Anda di halaman 1dari 7

Siswa yang ketakutan menerima hukuman dari guru. (Sumber: scarymommy.

com)

Sekolah adalah lembaga pendidikan, bukan pengadilan yang bertugas untuk memberi hukuman
bagi siswa yang bersalah. Segala hal yang dilakukan pihak sekolah harus dapat dimaknai sebagai
bagian dari proses pendidikan. Hal ini termasuk saat harus memberikan hukuman untuk memberi
efek jera bagi siswa.

Guru yang suka memberi hukuman pada siswanya dapat berakibat buruk, salah satunya siswa
jadi tidak suka. Akan tetapi, bukan berarti guru dilarang menghukum siswa. Siswa yang
melakukan kesalahan memang sebaiknya diberikan sanksi agar jera. Baik bagi siswa yang
bersangkutan, maupun siswa lainnya agar tidak melakukan kesalahan serupa. Hukuman harus
“membebani” siswa agar timbul efek jera, namun juga harus menjadi bagian dari proses
pembelajaran. Hukuman seperti apa yang boleh dan tidak boleh diberikan pada siswa? Simak
ulasan berikut!

Hukuman yang boleh diberikan pada siswa

Sebenarnya, apa tujuan utama dari pemberian hukuman? Umumnya, untuk meminimalisir
adanya pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, hukuman ini dimaksudkan agar
siswa berbuat lebih baik lagi dari sebelumnya. Oleh karena itu, hukuman yang diberikan
pada siswa sebaiknya bersifat mendidik. Siswa harus tetap dapat merasakan adanya manfaat bagi
mereka dari hukuman yang diberikan tersebut.

Nah, akan lebih baik jika hukuman ini diubah sebutannya menjadi konsekuensi. Mengapa
konsekuensi? Pada konsekuensi, siswa diposisikan sebagai subyek. Subyek akan diberikan
tanggung jawab seluas mungkin, dengan konsekuensi sebagai batasannya.

Beberapa contoh:

1. Terlambat hadir

Biasanya, siswa diberikan hukuman seperti disetrap di depan kelas, atau bahkan cubitan atau
pukulan. Nah, hukuman seperti ini mungkin bisa memberi efek jera, namun tidak mendidik.
Justru siswa bisa jadi melawan, takut, kesal dengan guru, bahkan trauma. Anda tentu tidak mau
hal ini terjadi pada siswa tercinta, bukan?

Pertama-tama, Anda sebagai guru harus mencari tahu penyebab keterlambatan siswa. Jika
terlambat hadir, sebagai konsekuensi, siswa tersebut harus belajar sendiri di
perpustakaan sepanjang 2 sesi jam pelajaran. Setelahnya, tanyakan siswa apa saja yang ia
pelajari hari itu. Bisa dibuat dalam bentuk rangkuman atau penjelasan secara lisan. Selain itu,
bisa juga diberikan pelajaran tambahan sepulang sekolah. Berikan batas terlambat, misalnya
maksimal tiga kali. Jika melewati batas, maka harus mengerjakan latihan soal dengan nilai
minimal sekian.

2. Jarang hadir
Hukuman untuk siswa. (Sumber: britishcouncil.com)

Bagi siswa yang presensinya buruk, sebaiknya diberikan sanksi seperti apa? Siswa yang
kehadirannya kurang dari 80%, maka konsekuensinya adalah harus membuat karya tulis ilmiah.
Ketimbang meminta siswa untuk menulis satu kalimat ratusan kali, tentu cara ini akan lebih
mendidik.

3. Tidak mengerjakan tugas/PR

Biasanya, hukuman yang diterapkan bagi pelanggaran ini adalah dijemur di halaman sekolah.
Nah, apa yang didapat siswa dari hukuman tersebut? Tidak akan mendidik, karena hanya panas-
panasan. Bagaimana jika siswa tersebut mudah sakit? Anda tentu akan diprotes oleh orang tua,
bahkan pihak sekolah. Sebagai ganti, konsekuensinya adalah membuat kliping mengenai suatu
topik, mengerjakan latihan soal, merangkum buku yang dibaca di perpustakaan, dan sebagainya.
Dengan catatan, mereka tetap mengerjakan tugas/PR tersebut.

4. Pakaian tidak rapi


Guru menjewer siswa yang tidak tertib.
(Sumber: butitis.com)

Memberi jeweran pada siswa tentu bukan cara yang baik. Jika pakaian siswa tidak rapi, mintalah
siswa untuk merapikannya. Namun jika kedapatan mengulangi, konsekuensinya siswa harus
merapikan pakaian di depan kelas.

5. Membuat keributan di dalam kelas

Biasanya, yang membuat keributan akan diminta keluar kelas. Cara ini terkadang malah
membuat siswa tidak jera. Tidak jarang, mereka malah senang berada di luar kelas karena bebas
dari kegiatan belajar-mengajar. Tentu tidak akan efektif dan edukatif, kan?
Siswa dihukum di luar kelas. (Sumber: wnyc.org)

Coba minta siswa yang membuat keributan untuk duduk di kursi bapak/ibu guru. Apabila lebih
dari satu siswa, maka minta mereka duduk di kursi paling depan.

6. Rambut siswa gondrong

Jika pelanggaran ini terjadi, jangan langsung memotong rambut siswa saat itu juga secara asal-
asalan. Sebaiknya, beritahu saja siswa untuk menggunting rambut sepulang sekolah. Kalau
belum juga dilaksanakan, berkoordinasilah dengan pihak orang tua/wali.

7. Menyontek

Konsekuensinya bisa berupa pengurangan nilai, kemudian mengerjakan beberapa paket latihan
soal.

Apabila pelanggaran dilakukan secara kolektif, bentuk konsekuensinya bisa seperti bersih-bersih
kelas, toilet, atau sekolah. Hukuman ini mengedukasi siswa untuk hidup tertib dan bersih, juga
melatih kedisplinan.

Hukuman yang tidak boleh diberikan pada siswa:

Memberi hukuman keras seperti kekerasan yang menyakiti fisik dan psikis tentu tidak boleh
dilakukan. Hukuman keras yang diberikan tidak akan memberi dampak positif, baik bagi guru
maupun siswa. Memukul, mencubit, menjewer, bukan hukuman, namun sudah masuk ke dalam
tindak kekerasan. Begitu pula dengan caci-maki atau bahkan pemberian julukan bernada negatif,
tentu akan menyakiti perasaan dan mempermalukan siswa.

Siswa menjadi murung karena hukuman keras dari guru. (Sumber: slate.com)

Cara-cara keras seperti demikian biasanya justru menimbulkan naluri 'dendam' dan berpotensi
membuat siswa membuat kesalahan lain yang lebih besar.

Kesalahan apa pun yang dilakukan oleh siswa, hal pertama yang sebaiknya menjadi pilihan
untuk dilakukan bukanlah hukuman. Apabila tanpa hukuman saja siswa mampu memperbaiki
perilakunya, mengapa harus dihukum?
Guru memberikan konseling pada siswa. (Sumber: savepei.com)

Sebagai guru, tugas Anda adalah memberitahu apa yang salah, menasihati, serta membimbing
siswa menuju perbaikan. Dengan demikian, siswa akan belajar dari kesalahan yang telah
dilakukan. Banyak juga kasus yang terjadi di mana siswa menjadi lebih baik ketika diajak bicara
baik-baik dari hati ke hati. Namun, apabila tidak mempan, barulah siswa perlu ditindak dengan
tegas, yaitu memberikan sanksi/hukuman. Kalaupun memang hukuman harus diterapkan,
pastikan hukuman tersebut tidak boleh menghilangkan hak siswa untuk belajar.

Apabila serangkaian sanksi di atas sudah diberikan namun tidak ada efek jera, maka libatkan
orang tua siswa. Pemberian hukuman pun harus melalui bimbingan, dampingan, serta konsultasi.
Hal ini dilakukan agar dapat dicari penyebab atau akar masalah mengapa siswa melakukan
pelanggaran.
Guru berdiskusi dengan orang tua siswa. (Sumber: huffpost.com)

Nah, sebagai penutup, sebaiknya dibuat juga surat pernyataan yang ditandatangani oleh orang
tua/wali siswa. Isi surat tersebut adalah kesepakatan untuk menaati peraturan dan sanksi yang
dikenakan jika melakukan pelanggaran. Surat ini akan menjadi pegangan/acuan bagi
guru, sekolah, siswa, maupun orang tua.

Agar berjalan dengan maksimal, Anda harus mendukung dengan mengoptimalkan peran sebagai
guru. Jadilah guru yang dicintai siswa dengan menjaga hubungan, tidak ada gap, menghargai
siswa, dan sebagainya. Jika siswa senang pada Anda, niscaya mereka akan lebih taat dan disiplin.
(TN

Anda mungkin juga menyukai