Anda di halaman 1dari 31

Pengertian coping dan Jenis jenis coping (koping) stres

Definisi Coping :
Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi
stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
sendiri.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak
merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Jenis jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada
dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor
yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam
menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang,
menarik diri dan kompromi.
1.

Perilaku menyerang

Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka


mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan
tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif
(menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang
ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan
masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa
ketidak senangannya.
2.

Perilaku menarik diri

Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar

meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu


melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber
infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3.

Kompromi

Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu


untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara
bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang
sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah
dapat diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism),
ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping
(Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri
sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).

1.

Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:


Tindakan langsung (direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu
untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu
menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a.

Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan


atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada
keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya
tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan
diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang
diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya
baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan
diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi.
Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak
mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit
tertentu.
b.

Agresi

Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang
mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.

Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang


lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang
yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena
orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa
kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang
meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan
usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku
bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi,
sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh
tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang
suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihakpihak yang lemah, dan lain-lain.
c.

Penghindaran (Avoidance)

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari
situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumahrumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti aceh.
d.

Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan
cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen
yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei.
Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.

2.

Peredaan atau peringatan (palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi


tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan
tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa
diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan

masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.

a.

Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:


Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)

Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian
individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes
tetapt bersifat positif.
b.

Cara intra psikis

Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang


menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal
dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena
individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari
kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya:
yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif


a.

Coping yang konstruktif

1) Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan
beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
2) Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih
pasrah dan menerimanya.

3) Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalahmasalah yang ada pada dirinya.
4) Avoidant coping

Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan
atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b.

Coping yang positif

1) Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stress.
2) Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
3) Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan
yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
4) Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan
mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap,
dan analitis.
5) Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri dan melibatkan hal-hal religi.
6) Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
7) Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
8) Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara
mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati
atau perhatian.
9) Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam
kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah
masalah.

v Sumber :
http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/strategi-coping-dalampsikologi/

http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html

Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model model kepribadian sehat. Yogyakarta:


kanisius, 1991.

Pengertian coping dan Jenis jenis coping (koping) stres

Definisi Coping :
Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi
stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
sendiri.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak
merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Jenis jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada
dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor
yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam
menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial

Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang,


menarik diri dan kompromi.
1.

Perilaku menyerang

Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka


mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan
tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif
(menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang
ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan
masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa
ketidak senangannya.
2.

Perilaku menarik diri

Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar
meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu
melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber
infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3.

Kompromi

Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu


untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara
bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang
sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah
dapat diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism),
ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping
(Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri
sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).

1.

Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:


Tindakan langsung (direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu
untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu
menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a.

Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan


atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada
keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya
tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan
diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang
diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya
baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya
mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya
adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua
supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami
penyakit tertentu.
b.

Agresi

Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang
mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.
Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang
lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang
yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena
orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa
kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang
meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan
usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku
bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi,
sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh
tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang
suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihakpihak yang lemah, dan lain-lain.
c.

Penghindaran (Avoidance)

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari
situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumahrumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti aceh.
d.

Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan
cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen

yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei.
Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.

2.

Peredaan atau peringatan (palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi


tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan
tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa
diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.

a.

Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:


Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)

Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian
individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes
tetapt bersifat positif.
b.

Cara intra psikis

Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang


menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal
dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena
individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari
kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya:
yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif


a.

Coping yang konstruktif

1) Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan
beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
2) Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih
pasrah dan menerimanya.

3) Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalahmasalah yang ada pada dirinya.
4) Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan
atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b.

Coping yang positif

1) Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stress.
2) Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
3) Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan
yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
4) Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan
mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap,
dan analitis.
5) Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri dan melibatkan hal-hal religi.
6) Self control

Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
7) Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
8) Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara
mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati
atau perhatian.
9) Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam
kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah
masalah.

v Sumber :
http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/strategi-coping-dalampsikologi/

http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html

Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model model kepribadian sehat. Yogyakarta:


kanisius, 1991.

COPING STRESS

A. Pengertian dan jenis-jenis coping

1. Pengertian coping

Coping berasal dari katacoping yang bermakna harfiah


pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi).
Coping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang di lakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/
ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi
tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak
merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Coping stress menurut Taylor (dalam Smet, 1994) adalah suatu proses dimana
individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutantuntutan (baik
itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari
lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi situasi stressful.
Lazarus & Folkman pada tahun 1984 menggambarkan coping sebagai :
...Suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada
antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun
tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang
mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful....

2. Jenis- jenis Coping

a.

Emotional focus Coping

Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini


melalaui perilaku individu, seperti: penggunaan alcohol, bagaimana meniadakan
fakta - fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu
tidak mampu mengubah kondisi yang stresfull individu akan cenderung untuk
mengatur emosinya.
b.

Problem focus Coping

Digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan


mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan
cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat menubah situasi.
Coping dibagi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan
memfokuskan pada emosi.

Jenis-jenis coping yang memfokuskan pada pemecahan masalah berupa :

1. Keaktifan diri, adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan atau


mengelabuhi penyebab stres atau untuk memperbaiki akibat yang ditimbulkan,
dengan kata lain bertambahnya usaha seseorang untuk melakukan koping,
antara lain dengan bertindak langsung.
2. Perencanaan, adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab
stress, contohnya dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan
tentang langkah apa yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah.
3. Kontrol diri, adalah individu membatasi keterlibatannya dalam aktivitas
kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru, menunggu
sehingga layak untuk melakukan suatu tindakan dengan mencari alternatif lain.
4. Mencari dukungan sosial, adalah mencari nasehat, pertolongan, informasi,
dukungan moral, empati dan pengertian

Sedangkan coping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa :


1. Mengingkari, adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap suatu
masalah.
2. Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan sehingga
keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Religius, adalah sikap individu untuk menenangkan dan menyelesaikan
masalah-masalah secara keagamaan.

Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif

a.
-

Coping yang konstruktif


Escape

Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan
beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
-

Accepteance

Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih
pasrah dan menerimanya.
-

Avoidance

Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalahmasalah yang ada pada dirinya.

Avoidant coping

Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan
atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.

b.

Coping yang positif

Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stress.
Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan
yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan
mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap,
dan analitis.
Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri dan melibatkan hal-hal religi.
Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara
mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati
atau perhatian.
Positive reinterpretation

Respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam


kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah
masalah.

Referensi :
Basuki,A.M Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-coping-stress.html
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
MEKANISME KOPING
Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang
mengganggu equilibirium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami
perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri
cara negatif. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku
pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan
ketegangan tersebut.
Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses
adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses
menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana
manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan
seimbang dapat tercapai.
Coping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau
beban yang diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan
dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.
Seorang ahli medis bernama ZJ Lipowski dalam penelitiannya memberikan
definisi mekanisme coping: all cognitive and motor activities which a sick person
employs to preserve his bodily and psychic integrity, to recover reversibly,
impaired function and compensate to limit for any irreversible impairment.
(Secara bebas bisa diterjemahkan: semua aktivitas kognitif dan motorik yang
dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh
dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi adanya kerusakan
yang tidak bisa dipulihkan).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi
yang mengancam (Keliat, 1999).
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan
atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Mekanisme coping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai
sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut.
Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga
yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi
juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor
tersebut.
Efektivitas coping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh
dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik
maupun psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan yang
biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme coping, yang
sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang
terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru:
perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ.
Lipowski membagi coping menjadi: coping style dan coping strategy. Coping
style adalah mekanisme adaptasi individu yang meliputi aspek psikologis,
kognitif, dan persepsi. Coping strategy merupakan coping yang dilakukan secara
sadar dan terarah dalam mengatasi rasa sakit atau menghadapi stressor. Apabila
coping dilakukan secara efektif, stressor tidak lagi menimbulkan tekanan secara
psikis, penyakit, atau rasa sakit, melainkan berubah menjadi stimulan yang
memacu prestasi serta kondisi fisik dan mental yang baik.
Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau
kejadian yang penuh tekanan. Mekanisme koping merupakan suatu proses di
mana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang
menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif
mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi
yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang
penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan
kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam
berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor
yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan
sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres
dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung
menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalahmasalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan
dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan
strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang
menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.

Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas,


dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active &
avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action &
Palliative). Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah
cara pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping
merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber
stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu
kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang dilakukan
individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk
mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak
negatif bagi individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah
diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadi lebih
rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi
dan menambah kepekaan terhadap ancaman.

Koping adalah proses yang dilalui seorang individu dalam menyelesaikan situasi
stresfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi
yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi.
Seseorang yang mengalami stress atau ketegangan psikolologi dalam
menghadapi masalah kehidupan sehari-hari, memerlukan kemampuan pribadi
maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stress, cara yang
digunakan oleh individu untuk mengurangi stress itulah yang disebut dengan
koping.
Akibat stress yang berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik
maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan atau
gangguan. Individu menjadi sakit. Namun sering kali penyebab sakitnya tidak
diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi
tekanan atau stress yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan
jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.
Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang
sehat atau baik atau sesuai dengan stress yang dihadapi, meskipun stress atau
tekanan tersebut tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup
secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnya memunculkan potensipotensi manusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghaadapi
stress, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping.
1. Pengertian dan jenis-jenis koping.
Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping
berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan atau
penanggulangan (to cope with = mengatasi, menggulangi). Namun karena istilah
coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki
makna yang kaya, maka pengggunaan istilah tersebut dipertahankan dan

lansung diserap kedalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa


koping tidak sesederhaa makna harfiahnya saja.
Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga
sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah ( problem solving).
Pengertian koping memang dekat dengan kedua istilah diatas, namun
sebenarnya agak berbeda pemahaman adjustment biasanya merujuk pada
penyesuaian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pemecahan masalah lebih mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang
juga kognitif. Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh
individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, luka,
kehilangan, dan ancaman.
Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutantuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Dengan kata
lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau
tekanan.
Secara ilmiah, baik disadari maupun tidak, individu sesungguhnya telah
menggunakan strategi koping dalam menghadapi stress. Strategi koping adalah
cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau meyelesaikan
masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha
perubahan kognitif prilakukan secara konstan untuk meyelesaikan stress yang
dihadapi.
Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan
kebiasan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang
tidak efektif berakhir dengan maladafur yaitu, prilaku yang menyimpang dari
keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau
lingkungan. Setiap individu dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak
hanya menggunakan satu strategi, tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini
tergantung dari kemampuan dan kondisi individu. Dibawah ini akan dijelaskan 2
macam koping yaitu koping physiologi dan koping psiko social.
2. Macam-macam koping
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada
dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor
yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam
menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang,
menarik diri dan kompromi.
1. Prilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka
mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan
tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif
(menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang
ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan
masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa
ketidak senangannya.
2. Prilaku menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar
meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu
melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber
infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu
untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara
bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang
sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah
dapat diselesaikan.

Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism),


ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping
(Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri
sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1. Tindakan langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu
untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu

menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan
atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada
keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya
tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan
diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang
diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya
baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya
mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya
adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua
supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami
penyakit tertentu.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang
mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.
Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang
lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang
yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena
orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa
kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang
meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan
usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku
bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi,
sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh
tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang
suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihakpihak yang lemah, dan lain-lain.
c. Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari
situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-

rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti aceh.
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan
cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen
yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei.
Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.
2. Peredaan atau peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi
tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan
tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa
diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian
individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes
tetapt bersifat positif.
b. Cara intra psikis
Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang
menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal
dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena
individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari
kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya:
yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

Macam-macam defense mechanism:


1. Identifikasi
Yaitu menginternalisasi ciri-ciri yang dimilki oleh orang lain yang berkuasa dan
dianggap mengancam. Identifikasi biasanya dilakukan oleh anak terhadap orang
tua mereka.
Seorang yang mengalami frustasi dan kegagalan-kegagalan, biasanya tidak mau
melihat kekurangan diri sendiri. Dia selalu berusaha (dalam dunia imajinasinya)
menyamakan diri dengan seorang yang mencapai sukses. Dia berusaha
mengidentifikasikan diri dengan bintang film misalnya, dengan seorang
pahlawan perang, atau seorang professor yang cemelang. Semua ini bertujuan
untuk memberikan kepuasan semu pada diri sendiri, dan didorong oleh ambisi
untuk meningkatkan harga diri.
2. Pengalihan
Yaitu memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang lain karena
obyek yang asli tidak ada atau berbahaya bila diagresi secara langsung.
Misalnya, seorang bawahan dimarahi oleh atasannya dikantor. Bawahannya
tersebut kemudian memarahi istrinya dirumah karena tidak berani membantah
atasannya. Istri kemudian memarahi anaknya. Ini merupakan contoh klasik dari
displacement.
3. Represi
Yaitu menghalangi impuls-implus yang ada atau tidak bias diterima sehingga
impuls-impuls tersebut tidak dapat diekspresikan secara sadar atau lansung
dalam tingkah laku. Misalnya, dorongan seksual karena dianggap tabu lalu
ditekan begitu saja kedalam ketidaksadaran. Dorongan tersebut lalu muncul
dalam bentuk mimpi.
Represi juga disebut sebagai tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginankeinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk
memelihara diri supaya jangan terasa dorongan-doronngan yang tidak sesuai
dengan hatinya. Proses itu terjadi tanpa disadari.
Dalam represi, orang berusaha mengingkari kenyataan atau factor-faktor yang
menyebabkan ia merasa berdosa jika keadaan itu disadarinya.
4. Denial
Yaitu melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada karena
kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu yang bersangkutan.
Istri yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya secara mendadak, merasa
suaminya masih hidup sehingga tiap sore dia masih membuatkan kopi untuk
suaminya seprti biasanya, ini merupakan contoh dari denial. Fanatisme agama
dengan menganggap agama atau kepercayaan lain merupakan sesuatu yang
salah, sedangkan agama atau kepercayaan yang dijalani merupakan satusatunya yang benar merupakan contoh lain mekanisme denial, karena

sebenarnya individu yang fanatic tersebut merasa terancam dengan adanya


keyakinan lain, yang berpotensi mengancam integritas keyakinannya sendiri.
5. Reaksi Formasi
Yaitu dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk tingkah laku
secara terbalik. Contoh klasik dari pertahanan diri jenis ini adalah orang yang
sebenarnya mencintai, namun dalm tingkahlaku memunculkan tindakan yang
seolah-olah membenci orang yag dicintai.
6. Proyeksi
Yaitu mengatribusikan atau menerapkan dorongan-dorongan yang dimiliki pada
orang lain karena dorong-dorongan tersebut mengancam integritas. Misalnya, A
mencintai B, namun karena cinta yang dirasakan itu mengancam harga dirinya,
lalu A menyatakan bahwa B lah yang mencintainya.
Proyeksi juga juga disubut sebagai usaha mensifatkan, melemparkan atau
memproyeksikan sifat, fikiran dan harapan yang negative, juga kelemahan dan
sikap sendiri yang keliru, kepada orang lain. Melemparkan kesalahan sendiri.
Inidividu yang bersangkutan tidak maau mengaku kesalahan, kenegatifan dan
kelemahan sendiri, bahkan selalu memproyeksikan kehidupan yang negative tadi
kepada orang lain. Sebagai contoh dalam hal ini adalah : seseorang sangat iri
hati terhadap kekayaan dan sukses tetangganya. Tapi pada setiap orang ia selalu
berkata, bahwa tetangganya itulah yang buruk hati, selalu cemburu dan iri hati
terhadap dirinya.
7. Rasionalisme atau intektualisasi
Yaitu dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisahkan karena bila
bersama-sama akan mengancam. Misalnya semua orang sepakat bahwa
kesejahteraan umat manusia hanya bias terjadi lewat cara-cara damai, namun
tidak sedikit pula orang yang mengakui hal diatas, mendukung jalan kekerasan
untuk mencapai tujuan mereka.
Rasionalisasi juga disebut dengan cara menolong diri sendirisecara tidak wajar
atau teknik pembelaan diri dengan membuat sesuatu yang tidak rasional serta
tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang rasional dan menyenangkan bagi
diri sendiri.
Rasionalisasi juga dapat disebut sebagai proses pembenaran kelakuan sendiri,
dengan menemukakan alas an yang masuk aal atau bisa diterima secara social,
untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya. (J.P. Chaplin, 1981).
Jika sesorang mengalami frustasi dan kegagalan, biasanya ia selalu mencari
kesalahan dan sebab-musababnya pada orang lain, atau mencarinya pada
keadaan diluar dirinya. Dia menganggap dirinya paling benar, dan orang lain
atau kondisi dan situasi luar yang menjadi biang keladi dari kegagalannya. Dia
tidak mau mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri. Ia selalu berusaha

membelai-belai harga dirinya. Semua pujian dari lur dan pembenaran diharapkan
bias memuaskan perasaan sendiri, dan bias membelai-belai harga dirinya.
Dia selalu menuntut agar segala perbuatan dan alasannya dibenarkan oleh
fikiran atau akal orang lain. Karena itu perilakunya disebut sebagai rasionalisasi.
Misalnya : seseorang yang gagal melaksanakan tugasnya akan berkata: tugas
itu terlalu berat bagi pribadi saya yang amat muda ini. Atau dalih : tugas
semacam itu bagi saya tidak ada harganya, dan tidak masuk dalam bidang
perhatian saya. Dan saya tidak ambil peduli, apakah tugas itu gagal atau
berhasil.

8. Sublimasi
Yaitu dorongan atau implus yang ditransfortasikan menjadi bentuk-bentuk yang
diterima secara social sehingga dorongan atau impuls tersebut menjadi suatu
yang benar-benar berbeda dari dorongan atau impuls aslinya. Contoh sublimasi
adalah orang yang memilki dorongan seks yang kuat lalu menggunakan energy
tersebut untuk menjadi sumber dari dorongan religiusnya, sehingga dia
mengalami pengalaman mistik dan mampu bekerja bagi kemanusiaan, karena
pada dasarnya religiusitas memilki persamaan atau kaitan dengan seksualitas
yaitu dalam hal pengalaman penyatuan atau peleburan.

Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat
membohongi diri sendiri terhadap realitayang ada didalam (dorongan atau inpuls
atau nafsu). Defense mechanism bersifat menyaring realita yang ada sehingga
individu yang bersangkutan tidak bias memahami hakekat dari keseluruhan
realita yang ada. Ini membuat sebagian besar ahli meyatakan koping jenis
defense mechanism merupakan koping yang tidak sehat (kecuali sublummasi).
Defense mechanism yang tidak disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri
yang terus menerus. Dengan cara begitu individu bias mengetahui jenis
mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantinya
dengan koping yang lebih konstruksif.

Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat)


Harmer dan Ruyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap
konstruktif: yaitu:
1. Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi bebagai macam
alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternate yang
dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian

membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternative


yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan
keuntungan yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional
dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga
meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk
melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan
memilki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu
memilih dan membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh
emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan
yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan
yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang tidak
mampu berkonsetrasi ketika menghadappi tekanan. Perhatian mereka malah
terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan
menjadi seakin kabur dan tidak terarah.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress
dengan cara mengekpresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara
langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
Menjadi asertif tidak sama dengan tidakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa
yang dirasakan, dipikirkan oleh individu yang bersangkutan, namun dengan
menghormati pemikiran dan perasaan orang lain. Dewasa ini pelatihan-pelatihan
dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar
manusia.
5. Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspreksi, yaitu individu melakukan pengujian
secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan
terhadap tingkah laku, motif, cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk
mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.
Pengamatan diri mengandaikan individu memilki kemampuan untuk melakukan
transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati
dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan
melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam
keterampilan untuk melakukan pengamatan diri.
3. Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart


dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas
konstruktif.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

4. Strategi Koping
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu:
a. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stress.
b. emotion-focused coping, dimana individumelibatkan usaha-usaha untuk
mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yangakan
diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut
untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalamberbagai ruang lingkup
kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan
strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung
pada kepribadian seseorang dansejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau
masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problemsolving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya
bias dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau
pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused
coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit
dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
tergolong berat sepertikanker atau Aids.Hampir senada dengan penggolongan
jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga
dikenal dua strategi coping, yaitu active dan avoidant coping strategi (Lazarus
mengkategorikan menjadi Direct Action dan Palliative ).
Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara
pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping
merupakanstrategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber
stres dengan cara melakukan suatuaktivitas atau menarik diri dari suatu

kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yangdilakukan


individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk
mekanismepertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak
negatif bagi individu karena cepat atau lambatpermasalahan yang ada haruslah
diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadilebih
rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi
dan menambahkepekaan terhadap ancaman.

5. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping


Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh
sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan
memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi.
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi
stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar
2. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu
pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan
kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused coping
3. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan
hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan
melakukan suatu tindakan yang tepat.
4. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku
dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku
dimasyarakat.

5. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional
pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara,
teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya

6. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau
layanan yang biasanya dapat dibeli.

6. Metode Koping
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah
psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua metode tersebut
antara lain:
2. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan
cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun
waktu yang lama, contonhya:
1. Berbicara dengan orang lain.
2. Mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang
dihadapi.
3. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan
supranatural.
4. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan.
5. Membuat berbagai alternative tindakan untuk mengurangi situasi.
6. Mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.
7. Metode koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress
dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektf untuk digunakan
dalam jangka panjang. Contohnya:
1. Menggunakan alkohol atau obat
2. Melamun dan fantasi.
3. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan.
4. Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
5. Banyak tidur
6. Banyak merokok.
7. Menangis
8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek
psikososial (Lazarus dan Folkman,1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend,
1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :
1. Reaksi Orientasi TugasBerorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi
tuntutan dari situas stress secara realistis, dapat berupakonstruktif atau
destruktif. Misal : Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan
atau mengatasi rintangan untuk memuaskankebutuhan. Perilaku menarik diri
digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau
psikologis. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan,
merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

2. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme


pertahanan mental. Adapunmekanisme pertahanan ego, adalah sebagai berikut:
a. Kompensasi
Proses di mana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan/ secara
tegas menonjolkankeistimewaan atau kelebihan yang dimiliki. Mudah mengingat
hal-hal positif dari pada negative, lebih sering menekankan pada kejadian yang
membahagiakan dan enggan membahagikan yang tidak membahagiakan.
b. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan
ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap
terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secarapribadi tetapi
mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan
ingatan-ingatanyang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia
sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas(supresi) tetapi umumnya tidak
menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)
c. Reaction Formation (Pembentukann Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha
menyembunyikan motif danperasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara
represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajahyang berlawanan dengan
yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri
darikecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri
pribadi yang tidak menyenangkan.Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar
dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasihsayang, atau
dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan
permusuhan ditutupidengan tindak kebaikan.
d. Fiksasi

Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi


menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga
membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya
dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau
selamanya. Dengankata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap
perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengankecemasan. Individu yang
sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan
diridengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada
remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk
melakukan mekanisme ini.

Kesimpulan:
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi
situasi yang menekan. Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian-bagian
dari penyesuaian diri, namun koping merupakan istilah yang khusus digunakan
untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan atau stress.
Ada berbagai macam koping, pendapat berbagai tokoh pun beragam. Ada yang
menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang
sifatnya positif. Namun ada jugayang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negative menimbulkan berbagai persoalan dikemudian hari, bahkan
sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan. Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin
matang, dewasa dan bahagia dalam menjalani kehidupannya.

Referensi:
http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-dan-mekanismekoping-dalam-proses-keperawatan/
Rasmun, Skp., M.Kep, Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta,2004
Siswanto, S.Pi., Msi. Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya,
CV. Andi Offeset, Yogyakarta, 2007.
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental, CV. Mandar Maju, bandung, 2000
Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1995
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.co.id/2011/03/mekanisme-koping.html
Stress response dapat dibedakan menjadi: Fight, Flight, atau Freeze.
1. Melawan atau menyerang balik (Fight)

Saat berhadapan dengan stress anda cenderung untuk menjadi marah, sangat emosional, dan
menyerang balik penyebab stress anda. Sebagai tambahan, anda mungkin menjadi lebih agresif,
sulit untuk duduk diam, atau melampiaskan emosi pada barang (atau orang) di sekitar anda.
2. Melarikan diri (Flight)
Kebalikan dari stress response yang pertama, anda cenderung untuk melarikan diri dari stressor,
baik secara fisik maupun mental. Secara fisik anda mungkin tidak beranjak sedikitpun, namun
secara mental sebenarnya anda sedang menarik diri dan "bersembunyi" di dalam diri anda. Anda
seperti sedang melamun dan tidak peduli pada apa yang sedang terjadi di sekitar anda, dan di
luar anda terlihat hanya menunjukkan sangat sedikit energi atau emosi.
3. Membeku (Freeze)
Reaksi ketiga yang mungkin muncul adalah gabungan dari kedua stress response di atas. Di luar
anda tampak "lumpuh", membeku seperti patung dan tidak mampu melakukan apapun. Namun
jauh di dalam sebenarnya anda sangat emosional dan seperti bom yang siap meledak.

Tidak ada stress response yang baik atau buruk, dan stress response berbeda antara orang
yang satu dengan yang lain. Kenali bagaimana anda bereaksi di hadapan stressor, dan gunakan
itu sebagai acuan untuk menemukan cara mengatasi stress yang paling membuat anda merasa
tenang dan terkendali.

http://www.hypnonesia.com/body-soul/125-stress-apa-mengapa-dan-caramengatasinya

Anda mungkin juga menyukai