Anda di halaman 1dari 3

Digitalisasi Pariwisata Indonesia

11 Maret, 2017 - 06:00


OPINI

Andar Danova L. Goeltom,M.Sc

Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

TIDAK bisa dipungkiri digitalisasi sudah masuk ke dalam tatanan hidup manusia. Saat ini tidak
ada pekerjaan atau aktivitas yang tidak bersentuhan dengan peralatan berbasis digital, mulai dari
kehidupan rumah tangga, perkantoran, pemerintahan hingga dunia pariwisata.

Sebagian besar tingkat penghunian kamar (TKP) hotel berbintang banyak dibantu oleh online
travel agent (OTA). Rata-rata sumbangan OTA terhadap TKP di Kota Bandung sekitar 30%
sampai 40%, begitupun dengan industri penerbangan, saat ini 8 dari 10 penumpang internasional
melakukan search, share dan booking secara daring. Menurut data Kementerian Komunikasi dan
Informatika di tahun 2016 transaksi e-commerce mencapai USD18 miliar yang didominasi
pemesanan kamar hotel dan ticketing, sebuah angka yang cukup fantastis yang dihasilkan dari
transaksi daring kapan saja, dimana saja dan siapa saja.

Dalam kesempatan Rapat Koordinasi Nasional ketiga Pariwisata di Jakarta pada 15 September
2016, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bahwa untuk memenangkan kompetisi
dengan negara lain saat ini, pilihannya hanya Go Digital. E-tourism menjadi konsep baru yang
terus didengungkan, apalagi pemerintah memasang target tinggi kunjungan wisatawan
mancanegara sebanyak 20 juta dan 275 juta pergerakan wisatawan nusantara pada tahun 2019,
yang diperkirakan akan menghasilkan devisa sebanyak Rp 280 triliun, dengan fokus pasar
prioritas utama yaitu Tiongkok, Australia, Korea Selatan, Jepang dan Rusia.

Hilir ke hulu

Inkonsistensi komunikasi yang tidak seragam tentunya akan berdampak negatif terhadap citra
destinasi pariwisata. Selama ini digitalisasi hanya terbangun di hilir, setiap bisnis ataupun daerah
mempunyai alat, cara dan sistem yang berbeda-beda. Sering kali wisatawan bingung dengan
promosi daerah yang didapatkan melalui website dengan informasi yang tidak lengkap dan rinci.
Di sisi lain sebagian destinasi memberikan detail penjelasan kemudahan dari dan ke tempat
wisata sampai dengan intrepretasi produk-produk wisata seperti atraksi budaya, souvenir, bahasa
dan adat masyarakat setempat.

Transfomasi digital perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat untuk memastikan
perubahan yang sesuai arah yang baik dan benar. Dukungan dari pemerintah secara menyeluruh
khususnya dari aspek regulasi akan membantu para pelaku usaha serta pemerintah daerah dalam
melakukan transformasi digital yang nyaman dan terpadu dalam penyampaian pesan dan
informasi yang sama.
Go digital merupakan bukti nyata bahwa pemerintah komit untuk menerapkan teknologi digital
sebagai platform komunikasi strategis yang harus diampu oleh setiap pelaku usaha, dinas
pemerintah serta pemangku kepentingan pariwisata lainnya untuk menjadikan digitalisasi
sebagai proses komunikasi dan transaksi terdepan.

Lompatan jauh

Belajar dari pariwisata Malaysia, tahun 2014 pemerintah Malaysia merilis program pemasaran
digital terpadu untuk mendukung Visit Malaysia Year 2014. Program yang mengombinasikan
tiga jenis media paid media, owned media dan earned media tersebut menyasar target wisatawan
yang telah direncanakan dan mendapatkan hasil yang sangat impresif, yaitu agregat 27,4 juta
wisatawan mancanegara pada tahun 2014.

Sejak dirilisnya program pemasaran digital menggunakan sinergi bauran promosi Youtube, Web
TV, Facebook, Twitter dan Tourism Web Site, branding Malaysia Truly Asia saat itu
memperlihatkan efek signifikan, dengan loncatan pengunjung (viewers) sebanyak 12,5 juta
orang, 2,5 juta orang melihat promosi di TV aring dan 9,4 juta menit video daring yang ditonton
dalam selama tahun 2014.

Kementerian Pariwisata merilis platform digital sektor pariwisata yang diberi nama Indonesia
Tourism Exchange atau ITX. ITX merupakan langkah positif dan respons pemerintah untuk
men-digitalisasi semua panel yang terhubung dengan aktivitas pariwisata dengan membuat
membuat wadah komunitas antara pembeli dan penjual dalam satu atap. Sosialisasi program ini
telah dilakukan di 16 destinasi wisata di Indonesia khususnya di 10 destinasi champion yang
telah ditetapkan pemerintah.

Kompetisi

Dunia sudah memasuki babak baru di dalam era persaingan digital, bukan lagi yang lemah kalah
dengan yang kuat tetapi yang lambat akan terlibas dengan kecepatan. Luas Malaysia, Thailand
tidak sebanding dengan luas Indonesia yang besar, tapi mereka mampu mengimbangi dengan
kecepatan dalam perubahan teknologi, sehingga tidak bisa dimungkiri keberhasilan negara
tetangga tersebut mendapatkan jumlah wisatawan mancanegara banyak dibantu oleh reaksi cepat
dalam kekinian teknologi digitalisasi.

Optimisme muncul manakala pada tahun 2015 Branding Wonderful Indonesia masuk dalam
rangking branding dunia melesat menjadi rangking 47 dunia mengalahkan country branding
Truly Asia Malaysia di posisi 96 dan Amazing Thailand di posisi 83. Namun rangking di atas
bukanlah refleksi keberhasilan apabila dihadapkan dengan agregat jumlah wisatawan masing-
masing negara, perlu pengembangan teknologi digital yang berkelanjutan.

Pertumbuhan teknologi digital harus terus diimbangi dengan penguatan infrastruktur ekosistem
information, communication & technology (ICT) yang saat ini belum terintegrasi secara
maksimal. Keterpaduan infomasi, komunikasi dan teknologi akan banyak membantu pelaku
industri pariwisata dan destinasi untuk mengakses data informasi mengenai pasar dan pemasaran,
perkembangan destinasi, pertumbuhan industri pariwisata, serta kebutuhan sumber daya manusia
pariwisata.

Sebagai gambaran, menurut Travel and Tourism Competitivenes Report tahun 2015 yang
publikasikan oleh World Economic Forum tentang Indeks Daya Saing Pariwisata, bahwa posisi
Indonesia untuk ICT Readiness berada pada posisi 85 dan masih jauh dari Malaysia di posisi 54,
kemudian Thailand di posisi 60.

Setidaknya, langkah kecil sudah dilakukan Kementerian Pariwisata dengan mengibarkan


teknologi data manajemen yang disebut dengan dashboard M-17, melalui data center dashboard
M-17 yang berupa layar LED touch screen, pemerintah dapat memonitor dan menampilkan data
informasi terukur mengenai pemasaran mancanegara dan pemasaran, perkembangan destinasi
dan industri pariwisata nasional, serta kelembagaan dan SDM pariwisata yang semuanya
berbasis digital.

Setuju atau tidak, mau atau tidak saat ini dunia telah memasuki babak baru industri ke 4, tsunami
kemajuan teknologi tidak bisa dibendung dan cepat atau lambat akan menyentuh semua orang di
muka bumi ini. Lonjakan generasi Y (millenial generation) dan generasi Z (post millennial)
semakin besar jumlah dan pengaruhnya. Tidak ada kata lain, kehadiran teknologi digital menjadi
tantangan besar untuk segera dijawab, mimpi menjadikan pariwisata nasional yang berdaya saing
kelas dunia, mumpuni dan melompat lebih tinggi niscaya bukanlah suatu kemustahilan. ***

Anda mungkin juga menyukai