Anda di halaman 1dari 15

Melihat Keunikan Inovasi Kader Cerdas Desa Darmo, Muara Enim

Judul: Suami Laporkan Kehamilan Istri via SMS, Dukun Jadi Mitra

DESA Darmo berada di daerah dataran tinggi. Masuk wilayah kecamatan


Lawang Kidul, bersama 7 Desa/Kelurahan lain. Jumlah penduduk di sana terdata
3.309 jiwa. Hampir 75% dengan mata pencaharian sebagai petani. Kebiasan
berkebun secara mandah. Yakni menginap di lokasi kebun (talang). Jarak dari talang
ke Desa ± 10-25 km. Waktu tempuh 1 sampai 2 jam dengan kendaraan roda dua.

Sejumlah persoalan harus dihadapi warga Desa Darmo. Paling menonjol pada
2016, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Ada 1 kasus
kematian ibu akibat hypertensi kehamilan. Satu kasus lagi disebabkan terinfeksi
kuman tetanus.

Angka itu merupakan angka tertinggi apabila dibandingkan dengan Desa/


Kelurahan lain di Kecamatan Lawang Kidul. Di sana, pelayanan kesehatan sudah
ada Puskesmas Tanjung Enim. Hanya saja, jangkauan pelayanan ke Desa Darmo
ini, paling jauh. Jaraknya 10 km dari Puskesmas.

Melihat kondisi yang ada, wajar kalau ibu hamil kesulitan memeriksakan
kehamilan dan bayi yang baru lahir. Maklum, itu tadi. Mereka tinggal di Talang. Jauh
dari fasilitas kesehatan. Ditambah lagi, faktor budaya. Masyarakat masih
mempercayai dukun beranak dalam membantu persalinan.

Ditambah lagi, partisipasi masyarakat lintas sektoral memang rendah. Kader


kesehatan belum dibekali pengetahuan yang cukup mengenai deteksi dini faktor
risiko AKI dan AKB. Masing-masing bekerja sendiri. Hasil yang diperolehpun tak
optimal.

Kepala Puskesmas Tanjung Enim, Gani tergugah dengan kondisi dan fakta
tersebut. Dia menginisiasi sebuah inovasi. Namanya "Kader Cerdas Peduli AKi-
AKB". Cerdas dimaksud mencakup makna Cepat Deteksi Keberadaan Ibu Hamil dan
Bayi Sakit, Dampingi Pemeriksaan Kesehatan, SMS laporkan segera.

Sebuah pemikiran maju. Inovasi unik dan kreatif. Kolaborasi dunia usaha,
pemerintah desa, masyarakat, dan media lokal. Tujuannya sederhana. Menurunkan
AKI dan AKB. Ikut serta membangun kepedulian terhadap kesehatan terutama
kesehatan ibu hamil dan bayi.

Sejumlah keunikan inovasi ini. Ada kantong persalinan dusun yang dikelola
oleh istri Kepala Dusun selaku koordinator Kader Cerdas. Sebelum adanya inovasi
ini, kantong persalinan dikelola oleh Bidan Desa. Dengan adanya kantong
persalinan dusun maka tersedia data yang lebih akurat mengenai ibu hamil di setiap
dusun.

Kesediaan masyarakat desa menjadi Kader Cerdas yang bertugas mendata


ibu hamil dan bayi sakit. Melaporkan hasil pendataan melalui SMS kepada Bidan
Desa, melakukan pengawasan serta mendampingi ibu hamil dan bayi sakit saat
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan.

Lalu, mendorong peran suami agar melaporkan kehamilan istrinya kepada


Kader Cerdas dan Bidan Desa melalui SMS. Sekaligus menemani istri
memeriksakan kehamilan.

Peran pemerintah desa? Ya, mereka mendukung dengan menyediakan


alokasi anggaran Dana Desa untuk pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan
kegiatan. Tak kalah penting dukungan pihak swasta. Dalam hal ini, dari PT.
Manambang Muara Enim (PT. MME) berupa dana CSR. Digunakan untuk
operasional Kader Cerdas dalam melakukan pendampingan ibu hamil dan bayi sakit
ke fasilitas kesehatan.

Sebetulnya, bagaimana penerapan inovasi kader cerdas ini sendiri? Diawali


dengan pembentukan dan pembekalan kader cerdas. Puskesmas Tanjung Enim
mengusulkan Kader Cerdas berdasarkan kriteria tertentu. Masyarakat kemudian
memilih sendiri Kader Cerdas untuk dusun masing-masing dan ditetapkan melalui
SK Kepala Desa. Kader Cerdas kemudian dibekali dengan pengetahuan mengenai
deteksi dini faktor risiko AKI - AKB.

Menjadikan dukun beranak sebagai mitra. Mereka wajib melapor kepada


Kader Cerdas atau Bidan Desa apabila ada ibu hamil atau ibu hamil yang akan
melahirkan. Perannya sebagai pendamping dalam proses persalinan.

Kader cerdas mengirimkan petugas kesehatan ke talang setiap satu minggu


sekali. Tepatnya saat jadwal penimbang karet untuk memeriksa apabila ada ibu
hamil atau bayi sakit. Kedatangan petugas kesehatan sekaligus menyampaikan agar
ibu hamil yang usia kandungannya mencapai 6 (enam) bulan untuk tidak lagi
menginap di talang dan pulang ke rumahnya di dusun.

Dengan adanya inovasi ini, kesehatan ibu hamil dan bayi sakit dapat
senantiasa dipantau. Terutama untuk ibu hamil dengan risiko tinggi. Ibu hamil dan
bayi sakit yang tinggal cukup jauh dari fasilitas kesehatan akan mendapatkan
haknya dalam pelayanan kesehatan sehingga akan menurunkan jumlah kematian
ibu dan bayi di Desa Darmo yang akan berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB
di Kecamatan Lawang Kidul. (*)

----------------------------------

Pelaksanaan dan Penerapan

Inovasi kader cerdas dilaksanakan melalui sejumlah tahapan. Langkah awal


adalah melakukan advokasi STOP AKI-AKB yang dilaksanakan di aula Puskesmas
Tanjung Enim pada 31 Agustus 2016. Hasil advokasi ini adalah Keputusan Kepala
Puskesmas tentang advokasi angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta
gerakan penurunan AKI-AKB di Kecamatan Lawang Kidul dan memilih Desa Darmo
sebagai pilot project inovasi.

Berikut, melakukan advokasi. Pelaksanaan di Balai Desa Darmo pada 17


Januari 2017 dengan mengundang Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Masyarakat
Desa Darmo dan PT MME. Advokasi bertujuan untuk menyamakan persepsi semua
stakeholder yang akan terlibat pada pelaksanaan inovasi. Sekaligus meyakinkan
masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan kepedulian penurunan AKI-AKB.

Penandatanganan komitmen bersama Camat Lawang Kidul, Kepala


Puskesmas Tanjung Enim, Kepala Desa Darmo, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama,
Petugas Puskesmas Pembantu, Petugas Kesehatan Mandiri, Bidan Desa dan PT.
MME.

Selanjutnya, penunjukan Kader Cerdas. Kriteria Kader Cerdas adalah warga


yang berdomisili di Desa Darmo, bisa menulis dan membaca, bisa menggunakan
handphone, bekerja dengan ikhlas dan semangat tinggi, sudah biasa berkecimpung
di bidang kesehatan (kader posyandu, poslansia).

Tak hanya itu, dilakukan juga pembuatan MoU dengan dukun beranak.
Dimana dukun beranak berperan sebagai mitra Kader Cerdas dan Bidan Desa.
Dukun beranak melaporkan apabila ada ibu hamil akan melahirkan. Dukun beranak
tidak lagi menolong persalinan namun tetap mendampingi/menjadi pendamping
dalam proses persalinan.

Pengumpulan data dan pelaporan. Pengumpulan data dan pelaporan oleh


Kader Cerdas dilakukan sesegara mungkin setelah didapat informasi mengenai ibu
hamil dan bayi sakit. Pelaporan disampaikan kepada Bidan Desa melalui SMS
dengan format yang telah ditentukan. Setelah mendapat laporan, Bidan Desa
melakukan pengecekan dan pemeriksaan ibu hamil atau bayi sakit. Pada saat
pemeriksaan, Bidan Desa sekaligus memberikan edukasi kepada Kader Cerdas
mengenai pengolahan data dan interpretasi sederhana dalam bentuk kantong
persalinan dusun yang dikelola oleh istri Kepala Dusun selaku koordinator Kader
Cerdas.

Pelatihan Kader Cerdas. Dilakukan pada 17 Januari 2017 dan refreshing


pelatihan 11 Juli 2017. Materi yang diberikan yaitu cegah kematian ibu dan bayi
dengan deteksi dini kehamilan berisiko tinggi. Diharapkan dengan adanya pelatihan
maka pengetahuan Kader tentang deteksi dini faktor risiko AKI-AKB dapat
meningkat.

Pertemuan Kader Cerdas dilakukan rutin setiap bulan. Berikut, PJ UKP


Puskesmas Pembantu, Bidan Desa bersama PJ UKP KIA Puskesmas Tanjung Enim
akan menganalisa data dan membuat rumusan masalah kepedulian kesehatan ibu
hamil, bayi, balita sakit. Apabila ditemukan permasalahan pada ibu hamil dan bayi
sakit maka Kepala Puskesmas Tanjung Enim dan Camat Lawang Kidul akan
berkonsultasi ke Dinas Kesehatan untuk melakukan tindakan yang diperlukan.

Pemantauan dan pendampingan ibu hamil dan bayi sakit memeriksakan


kesehatan di fasilitas kesehatan sesuai jadwal. Pemantauan dilakukan dengan
kunjungan Kader Cerdas ke rumah ibu hamil atau bayi sakit. Sedangkan untuk ibu
hamil pendampingan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal 4 (empat) kali
selama kehamilan.

Monitoring dan evaluasi. Dilakukan oleh PJ UKM KIA Puskesmas Tanjung


Enim dan bidan koordinator Puskesmas Tanjung Enim secara berkala. Laporan
monitoring dan evaluasi disampaikan kepada Dinas Kesehatan, Camat Lawang
Kidul, Kepala Puskesmas Tanjung Enim, Kepala Desa, dan PT. MME.

Dilakukan juga penyuluhan dan informasi tentang inovasi ini melalui radio
lokal RGBA. Biasanya setiap Selasa dan Minggu.

Nah, mereka yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi ini, adalah Ibu
hamil dan bayi yang ada di Desa Darmo sebagai kelompok sasaran dari kegiatan
inovasi. Lalu, Puskesmas Tanjung Enim selaku penggagas ide inovasi yang
melakukan advokasi untuk menggugah kesadaran masyarakat Desa agar mau
berperan serta dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Puskesmas Tanjung Enim
juga memberikan pelatihan kepada Kader Cerdas serta melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Berikut Kader Cerdas yang merupakan pelaksana kegiatan di lapangan.


Kader Cerdas bertugas melakukan pendataan ibu hamil dan bayi sakit, pemantauan
dengan kunjungan ke rumah dan pendampingan ibu hamil dan bayi sakit ke fasilitas
kesehatan. Kepala Desa Darmo yang menugaskan 25 orang Kader Cerdas. Setiap
dusun terdiri dari 5 orang kader yang dikoordinir oleh istri Kepala Dusun.

Lalu, Dukun beranak yang merupakan mitra kerja Kader Cerdas dan Bidan
Desa. Penanggung Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas
Pembantu dan Bidan Desa yang bekerjasama dalam melakukan pengawasan dan
pemantauan ibu hamil dan bayi sakit hasil pendataan dan laporan dari Kader
Kesehatan.

Kader Cerdas juga melakukan pendekatan dengan para suami, keluarga


terdekat dan masyarakat yang bermukim di kebun (talang). Intinya biar mereka
segera melaporkan kondisi kehamilan dan bayi melalui SMS.

Kesuksesan inovasi ini juga didukung oleh siaran rutin setiap Selasa oleh
RGBA. Radio yang sangat akrab dengan masyarakat di wilayah tersebut.

Apa sih keluaran kongkret inovasi ini? Ya, tak lain nihilnya kasus kematian ibu
dan bayi di tahun 2017. Di samping, meningkatnya kunjungan ibu hamil dan bayi
sakit di fasilitas kesehatan yang sangat penting untuk deteksi sejak dini. Juga
penanganan tepat setiap kondisi yang tidak diharapkan.

Menariknya, inovasi ini telah direplikasi oleh seluruh desa di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Enim. Bahkan, sudah dituangkan dalam berbagai perjanjian
kerjasama atau MoU (Memorandum of Understanding). Di samping, Keputusan
Pemerintah Kabupaten Muara Enim untuk menjamin keberlanjutannya.

Analisis Masalah (5%)

1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inovasi? (Maksimal 500


kata)

Kecamatan Lawang Kidul berada di bagian barat daya Kabupaten Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan. Jumlah penduduknya 67.278 jiwa. Luas wilayah sekitar 287,26 km2.
Memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap masyarakat, di sana sudah ada sarana
dan prasarana kesehatan. Antara lain 1 rumah sakit, 1 puskesmas, 4 puskesmas
pembantu (pustu), dan 7 poskesdes.
Menariknya, walaupun fasilitas kesehatan cukup memadai, namun 2016 Kecamatan
Lawang Kidul menduduki peringkat tertinggi kematian se-Kabupaten Muara Enim. Ibu
meninggal 2 kasus. Lalu jumlah kematian bayi sebanyak 14 kasus. kematian dengan
berbagai penyebab.
Kecamatan Lawang Kidul terdiri dari 7 Desa/ Kelurahan yang menjadi wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Enim dimana Desa Darmo merupakan jangkauan pelayanan
terjauh yaitu 10 km dari Puskesmas. Topografi Desa Darmo berada di daerah dataran
tinggi dengan jumlah penduduk 3.309 jiwa. Hampir 75% mata pencaharian masyarakat
sebagai petani. Masyarakat masih memiliki kebiasan berkebun secara mandah yaitu
menginap di lokasi kebun (talang). Jarak dari talang ke Desa ± 10-25 km dengan waktu
tempuh 1 sampai 2 jam dengan kendaraan roda dua.

Permasalahan yang dihadapi di Desa Darmo sebelum adanya inovasi ini antara lain :

1. Rendahnya deteksi dini risiko kematian ibu dan bayi yang berakibat kematian ibu
dan bayi. Kasus di Desa Darmo pada tahun 2016 terjadi kematian ibu yang
disebabkan oleh hypertensi kehamilan sebanyak 1 (satu) kasus dan kematian bayi
sebanyak 1 (satu) kasus yang disebabkan terinfeksi kuman tetanus. Angka ini
merupakan angka tertinggi apabila dibandingkan dengan Desa/ Kelurahan lain di
Kecamatan Lawang Kidul.
2. Sulitnya ibu hamil memeriksakan kehamilan dan bayi yang baru lahir karena tinggal
di talang yang cukup jauh dari fasilitas kesehatan.
3. Kurangnya kepedulian dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya deteksi
dini faktor risiko AKI, AKB, serta perlunya memeriksakan kehamilan ke fasilitas
kesehatan. Termasuk permasalahan gizi dan pemberian ASI eksklusif.
4. Rendahnya jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke puskesmas
pembantu.
5. Faktor budaya masyarakat dimana mereka masih mempercayai dukun beranak
terutama dalam menolong persalinan.
6. Belum adanya partisipasi masyarakat lintas sektoral dalam upaya penurunan AKI
dan AKB. Kader kesehatan belum dibekali pengetahuan yang cukup mengenai
deteksi dini faktor risiko AKI dan AKB. Masing-masing bekerja sendiri sehingga hasil
yang diperoleh belum optimal.

Menghadapi permasalahan tersebut Kepala Puskesmas Tanjung Enim memandang


perlunya suatu gerakan kesadaran masyarakat yang harus dilakukan secara
bersama-sama untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan ibu
hamil dan bayi sebagai komitmen untuk penurunan AKI dan AKB di Kecamatan
Lawang Kidul. Gerakan ini dinamakan Gerakan Kader Cerdas Peduli AKI-AKB
(Cepat Deteksi Keberadaan Ibu Hamil dan Bayi Sakit, Dampingi Pemeriksaan
Kesehatan, SMS laporkan segera).

A. Pendekatan Strategis (20%)

2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inovasi ini
telah memecahkan masalah tersebut? (Maksimal 600 kata)

Ide inovasi ini bermula dari keinginan Kepala Puskesmas Tanjung Enim untuk
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan bayi dalam
upaya penurunan AKI dan AKB yang tinggi pada tahun 2016 dengan usaha dan
peran akif masyarakat.

Strategi yang dilakukan dalam inovasi ini adalah pertama, peningkatan peran serta
masyarakat dengan melibatkan masyarakat dan menggandeng pihak swasta untuk
berkomitmen dan berkolaborasi dalam usaha meningkatkan kepedulian terhadap
kesehatan ibu hamil dan bayi. Pihak Puskesmas melakukan advokasi untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini risiko AKI
dan AKB. Selain itu dilakukan pendekatan kepada pihak swasta yang hadir pada
saat advokasi sehingga menghasilkan komitmen dari PT. Manambang Muara Enim
(PT. MME) untuk mendukung inovasi ini melalui dana CSR yang digunakan sebagai
biaya operasional Kader Cerdas dalam mendampingi ibu hamil dan bayi sakit
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan.

Kedua, memilih 1 (satu) desa sebagai pilot project. Desa ini akan menjadi
percontohan pelaksanaan inovasi sebelum dilaksanakan di Desa/ Kelurahan lain di
Kecamatan Lawang Kidul. Desa Darmo dipilih karena menduduki peringkat tertinggi
kematian ibu dan bayi pada tahun 2016 dan lokasi nya cukup jauh dari fasilitas
kesehatan.

Ketiga, pembentukan dan pembekalan kader cerdas. Puskesmas Tanjung Enim


mengusulkan Kader Cerdas berdasarkan kriteria tertentu. Masyarakat kemudian
memilih sendiri Kader Cerdas untuk dusun masing-masing dan ditetapkan melalui
SK Kepala Desa. Kader Cerdas kemudian dibekali dengan pengetahuan mengenai
deteksi dini faktor risiko AKI - AKB.

Keempat, menjadikan dukun beranak sebagai mitra. Masyarakat Desa umumnya


masih mempercayai Dukun Beranak. Faktor budaya ini tidak bisa dihilangkan begitu
saja. Untuk itu dukun beranak yang ada di Desa dirangkul sebagai mitra Kader
Cerdas dan Bidan Desa. Dukun beranak wajib melaporkan kepada Kader Cerdas
atau Bidan Desa apabila ada ibu hamil atau ibu hamil yang akan melahirkan dan
berperan sebagai pendamping dalam proses persalinan.

Kelima, mengirimkan petugas kesehatan ke talang setiap satu minggu sekali pada
saat jadwal penimbang karet untuk memeriksa apabila ada ibu hamil atau bayi sakit.
Kedatangan petugas kesehatan sekaligus menyampaikan agar ibu hamil yang usia
kandungannya mencapai 6 (enam) bulan untuk tidak lagi menginap di talang dan
pulang ke rumahnya di dusun.

Dengan adanya inovasi ini maka kesehatan ibu hamil dan bayi sakit dapat
senantiasa dipantau, terutama untuk ibu hamil dengan risiko tinggi. Ibu hamil dan
bayi sakit yang tinggal cukup jauh dari fasilitas kesehatan akan mendapatkan
haknya dalam pelayanan kesehatan sehingga akan menurunkan jumlah kematian
ibu dan bayi di Desa Darmo yang akan berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB
di Kecamatan Lawang Kidul.

3. Dalam hal apa inovasi kreatif dan inovatif? (Maksimal 200 kata)

Inovasi Kader Cerdas Peduli AKI-AKB Desa Darmo adalah inovasi yang unik dan
kreatif karena mampu menggerakkan unsur masyarakat, pemerintah dan dunia
usaha untuk berkolaborasi dan ikut serta membangun kepedulian terhadap
kesehatan terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Keunikan inovasi ini ditunjukkan
antara lain oleh :

1. Adanya kantong persalinan dusun yang dikelola oleh istri Kepala Dusun
selaku koordinator Kader Cerdas. Sebelum adanya inovasi ini, kantong
persalinan dikelola oleh Bidan Desa. Dengan adanya kantong persalinan
dusun maka tersedia data yang lebih akurat mengenai ibu hamil di setiap
dusun.
2. Kesediaan masyarakat desa menjadi Kader Cerdas yang bertugas mendata
ibu hamil dan bayi sakit, melaporkan hasil pendataan melalui SMS kepada
Bidan Desa, melakukan pengawasan serta mendampingi ibu hamil dan bayi
sakit saat memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan.
3. Mendorong peran suami agar melaporkan kehamilan istrinya kepada Kader
Cerdas dan Bidan Desa melalui SMS kepada Kader Cerdas atau Bidan Desa.
Selain itu suami dapat melaporkan secara langsung sekaligus menemani istri
memeriksakan kehamilan.
4. Pemerintah Desa mendukung dengan menyediakan alokasi anggaran Dana
Desa untuk pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan.
5. Dukungan dari PT. Manambang Muara Enim (PT. MME) berupa dana CSR
yang digunakan untuk operasional Kader Cerdas dalam melakukan
pendampingan ibu hamil dan bayi sakit ke fasilitas kesehatan.

B. Pelaksanaan dan Penerapan (35%)

4. Bagaimana pelaksanaan inovasi? (Maksimal 600 kata)

Inovasi ini dilaksanakan dengan cara :


1. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan advokasi STOP AKI-AKB
yang dilaksanakan di aula Puskesmas Tanjung Enim pada tanggal 31 Agustus
2016. Hasil advokasi ini adalah Keputusan Kepala Puskesmas tentang
advokasi angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta gerakan
penurunan AKI-AKB di Kecamatan Lawang Kidul dan memilih Desa Darmo
sebagai pilot project inovasi.
2. Melakukan advokasi dilaksanakan di Balai Desa Darmo pada tanggal 17
Januari 2017 dengan mengundang Kepala Desa, Tokoh Masyarakat,
Masyarakat Desa Darmo dan PT. Manambang Muara Enim (PT.MME).
Advokasi bertujuan untuk menyamakan persepsi semua stakeholder yang
akan terlibat pada pelaksanaan inovasi dan meyakinkan masyarakat untuk ikut
serta dalam gerakan kepedulian penurunan AKI-AKB.
3. Penandatanganan komitmen bersama Camat Lawang Kidul, Kepala
Puskesmas Tanjung Enim, Kepala Desa Darmo, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, Petugas Puskesmas Pembantu, Petugas Kesehatan Mandiri, Bidan
Desa dan PT. MME.
4. Penunjukan Kader Cerdas. Kriteria Kader Cerdas adalah warga yang
berdomisili di Desa Darmo, bisa menulis dan membaca, bisa menggunakan
handphone, bekerja dengan ikhlas dan semangat tinggi, sudah biasa
berkecimpung dibidang kesehatan (kader posyandu, poslansia).
5. Pembuatan MoU dengan dukun beranak dimana dukun beranak berperan
sebagai mitra Kader Cerdas dan Bidan Desa. Dukun beranak melaporkan
apabila ada ibu hamil atau ibu hamil yang akan melahirkan. Dukun beranak
tidak lagi menolong persalinan namun tetap mendampingi/ menjadi
pendamping dalam proses persalinan.
6. Pengumpulan data dan pelaporan. Pengumpulan data dan pelaporan oleh
Kader Cerdas dilakukan sesegara mungkin setelah di dapat informasi
mengenai ibu hamil dan bayi sakit. Pelaporan disampaikan kepada Bidan
Desa melalui SMS dengan format yang telah ditentukan. Setelah mendapat
laporan, Bidan Desa melakukan pengecekan dan pemeriksaan ibu hamil atau
bayi sakit. Pada saat pemeriksaan, Bidan Desa sekaligus memberikan edukasi
kepada Kader Cerdas mengenai pengolahan data dan interpretasi sederhana
dalam bentuk kantong persalinan dusun yang dikelola oleh istri Kepala Dusun
selaku koordinator Kader Cerdas.
7. Pelatihan Kader Cerdas. Pelatihan Kader Cerdas dilakukan pada tanggal 17
Januari 2017 dan refreshing pelatihan tanggal 11 Juli 2017. Materi yang
diberikan pada saat pelatihan yaitu cegah kematian ibu dan bayi dengan
deteksi dini kehamilan berisiko tinggi. Diharapkan dengan adanya pelatihan
maka pengetahuan Kader tentang deteksi dini faktor risiko AKI-AKB dapat
meningkat.
8. Pertemuan Kader Cerdas dilakukan rutin setiap bulan.
9. PJ UKP Puskesmas Pembantu, Bidan Desa bersama PJ UKP KIA Puskesmas
Tanjung Enim akan menganalisa data dan membuat rumusan masalah
kepedulian kesehatan ibu hamil, bayi, balita sakit. Apabila ditemukan
permasalahan pada ibu hamil dan bayi sakit maka Kepala Puskesmas Tanjung
Enim dan Camat Lawang Kidul akan berkonsultasi ke Dinas Kesehatan untuk
melakukan tindakan yang diperlukan.
10. Pemantauan dan pendampingan ibu hamil dan bayi sakit memeriksakan
kesehatan di fasilitas kesehatan sesuai jadwal. Pemantauan dilakukan dengan
kunjungan Kader Cerdas ke rumah ibu hamil atau bayi sakit sedangkan untuk
ibu hamil pendampingan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal 4 (empat)
kali selama kehamilan.
11. Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh PJ UKM KIA
Puskesmas Tanjung Enim dan bidan koordinator Puskesmas Tanjung Enim
secara berkala. Laporan monitoring dan evaluasi disampaikan kepada Dinas
Kesehatan, Camat Lawang Kidul, Kepala Puskesmas Tanjung Enim, Kepala
Desa, dan PT. MME.
12. Dilakukan juga penyuluhan dan informasi tentang inovasi ini melalui radio lokal
RGBA pada hari Selasa setiap minggu.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?


(Maksimal 300 kata)

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi ini yaitu :

1. Ibu hamil dan bayi yang ada di Desa Darmo sebagai kelompok sasaran dari
kegiatan inovasi.
2. Puskesmas Tanjung Enim selaku penggagas ide inovasi yang melakukan
advokasi untuk menggugah kesadaran masyarakat Desa agar mau berperan
serta dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Puskesmas Tanjung Enim juga memberikan pelatihan kepada
Kader Cerdas serta melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
3. Kader Cerdas yang merupakan pelaksana kegiatan dilapangan. Kader Cerdas
bertugas melakukan pendataan ibu hamil dan bayi sakit, pemantauan dengan
kunjungan ke rumah dan pendampingan ibu hamil dan bayi sakit ke fasilitas
kesehatan.
4. Kepala Desa Darmo yang menugaskan 25 orang Kader Cerdas. Setiap dusun
terdiri dari 5 orang kader yang dikoordinir oleh istri Kepala Dusun.
5. Dukun beranak yang merupakan mitra kerja Kader Cerdas dan Bidan Desa.
6. Penanggung Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas
Pembantu dan Bidan Desa yang bekerjasama dalam melakukan pengawasan
dan pemantauan ibu hamil dan bayi sakit hasil pendataan dan laporan dari
Kader Kesehatan.
7. PT. Manambang Muara Enim (PT. MME) yang memberikan dukungan dana
CSR sebagai dana operasional pelaksanaan kegiatan.
8. Dinas Kesehatan sebagai pusat rujukan apabila ditemukan permasalahan
dalam pelaksanaan inovasi.
9. Radio RGBA yang memberikankesempatan setiap hari Selasa kepada
Puskesmas Tanjung Enim untuk memberikan penyuluhan dan
menginformasikan inovasi Kader Cerdas.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inovasi dan bagaimana sumber
daya tersebut dimobilisasi? (Maksimal 500 kata)

Sumberdaya yang digunakan dalam inovasi ini antara lain :

1. Sumber daya manusia, yaitu Kader Cerdas, Bidan Desa, petugas Penanggung
Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas Pembantu Desa
Darmo, Kepala Desa Darmo beserta unsur pemerintahan desa, Kepala
Puskesmas Tanjung Enim dan jajarannya, Tokoh Masyarakat, Dinas
Kesehatan, dan Camat Kecamatan Lawang Kidul. Semua berkolaborasi dalam
pelaksanaan kegiatan inovasi dan berkoordinasi apabila ditemukan
permasalahan ibu hamil dan bayi sakit yang perlu segera ditindaklanjuti.

2. Sumber daya keuangan, berasal dari :


▪ Alokasi Dana BOK Puskesmas Tahun 2017 sebesar Rp. 6.000.000,- yang
digunakan untuk pembinaan dan biaya transport petugas kesehatan.
▪ Alokasi Dana Desa Tahun 2017 sebesar Rp. 38.016.900,- digunakan untuk
penyediaan sarana dan prasarana Kader Cerdas dalam pelaksanaan
kegiatan seperti ATK, masker disposible, handscond, timbangan badan
manual, tensimeter digital, termometer digital, air sound timer, seragam kaos
kader. Selain itu dana desa juga digunakan untuk penyediaan peralatan bagi
dukun beranak seperti gunting tali pusat, penjempit tali pusat dan handscond.
▪ Dana CSR PT. Manambang Muara Enim (PT. MME)Tahun 2017 sebesar Rp
10.000.000,- digunakan untuk biaya pelaporan melalui SMS kepada
Penanggung Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas
Pembantu dan bidan desa serta biaya transportasi Kader Cerdas dalam
mendampingi ibu hamil dan bayi sakit melakukan pemeriksaan ke fasilitas
kesehatan.
Kader Cerdas dapat mengklaim biaya transport sebesar Rp.50.000,- per
pendampingan yang diajukan setiap bulan kepada Bidan Desa.

3. Sumber daya lainnya:

▪ Penggunaan SMS untuk pelaporan informasi ibu hamil dan bayi sakit kepada
bidan desa.
▪ Radio lokal (RGBA) untuk mempublikasikan inovasi dan merupakan media
untuk promosi dan penyuluhan kesehatan
▪ Komitmen bersama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas Tanjung Enim,
Pemerintah Desa, pihak swasta, dan masyarakat yang memungkinkan
inovasi ini berjalan dengan baik.

7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil dari pelaksanaan inovasi?
(Maksimal 400 kata)

Keluaran yang paling berhasil dari pelaksanaan inovasi adalah :

1. Tidak ada kasus kematian ibu dan bayi di tahun 2017 dan tidak ada lagi
penanganan persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak.
2. Tersedianya data kehamilan yang akurat dalam bentuk kantong persalinan
dusun.
3. Adanya kenaikan jumlah kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
yang signifikan sebesar 87% di tahun 2017 yaitu dari 142 kunjungan pada tahun
2016 menjadi 266 kunjungan. Meningkatnya jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan di fasilitas kesehatan. Pada tahun 2017 ibu hamil yang
memeriksakan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 93 orang.
Apabila dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang memeriksakan kesehatan
pada tahun 2016 sebanyak 91 orang maka terjadi kenaikan sebesar 4 %.
4. Terjadinya peningkatan deteksi dini (cakupan 100%). Deteksi dini faktor risiko
oleh tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan (kader kesehatan) di tahun
2016 sebanyak 34 orang (37,2 %) ibu hamil dengan faktor risiko dan risiko tinggi
sedangkan di tahun 2017 sebanyak 38 orang (41%). Adanya peningkatan
kunjungan deteksi dini faktor risiko oleh tenaga kesehatan dan non tenaga
kesehatan sebanyak (4,2 %)
5. Siaran rutin di radio lokal (RGBA) untuk penyuluhan kesehatan dan peran Kader
Cerdas.

8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi


inovasi? (Maksimal 400 kata)

Pemantauan kemajuan pelaksanaan kegiatan inovasi dan evaluasi dilakukan secara


berjenjang dan berkala dengan cara :

1. Pemantauan rutin bulanan dilakukan oleh kepala desa, petugas kesehatan desa
(pustu/puskesdes) dan Puskesmas untuk memastikan pelaksanaan inovasi,
danKader Cerdas berkewajiban membuat laporan setiap bulan
2. PJ UKM KIA Puskesmas Tanjung Enim melakukan monitoring dan evaluasi
setiap bulan dan membuat laporan monitoring dan evaluasi yang ditujukan
kepada Kepala UPTD Puskesmas Tanjung Enim, Kepala Desa Darmo, Camat
Lawang Kidul dan PT. Manambang Muara Enim (PT. MME).
3. Pemantauan langsung pelaksanaan Kader Cerdas oleh PT Manambang Muara
Enim (PT. MME) Bersama tim Puskesmas secara berkala.
4. Laporan ini akan menjadi bahan pertimbangan intervensi Gerakan Kader
Cerdas Peduli Penurunan AKI-AKB di Desa Darmo.

9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut dapat diatasi? (Maksimal 300 kata)

Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi antara lain :

1. Adanya penolakan terhadap kedatangan Kader Cerdas pada awal gerakan


dilakukan karena kurangnya kesadaran masyarakat mengenai perawatan
kesehatan kehamilan dan masih percaya kepada dukun beranak. Masalah ini
diatasi dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat serta mengajak
dukun beranak yang merupakan mitra kerja Kader Cerdas dan Bidan Desa.
2. Sulitnya menjangkau tempat tinggal sasaran kegiatan yang berada di kebun
(talang). Masalah ini diatasi dengan bantuan kendaraan operasional dari PT
MME yang dapat menempuh jalan tanah dan lumpur. Bantuan ini diperoleh
melalui pengajuan proposal.
3. Tidak tersedianya alat kesehatan sebagai alat bantu kerja Kader Cerdas. Untuk
mengatasi hal ini, Kepala Desa telah memberikan anggaran untuk penyediaan
sarana dan prasarana Kader Cerdas berasal dari alokasi Dana Desa Tahun
2017, yang diperoleh dengan mengajukan proposal.
4. Tidak tersedianya dana operasional kader untuk memberikan laporan melalui
SMS, mendampingi ibu hamil dan bayi sakit ke fasilitas kesehatan. Puskesmas
Tanjung Enim mengajukan proposal bantuan kepada PT. MME sehingga
diperoleh dana CSR untuk biaya operasional Kader Cerdas.

C. Dampak Sebelum dan Sesudah (25%)

10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan oleh inovasi? (Maksimal 700 kata)
Manfaat utama yang dihasilkan dari kegiatan inovasi ini adalah :
1. Risiko kematian ibu dan bayi dapat diminimalkan dan ditangani melalui deteksi
dini yang tepat sehingga pada tahun 2017 tidak terjadi kasus kematian ibu dan
bayi (0 - nihil).
2. Kepedulian/ kesadaran masyarakat meningkat terhadap kesehatan ibu hamil
dan bayi serta faktor risiko AKI-AKB. Meningkatnya cakupan ASI eksklusif dan
suami menjadi lebih memperhatikan kesehatan istri yang sedang hamil.
3. Meningkatnya pengetahuan Kader Kesehatan dalam memberikan
pendampingan terhadap ibu hamil dan bayi sakit.
4. Meningkatnya kepedulian pihak swasta, khususnya PT MME untuk berkontribusi
terhadap masalah kesehatan ibu dan anak secara berkesinambungan
5. Dukun bayi memahami peran dan fungsinya sebagai pendamping ibu dan bayi
dan tidak lagi menangani persalinan

11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi dilaksanakan? (Maksimal 700
kata)

Video : https://youtu.be/wlbd3o5rHmY

No Faktor Perubahan Sebelum Inovasi Sesudah Inovasi

1. Jumlah kunjungan 142 kunjungan. 266 kunjungan


ibu hamil

2. Cakupan ASI 78,05 % (Sasaran 41, 80,95% (Sasaran 43,


Eksklusif Realisasi 32) Realisasi 34)

3. Pemahaman tentang Rendahnya pengetahuan Bertambahnya


faktor risiko AKI-AKB Kader Kesehatan tentang pengetahuan Kader
penyebab, akibat dan faktor Kesehatan tentang faktor
risiko AKI-AKB. risiko AKI - AKB dan
meningkatnya
kemampuan dalam
mendampingi ibu hamil
dan bayi sakit.

4. Dukungan multipihak Kader kesehatan yang Dukungan dari pihak:


terhadap Puskesmas terbatas - Kepala Desa
- PT MME
- Masyarakat/Kader

5. Budaya masyarakat Tabu bagi suami untuk Suami siap melaporkan


membicarakan kehamilan kehamilan istrinya kepada
istrinya. Kader Cerdas dan bidan
desa.
No Faktor Perubahan Sebelum Inovasi Sesudah Inovasi

6. Jumlah kasus Terjadi 1 kasus kematian ibu Nihil (Tidak terjadi


kematian ibu dan dan 1 kasus kematian bayi kematian ibu dan bayi di
bayi di Desa Darmo pada tahun Desa Darmo pada tahun
2015 2017).

7. Peran dukun beranak Masih menolong proses Tidak lagi menolong


persalinan. persalinan (Dukun
beranak menjadi mitra
Kader Cerdas dan Bidan
Desa)

8 Peran media lokal - Rutin menyediakan air


time untuk penyuluhan,
promosi dan kampanye
kesehatan termasuk
inovasi Kader Cerdas

12. Apa saja dari kegiatan inovasi tersebut yang sejalan dengan satu atau lebih
dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan? (Maksimal 300 kata)

Kegiatan yang dilaksanakan pada inovasi ini selaras dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan ke 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk dengan target 3.1. pada tahun 2030, mengurangi
rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup dan
target 3.2. pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal
setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan angka kematian balita 25
per 1000.

Kegiatan inovasi ini dilaksanakan terutama oleh Kader Cerdas yang merupakan
masyarakat Desa Darmo dengan melakukan pendataan terhadap ibu hamil dan bayi
sakit yang berdomisili di Desa. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko yang
dapat menyebabkan terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Kader Cerdas juga bertugas mendampingi ibu hamil dan bayi sakit
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan. Jika ditemukan permasalahan
kesehatan pada ibu hamil dan bayi maka Kader Cerdas, Penanggung Jawab Unit
Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa akan
berkoordinasi dengan Puskesmas Tanjung Enim, Camat Lawang Kidul dan Dinas
Kesehatan untuk melakukan tindakan yang diperlukan sehingga akan mengurangi
kemungkinan terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
D. Keberlanjutan (15%)

13. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? (Maksimal 200 kata)

Pembelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan inovasi ini yaitu :

1. Kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha sangat


penting dalam usaha mencapai tujuan pembangunan dalam hal ini
pembangunan kesehatan.
2. Masyarakat perlu didorong untuk meningkatkan partisipasi dan kepedulian
terhadap kesehatan ibu hamil dan bayi sehingga akan menciptakan kondisi
masyarakat yang mandiri dalam mengatasi risiko AKI - AKB.
3. Perekrutan Kader Cerdas yang merupakan penduduk asli akan lebih
meningkatkan peluang keberhasilan inovasi karena timbulnya rasa “memiliki”
dalam pelaksanaan kegiatan.
4. Siaran radio lokal sangat efektif, karena masyarakat terutama yang bermukim di
kebun (talang) selalu rutin mendengarkan siaran radio.

Rekomendasi:

1. Sesegera mungkin, Puskesmas Tanjung Enim akan mengikutsertakan Kader


Cerdas AKI AKB untuk melakukan siaran di radio, agar keberadaannya semakin
dikenal masyarakat.
2. Saat ini pendataan ibu hamil dan bayi sakit serta pelaporan masih
menggunakan SMS. Di masa depan akan sangat baik apabila Kader Cerdas
dilengkapi dengan HP berbasis aplikasi android dalam melakukan pendataan
ibu hamil dan bayi sakit. Dengan aplikasi android, Kader Cerdas cukup mengisi
data-data ibu hamil dan bayi sakit dan dapat dilengkapi dengan foto. Hal ini
akan sangat bermanfaat dalam hal monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan inovasi.

14. Apakah inovasi pelayanan publik ini berkelanjutan dan direplikasi? (Maksimal
500 kata)

Inovasi Kader Cerdas Peduli Penurunan AKI - AKB di Desa Darmo Kecamatan
Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim akan terus dilanjutkan pada tahun 2018 sesuai
dengan Keputusan Kepala Desa Darmo Nomor 140/KPTS/V/2017. Kepala Desa
Darmo dan PT. Manambang Muara Enim (PT. MME) telah berkomitmen tetap
mengalokasikan anggaran Dana Desa dan Dana CSR untuk keberlanjutan kegiatan
inovasi ini. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan ibu hamil dan bayi sakit juga menjadi jaminan untuk keberlanjutan inovasi.

Inovasi Kader Cerdas AKI AKB telah direplikasi oleh seluruh Desa/ Kelurahan (7
Desa/ Kelurahan) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Enim.Keberhasilan inovasi ini
mendorong Kepala Dinas Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran agar Puskesmas
lain dapat mereplikasi inovasi ini dan saat ini sedang dalam proses pembuatan Surat
Edaran Bupati Kabupaten Muara Enim agar seluruh Desa/ Kelurahan di Kabupaten
Muara Enim mereplikasi inovasi ini sehingga AKI dan AKB dapat diminimalkan.
Hal-hal yang dapat direplikasi dari inovasi ini antara lain :

1. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta dalam


memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.
2. Penggunaan dana desa dan CSR untuk mendukung kegiatan penurunan AKI
dan AKB.
3. Menugaskan penduduk setempat sebagai Kader Kesehatan (Kader Cerdas).
4. Sistem pelaporan ibu hamil dan bayi sakit dengan menggunakan SMS.
5. Pembuatan kantong persalinan dusun.

Anda mungkin juga menyukai