Definisi Coping :
Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi
stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
sendiri.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak
merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Jenis jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada
dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor
yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam
menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang,
menarik diri dan kompromi.
1.
Perilaku menyerang
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar
Kompromi
1.
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu
untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu
menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a.
Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang
mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.
Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari
situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumahrumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti aceh.
d.
Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan
cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen
yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei.
Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.
2.
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
a.
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian
individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes
tetapt bersifat positif.
b.
1) Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan
beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
2) Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih
pasrah dan menerimanya.
3) Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalahmasalah yang ada pada dirinya.
4) Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan
atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b.
1) Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stress.
2) Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
3) Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan
yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
4) Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan
mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap,
dan analitis.
5) Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri dan melibatkan hal-hal religi.
6) Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
7) Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
8) Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara
mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati
atau perhatian.
9) Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam
kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah
masalah.
v Sumber :
http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/strategi-coping-dalampsikologi/
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html
Definisi Coping :
Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk menanggulangi situasi
stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
sendiri.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak
merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Jenis jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada
dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor
yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam
menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
Perilaku menyerang
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar
meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu
melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber
infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3.
Kompromi
1.
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu
untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu
menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a.
Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang
mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.
Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang
lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang
yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena
orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa
kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang
meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan
usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku
bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi,
sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh
tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang
suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihakpihak yang lemah, dan lain-lain.
c.
Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari
situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumahrumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti aceh.
d.
Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan
cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen
yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei.
Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.
2.
a.
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian
individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes
tetapt bersifat positif.
b.
1) Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan
beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
2) Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih
pasrah dan menerimanya.
3) Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalahmasalah yang ada pada dirinya.
4) Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan
atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b.
1) Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stress.
2) Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
3) Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan
yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
4) Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan
mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap,
dan analitis.
5) Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri dan melibatkan hal-hal religi.
6) Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
7) Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
8) Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara
mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati
atau perhatian.
9) Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam
kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah
masalah.
v Sumber :
http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/strategi-coping-dalampsikologi/
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html
COPING STRESS
1. Pengertian coping
a.
a.
-
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan
beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
-
Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih
pasrah dan menerimanya.
-
Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalahmasalah yang ada pada dirinya.
Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress
dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan
atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b.
Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap
sumber stress.
Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan
yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan
mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap,
dan analitis.
Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri dan melibatkan hal-hal religi.
Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara
mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati
atau perhatian.
Positive reinterpretation
Referensi :
Basuki,A.M Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-coping-stress.html
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
MEKANISME KOPING
Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang
mengganggu equilibirium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami
perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri
cara negatif. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku
pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan
ketegangan tersebut.
Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses
adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses
menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana
manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan
seimbang dapat tercapai.
Coping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau
beban yang diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan
dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.
Seorang ahli medis bernama ZJ Lipowski dalam penelitiannya memberikan
definisi mekanisme coping: all cognitive and motor activities which a sick person
employs to preserve his bodily and psychic integrity, to recover reversibly,
impaired function and compensate to limit for any irreversible impairment.
(Secara bebas bisa diterjemahkan: semua aktivitas kognitif dan motorik yang
dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh
dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi adanya kerusakan
yang tidak bisa dipulihkan).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi
yang mengancam (Keliat, 1999).
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan
atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Mekanisme coping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai
sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut.
Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga
yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi
juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor
tersebut.
Efektivitas coping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh
dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik
maupun psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan yang
biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme coping, yang
sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang
terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru:
perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ.
Lipowski membagi coping menjadi: coping style dan coping strategy. Coping
style adalah mekanisme adaptasi individu yang meliputi aspek psikologis,
kognitif, dan persepsi. Coping strategy merupakan coping yang dilakukan secara
sadar dan terarah dalam mengatasi rasa sakit atau menghadapi stressor. Apabila
coping dilakukan secara efektif, stressor tidak lagi menimbulkan tekanan secara
psikis, penyakit, atau rasa sakit, melainkan berubah menjadi stimulan yang
memacu prestasi serta kondisi fisik dan mental yang baik.
Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau
kejadian yang penuh tekanan. Mekanisme koping merupakan suatu proses di
mana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang
menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif
mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi
yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang
penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan
kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam
berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor
yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan
sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres
dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung
menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalahmasalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan
dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan
strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang
menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.
Koping adalah proses yang dilalui seorang individu dalam menyelesaikan situasi
stresfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi
yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi.
Seseorang yang mengalami stress atau ketegangan psikolologi dalam
menghadapi masalah kehidupan sehari-hari, memerlukan kemampuan pribadi
maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stress, cara yang
digunakan oleh individu untuk mengurangi stress itulah yang disebut dengan
koping.
Akibat stress yang berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik
maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan atau
gangguan. Individu menjadi sakit. Namun sering kali penyebab sakitnya tidak
diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi
tekanan atau stress yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan
jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.
Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang
sehat atau baik atau sesuai dengan stress yang dihadapi, meskipun stress atau
tekanan tersebut tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup
secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnya memunculkan potensipotensi manusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghaadapi
stress, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping.
1. Pengertian dan jenis-jenis koping.
Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping
berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan atau
penanggulangan (to cope with = mengatasi, menggulangi). Namun karena istilah
coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki
makna yang kaya, maka pengggunaan istilah tersebut dipertahankan dan
b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang,
menarik diri dan kompromi.
1. Prilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka
mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan
tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif
(menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang
ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan
masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa
ketidak senangannya.
2. Prilaku menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar
meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu
melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber
infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu
untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara
bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang
sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah
dapat diselesaikan.
menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan
atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada
keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya
tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan
diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang
diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya
baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya
mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya
adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua
supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami
penyakit tertentu.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang
mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh.
Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang
lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang
yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena
orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa
kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang
meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan
usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku
bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi,
sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh
tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang
suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihakpihak yang lemah, dan lain-lain.
c. Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari
situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-
rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik
seperti aceh.
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan
cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen
yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei.
Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.
2. Peredaan atau peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi
tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan
tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa
diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian
individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes
tetapt bersifat positif.
b. Cara intra psikis
Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang
menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal
dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena
individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari
kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya:
yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.
membelai-belai harga dirinya. Semua pujian dari lur dan pembenaran diharapkan
bias memuaskan perasaan sendiri, dan bias membelai-belai harga dirinya.
Dia selalu menuntut agar segala perbuatan dan alasannya dibenarkan oleh
fikiran atau akal orang lain. Karena itu perilakunya disebut sebagai rasionalisasi.
Misalnya : seseorang yang gagal melaksanakan tugasnya akan berkata: tugas
itu terlalu berat bagi pribadi saya yang amat muda ini. Atau dalih : tugas
semacam itu bagi saya tidak ada harganya, dan tidak masuk dalam bidang
perhatian saya. Dan saya tidak ambil peduli, apakah tugas itu gagal atau
berhasil.
8. Sublimasi
Yaitu dorongan atau implus yang ditransfortasikan menjadi bentuk-bentuk yang
diterima secara social sehingga dorongan atau impuls tersebut menjadi suatu
yang benar-benar berbeda dari dorongan atau impuls aslinya. Contoh sublimasi
adalah orang yang memilki dorongan seks yang kuat lalu menggunakan energy
tersebut untuk menjadi sumber dari dorongan religiusnya, sehingga dia
mengalami pengalaman mistik dan mampu bekerja bagi kemanusiaan, karena
pada dasarnya religiusitas memilki persamaan atau kaitan dengan seksualitas
yaitu dalam hal pengalaman penyatuan atau peleburan.
Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat
membohongi diri sendiri terhadap realitayang ada didalam (dorongan atau inpuls
atau nafsu). Defense mechanism bersifat menyaring realita yang ada sehingga
individu yang bersangkutan tidak bias memahami hakekat dari keseluruhan
realita yang ada. Ini membuat sebagian besar ahli meyatakan koping jenis
defense mechanism merupakan koping yang tidak sehat (kecuali sublummasi).
Defense mechanism yang tidak disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri
yang terus menerus. Dengan cara begitu individu bias mengetahui jenis
mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantinya
dengan koping yang lebih konstruksif.
4. Strategi Koping
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu:
a. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stress.
b. emotion-focused coping, dimana individumelibatkan usaha-usaha untuk
mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yangakan
diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut
untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalamberbagai ruang lingkup
kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan
strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung
pada kepribadian seseorang dansejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau
masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problemsolving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya
bias dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau
pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused
coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit
dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
tergolong berat sepertikanker atau Aids.Hampir senada dengan penggolongan
jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga
dikenal dua strategi coping, yaitu active dan avoidant coping strategi (Lazarus
mengkategorikan menjadi Direct Action dan Palliative ).
Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara
pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping
merupakanstrategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber
stres dengan cara melakukan suatuaktivitas atau menarik diri dari suatu
5. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional
pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara,
teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya
6. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau
layanan yang biasanya dapat dibeli.
6. Metode Koping
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah
psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua metode tersebut
antara lain:
2. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan
cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun
waktu yang lama, contonhya:
1. Berbicara dengan orang lain.
2. Mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang
dihadapi.
3. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan
supranatural.
4. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan.
5. Membuat berbagai alternative tindakan untuk mengurangi situasi.
6. Mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.
7. Metode koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress
dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektf untuk digunakan
dalam jangka panjang. Contohnya:
1. Menggunakan alkohol atau obat
2. Melamun dan fantasi.
3. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan.
4. Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
5. Banyak tidur
6. Banyak merokok.
7. Menangis
8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek
psikososial (Lazarus dan Folkman,1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend,
1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :
1. Reaksi Orientasi TugasBerorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi
tuntutan dari situas stress secara realistis, dapat berupakonstruktif atau
destruktif. Misal : Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan
atau mengatasi rintangan untuk memuaskankebutuhan. Perilaku menarik diri
digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau
psikologis. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan,
merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
Kesimpulan:
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi
situasi yang menekan. Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian-bagian
dari penyesuaian diri, namun koping merupakan istilah yang khusus digunakan
untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan atau stress.
Ada berbagai macam koping, pendapat berbagai tokoh pun beragam. Ada yang
menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang
sifatnya positif. Namun ada jugayang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negative menimbulkan berbagai persoalan dikemudian hari, bahkan
sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan. Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin
matang, dewasa dan bahagia dalam menjalani kehidupannya.
Referensi:
http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-dan-mekanismekoping-dalam-proses-keperawatan/
Rasmun, Skp., M.Kep, Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta,2004
Siswanto, S.Pi., Msi. Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya,
CV. Andi Offeset, Yogyakarta, 2007.
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental, CV. Mandar Maju, bandung, 2000
Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1995
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.co.id/2011/03/mekanisme-koping.html
Stress response dapat dibedakan menjadi: Fight, Flight, atau Freeze.
1. Melawan atau menyerang balik (Fight)
Saat berhadapan dengan stress anda cenderung untuk menjadi marah, sangat emosional, dan
menyerang balik penyebab stress anda. Sebagai tambahan, anda mungkin menjadi lebih agresif,
sulit untuk duduk diam, atau melampiaskan emosi pada barang (atau orang) di sekitar anda.
2. Melarikan diri (Flight)
Kebalikan dari stress response yang pertama, anda cenderung untuk melarikan diri dari stressor,
baik secara fisik maupun mental. Secara fisik anda mungkin tidak beranjak sedikitpun, namun
secara mental sebenarnya anda sedang menarik diri dan "bersembunyi" di dalam diri anda. Anda
seperti sedang melamun dan tidak peduli pada apa yang sedang terjadi di sekitar anda, dan di
luar anda terlihat hanya menunjukkan sangat sedikit energi atau emosi.
3. Membeku (Freeze)
Reaksi ketiga yang mungkin muncul adalah gabungan dari kedua stress response di atas. Di luar
anda tampak "lumpuh", membeku seperti patung dan tidak mampu melakukan apapun. Namun
jauh di dalam sebenarnya anda sangat emosional dan seperti bom yang siap meledak.
Tidak ada stress response yang baik atau buruk, dan stress response berbeda antara orang
yang satu dengan yang lain. Kenali bagaimana anda bereaksi di hadapan stressor, dan gunakan
itu sebagai acuan untuk menemukan cara mengatasi stress yang paling membuat anda merasa
tenang dan terkendali.
http://www.hypnonesia.com/body-soul/125-stress-apa-mengapa-dan-caramengatasinya