Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI


PALEMBANG
PELABUHAN
PLB Sesi XI

 Fender tipe Pneumatic, Fender ini adalah fender tipe terapung yang ditempatkan antara
kapal dan struktur dermaga. Gambar 7.18.
7.1.1. Perencanaan Fender.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN
Fungsi utama dari sistem fender adalah untuk mencegah kerusakan pada kapal dan
dermaga pada waktu kapal merapat ke dermaga, dimana terjadi benturan, gesekan dan
tekanan antara kapal dan dermaga. Gaya-gaya tersebut dapat menyebabkan kerusakan
pada kapal dan struktur dermaga. Untuk mencegah kerusakan tersebut di depan sisi
dermaga dipasang fender yang dapat menyerap energi benturan. Jumlah energi yang
diserap dan gaya maksimum yang diteruskan pada struktur dermaga digunakan untuk
menentukan jenis dan ukuran fender.
Ada beberapa faktor juga yang dapat mempengaruhi pemilihan tipe fender ialah :
kondisi gelombang, arus dan angin, ukuran kapal, kecepatan dan arah kapal pada waktu
merapat ke dermaga, keberadaan kapal tunda yang membantu penambatan, tipe dermaga
dan juga keterampilan nahkoda kapal.

1. Prosedur perencanaan fender.


Perencanaan sistem fender didasarkan pada hukum kekekalan energi. Energi
benturan kapaldengan dermaga sebagian diserap oleh sistem fender sedang sisanya diserap
oleh struktur dermaga. Prosedur perencanaan fender adalah sebagai berikut :
a. Menentukan energi benturan kapal, yang didasarkan pada kapal terbesar yang merapat
di dermaga.
b. Menentukan energi yang dapat diserap oleh dermaga. Energi tersebut sama dengan
setengah gaya reaksi fender (F) dikalikan dengan defleksinya (d) E = Fd/2.
c. Energi yang akan diserap oleh fender adalah energi yang ditimbulkan oleh benturan
kapal dikurangi energi yang diserap dermaga.
d. Pilih fender yang mampu menyerap energi yang sudah dihitung diatas berdasar
karakteristik fender yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

2. Hubungan energi dan gaya.


Kapal yang merapat ke dermaga membentuk sudut terhadap sisi dermaga dan
mempunyai kecepatan tertentu. Dalam perencanaan fender dianggap bahwa kapal
bermuatan penuh dan merapat dengan sudut 10º terhadap sisi depan dermaga (Gambar
7.19.), pada saat merapat tersebut sisi depan kapal membentur fender dan menimbulkan
energi benturan yang diserap oleh fender dan dermaga. Kecepatan merapat kapal
diproyeksikan dalam arah tegak lurus dan memanjang dermaga. Komponen dalam arah
tegak lurus sisi dermaga diperhitungkan untuk merencanakan fender.
Ketika kapal membentur fender, fender mengalami defleksi dari nilai nol sampai
nilai maksimum yang diijinkan. Gaya reaksi fender meningkat dengan pertambahan nilai
defleksi. Kerja yang dilakukan oleh dermaga adalah :

K = ½ Fd

Kapal yang membentur dermaga pada saat merapat (Gambar 7.19.). Karena benturan
tersebut fender memberikan gaya reaksi F. Apabila d adalah defleksi fender, maka
terdapat hubungan berikut ini :

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 2


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN

E = ½Fd
1𝑊
V² = ½Fd
2𝑔
𝑊
F = V²
𝑔𝑑

dengan :
F : gaya bentur yang diserap sistem fender
d : defleksi fender
V : komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga
W : bobot kapal bermuatan penuh.
Nilai defleksi (d) yang diijinkan adalah sebesar 45%, untuk fender kayu (d) adalah
tebal kayu dibagi 20.

Pabrik pembuat fender memberikan karakteristik fender yang diproduksinya dalam


bentuk grafik dan tabel yang memberikan hubungan antara energi yang diserap, reaksi dan
defleksi fender. Setelah energi benturan kapal dihitung, kemudian ditentukan tipe fender yang
digunakan. Dari tabel untuk tipe fender yang dipilih dapat diketahui gaya reaksi fender, dan
selanjutnya digunakan untuk merencanakan struktur dermaga.

3. Posisi daerah yang dilindungi.


Tipe fender yang digunakan dan penempatan pada sisi depan dermaga harus dapat
melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai
elevasi muka air laut. Gambar 7.20. menunjukan posisi penempatan fender terhadap beberapa
ukuran kapal.
Gambar 7.20a. fender dapat melindungi dermaga benturan kapal besar, tetapi untuk ukuran
kapal yang lebih kecil fender tidak berfungsi dengan baik.
Gambar 7.20b dan 7.20c fender dapat berfungsi untuk berbagai macam ukuran kapal karena
digunakan fender yang lebih panjang dan penempatan seperti dalam gambar tersebut.
Dalam arah horisontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga. Gambar 7.21.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 3


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN

Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan jarak maksimum antar fender.

L = 2√𝑟² − (𝑟 − ℎ)² dimana : L = jarak maksimum antara fender (m)


r = jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h = tinggi fender.
Apabila data jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal tidak diketahui, maka persamaan
berikut dapat digunakan sebagai pedoman untuk menghitungnya.

Kapal barang dengan bobot 500 – 50.000 DWT :  log r = - 1,055 + 0,650 log (DWT)

Kapal tanker dengan bobot 5.000 – 200.000 DWT :  log r = - 0,113 + 0,440 log (DWT)

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 4


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air, seperti
diberikan dalam Tabel 7.4.

Tabel 7.4. Jarak antara fender.


Kedalaman Air Jarak Antara Fender
(m) (m)
4–6 4–7
6–8 7 – 10
8 - 10 10 - 15

 Contoh Perhitungan perencanaan Fender  di contoh perhitungan .........,

7.2. Alat Penambat.

Alat penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan antara lain :
1. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi penggeseran atau gerak kapal yang
disebabkan oleh gelombang, arus dan angin.
2. Menolong berputarnya kapal.

Alat penambat inibisa ditempatkan di darat (dermaga) dan di dalam air. Menurut macam
konstruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :
1. Bolder pengikat.
2. Pelampung penambat.
3. Dolphin.

7.2.1. Bolder ( Tiang Tambatan ).


Bolder ( Belanda ) atau Bollard ( Inggris ) dan dalam bahasa Indonesia disebut Tiang tambatan
adalah untuk menambat kapal-kapal yang berlabuh pada dermaga pelabuhan agar kapal-kapal
tersebut dapat mantap posisinya, tidak bergeser oleh adanya gerakan arus air atau angin.
Kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan mengikatkan tali-tali penambat
ke bagian haluan, buritan dan badan kapal. Gambar 7.23. menunjukan metode pengikatan kapal
ke dermaga. Tali-tali penambat tersebut diikatkan pada alat penambat yang dikenal dengan bitt
yang dipasang di sepanjang sisi dermaga. Kapal ditambat pada bolder dengan tros (tali manila
atau tali nylon) dan kabel baja (spring). Biasanya tali yang dipasang pada kedua ujung kapal
adalah tros dan spring.
Bitt dengan ukuran yang lebih besar disebutBolder (Bollard) disebut juga corner mooring post,
yang diletakan pada kedua ujung dermaga atau ditempat yang agak jauh dari sisi muka
dermaga.
Bolder dibikin dari baja cor ( cast steel ) atau besi cor ( cast iron ). Pemasangan bolder pada
dermaga dipasang dengan 4 baut angker atau lebih yang betul-betul harus kuat dan kokoh
terhadap tarikan kapal.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 5


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN

Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. Sedang bollard selain untuk
mengikat pada kondisi normal dan pada kondisi badai, juga dapat digunakan untuk
mengarahkan kapal merapat ke dermaga atau untuk membelok/memutar terhadap ujung
dermaga atau dolphin.
Supaya tidak mengganggu kelancaran kegiatan di dermaga (bongkar muat barang) maka tinggi
bolder dibuat tidak boleh lebih dari 50 cm diatas lantai dermaga. Gambar 7.24 menunjukan
contoh kedua tipe alat pengikat.
Jarak dan jumlah minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal dapat dilihat dalam Tabel 7.5.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 6


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN
Tabel 7.5. Penempatan Bitt.
Ukuran Kapal Jarak Jumlah Minimum
(GRT) Maksimum (m) Tambatan.
~ 2.000 10 – 15 4
2.001 –5.000 20 6
5.001 – 20.000 25 6
20.001 – 50.000 35 8
50.001 – 100.000 45 8

7.2.2. Pelampung penambat (mooring buoy ).


Pelampung penambat berada di dalam kolam pelabuhan atau ditengah laut. Kapal-kapal
yang akan bongkar muat tidak selalu dapat langsung merapat pada dermaga karena dermaga
sedang dipakai, diperbaiki atau lainnya.
Pada daerah kolam pelabuhan yang luasnya terbatas, diperlukan pelampung penambat untuk
mengurangi gerakan berputarnya kapal yang sedang tambat dengan jangkar, karena kapal dapat
berputar 360º. Gambar 7.25.
Dengan adannya pelampung penambat perputaran kapal dapat dikendalikan sehingga tidak
menggangu kapal yang lain. Gambar 7.26.

Pelampung penambat juga bisa digunakan untuk penambatan kapal lepas pantai, untuk kapal
yang berbobot sangat besar seperti kapal tengker 500.000 DWT dengan draft lebih dari 27 m,
ada pelabuhan yang tidak mampu menerima sampai ke dermaganya, untuk itu kapal tersebut
berlabuh di lepas pantai, laut yang dalam dengan menggunakan pelampung penambat.
Penambatan kapal bisa dilakukan dengan jangkarnya sendiri atau dengan satu atau sekelompok
pelampung penambat atau kombinasi antara jangkar dan pelampung penambat. Jumlah
pelampung penambat tergantung pada ukuran kapal, angin,arus, gelombang, keadaan dasar laut
dan pertimbangan ekonomis. Gambar 7.27.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 7


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN

Pelampung penambat terdiri dari beberapa komponen yaitu pelampung penambat,


beton pemberat, jangkar, dan rantai antara jangkar dan pelampung. Gambar 7.28. Dalam hal
ini yang perlu diperhatikan adalah panjang rantai dan kekuatannya, pengangkeran dalam tanah
dasar laut atau berat blok pemberat, panjang rantai dari blok pemberat ke pelampung adalah
1,5 kali kedalaman air, blok pemberatnya bisa mencapai 75 ton tergantung dari besarnya kapal
yang tambat.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 8


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN
7.3. Dolphin atau Ducdalf.

Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menahan benturan dan menambat-kan
kapal. Jetty yang menjorok ke laut untuk tambatnya kapal tanker atau tongkang pengangkut
batu bara atau barang curah lainnya, dilengkapi dengan dolphin yang berfungsi menahan
benturan kapal sehingga kapal tidak membentur jetty, setelah sandar kapal diikatkan ke
dolphin. Dolphin penahan (breasting dolphin) sedangkan dolphin penambat (mooring
dolphin), dolphin penahan (brasting dolphin) mempunyai ukuran lebih besar karena
direncanakan untuk menahan benturan kapal ketika berlabuh dan menahan tarikan kapal,
dilengkapi dengan fender dan bolder untuk keperluan pada saat berlabuh. Dolphin penambat
(mooring dolphin) tidak diperhitungkan untuk menahan benturan kapal. Gambar 7.30.

Dolphin atau Ducdalf konstruksinya terdiri dari tiang-tiang yang bahannya dari beton
bertulang, tiang baja atau tiang kayu, biasanya ducdalf atau dolphin terdiri dari satu tiang induk
di tengah yang dilingkari dengan beberapa tiang. Selanjutnya satuan tiang-tiang itu di lengkapi
dengan fender, tangga atau jembatan penghubung dengan daratan untuk memungkinkan orang
memasang tros pada bolder yang ada diatasnya.

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 9


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN
Ada 2 macam ducdalf :
a. Yang lemas dan elastis,
b. Yang kaku (stif), dibikin masif atau sebagai kerangka ruang.
Gaya yang bekerja adalah gaya tarik karena tiupan angin pada kapal dan kemungkinan gaya
sentuh kapal.
Ducdalf masif dapat dibikin dari caisson beton yang dihitung seperti pilar jembatan.
Kekuatan ducdalf akibat dari tarikan kapal dengan dihitung dari kecepatan ( v )

Contoh perhitungan :
Diketahui dolphin pada suatu pelabuhan terbuat dari 9 tiang, masing-masing tiang terdiri dari
4 profil baja sheet pile “Larssen” tipe L & V, yang digabung/dilas. Diperhitungkan untuk
menahan kapal ( m ) = 29.000 ton, dengan kecepatan ( vijin ) = 0,10 m/sec.
Perhitungan :
1 m v²
Rumus A = ½ n f P³ = . ; dianggap yang melentur ½ jumlah tiang.
9,81 2
P . h³
2A . 9,81 f =
v² = 3 EI
m I
M σ.
k
P = =>
h h

I 2 I
P². h³ n (σ . ) h³ n σ² 2h n σ² I h
2A = n f P³ => n  k
 k
 .k . k
3 EI 3 EI 3 EI 3E

Masa kapal( m ) = 26.000 ton.


Jumlah tiang ( n ) = 9 ; kedalaman/panjang tiang ( h ) = 16,50 m, tiang profil baja
Larsen tipe L & V : σ = 2500 kg/cm² 2,5 . 10⁴ ton/m²
E = 2,1 . 107 ton/m²
I = 8,9 . 10³
Factor tekuk( k ) = 0,422

I
W =k= 8900 cm³ = 8,9 . 10-3 m³
Dengan substitusi dalam rumus 2A didapat :

9 ( 2,5 .104 )² 16,50


2A = . 8,9 .10-3 . 0,422
3 . 2,1 .10⁷
9 ( 2,5 .10 )² 16,50
= . 8,9 .10-3 .0,422
3 ( 2,1 .10)

= 89,2857 . 8,9 .10-3 . 39,1 = 31,07 ton m ~= 31 ton m

kecepatan (v)  v² =
2A . 9,81
m

2A . 9,81 31 . 9,81
v =√ = √ = 0,11 m/sec  melebihi ( vijin ) = 0,10 m/sec.
m 26000

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 10


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN
DAFTAR GAYA-GAYA PADA ALAT PENAMBAT

Gaya tarik pada Bolder Gaya tarik pada Tiff


Gross tonage
(ton) (ton)
200 – 500 15 10
501 – 1.000 25 15
1.001 – 2.000 35 15
2.001 – 3.000 35 25
3.001 – 5.000 50 25
5.001 – 10.000 70 35 (25)
10.001 – 15.000 100 50 (25)
15.001 – 20.000 100 50 (35)
20.001 – 50.000 150 70 (35)
50.001 – 100.000 200 100 (50)
storm biasa

“ DUCDALF “ DENGAN MEMAKAI TIANG BETON


Gambar No. 21a

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 11


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
PELABUHAN

“ DUCDALF “ DENGAN MEMAKAI TIANG PIPA BAJA


Gambar No. 21b

ir. djaenudin hadiyana,MM.,MT 12

Anda mungkin juga menyukai