Judul: Suami Laporkan Kehamilan Istri via SMS, Dukun Jadi Mitra
Sejumlah persoalan harus dihadapi warga Desa Darmo. Paling menonjol pada
2016, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Ada 1 kasus
kematian ibu akibat hypertensi kehamilan. Satu kasus lagi disebabkan terinfeksi
kuman tetanus.
Melihat kondisi yang ada, wajar kalau ibu hamil kesulitan memeriksakan
kehamilan dan bayi yang baru lahir. Maklum, itu tadi. Mereka tinggal di Talang. Jauh
dari fasilitas kesehatan. Ditambah lagi, faktor budaya. Masyarakat masih
mempercayai dukun beranak dalam membantu persalinan.
Kepala Puskesmas Tanjung Enim, Gani tergugah dengan kondisi dan fakta
tersebut. Dia menginisiasi sebuah inovasi. Namanya "Kader Cerdas Peduli AKi-
AKB". Cerdas dimaksud mencakup makna Cepat Deteksi Keberadaan Ibu Hamil dan
Bayi Sakit, Dampingi Pemeriksaan Kesehatan, SMS laporkan segera.
Sebuah pemikiran maju. Inovasi unik dan kreatif. Kolaborasi dunia usaha,
pemerintah desa, masyarakat, dan media lokal. Tujuannya sederhana. Menurunkan
AKI dan AKB. Ikut serta membangun kepedulian terhadap kesehatan terutama
kesehatan ibu hamil dan bayi.
Sejumlah keunikan inovasi ini. Ada kantong persalinan dusun yang dikelola
oleh istri Kepala Dusun selaku koordinator Kader Cerdas. Sebelum adanya inovasi
ini, kantong persalinan dikelola oleh Bidan Desa. Dengan adanya kantong
persalinan dusun maka tersedia data yang lebih akurat mengenai ibu hamil di setiap
dusun.
Dengan adanya inovasi ini, kesehatan ibu hamil dan bayi sakit dapat
senantiasa dipantau. Terutama untuk ibu hamil dengan risiko tinggi. Ibu hamil dan
bayi sakit yang tinggal cukup jauh dari fasilitas kesehatan akan mendapatkan
haknya dalam pelayanan kesehatan sehingga akan menurunkan jumlah kematian
ibu dan bayi di Desa Darmo yang akan berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB
di Kecamatan Lawang Kidul. (*)
----------------------------------
Tak hanya itu, dilakukan juga pembuatan MoU dengan dukun beranak.
Dimana dukun beranak berperan sebagai mitra Kader Cerdas dan Bidan Desa.
Dukun beranak melaporkan apabila ada ibu hamil akan melahirkan. Dukun beranak
tidak lagi menolong persalinan namun tetap mendampingi/menjadi pendamping
dalam proses persalinan.
Dilakukan juga penyuluhan dan informasi tentang inovasi ini melalui radio
lokal RGBA. Biasanya setiap Selasa dan Minggu.
Nah, mereka yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi ini, adalah Ibu
hamil dan bayi yang ada di Desa Darmo sebagai kelompok sasaran dari kegiatan
inovasi. Lalu, Puskesmas Tanjung Enim selaku penggagas ide inovasi yang
melakukan advokasi untuk menggugah kesadaran masyarakat Desa agar mau
berperan serta dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Puskesmas Tanjung Enim
juga memberikan pelatihan kepada Kader Cerdas serta melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Lalu, Dukun beranak yang merupakan mitra kerja Kader Cerdas dan Bidan
Desa. Penanggung Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas
Pembantu dan Bidan Desa yang bekerjasama dalam melakukan pengawasan dan
pemantauan ibu hamil dan bayi sakit hasil pendataan dan laporan dari Kader
Kesehatan.
Kesuksesan inovasi ini juga didukung oleh siaran rutin setiap Selasa oleh
RGBA. Radio yang sangat akrab dengan masyarakat di wilayah tersebut.
Apa sih keluaran kongkret inovasi ini? Ya, tak lain nihilnya kasus kematian ibu
dan bayi di tahun 2017. Di samping, meningkatnya kunjungan ibu hamil dan bayi
sakit di fasilitas kesehatan yang sangat penting untuk deteksi sejak dini. Juga
penanganan tepat setiap kondisi yang tidak diharapkan.
Menariknya, inovasi ini telah direplikasi oleh seluruh desa di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Enim. Bahkan, sudah dituangkan dalam berbagai perjanjian
kerjasama atau MoU (Memorandum of Understanding). Di samping, Keputusan
Pemerintah Kabupaten Muara Enim untuk menjamin keberlanjutannya.
Kecamatan Lawang Kidul berada di bagian barat daya Kabupaten Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan. Jumlah penduduknya 67.278 jiwa. Luas wilayah sekitar 287,26 km2.
Memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap masyarakat, di sana sudah ada sarana
dan prasarana kesehatan. Antara lain 1 rumah sakit, 1 puskesmas, 4 puskesmas
pembantu (pustu), dan 7 poskesdes.
Menariknya, walaupun fasilitas kesehatan cukup memadai, namun 2016 Kecamatan
Lawang Kidul menduduki peringkat tertinggi kematian se-Kabupaten Muara Enim. Ibu
meninggal 2 kasus. Lalu jumlah kematian bayi sebanyak 14 kasus. kematian dengan
berbagai penyebab.
Kecamatan Lawang Kidul terdiri dari 7 Desa/ Kelurahan yang menjadi wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Enim dimana Desa Darmo merupakan jangkauan pelayanan
terjauh yaitu 10 km dari Puskesmas. Topografi Desa Darmo berada di daerah dataran
tinggi dengan jumlah penduduk 3.309 jiwa. Hampir 75% mata pencaharian masyarakat
sebagai petani. Masyarakat masih memiliki kebiasan berkebun secara mandah yaitu
menginap di lokasi kebun (talang). Jarak dari talang ke Desa ± 10-25 km dengan waktu
tempuh 1 sampai 2 jam dengan kendaraan roda dua.
Permasalahan yang dihadapi di Desa Darmo sebelum adanya inovasi ini antara lain :
1. Rendahnya deteksi dini risiko kematian ibu dan bayi yang berakibat kematian ibu
dan bayi. Kasus di Desa Darmo pada tahun 2016 terjadi kematian ibu yang
disebabkan oleh hypertensi kehamilan sebanyak 1 (satu) kasus dan kematian bayi
sebanyak 1 (satu) kasus yang disebabkan terinfeksi kuman tetanus. Angka ini
merupakan angka tertinggi apabila dibandingkan dengan Desa/ Kelurahan lain di
Kecamatan Lawang Kidul.
2. Sulitnya ibu hamil memeriksakan kehamilan dan bayi yang baru lahir karena tinggal
di talang yang cukup jauh dari fasilitas kesehatan.
3. Kurangnya kepedulian dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya deteksi
dini faktor risiko AKI, AKB, serta perlunya memeriksakan kehamilan ke fasilitas
kesehatan. Termasuk permasalahan gizi dan pemberian ASI eksklusif.
4. Rendahnya jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke puskesmas
pembantu.
5. Faktor budaya masyarakat dimana mereka masih mempercayai dukun beranak
terutama dalam menolong persalinan.
6. Belum adanya partisipasi masyarakat lintas sektoral dalam upaya penurunan AKI
dan AKB. Kader kesehatan belum dibekali pengetahuan yang cukup mengenai
deteksi dini faktor risiko AKI dan AKB. Masing-masing bekerja sendiri sehingga hasil
yang diperoleh belum optimal.
2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inovasi ini
telah memecahkan masalah tersebut? (Maksimal 600 kata)
Ide inovasi ini bermula dari keinginan Kepala Puskesmas Tanjung Enim untuk
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan bayi dalam
upaya penurunan AKI dan AKB yang tinggi pada tahun 2016 dengan usaha dan
peran akif masyarakat.
Strategi yang dilakukan dalam inovasi ini adalah pertama, peningkatan peran serta
masyarakat dengan melibatkan masyarakat dan menggandeng pihak swasta untuk
berkomitmen dan berkolaborasi dalam usaha meningkatkan kepedulian terhadap
kesehatan ibu hamil dan bayi. Pihak Puskesmas melakukan advokasi untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini risiko AKI
dan AKB. Selain itu dilakukan pendekatan kepada pihak swasta yang hadir pada
saat advokasi sehingga menghasilkan komitmen dari PT. Manambang Muara Enim
(PT. MME) untuk mendukung inovasi ini melalui dana CSR yang digunakan sebagai
biaya operasional Kader Cerdas dalam mendampingi ibu hamil dan bayi sakit
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan.
Kedua, memilih 1 (satu) desa sebagai pilot project. Desa ini akan menjadi
percontohan pelaksanaan inovasi sebelum dilaksanakan di Desa/ Kelurahan lain di
Kecamatan Lawang Kidul. Desa Darmo dipilih karena menduduki peringkat tertinggi
kematian ibu dan bayi pada tahun 2016 dan lokasi nya cukup jauh dari fasilitas
kesehatan.
Kelima, mengirimkan petugas kesehatan ke talang setiap satu minggu sekali pada
saat jadwal penimbang karet untuk memeriksa apabila ada ibu hamil atau bayi sakit.
Kedatangan petugas kesehatan sekaligus menyampaikan agar ibu hamil yang usia
kandungannya mencapai 6 (enam) bulan untuk tidak lagi menginap di talang dan
pulang ke rumahnya di dusun.
Dengan adanya inovasi ini maka kesehatan ibu hamil dan bayi sakit dapat
senantiasa dipantau, terutama untuk ibu hamil dengan risiko tinggi. Ibu hamil dan
bayi sakit yang tinggal cukup jauh dari fasilitas kesehatan akan mendapatkan
haknya dalam pelayanan kesehatan sehingga akan menurunkan jumlah kematian
ibu dan bayi di Desa Darmo yang akan berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB
di Kecamatan Lawang Kidul.
3. Dalam hal apa inovasi kreatif dan inovatif? (Maksimal 200 kata)
Inovasi Kader Cerdas Peduli AKI-AKB Desa Darmo adalah inovasi yang unik dan
kreatif karena mampu menggerakkan unsur masyarakat, pemerintah dan dunia
usaha untuk berkolaborasi dan ikut serta membangun kepedulian terhadap
kesehatan terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Keunikan inovasi ini ditunjukkan
antara lain oleh :
1. Adanya kantong persalinan dusun yang dikelola oleh istri Kepala Dusun
selaku koordinator Kader Cerdas. Sebelum adanya inovasi ini, kantong
persalinan dikelola oleh Bidan Desa. Dengan adanya kantong persalinan
dusun maka tersedia data yang lebih akurat mengenai ibu hamil di setiap
dusun.
2. Kesediaan masyarakat desa menjadi Kader Cerdas yang bertugas mendata
ibu hamil dan bayi sakit, melaporkan hasil pendataan melalui SMS kepada
Bidan Desa, melakukan pengawasan serta mendampingi ibu hamil dan bayi
sakit saat memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan.
3. Mendorong peran suami agar melaporkan kehamilan istrinya kepada Kader
Cerdas dan Bidan Desa melalui SMS kepada Kader Cerdas atau Bidan Desa.
Selain itu suami dapat melaporkan secara langsung sekaligus menemani istri
memeriksakan kehamilan.
4. Pemerintah Desa mendukung dengan menyediakan alokasi anggaran Dana
Desa untuk pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan.
5. Dukungan dari PT. Manambang Muara Enim (PT. MME) berupa dana CSR
yang digunakan untuk operasional Kader Cerdas dalam melakukan
pendampingan ibu hamil dan bayi sakit ke fasilitas kesehatan.
1. Ibu hamil dan bayi yang ada di Desa Darmo sebagai kelompok sasaran dari
kegiatan inovasi.
2. Puskesmas Tanjung Enim selaku penggagas ide inovasi yang melakukan
advokasi untuk menggugah kesadaran masyarakat Desa agar mau berperan
serta dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Puskesmas Tanjung Enim juga memberikan pelatihan kepada
Kader Cerdas serta melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
3. Kader Cerdas yang merupakan pelaksana kegiatan dilapangan. Kader Cerdas
bertugas melakukan pendataan ibu hamil dan bayi sakit, pemantauan dengan
kunjungan ke rumah dan pendampingan ibu hamil dan bayi sakit ke fasilitas
kesehatan.
4. Kepala Desa Darmo yang menugaskan 25 orang Kader Cerdas. Setiap dusun
terdiri dari 5 orang kader yang dikoordinir oleh istri Kepala Dusun.
5. Dukun beranak yang merupakan mitra kerja Kader Cerdas dan Bidan Desa.
6. Penanggung Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas
Pembantu dan Bidan Desa yang bekerjasama dalam melakukan pengawasan
dan pemantauan ibu hamil dan bayi sakit hasil pendataan dan laporan dari
Kader Kesehatan.
7. PT. Manambang Muara Enim (PT. MME) yang memberikan dukungan dana
CSR sebagai dana operasional pelaksanaan kegiatan.
8. Dinas Kesehatan sebagai pusat rujukan apabila ditemukan permasalahan
dalam pelaksanaan inovasi.
9. Radio RGBA yang memberikankesempatan setiap hari Selasa kepada
Puskesmas Tanjung Enim untuk memberikan penyuluhan dan
menginformasikan inovasi Kader Cerdas.
6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inovasi dan bagaimana sumber
daya tersebut dimobilisasi? (Maksimal 500 kata)
1. Sumber daya manusia, yaitu Kader Cerdas, Bidan Desa, petugas Penanggung
Jawab Unit Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas Pembantu Desa
Darmo, Kepala Desa Darmo beserta unsur pemerintahan desa, Kepala
Puskesmas Tanjung Enim dan jajarannya, Tokoh Masyarakat, Dinas
Kesehatan, dan Camat Kecamatan Lawang Kidul. Semua berkolaborasi dalam
pelaksanaan kegiatan inovasi dan berkoordinasi apabila ditemukan
permasalahan ibu hamil dan bayi sakit yang perlu segera ditindaklanjuti.
▪ Penggunaan SMS untuk pelaporan informasi ibu hamil dan bayi sakit kepada
bidan desa.
▪ Radio lokal (RGBA) untuk mempublikasikan inovasi dan merupakan media
untuk promosi dan penyuluhan kesehatan
▪ Komitmen bersama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas Tanjung Enim,
Pemerintah Desa, pihak swasta, dan masyarakat yang memungkinkan
inovasi ini berjalan dengan baik.
7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil dari pelaksanaan inovasi?
(Maksimal 400 kata)
1. Tidak ada kasus kematian ibu dan bayi di tahun 2017 dan tidak ada lagi
penanganan persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak.
2. Tersedianya data kehamilan yang akurat dalam bentuk kantong persalinan
dusun.
3. Adanya kenaikan jumlah kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
yang signifikan sebesar 87% di tahun 2017 yaitu dari 142 kunjungan pada tahun
2016 menjadi 266 kunjungan. Meningkatnya jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan di fasilitas kesehatan. Pada tahun 2017 ibu hamil yang
memeriksakan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 93 orang.
Apabila dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang memeriksakan kesehatan
pada tahun 2016 sebanyak 91 orang maka terjadi kenaikan sebesar 4 %.
4. Terjadinya peningkatan deteksi dini (cakupan 100%). Deteksi dini faktor risiko
oleh tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan (kader kesehatan) di tahun
2016 sebanyak 34 orang (37,2 %) ibu hamil dengan faktor risiko dan risiko tinggi
sedangkan di tahun 2017 sebanyak 38 orang (41%). Adanya peningkatan
kunjungan deteksi dini faktor risiko oleh tenaga kesehatan dan non tenaga
kesehatan sebanyak (4,2 %)
5. Siaran rutin di radio lokal (RGBA) untuk penyuluhan kesehatan dan peran Kader
Cerdas.
1. Pemantauan rutin bulanan dilakukan oleh kepala desa, petugas kesehatan desa
(pustu/puskesdes) dan Puskesmas untuk memastikan pelaksanaan inovasi,
danKader Cerdas berkewajiban membuat laporan setiap bulan
2. PJ UKM KIA Puskesmas Tanjung Enim melakukan monitoring dan evaluasi
setiap bulan dan membuat laporan monitoring dan evaluasi yang ditujukan
kepada Kepala UPTD Puskesmas Tanjung Enim, Kepala Desa Darmo, Camat
Lawang Kidul dan PT. Manambang Muara Enim (PT. MME).
3. Pemantauan langsung pelaksanaan Kader Cerdas oleh PT Manambang Muara
Enim (PT. MME) Bersama tim Puskesmas secara berkala.
4. Laporan ini akan menjadi bahan pertimbangan intervensi Gerakan Kader
Cerdas Peduli Penurunan AKI-AKB di Desa Darmo.
9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut dapat diatasi? (Maksimal 300 kata)
10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan oleh inovasi? (Maksimal 700 kata)
Manfaat utama yang dihasilkan dari kegiatan inovasi ini adalah :
1. Risiko kematian ibu dan bayi dapat diminimalkan dan ditangani melalui deteksi
dini yang tepat sehingga pada tahun 2017 tidak terjadi kasus kematian ibu dan
bayi (0 - nihil).
2. Kepedulian/ kesadaran masyarakat meningkat terhadap kesehatan ibu hamil
dan bayi serta faktor risiko AKI-AKB. Meningkatnya cakupan ASI eksklusif dan
suami menjadi lebih memperhatikan kesehatan istri yang sedang hamil.
3. Meningkatnya pengetahuan Kader Kesehatan dalam memberikan
pendampingan terhadap ibu hamil dan bayi sakit.
4. Meningkatnya kepedulian pihak swasta, khususnya PT MME untuk berkontribusi
terhadap masalah kesehatan ibu dan anak secara berkesinambungan
5. Dukun bayi memahami peran dan fungsinya sebagai pendamping ibu dan bayi
dan tidak lagi menangani persalinan
11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi dilaksanakan? (Maksimal 700
kata)
Video : https://youtu.be/wlbd3o5rHmY
12. Apa saja dari kegiatan inovasi tersebut yang sejalan dengan satu atau lebih
dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan? (Maksimal 300 kata)
Kegiatan yang dilaksanakan pada inovasi ini selaras dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan ke 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh penduduk dengan target 3.1. pada tahun 2030, mengurangi
rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup dan
target 3.2. pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal
setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan angka kematian balita 25
per 1000.
Kegiatan inovasi ini dilaksanakan terutama oleh Kader Cerdas yang merupakan
masyarakat Desa Darmo dengan melakukan pendataan terhadap ibu hamil dan bayi
sakit yang berdomisili di Desa. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko yang
dapat menyebabkan terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Kader Cerdas juga bertugas mendampingi ibu hamil dan bayi sakit
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan. Jika ditemukan permasalahan
kesehatan pada ibu hamil dan bayi maka Kader Cerdas, Penanggung Jawab Unit
Pelayanan Kesehatan (PJ UKP) Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa akan
berkoordinasi dengan Puskesmas Tanjung Enim, Camat Lawang Kidul dan Dinas
Kesehatan untuk melakukan tindakan yang diperlukan sehingga akan mengurangi
kemungkinan terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
D. Keberlanjutan (15%)
13. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? (Maksimal 200 kata)
Rekomendasi:
14. Apakah inovasi pelayanan publik ini berkelanjutan dan direplikasi? (Maksimal
500 kata)
Inovasi Kader Cerdas Peduli Penurunan AKI - AKB di Desa Darmo Kecamatan
Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim akan terus dilanjutkan pada tahun 2018 sesuai
dengan Keputusan Kepala Desa Darmo Nomor 140/KPTS/V/2017. Kepala Desa
Darmo dan PT. Manambang Muara Enim (PT. MME) telah berkomitmen tetap
mengalokasikan anggaran Dana Desa dan Dana CSR untuk keberlanjutan kegiatan
inovasi ini. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan ibu hamil dan bayi sakit juga menjadi jaminan untuk keberlanjutan inovasi.
Inovasi Kader Cerdas AKI AKB telah direplikasi oleh seluruh Desa/ Kelurahan (7
Desa/ Kelurahan) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Enim.Keberhasilan inovasi ini
mendorong Kepala Dinas Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran agar Puskesmas
lain dapat mereplikasi inovasi ini dan saat ini sedang dalam proses pembuatan Surat
Edaran Bupati Kabupaten Muara Enim agar seluruh Desa/ Kelurahan di Kabupaten
Muara Enim mereplikasi inovasi ini sehingga AKI dan AKB dapat diminimalkan.
Hal-hal yang dapat direplikasi dari inovasi ini antara lain :