Anda di halaman 1dari 98

Pedoman Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah

Pengarah:
Dr. Thamrin Kasman

Tim Pengembang Naskah:


1. Drs. Negus Siregar, M.Si
2. Drs. Elifati Daeli
3. Agus Suharyanto, MA
4. Retno Sukesti
5. Sri Murjati
6. dr. Putriayu Hartini
7. dr. Nies Andekayani
8. Dr. Muchlis Catio, M. Ed

Desain Sampul & Isi:


Tri Isti

Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Cetakan Ketiga: Juli 2014

ii
Kata Pengantar

Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


merupakan bagian dari pendidikan karakter yang tidak terpisahkan
dari pendidikan nasional. Oleh karena itu, Pendidikan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba di lingkungan sekolah sudah sangat
mendesak disampaikan kepada peserta didik dan memiliki
peran yang penting untuk membangun peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan dasar pada hakekatnya menjadi fondasi
pembentukan karakter bagi peserta didik. Oleh sebab itu, Buku
Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah bagi
guru SD dan SMP untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang bahaya dan upaya pencegahan penyalahgunaannya yang
berisi tentang bahaya narkoba, masalah perilaku di kalangan
peserta didik, penyalahgunaan narkoba di kalangan peserta didik,
tips bebas narkoba, gaya hidup sehat, dan perkuat iman dan takwa
kepada Tuhan YME.
Dengan diterbitkannya buku ini diharapkan agar para
guru dapat lebih memahami Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di lingkungan sekolah serta mendorong guru untuk
mengimplementasikan melalui sistem pendidikan dan pembelajaran
yang ada. Disamping itu untuk mempercepat penyebarluasan
informasi kepada peserta didik tentang bahaya narkoba.
Di sisi lain, buku ini juga dapat menambah jumlah koleksi
buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah sebagai sumber
informasi yang patut dibaca. Disadari bahwa materi buku ini
banyak dikolaborasikan dari buku yang diterbitkan Badan
Narkotika Nasional sebagai wujud kepedulian dan tanggungjawab

iii
Ditjen Pendidikan Dasar Kemdikbud dalam pencegahan dan
penanggulangan narkoba bagi peserta didik.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku
ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
buku ini dapat menjadi pemacu semangat para guru untuk terus
berpacu dalam belajar dan mengajar secara kreatif, inovatif dan
bertanggungjawab.

Jakarta, Juli 2014
Sekretaris Direktorat Jenderal

Dr. Thamrin Kasman


NIP. 19601126 1988031001

iv
Daftar Isi
Kata Pengantar iii

Daftar Isi v

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II NARKOBA DAN PERMASALAHANNYA 4


A. Pengertian 4
B. Jenis-Jenis Narkoba dan Pengaruhnya 4
C. Faktor-Faktor yang Mendorong
Penyalahgunaan Narkoba 14
D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba 22
E. Gejala-Gejala Berbagai Jenis Narkoba 26
F. Ciri-Ciri yang Sudah Kecanduan
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya 27

BAB III MASALAH PENYIMPANGAN PERILAKU


DI KALANGAN PESERTA DIDIK 29
A. Faktor Utama dan Permasalahan yang
Terjadi di Kalangan Peserta Didik 29
B. Saran Tindak yang Harus Dilakukan untuk
Meminimalisir Permasalahan Peserta Didik 31

BAB IV PENYALAHGUNAAN NARKOBA


DI KALANGAN PESERTA DIDIK 33
A. Pola Peredaran Narkoba di
Lingkungan Sekolah 33
B. Kondisi Sekolah yang Mendorong
Peserta didik untuk Menggunakan Narkoba 36
C. Latar Belakang Keluarga Peserta Didik
Penyalahguna Narkoba 37
D. Gambaran Perilaku Peserta Didik
Penyalahguna Narkoba 38

BAB V PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


MASALAH NARKOBA 42


A. Penanganan dan Penanggulangan Masalah
Narkoba Secara Universal 42
B. Penanganan Masalah Narkoba di
Kalangan Remaja 43
C. Peran Agama dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba 48
D. Peran Orang Tua dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba 50
E. Peran Sekolah dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba 53
F. Peran Guru dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba 55
G. Peran Organisasi Peserta didik Intra Sekolah (OSIS)
dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba 57
H. Peran Komite Sekolah dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba 58

BAB VI DASAR PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


PENYALAHGUNAAN NARKOBA 59
A. Pencegahan Penyalahagunaan Narkoba
di Lingkungan Pendidikan 59
B. Menciptakan Lingkungan Sekolah
Bebas Narkoba 60
C. Penanggulangan Kasus Narkoba di Sekolah 65

BAB VII PERKUAT IMAN DAN TAKWA KEPADA TUHAN 68


Pandangan Agama dalam Ayat-ayat Suci
Mengenai Narkoba 69

BAB VIII TIPS BEBAS NARKOBA DAN GAYA HIDUP SEHAT 74


A. Tips Bebas Narkoba 74
B. Gaya Hidup Sehat 77

LAMPIRAN 80

DAFTAR PUSTAKA 91

vi
BAB I
PENDAHULUAN

S alah satu penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba


adalah kurangnya informasi tentang bahaya narkoba baik
dikalangan orang tua maupun anak-anak. Banyak orangtua yang
tidak menyadari pengaruh narkoba dan bahaya yang mengancam
anak-anak setiap hari. Di sisi lain masalah yang dialami peserta didik
makin hari makin beragam penyimpangan perilaku yang dilakukan
mereka dan makin meningkat, seperti perkelahian, menurunnya
tingkat kedisplinan dan juga penyalahgunaan narkoba. Hal ini tidak
terlepas dari kondisi di negara Indonesia yang pada saat ini masih
sangat memprihatinkan.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN)
bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia (Puslitkes UI) pada tahun 2011, menunjukkan angka
prevalensi (penyalahguna narkoba) nasional adalah 2,2% dari
jumlah penduduk Indonesia yang berumur 10 – 59 tahun atau setara
dengan 3,8 sampai dengan 4 juta orang. Pada tahun 2015 diprediksi
angka prevalensi akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta
orang) apabila seluruh komponen bangsa tidak melakukan upaya-
upaya pencegahan dan pemberantasan yang komprehensif.
Menurut “World Drug Report” tahun 2012 yang diterbitkan oleh
UNODC, organisasi dunia yang menanangani masalah narkoba
dan kriminal, diperkirakan terdapat 300 juta orang yang berusia
produktif antara 15 s.d 64 tahun yang mengonsumsi Narkoba, dan
kurang lebih 200 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat
penyalahgunaan Narkoba.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 


Saat ini di dunia juga telah teridentifikasikan Narkoba jenis baru,
baik alami maupun sintetis yang disebut dengan zat psikoaktif
baru atau new psychoactive subtaces, yang jumlahnya mencapai 251
macam zat. Zat baru ini belum terjangkau oleh aturan hukum yang
berlaku di berbagai negara.
Di Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan narkoba
yang cukup memprihatinkan. Hasil survey nasional terhadap
penyalahgunaan narkoba pada tahun 2011 diperkirakan prevalensi
pengguna Narkoba sebesar 2,2% atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa terdapat 4 juta penduduk Indonesia sebagai
penyalahguna narkoba.
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah sampai
kesemua lapisan masyarakat, mulai dari tingkat peserta didik
SD sampai Perguruan Tinggi bahkan juga dikalangan karyawan.
Sekolah, kampus dan tempat bekerja menjadi rawan terhadap
penyalahgunaan peredaran gelap narkoba. Upaya penanggulangan
dan pencegahan sudah banyak dilakukan dari berbagai model
kampanye, penyuluhan, pelatihan dan pemeriksaan untuk
pendeteksian dini. Tetapi dari usaha-usaha tersebut belum
ditemukan penurunan penyalahgunaan narkoba. Kejahatan
narkoba pada umumnya tidak hanya dilakukan oleh perorangan
atau secara sendiri-sendiri, melainkan dilakukan bersama-sama
oleh sindikat yang terorganisir secara rapi, sangat teliti bahkan
dilakukan dengan sangat rahasia.
Dari uraian di atas bahwa peserta didik merupakan sasaran
paling empuk dan mudah bagi peredaran dan penyalahgunaan
narkoba. Oleh karenanya kesiapan pihak sekolah dalam hal ini
perlu ditingkatkan dan perlu diadakan perubahan dalam pola
penanggulangannya. Pemberian sanksi sekolah untuk mengeluarkan

 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


peserta didik dari sekolah, bila peserta didik kedapatan membawa
atau menggunakannya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
ternyata bukan solusi yang tepat untuk menekan permasalahan
penyalahgunaan narkoba. Untuk itu ke depan ini perlu dipikirkan
cara penanggulangan lainnya yang mungkin dirasakan dapat lebih
efektif, yaitu bagaimana memfungsikan sekolah sebagai sumber
informasi bagi peserta didik, karena institusi sekolah sangat
berpengaruh dan sangat strategis untuk Program Pencegahan
Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba (P3N). Diharapkan
keinginan untuk mengetahui Narkotika dan Psikotropika tidak
sampai pada taraf mencoba-coba apalagi penyalahgunaannya.
Tentu ini bukan hal yang mudah karena merupakan tantangan
bagi guru. Guru yang selama ini dipersepsikan murid sebagai pihak
yang tidak populer dan ditakuti harus dapat berubah menjadi
sosok yang dijadikan tempat untuk mencari solusi masalah yang
dihadapi para muridnya.
Disamping itu yang tak kalah pentingnya adalah kerjasama
semua warga sekolah sangat diharapkan dalam melakukan upaya
pencegahan khususnya dalam lingkungan pendidikan. Sekolah,
komite sekolah, bahkan dewan pendidikan sangat dituntut
keikutsertaanya dalam membantu terwujudnya sekolah yang
aman dan terbebas dari pengaruh obat-obat dan barang haram itu.
Bila semua pihak menginginkan agar lingkungan sekolah terbebas
dari pengaruh narkoba, tentu masyarakat sekitar yang ada di
lingkungan sekolah maupun yang luar harus ikut membantu dalam
penanggulangannya terutama bila ada para pengedar di masyarakat
sekitar atau secara bersama dari sekolah yang bersangkutan.
Oleh karena itu, seluruh warga sekolah dan stakeholders harus
ikut melakukan tindakan preventif dan pencegahan peredaran
narkoba.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 


BAB II
NARKOBA DAN
PERMASALAHANNYA

A. Pengertian
Narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
undang-undang ini”.

B. Jenis-Jenis Narkoba dan Pengaruhnya


1. Stimulan
Jenis narkoba yang memacu kerja otak dan meningkatkan
aktivitas tubuh. Orang menjadi gembira dan aktivitas
meningkat. Disebut juga “Upper”. Contoh stimulan: Kokain,
Crack, Amphetamin Type Stimulants (Amfetamin, Shabu,
Ecstasy), Kafein (dari kopi, cokelat, teh), Nikotin (dari
tembakau).
a). Kokain
Kokain merupakan narkotika golongan stimulan,
terbuat dari daun tanaman Ekstraxylon Coca. Kokain
memperkecil pembuluh darah sehingga mengurangi
aliran darah. Pada umumnya kokain berbentuk bubuk
kristal putih.
 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah
Efek mengkonsumsi kokain:
1. Euphoria (rasa gembira/senang/nikmat berlebihan).
2. Namun penggunaan kokain dalam jangka panjang akan
mengurangi jumlah dopamine atau reseptor dalam otak.
3. Jika ini terjadi, sel otak akan tergantung pada kokain agar
dapat berfungsi normal.
4. Jika para pengguna kronis kokain berhenti, dia akan
ketagihan karena tanpa kokain mereka tidak dapat
merasakan kenikmatan apapun.
5. Menimbulkan gejala psikosis (gangguan mental).

b). Amphetamin Type Stimulants (ATS)


Yang termasuk narkotika jenis ATS adalah Amfetamin,
Metamfetamine (Shabu), dan Ecstasy.
1) Amfetamine
Amfetamine memiliki efek antara lain:
• Mengurangi berat badan/rasa percaya diri
• Menghilangkan rasa lapar/ngantuk
• Meningkatkan stamina, kekuatan fisik
• Gejala putus obat

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 


2) Metamfetamine (Shabu)
Bentuknya seperti kristal, tidak berbau dan tidak berwarna,
karena itu sering disebut “ice”.
Efek negatif penggunaan shabu antara lain:
Shabu mengakibatkan efek yang kuat pada system syaraf.
Otak sulit berfikir dan konsentrasi.
• Shabu sangat berbahaya karena perilaku yang menjurus pada
kekerasan merupakan efek langsung dari penggunaannya.
• Efek negative lain : berat badan menyusut, impoten,
halusinasi (seolah-olah mendengar atau melihat sesuatu),
paranoid (curiga berlebihan)
• Kerusakan pembuluh darah otak yang dapat berlanjut
menjadi stroke/pecahnya pembuluh darah otak
3) Ecstasy (Inex, Xtc, Upie Drug, Essence)
Bentuknya berupa tablet warna-warni, cara penyalahgunaannya
biasanya ditelan secara langsung. Penyalahgunaan ecstasy
dapat mengakibatkan peningkatan detak jantung dan tekanan
darah si pemakai, sehingga menimbulkan rasa “senang”
yang berlebihan. Setelah efek tersebut, biasanya akan terjadi
perasaan lelah, cemas, dan depresi. Penyalahgunaan ecstasy
dapat menimbulkan kerusakan otak yang permanen dan
kematian.
Gejala intoksikasi:
• Kehangatan emosi bertambah
• Keintiman bertambah
• Nafsu makan berkurang
• Banyak berkeringat
• Gerak badan tak terkendali
• Tekanan darah naik
• Denyut jantung dan nadi bertambah cepat

 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Bila dosis lebih banyak:
Halusinasi (tripping) sebagian menyenangkan, tetapi
juga menyeramkan, perasaan melayang, kejang, muntah,
panik, mudah tersinggung, melakukan tindak kekerasaan
yang tidak masuk akal.

c). Nikotin (Tembakau)


Tembakau mengandung nikotin, tar, dan karbon monoksida
yang berbahaya serta zat lain yang seluruhnya mengandung
tak kurang dari 4000 bahan kimia dan 43 diantaranya
bersifat karsinogenik. Zat ini juga menyebabkan kanker
paru-paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, impotensi, dan gangguan kehamilan
dan janin. Setetes nikotin murni dapat membunuh orang
secara instan.

2. Depresan
Depresan merupakan jenis Narkoba yang menghambat kerja
otak dan memperlambat aktivitas tubuh. Orang menjadi
mengantuk, tenang, rasa nyeri dan stres hilang. Yang termasuk
contoh depresan antara lain: Opium/Candu (Morfin, Heroin),
Benzodiazepin, barbiturat, sedativa, alkohol

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 


a). Morfin
Morfin adalah opioda alamiah yang mempunyai daya
analgesik yang kuat, berbentuk kristal, berwarna putih dan
berubah menjadi kecoklatan dan tidak berbau. Opium mentah
mengandung 4-21% morfin. Sebagian besar opium diolah
menjadi morfin dan codein. Morfin merupakan juga suatu
unsur aktif yang berasal dari candu setelah mengalami proses
kimiawi.
Efek morfin antara lain:
1. Euphoria dalam dosis tinggi.
2. Menimbulkan toleransi ketergantungan.
3. Menimbulkan gejala putus zat yaitu rasa nyeri, tubuh demam,
berkeringat, dan menggigil.
4. Kematian karena overdosis morfin akibat terhambatnya
pernafasan.
b). Heroin
Heroin adalah opiat semi sintetis yang didapat melalui
sejumlah tahapan morphin hingga menjadi bubuk putih atau
butiran halus yang dapat disuntikan.
1. Berupa serbuk putih dengan rasa pahit
2. Jenis obat-obatan yang sangat kuat dan membuat orang
menjadi sangat ketagihan
3. Toleransi berkembang sangat cepat dan gejala putus heroin
berupa rasa nyeri yang hebat.
4. Akibat jangka panjang:
• Badan menjadi kurus, pucat, kurang gizi
• Impotensi
• Bila pakai suntikan, dapat menularkan hepatitis B dan C,
HIV-AIDS

 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


• Sakaw atau sakit karena putaw (heroin) terjadi bila si
pecandu putus menggunakan putaw.

c). Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan zat depresan/obat tidur/obat
penenang yang berfungsi untuk mengurangi rasa gelisah. Jenis-
jenis benzodiazepin antara lain:
1. Alphazolam
2. Clonazepam
3. Diazepam (valium)
4. Flunitrazepam (rohypnol)
5. Nitrazepam (Mogadon, pil BK, pil koplo)
Efek yang ditimbulkan, diantaranya:
1. Mengurangi rasa gelisah (anti-anxiety)
2. Mempermudah tidur
3. Menggunakan benzodiazepin bersama alkohol sangat
berbahaya
4. Pada pengguna berat dapat menimbulkan delirium
(kekacauan pikiran)
5. Jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan gejala putus zat seperti tremor,
muntah, insomnia, anxiety, gampang marah dan depresi.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 


d). Barbiturat (depresan/obat tidur)
1. Amorbabital (amytal)
2. Pentobarbital (nembutal)
3. Phenobarbital (luminal)
4. Secobarbital (seconal)
5. Bubuk putih
6. Kapsul atau tablet
7. Liquid
e). Alkohol
Alkohol terdapat pada minuman keras. Terdapat tiga golongan
minuman keras, antara lain:
1. Golongan A berkadar 1-5%. Contoh : Bir
2. Golongan B berkadar 5-20%. Contoh : Jenis minuman
Anggur
3. Golongan C berkadar 20-40%. Contoh : Vodka, Rum, gin

4. Efek Alkohol:
• Alkohol menekan kerja otak (depresan). Setelah diminum,
alkohol diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh
darah.

10 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


• Dapat menyebabkan: mabuk, jalan sempoyongan,
bicara cadel, kekerasan, dan kecelakaan lalu lintas
akibat berkendara dalam keadaan mabuk.
• Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan
hati, kelenjar getah lambung, saraf tepi, otak, gangguan
jantung, kanker, bayi lahir cacat dari ibu pecandu
alkohol.

3. Hallucinogen
Berasal dari tanaman atau dibuat melalui formulasi kimiawi.
Efek dari zat Hallucinogen ini antara lain: halusinasi, dapat
mengubah dan menyebabkan distorsi tentang persepsi,
pikiran, dan lingkungan. Mengakibatkan rasa teror hebat dan
kekacauan indera seperti “mendengar” warna, “melihat” suara,
paranoid (seperti dikejar-kejar orang), dan meningkatkan
resiko gangguan mental.
Contoh hallucinogen: Cannabis (ganja), LSD, Jamur (Psylocybe
Mushroom), Inhalansia.

a) Tanaman Cannabis/Ganja
Cannabis adalah daun pucuk tanaman cannabis (yang
meliputi bunga dan biji) yang dikeringkan. Kadar
“Tetrahidrokanabinol” (THC) 6-7%. Zat kimia yang
menyebabkan sebagian otak yang mengatur emosi, daya ingat
dan kehilangan kendali dan keseimbangan. Nama jalanan:
Ganja, Marijuana, Pot, Cimeng, gele, grass, weed, budha stick,
Mary Jane, dll)
Dampak buruk ganja:
1. Daya ingat jangka pendek akan berkurang.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 11


2. Kehilangan kendali dan keseimbangan.
3. Perubahan emosi/perasaan (tertawa terbahak-bahak, kemudian
mendadak berubah menjadi ketakutan. Hal ini karena efek
THC di otak.
4. Dengan dosis tinggi, perasaan tidak tenang, ketakutan, dan
halusinasi.
5. Apatis depresi.
6. Kecemasan berlebihan dan rasa panik.
7. Keseimbnagn dan koordinasi tubuh yang buruk.
Ada yang mengatakan bahwa “Penggunaan ganja sekali-sekali tidak
akan menyebabkan ketagihan dan ganja adalah jenis narkoba yang
aman, karena berasal dari tanaman dibanding dengan rokok dan
minuman keras”. Hal ini tidak benar.
Kenyataannya.... Ganja adalah zat yang sangat berbahaya.
Berbeda dengan minuman keras yang biasanya keluar dari tubuh
dalam 24 jam karena water-soluble, ganja adalah fat-soluble, yang
berarti zat psikoaktif ini mengikat pada bagian lemak tubuh
(biasanya pada otak dan sistem reproduksi) dan dapat dideteksi
sampai 30 hari sesudah penggunaan.
Kenyataannya.... Penelitian menunjukkan bahwa ganja
menggangu daya ingat dan mempengaruhi fungsi kognitif, fungsi
sistem reproduksi, sakit jantung, paru-paru, kelenjar endokrin, dan
mengurangi daya tahan tubuh sehingga menyebabkan pemakai
mudah terinfeksi penyakit. Ganja mengandung zat penyebab
kanker lebih kuat daripada rokok .
Ganja adalah pintu gerbang menuju ke penyalahgunaan narkoba
lainnya. Kebanyakan pecandu berat narkoba mulai bereksperimen
dengan ganja.

12 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


daun ganja

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa:


• Tinggi terhadap penyakit kanker paru dan bronchitis kronis,
karena kadar tar Ganja menimbulkan ketergantungan psikis
yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam waktu lama.
• Ganja berisiko schizophrenia, yakni peningkatan gejala
seperti, paranoid, berhalusinasi, depresi, dan ketakutan.
• Ganja berisiko dari ganja 50% lebih tinggi daripada rokok
b). Jamur
Jamur yang terdapat di kotoran kerbau/sapi.
Efek yang ditimbulkan:
1. Halusinasi
2. Mengubah dan menyebabkan distorsi tentang persepsi
terhadap lingkungan dan waktu.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 13


c). Inhalan
Inhalan adalah zat yang mudah menguap/solvent,
dikenal lem aica aibon, thinner, bensin dan spiritus.
Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan:
1. Rasa malu berkurang.
2. Mengantuk.
3. Sakit kepala.
4. Perilaku tidak tenang.

C. Faktor-Faktor yang Mendorong


Penyalahgunaan Narkoba
Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang
menyalahgunakan Narkoba, diantaranya sebagai berikut:

1. Rasa Ingin Tahu/Coba-coba


Alasan memakai narkoba sangat berbeda-beda dari tiap
individu. Alasan-alasan yang dikemukakan penyalahguna
kebanyakan didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
yang besar itulah yang menyebabkan seseorang kurang
memfilter informasi yang diterima. Sebagai contoh terdapat
mitos bahwa memakai Narkoba akan menambah rasa
percaya diri pemakai. Diperoleh pula informasi bahwa
penyalahguna Narkoba dapat disembuhkan. Informasi-
informasi semacam ini dapat disalahartikan hingga si
penyalahguna menyepelekan dampak pemakaian narkoba
di kemudian hari. Dasar lain Penyalahguna adalah untuk
memperoleh kenikmatan (Willians 1974, Mexim 1991, Rice
1993). Di samping ditemukan karena alasan adanya tekanan

14 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


sosial lari dari masalah yang sedang dihadapi atau sebaliknya.
Penyalahgunaan Narkoba akan memperoleh kenikmatan
seperti lebih kreatif dan percaya diri jika menghadapi tekanan
atau masalah.

2. Ikut-ikutan Teman yang Memakai Narkoba


Dorongan rasa ingin tahu dari teman yang memakai
Narkoba karena terpengaruh dari cerita yang diperoleh dari
penyalahguna lain yang berisikan hal-hal yang menyenangkan
(yang sesungguhnya hanyalah kesenangan semu belaka). Ikatan
pergaulan yang kental dengan teman pemakai Narkoba dan
frekuensi pertemuan yang sering saat menggunakan Narkoba
memungkinkan seseorang termotivasi untuk mengulang
kembali, meskipun mereka telah mengetahui bahkan telah
merasakan efek yang tidak menyenangkan.
Di samping itu melihat dan menyaksikan kenikmatan
“sementara” yang diperoleh teman Penyalahguna Narkoba
pada saat “pesta” narkoba akan menimbulkan godaan untuk
ikut meneoba atau merasakannya. Kadangkala si pemakai
narkoba tersebut, termasuk bandar, untuk pertama kali akan
memberikan secara cuma-cuma (gratis) ketika terjadi transaksi
dengan teman Penyalahguna.

3. Solidaritas Kelompok (Gang/Group)


Seorang individu yang juga tergolong sebagai makhluk sosial
cenderung menyukai adanya suatu ikatan dengan individu
lainnya yang nantinya akan membentuk kelompok-kelompok.
Hal yang sama juga terjadi dikalangan peserta didik atau
remaja yang dalam kehidupan sehari-harinya membentuk
suatu pengelompokan.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 15


Sesungguhnya pengelompokan-pengelompokan seperti ini
dibentuk dengan alasan-alasan seperti memiliki kesukaan atau
hobi yang sama, saling memiliki kecocokan satu dengan lainnya,
dan lain-lain yang sebenarnya kelompok tersebut merupakan
wadah untuk saling berbagi. Kelompok ini juga diperlukan
untuk menjalin suatu kerja sama dan diikat rasa solidaritas
yang kental. Misalnya, salah seseorang anggota kelompok
mendapat ancaman, gangguan atau terlibat perselisihan faham
dengan orang lain, anggota kelompok ini langsung melakukan
perlawanan dengan pengeroyokan. Pada intinya ancaman
terhadap satu orang anggota kelompok merupakan ancaman
bagi seluruh anggota kelompok, kesenangan satu anggota
kelompok merupakan kesenangan bagi anggota kelompok yang
lain.
Demikian pula dengan hal Penyalahgunaan Narkoba. Mereka
ini mengumpulkan uang untuk membeli apa yang mereka
inginkan termasuk Narkoba. Apabila mereka tidak memiliki
uang, kelompok ini dapat melakukan pencurian, pemerasan,
pemalakan kepada siapa saja yang dinilai memiliki uang untuk
memenuhi kebutuhan mereka.

4. Biar Terlihat Gaya (Terpengaruh


Gaya Hidup Modern yang Salah)
Setiap individu memiliki keinginan untuk tampil gaya di
mata orang lain termasuk peserta didik yang mencari jati diri.
Terkadang mereka menggunakan berbagai jenis embel-embel
pada tubuh atau tubuh yang diukir/ditatto. Kadangkala mereka
melakukan hal tersebut karena terpengaruh oleh gaya hidup
orang lain atau gaya hidup yang dirasakan sedang tren yang
diperoleh melalui instrumen media baik lokal maupun asing.

16 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Narkoba merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk
tampil gaya di depan orang banyak. Karena dari sifat dan zat
yang terdapat dalam jenis dan golongan narkoba ada yang
dapat menimbulkan percaya diri dan menimbulkan gerakan-
gerakan tubuh fisik yang spontan apabila diperdengarkan suara
musik, dan termasuk rasa gembira serta keberanian menghadapi
sesuatu. Penyalahguna narkoba yang menginginkan tampil gaya
cenderung adalah mereka yang sering tampil di khalayak ramai
seperti penyanyi, pemain olah raga, mereka yang sering masuk
diskotik dan tempat hiburan sejenis lainnya.

5. Mencari Kegairahan atau Excitement


Terkadang individu merasa diri tidak eksis di hadapan orang
lain yang disebabkan oleh rasa percaya diri dan kemampuan
intelektual yang lebih rendah. Agar dirinya dirasakan menjadi
eksis di depan orang banyak, dan dapat mengungguli orang lain
sering digunakan jenis Narkoba seperti Ecstasy, Pil Koplo/Pil BK,
Nipam/Rohipnol.

6. Menghilangkan Rasa Kebosanan


Periode masa remaja merupakan suatu periode saat seseorang
mengalami siklus hidup yang tidak tenang, selalu berubah, dan
rentan terhadap goncangan (unsettling time). Ketidaktenangan
dan keinginan untuk selalu berubah tersebut disebabkan karena
remaja mengalami kebosanan.
Oleh sebab itu pemakaian narkoba kadangkala bukan digunakan
untuk mengatasi perasaan negatif, tetapi sebagai kesenangan
dan cara mengatasi masalah seperti rasa bosan, melupakan
masalah, melepaskan masalah kebosanan. Pemakaian obat
untuk mengatasi rasa bosan ini lebih dikenal dengan istilah
instrumen.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 17


7. Agar Merasa Lebih Enak
Remaja atau peserta didik yang menggunakan obat dengan
tujuan agar merasa lebih enak bila ia merasakan pengalaman
yang efektif yang dirasakan positif, maka pemakaian dapat
berperan efektif sebagai faktor penguat. Biasanya remaja
seperti ini menggunakan obat untuk mendapat khayalan
atau halusinasi yang enak dan menyenangkan. Seseorang
Penyalahguna narkoba yang sedang high (suatu istilah yang
digunakan para pemakai narkoba yang menggambarkan
perasaan senang yangberlebihan) merasa dirinya memiliki
kelebihan khusus seperti berkemanipuan untuk terbang, merasa
memiliki indera ke enam atau lebih peka, dan lain sebagainya.
Jenis yang digunakan umumnya adalah LSD (Lysergic Acid
Diethylamine). Penyalahgunaan LSD kadangkala dikonsumsi
dengan dicampur ke dalam minuman bersoda.

8. Melupakan Masalah Stress


Secara psikologis, kebanyakan remaja belum memiliki kapasitas
dan akar yang kuat untuk menghadapi masalah-masalah yang
mereka temui di dalam kenyataan yang dialami sehari-hari.
Terkadang mereka memiliki idealisme sendiri yang sering
berbenturan dengan lingkungan sekitar. Hal ini mengakibatkan
mereka cepat merasa tertekan atau stress. Mereka kerap
menggunakan cara-cara yang salah dalam mengatasi rasa
stress yang mereka alami. Salah satu cara yang salah untuk
menghadapi stress adalah digunakannya obat-obatan yang
dapat menimbulkan perasaan santai dan menyenangkan yang
dianggap dapat melupakan dan mengatasi masalah atau stress
secara instan.

18 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Adapun permasalahan-perniasalahn yang sering dihadapi
para remaja adalah seperti persoalan putus dengan pacar,
menghadapi kerctakan hubungan orang tua yang tidak
harmonis, atau mendapatkan tugas-tugas yang tidak dapat
diselesaikan. Untuk menghilangkan masalah-masalah rumit,
seringkali remaja menggunakan solusi yang keliru seperti
menggunakan obat-obatan tertentu. Misalnya jenis obat yang
dapat membuat tidur, mabuk, dan menimbulkan perasaan
gembira seperti ecstasy, nipam. heroin dan sejenisnya.

9. Menunjukan Kehebatan/Kekuasaan
Pada masa pertumbuhan dan transisi memasuki usia remaja,
kadangkala menyebabkan setiap individu ingin dikenal jagoan
di lingkungan sebaya, atau di lingkungan masyarakat. Keinginan
tersebut tidak akan terpenuhi jika hanya mengandalkan
kekuatan fisik. Pengaruh dari teman-teman yang telah
menggunakan obat-obatan dirasakan dapat menimbulkan
keberanian, maka banyak remaja menggunakannya. Jenis obat-
obatan yang dirasakan dapat menimbulkan rasa kehebatan
terdapat pada Pil BK atau Koplo. Jenis obat ini disamping
harganya tidak terlalu mahal khasiatnya efektif menimbulkan
keberanian.

10. Ingin Tampil Menonjol


Remaja yang sedang tumbuh dan mencari identitas diri
umumnya berkeinginan melakukan kegiatan yang mengandung
resiko tinggi terhadap keselamatan dirinya. seperti adu
kecepatan mengendarai kendaraan roda dua dan roda empat,
baik itu yang menggunakan tenaga atau mesin, memanjat

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 19


tebing atau mendaki gunung. Persaingan teman sebaya guna
mendapatkan popularitas atau ingin tampil lebih menonjol di
kalangan mereka dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut
terkadang menyebabkan mereka menggunakan jenis obat-
obatan tertentu dengan tanpa memperhatikan pengaruhnya
terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya.

11. Merasa Sudah Dewasa


Penyalahgunaan obat semata-mata didorong oleh perasaan
dirinya sudah dewasa, oleh karena itu remaja seperti ini ingin
hidup bebas seperti layaknya orang dewasa yang telah dapat
memutuskan sesuatu jalan hidupnya. Bagi remaja yang merasa
sudah dewasa ini biasanya tidak mau terikat dan ingin lepas
dari ketentuan yang dibuat orangtua, guru tidak diindahkan,
bahkan bila cara penyampaiannya tidak pantas menurut kata
hatinya, akan melawan dengan cara kekerasan. Dengan kata
lain remaja seperti ini berbuat semaunya tanpa mengindahkan
orang lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Agar ia lebih
berani dan orang lain takut atas tindakan yang dilakukan. Maka
digunakannya jenis obat yang dapat membuat dirinya terlihat
sadisdanpemberani.

12. Menunjukan Sikap Berontak


Remaja umumnya berontak apabila tidak dipenuhi
atau dihalang-halangi keinginannya. Sikap berontak itu
dilakukannya dengan tujuan agar orang lain merasa takut
sehingga keinginan terpenuhi. Remaja seperti ini dalam
menunjukan sikap berontaknya bertindak dengan cara
kekerasan. Untuk meningkatkan keberanian memberontak ia
menggunakan jenis obat yang membuat dirinya lebih berani

20 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


apabila orang lain menghalanginya. Melalui sikap berontak ini,
remaja tersebut akan memanfaatkan teman-temannya yang
mengikuti untuk mengumpulkan uang atau untuk dijadikan
sebagai preman dan bertindak keras terhadap orang lain yang
mengganggu anggota kelompoknya.

13. Mengurangi Rasa Sakit


Oleh karena obat-obat yang dikonsumsi selama ini telah
menimbulkan adiksi yang kuat di tubuh, maka memerlukan
jenis-jenis secara rutin dan apabila tidak dipenuhi akan
timbul rasa sakit di tubuh. Apabila uang untuk membeli tidak
ada dilakukan pencurian, pemerasan, dan pemalakan baik
dengan orangtua maupun dengan orang lain.

14. Ikut Tokoh Idola


Usia remaja merupakan usia saat seorang individu sedang
mengalami proses pencarian jati diri. Dalam proses pencarian
jati diri tersebut, remaja cenderung mencari dan mengagumi
individu atau tokoh lain yang dianggapnya sebagai tokoh idola.
Tokoh yang dijadikan sebagai tokoh idola dapat berasal dari
kalangan selebritis, tokoh terkenal, atau orang yang dianggap
hebat atau memiliki kelebihan tertentu. Pada masa ini remaja
bukan hanya sekedar mengagumi sang tokoh tersebut,
remaja juga cenderung meniru (mengimitasi) tokoh idolanya
mulai dari cara berpakaian, gaya hidup, bahkan tingkah laku
sang tokoh idola. Tak sedikit dari tokoh idola tersebut yang
menggunakan narkoba sebagai bagian dari gaya hidup. Hal
seperti ini juga ditiru oleh remaja agar semakin mirip dan
sehebat tokoh idola mereka.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 21


15. Ketagihan
Pada tahap ini frekuensi, jenis, dan dosis yang dipakai
meningkat, termasuk bertambahnya pemakaian. Gangguan
fisik, mental, dan masalah-masalah sosial makin jelas. Tahap
ini disebut tahap krisis karena ada bahaya yang nyata.

16. Ketergantungan
Pemakai selalu membutuhkan obat tertentu agar dapat
berfungsi secara wajar baik fisik maupun psikologisnya.
Ketergantungan fisik karena tubuhnya menjadi lemah dan
sendi-sendi terasa nyeri pada saat tidak menggunakan
obat dalam jangka waktu tertentu. Ketergantungan secara
psikologis karena adanya perasaan tidak percaya diri jika
tidak menggunakan obat.

D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Secara umum penyalahgunaan obat dapat memberikan
dampak jasmaniah, kejiwaan, ataupun sosial bagi pemakainya.
Disamping tentunya juga dampak terhadap keluarga dan
masyarakat. Seorang ahli mengatakan bahwa gabungan antara
jenis obat, usia pemakai, keadaan gizi, dan penyakit atau
stress yang pernah dan sedang diderita akan mengakibatkan
masalah-masalah yang spesifik pada masing-masing pemakai.
Efek obat bagi tubuh tergantung jenis obat yang
digunakan, banyak dan sering tidaknya menggunakan,
cara menggunakannya serta apakah digunakan bersamaan
dengan obat lain, juga tergantung dari berbagai faktor biologis
(misalnya kepribadian, harapan atau perasaan saat memakai)

22 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


dan faktor biologis (seperti berat badan, kecendrungan alergi
tertentu) pemakai.
Secara fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi
adalah sistem syaraf pusat(otak dan sum-sum tulang belakang),
organ-organ otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan panca
indera (karena yang dipengaruhi adalah susunan syarat pusat).
Pada hakekatnya, penyalahgunaan obat ini akan menimbulkan
komplikasi pada seluruh organ tubuh, yaitu:

1. Dampak Fisik
Dampak jasmaniah dapat, secara langsung oleh bahan yang
dipakai, maupun secara tidak Icigsungg, misalnya karena
bahan pencampur, pemakaian tidak sesuai aturan atau
karena buruknya sterilisasi alat yang dipakai. Berikut adalah
macam-macam gangguan jasmaniah akibat penyalahgunaan
zat:
a. Gangguan pada sistem syaraf (neorologis) seperti: kejang-
kejang, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah).
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: pemanahan
(abses), bekas suntikan, dan alergi.
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti:
penekanan fungsi pernafasan, kesukaran bernapas,
pengerasan jaringan paru-paru, penggumpalan benda
asing yang terhirup.
e. Gangguan pada hemopoetik, seperti: pembentukan sel
darah terganggu.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 23


2. Dampak Psikis
Bermacam-macam gangguan kejiwaan seperti psikotik
(gangguan jiwa berat), depresi, tindak kekerasan dan
pengrusakan percobaan bunuh diri dapat dijumpai pada
penyalahgunaan zat.
Depresi sering muncul sebagai akibat rasa bersalah dan putus
asa karena gagal berhenti dari penyalahgunaan zat, terlebih
lagi adanya sikap yang menyudutkan/menyalahkan dari
pihak keluarga yang bersangkutan. Beberapa pemakai sudah
mempunyai masalah kejiwaan sebelumnya dan penyalahgunaan
zat merupakan cara untuk mengatasinya.
Demikian, mengatakan perlu diperhatikan kemungkinan adanya
gangguan media dan kejiwaan pada seorang penyalahgunaan
zat, karena yang bersangkutan biasanya tidak melaporkan hal
itu. Mungkin karena tidak disadari atau tidak merasakannya,
misalnya rasa nyeri dapat tertutup oleh efek analgesik obat
yang digunakan.

24 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 25
E. Gejala-Gejala Berbagai Jenis Narkoba
Gejala Setelah Intoksikasi (Gejala Komplikasi pada
Jenis Psikoaktif Gejala Putus Obat
Pemakaian Keracunan) Tubuh (Dampak)
Nyeri otot dan tulang,
Senang dan tenang tapi
insomnia, nyeri kepala, Paru-paru
tidak dapat istirahat,
Opium (morfin, kejang, keluar air mata basah, hepatitis,
halusinasi, kerja Pupil mata sangat kecil,
heroin, kodein, (lakrimasi), keluar air perlemakan hati,
jantung meningkat, pernapasan satu-satu,
methadon) hidung (rhinorrhea), pembesaran getah
wajah kemerahan, koma bahkan kematian
Opium Sintetik keringat berlebih, bening, kelainan
kejang, sakit kepala,
hipertensi, dilatasi pupil, pada pankreas
mengantuk
gelisah, cemas
Gangguan
keseimbangan tubuh,
Gemetar, muntah, Sakit jantung,
Mabuk, euforia, gagguan perkataan,
kejang, gelisah, sukar hepatitis, radang
Alkohol kordinasi otot gangguan pendengaran,
tidur, halusinasi, paru-paru, dan
berkurang kehilangan koordinasi
paranoia, gangguan jiwa. kanker
otot, sesak nafas,
kematian

Gelisah, insomnia, Letargi hebat, letih, Denyut jantung tidak


takikardia, hipertensi, cemas, apatis depresi, beraturan, demam
palpitasi jantung, mulut bunuh diri, hiperfagie tinggi, serangan Gangguan pada
Amfetamin
terasa kering, anoreksia, hipersomnia, bingung, jantung, pembuluh sistem saraf pusat
berat badan turun, iritabilitas meningkat, darah di otak pecah,
diare. nyeri oot bahkan kematian

Jantung berdebar,
bola mata kemerahan, Aliran darah coroner
nafsu makan makan terganggu, daya kerja
Radang paru
bertambah, mulut Gelisah, penurunan nafsu otak menurun, produksi
(bronchitis),
kering, euforia, makan, mual, mudah leukosit menurun,
Ganja (kanabis) kerusakan sel otak,
halusinasi, agresif, marah dan gangguan penurunan hormon
meningkatkan risiko
banyak bicara, tidur pertumbuhan dan
kanker
gangguan persepsi hormon kelamin, apatis,
tentang waktu dan gangguan jiwa
ruang
Pernapasan lambat,
Mula-mula gelisah,
kulit dan membrane
ngantuk, daya ingat Gangguan
Gelisah, tremor, mengalami sianosis,
& daya pikir berkurang neurologis, kelainan
Barbiturat konvulsi, dan kecanduan refleks menurun,
malas kulit, dan kelainan
barbiturat pupil mengecil, suhu
bicara dan tindakan psikiatrik
badan menurun, koma,
lambat
kematian

26 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


F. Ciri-Ciri yang Sudah Kecanduan
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(Keterangan: psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah,
sintesis, maupun semi sintesis yang berkhasiat psikoaktif, melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf yang menyebabkan
perubahan khas pada ektivitas mental dan perilaku (Undang-
undang No. 5, Tahun 1997 tantang Bahan Psikotropika).
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat mudah kecewa dan cenderung menjadi agresif dan
destruktif.
2. Perasaan rendah diri (lowself esteem)
3. Tidak bisa menunggu atau bersabar yang berlebihan.
4. Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung
risiko bahaya yang berlebihan.
5. Cepat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa
tidak sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
6. Keterbelakangan mental (retardasi mental) terutama yang
tergolong pada taraf perbatasan.
7. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan atau dalam
lapangan kegiatan lainnya.
8. Prestasi belajar menunjukkan hasil yang cenderung menurun.
9. Kurang berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler
10. Cenderung memiliki gangguan jiwa seperti kecemasan, obsesi,
apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mempu
menghadapi stres atau sebaliknya yaitu hiperaktif.
11. Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
12. Putus sekolah pada usia yang sangat dini, perilaku anti sosial
pada usia dini seperti: sering mencuri, sering berbohong dan
kenakalan remaja lainnya.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 27


13. Suka tidak tidur pada malam hari atau tidur larut malam
(begadang).
14. Kurang suka berolahraga.
15. Mempunyai persepsi bahwa hubungan dalam keluarga kurang
dekat walaupun sering kali kenyataannya tidak demikian.
16. Adanya anggota keluarga lain yang tergolong peminum alkohol
yang berat atau pemakai obat secara berlebihan.
17. Berkawan dengan orang yang tergolong peminum berat atau
pemakai obat secara berlebihan.
18. Sudah mulai merokok pada usia yang lebih dini dari pada rata-
rata perokok lainnya.
19. Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religius.

28 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


BAB III
MASALAH PENYIMPANGAN
PERILAKU DI KALANGAN
PESERTA DIDIK

A. Faktor Utama dan Permasalahan yang


Terjadi di Kalangan Peserta Didik

Terdapat beberapa faktor yang kerap menjadi permasalahan


di kalangan peserta didik, antara lain yaitu:
1. Terdapat Kelompok-Kelompok Peserta Didik yang
Menamakan Dirinya Barisan Peserta Didik (Basis).
Barisan Peserta didik terdiri dari kelompok peserta didik
yang memiliki rasa solider dan reputasi/identitas sosial
kelompok yang harus dipertahankan. Akibat rasa solider
yang kerap kali salah inilah yang menyebabkan terdapat
pandangan stereotipikal dan prejudice dari kelompok basis
yang satu terhadap kelompok basis yang lain. Rasa solider
tersebut juga terjadi akibat adanya tekanan fisik dan psikis
dari senior kepada junior. Hal inilah yang mengakibatkan
junior selalu mengikuti tindakan seniornya, tidak peduli
tindakan tersebut positif atau negatif. Adanya Basis dengan
pemahaman solider dan keyakinan norma serta nilai
yang salah menyebabkan adanya penyimpangan perilaku
di kalangan peserta didik, antara lain adalah tawuran,
penyalahgunaan Narkoba, dan lain sebagainya.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 29


2. Sekolah Kurang Mampu atau Kurang Tegas dalam
Menegakkan Disiplin Sekolah.
Tingkat kedisiplinan peserta didik di sekolah yang kurang
akan sangat mempengaruhi perilaku siswa-siswa di sekolahnya,
khususnya terhadap siswa-siswa yang memang bermasalah
atau kerap memiliki perilaku menyimpang. Siswa yang
sesungguhnya merupakan sosok yang labil masih memerlukan
bimbingan psikologis, memerlukan arahan sekaligus larangan
untuk menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.
Ketidakpekaan baik guru maupun orang tua terhadap masalah
penyimpangan perilaku ini akan menimbulkan dampak pada
pergaulan siswa yang menjadi tidak terkontrol.
3. Manajemen Sekolah yang Kurang Baik
Manajemen sekolah yang buruk menyebabkan terdapatnya
jam-jam kosong di sekolah serta kurang adanya kegiatan
ekstrakurikuler yang berkualitas dan berkesinambungan,
menyebabkan peserta didik kerap menggunakan jam-jam
kosong tersebut untuk kegiatan yang bersifat negatif seperti
tawuran, penyalahgunaan Narkoba, membolos dari sekolah,
dan lain sebagainya. Padahal sesungguhnya jam jam yang
padat dan berkualitas mampu meningkatkan kompetensi dan
kreatifitas peserta didik baik, khususnya di bidang akademik,
serta menjauhkan peserta didik untuk berpikir hal-hal negatif.
4. Faktor Lingkungan Sekitar yang Kurang Baik
Tidak semua sekolah terletak di lingkungan yang aman, beberapa
sekolah terletak di lingkungan rawan yang sesungguhnya kurang
kondusif untuk proses belajar mengajar, seperti terletak di
dekat pasar, di dekat pusat hiburan, di dekat pelabuhan, dan

30 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


lain sebagainya. Masyarakat di sekitar sekolah itulah yang
terkadang memasukkan unsur-unsur negatif ke peserta
didik seperti mempengaruhi peserta didik untuk memakai
Narkoba, memancing terjadinya perkelahian antar sekolah,
dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang dapat terjadi
tanpa dapat dikontrol oleh pihak sekolah.
5. Pengaruh dari Media Massa
Pemberitaan mengenai gaya hidup negatif artis dan remaja
masa kini yang marak di media terkadang berdampak
pada mobilisasi, keterikatan kelompok, rasa heroisme, dan
peniruan dari remaja itu sendiri. Frekuensi pemberitaan
tentang gaya hidup di media massa tersebut justru semakin
memancing remaja, khususnya peserta didik untuk memiliki
perilaku serupa karena mereka cenderung memilih untuk
meniru pihak-pihak yang dianggap sebagai trendsetter.

B. Saran Tindak yang Harus Dilakukan untuk


Meminimalisir Permasalahan Peserta Didik
Dalam mengatasi atau meminimalisir permasalahan peserta
didik yang sering terjadi, saran tindak yang harus dilakukan
oleh pihak sekolah antara lain adalah:
1. Mengadakan pelatihan mengenai pencegahan
penyimpangan perilaku peserta didik di sekolah serta
pengembangan pengenalan diri. kematangan emosi, dan
kontrol diri pada remaja. Pelatihan ini diharapkan mampu
mengembangkan komunikasi dan kegiatan bersama
yang positif antar basis atau sekoiah dan menghindarkan
peserta didik dari penyimpangan perilaku.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 31


2. Sekoiah harus mampu menjalankan tata tertib dan disiplin
sekolah dengan tegas dan objektif. Di lain pihak, Departemen
Pendidikan Nasional harus memberikan sanksi bagi sekolah
negeri dan swasta yang tidak dapat menjalankan disiplin.
3. Diperlukan adanya pemberdayaan guru siaga sehingga dapat
mengantisipasi jam-jam kosong di sekoiah. Diperlukan pula
adanya peningkatan kegiatan ekstrakurikuler yang didasarkan
atas minat peserta didik dan diperlukan adanya pembimbing
kegiatan ekstrakurikuler yang berkualitas sebagai sarana kegiatan
penyaluran minat dan bakat peserta didik di dalam dan di luar
lingkungan sekoiah, sehingga peserta didik dengan kesadaran
penuh mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut dengan
senang hati tanpa adanya paksaan dari pihak sekoiah.
4. Sekolah yang berada di lingkungan rawan perlu penanganan
khusus. Antara lain diperlukan penertiban pedagang, juru parkir,
dan preman di sekitar sekoiah. Sekoiah juga harus melakukan
razia rutin senjata tajam baik di dalam sekoiah maupan di
luar lingkungan sekolah dengan melibatkan aparat keamanan
setempat.
5. Masalah media massa tidak dapat ditangani hanya oleh pihak
sekoiah, tetapi diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk
mengembangkan media-media tandingan yang mengutamakan
pemberitaan yang menentang perilaku-perilaku negatif remaja.
Sudah seharusnya pihak media massa sendiri ikutserta dalam
meningkatkan tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi
muda dengan menayangkan tayangan-tayangan yang informatif
dan edukatif.

32 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


BAB IV
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
DI KALANGAN PESERTA DIDIK

A. Pola Peredaran Narkoba di


Lingkungan Sekolah
Kasus penyalahgunaan narkoba ditemukan pada semua
tingkat pendidikan dari tingkat SD, SMP. SMA/SMK sampai
Perguruan Tinggi. Berdasarkan keterangan peserta penataran
guru pembina OSIS yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pembinaan Kepeserta didikan pada bulan Agustus 1999, kasus
penyalahgunaan Narkoba bukan saja terbatas di 8 (delapan)
propinsi yang rawan Narkoba sesuai data yang diungkapkan
BAKOLAK INPRES 6/71 tahun 1997, tetapi juga sudah merambah
kedaerah lain di seluruh propinsi di Indonesia.
Peredaran Narkoba saat ini sudah menyebar ke seluruh pelosok
tanah air dengan cara yang terorganisir (melalui sindikat
pengedar narkoba) dan profesional karena Narkoba merupakan
komoditi untuk mendatangkan uang dengan mudah. Jaringan
peredarannya bukan hanya di klub malam dan tempat hiburan
saja, melainkan sudah merasuk ke warung/kios di sekitar
sekolah, bahkan di dalam sekolah, dengan cara menyebarkan
kaki tangan pengedar di kalangan peserta didik sekolah sendiri.
Untuk itu harganyapun disesuaikan dengan kemampuan anak
sekolah. teknik penjualannya juga menggunakan cara-cara
multi level.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 33


Pengedarnya sendiri selain peserta didik sekolah yang
bersangkutan juga melibatkan orang luar yang khusus
mendatangi sekolah-sekolah target untuk menawarkan barang
dagangannya.
Selain itu Narkoba seringkali diedarkan juga oleh juru
parkir yang ada di sekolah-sekolah, para alumni yang sering
nongkrong di sekolah dan penjaja makanan dan minuman di
sekitar sekolah. Adapun motif dari para pengedar Narkoba
sendiri yang terungkap selama ini adalah semata-mata untuk
mencari penghasilan dan keuntungan sehubungan dengan
kondisi ekonomi yang semakin memburuk.
Dari kalangan peserta didik pengedar, motif yang
melatarbelakangi mereka kebanyakan adalah untuk dapat
sekedar ikut memakai Narkoba tanpa harus membeli. Untuk
tiga/empat paket yang berhasil mereka jual, mereka akan
mendapatkan gratis satu paket, dengan demikian pengedar
atau kaki tangan ini harus tetap dapat mempertahankan empat
pembeli kalau ia ingin tetap menggunakan Narkoba. Namun
demikian bila pemakaian mereka mengalami peningkatan,
otomatis mereka harus mencari calon pemakai yang lebih
banyak lagi.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari beberapa mantan
pengedar diperoleh informasi bahwa dalam menetapkan
sasarannya, para pengedar atau kaki tangan ini biasanya
akan memilih para peserta didik yang memiliki ciri-ciri, anak
yang kurang berminat sekolah (malas, tidak dapat mengikuti
pelajaran di sekolah), yang sering mengeluh punya masalah
dengan guru, orangtua maupun teman, kurang percaya diri
atau kepercayaan diri berlebihan (berani tampil beda, yang

34 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


berpenampilan berbeda dari kebanyakan peserta didik
lainnya), mudah merasa bosan dan suka melakukan tindakan
yang beresiko tinggi dan diketahui mudah mendapatkan uang.
Adapun ciri-ciri lain remaja atau peserta didik yang beresiko
tinggi terkena penyalahgunaan narkoba adalah remaja peserta
didik yang tidak bisa berkomunikasi dengan orangtuanya, tidak
berada dalam pengawasan orang tua, memiliki kontrol diri
rendah, memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah.
Bergaul atau tinggal di lingkungan penyalahgunanarkoba,
dikucilkan atau sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
serta rendahnya penghayatan spiritual.
Cara pemesanan yang sering dilakukan oleh kaki-tangan
pengedar/bandar narkoba ini biasanya dilakukan dengan cara
memberikan sampel secara cuma-cuma untuk satu atau dua kali
Penyalahgunaan, setelah itu apabila sudah ada kecocokan baru
kepada mereka dikenakan biaya sesuai jenis yang dipakai.
Untuk Penyalahguna yang sudah sering membeli tidak segan-
segan para pengedar akan memberikan barang terlebih
dahulu. dengan jaminan kaki-tangan pengedar. Atau bila tidak
ada uang mereka bersedia menerima barang-barang pribadi
(seperti handphone, perhiasan, dan barang-barang berharga
lainnya) yang nilainya ditentukan oleh pengedar atau bandar
(BD) atau mengajarkan peserta didik cara-cara memperoleh
uang dengan eara-cara yang tidak halal seperti mencuri uang
dan barang-barang berharga teman atau orangtua.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 35


B. Kondisi Sekolah yang Mendorong
Peserta didik untuk Menggunakan Narkoba
Secara umum pemakaian Narkoba di lingkungan sekolah semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Tempat menggunakannya juga
bervariasi mulai di toilet sekolah, di kantin, di pojok-pojok
sekolah yang agak tersembunyi. di dalam mobil yang diparkir di
sekitar sekolah, di warung-warung sekitar sekolah sampai ada
yang menggunakan ruangan kelas, baik pada saat jam kosong
maupun setelah waktu sekolah, pada hari libur atau hari kerja
pada waktu sore hari atau malam hari.
Adapun situasi yang dianggap rawan bagi Penyalahguna
Narkoba di lingkungan sekolah antara lain adalah:
1. Kurangnya kontrol guru/petugas keamanan sekolah pada
tempat-tempat tersembunyi (pojok-pojok) di lingkungan
sekolah.
2. Kurangnya pengawasan dan kontrol guru atau petugas
keamanan sekolah di dalam maupun di luar lingkungan
sekolah pada jam istirahat Jam belajardan setelah jam
belajar sekolah.
3. Banyaknya warung-warung/kios di sekitar sekolah yang
dapat menjadi tempat penjualan Narkoba.
4. Penerapan sanksi yang kurang tegas dan konsekuen terhadap
pelanggaran peraturan sekolah.
5. Lokasi sekolah yang berada di lingkungan yang dekat dengan
pusat keramaian. seperti pasar, pusat perdagangan dan lain
sebagainya, yang menjadikan lingkungan tersebut sangat
riskan untuk menjadi daerah rawan pcredaran Narkoba.
6. Sekolah dijadikan tempat tongkrongan para alumni yang
menjadi Penyalahguna Narkoba.

36 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Selain itu ada beberapa kondisi sekolah yang secara tidak
langsung berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkoba oleh
peserta didik di sekolah yaitu:
1. Peraturan sekolah yang terlalu keras atau terlalu lunak.
2. Komunikasi yang kurang lancar antara guru, kepala sekolah
dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
3. Kegiatan sekolah yang membosankan (terlalu padat atau
kurang kegiatan).
4. Kegiatan ekstrakurikuler yang kurang sesuai dengan minat
peserta didik.
5. Kurangnya pertukaran pengetahuan aparat sekolah. peserta
didik dan orang tua peserta didik mengenai masalah dan
bahaya Narkoba.
6. Penanganan terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar belum optimal.
7. Kurangnya keterlibatan orang tua peserta didik yang tidak
terlibat pada masalah Narkoba (selama ini hanya orang tua
dari peserta didik pcngguna saja yang dilibatkan).
8. Komite Sekolah (KS) belum difungsikan secara optimal.

C. Latar Belakang Keluarga Peserta Didik


Penyalahguna Narkoba
Bila ditinjau lebih jauh latar belakang keluarga peserta didik
yang terlibat Penyalahgunaan Narkoba tidak dapat dipastikan
bahwa berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Banyak di
antara peserta didik Penyalahguna berasal dari keluarga yang
terhormat, terpelajar dan mempunyai komunikasi yang baik
dengan orang tua.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 37


Namun demikian peserta didik pcngguna yang berasal dari
keluarga “broken home” memang lebih banyak ditemukan
daripada peserta didik Penyalahguna yang berasal dari keluarga
harmonis. Rasa solidaritas kelompok peserta didik biasanya
sangat besar dan dari segi emosinya mereka kebanyakan
merupakan anak-anak yang peka. Anggapan bahwa kebanyakan
pcngguna tergolong anak yang nakal. suka membantah dan
sulit diatur juga tidak dapat dibuktikan sepenuhnya karena
banyak juga peserta didik Penyalahguna yang merupakan anak
“manis” yang tidak pernah mempunyai masalah atau konflik
dengan guru maupun orang tua.
Latar belakang ekonomi keluarga peserta didik Penyalahguna
sangat bervariasi. Ada yang terdapat dari keluarga ekonomi
lemah, tetapi tak sedikit pula yang berasal dari golongan
ekonomi menengah ke atas. Pekerjaan orang tuanyapun sangat
bervariasi, mulai dari pengangguran, buruh, pegawai negeri,
guru, dosen, artis, pengusaha, sampai anggota ABRI, Polri,
juga termasuk pejabat pemerintah maupun pemuka agama.
Dari kajian ini tidak ditemukan gambaran umum yang spesifik
mengenai latar belakang peserta didik Penyalahguna Narkoba.
Dengan kata lain siapa saja. dari latar belakang manapun dapat
terlibat masalah penyalahgunaan narkoba.

D. Gambaran Perilaku Peserta Didik


Penyalahguna Narkoba
Bila selama ini masyarakat beranggapan bahwa peserta didik
yang menggunakan Narkoba adalah mereka yang mengalami
kesulitan belajar, maka kenyataan bahwa banyak peserta

38 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


didik Penyalahguna adalah peserta didik yang pintar. Namun
demikian peserta didik yang telah menggunakan narkoba lebih
dari 6 bulan hampir semuanya mengalami kesulitan belajar
karena pengaruh obat-obatan membuat mereka menjadi sulit
berkonsentrasi. Mereka juga dilaporkan sering membolos,
sering terlambat ke sekolah dengan alasan kesiangan
bangun dan sering terlambat masuk setelah waktu istirahat,
sering tertidur di sekolah, sering lupa jadwal ulangan, lupa
mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, lupa membawa
buku pelajaran (tidak memiliki tanggung jawab) serta menjadi
kurang memperdulikan penampilan dan kerapian diri.
Gambaran umum peserta didik Penyalahguna Narkoba ini
diperoleh dari keterangan guru. Sedangkan dari keterangan
orang tua peserta didik Penyalahguna dapat ditambahkan
gejala lain seperti kedapatan bicara cadel atau gagap (padahal
sebelumnya gejala ini tidak pernah ada), mata merah dan
hidung berair (walaupun tidak sedang influenza) perubahan
pola tidur (pagi sulit sekali dibangunkan dan malam hari sulit
tidur), cenderung menghindari kontak komunikasi dengan
orang lain dalam hal ini anggota keluarga, uang sekolah
tidak dibayarkan (mengaku kehilangan uang) dan di rumah
sering kehilangan uang atau barang berharga. Gambaran dari
guru dan orang tua ini dapat dijadikan ciri-ciri gejala awal
penyalahgunaan Narkoba oleh peserta didik.
Dari penjelasan dan keterangan di atas, dapat disimpulkan
kembali ciri-ciri remaja yang berpotensi menyalahgunakan
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, antara lain:
a. Sifat mudah kecewa dan kecendungan menjadi agresif dan
destruktif.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 39


b. Perasaan rendah diri (low self-esteem).
c. Tidak bisa menunggu atau bersabar yang berlebihan.
d. Suka mencuri, melakukan hal-hal yang mengandung bahaya
yang berlebihan.
e. Cepat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan
merasa tidak sanggup berfungsi dalam kehidupannya
sehari-hari.
f. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan atau dalam
lapangan kegaitan lainnya.
g. Prestasi belajar menunjukkan hasil yang cenderung
rendah.
h. Kurangnya prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
i. Cenderung memiliki gangguanjiwa seperti kecemasan
obsesi, apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, emosi
tidak terkendali, kurang mampu menghadapi stres atau
sebaliknya,yaitu hiperaktif.
j. Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
k. Adanya perilaku yang menyimpang, seperti hubungan
seksual yang tidak terlindung, putus sekolah pada usia yang
sangat dini, perilaku antisosial pada usia dini, seperti sering
mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja lainnya.
l. Suka tidak tidur malam hari atau tidur larut malam
(begadang).
m. Berkawan dengan orang yang tergolong peminum berat atau
memakai obat secara berlebihan.
n. Sudah mulai merokok pada usia yang dini daripada rata-
rata perokok lainnya.
Tanda-tanda di rumah
1. Membangkang terhadap teguran orang tua.

40 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


2. Semakin jarang ikut kegiatan keluarga
3. Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-
temannya.
4. Mulai melupakan tanggung jawab jam malam dan menginap
di rumah teman.
5. Sering pergi ke disko, mall atau pesta
6. Pola tidur berubah : pergi susah dibangunkan, malam suka
begadang
7. Bila ditanya, sikapnya defensif atau penuh kebencian
8. Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan
uang(bokek)
9. Sering mencuri uang dan barang-barang berhaga dirumah,
dan sering tidak diketahui
10. Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan
berbagai alasan (pandai-pandailah mengecek apakah uang
yang dimintanya untuk bayar ini dan itu disekolah, betul-
betul diminta oleh sekolah dan dibayarkan)
11. Malas mengurus diri (tidak mau membereskan tempat tidur,
malas mandi, sering tidur, malas menggosok gigi, kamar
berantakan, malas membantu)
12. Sering tersinggung dan mudah marah
13. Menarik diri dan sering di kamar, dan mengunci diri
14. Sering berbohong
15. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya
dibandingkan dengan sebelumnya
16. Sekali-kali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo
(cadel) dan jalan sempoyongan
17. Ada obat-obatan, kertas timah, bau-bauan yang tidak biasa
di rumah (terutama kamar mandinya atau kamar tidumya),
atau ditemukan jarutn suntik, namun ia akan mengatakan
barang-barang itu bukan miliknya.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 41


BAB V
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN MASALAH
NARKOBA

A. Penanganan dan Penanggulangan Masalah


Narkoba Secara Universal
Terdapat tiga aspek penanganan dan penanggulangan masalah
Narkoba yang dikenal secara universal, yaitu:
1. Law Enforcement
Berdasarkan UU No. 5 dan 22 tahun 1997 mengenai
psikotropika dan narkotika, diperoleh pernyataan bahwa
penderita penyalahgunaan narkoba memerlukan perawatan.
Tingkat keparahan dan tingkat perawatan diserahkan kepada
Dinas Pendidikan Pemda setempat sebagai data dan statistik
serta khususnya untuk perawatan selanjutnya. Sedangkan
mengenai penegakan hukum dilakukan oleh Pemerintah
(polisi, bea cukai, imigrasi, kehakiman, BNN/BNP (Badan
narkotika Nasional/Badan Narkotika Propinsi), dan lain-
lain).
2. Preventive (Pencegahan)
Pemerintah dengan memberdayakan masyarakat, dengan
cara pendidikan, kampanye dan program yang mengurangi
faktor resiko dan meningkatkan faktor protektor.

42 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


3. Treatment (Perawatan)
Pemerintah memberdayakan para profesional dalam
perawatan biopsikososial. Pendekatan Biopsikososial
digunakan untuk merekomendasikan tingkat perawatan
Penyalahguna atau penyalahguna narkoba. Perawatan
medis diperuntukkan bagi mereka yang masuk kategori
tingkat Penyalahguna berat dan dual diagnosis.

B. Penanganan Masalah Narkoba di


Kalangan Remaja
Pencegahan dalam konteks pelanggaran norma dan kejahatan
dikelompokan sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan
khusus untuk memperkecil ruang lingkup suatu pelanggaran
baik melalui pengurangan kesempatan-kesempatan untuk
melakukan kejahatan ataupun melalui usaha pemberian
pengaruh pada orang-orang yang secara potensial dapat
melakukan pelanggaran pada masyarakat umum (Dermawan,
1994:2).
Adapun strategi pencegahan, selama ini dikategorikan ke dalam
tiga kelompok yang meliputi: pencegahan primer, pencegahan
sekunder dan pencegahan tertier.
1. Pencegahan primer ditetapkan sebagai pencegahan melalui
bidang sosial, ekonomi, dan bidang-bidang lain dan kebijakan
umum, khususnya sebagai usaha untuk mempengaruhi
situasi-situasi kriminonetik dan sebab-sebab dasar dari
kejahatan. Tujuan utama dari pencegahan primer adalah

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 43


menciptakan kondisi-kondisi yang sangat memberikan harapan
bagi keberhasilan sosialisasi kepada setiap anggota masyarakat.
Masyarakat umum secara keseluruhan menjadi target dari
pencegahan primer. Pencegahan umum dan pencegahan khusus
yang meliputi identifikasi dini kondisi-kondisi kriminomik dan
sebab-sebab dasar pelanggaran serta peran-peran preventif dari
polisi, pengawas, dan media masa termasuk dalam kategori ini.
Target dari pencegahan ini adalah mereka yang dikategorikan
potensial untuk melakukan pelanggaran.
Pelaksanaan pencegahan primer dilakukan dalam berbagai
bentuk penyuluhan, seperti penyuluhan tatap muka (ceramah,
diskusi, seminar), penyuluhan melalui media cetak (surat
kabar, leaflet, brosur, buletin, dll), penyuluhan dengan
mengintegrasikan informasi tentang bahaya narkoba ke dalam
kegiatan seperti pendidikan agama, bimbingan moral, dan lain
sebagainya.
2. Pencegahan sekunder ditujukan pada para remaja yang telah
mencoba-coba menggunakan narkoba serta sektor-sektor
masyarakat yang dapat membantu remaja untuk berhenti
menyalahgunakan narkoba (orang tua, tokoh masyarakat,
jajaran pemerintah setempat, dan organisasi sosial lainnya).
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk mencegah
meluasnya penyalahgunaan narkoba, menyelamatkan dan
memperkuat ketahanan individu remaja dan keluarga yang
mulai terkena penyalahgunaan supaya tidak terkena pengaruh
lebih lanjut.
Pelaksanaan pencegahan sekunder dilakukan antara lain dalam
bentuk penyuluhan dengan teknik-teknik ceramah, sarasehan,

44 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


atau diskusi, bimbingan sosial melalui kunjungan rumah,
diskusi kelompok, serta pelayanan konseling perorangan
atau keluarga bermasalah penyalahgunaan narkoba.
3. Sedangkan pencegahan tertier merupakan pencegahan
yang dilakukan kepada residivisme atau mereka yang
merupakan bekas korban penyalahgunaan narkoba, melalui
peran polisi dan agen- agen lain dalam sistem peradilan
pidana. Tujuan dari pencegahan tertier adalah untuk
mencegah jangan sampai para penyalahguna narkoba
tersebut kambuh/relaps dan terjerumus kembali ke dalam
penyalahgunaan narkoba.
Adapun target utama dari pencegahan tertier adalah
mereka yang telah melanggar hukum. Pencegahan tertier
antara lain dilakukan dalam bentuk bimbingan sosial dan
konseling terhadap yang bersangkutan atau keluarganya,
penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang
menguntungkan eks korban untuk mantapnya kesembuhan
eks korban penyalahgunaan narkoba, pengembangan minat,
bakat, dan keterampilanh bekerja atau berusaha bagi eks
korban, serta bantuan pelayanan penempatan kerja dan
bantuan modal kerja bagi para eks korban.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan upaya perawatan untuk
penyalahguna Narkoba dengan cara memperbaiki kembali
dalam segi psikologis maupun fisik penyalahguna. Rehabilitasi
dapat dilakukan dengan cara mengkarantina penyalahguna
dan memberikan perawatan yang intensif.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 45


5. After Care
After care merupakan upaya pembekalan bagi penyalahguna
Narkoba dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan bagi
penyalahguna Narkoba sebagai bekal mereka dalam menjalani
kehidupan setelah proses rehabilitasi.
Adapun model-model pencegahan yang telah dikemukakan
untuk Narkoba selama ini, setidaknya dapat dikategorikan
dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Program Penjangkauan Jalanan. Program ini biasanya
dilaksanakan oleh tim-tim pelaksana sosial, teknisi medis,
Penyalahguna dalam kondisi pemulihan yang bekerja unit
penjangkauan luar untuk mencari Penyalahguna di jalanan
dan menawarkan pelayanan konseling motivasi sosial dan
kesehatan.
b. Drop-in Centre. Drop-in centre lazimnya didirikan dekat
pusat perdagangan Narkoba, yang berfungsi sebagai tempat
persinggahan bagi mereka yang tuna wisma tempat dimana
mereka dapat mandi, cuci pakaian, makan, istirahat, dan
menerima konseling serta perawatan kesehatan. Adapun
program - program yang ditawarkan dari model ini adalah
peningkatan kepekaan masyarakat dan sosial informasi
terutama kepada anak- anak muda. Di dalam model ini
ditawarkan pula aktivitas penyuluhan dan pembahasan
kelompok mengenai pengurangan kerugian dan pendidikan
kesehatan setiap hari termasuk detoksifikasi pasien rawat
jalan, program keluarga, pencegahan kekambuhan dan
program purna rawat (aftercare).

46 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


c. Therapeutic Community. Konseling motivasi dan membangun
kepercayaan adalah pintu masuk dari model Therapeutic
Community menuju rehabilitasi yang fleksibel dan berangsur-
angsur. Model ini dilakukan untuk menghindari pendekatan
hukum, yang dibangun atas dasar potensi Penyalahgunaannya.
Dalam model ini dikembangkan suatu cara pemantauan setiap
hari dari melalui lingkungan sosial yang mendukung dengan
menetapkan sasaran pada perubahan sikap dan perilaku
komunitas. Dalam waktu sebulan sekali ditawarkan pengobatan
kecanduan dan rehabilitasi secara gratis pada sejumlah terbatas
Penyalahguna setelah syarat-syarat terpenuhi. Yaitu kehadiran
tetap dan rutin motivasi kuat untuk berubah.
d. Participatory Learning and Action (Ditchtownsend, 2001).
Model�����������������������������������������������������
Participatory Learning and Action�������������������
dikembangkan atas
dasar asumsi bahwa pemberian informasi Narkoba jarang
menghasilkan perubahan perilaku para pemakai. Untuk
itu perlu dikembangkan suatu model yang lebih baru, yaitu�
participatory learning and action (pelajaran dan tindakan
secara ikut serta). Selama 7 sampai 12 kali pertemuan
kelompok, peserta melalui proses untuk merencanakan
perubahan dan saling membantu dalam bertindak agar dapat
berubah. Adapun proses yang dilalui dari pertemuan tersebut
adalah:
• Lebih banyak mengenali dirinya sendiri
• Keadaan apa yang mendorong mereka untuk mengambil
resiko
• Apa bentuk masyarakat mereka
• Apa masalah yang mereka hadapi
• Ketrampilan apa yang mereka miliki
• Hal apa yang ingin mereka ubah.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 47


e. Communities That Care (Camberra Time, 1999).
Communities That Care (lingkungan masyarakat
yang peduli) adalah model yang dikembangkan atas
dasar penelitian tentang penyebab masalah kesehatan
dan perilaku, dan membantu kelompok setempat
uiituk membentuk strategi, penelitian, dan dukungan
intervensi, berdasarkan percobaan yang telah dikerjakan
di Australia, yang melibatkan 468 murid dari 30 sekolah
menunjukan bahwa murid yang tanpa dukungan lebih
resiko terhadap pemakaian alkohol dan mariyuna dan
perilaku nakal lainnya.

C. Peran Agama dalam Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba
Larson dkk (1990) menemukan bahwa remaja yang komi’men
agamanya kurang/lemah mempunyai resiko empat kali lebih
besar untuk menyalahgunakan Narkoba dibanding dengan
remaja yang komitmen agamanya kuat. Peneliti dari Indonesia
(Hawari. 1990, Juwana, 1994) menemukan bahwa ketaatan
beribadah pada kelompok penyalahgunaan Narkoba (kasus)
jauh lebih rendah dibanding kelompok bukan penyalahgunakan
Narkoba (kontrol/kelola); dan perbedaan ini cukup signifikan.
Kehidupan beragama dalam keluarga dan ketaatan menjalankan
ibadah agama sering dikaitkan dengan penyalahgunaan
Narkoba (Stinnet dan John Defrain, 1987). Hal ini berdasarkan
penelitian bahwa para penyalahguna Narkoba derajat
keimanannya kurang kuat/lemah (Clinebell, 1980: Larson dkk.

48 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


1990). Hawari (1990) dalam penelitiannya menemukan bahwa
kerajinan/ketaatan menjalankan ibadah pada kasus 33,1%
dan pada kontrol 70; sedangkan Juwana (1994) menemukan
persentase kasus 3,1% dan alkohol 83,0%.
Temuan ini penting bagi upaya prevensi, tetapi rahabilitasi
pada penyalahgunaan Narkoba dan pendekatan keagamaan
perlu untuk diikutsertakan pada upaya penanggulangan
Narkoba. Pendidikan agama sejak dini akan memperkuat
komitmen agama bila seseorang anak kelak menginjak remaja
dan menjadi dewasa, sehingga resiko penyalahgunaan Narkoba
dapat diperkecil (Hawari, 1999).
Intervensi agama diberikan sesudah seorang penderita
penyalahguna Narkoba selesai menjalani detoksifikasi,
memasuki tahapan psikoterapi dan selanjutnya pada tahapan
rehabilitasi. Selain berbagai bentuk terapi (non-medik), maka
selama perawatan bila mereka diberikan kegiatan-kegiatan
keagamaan, hasilnya akan lebih baik daripada hanya medik
saja. Sebaliknya kalau hanya diberikan terapi keigamaan saja,
hasilnya kurang baik bila dibandingkan dengan modifikasi
antara ilmu pengetahuan kedokteran (medik psikoiatrik)
dengan agama (psikoreligius).
Yang terpenting, bahwa Allah SWT sungguh-sungguh ada
walaupun tidak tampak oleh panca indra harus diyakini oleh
setiap umat individu. Adanya Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki segala sifat kesempurnaan yang kekal harus diimani
setiap manusia dan oleh karena itu hanya kepada-Nya lah
manusia beribadah, taat dan selalu memohon doa.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 49


D. Peran Orang Tua dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba
Yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencegah
penyalahgunaan narkotika, psikokotropika dan zat adiktif
lainnya.
Orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anaknya dan
menjadi figur/model untuk:
1. Menjadi panutan. Seperti orang tua menghendaki anaknya
tidak merokok, maka orang tua jangan merokok.
2. Menjadi teladan. Artinya selalu memberikan contoh
diri dalam hal sikap, perbuatan, tindakan serta memiliki
komunikasi yang baik dan harmonis.
3. Menjadi seseorang yang istimewa. Dalam hal ini orang
tua harus dapat menjadi teman diskusi dan tempat untuk
bertanya. Apapun yang disampaikan anaknya, berita
baik maupun buruk, perlu didengarkan dengan baik dan
kemudian mengajak anak untuk berdialog secara lebih
terbuka dan mendalam. Untuk menjadi seseorang yang
istimewa, orang tua perlu mengikuti perkembangan remaja
dan permasalahannya, sehingga dapat memberikan
penjelasan bila anak bertanya, termasuk bertanya mengenai
masalah narkoba.
4. Mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai
agama. Orang tua harus dapat mempertahankan tradisi
kebersamaan di dalam keluarga seperti mengerjakan
pekerjaan rumah bersama- sama pada hari libur, makan
malam bersama, rekreasi bersama pada waktu-waktu
tertentu, beribadah bersama-sama. dan lain sebagainya.

50 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Di sini peran orang tua sangat besar sehingga diharapkan orang
tua mampu melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. terciptanya suasana hangat dan bersahabat di rumah
b. mengembangkan hubungan yang akrab dan komunikasi
yang baik bagi anak-anak, bersikap terbuka dan jujur
terhadap mereka.
c. mengerti dan menerima setiap anak sebagaimana adanya.
d. mendengarkan dan menghormat pendapat anak-anak,
membimbing mereka agar mampu membuat keputusan
yang bijaksana
e. memberikan pujian jika mereka berbuat baik/mencapai
suatu prestasi meskipun sedemikian kecil nilainya
f. meluangkan waktu bersama anak-anak walaupun demikian
sibuknya.
g. memberikan tanggung jawab pada anak-anak sesuai dengan
tingkatan usianya
h. mengenal secara baik teman-teman anak.
i. mengontrol kegiatan dan aktivitas anak.
j. memperkuat nilai moral dan spiritual sesuai dengan agama/
kepercayaan masing-masing
k. memperkuat dan memahami bahaya penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
l. mengetahui ciri-ciri dari pada seorang anak yang
mempunyai resiko besar untuk menyalahgunakan narkotika,
psikotropika dan adiktif lainnya
m. meminta bantuan ahli jika terdapat suatu kasus/
permasalahan yang tidak dapat diselesaikan sendiri.
Tetapi apabila suatu saat orang tua menghadapi kenyataan
bahwa si anak terlibat penyalahgunaan narkoba maka yang

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 51


harus dilakukan orang tua untuk menghadapi permasalahan
tersebut dan mencegah penyalahgunaan lebih lanjut antara
lain adalah:
a. Berusaha tetap tenang. Sebaiknya orang tua mampu
mengendalikan emosi, jangan memojokkan si anak atau
merasa tidak berguna.
b. Jangan menunda masalah. Secepat mungkin setelah
mengetahui keadaan anak yang terlibat penyalahgunaan
narkoba, orang tua harus menghadapi kenyataan dan segera
mengadakan dialog terbuka dengan anak. Jangan menuduh
anak pada saat anak berada dalam pengaruh narkoba.
c. Jadilah pendengar yang baik bagi anak. Berikan dorongan
non verbal, saat anak sedang mengemukakan permasalahan
atau alasannya sampai terlibat penyalahgunaan narkoba.
Jangan pernah merendahkan harga diri si anak dan buatlah
agar anak merasa aman dan nyaman saat menceritakan
permasalahannya. Dan yang terpenting orang tua harus
menghargai kejujuran anak karena telah mau mengakui
kesalahannya dan memaafkannya.
d. Jujur terhadap diri sendiri. Orang tua harus pula jujur pada
diri sendiri dengan mengakui kelemahan dan kesalahan
orang tua, jangan merasa benar sendiri.
e. Cari pertolongan. Jika sulit mengendalikan emosi dan
menghadapi permasalahan yang terjadi maka orang tua
harus segera menghubungi pihak- pihak yang dirasa mampu
untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba seperti
pusat rehabilitasi, dokter, dan instansi-instansi terkait
lainnya.

52 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


E. Peran Sekolah dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan data hasil penelitian Badan Narkotika Nasional
(BNN) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia (Puslitkes UI) tahun 2011, yaitu:
1. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Tahun 2007-2011

Tingkat Pendidikan
No Tahun
SD SLTP SLTA PT Jumlah
1 2007 4.138 7.486 23.727 818 36.169
2 2008 4.404 10.827 28.479 1.001 44.711
3 2009 4.763 8.322 24.326 992 38.403
4 2010 4.009 8.254 20.217 942 33.422
5 2011 5.087 9.989 20.398 1.115 36.589
Jumlah 22.401 44.878 117.147 4.868 189.294
% 11,8% 23,7% 61,9% 2,6% 100%

Data selama tahun 2007-2011 menunjukan bahwa 61,9% dari


jumlah tersangka, atau sebanyak 117.147 orang berpendidikan
SLTA. Selanjutnya urutan kedua tingkat pendidikan SLTP
sebesar 23,7% dan SD sebesar 11,8%. Jumlah tersangka yang
berpendidikan Perguruan Tinggi (PT) adalah terendah sebesar
2,6% dibanding tingkat pendidikan lainnya.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 53


2. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan
Jenis Pekerjaan Tahun 2007-2011
Jenis Pekerjaan
Ta- Peng-
No TNI/ Wira- Pe- Pela-
hun PNS Swasta Buruh Mhs anggur-
Polri swasta tani jar
an
1 2007 226 235 16.667 5.151 891 5.079 721 712 6.487
2 2008 210 273 17.588 14.631 639 3.580 647 654 6.489
3 2009 250 307 14.550 11.256 780 3.598 653 635 6.374
4 2010 248 227 13.913 7.458 902 3.943 515 531 5.685
5 2011 334 289 17.381 7.693 1.078 3.522 607 605 5.080
Jumlah 1.268 1.331 80.099 46.189 4.290 19.722 3.143 3.137 30.115
% 0,6% 0,7% 42,3% 24,4% 2,3% 10,4% 1,7% 1,7% 15,9%

Dari tabel dan grafik jumlah tersangka kasus Narkoba


berdasarkan pekerjaan tahun 2007-2011, terlihat hal sebagai
berikut:
a. Jenis pekerjaan tersangka kasus Narkoba yang terbanyak
selama tahun 2007-2011 adalah di bidang swasta yaitu sebesar
42,3% (80.099 orang), berikutnya yaitu bidang wiraswasta
sebesar 24,4% (46.189 orang).
b. Jumlah tersangka yang tidak bekerja/pengangguran pada
tahun 2007-2011 adalah sebanyak 30.115 atau sekitar 15,9%
dan jumlahnya relatif stabil sejak tahu 2006, yaitu sejumlah
5.080 orang pada tahun 2011.

54 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


3. Jumlah Penyalahguna Narkoba yang Dirawat
di UPT T&R BNN Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2007-2011
Tahun
No Pendidikan
2007 2008 2009 2010 2011
1 SD 9 10 25 27 33
2 SMP 29 26 69 82 122
3 SMA 166 227 306 482 724
4 DIPLOMA 19 25 32 31 71
5 S1 17 20 49 57 129
6 S2 0 1 2 2 7
7 TIDAK SEKOLAH 0 0 1 1 2
Jumlah 240 309 484 682 1.088

F. Peran Guru dalam Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional,
guru merupakan penentu keberhasilan pendiuikar melalui
kinerjanya pada tingkat instritusional, instruksional, dan
eksperiensial. Hal ini mengandung makna bahwa guru
mempunyai posisi strategis dalam upaya pembangunan
bangsa.
Sejalan dengan tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah,
guru melakukan tugas- tugas kinerja pendidikan di sekolah,
guru melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan dalam
bimbingan, pengajaran, dan melatih. Sehingga kegiatan ini
sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik
melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang
kondusif, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik
sebagai unsur bangsa.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 55


Guru yang memiliki jiwa semangat, dan nilai kebangsaan yang
kokoh sekaligus sebagai tauladan dan lingkungan yang baik
bagi terwujudnya jiwa semangat dan nilai kebangsaan para
peserta didik, dan pada gilirannya akan menjadi lingkungan
yang dapat mempengaruhi kondisi kehidupan berbangsa
secara keseluruhan.
Menurut Louis V. Gerstmer, Jr. (dalam Mohamma Surya,
2001), pada saat ini peran guru mengalami perluasan, yaitu
sebagai pelatih, konselor, manager pembelajaran, partisipan,
pemimpin, pembelajar, pengarang. Sebagai pelatih guru
memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi peserta
didik untuk mengembangkan cara-cara pembelajaran sendiri
sebagai latihan untuk mewujudkan jiwa, semangat, dan nilai
kebangsaan guru diharapkan mampu memahami kondisi
setiap peserta didik dan membantu kegiatannya ke arah
perkembangan optimal. Sebagai manager pembelajaran,
guru mengelola keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan
peserta didik. Sebagai pemimpin, guru menjadi seorang yang
menggerakkan peserta didik dan orang lain untuk mewujudkan
perilaku yang menuju terwujudnya bangsa yang kokoh.
Sebagai pembelajar, guru secara terus menerus belajar dalam
rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan
kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru secara kreatif
dan inovatif menghasilkan berbagai karya akan digunakan
untuk melaksanakan tugasnya.

56 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


G. Peran Organisasi Peserta didik Intra Sekolah (OSIS)
dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Satu-satunya peserta didik yang ada di sekolah ialah OSIS.
Oleh karena itu OSIS harus ikut bertanggung jawab terhadap
segala sesuatu yang terjadi di kalangan peserta didik.
Bentuk perwujudan OSIS dalam hal usaha penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba antara lain:
1. Pengurus OSIS di bawah bimbingan pembina OSIS berusaha
menciptakan dan memelihara lingkungan sekolah yang
sehat.
2. Pengurus OSIS ikut berperan aktif dalam segala usaha
pecegahan dan penanggulangan yang dilakukan sekolah,
misalnya dalam pelaksanaan ceramah tentang Narkoba.
Pengurus OSIS dapat ikut mengarahkan anggotanya untuk
mengikuti dan menjaga kelancaran penyelenggaraan dengan
baik. Bahkan dapat juga menjadi anggota penyelenggara
untuk mendapatkan pengalaman baru.
3. Pengurus OSIS harus aktif dan kreatif untuk menciptakan
serta mengusulkan kegiatan pengisi waktu luang yang
bersifat pencegahan dan penanggulangan kepada pembina
OSIS.
4. Pengurus OSIS harus bisa membina kerjasama dengan warga
sekolah yaitu dan dengan Pengurus OSIS dari sekolah lain
dalam rangka melakukan pencegahan Narkoba.
5. Pengurus OSIS harus giat melakasanakan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah yaitu masing-masing seperti
mengadakan lomba-lomba bidang studi, pertandingan
olahraga dan pentas seni dan lain sebagainya.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 57


H. Peran Komite Sekolah dalam Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba
Komite Sekolah merupakan salah satu wadah organisasi yang
terdiri dari para orang tua peserta didik yang ada di sekolah
yang bersangkutan. Komite Sekolah merupakan wakil dari
masyarakat yang bertugas, antara lain menyalurkan aspirasi dan
prakarsa dalam melahirkan kebijakan dan dapat meningkatkan
tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
dan pelayanan pendidikan yang bermutu. Sebagai suatu
organisasi yang beranggotakan orang tua, masyarakat dan
guru, maka tanggung jawab terhadap peserta didik antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Dapat melindungi segenap warga sekolah dari
penyalahgunaan Narkoba.
2. Dapat membantu warga sekolah dalam mencarikan
solusi/ pemecahan yang baik terhadap anak yang terkena
narkoba.
3. Mensosialisasikan dan advokasi terhadap bahaya Narkoba.
4. Menjalin hubungan dengan instansi terkait dalam memerangi
bahaya Narkoba khususnya di sekolah.
5. Memberikan masukan dan usul untuk membangun strategi
yang tepat dalam pencegahan narkoba.
6. Membantu warga sekolah dalam bentuk pencarian dana
dan prasarana dalam pencegahan narkoba dan memajukan
pendidikan dalam rangka menuju sekolah yang kondusif.
7. Merespon dengan segera apabila sekolah/peserta didik
terindikasi keterlibatan narkoba.
8. Pemberdayaan kelompok-kelompok peserta didik/klub
peserta didik terindikasi keterlibatan narkoba.

58 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


BAB VI
DASAR PENCEGAHAN
DAN PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA

A. Pencegahan Penyalahagunaan Narkoba


di Lingkungan Pendidikan
Dalam melaksanakan pencegahan penyalahgunaan Narkoba
di lingkungan pendidikan setidak-tidaknya sekolah perlu
melaksanakan 4 (empat) dasar pencegahan, yaitu:

1. Informasi Narkoba (Drug Information)


Sekolah merupakan wadah utama peserta didik dalam
memperoleh informasi. Oleh sebab itu sekolah harus
memberikan informasi-informasi kepada peserta didik
mengenai hal-hal di luar pelajaran sekolah. Dalam
pencegahan Narkoba, pihak sekolah, dalam hal ini para
pendidik, diharapkan mampu memberikan informasi dasar
mengenai pengenalan akan Narkoba, sehingga peserta didik
tidak lagi merasa asing akan Narkoba itu sendiri.

2. Pendidikan Narkoba (Drug Education)


Salah satu bentuk kegiatan pendidikan narkoba ialah melalui
Pelatihan bahaya Narkoba yang diberikan kepada seluruh
warga sekolah, terutama peserta didik dan konselor teman-

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 59


temannya. Dalam menghindari penyalahgunaan Narkoba,
diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti
Kepolisian, BNN, LSM, dan lain-lain yang berkomitmen
sebagai penyuluh penyalahgunaan Narkoba.

3. Aktivitas Alternatif
(Provision of Alternative Activities)
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat pula terjadi
apabila sekolah mampu memberikan aktivitas lain yang
bermanfaat bagi peserta didik. Dengan kata lain sekolah
harus dapat mengelola waktu senggang di sekolah.
Aktivitas yang diberikan dapat berupa jam pelajaran padat
atau kegiatan ektrakurikuler yang bermanfaat bagi peserta
didik.

4. Intervensi
Intervensi dari sekolah dalam mencegah penyalahgunaan
Narkoba dapat dilakukan dengan cara melakukan
razia peserta didik. Menegakkan disiplin dengan tegas,
mempunyai kebijakan, dan menindak peserta didik dengan
cara edukatif.

B. Menciptakan Lingkungan Sekolah


Bebas Narkoba
Terciptanya lingkungan sekolah bebas Narkoba, pihak warga
sekolah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, penjaga
sekolah, dan peserta didik) harus kerjasama dengan unsur lain
seperti orang tua, Komite Sekolah, dan lingkungan sekolah.

60 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Kerjasama ini dapat diwujudkan apabila komponen tersebut di
atas dapat melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan untuk Peserta Didik


Peserta didik dapat melakukan kegiatan yang membantu
lingkungan sekolah menjadi tempat yang aman tanpa
gangguan dan ancaman. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan peserta didik antara lain:
a. Melaporkan segala bentuk pemilikan, peredaran atau
penyalahgunaan Narkoba kepada pihak sekolah dan
orangtua.
b. Mempelajari bahaya narkoba dan cara-cara menghindari
pengaruh Narkoba dengan menggunakan pengetahuan
yang dimiliki untuk membantu teman untuk memahami
dan menghindari Penyalahgunaan Narkoba.
c. Segera mencari pertolongan guru/orangtua baik mengetahui
salah seorang peserta didik sudah terlibat penyalahgunaan
Narkoba.
d. Melibatkan orangtua untuk aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan di sekolah dalam rangka penanggulangan
narkoba.
e. Aktif berpartisipasi dalam organisasi sekolah atau OSIS
atau sekedar membantu mengembangkan gagasan yang
berhubungan dengan program pencegahan penanggulangan
Narkoba.
f. Secara sukarela ikut berperan dalam gerakan keamanan
dan ketertiban sekolah.
g. Menyediakan diri sebagai mentor/tutor bagi adik kelas
untuk setiap kegiatan kampanye Anti Narkoba.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 61


h. Pembentukan konselor sebaya (peer group) untuk
membantu, mencegah, mencari pemecahan masalah antar
teman sebaya.
i. Berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan guru,
kepala sekolah dan orangtua peserta didik pada umumnya.

2. Kegiatan untuk Sekolah


Beberapa kegiatan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
keamanan dan ketertiban sekolah dalam rangka menciptakan
lingkungan sekolah bebas Narkoba antara lain:
a. Bersama-sama Komite Sekolah dan masyarakat di sekitar
sekolah membentuk tim Gerakan Keamanan Sekolah dan
menciptakan lingkungan sekolah bebas Narkoba.
b. Mengembangkan program lingkungan sekolah bebas
Narkoba berdasarkan situasi sekolah setempat, data-data
yang akurat dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
ada.
c. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler
yang seseuai dengan minat masing-masing peserta didik,
menarik, informatif, bermanfaat dalam pengembangan
bakat mereka.
d. Melaksanakan peraturan sekolah secara jelas, dengan
mempertimbangkan masukan dari peserta didik dan
orangtua peserta didik serta kondisi yang berkembang pada
saat itu. Peraturan tersebut harus secara jelas mencantumkan
larangan pemilikan, peredaran dan penyalahgunaan
Narkoba.
e. Meninjau kembali peraturan yang dinilai terlalu keras
dan berhubungan secara langsung dengan proses belajar

62 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


mengajar di sekolah.
f. Bekerjasama dengan aparat penegak hukum yang dapat
dipercaya dalam menangani masalah pelanggaran hukum oleh
peserta didik di lingkungan sekolah.
g. Segera menindaklanjuti dan mengambil tindakan tegas bila
mendapat laporan tentang adanya peserta didik yang memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika di
lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah.
h. Mendorong seluruh warga sekolah untuk peduli terhadap
sesama warga sekolah, dengan orangtua peserta didik, maupun
terhadap peserta didik.
i. Berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan sesama warga
sekolah, orangtua peserta didik, masyarakat di lingkungan
sekolah dan dengan peserta didik sekolah sendiri.
j. Melibatkan masyarakat dan instansi terkait untuk mendukung
sekolah dan berpartisipasi aktif dalam program pencegahan
dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di lingkungan
sekolah.
k. Bekerjasama dengan pihak terkait agar kegiatan ekstrakurikuler
dapat terlaksana di bawah pengawasan sekolah.
l. Menyediakan fasilitas olahraga, kesenian, dan ketrampilan
yang cukup memadai, sehingga memungkinkan peserta didik
dapat menyalurkan minat dan bakatnya.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 63


3. Kegiatan untuk Orang Tua Peserta Didik
Orangtua peserta didik harus menjadi bagian dari sekolah
dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah bebas Narkoba.
Untuk itu ada kesinambungan antara peraturan yang dijalankan
di sekolah dengan batasan yang diberikan orangtua bagi anak-
anaknya.
Beberapa langkah penting yang perlu dilakukan orangtua
antara lain:
a. Menetapkan standar perilaku. batasan dan laporan yang
jelas bagi anak-anaknya, baik dalam kegiatan/skolastik
maupun kegiatan lainnya.
b. Membuat kesepakatan dengan baik mengenai kegiatan
ekstrakurikuler yang diijinkan untuk diikuti, target yang
diharapkan (disesuaikan dengan potensi anak), kapan
saatnya bepergian, tempat-tempat yang boleh dan tidak
boleh dikunjungi, batasan waktu main (jam pulang) dan
sebagainya.
c. Mendiskusikan peraturan/disiplin sekolah dengan anak
sehingga bila ada peraturan yang terlalu keras orangtua
dapat membicarakannya dengan pihak sekolah. Yakinkan
pada anak bahwa peraturan mengenai penyalahgunaan
Narkoba di sekolah dibuat untuk melindungi anak dari
bahaya Narkoba.
d. Mendorong anak untuk mau bercerita mengenai kehidupan
sekolahnya (kegiatan sekolah, pengalaman khusus di sekolah,
teman-teman guru, minat anak, masalah pelanggaran yang
terjadi di sekolah, pengalaman sehari-hari di sekolah dan
sebagainya).

64 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


e. Melibatkan diri dengan sekolah. pertemuan dengan guru,
Komite Sekolah dan sebagainya dan berperan aktif dalam
program yang direncanakan dan dijalankan di sekolah.
f. Mengupayakan komunikasi yang baik untuk berdiskusi
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
g. Bekerjasama dengan sekolah dan masyarakat sekitar
sekolah dalam upaya pencegahan bahaya narkoba di
sekolah.
h. Memantau kegiatan yang dilakukan anak, kenali teman
akrabnya dan upayakan untuk mengenal orangtua
mereka.
i. Melibatkan anak untuk aktif berpartisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minatnya. Beri
dorongan agar anak menekuni hobinya. Jangan biarkan
anak bersifat pasif, bermalas-malasan saja di rumah, tidak
melakukan apa-apa selain menonton TV dan melakukan
hal-hal yang tidak produktif lainnya.

C. Penanggulangan Kasus Narkoba


di Sekolah
Terhadap peserta didik sekolahyang terbukti menyalahgunakan,
mengedarkan dan menjual Narkoba perlu diambil tindakan
sebagai berikut:
1. Dimintai keterangan, diperiksa dan dibuatkan Berita
Acara Pemeriksaan mengenai keterlibatan. Pemeriksaan
hendaknya dapat mengklasifikasikan keterlibatan pada taraf
penyalahgunaan, pengedaran atau penjualan.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 65


2. Orangtua yang anaknya teribat penyalahgunaan narkoba segera
diberitahu dan dipanggil ke sekolah.
3. Peserta didik yang terlibat penyalahgunaan narkoba dirujuk ke
dokter untuk pembuktian secara medis.
4. Bila terbukti menggunakan Narkoba, harus membuat perjanjian
untuk berobat dan mengikuti terapi penyembuhan. Bila tidak
bersedia membuat atau melanggar perjanjian tersebut, maka
peserta didik dirujuk ke Balai Rehabilitasi Pemerintah atau
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO).
5. Terkait dengan No.4 di atas, selama peserta didik menjalani
perawatan pengobatan sedapat mungkin peserta didik tetap
hadir ke sekolah dengan pengawasan ketat dari orangtua atau
anggota keluarga yang mewakili orangtua dan dibantu oleh guru
yang ditunjuk oleh kepala sekolah.
6. Bilamana diperlukan perawatan yang lebih intensif di rumah
atau di pusat-pusat rehabilitasi ketergantungan obat, peserta
didik diberi kesempatan untuk sementara waktu tidak hadir
di sekolah, tetapi sedapat mungkin tetap diminta untuk
melaksanakan kegiatan belajar di rumah/pusat rehabilitasi dan
diberi kesempatan untuk mengikuti ulangan.
7. Selama peserta didik tidak mengikuti pelajaran di sekolah,
sedapat mungkin sekolah menyediakan guru pembimbing
untuk mendampingi peserta didik belajar di rumah/di pusat
rahabilitasi atas biaya orangtua.
8. Selama masa perawatan atau penyembuhan, bila peserta didik
karena kondisi fisik, mental maupun keselamatannya tidak
dapat melaksanakan kegiatan belajar (di sekolah, di rumah
atau di pusat rehabilitasi), maka peserta didik diberi waktu
cuti sampai ia dinyatakan mampu mengikuti kegiatan belajar di
sekolah lagi oleh ahli yang menangani.

66 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


9. Bilamana ahli yang menangani menyatakan peserta didik sudah
siap kembali untuk sekolah, maka peserta didik harus diberi
kesempatan untuk kembali ke sekolah yang sama.
10.Peserta didik yang kembali bersekolah setelah menjalani
pengobatan dan terapi penyembuhan perlu mendapat
pengawasan penuh dari orangtua anggota keluarga yang
ditunjuk orangtua, dibantu oleh guru yang ditunjuk.
11. Bila terlihat indikasi kuat bahwa selain menyalahgunakan
Narkoba dan juga mengedarkan atau menjual Narkoba,
maka kasusnya dapat diteruskan ke pihak yang berwajib dan
diselesaikan secara hukum. Bila dari pemeriksaan Polisi dan
Pengadilan dinyatakan peserta didik terlibat pengedaran
dan penjualan, maka sekolah dapat memberikan sanksi
mengeluarkan peserta didik dari sekolah.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 67


BAB VII
PERKUAT IMAN DAN TAKWA
KEPADA TUHAN

“Barang siapa diantara kamu damai hatinya sehat badannya dan


punya makanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia
seisinya dianugerahkan kepadanya” (Sabda Nabi Muhammad
SAW)
Iman yang kuat, taqwa kepada Tuhan dan taat beribadah
dapat mencegah berbagai perilaku kenakalan remaja termasuk
masalah penyalahgunaan Narkoba.
Iman yang kuat, taqwa kepada Tuhan dan taat beribadah
dapat mencegah berbagai perilaku kenakalan remaja termasuk
masalah penyalahgunaan Narkoba. Laporan mengemukakan
bahwa remaja yang komitmen terhadap kepercayaan dalam
agamanya lemah/kurang, mempunyai resiko empat kali
lebih besar untuk cenderung menyalahgunakan Narkoba
dibandingkan dengan remaja yang komitmen agamanya kuat.

68 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Pandangan Agama dalam Ayat-ayat Suci
Mengenai Narkoba

1. AGAMA ISLAM
• Narkoba, Alkohol adalah Haram
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu innamal khomru wal maisiru
wal anshoobu wal azlaamu rijsum min'omalisy syaithon
fajtanibuuhuu la-allakum tuflihun (90) innama yuriidusy
syaithoonu an yuuqi’a bainakumul 'adaawata wal baghdhooa fil
khomri wal maisiri wa yashuddakum 'an dzikrillaahi wa 'anish
sholaati fahal antum muntahuuna.
"Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman
keras, berjudi, berkurban untuk berhala dan mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syeitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keuntungan.” (Q.S. Al-Ma’idah : 91)
• Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati
Yaa ayyuhal ladziina aamanu quu anfusakum wa ahlikum
naaro.
“Wahai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari siksa api neraka.” (Q.S. At-Tahriim: 6)

2. AGAMA KRISTEN KATOLIK DAN PROTESTAN


• Agama Kristen tentang hidup sehat, mengingatkan bahwa
manusia adalah ciptaan Allah.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 69


“tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam
kamu. Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa
kamu bukan milik kamu sendiri. Sebab kamu telah dibeli
dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah
Allah.” (1 Korintus 6:19 20).
Ini menunjukkan bahwa kesehatan tubuh manusia, sebagai
milik Allah, perlu dipelihara dengan baik, secara jasmani dan
rohani melalui gaya hidup sehat, agar tubuh manusia bebas
dari berbagai penyakit. Manusia mempunyai tanggung jawab
untuk memelihara tubuhnya agar tetap sehat dan berguna.
Manusia juga perlu mencintai sesama manusia seperti engkau
mencintai diri sendiri, dan bebaskan diri dari kejahatan seperti
penyalahgunaan Narkoba yang dapat menghancurkan diri
sendiri keluarga dan masyarakat.
• 1 Korintus 6 :19 20 “ Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus
yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik
kami sendiri?Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas
dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu”
Ayat ayat alkitab yang mengingatkan secara khusus dalam
pemeliharaan tubuh secara jasmani dan rohani dalam
kaitan dengan penyalahgunaan dan pemakaian obat-obat
terlarang (Narkoba). Demikian juga dengan firman Allah
menyatakan bahwa pemabuk tidak masuk dalam kerajaan
surga.
• 1 Raja-raja 20 : 16 “Pikiran menjadi tumpul karena pengaruh
obat sangat mengganggu susunan syaraf sehingga setiap
perbuatannya tidak lagi dapat dikontrol dengan pikiran

70 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


yang jernih, hal ini sangat berbahaya apabila orang-orang
yang terkena mempunyai kedudukan penting karena setiap
keputusannya akan mencelakakan banyak orang”.

3. AGAMA HINDU
• Dalam Kitab Bhagawadgita III, 16, yaitu “Evam pravartitam
Chakram Na, nuvartayati, hayah Aghayur indriyaramo
Mogham partha Sajivati”
Terjemahan : “la yang tidak ikut memutar roda hidup ini
selalu dalam dosa. Menikmati kehendak hawa nafsunya oh
parta, la hidup sia-sia”.
Seloka ini menjelaskan bahwa hidup yang tidak teratur dan
memenuhi nafsu belaka tanpa melakukan tugas hidup dan
kehidupan dengan sebaik-baiknya, maka kehidupan akan sia-
sia dan merendahkan tingkatan kehidupan yang akan datang.
Menuruti kehendak nafsu semata berarti mereka menuju
kebahagiaan dan kedamaian semu, dengan mencari
kenikmatan yang dilarang oleh ajaran agama seperti berfoya-
foya, mengkonsumsi makanan terlarang, termasuk obat-obatan
yang mengandung zat adiktif (miras, Narkoba, dll)
• Slokantara, Sloka 16 menyebutkan:
“Braima wadah sulapanam
Suwarna steyarnewa ca
Kan yawighnam gurarwadho
Mohapalamucyate”

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 71


Terjemahan:
Membunuh brahmana, meminum minuman keras, mencuri
emas, memperkosa gadis perawan dan membunuh guru ini
dinamai dosa besar (mala petaka).
Narkoba dan miras didalam kitab suci wedha disebut
“SURAPANAM” yaitu konsumsi yang memabukkan. Juga
disebut “MADYA” yaitu minuman beralkohol / ber zat adiktif
tinggi. Mereka yang mengkonsumsinya untuk pemuasan
nafsu, tergolong melakukan “dosa besar” yang setara dengan
perbuatan mencuri emas, membunuh pendeta maupun guru
dan memperkosa gadis dibawah umur.

4. AGAMA BUDHA
• Pancasila Buddhis terdiri dari 5 (lima) latihan moral yaitu:
1. Menghindari pembunuhan mahluk hidup
2. Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan
oleh pemiliknya
3. Menghindari perbuatan asusila
4. Menghindari ucapan yang tidak benar
5. Menghindari segala minuman keras yang dapat
menyebabkan lemahnya kewaspadaan
• Dalam Maha Manggala Suta dikatakan
“Arati Virati papa, majjapanacasannamo, appamado ca
dhammesu, etammanggalamuttamam”
Artinya : “Menjauhi tak melakukan kejahatan, menghindari
minuman keras, tekun melaksanakan dharma, itulah berkah
utama” (Paritta Suci 30)

72 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


5. KONGHUCU
• Xiao Jing l
1. Nabi bersabda “ Sesungguhnya laku bhakti itu ialah
pokok kebajikan; daripadanya ajaran agama berkembang.
Duduklah kembali, Aku akan bicara denganmu. Tubuh
anggota badan, rambut dan kulit, diterima dari ayah dan
bunda; (maka), perbuatan tidak berani membiarkannya
rusak dan luka, itulah permulaan laku bakti.
2. “menegakkan diri hidup menempuh jalan suci, meninggalkan
nama baik di jalan kemudian sehingga memuliakan ayah
bunda, itulah Laku Bakti.
• Mengzi Jilid IVB Li Lo
30.2. Mengzi menjawab, “Yang dianggap tidak berbakti pada
jawab ini ada lima hal:
1. Malas ke-empat anggota tubuhnya dan tidak memperhatikan
pemeliharaan terhadap orang tua.
2. Suka berjudi dan mabuk-mabukan serta tidak
memperhatikan pemeliharaan terhadap orang tuanya.
3. Tamak akan harta benda, hanya tahu istri dan anak,
sehingga tidak memperhatikan pemeliharaan terhadap
orang tuanya.
4. Hanya menuruti keinginan mata dan telinga, sehingga
memalukan orang tua; dan
5. Suka akan keberanian dan sering berkelahi, sehingga
membahayakan orang tua.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 73


BAB VIII
TIPS BEBAS NARKOBA DAN
GAYA HIDUP SEHAT

A. Tips Bebas Narkoba


Generasi muda dan seluruh komunitas masyarakat harus
cerdas dalam mengatasi bahaya penyalahgunaan narkoba.
Memperbanyak informasi mengenai bahaya penyalahgunaan
serta peredaran narkoba merupakan salah satu langkah awal
untuk mencegah serta mengatasi permasalahan ini. Di bawah
ini terdapat beberapa tips agar para komunitas muda serta
masyarakat pada umumnya terbebas dari Narkoba sekaligus
merupakan tujuan dari penulis bagi terciptanya Indonesia
bebas Narkoba.
Beberapa tips tersebut antara lain adalah:
1. Tips Menghindarkan Diri dari Narkoba
a. Tingkatkan iman dan taqwa.
b. Siapkan diri dan mental untuk mcnolak apabila ditawari
narkoba.
c. Hati-hati dalam memilih teman bergaul.
d. Belajar berkata “Tidak” apabila ditawari dengan alasan
yang tepat, kalau tidak mampu segera tinggalkan tempat
itu.
e. Tingkatkan prestasi untuk mengejar cita-cita dan
keinginan yang lebih mulia.
f. Untuk mengisi waktu luang lakukan kegiatan yang positif.

74 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


2. Cara Mengatakan “TIDAK” pada Narkoba
a. Katakan “tidak”, maaf saya tidak tertarik,” “ untuk satu ini
maaf deh ... aku tidak bisa.”
b. Tatap mata orang yang menawarkan narkoba tersebut,
bersikap tenang dan cepat berlalu kemudian katakan “aku
ada urusan lain” ; “maaf aku harus pergi” ; “saya ada ujian
besok dan saya harus belajar di rumah” ; “saya dalam
c. perawatan dokter dan tidak oleh menggunakan obat lain
tanpa anjuran dokter.”
d. Gantilah topik pembicaraan, misalnya masalah olahraga, film,
kesenian, dan lain-lain.
e. Kalau tetap memaksa tinggalkan mereka.
3. Cara Menghadapi Teman yang Ketergatungan Narkoba
a. Tetap berteman.
b. Jangan mencoba untuk ikut-ikutan.
c. Turut prihatin dan utarakan secara terbuka mengenai
keprihatinan anda saat yang bersangkutan dalam keadaan
tenang dan katakan bahwa anda peduli pada teman anda
tersebut.
d. Jangan menuduh apalagi menghakimi yang akan membuat
dirinya tersinggung.
e. Diskusikan mengapa teman anda tersebut sampai
menggunakan narkoba.
f. Ingatkan bahwa kesembuhan tidak dapat dipaksakan,
sehingga sebagai pecandu harus siap dan mau dibantu.
g. Tunjukan kepedulian anda dengan siap membantu kapan saja
jika teman anda membutuhkan bantuan atau nasihat anda
untuk membangun dirinya.
h. Tumbuhkan kepercayaan diri pada teman anda tersebut

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 75


Dengan mengatakan bahwa teman anda tidak perlu
menggunakan narkoba untuk menunjukkan kehebatannya.
i. Jelaskan akibat fatal dan resiko fatal mengkonsumsi narkoba.
j. Jangan membiarkan yang bersangkutan merokok atau
menggunakan narkoba di depan anda.
k. Jangan emosional bila berargumentasi dengan Penyalahguna.
l. Sarankan Penyalahguna untuk minta bantuan ahli seperti
dokter atau dibina di panti rehabilitasi.
m.Berikan pengertian kepada teman anda dengan pembicaraan-
pembicaraan ringan yang isinya antara lain adalah bahwa kita
harus menghargai tubuh kita sendiri sebagai ciptaan yang
paling sempurna.
n. Yang terpenting adalah bahwa anda harus menunjukkan semua
bantuan anda tersebut dengan tulus.
o. Lakukanlah semua bantuan anda dengan penuh rasa sayang,
perhatian dan kasih kepada teman anda yang terlibat
penyalahgunaan narkoba tersebut.

4. Bagaimana Menolong Teman yang Sedang Sakau


a. Beberapa orang menggunakan air panas di dalam botol untuk
menghilangkan sakit perut atau minimal untuk membuat
Penyalahguna sedikit lebih baik.
b. Jangan sekali-sekali memberikan obat-obatan penghilang rasa
sakit bagi si penderita.
c. Pastikan bahwa ruangan yang tersedia untuk Penyalahguna
adalah tempat yang tenang dan nyaman.
d. Sediakan majalah untuk di baca atau televisi untuk dilihat atau
radio untuk didengar bila Penyalahguna tidak dapat tidur.
e. Segera cari atau panggil tenaga profesional/dokter/terapis
untuk membantu anda menolong teman anda tersebut.

76 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


B. Gaya Hidup Sehat
1. Hidup Sehat Tanpa Narkoba
Anak-anak muda adalah generasi penerus bangsa adalah aset
bangsa yang berharga. Negara memerlukan generasi muda yang
sehat, tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa yang
sehat. Orang yang sehat akal memiliki banyak peluang dalam
kehidupan dibandingkan dengan orang yang sakit.
Pesan-pesan yang bersifat positif seperti: “Sehat itu nikmat”;
“Health is Wealth” ; “Think Health, Not Drugs”, sangatlah
bermanfaat untuk mengingatkan dan menghimbau anak remaja
untuk “Hidup Sehat” agar terhindar dari berbagai penyakit
termasuk Narkoba”. Gaya hidup sehat serta kepribadian yang
sehat merupakan senjata dalam perang melawan Narkoba bagi
anak remaja yang seharusnya sudah dimiliki sejak usia dini.
Pola hidup sehat penting dilakukan untuk siapapun. Pola hidup
sehat meliputi:
a) Makanan Sehat dan Bergizi
1. Menjalani pola hidup sehat dengan mengutamakan
mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi akan
mendorong seseorang untuk ke arah hidup sehat.
2. Makanan sehat yang bervariasi ditambah dengan asupan
gizi yang seimbang serta beberapa vitamin untuk menjaga
kebugaran tubuh, tubuh bebas dari penyakit dan dapat
mencapai kesehatan tubuh yang prima.
3. Pola makan harus teratur seperti makan tiga kali sehari,
dengan memperhatikan lauk-pauk yang bergizi tinggi.
4. Makanan yang siap saji (junkfood) harus dikurangi karena
tidak bergizi dan memakai bahan pengawet.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 77


b) Olahraga Secara Teratur
1. Olahraga secara teratur harus dilakukan semua orang.
Rajin berolahraga secara teratur dapat memacu jantung,
pernafasan, dan peredaran darah menjadi lancar dan baik.
Dengan berolahraga kesehatan tubuh kita akan terjamin dari
segala macam penyakit.
2. Olahraga juga membantu menghilangkan kecemasan,
meningkatkan nafsu makan dan rasa percaya diri.
3. Biasakan berolahraga setiap hari seperti jalan kaki, senam,
jogging, atau bersepeda.
4. Usahakan olahraga setiap hari minimal 15-20 menit secara
teratur.
5. Tidak perlu memiliki alat olahraga yang modern dan mahal.
Olahraga seperti jogging dan jalan kaki saja sudah cukup
untuk menjaga kesehatan dan kondisi tubuh.
c) Tidur/Istirahat yang Cukup
Tidur bermanfaat:
1. Untuk mengistirahatkan otak, sehingga dapat mengurangi dan
melepaskan ketegangan pikiran seseorang.
2. Ketika orang tertidur atau istirahat, terjadinya perbaikan
jaringan-jaringan di dalam tubuh manusia yang mengalami
kerusakan.
3. Tidur yang menyebabkan tubuh yang awalnya lelah menjadi
segar kembali.
4. Tidur membebaskan diri dari segala macam bentuk gangguan
emosional.
5. Ada anggapan tidur yang baik ialah yang lamananya 8 jam.
6. Tapi ada yang mengatakan lamanya tidur setiap hari sangat
bergantung pada usia.

78 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


d) Pemeriksaan Kesehatan Secara Rutin
Pemeriksaan kesehatan berkala secara teratur ke dokter juga
sangat penting agar penyakit atau kelainan yang timbul dapat
terdeteksi dengan lebih cepat sehingga pengobatanpun tidak
akan memakan banyak biaya.

2. Perlu Diketahui Bahwa...


Orang yang sehat tidak memerlukan obat. Sebaliknya, orang yang
sering sakit lama-lama bisa menimbulkan ketergantungan obat.
Hidup sehat serta keterampilan untuk hidup tanpa narkoba jauh
lebih murah daripada pengobatan dan rehabilitasi. Pola hidup
sehat dapat mencegah stress maupun depresi.

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 79


LAMPIRAN

Paradigma Baru Program P4GN Sesuai Amanat UU Nomor 35


Tahun 2009 Tentang Narkotika, antara lain :
1. Pengaturan tentang prekursor narkotika (merupakan zat atau
bahan pemula atau bahan kimia) yang dapat digunakan dalam
pembuatan narkotika.
2. Adanya kewajiban melapor bagi pecandu / keluarganya.
3. Dalam rangka pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba yang dilakukan secara terorganisasi
dan memiliki jaringan yang luas melampaui batas negara, maka
diatur pula tentang kerjasama, baik bilateral, regional, maupun
multilateral (internasional).
4. BNN diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan
dan penyidikan.
5. Perluasan teknik penyidikan, penyadapan, teknik pembelian
terselubung, teknik penyerahan yang diawasi.
6. Peran masyarakat dalam P4GN diperluas
7. Seluruh harta kekayaan/harta benda yang merupakan hasil
tindak pidana narkoba dan tindak pidana pencucian uang dari
tindak pidana narkotika dan precursor narkotika, yang diputus
oleh pengadilan dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dirampas untuk negara dan digunakan untuk kepentingan P4GN
dan upaya rehabilitasi medis dan sosial.
8. Pengaturan tentang pemberatan pidana (pidana penjara 20
tahun, pidana penjara seumur hidup, pidana mati) berdasarkan
pada golongan, jenis, ukuran, dan jumlah narkotika.

80 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


Pasal 104
Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Bab XIII Peran sera Masyarakat: Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika
Pasal 114
1. (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar,atau menyerahkan
narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2. Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
menyerahkan atau menerima narkotika golongan I sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon
atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram,
pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
(Bab XV Ketentuan Pidana : Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 81


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2009 NOMOR 5062

LAMPIRAN I
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35
TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA

DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I


1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh
dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya
mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan
pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3. Opium masak terdiri dari :
a. Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui
suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan,
pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan
bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi
suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b. Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa
memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun
atau bahan lain.
c. Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau
dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon

82 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain
secara langsung atau melalui perubahan kimia.
6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun
koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan
kokaina.
7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.
8. 8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan
semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil
olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk
damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk
stereo kimianya.
10. Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo
kimianya.
11. Asetorfina : 3-0-acetiltetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6,
14-endoeteno-oripavina.
12. Acetil – alfa – metil fentanil N-[1-(α-metilfenetil)-4-piperidil]
asetanilida.
13. Alfa-metilfentanil: N-[1 (α-metilfenetil)-4-piperidil]
propionanilida
14. Alfa-metiltiofentanil: N-[1-] 1-metil-2-(2-tienil) etil]-4-iperidil]
priopionanilida
15. Beta-hidroksifentanil: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil]
propionanilida
16. Beta-hidroksi-3-metil-fentanil: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-
metil-4 piperidil] propio-nanilida.
17. Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina
18. Etorfina : tetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14endoeteno-
oripavina
19. Heroina: Diacetilmorfina

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 83


20. Ketobemidona: 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4­propionilpiperidina
21. 3-metilfentanil: N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida
22. 3-metiltiofentanil:N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]
propionanilida
23. MPPP: 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester)
24. Para-fluorofentanil : 4‘-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil)
propionanilida
25. PEPAP: 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester)
26. Tiofentanil: N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida
27. BROLAMFETAMINA, nama lain : (±)-4-bromo-2,5-dimetoksi- α
-metilfenetilaminaDOB
28. DET: 3-[2-( dietilamino )etil] indol
29. DMA: ( + )-2,5-dimetoksi- α -metilfenetilamina
30. DMHP: 3-(1 ,2-dimetilheptil)-7 ,8,9, 10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-
6H- dibenzo[b, d]piran-1-ol
31. DMT: 3-[2-( dimetilamino )etil] indol
32. DOET: (±)-4-etil-2,5-dimetoksi-� α –metilfenetilamina
33. ETISIKLIDINA, nama lain PC: N-etil-1-fenilsikloheksilamina
34. ETRIPTAMINA : 3-(2aminobutil) indole
35. KATINONA: (-)-(S)- 2-aminopropiofenon
36. ( + )-LISERGIDA, nama lain: 9,10-didehidro-N, N-dietil-6-
metilergolina-8 – LSD, LSD-25 karboksamida
37. MDMA: (±)-N, α -dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
38. Meskalina: 3,4,5-trimetoksifenetilamina
39. METKATINONA: 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on
40. 4- metilaminoreks: (±)-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina
41. MMDA: 5-metoksi- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
42. N-etil MDA : (±)-N-etil- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin
43. N-hidroksi MDA: (±)-N-[ α -metil-3,4- (metilendioksi)fenetil]hidr
oksilamina

84 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


44. Paraheksil: 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo
[b,d] piran-1-ol
45. PMA: p-metoksi- α -metilfenetilamina
46. psilosina, psilotsin: 3-[2-( dimetilamino )etil]indol-4-ol
47. PSILOSIBINA: 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat
48. ROLISIKLIDINA, nama lain: 1-( 1- fenilsikloheksil)pirolidina
PHP,PCPY
49. STP, DOM: 2,5-dimetoksi- α ,4-dimetilfenetilamina
50. TENAMFETAMINA, nama lain : α -metil-3,4-(metilendioksi)fene
tilamina MDA
51. TENOSIKLIDINA, nama lain: 1- [1-(2-tienil) sikloheksil]piperidina
TCP
52. TMA: (±)-3,4,5-trimetoksi- � α -metilfenetilamina
53. AMFETAMINA: (±)- � α –metilfenetilamina
54. DEKSAMFETAMINA: ( + )- � α –metilfenetilamina
55. FENETILINA: 7-[2-[( α -metilfenetil)amino]etil]teofilina
56. FENMETRAZINA: 3- metil- 2 fenilmorfolin
57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP: 1-( 1- fenilsikloheksil)piperidina
58. LEVAMFETAMINA, nama lain: (- )-(R)- α -metilfenetilamina
levamfetamina
59. Levometamfetamina: ( -)- N, � α -dimetilfenetilamina
60. MEKLOKUALON: 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon
61. METAMFETAMINA: (+ )-(S)-N, α –dimetilfenetilamina
62. METAKUALON: 2- metil- 3-o-to lil-4(3H)- kuinazolinon
63. ZIPEPPROL: α - ( α metoksibenzil)-4-( β-metoksifenetil )-1-
piperazinetano
64. Opium Obat
65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan
narkotika

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 85


DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
1. Alfasetilmetadol: Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-
difenilheptana
2. Alfameprodina: Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
3. Alfametadol: alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
4. Alfaprodina: alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
5. Alfentanil: N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-lH­-tetrazol-1-il)etil]-
4-(metoksimetil)-4-­pipe ridinil]-N-fenilpropanamida
6. Allilprodina: 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
7. Anileridina: Asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4-
karboksilat etil ester
8. Asetilmetadol: 3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana
9. Benzetidin: asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-­4-
karboksilat etil ester
10. Benzilmorfina: 3-benzilmorfina
11. Betameprodina: beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-­propionoksipipe
ridina
12. Betametadol: beta-6-dimetilamino-4,4-­difenil-3–heptanol
13. Betaprodina: beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-­propionoksipipe ridina
14. Betasetilmetadol: beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-
difenilheptana
15. Bezitramida: 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-1-
benzimidazolinil)-piperidina
16. Dekstromoramida: (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-
pirolidinil)butil]-morfolina
17. Diampromida: N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida
18. Dietiltiambutena: 3-dietilamino-1,1-di(2’-tienil)-1-butena
19. Difenoksilat: asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4­fenilpiperidina-
4-����������������������
karboksilat etil ester
20. Difenoksin: asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilisonipekotik

86 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


21. Dihidromorfina
22. Dimefheptanol: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
23. Dimenoksadol: 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat
24. Dimetiltiambutena: 3-dimetilamino-1,1-di-(2’-tienil)-1-butena
25. Dioksafetil butirat: etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat
26. Dipipanona: 4, 4-difenil-6-piperidina-3-heptanona
27. Drotebanol: 3,4-dimetoksi-17-metilmorfinan-6ß,14-diol
28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan
ekgonina dan kokaina.
29. Etilmetiltiambutena: 3-etilmetilamino-1, 1-di-(2’-tienil)-1-butena
30. Etokseridina: asam1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil]-4­fenilpiperidina-
4-karboksilat etil ester
31. Etonitazena:1-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil-
5­itrobenzimedazol
32. Furetidina: asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksietil)­4 fenilpiperidina-
4-karboksilat etil ester)
33. 33. Hidrokodona: dihidrokodeinona
34. 34. Hidroksipetidina:asam4-meta-hidroksifenil-1-­metilpiperidina-
4-karboksilat etil ester
35. Hidromorfinol: 14-hidroksidihidromorfina
36. Hidromorfona: dihidrimorfinona
37. Isometadona: 6-dimetilamino- 5 -metil-4, 4-difenil­-3-heksanona
38. Fenadoksona: 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona
39. Fenampromida: N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida
40. Fenazosina : 2’-hidroksi-5,9-dimetil- 2-fenetil­-6,7-benzomorfan
41. Fenomorfan: 3-hidroksi-N–fenetilmorfinan
42. Fenoperidina:asam1-(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina-
4-karboksilat Etil ester
43. Fentanil: 1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina
44. Klonitazena: 2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil­-5-
nitrobenzimidazol

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 87


45. Kodoksima: dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima
46. Levofenasilmorfan: (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan
47. Levomoramida:(-)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-
(1­pirolidinil)butil] morfolina
48. Levometorfan: (-)-3-metoksi-N-metilmorfinan
49. Levorfanol: (-)-3-hidroksi-N-metilmorfinan
50. Metadona: 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona
51. Metadona intermediate: 4-siano-2-dimetilamino-4, 4­-
difenilbutana
52. Metazosina: 2’-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan
53. Metildesorfina: 6-metil-delta-6-deoksimorfina
54. Metildihidromorfina: 6-metildihidromorfina
55. Metopon: 5-metildihidromorfinona
56. Mirofina: Miristilbenzilmorfina
57. Moramida intermediate:asam(2-metil-3-morfolino-1,1­difenilprop
anakarboksilat
58. Morferidina: asam 1-(2-morfolinoetil)-4­-fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester
59. Morfina-N-oksida
60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen
pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-
oksida, salah satunya kodeina-N-oksida
61. Morfina
62. Nikomorfina: 3,6-dinikotinilmorfina
63. Norasimetadol: (±)-alfa-3-asetoksi-6­metilamino-4,4-
difenilheptana
64. Norlevorfanol: (-)-3-hidroksimorfinan
65. Normetadona: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-­heksanona
66. Normorfina: dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina

88 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


67. Norpipanona: 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona
68. Oksikodona: 14-hidroksidihidrokodeinona
69. Oksimorfona: 14-hidroksidihidromorfinona
70. Petidina intermediat A: 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina
71. Petidina intermediat B: asam4-fenilpiperidina-4-­karboksilat etil
ester
72. Petidina intermediat C: Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-
­karboksilat
73. Petidina: Asam1-metil-4-fenilpiperidina-­4-karboksilat etil ester
Piminodina: asam 4-fenil-1-( 3-fenilaminopropil)-pipe ridina-4­-
karboksilat etil ester
�����
74. Piritramida:asam1-(3-siano-3,3-­difenilpropil)-4(1-piperidino)—
piperdina-4-�����������������
Karbosilat armida
75. Proheptasina: 1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloheptana
76. Properidina: asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat
isopropil ester
77. Rasemetorfan: (±)-3-metoksi-N-metilmorfinan
78. Rasemoramida:(±)-4-[2-metil-4-okso-3,3-­difenil-4-(1-pirolidinil)-
­butil]-morfolina
79. Rasemorfan: (±)-3-hidroksi-N-metilmorfinan
80. Sufentanil:N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-­tienil)-etil-4-piperidil]
ropionanilida
81. Tebaina
82. Tebakon: asetildihidrokodeinona
83. Tilidina: (±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-sikloheksena-1-
karboksilat
84. Trimeperidina: 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-­propionoksipiperidina
85. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 89


DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN III
1. Asetildihidrokodeina
2. Dekstropropoksifena: α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-
butanol propionat
3. Dihidrokodeina
4. Etilmorfina: 3-etil morfina
5. Kodeina: 3-metil morfina
6. Nikodikodina: 6-nikotinildihidrokodeina
7. Nikokodina : 6-nikotinilkodeina
8. Norkodeina: N-demetilkodeina
9. Polkodina: Morfoliniletilmorfina
10. Propiram: N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-piridilpropionamida
11. Buprenorfina: 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-
trimetilpropil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina
12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas
13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan
narkotika
14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan
narkotika

90 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muhammad. et.all. 2005. Siswa Cerdas Tanpa Narkoba : Buku


Penunkang Pembinaan Akhlaq. Surabaya: Graha Ilmu Mulia
Badan Narkotika Nasiobal. Kejahatan Narkotika Secara Global:
Mewujudkan Indonesia Bebas Dari Ancaman Narkoba 2015. Jakarta
Badan Narkotika Nasiobal. 2003. Pandangan dan Posisi BNN Terhadap
Upaya Pencegahan Penularan HIV/AIDS di Kalangan Penyalahguna
Narkoba Dengan Cara Suntik. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani. 2003. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani. 2000. Rokok, Minuman Keras dan Narkoba. Jakarta
Green, Chris W.red. 2001. Menanggapi Epidemi HIV di Kalangan
Pengguna Narkoba Suntikan : Dasar Pemikiran Pengurangan Dampak
Buruk Narkoba. Yogyakarta: Warta AIDS
Hawari, H. Dadang. 1999. Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi
(Pesantren) Mutakhir (Sitem Terpadu) Pasien “NAZA” (Narkotikam
Alkohol dan Zat Adiktif lain). Jakarta: Gaya Baru
Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2012. Buku Praktisi
Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta
Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2012. Buku Panduan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba sejak Dini. Jakarta

Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah 91


Siregar, Sondang Susan. et.all. 2006. Prosedur Standar Penanganan
dan Pencegahan Keterlibatan Siswa Dalam Perdagangan Narkoba di
Sekolah. Jakarta: YKAI dan ILO
Sukardi DK, Drs. 2000. Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta
Wijayakusuma, Mochtar. 2003. Permasalahan Narkoba dan Dampak
Penyalahgunaan Serta Upaya Penyembuhan dengan Terapi Akupuntur.
Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia

92 Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai