alcohol atau obat
2. Melamun atau fantasi
3. Mencoba melihat asoek humor dari situasi yang tidak menyenangkan
4. Tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
5. Banyak tidur
6. Banyak merokok
7. Menangis
8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah. (Rasmun,2004)

10. Tipe Skala Pengukuran Koping


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif
(Sugiyono, 2010).
Berbagai skala koping yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, pendidikan
dan sosial antara lain adalah:

1.Skala likert
Skala likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian. Dengan skal likert, maka variabel yang akan di ukur di jabarkan menjadi
indicator variabel. Kemudian indicator tersebut di jadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif samapai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a.Sangat setuju a. Selalu
b.Setuju b. Sering
c.Ragu- ragu c. Kadang-kadang
d.Tidak setuju d. Tidak pernah
e.Sangat tidak setuju

a.Sangat positif a. Sangat baik


b.Positif b. Baik
c.Negatif c. Tidak baik
d.Sangat negative d. Sangat tidak baik

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat di beri skor, misalnya:
1.Setuju/ Selalu/ Sangat positif diberi skor 5
2.Setuju / Sering / positif diberi skor 4
3.Ragu-ragu/ Kadang-kadang/ Netral di beri skor 3
4.Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif di beri skor 2
5.Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 1

Pernyataan negatif
1.Setuju / Selalu / Sangat positif diberi skor 1
2.Setuju / Sering / Positif di beri skor 2
3.Ragu-ragu / Kadang-kadang / Netral di beri skor 3
4.Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ negative di beri skor 4
5.Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 5

Tingkatan koping dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan Model Skala Likert yang
dikategorikan menjadi koping positif atau adaptif dan negatif atau maladaptif. Agar
perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar
kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual menjadi skor standar.
Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model likert adalah skor
T, yaitu :

Keterangan :
Skor responden pada skala koping yang hendak diubah menjadi skor T
= Mean skor kelompok
s = Deviasi standar skor kelompok
Untuk mengetahui koping responden relatif lebih positif atau adaptif bila nilai T > mean
T sedangkan pada koping relatif negatif atau maladaptif bila T≤ mean T, yaitu kopinf
adaptif jika T skor > 50, koping maladaptif jika T skor ≤ 50 (Azwar, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahyarwahyudi.2010. Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Proses


Keperawatan.Wordpress.com(Online)(diaksespadatang11 februari2010)
2. Alimul, H. aziz. 2007. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
3. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
4. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitain Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
5. Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta:
Bhakti Husada.
6. Djuanda, Adhi. 2008 (Ed. 5. Cet. 3). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit
FK Universitas Indonesia
7. Gail W. Stuart. 2006. (Ed. 5.Cet 1). Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
8. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates
9. Jajeli, Rois. 2012. Jatim Peringkat Pertama Jumlah Penderita Kusta di Indonesia,
(Online), http://surabaya.detik.com (diakses: tanggal 6 April 2012)
10. Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
11. Nursalam. 2008. (Edisi 2). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
12. Nursalam. 2011. (Edisi 2). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
13. Potter, Patricia A.; Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta: Penerbit EGC
14. Rasmun, 2004. Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta.
15. Siswanto.2004 Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya. CV. Andi
Offeset, Yogyakarta
16. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. dan R&D. Bandung: Alfabeta.
17. Syahrial. 2010. Chapter I, (Online), http://repository.usu.ac.idf (diakses: 29 April 2012)
18. W.F.Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya
19. Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Sumatra Utara:
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, (Online)
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli2.pdf (diakses : tanggal 10 April 2012)
Tulisan tiga

Pengertian coping dan jenis-jenis stress coping (koping) stress

Ψ Definisi Coping
Strategi coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan
akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku
guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat
dikuasainya (lazarus dan folkman).

Ψ Jenis-jenis Koping Stress


a. Koping psikologis
pada umunya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua factor, yaitu:

1. bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat
ancaman yang dirasakan individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.

2. keefektifan strategi koping yang digunakan oindividu, artinya dalam menghadapi stressor,
jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menghasilkan
suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping psiko-sosial
yang biasa dilakukan individu dalam psiko-sosial adalah menyerang, menarik diri, dan kompromi.

1. perilaku menyerang
Individu menggubakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan
integritas pribadinya. Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun
destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat
berupa benda, barang, orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan
yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam, dan marah yang memanjang. Sedangkan
tindakan yang konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif.
Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidaksenangannya.

2. perilaku menarik diri


Menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain,
jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi
sumber stressor. Misalnya: individu melarikan diri dari stress, menjauhi sumber beracun, polusi,
dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologois individu menampilkan diri seperti apatis,
pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan sikap konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan
masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum kompromo dapat mengurangi
ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang
melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (lazarus, 1976). Ahli lain melihat
antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. (harber dan runyon,
1984).

Ψ Jenis-jenis koping yang konstruktif dan positif (sehat)


Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat) Harmer dan Ruyon (1984), menyebutkan
jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif yaitu:

1. Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternative pemecahan
masalah dan kemudian memilih salah satu alternative yang dianggap paling
menguntungkan.individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan
dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternative-alternatif pemecahannya,
kemudian memilih alternative yang paling menguntungkan resiko kerugiannya paling kecil dan
keuntungannya yang diperoleh paling besar.

2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam
pemikiran,dan penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk
membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak
berkaitan. Kemampuan untuk melakukan koping jenis obyektifitas mensyaratkan individu yang
bersangkutan memiliki kemampuan mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan
membuat yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.

3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang dihadapi.
Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika
berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataanya, justru banyak
individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah
terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan yang menjadi
semakin kabur dan tidak terarah.

4. Penegasan diri (self assertion)


Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu strss dengan cara
mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara
yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. menjadi assertif tidak sama dengan tindakan
agresi. Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikiran oleh individu yang bersangkutan,
namun dengan menghormati dengan pemikiran dan perasaan orang lain. dewasa ini pelatihan-
pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.

5. Pengamatan diri (self observation)


Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif
proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah
laku,motif,cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri
sendiri yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memiliki kemampuan
untuk melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati
dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan melakukan introspeksi
yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam untuk melakukan pengamatan diri.

Sumber
http://azmisahabudin.wordpress.com/2012/10/17/strategi-coping-dalam-psikologi
http://edwardedo10.blogspot.com/2013/04/tulidan-3.html
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html
http://siskamega.blogspot.com
Strategi Coping Dalam Psikologi
Ditulis pada Oktober 17, 2011

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pasti mempunyai masalah, dari yang terkecil sampai yang terbesar. Semuanya
tergantung akan indvidu yang menjalani. Ada berbagai metode dalam menyelesaikan, menghadapi,
menghindari, ataupun meminimalisir suatu masalah, akan tetapi tidak jarang kta menemui seseorang
yang takut menghadapi suatu permasalahan dan tidak mencari jalan keluar yang bijak. Jika seorang
indivdu salah atau kurang tepat dalam mengcoping suatu permasalahan, maka hasilnyapun akan
kurang memuaskan, bahkan dapat menimbulakn gangguan dalam pikiran dan kejiwaannya, seperti
depresi, stres dan gila

Coping ini secara bahasa mempunyai makna menanggggulangi, menerima menguasai segala
sesuatuyang berangkutan dengan diri kita sendiri. Untuk mengendalikan emosi bisa dilakukan
dengan banyak cara, diantaranya dengan model penyesuaian, pengalihan dan coping.
Strategi coping itu sendiri dapat diartikan sebuah cara atau prilaku individu untuk menyelesaikan
suatu permasalahan.sedangkan macam-macam copng itu sendiri menurut Santrock (1996)
1. strategi pendekatan (approach strategy)
yaitu usaha kogntif untuk memahami penyebab stres atau stressor dan usaha untuk menangani hal
tersebut dengan cara menghadapinya

1. strategi menghindar (avoidance strategy)


yaitu usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stessor yang muncul dalam prilaku
dengan cara menghindar dari hal tersebut

Bentuk-bentuk strategi coping yaitu :

1. perilaku coping yang beorientasi pada masalah (problem focused coping-PFC) yaitu strategi
kognitif dalam penanganan stress/ strategi kognitif yang digunakan individu dalam rangka
menangani masalahnya.
2. perilaku coping yang berorientasi pada emosi (emotion focused coping-EFC) yaitu strategi
penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara
emosional.
faktor yang mempengaruhi coping

1. karakteristik situasional
2. faktor lingkungan
3. faktor personal atau perbedaan individu
Rumusan Masalah
1. apa pengertian strategi coping?
2. apa saja jenis-jenis coping?
3. faktor-faktor apa yang mempengaruhi coping?
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang pengertian strategi coping
2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis coping
Untuk mengetahui faktpr-faktor yang mempengaruhi
PEMBAHASAN
Ψ “Definisi Strategi Coping” Ψ
Banyak definisi yang dilontarkan oleh para pakar psikolo0gi guna mengartikan coping, bisa diartikan
strategi coping menunjuk pada berbagai upaya , baik mental maupun perilaku, untuk menguasai,
mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.

Lazarus mendefinisikan coping sebagai suatu cara suatu individu untuk mengatasi situasi atau
masalah yang dialami baik sebagai ancaman atau suatu tantangan yang menyakitkan. Dengan
perkataan lain strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani
dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara
melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.

Umumnya coping strategi dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. dan coping dipandang sebagai suatu usaha
untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun ingat
coping dukanlah suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi yang menekan, karena tidak semua
situasi tertekan dapat benar-benar dikuasai.
Kesimpulannya, strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi stres
yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kogntif maupun
prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri,
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat
dikuasainya (lazarus dan folkman).

Ψ “Jenis-Jenis Strategi Coping” Ψ


Menurut lazarus dan folkman, ada 2 jenis strategi coping, yaitu:

v problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah
untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, dan dipaparkan para ahli bahwa
aspek-aspek yang digunakan individu di bagi menjadi lima, sebagai berikut:
ü Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar
dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap
remeh/lelucon suatu masalah .
ü Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan
menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap
dan analitis.
ü Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan
pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
ü Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri,
mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
ü Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada
hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll
v Emotion-Focused Coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
ü Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan
dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil
tindakan.
ü Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu
dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan
sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
ü Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan
dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
ü Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia
sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
ü Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan
mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi
berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus &
Folkman, 1984).

Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung
pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang
dialaminya.

Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai


masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah
atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika
dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.
Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur
tentang coping juga dikenal dua strategi coping ,yaitu active & avoidant coping strategi (Lazarus
mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative).

Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stres,
Avoidant Coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber
stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang
berpotensi menimbulkan stres.
Apa yang dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk
mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu
karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan.
Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru
menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman.

Ψ “Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping” Ψ


Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu
yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan
dukungan sosial dan materi. Menurut lazarrus dan folkman faktor yang mempengaruhi strategi
coping dari luar atau dari dalam ada enam, yaitu:

 Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut
untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar

 Keyakinan atau pandangan positif


Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan
nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-
solving focused coping

 Keterampilan Memecahkan masalah


Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

 Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara
yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

 Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu
yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat
sekitarnya

 Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya
dapat dibeli.

KESIMPULAN
Dengan keterangan yang telah dipaparkan diatas, penuls menyimpulkan, bahwa strategi coping
merupakan suatu usaha untuk mengatasi tuntutan nternal maupun eksternal yang dinilai membebani
atau menekan emosi individu.

Dan jenis strategi copingterbagi menjadi dua yaitu : problem solvingfocused coping dan emotion
focused coping,

Jadi setiap masalah seseorang harus bisa mengendalikannya, walaupun kita harus mengoptimalkan
kekuatan pada dir kita untuk mengatasi hal tersebut.
Tugas Kedua: Pengertian dan Jenis-jenis Coping Stress dan Teori
Kepribadian Sehat
April 26, 2014

BY LIANURBAITI

1. Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini
mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit
dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun
mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.

 Arti Penting Strees :


Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan
atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami
beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh
akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.

 Pengertian dan jenis-jenis coping stress :


Definisi Coping :
Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi stres yang menekan akibat
masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa
aman dalam dirinya sendiri.

Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan
menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).

Jenis-jenis coping(koping stress)

1. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua factor yaitu:

1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang
dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stressor, jika
strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru
dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun
psikologis.
b. Koping psiko-sosial

Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang, menarik diri dan kompromi.

1. Perilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahan integritas
pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif
yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau orang atau
bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci,
dendam dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam
menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak
senangannya.

2. Perilaku menarik diri

Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara
fisik dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ;
individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan
reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak berminat
yang menetap pada individu.

3. Kompromi

Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan
masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan
masalah yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat
diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat defense
mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme
pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).

 Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:


1. Tindakan langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau
luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan
lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan
perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.

Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :

a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya
dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang
sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri
dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian
dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya
mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi
merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap
kemungkinan mengalami penyakit tertentu.

b. Agresi

Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau
akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap
agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh pemerintah Jakarta
terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah
memilki kekuasaan yang lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.

Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang yang melalakukan serangan
secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat
primitive, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang meledak-
meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan usaha membunuh orang.

Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau
benda.

Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi, sehingga harga diri orang yang
bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah
laku yang suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihak-pihak yang lemah,
dan lain-lain.

c. Penghindaran (Avoidance)

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu
memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang
melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti
aceh.

d. Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang
bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk
melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-
orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian
biadab yang menimpa mereka. Pola apati terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi
luka, agresi maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi berulang-ulang. Dalam
kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga
menimbilkan reaksi apati dikalangan mereka.

2. Peredaan atau peringatan (palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau
fisik, motorik atau gambaran afeksi dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.
Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak
berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
 Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan
dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau
ancaman tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol merupakan bentuk koping
dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi,
meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt
bersifat positif.

b. Cara intra psikis

Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang menggunakan perlengkapan-
perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan
diri).

Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena individu yang bersangkutan selalu
mencoba mengelak dan membela diri dari kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan
harga dirinya: yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

2. Teori Kepribadian Sehat


 Gordon Allport
Kepribadian yang matang Oleh Gordon Allport:

Saat ini teori-teori Allport (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tujuh kriteria dari
Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat:

1. Perluasan Perasaan Diri


ketika seseorang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekadar
berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang
langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut “partisipasi otentik”. Dalam pandangan Allport, aktivitas yang
dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu
penting, mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi diri kita. Orang yang semakin
terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku
bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, dan
keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.

2. Relasi Sosial yang Hangat


Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk
mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu
mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan
perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Adaperbedaan hubungan cinta antara
orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus
menerima cinta lebih banyak daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan
cinta, itu diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak
melumpuhkan atau mengikat.

Jenis kehangatan yang lain, yaitu perasaan terharu, merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar
manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami
kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.

3. Keamanan Emosional
Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka,
termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu,
kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-
emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antarpribadi.
Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif. Kualitas
lain dari kepribadian sehat adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang
bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan
cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak
aman dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan
tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.

4. Persepsi Realistis
Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis kerapkali memahami
realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini
bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami
realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan dan Tugas


Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut.
Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan
keterampilan itu secara ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat,
sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan
rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan
perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa
melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.

6. Pemahaman Diri
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami diri sendiri
sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman
tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan
keadaan sesungguhnya, individu tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang
tentang dirinya, bila semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia
semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang
objektif. Orang yang memiliki objektivitas teradap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya
kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain dengan seksama, dan biasanya ia
diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.

7. Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan
akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport
menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan itu membimbing semua
segi kehidupan seseorang menuju suatu

 Carl Rogers
Teori Kepribadian Sehat

Pendapat Rogers : Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi

1. Perkembangan kepribadian “self”


2. Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu
3. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya
A. Perkembangan kepribadian “self”
Inti dari teori- teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri,
menentukan hidup, dan menangani masalah- masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang
dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Rogers menerima istilah self dari
pengalaman- pengalaman realita masing- masing individu. Dalam setiap bertambahnya umur ,anak bisa
berubah sifat dan perilaku. Dan seorang ibu bisa memperhatikan perkembangan anak, dari waktu ke waktu dan
seorang ibulah yang memelihara dan mendidiknya dan tidak di serahkan kepada baby sister

B. Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu


Setiap manusia memiliki kebutuhan basic akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, cinta,
kasih, dan sayang dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2
yaituconditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Pribadi yang
berfungsi sepeuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak bersyarat. Mengapa? Karena ini
penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan
penuh kepercayaan.
C. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya

Menurut pendapat Rogers

Pertama, orang yang sehat secara psikologis akan lebih mudah beradaptasi
Karena orang psikologis bisa melihat dan menilai sifat-sifat seeorang maka dari itu dia mudah beradaptasi.
Kedua, manusia –manusia masa depan akan lebih terbuka atas pengalaman-pengalaman mereka, manusia
masa depan akan lebih mendengar dirinya dan memperhatikan perasaan bahagia, marah,kecewa,ketakutan, dan
kelembutan mereka. Ketiga, dari manusia masa depan adalah kecenderungan untuk hidup sepenuhnya pada
masa sekarang. Merujuk kecenderungan untuk hidup pada masa sekarang sebagaikehidupan
eksistensial. Manusia masa depan tidak mempunyai kebutuhan untuk menipu diri mereka sendiri ataupun
alasan untuk mencoba membuat orang lain kagum. Keempat, manusia masa depan akan tetap percaya terhadap
kemampuan diri mereka untuk merasakan hubungan yang hamonis dengan orang lain. Kelima, manusia masa
depan akan lebih terintegrasi, lebih utuh, anpa batasan-batasan buatan antara proses kognitif yang dilakukan
secara sadar ataupun yang tidak. Keenam, manusia masa depan mempunyai kepercayaan pada
kemanusiaan. Mereka tidak akan menyakiti orang lain hanya untuk kepentingan pribadi; peduli pada orang lain
dan akan siap membantu apabila diperlukan; akan mengalami kemarahan, tetapi dapat dipercaya bahwa
mereka tidak akan menyerang secara tidak asuk akal melawan orang lain; serta akan merasa agresi, tetapi akan
mengalihkannya kea rah yang sepatutnya .
Terakhir, karena manusia masa depan terbuka dengan semua pengalaman, mereka akanlebih menikmati
kekayaan hidup dri pada orang lain. Mereka tidak mendistori stimulus internal ataupun menahan emosi mereka
.
Rogers meberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :

a. Keterbukaan pada pengalaman

b. Kehidupan eksistensial

c. Kepercayaan terhadap organism sendiri

d. Perasaan bebas

e. Kreatifitas

Sumber :

Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model – model kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.

http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html

http://dedeh89-psikologi.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html
Mekanisme koping adalah usaha individu untuk mengatasi perubahan yang
dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon
tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil,
seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar,
2010).

Menurut Keliat (1999, dalam Suliswati, 2005), mekanisme koping adalah cara
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.

Mekanisme koping merupakan cara pemecahan masalah. Menurut Suliswati dkk


(2005) dan Stuart dan Sundeen (1997), individu dapat menanggulangi stres dan
kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial,
intrapersonal dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber
tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif.

Apabila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi,


mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada
kecemasan ringan, mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan,
tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan
orang lain, membatasi diri dengan orang lain.

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu:

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres denagan
cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri, perilaku kompromi.
2. Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi
masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri.

Mekanisme Koping dan Strategi Koping

Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai
sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut.
Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang
berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi
temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.

Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut sebagai mekanisme


pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal) menghindarkan realitas
ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolah untuk mengenalinya, projeksi
yaitu mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di
luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain, regresi yaitu
menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang
lebih awal, displacement (mengisar) yaitu mengalihkan emosi yang seharusnya
diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak
membahayakan, mencari dukungan sosial seperti keluarga mencari dukunga atau
bantuan dari kelurga, tetangga, teman atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji
ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan menerimanya, mencari
dukungan spiritual seperti mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui
pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, dan yang terakhir adalah
menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari
sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain.

Sedangkan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas di gunakan untuk


menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.
Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasipada tugas yaitu; prilaku menyerang (Fight),
prilaku menarik diri (withdrawl), dan kompromi (Rasmun, 2004).

Pada perilaku menyerang, individu menggunakan energinya untuk melakukan


perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Prilaku yang di
tampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif yaitu tindakan
agreesif (menyerang) terhadap obyek, dapat berupa benda, barang, orang lain atau
bahkan terhadap diri sendiri. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu
dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu dengan kata-kata terhadap rasa
ketidak senangannya. Seperti kompromi juga merupakan tindakan konstruktif yang
dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Lazimnya kompromi dilakukan
dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah
dapat diselesaikan.

Perilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain, jadi secara physik dan psikologis individu secara sadar pergi
meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya; individu melarikan
diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi dan sumber infeksi. Sedangkan
reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya
perasaan tidak berminat yang menetap pada individu (Ramun, 2004).

Selain mekanisme koping, juga di kenal istilah strategi koping. Strategi koping
adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan
masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004).

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) Mekanisme koping juga dapat di golongkan
menjadi 2 (dua) yaitu: mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif.
1. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi
integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik
relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap
sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu
menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan).
2. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi
integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan
pengelakan terhadap solusi).

Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-
usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak
yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan
sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).

Ahyar (2010), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping,


yaitu; kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan
masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi.

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi
stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Sementara itu
keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan
akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping
tipe : problem-solving focused coping.

Pada sisi lain keterampilan juga menjadi salah satu sumber koping, yaitu
keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan sosial. Keterampilan
memecahkan masalah meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan,
kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin
dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat. Sedangkan keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk berkomunikasi
dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
berlaku dimasyarakat. Dukungan sosial dan materi juga merupakan faktor strategi
koping.

Dukungan sosial meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan


emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain,
saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Sedangkan materi merupakan
dukungan sumber daya berupa uang, barang barang dapat dibeli.

Anda mungkin juga menyukai