Anda di halaman 1dari 183

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konstruksi jalan raya adalah sebagai sarana trasportasi merupakan

unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan kehidupan manusia

untuk mencapai kesejahteraannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai

makhluk sosial kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka dengan

adanya prasarana jalan ini, maka hubungan antara suatu kawasan dengan

kawasan yang lain dalam suatu daratan terjalin dengan baik. Sarana yang di

maksud ini adalah sarana perhubungan yang melalui darat, laut, udara. Dari

ketiga sarana tersebut akan di tinjau prasarana melalui darat. Dalam

perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal perkerasan jalan,

karena dimensi dari perkerasan jalan merupaka bagian dari perencanaan

geometrik sebagai suatu perencanaan jalan yang seutuhnya.

Keberadaan jalan raya di Kab. Kutai Kartanegara khususnya akses

masuk Desa Sabintulung peranannya sangat penting karena selain

penunjang jalan perekonomian masyarakat, juga dapat mempermudah

transportasi yang berbentuk jalur yang berfungsi sebagai prasarana

trasportasi, baik menggunakan kendaraan maupun tidak.

Dengan beberapa alasan tersebut maka dilakukalah perencanan jalan

pada ruas jalan masuk Desa Sabintulung, Kec. Muarakaman guna

meningkatkan geometrik jalan. Dengan pesyaratan membangun jalan

dengan aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.

1
1.2. Permasalah

a. Bagaimana merencanakan geometrik jalan akses masuk desa

Sabintulung sesuai fungsinya.

b. Bagaimana merencanakan tebal perkerasan yang dibutuhkan diruas

jalan tersebut.

c. Bagaimana menentukan kelas jalan tersebut.

d. Merencanakan bangunan pelengkap jalan yang dibutuhkan jalan

tersebut.

e. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai dengan anggaran

yang dibutuhkan.

f. Bagaimana merencanakan jalan dengan aman, nyaman, lancar, dan

ekonomis.

1.3. Maksud Dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari tugas akhir ini adalah perencanaan jalan pada ruas

jalan akses masuk ke desa Sabintulung di antaranya yaitu

merencanakan geometrik jalan sesuai persyaratan yang berlaku.

1.3.2. Tujuan

a. Merencanakan Geometrik jalan.

b. Merencanakan tebal perkerasan pada ruas jalan tersebut.

c. Merencanakan Drainase permukaan jalan.

d. Menghitung Rencana Anggaran Dan Biaya (RAB).

2
1.4. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan perencanaan peningkatan jalan masuk desa

sabintulung dari kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kukar yang jarak

langsungnya dari STA 0+000 s/d 5+994 dengan kondisi Eksisting jalan

tersebut hanya perkerasan Telford batu gunung, ruas jalan ini tergolong

jalan Lokal dengan Tipikal sebagai berikut :

TYPICAL CROSS SECTION

BADAN JALAN EXISTING


STA. 0+000 - 5+994 2.5 m 2.5 m

Perkerasan Batu Telford Batu Gunung Muka Jalan Lama

DESAIN RENCANA
STA. 0+000 - 5+994
2m 3.5 m 3.5 m 2m

Laston MS
Agg kelas A
Agg kelas B
Bahu Jalan
Saluran Drainase Muka Jalan Lama
-4 % -2 % -2 % -4 %

Gambar 1.1 : Typical Cross Section

3
SITE PLAN
KEGIATAN : PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN MASUK DESA SAMBINTULUNG
KEC. MUARA KAMAN
DESA SABINTULUNG

Awal Proyek
STA. 0+000
E = 475320.933
N = 9991929.534
Z = 30.301

STA. 1+000

STA. 2+000

STA. 3+000

STA. 4+000

STA. 5+000
Akhir Proyek
STA. 5+987
E = 9986706.347
KE MUARA KAMAN N = 476197.607
Z = 22.729

KE TENGGARONG

Gambar 1.2 : Stite Plan

4
1.5. Batasan Masalah

Aagar pembahasan tidak keluar dari tujuan yang telah di tetapkan,

maka di lakukan batasan yang meliputi :

a. Perencanaan geometrik jalan.

b. Menghitung perencanaan tebal perkerasan dengan metode Bina

marga.

c. Perencanaan Bangunan Pelengkap Jalan (Drainase Permukaan).

d. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

5
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Umum

Jalan raya adalah jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat

oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya

sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan

kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya

dengan mudah dan cepat.

Jalan raya pada umumnya dikelompokan menjadi beberapa jenis

berdasarkan status, fungsi dan jumlah lalu lintas jalan yang

menggunakannya.

Perencanaan geometrik merupakan salah satu perencanaan konstruksi

jalan yang meliputi rencana pola arah dan visualisasi dimensi nyata dari

suatu trase jalan beserta bagian-bagiannya di sesuaikan dengan persyaratan

parameter pengendara kendaraan dan lalulintas yang melintasi daereah

tersebut.

2.2. Klasifikasi Jalan

Berkembangnya angkutan darat, terutama kendaraan bermotor yang

meliputi jenis ukuran dan jumlah maka masalah kelancaran arus lalulintas,

keamanan, kenyamanan, dan daya dukung dari perkerasan jalan harus

menjadi perhatian, oleh karena itu perlu pembatasan-pembatasan. Menurut

Klasifikasi jalan mengacu pada UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34

6
tahun 2006 Jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan

status, fungsi dan dan jumlah lalulintas yang menggunakannya.

2.2.1. Pengelompokkan jalan menurut statusnya

Jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis

berdasarkan status, fungsi dan dan jumlah lalulintas yang

menggunakannya :

a. Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-

ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah

jalan masuk dibatasi secara efisien.

b. Jalan Kolektor Yaitu Jalan yang melayani angkutan

pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan Lokal Yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat

dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata

rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan Lokal atau Lingkungan Yaitu jalan untuk keperluan

aktifitas daerah yang juga dipakai sebagai penghubung antara

jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan.

7
Table 2.1 : Kelas jalan dan penggunaannya
Dimensi dan MST kendaraan bermotor yang
harus mampu ditampung
KELAS FUNGSI Lebar Panjang MST Tinggi
JALAN JALAN maksimum maksimum maksimum maksimum
(mm) (mm) (Ton) (mm)
I 2500 18000 > 10

4200 dan tidak lebih tinggi

dari 1,7xLebar kendaraan


Arteri
II 2500 18000 ≤ 10
Arteri atau
IIIA 2500 18000 ≤8
Kolektor
IIIB Kolektor 2500 12000 ≤8
Lokal
IIIC dan 2100 9000 ≤8
lingkungan
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

Tabel 2.2 : Kelas jalan berdasarkan penyediaan prasarana dan Spesifikasi nya
Spesifikasi
Jenis Kecepatan
Jarak Persimpangan Jumlah Lebar badan
angkutan rata-rata
Fungsi Jalan jalan
rencanan
yang dilayani perjalanan Sebidang akses minimum
km/jam
(m)
Angkutan Tinggi
ARTERI Jauh 11,00
utama VRmin=60
Diatur Dibatasi
Pengumpul Sedang
KOLEKTOR Sedang 9,00
atau pembagi VRmin=40
Angkutan Rendah
LOKAL 7,50
setempat VRmin=20 Tidak
Dekat Tidak diatur
Angkutan Rendah dibatasi
LINGKUNGAN 3,50-6,50
lingkungan VRmin=10-15
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

Untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata –rata kendaraan

dalam mobil penumpang harus dikonversikan kedalam besaran yang disebut

“Satuan Mobil Penumpang“ atau “SMP “, besarnya faktor penggali adalah

sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

8
2.2.2. Satuan Mobil Penumpang

Untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata –rata

kendaraan dalam mobil penumpang harus dikonversikan kedalam

besaran yang disebut “Satuan Mobil Penumpang“ atau “SMP “,

besarnya faktor pengali adalah sebagaimana terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.3 : Nilai Satuan Mobil Penumpang


Jenis Kendaraan Nilai SMP

- Sepeda 0,5
- Mobil penumpang / Sepeda Motor 1,0
- Truk ringan (berat kotor (5 ton) 2,0
- Truk sedang (berat kotor 5-10 ton) 2,5
- Truk berat (berat kotor > 10 ton) 3,0
- Bus 3,0
- Kendaraan Tak bermotor 7,0
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

2.2.3. Bagian-bagian Jalan dan Pemanfaatan Bagian-bagian Jalan

a. Ruang manfaat jalan

Ruang manfaat jalan yaitu merupakan ruang sepanjangan jalan

yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang

ditetapkan oleh penyelenggara jalan. Ruang manfaat jalan

diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah,

bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang

pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan

jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.

9
b. Ruang milik jalan

Ruang milik jalan yaitu terdiri dari ruang manfaat jalan dan

sejalur tanah yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi

tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat

jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa

akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

c. Ruang pengawasan jalan

Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar ruang

milik jalan yang penggunaannya ada dibawah pengawasaan

penyelenggara jalan.

Ruang jalan berdasarkan ketentuan UU 38 tahun 2004 dan PP 34

tahun 2006 tentang jalan.

Bagian-bagian jalan dapat digambarkan sebagai berikut:

5m
x
d a
b b d
c c
1.5 m

= Ruang manfaat jalan (Rumaja)


= Ruang milik jalan (Rumija)
= Ruang pengawasan jalan (Ruwasja)
= Bangunan
a = jalur lalulintas d = ambang pengaman
b = bahu jalan x = b+a+b = badan jalan
c = saluran tepi
Gambar 2.1 : Tipikal Ruang jalan
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

10
Tabel 2.4 : Bagian-bagian ruang jalan dan ukurannya
Bagian-bagian jalan Peruntukan Ukuran
Pelayannan Lalulintas dan
angkutan jalan (Median, (Arteri & Kolektor) Lebar = Badan jalan (Arteri &
Perkerasan jalan, Jalur pemisah, Kolektor) Tinggi min = 5,00 m
Bahu jalan, Saluran tepi jalan, (Arteri & Kolektor) Kedalaman min = 1,50 m
Badan Jalan
RUMAJA Trotoar, Lereng, Ambang a
(Ruang pengaman, Timbunan & galian,
Manfaat Gorong-gorong, Pelengkap jalan,
Jalan) dan Bangunan pelengkap Ukuran disesuaikan lebar muka jalan dan keadaan
Saluran Tepi Penampungan dan penyaluran air lingkungan dalam hal tertentu, dapat dipakai sebagai
Jalan agar badan jalan bebas air saluran lingkungan, dimana ukuran ditetapkan
Ambang berdasarkan PEDOMAN (PerMen) Situasional.
Pengaman konstruksi
Pengaman
Rumaja, pelebaran jalan, Jalan Jalan Jalan Jalan Kecil

Minimum (m)
RUMIJA Rumaja + penambahan jalur LL, pengamanan Bebas Raya sedang

Lebar
(Ruang Milik sejalur Hambatan
Jalan) tertentu Jalur tertentu dapat untuk ruang
30 25 15 11
terbuka hijau
Pandangan bebas pengemudi, Lebar Ruwasja Minimum (m)
RUASJA Ruang
pengaman konstruksi, dan SJJ Arteri Kolektor Lokal Lingkungan
(Ruang tewrtentu
pengaman fungsi jalan Primer 15 10 7 5
Pengawasan diluar
Sekunder 15 5 3 2
jalan) RUMIJA
Jembatan 100 m kehilir dan 100 m kehulu
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

11
Tabel 2.5 : Ketentuan Dimensi Geometrika Jalan
Jalan Bebas Hambatan Jalan Raya Jalan Sedang Jalan Kecil
Kelas Jalan
(freeways) (highwways) (roads) (streets)
Fungsi Jalan Arteri & Kolektor Arteri & Kolektor Kolektor Primer Lokal & Lingkungan
Medan D B G D B G D B G D B G
Lerbar RUMAJA
- - 30 - - 25 - - 15 - - 11
Minimum (m)
Kecepatan
100-120 80-100 80 80-100 60-80 40-60 60-80 40-60 40 20-40 20-40 20-40
Rencana (km/jam)
Lebar Jalur 2 3 4 5 6 7
2x3,5 2x3,6
Minimum (m) (2x3,6) (2x3,6) (2x3,5) (2x3,6) (2x3,5) (2x3,5)
Lebar median
6 4,5 3 6 4 2 2 2
Minimum (m)
Superelevasi
8% 10% 10% Tanpa superelevasi
maksimum
Kemiringan
10% 10% 10% 10%
Medan
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

12
Tabel 2.6 : Tipe jalan berdasarkan penyedia prasarana
KELAS JALAN (Berdasarkan Dimensi & MST Kendaraan) Tingkat
FUNGSI
SJJ Pelayanan yang
JALAN
I II IIIA IIIB IIIC diharapkan
Jalan Bebas Hambatan (JBH)
ARTERI Jalan Raya B
Jalan Sedang
JBH
PRIMER
KOLEKTOR Jalan RAYA B
Jalan SEDANG
LOKAL C
Jalan Kecil
LINGK. -
JBH B
ARTERI Jalan Raya
C
Jalan Sedang
SEKUN- JBH
DER KOLEKTOR Jalan RAYA C
Jalan SEDANG
LOKAL
Jalan Kecil D
LINGK.
Sumber : Klasifikasi UU Jalan No : 38 tahun 2004 dan PP 34 tahun 2006

2.3. Perencanaan Geometrik

Perencanaan Geometrik jalan raya adalah perencanaan route dari suatu

ruas jalan secara lengkap, yang meliputi beberapa elemen yang disesuaikan

kelengkapan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan

telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku. Jalan raya

adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu

tempat ke tempat lain. Lintasan tersebut menyangkut jalur tanah yang

diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan maksud

lalulintas diatas menyangkut semua benda atau makhluk hidup yang

melewati jalan tersebut baik kendaraan bermotor, gerobak, hewan ataupun

manusia.

Perencanaan geometrik secara umum menyangkut aspek-aspek

perencanaan bagian-bagian jalan tersebut baik untuk jalan sendiri maupun

13
untuk pertemuan yang bersangkutan agar tercipta keserasian sehingga dapat

memperlancar lalu lintas.

Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah

dasar (subgrade) yang berfungsi untuk menopang beban lalulintas.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di

atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi

untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya.

Beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak

roda beban berupa beban terbagi rata. Beban tersebut berfungsi untuk

diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ke tanah dasar menjadi

lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

2.3.1. Alinyemen Horisontal


Alinyemen Horisontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak

lurus pada bidang dasar peta (trace). trase jalan biasa disebut situasi

jalan,secara umum menunjukkan arah dari jalan yang bersangkutan.

Pada perencanaan alinyemen Horisontal, pada umumnya akan

ditemui dua jenis bagian jalan, yaiyu : bagian lurus dan bagian

lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis

tikungan yang yang di gunakan, yaitu :

 Lingkaran (Full Circle = FC)

 Spiral-Lingkaran-Spira; (Spiral-Circle-Sipral = S C S)

 Sipral-Spiral (S S)

14
A. Bagian Lurus

Panjang maksimum bagian lurus harus dapat ditempuh

dalam waktu ≤ 2,5 menit (sesuai Vr), dengan pertimbangan

keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan.

B. Jari-jari Minimum

Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan

(V) akan menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan

kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal

tersebut, perlu di buat suatu kemiringan melintang jalan pada

tikungan yang di sebut superelevasi (e)

Pada saat kendaraan mlalui daerah superelevasi, akan terjadi

gesekan arah melintang jalan antara ban kendaraan dengan

permukaan aspal yang menimbulkan gaya gesekan melintang.

Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya normal

disebut koefisien gesekan melintang (f).

Rumus yang digunakan :



R =
127 (e + f)
Dimana : R = jari-jari lengkung (m)

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk

kecepatan tertentu dapat dihitung jari-jari minimum untuk super-

elevasi maksimum dan koefisien gesekan maksimum,



Rmin =
127(emak + f mak )

15
Dimana : Rmin = jari-jari tikungan minimum, (m)

VR = kecepatan kendaraan rencana, (km/jam)

emak = superelevasi maksimum

Gambar 2.2 : Grafik nilai (f), untuk emax = 6%, 8% dan10%

Tabel 2.7 : Panjang jari-jari minimum (dibulatkan)


VR (km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 15
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

C. Lingkaran (Full Cicle = FC)

Bentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik

dimana mempunyai jari- jari besar dengan sudut yang kecil.

Pada pemakaian bentuk lingkaran penuh. FC (Full Circle),

adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu

lingkaran saja. Tikungan FC hanya di gunakan untuk R (jari-jari

tikungan) yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan

16
R kecil maka diperlukan superelevasi yang besar. Batas besaran

R minimum di Indonesia ditetapkan oleh Bina Marga sebagai

berikut :

Tabel 2.8 : Panjang jari-jari minimum untuk Full Circle


VR
120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Rmin
2500 1500 900 500 350 250 130 60
(m)
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Gambar 2.3 : Lengkungan Full Circle

Rumus yang Digunakan:

Tc = Rc tan ½ ∆

Ec = Tc tan ¼ ∆

∆ π Rc
Lc =
360˚

Keterangan :

∆ = sudut tikungan

O = titik pusat lingkaran

Tc = panjang tangen jarak dari Tc ke PI atau PI ke CT

17
Rc = jari-jari lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

Ec = jarak dari PI ke busur lingkaran

D. Spiral-Lingkaran-Spira; (Spiral-Circle-Sipral = S C S)

Lengkung spiral pada tikungan jenis S - C – S ini adalah

peralihan dari bagian tangen ke bagian tikungan dengan

panjangnya diperhitungkan perubahan gaya sentrifugal.

Lengkung peralihan di buat untuk menghindari terjadinya

perubahan alinyemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk

lingkaran (R = ∞ → R = RC), jadi lengkung peralihan ini

diletakkan antar bagian lurus dan bagian lingkaran (circle), yaitu

pada sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur kingkaran.

Lengkung peralihan dengan bentuk spiral (clothoid)

banyak juga digunakan Bina Marga.

Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan

menggunakan jenis (S-C-S).

Panjang lengkung peralihan (LS), menurut tata cara

perencanaan Geometrik jalan Antar kota, di ambil nilai yang

terbesar dari tiga permasalahan di bawah ini :

1. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk

melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung :

LS = T
.

18
2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, di gunakan rumus

modifikasi Shortt, sebagai berikut :

.
LS = – 2,727

3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahankelandaian,

( )
LS = VR
,

Dimana :

T = Waktu tempuh = 3 detik


Rc = jari-jari busur lingkaran, (m)
C = perubahan percepatan, 0,3-0,1 disarankan 0,4 m/det3
e = superelevasi
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
Rc = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan
sebagai brikut :
Untuk VR ≤ 70 km/jam, Rmak = 0,035 m/m/det

Untuk VR ≥ 80 km/jam, Rmak = 0,025 m/m/det

19
Gambar 2.4 : Spiral – Lingkaran – Spiral

Rumus yang Digunakan:

2
Rmin = 127 V
( e+f )
Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k

(Rc + p)
Es = - Rc
cos ½ ∆
Δ1 = Δ - 2 θs

Lc = x2πR

Ltot = Lc + 2 Ls
.
LS min = 0,022 x – 2,727
.

Keterangan :

Lc = panjang busur lingkaran .

Ts = panjang tangen dari dari titik PI ke titik TS.

TS = titik dari tangen ke spiral.

SC = titik dari spiral ke lingkaran.

20
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran.

Ɵs = sudut lengkung spiral,

Rc = jari-jari lingkaran.

p = pergeseran tangen terhadap spiral.

k = absis dari ppada garis tangen spiral.

∆1 = Sudut lengkung

Syarat pemakaian :

a. Ls < Ls min

b. Lc > 20 m

c. Lc < 2 Ts

Catatan :

 Untuk mendapatkan nilai P* dan K* dapat dilihat pada tabel

J. Bernett berdasarkan nilai θs yang didapatkan.

 Nilai c adalah nilai untuk perubahan kecepatan pada tikungan

= 0, 4 m/ detik.

E. Spiral – Spiral (S-S)

Penggunaan lengkung spiral – spiral dipakai apabila hasil

perhitungan pada bagian lengkung S – C – S tidak memenuhi

syarat yang telah ditentukan. Bentuk tikungan ini dipergunakan

untuk tikungan yang tajam.

21
Gambar 2.5 : Spiral – Spiral

Rumus yang Digunakan:

Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k

(Rc + p)
Es = - Rc
cos ½ ∆

Lc = 0 dan θs = ½ ∆

Ltot = Lc + 2 Ls

Δ1 = Δ - 2 θs

90 Ls
θs =
π Rc
θs . π . Rc
Ls =
90

F. Diagram Superelevasi

Diagram superelevasi adalah suatu diagram yang

memperlihatkan panjang yang diperlukan untuk merubah

kemiringan melintang dari keadaan normal sampai superelepasi

penuh dan juga memperlihatkan besarnya superelepasi yang

22
terjadi pada setiap bagian tikungan.jadi diagram superelepasi

menunjukkan perubahan penampang melintang dari bentuk

normal menjadi bentuk superelepasi penuh.

Yang dimaksud dengan Super Elevasi penuh adalah

kemiringan maksimum yang harus dicapai pada suatu tikungan

tergantung dari kecepatan rencana yang digunakan.

Untuk merubah penampang melintang dari normal sampai ke

superelevasi penuh yaitu :

a. Perubahan dengan as jalan sebagai sumbu putar.

b. Perubahan dengan tepi luar jalan sebagai sumbu putar.

c. Perubahan dengan tepi dalam jalan sebagai sumbu putar.

d. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan

melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai

kemiringan penuh (superelevasi)

Gambar 2.6 : Perubahan kemiringan melintang pada tikungan

23
1. Kemiringan Pada Tikungan

Pada suatu tikungan jalan, kendaraan yan lewat akan

terdorong keluar secara radial oleh gaya sentrifugal yang -

diimbangi oleh :

 Komponen yang berkendaraan yang diakibatkan oleh

adanya super elevasi dari jalan

 Gesekan samping antara berat kendaraan dengan

perkerasan jalan.

Kemiringan superelevasi maksimim terdapat pada bagian busur

tikungan sehingga perlu diadakan perubahan dari kemiringan

maksimum berangsur- angsur ke kemiringan normal.

Dalam melakukan perubahan pada kemiringan melintang jalan,

kita mengenal tiga metode pelaksanaan, yaitu :

a. Mengambil sumbu as jalan sebagai sumbu putar


CL

Gambar 2.7 : Sumbu as sebagai sumbu putar


b. Mengambil tepi jalan sebagai sumbu putar

CL

Gambar 2.8 : Tepi jalan sebagai sumbu putar

24
c. Mengambil tepi luar jalan sebagai sumbu putar
CL

Gambar 2.9 : Tepi luar jaln sebagai sumbu putar

2. Diagram Superelevasi pada F–C

Gambar 2.10 : Diagram superelevasi pada F–C


(Contoh Tikungan Kekiri)

3. Diagram Superelevasi Pada S–C–S

Gambar 2.11 : Diagram superelevasi pada S – C – S


(Contoh untuk tikungan kekanan)

25
4. Diagram Superelevasi pada S–S

Gambar 2.12 : Diagram Superelevasi pada S – S


(Contoh untuk tikungan kekanan)

Cara pembuatan diagram superelevasi antara AASHTO dan cara

bina marga ada sedikit perbedaan, yaitu

Cara AASHTO, penampang melintang sudah mulai berubah

pada titik TS,

Cara Bina Marga, penampang melintang pada titik TS masih

berupa penampang melintang normal seperti pada gambar

diatas.

G. Daerah Bebas Samping

Jarak pandang pengemudi pada lengkung Horisontal (di

tikungan), adalah pandangan bebas pengemudi dari halangan

benda-benda di sisi jalan (daerah bebas samping).

 Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk

menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga Jh

dipenuhi.

 Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan pandangan di tikungan dengan membebaskan

26
obyek-obyek penghalang sejauh E (m), diukur dari tengah

lajur dalam sampai obyek penghalang pandangan sehingga

persyaratan Jh dipenuhi.

 Daerah bebas samping ditikungan dihitung berdasarkan

rumus-rumus sebagai berikut :

Gambar 2.13 : Daerah bebas samping

Rumus yang Digunakan:

- Jika Jh < Lt :
28,65 Jh
E = 1 - Cos
R'
- Jika Jh > Lt

28,65 Jh Jh - Lt 28,65 Jh
E = R 1 - Cos + Sin
R' 2 R'
Keterangan :

R = jari-jari tikungan (m)

R' = jari-jari sumbu lajur dalam (m)

Jh = Jarak pandang henti (m)

Lt = panjang tikungan (m)

27
H. Pelebaran Pada Tikungan

Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk

mempertahankan konsistensi geometrik jalan agar kondisi

operasional lalu lintas di tikungan sama dengan di bagian

lurus. Pelebaran jalan di tikungan mempertimbangkan:

- Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap

pada lajurnya.

- Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat

kendaraan melakukan gerakan melingkar. Dalam segala

hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak

perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi

kendaraan tetap pada lajurnya

- Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan

rencana.

Rumus yang digunakan:

- Rc = R - ½ Bn + ½ b

- B = (Rc² − 64 + 1.25)² + 64 − √ − 64 + 1.25

. ( )
- Z =

- Bt = n (B+C)+Z

- Δb = Bt – Bn

Keterangan :

R = Jari- jari minimum (m)

28
Vr = Kecepatan rencana (km/jam)

Bn = Lebar Jalan (m)

n = Jalur Lintasan

b =Lebar perlajur (m)

I. Jarak pandang

Jarak pandang adalah suatu jarak yang di perlukan oleh

seseorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian rupa,

sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang

membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipai)

untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.

Jarak pandang henti terdiri dari :

1. Jarak Pandang Henti (Jh)

a. Jarak Minimum

Jarak pandang henti adalah jarak pandang minimum

yang diperlukan pengemudi untuk menghentikan

kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya

rintangan pada jalur yang dilaluinya. Setiap titik

disepanjang jalan harus memenuhi ketentuan Jh.

b. Asusmsi Tinggi

Asumsi tinggi diukur berdasarkan asumsi tinggi

bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi

halangan 15 cm, yang diukur dari permukaan jalan.

29
c. Elemen Jh

Jh terdiri atas 2 (dua) Elemen jarak, yaitu :

 Jarak Tanggap (Jht), adalah jarak yang ditempuh oleh

kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan

yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat

pengemudi menginjak rem, dan

 Jarak pengereman (Jhr), adalah jarak yang dibutuhkan

untuk menghentikan kendaraai sejak pengemudi

menginjak rem kendaraan berhenti.

Rumus yang Digunakan:

Jh = Jht + Jhr
VR 2
VR 3,6
Jh = T +
3,6 2gfp

Untuk jalan datar dengan kelandaian tertentu :

VR²
Jh = 0,278 VTR +
254 (f p ± L)

Keterangan :

VR = kecepatan rencana

T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik

g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det²

fp = koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dan

perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35 – 0,55. fp

30
semakin kecil jika kecepatan (VR) semakin tinggi dan

sebaliknya.

Tabel 2.9. : Jarak pandang henti (Jh) minimum.


VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20

Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16


Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

2. Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Jarak pandang mendahului ( Jd ) adalah jarak yang

memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain

di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali

ke lajur semula. (Lihat gambar di bawah ini)

Gambar 2.14 : Jarak pandang Mendahului

Keterangan :

A = kendaraan yang mendahului

B = kendaraan yang berlawanan arah

C = kendaraan yang didahului oleh kendaraan A

31
Tabel 2.10 : Panjang jarak mendahului
Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd (meter) 800 670 550 350 250 200 150 100
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Rumus yang Digunakan:

Jd = d1+d2+d3+d4
a . T1
h = 0,287 VR - m +
2
d2 = 0,278 VR T2

d3 = antara 30-100 m

Keterangan :

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap

d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului

d3 = jarak antar kendaraan yang mendahului dari arah

berlawanan

d4 = jarak yang ditempuh kendaran yang berlawanan arah

Tabel 2.11 : Tabel Vr untuk nilai d3


VR km/jam 50-65 65-80 80-95 95-110
d3 (m) 30 55 75 90

Dimana T1 = waktu dalam (detik), ∞ 2,12 + 0,026 VR

T2 = Waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik), ∞

6,56 + 0,048 VR

a = Percepatan rata-rata km/jam/detik, (km/jam/dertik),

∞ 2,052 + 0,0036

32
m = Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang

menyiap dan kendaraan yang di siap, (biasanya di

ambil 10-15 km/jam)

2.3.2. Alinyemen Vertikal


Alinement vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh

bidang Vertikal melalui sumbu jalan. Profil ini menggambarkan

tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli, sehingga

memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan naik atau

turun dan bermuatan penuh.

Pada perencanaan alinyemen Vertikal akan di temui

kelandaian positif (tanjakan) dan negatif (turunan), sehingga

kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung.

Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0%

(datar) Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang

dilalui oleh route jalan rencana. Kondisi topografi tidak saja

berpengaruh pada perencanaan alinyemen Horisontal, tetapi juga

berpengaruh pada perencanaan alinyemen Vertikal.

Pada alinyemen Vertikal bagian yang kritis adalah pada bagian

lereng, dimana kemampuan kendaraan dalam keadaan pendakian

dipengaruhi oleh panjang kritis, landai dan besarya kelandaian.

Maka berbeda dengan alinyemen Horisontal, disini tidak hanya pada

bagian lengkung, tetapi penting lurus yang pada umumnya

merupakan suatu kelandaian.

33
A. Kelandaian

Untuk menghitung dan merencanakan lengkung Vertikal,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Karakteristik kendaraan pada kelandaian

Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat berjalan

dengan baik dengan kelandaian 7 – 8 % tanpa ada perbedaan

dibandingkan pada bagian datar. Pengamatan menunjukkan

bahwa untuk mobil penumpang pada kelandaian 3 % hanya

sedikit sekali pengaruhnya dibandingkan dengan jalan datar,

sedangkan untuk truck, kelandaian akan lebih besar

pengaruhnya.

2. Kelandaian maksimum dan panjang maksimum landai

Landai jalan adalah suatu besaran untuk menunjukkan

besarnya kenaikan/penurunan Vertikal dalam satuan jarak

(mendatar) dan biasanya dinyatakan dalam persen.

Maksud dari panjang kritis landai adalah panjang yang

masih dapat diterima kendaraan tanpa mengakibatkan

penurunan kecepatan truck yang cukup berarti. Dimana untuk

panjang kelandaian cukup panjang dan mengakibatkan

adanya pengurangan kecepatan maksimum sebesar 30 – 50 %

kecepatan rencana selama satu menit perjalanan.

34
Kemampuan kendaraan pada kelandaian umumnya

ditentukan oleh kekuatan mesin dan bagian mekanis dari

kendaraan tersebut. Bila pertimbangan biaya menjadi alasan

untuk melampaui panjang kritis yang diizinkan, maka dapat

diterima dengan syarat ditambahkan jalur khusus untuk

kendaraan berat.

Kelandaian maksimum yang ditentukan untuk berbagai

variasi kecepatan rencana, dimaksudkan agar kendaraan

dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.

Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan

truck yang bermuatan penuh mampu bergerak dengan

kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula tanpa

harus menggunakan gigi rendah.

Tabel 2.11 : Kelandaian maksimum yang dizinkan


VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian maksimum (%) 3 3 4 5 8 9 10 10
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Panjang kritis yaitu panjang landau maksimum yang

harus disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan

kecepatannya sedemikian sehingga penurunan kecepatan

tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut

ditetapkan tidak lebih dari satu menit.

35
Tabel 2.12 : Panjang kritis (m)
Kecepatan pada awal Kelandaian (%)
tanjakan km/jam 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

B. Lengkung Vertikal

Lengkung Vertikal direncanakan untuk merubah secara

bertahap perubahan dari dua macam kelandaian arah memanjang

jalan pada setiap lokasi yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan

untuk mengurangi gancangan akibat perubahan kelandaian dan

menyediakan jarak pandang henti yang cukup, untuk keamanan

dan kenyamanan.

1. Potongan memanjang

a. Lengkung Cembung

+g1% -g2%

1/2LV 1/2LV

+g1%

-g2%

1/2LV 1/2LV
Gambar 2.15 : Lengkung Vertikal Cembung

Rumus diatas untuk lengkung simetris (g1 ± g2) = A =


perbadaan aljabar untuk kelandaian (pendakian), diberi tanda

36
(+) , sedangkan keladaian menurun (penurunan), diberi tanda
( - ). Ketentuan pendakian atau penurunan ditinjau dari kiri.

Ev =

Untuk : x = 1/3 LV

y = Ev

Ketentuan tinggi mnurut Bina Marga untuk lengkung

Cembung seperti pada tabel

Tabel 2.13 : Ketentuan tinggi untuk jenis jarak pandang

Untuk Jarak Pandang H1 (m) H2 (m)


tinggi mata tinggi obyek
Henti (Jh) 1.05 0.15
Mendahului Jd 1.05 1.05
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997
Untuk penghematan biaya L dapat ditentukan dengan

konsekwensi kendaraan pada daerah lengkung cembung tidak

dapat mendahului kendaraan didepannya, untuk keamanan

dipasang Rambu.

b. Lengkun Vertikal Cekung

Tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk menentukan

panjang cekung Vertikal (L), akan tetapi ada empat

criteria sebagai pertimbangan yang dapat digunakan,

yaitu :

 Jarak sinar lampu besar dari kendaraan

 Kenyamanan pengemudi

37
 Ketentuan drainase

 Penampilan secara umum

-g1% +g2%

1/2LV 1/2LV

+g2%
-g1%

1/2LV 1/2LV

Gambar 2.16 : Vertikal Cekung

Rumus yang digunakan :

Elevasi PPV - Elevasi I


g1 = ±
Jarak STA (I - PPV)

Elevasi II - Elevasi PPV


g2 = ±
Jarak STA (PPV - II)

A = [ g1 ] - [ g2 ]

A x Lv
Ev =
800

38
X = 1/3 LV
A
Y = x X2
200 x Lv

Dimana :

Ev = Pergeseran vertikal

X = Jarak horisontal dari setiap titik pada garis kelandaian

terhadap PLV (panjang Lengkung Vertikal)

Y = Panjang pergeseran vertikal dari titik yang bersangkutan

Lv = Jarak horisontal antara PLV dan PTV (Peralihan

Tangen Vertikal) disebut panjang lengkung

A = Perbedaan panjang landai (%)

g1 = kelandaian tangent dari titik P (%)

g2 = kelandaian tangent dari ttik Q (%)

2.4. Perencanaan Tebal Perkerasan

Jenis konstruksi perkerasan yang akan dibahas adalah konstruksi

perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

aspal sebagai bahan pengikat, lapisan-lapisan perkerasannya bersifat

memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur jalan yang akan

diuraikan yaitu perkerasan lentur utuk jalan baru dengan metode analisa

komponen.

39
2.4.1. Karakteristik Perkerasan Lentur

 Bersifat elastis jika menerima beban, sehingga dapat memberi

kenyamanan bagi pengguna jalan.

 Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal.

 Seluruh lapisan ikut menanggung beban.

 Penyebaran tegangan kelapisan tanah dasar sedemikian sehingga

tidak merusak lapisan tanah dasar (subgrade).

 Usia rencana maksimal 20 tahun (MKJI= 23 tahun).

 Selama usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala

(routine maitenence)

LAPIS PERMUKAAN (SURFACE COURSE)

LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE)

LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)


LAPIS TANAH DASAR (SUBGRADE)

Gambar 2.17 : Susunan Lapisan Perkerasan Lentur (ideal)

2.4.2. Lalulintas Rencana Untuk Perkerasan Lentur

A. Jumlah Lajur Dan Koefisien Distribusi

Lajur rencana ditentukan dari salah satu lajur dari suatu ruas

jalan yang menampung lalulintas terbesar. Apabila jalan tidak

mempunyai tanda batas lajur maka jumlah lajur dapat ditentukan

berdasarkan lebar perkerasan, seperti pada tabel berikut :

40
Tabel 2.14 : Jumlah lajur berdasarkan lebar perkersan
Lebar Perkerasan Jumlah Jalur ( m )
L < 5, 50 m 1 jalur
5, 50 m ≤ L < 8, 25 m 2 jalur
8, 25 m ≤ L < 11, 25 m 3 jalur
11, 25 m ≤ L < 15, 00 m 4 jalur
15, 00 m ≤ L < 18, 75 m 5 jalur
18, 75 m ≤ L < 22, 00 m 6 jalur
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd.
T-05-2005-B
Koefisien distribusi (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang

lewat pada jalur rencana ditentukan menurut tabel di bawah ini :

Tabel 2.15 : koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan


ringan dan berat yang lewat pada lajur rencana.
Kendaraan Ringan * Kandaraan Berat **
Jumlah Jalur 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 jalur 1, 00 1, 00 1, 00 1, 00
2 jalur 0, 60 0, 50 0, 70 0, 50
3 jalur 0, 40 0, 40 0, 50 0, 475
4 jalur - 0, 30 - 0, 45
5 jalur - 0, 25 - 0, 425
6 jalur - 0, 20 - 0, 40
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd.
T-05-2005-B

B. Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan

Angka ekivalen (E) masing-masing golongan sumbu :

 Angka ekivalen sumbu tunggal :

( )⁴
E=

 Angka ekivalen sumbu ganda :

41
( )⁴
E =0.086

C. Perhitungan Lalu-lintas

a. Lalu-lintas ekivalen permulaan (LEP)

LEP =∑ LHRj x Cj x Ej

b. Lalu-lintas ekivalen akhir (LEA)

LEA = ∑ LHRj x (l + i ) x Cj x ej

c. Lintas ekivalen tengah (LET)

LET =

d. LER = LET x FP

FP =

Keterangan :

I = perkembangan lalu-lintas

J = jenis kendaraan

LHR = lalu-lintas harian rata-rata

UR = Umur rencana, (tahun)

FP = faktor penyesuaian

2.4.3. Tanah Dasar

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat

tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Dari

bermacam- macam cara pemeriksaan untuk menentukan kekuatan

42
tanah dasar, yang umum sigunakan adalah cara CBR. Dalam hal ini

digunakan nomogram penetapan tebal perkerasan, maka harga CBR

tersebut dapat dikorelasikan terhadap daya dukung tanah ( DDT ).

Penentuan daya dukung tanah dasar berdasarkan evaluasi hasil

pemeriksaan laboratorium tidak dapat mencakup secara detail sifat-

sifat dan daya dukung tanah dasar sepanjang suatu bagian jalan.

Koreksi- koreksi perlu dilakukan baik dalam tahap perencanaan

detail maupun pelaksanaan sesuai dengan kondisi setempat.

A. Lapis Pondasi Bawah (LPB)

Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :

a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung

dan menyebarkan beban roda

b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah

agar lapisan- lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya

c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi

d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar

Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah

dasar terhadap roda- roda alat- alat besar atau karena kondisi

lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari

pengaruh cuaca.

B. Lapis Pondasi Atas (LPA)


Fungsi lapis pondasi atas antara lain :

a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda

43
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan

Bahan – bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat

dan awet sehingga dapat menahan beban- beban roda. Sebelum

menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi,

hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-

baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.

Bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pondasi antara

lain batu pecah, kerikil pecah, stabilisasi tanah dengan semen atau

kapur.

C. Lapis Permukaan (Surface)


Fungsi lapis pondasi permukaan antara lain :

a. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda

b. Sebagai lapisan rapat air untuk melidungi badan jalan dari

kerusakan akibat cuaca

c. Sebagai lapisan aus

Bahan untuk lapisan permukaan umumnya sama dengan

bahan untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi.

Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat

kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan

tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan

beban roda lalu lintas.

44
2.4.4. Daya Dukung Tanah Dasar

Daya dukung tanah dasar ( DDT ) ditetapkan berdasarkan

grafik kolerasi. Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya

dukung tanah hanya kepada pengekuran nilai CBR. Daya dukung

tanah dasar diperoleh dari Plate Bearing Test, DCP, dll.

Untuk mendapatkan CBR rata- rata yang tidak terlalu

merugikan, maka disarankan agar dapat merencanakan perkerasan

suatu ruas jalan perlu dibuat segmen- segmen dimana beda atau

variasi CBR dari suatu segmen tidak besar.

Dari nilai CBR yang diperoleh ditentukan nilai CBR rencana

yang merupakan nilai CBR Rata-rata untuk suatu jalur tertentu.

Gambar 2.18 : Kolerasi daya dukung tanah DDT dengan CBR

45
2.4.5. Faktor Regional

Seperti diketahui bahwa rumus- rumus dasar daripada

pedoman perencanaan perkerasan ini diambil dari hasil percobaan

AASHTO dengan kondisi percobaab tertentu. Karena kanyataan di

lapangan yang dihadapi mungkin tidak sama kondisinya dengan

kondisi AASHTO maka perlu diperhitungkan apa yang disebut

faktor regional sebagai faktor koreksi sehubungan dengan perbedaab

kondisi tersebut. Kondisi yang dimaksud antara lain keadaan

lapangan dan iklim yang dapat memepengaruhi keadaan

pembebanan, daya dukung tanah dasar dan perkerasan.

Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini faktor

regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan

tikungan), persentase kendaraan berat dan yang berhenti, serta iklim

dan curah hujan.

Tabel 2.16 : Faktor Regional (FR)


Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian II
(<6%) (6-10%) (>10%)
Curah Hujan % Kelandaian
≤30% >30% ≤30% >30% ≤30% >30%
Iklim I
0.5 1.0-1.5 1.0 1.5-2.0 1.5 2.0-2.5
< 900mm/th
Iklim I
1.5 1.0-2.5 2.0 2.5-3.0 2.5 3.0-3.5
>900mm/th
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd. T-
05-2005-B

46
2.4.6. Indeks Permukaan

Ciri khas dari cara perencanaan perkerasan adalah

dipergunakannya indeks permukaan (IP) sebagai ukuran dasar

dalam menentukan nilai perkerasan ditinjau dari kepentingan lalu

lintas, indeks permukaan ini menyatakan nilai dari kerataan/

kehalusan serta kekokohan permukaan yang berhubungan dengan

tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.

Adapun beberapa nilai IP serta artinya adalah sebagai berikut :

IP = 1,0 Menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat

sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan.

IP = 1, 5 Menyatakan tingkat pelayanan terendah yang masih

mungkin.

IP = 2, 0 Menyatakan tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang

masih mantap.

IP = 2, 5 Menyatakan permukaan jalan masih cukup baik dan

stabil.

Dalam menentukan Indeks Permukaan (IP) pada akhir umur rencana,

perlu dipertimbangkan faktor- faktor klasifikasi fungsional jalan dan

jumlah lintas ekivalen rencana (LER), menurut daftar di bawah ini :

47
Tabel 2.17 : Indeks pada usia akhir rencana
Klasifikasi Jalan
LER (Lintas Ekivalen Rencana)
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2, 0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2, 0 2,0 – 2,5
> 1000 - 1,0 – 2,5 2,5 2, 5
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd. T-
05-2005-B

Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana

(Ipo), perlu dipoerhatikan jenis lapis permukaan jalan

(kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana,

menurut daftar dibawah ini :

Tabel 2.18 : Indeks Permukaan pada awal umur rencana (Ipo)

Jenis Lapisa Permukaan Ipo Roughness (mm/km)


Laston >4 < 1000
3,9 – 3,5 > 1000
Lasbutag 3,9 – 3,5 < 2000
3,4- -3,0 > 2000
HRA 3,9 - 3,5 < 2000
3,4 – 3,0 > 2000
Burda 3,9 – 3,5 < 2000
Burtu 3,4 – 3,0 > 2000
Lapen 3,4 – 3,0 < 3000
2,9 – 2,5 > 3000
Latasbum 2,9 – 2,5
Buras 2,9 – 2,5
Latasir 2,9 – 2,5
Jalan Tanah <2,4
Jalan Kerikil <2,4
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd. T-
05-2005-B

48
2.4.7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Dilihat sesuai nomogram yang sesuai dengan nilai IPo dan IPt.

Nilai indeks tebal perkerasan dilihat pada nomogram hubungan

antara DDT, LER maka didapat ITP, kemudian dihubungkan dengan

FR maka didapat ITP.

1. Persentase Kendaraan Pada Jalur Rencana

Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) dinyatakan dengan rumus :

ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3

Keterangan :

a = koefisien lapisan

D = tebal lapisan

Angka-angka 1,2,3 masing-masing berarti lapis permukaan,

lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah.

2. Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan

kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi atas dan pondasi

bawah ditentukan secara korelasi sesuatu dengan marshall test,

kuat tekan atau CBR.

Tabel dibawah ini menunjukkan nilai koefisien relatif dari tiap-

tiap lapisan.

49
Tabel 2.19 : Koefisien kekuatan relatif (a)

Koefisien
Kekuatan Kekuatan Bahan Jenis Bahan
Relatif
a1 a2 a3 MS Kt CBR
(Kg) Kg/cm2 (%)
0,40 744
0,35 590
0,32 454 LASTON
0,30 340
0,35 744
0,31 590
0,28 454 Asbuton
0,26 340
0,30 340 Hot Rolled Asphalt
0,26 340 Aspal macadan
0,25 LAPEN (mekanis)
0,20 LAPEN (manual)
0,28
0,26 LASTON ATAS
0,24
0,23 LAPEN (mekanis)
0,19 LAPEN (manual)
0,15 22 Stabilitas tanah dengan kapur
0,13 18
0,15 22 Stabilitas tanah dengan semen
0,13 18
0,14 100 Pondasi Macadam (Basah)
0,12 60 Pondasi Macadam (Kering)
0,14 100 Batu Pecah (Kelas A )
0,13 80 Batu Pecah (Kelas B )
0,12 60 Batu Pecah (Kelas C )
0,13 70 Sirtu / Pitrun (Kelas A)
0,12 50 Sirtu / Pitrun (Kelas B)
0,11 30 Sirtu / Pitrun (Kelas C)
0,10 20 Tanah/ Lempung Kepasiran
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd. T-
05-2005-B

50
Batas minimum tebal masing – masing lapis perkerasan :

Tabel 2.20 : Lapis Permukaan

Tebal
ITP Bahan
Minimum
(cm)
Lapis Pelindung : (BURAS / BURTU /
< 3.00 5
BURDA)
3.00 - LAPEN/Aspal Macadam, HRA,
5
6.70 LASBUTAG, LASTON
6.71 - LAPEN/Aspal Macadam, HRA,
7.5
7.49 LASBUTAG, LASTON
7.50 -
7.5 LASBUTAG, LASTON
9.99
≥ 10.00 10 LASTON
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd.
T-05-2005-B
Tabel 2.21 : Lapis Pondasi Atas
Tebal
ITP Minimum Bahan
(cm)
Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
< 3.00 15
stabilitas tanah dengan kapur
Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
3.00 - 6.70 20*)
stabilitas tanah dengan kapur
10 LASTON Atas Batu Pecah,
7.50 - 9.99 stabilitas tanah dengan semen,
20
stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
15 LASTON Atas Batu Pecah,
stabilitas tanah dengan semen,
10 - 12.14
20 stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
LAPEN, LASTON Atas
Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,
≥ 12.25 25 stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam,
LAPEN, LASTON Atas
*) bats 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi
bawah digunakan material berbutir kasar

51
Tabel 2.22 : Lapis Pondasi Bawah

Tebal Minimum (m)


Untuk Setiap Nilai ITP
10 cm
Sumber : Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Pd.
T-05-2005-B

2.5. Drainase Permukaan Jalan

Drainase Permukaan adalah Sistem Drainase yang dibuat Untuk

mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan. Tujuan dari

Drainase ini, untuk memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam

waktu yang cukup lama (yang akan mengakibatkan kerusakan konstruksi

jalan), tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan.

Agar aliran air hujan dapat ditampung dan dialirkan ketempat

penghambatan (sungai, dll), maka kapasitas saluran drainase jalan (kecuali

saluran alam), ukuran/dimensinya harus direncanakan terlebih dahulu.

Dimensi sarana Drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang

diperlukan (Qs), yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran

rencana (Qr) yang timbul akibat hujan pada darah aliran, dengan dengan

melalui proses perhitungan. Proses perhitungan hujan rencanan sampai

dengan debit rencanan ini adalah analisis hidrologi.

Qr adalah debit limpasan rencana akibat curah hujan pada daerah

tangkapan dalam waktu tertentu. Jadi untuk mendapatkan besarnya Qr harus

diketahui besarnya curah hujan rencana dalam waktu konsentrasi (It) dan

faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya.

Banyak cara atau metoda untuk menentukan Qr akibat hujan, tetapi

yang banyak digunakan dan juga disarankan oleh JICA, The Asphalt

52
Institute, AASHTO maupun SNI yaitu metoda Rasional yang merupakan

rumus empiris dari antara curah hujan dengan besaranya limpasan (debit),

seperti dibawah ini :

2.5.1. Sistem Drainase Permukaan

Sustem drainase permukaan pad prinsipnya terdiri dari :

A. Kemiringan melintang pada perkerasan jalan.

B. Selokan samping.

C. Gorong0gorong

D. Saluran penangkap (Catct-Drain)

Saluran Penangkap

Perkerasan
Bahu Bahu

4% 2% 2% 4% Selokan

` Gorong-Gorong

Gambar 2.19 : Tipikal Drainase Permukaan

2.5.2. Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase

A. Daya Guna dan Hasil Guna (Efektif dan Efisien)

Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga

fungsi fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan

pembuangan air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil

guna.

53
B. Ekonomis dan Aman

Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah

mempertimbangkan faktor ekonomis dan faktor keamanan.

C. Pemeliharaan

Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula

segi kemudahan dan nilai ekonomis dari perencanaan dan

pemeliharaan drainase tersebut.

2.5.3. Tahap-tahap Perencanaan Drainase

A. Analisa Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar yang

mungkin terjadi dalam suatu daerah pada periode ulang tahun -

tertentu.

Dalam perencanaan drainase permukaan ini menggunakan

kala ulang 10 tahun dengan menggunakan rumus metode

Gumbel, sehingga diperoleh data curah hujan maksimum untuk

periode yang dicari.

Rumus yang digunakan metode Gumbel :

i. Menghitung Curah Hujan Rata-rata (X rata-rata)

X rata-rata =

Kolom 4 = (Xi - x)2

Menghitung nilai standar devisiasi

2
S = Σ(Xi - x)
n- 1

54
R10 = kala ulang 10 tahun dengan n = 10 tahun (2001-2010)

S
XT = Xrata-rata + (Yt-Yn)
Sn

Tabel 2.23 : Hubungan antara kala ulang dengan faktor reduksi


Yt
Kala Ulang
Faktor Reduksi
(Tahunan)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
Tabel 2.24 : Nilai Yn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5053 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5225 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5432
40 0,5436 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5519 0,5518
60 0,5521 0,5534 0,5527 0,5530 0,5530 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5550 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen


Pekerjaan Umum 2006

55
Tabel 2.25 : Nilai Sn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 0,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086
30 0,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 0,1413 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1591
50 0,1607 1,1623 1,1623 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 0,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1990 1,1987 1,1994 1,2001
90 0,2007 12013,0000 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2040 1,2055 1,2060
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
ii. Menghitung Intensitas Hujan

tc = t1 + t2

0.167
t1 x3,28xLox

Tabel 2.26 : Koefisien Hambatan (nd)

No Kondisi Lapisan Permukaan nd


1 Lapis semen dengan beton 0.013
2 Permukaan licin dan kedap air 0.020
3 Permukaan licin dan kokoh 0.100
Tanah dengan rumput tipis dan gundul
4
dengan permukaan sedikit gundul 0.200
5 Padang rumput dan rerumputan 0.400
6 Hutan gundul 0.600
7 Hutan dan Rimba 0.800
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
L
2=
60 x V

Dengan menggunakan rumus Mononobe :

24 2/3
= x

56
B. Kemiringan Perkerasanan Bahu Jalan

1. Pada daerah jalan yang datar dan lurus

Penanganan pengendalian air untuk daerah datar dan

lurus biasanya dengan membuat kemiringan perkerasan dan

bahu jalan mulai dari tengah perkerasan menurun/melandai

kearah saluran samping. Besarnya kemiringan badan jalan

diambil 2% lebih besar dari pada kemiringan permukaan

jalan. Besarnya kemiringan melintang normal pada

perkerasan jalan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.27 : Kemiringan melintang normal perkerasan jalan


Jenis Lapis Kemiringan Melintang
No
Permukaan Jalan Normal i (%)
1 Beraspal, Beton 2% - 3%
2 Japat 4% - 6%
3 Kerikil 3% - 6%
4 Tanah 4% - 6%
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

2. Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan

Penganganan pengendalian air pada daerah ini perlu

memperhatikan besarnya kemiringan alinyemen vertikal jalan

yang berupa tanjakan dan turunan, agar aliran air secepatnya

bias mengalir keselokan samping. Untuk itu maka

kemiringan melintang perkerasan jalan disarankan agar

menggunakan nilai-nilai maksimum yang tertera pada tabel

diatas.

57
3. Pada daerah tikungan

Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini

biasanya harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan

jalan menurut persyaratan alinyement Horisontal jalan,

karena itu kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi

luar tikungan menurun/melandai ke sisi dalam tikungan.

Besarnya kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh nilai

maksimum dari kebutuhan kemiringan alinyemen Horisontal

atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan drainase.

C. Debit (Q)

1. Mencari luasan (A) pada drainase yang akan direncanakan

menggunakan rumus :

(A) = P x L

2. Koefisien Pengairan (C) dan harga limpasan (fk)

Menentukan nilai koefisien (C) dan harga limpasan

(fk) berdasrkan kondisi permukaan tanah yang akan

direncanakan.

Tabel 2.8 : Koefisien pengairan (C) dan harga faktor


limpasan (fk)
Koefesien Faktor
Kondisi Permukaan Tanah Pengairan Limpasan
( C )0.4 (fk)
BAHAN
1 Jalan beton dan jalan aspal 0,70-0,95 -
2 Jalan kerikil & jalan tanah 0,40-0,70 -
3 Bahu jalan: -
a. Tanah berbutir halus 0,40-0,65 -
b. Tanah berbutir kasar 0,10-0,20 -

58
c. Batuan masif keras 0,70-0,85 -
d. Batuan masif lunak 0,60-0,75 -
TATA GUNA LAHAN
1 Daerah perkotaan 0,70-0,95 0.2
2 Daerah pinggir kota 0,60-0,70 1.5
3 Daerah industri 0,60-0,90 1.2
4 Permukiman padat 0,60-0,80 2
5 Permukiman tidak padat 0,40-0,60 1.5
6 Taman & kebun 0,20-0,40 0.2
7 persawahan 0,45-0,60 0.5
8 perbukitan 0,70-0,80 0.4
9 pegunungan 0,75-0,90 0.3
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

C rata-rata =

3. Menentukan nilai Debit (Q)

Q= x Cs x (C x I A)
.

Untuk nilai Cs digunakan rumus rasional modifikasi yaitu :

Cs =

Keterangan :

Q = debit (m3/met)

C = koefisien pengairan seperti pada tabel dibawah ini

I = intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama konsentrasi

(Tc) untuk periode banjir rencana

A = luas daerah pengairan

59
D. Dimensi Saluran Drainase

Koefisien pengairan adalah koefisien yang besarnya

tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan,

jenis tanah, lamanya hujan di daerah pengairan.

Frekuensi banjir rencana ditetapkan berdasarkan

pertimbangan kemungkinan-kemungkinan kerusakan terhadap

bangunan-bangunan disekitar jalan akibat banjir. Dengan asumsi

“tingkat kerusakan sedang” masih dianggap wajar, maka

frekuensi banjir rencan untuk saluran samping dipilih 5 tahun.

Batas-batas daerah pengairan ditetapkan berdasarkan peta

topografi pada umumnya dalam skla 1 : 50.000 – 1 : 25.000.

Jika luas daerah pengairan relative kecil diperlukan peta dalam

skala yang lebih besar.

Dalam praktek sehari-hari, sering terjadi tidak tersedia

peta topografi ataupun peta pengukuran lainnya yang memadai

sehingga menetapkan batas daerah pengairan merupakan suatu

pekerjaan yang sulit.

Rumus umum yang dipakai untuk menghitung dimensi adalah

sebagai berikut :

fd = Q/V

Dimana :

fd = Luas penampang basah (m2)

Q = Debit (m2/det)

60
V = Kecepatan aliran (m/det)

Dimensi selokan ditentukan atas dasar :

fe = fd

keterangan :

fe = Luas penampang ekonomis

fd = Luas penampang atas debit air

Sayarat dimensi trapesium yaitu :

Untuk kemiringan Talud (m) berdasarkan Debit (Q)

Tabel 2.29 : Kemiringan talud


Kemiringan Talud
Debit air Q (m2 / detik)
Saluran
0,00 – 0,75 1:1
0,75 - 15 1:1.5
15 - 80 1:2
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
Rumus yang digunakan yaitu :

+2. .
= +1
2

Dimensi trapesium menggunakan rumus sebagai berikut :

d = (b + m x d) d = fe

w= (0.5 )

h=d+w

b = 0.63 + d

T=b+2xmxh

61
Dimana :

w = Tinggi jagaan

h = Tinggi saluran

b = Lebar permukan bawah saluran

T = Lebar permukaan atas saluran

Pada besaran aliran yang diperbolehkan dalam saluran

tergantung bahan dan kondisi fisik saluran.

Kecepatan minimum yang diijinkan atau kecepatan terendah

tidak menimbulkan sedimentasi dan mendorong pertumbuhan

tanaman air dan ganggang, kecepatan ini sangan tidak menentu

dan nilainya yang tepat tidak dapat ditentukan dengan mudah.

Tabel 2.30 : kecepatan (V) aliran yang diijinkan berdasarkan


material
Kecepatan Aliran Air
Jenis Bahan Yang Diijinkan
(m/detik)
Lempung kepasitas 0,45
Lanau aluvial 0,50
Kerikil halus 0,60
Lempung kokoh 0,75
Lempung Padat 0,75
Kerikil halus 1,10
Batu-batu besar 1,20
Pasangan Batu 1,50
Beton 1,50
Beton tidak bertulang 1,50
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

Untuk kecepatan maksimum yang diijinkan agar tidak

terjadi penggerusan tergantung dari material salurannya.

62
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga n dari manning :

1. Kekasaran permukaan dinding : ukuran dan bentuk dari butir-

butir bahan pada keliling basah saluran.

2. Vegetasi : jenis, tinggi, kelebatan dan distribusi

3. Ketidakteraturan saluran : Beting-beting pasir, gelombang-

gelombang pasir, lembah-lembah, lobang-lobang. Bukit bulat

pasir kecil pada dasar saluran.

4. Alinyemen saluran : Lengkungan dengan radius lengkung

yang besar memberikan harga n kecil.

5. Pengendapan dan pengerasan : Pengendapan mengurangi n :

pengerasan memperbesar n.

6. Rintangan-rintangan : pohon-pohon terapung, pilar jembatan

dan lain-lain ( menambah harga n )

Harga koefesien kekasaran dinding (n) menurut manning bisa

dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 2.31 : Harga n untuk rumus manning


Baik
No Type Saluran Baik Sedang Jelek
sekali
Saluran buatan:
1 Saluran tanah, lurus teratur 0.017 0.02 0.023 0.025
2 Saluran tanah, yang dibuat dengan excavator 0.023 0.028 0.03 0.04
3 Saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0.023 0.03 0.033 0.035
4 Saluran pada dinding batuan, tidak lurus, 0.035 0.04 0.045 0.045
tidak teratur
5 Saluran batuan yang diledakan,ada tumbuh- 0.025 0.03 0.035 0.04
tumbuhan
6 Dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0.028 0.03 0.033 0.035
7 Saluran lengkung, dengan kecepatan aliran 0.02 0.025 0.028 0.03

63
rendah

Saluran alam:
8 Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0.025 0.028 0.03 0.033
9 Seperti no.8, tapi tidak ada tumbuhan atau 0.03 0.033 0.035 0.04
kerikil
10 Melengkung, bersih, berlubang dan 0.033 0.035 0.04 0.045
berdinding pasir
11 Seperti no.10, dangkal, tidak teratur 0.04 0.045 0.05 0.055
12 Seperti no.10, berbatu dan ada tumbuh- 0.035 0.04 0.045 0.05
tumbuhan
13 Seperti no.11, sebagian berbatu 0.045 0.05 0.055 0.06
14 Aliran pelan, banyak tumbuhan dan 0.05 0.06 0.07 0.08
berlubang
15 Banyak tumbuh-tumbuhan 0.075 0.1 0.125 0.15

Saluran buatan, beton atau batu kali:


16 Saluran pasangan batu, tanpa finishing 0.025 0.03 0.033 0.035
17 Seperti no.16 dengan finishing 0.017 0.02 0.025 0.03
18 Saluran beton 0.014 0.016 0.019 0.021
19 Saluran beton halus dan rata 0.01 0.011 0.012 0.013
20 Saluran beton pracetak dengan acuan baja 0.013 0.014 0.014 0.015
21 Saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0.015 0.016 0.016 0.018
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
Menentukan harga maning (n)

vn
i= ²

dimana :

i = kemiringan (%)

E. Perencanaan Saluran Pembuangan

Perencanaan saluran pembuang harus memberikan

pemecahan dengan biaya pelaksanaan dan pemeliharan

terendah. Ruas-ruas saluran harus tetap stabil terhadap erosi dan

64
sedimentasi harus minimal pada setiap potongan melintang dan

harus seimbang. Kecepatan aliran rencana hendak nya tidak

melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan tergantuung pada

bahan tanah serta kondisi nya. Saluran Pembuang direncanakan

di tepat terendah dan melalui depresi, Kemiringan alamiah lahan

dalam trase ini menentukan kemiringan memanjang saluran

pembuangan tersebut. Rumus yang digunakan untuk

perencanaan saluran pembuang sama dengan saluran permukaan

jalan.

65
Tipikal macam-macam saluran samping

Gambar 2.20 : Tipikal Saluran Samping

66
2.5.4. Gorong-Gorong (Culvert)

Pada sarana drainase jalan, gorong – gorong termasuk dalam

drainase permukaan yang berfungsi sabagai penerus aliran dari

saluran samping ketempat pembuangan. Gorong – gorong ini

ditempatkan melintang pada badan jalan di beberapa lokasi sesuai

dengan kebutuhan.

Disamping sebagai penerus aliran dari saluran samping jalan,

gorong-gorong juga dibuat atau ditempatkan pada jalan yang

berbentuk pegunungan yaitu berupa timbunan dengan lembah pada

sis kiri dan kanan jalan. Gorong-gorong ini berfungsi mengalirkan

air dari lembah kesatu kelambah lainnya yang ada sarana

pembuangan, jadi gorong-gorong ini berfungsi sebagai pengering.

A. Dimensi Gorong-gorong Persegi Beton Bertulang

Konstruksi gorong-gorong persegi standar tipe single,

direncanakan dengan dimensi seperti pada gambar dibawah ini.

Panjang gorong-gorong persegi , merupakan lebar jalan

ditambah nahu jalan dan dua kali tebal dinding sayap.

Konstruksi gorong-gorong persegi beton bertulang ini

direncanakan berbagai variasi lebar perkerasan jalan, sehingga

pada prinsipnya panjang gorong-gorong persegi adalah bebas,

tetapi pada perhitungan volume dan berat besi tulangan diambil

terbatas dengan lebar perkerasan jalan pada umumnya yaitu 3,5;

4,5; 6 dan 7 meter.

67
Gambar 2.21 : Dimensi Gorong-gorong persegi

Tabel 2.32 : Dimensi Gorong-gorong persegi


Tipe Singel
l (cm) t (cm) h (cm)
100 100 16
100 150 17
100 200 18
200 100 22
200 150 23
200 200 25
200 250 26
200 300 28
300 150 20
300 200 30
300 250 30
300 300 30
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

B. Dasar – Dasar Perencanaan

Analisa pembebanan

Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak yang

umumnya disebut highly compressible, dengan mengambil hasil

68
pembebanan terbesar/maksimum dari kombinasi pembebanan

sebagai berikut :

1. Berat sendiri gorong-gorong persegi bertulang.

2. Beban roda ganda 10 ton atau muatan sumbu rencan 20 ton.

3. Beban kendaraan diatas konstruksi gorong-gorong persegi

ini diperhitungkan setara dengan muatan tanah setinggi

60cm.

4. Tekanan tanah aktif.

5. Tekanan air dari luar.

6. Tekanan hyrostatic (qa).

C. Penentuan Gorong-gorong

Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah

gorong-gorong harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan

setempat. Agar dapat berfungsi dengan baik, maka gorong-

gorong ditempatkan pada :

1. Lokasi jalan yang memotong aliran air.

2. Daerah cekung, tempat air dapat tergenang.

3. Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat

merusak lereng dan badan jalan.

4. Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan

minimum 60 cm.

Disamping itu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain

sebagai bahan pertimbangan, yaitu:

69
1. Aliran air alamiah

2. Tempat air masuk

3. Sudut yang tajam pada bagian pengeluaran (out let)

Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan

gorong-gorong disarankan untuk daerah datar. Disarankan

dengan jarak maksimum 300 m.

D. Penentuan Dimensi Gorong-gorong

Untuk menentukan dimensi gorong-gorong dapat dipakai rumus:

1. Menghitung luas daerah pengairan (A) :

A = (t x L) – (h x h)

Dimana :

A = luasan daerah pengairan

2. Menghitung debit (Q) gorong-gorong

Q=VxA

Untuk kontrol dimensi saluran gorong-gorong yaitu :

Debit (Q) gorong-gorong lebih besar dari debit (Q) saluran

3. Menentukan tinggi jagaan saluran (W)

Untuk menentukan yinggi jagaan saluran dapat ditentukan

menggunakan tabel dibawah ini

Tabel 2.33 : tinggi jagaan berdasarkan Debit (Q)


Debit (m³/det) Tinggi jagaan (m)
Saluran dengan pasagan :
Q < 1.50 0.20
1.5 < Q < 5.00 0.25

70
5.00 < Q < 10.00 0.30
10.00 < Q < 15.00 0.40
Q > 15.00 0.50
Saluran tanpa pasangan :
Q < 5.00 0.50
5.00 < Q < 10.00 0.75
Q > 10.00 1.00
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
E. Dasar – Dasar Pelaksanaan

Konstruksi gorong-gorong persegi beton bertulang ini

dirancang dengan cara pengecoran ditempat, menggunakan

perancah sementara dan bekisting yang harus dibongkar segera

setelah kekuatan beton tercapai yaitu umur beton kurang lebih

28 hari.

2.6. Rencana Anggaran dan Biaya (RAB)

2.6.1. Pengertian Umum

Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya dari suatu

pekerjaan yang dihitung berdasarkan volume pekerjaan, upah

pekerja, harga material dan lain – lain yang berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan tersebut. Anggaran biaya merupakan harga

dari bangunan atau proyek yang dihitung dengan teliti, cermat, dan

memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan jalan akan berbeda

– beda pada setiap daerah dikarenakan perbedaan harga upah tenaga

kerja dan harga bahan.

71
2.6.2. Perhitungan Harga Satuan

Pada perhitungan harga satuan ada tiga perhitungan yang harus

ditinjau yaitu :

5. Bahan

Bahan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

melaksanakan suatu pekerjaan, untuk itu bahan tersebut harus

dihitung secermat mungkin untuk menghindari pemborosan

pada waktu pelaksanaan.

6. Pekerja

Perhitungan upah tenaga kerja adalah berdasarkan :

1. Kualifikasi

2. Jumlah

3. kuantitas jam kerja

4. satuan dasar tenaga kerja.

7. Peralatan

Untuk peralatan yang digunakan diasumsikan

menggunakan alat-alat baru dengan biaya pemeliharaan

minimum.

2.6.3. Perhitungan Estimasi Biaya

A. Volume/Kubikasi Pekerjaan

Yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan ialah

menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu

satuan.

72
B. Harga Satuan Pekerjaan

Yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan ialah

jumlah harga dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan

analisis dikalikan dengan volume pada masing-masing

pekerjaan.

73
BAB III

DATA LAPANGAN
G Belayan

3.1. Deskripsi Proyek


KAB.MALINAU
Panjang jalan perencanaan jalan Sabintulung ini adalah 5994 m

STA 5+994
STA. 5+897
KAB. KUTAI TIMUR KE TENGGARONG
DESA SABINTULUNG
Tabang KE MUARA KAMAN
G. MENDAM
Tabang
Taban

STA. 0+000

Muara Ritan

Kembang Janggut
Klampa

KEMBANG JANGGUT
Sedulang

Sideman

Kenohan
Gentingtanah
Muara Kaman
Lemenpulut

KAHALA
LOKASI PROYEK Rantausuntang
Rantaupedamaran
Marang Kayu

KEC. MUARA KAMAN


Sebintulung
Siran

Lahap Sepanggil
G. MANGUAJI
Muarasiran

Muara Wis
Tenggarong Sbr
Mantong
Benuapuhun
Sebulu
BT-TINJAWAN

Pegading
Tanjungasam Teluk selerang
BT. NAGABAHULU
Janglangkap
SebuluReloro
Muara Badak
Karokah
Loahtebu
Pegatan BT. SERDANG

Kota Bangun
Sibuntai Siduling

Kulampai
G. TERUS
kEJAWI

Kedangipil
Lebakmantan
Benuabaru Timbau

Muara Muntai
Lebakcelong
Muarayoyak Tenggarong Tanjunglaong

Induanjat
BT. NGAWANG
Serdang
G. BUKITBIRU
SAMARINDA
G. AMBEN

Lampatan
Tanjungbora

Gambar 3.1 : Peta Lokasi Proyek


G. ASAM

G. BOAN
Buas

Anggana
Loa Kulu
Jitan

sanga sanga
Loa Janan
G. KLAWET
Muara Jawa

Samboja

74
3.2. Data Tanah

Tabel 3.1 : Data Pengujian CBR

No. STA CBR No. STA CBR


1 0+000 10.65 17 3+200 15.40
2 0+200 13.34 18 3+400 15.23
3 0+400 14.12 19 3+600 14.96
4 0+600 13.22 20 3+800 14.58
5 0+800 15.60 21 4+000 14.45
6 1+000 11.20 22 4+200 12.43
7 1+200 12.70 23 4+400 10.34
8 1+400 14.60 24 4+600 15.21
9 1+600 14.10 25 4+800 14.32
10 1+800 12.70 26 5+000 13.43
11 2+000 12.90 27 5+200 13.67
12 2+200 13.80 28 5+400 13.89
13 2+400 13.50 29 5+600 13.07
14 2+600 12.60 30 5+800 13.56
15 2+800 15.00 31 6+000 13.50
16 3+000 15.30 Jumlah 566.59
Sumber : PT. Sabila Trancana Cipta

3.3. Data Topografi

DATA TOPOGRAFI

Tabel 3.2 Data Topografi

Raw Full
No. Northing Easthing Elevation Desc Desc

0 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground

1 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground

2 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground

3 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground

4 9991926.688 475339.718 28.056 existing Ground

75
5 9991926.987 475337.741 28.456 existing Ground

6 9991930.778 475312.726 28.856 existing Ground

7 9991927.587 475333.786 28.956 existing Ground

8 9991927.886 475331.808 29.256 existing Ground

9 9991930.718 475313.122 29.256 existing Ground

10 9991930.838 475312.331 29.256 existing Ground

11 9991928.336 475328.842 29.456 existing Ground

12 9991930.658 475313.517 29.656 existing Ground

13 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground

14 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground

15 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground

16 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground

17 9991932.636 475300.466 29.756 existing Ground

18 9991928.71 475326.371 29.956 existing Ground

19 9991930.359 475315.495 29.956 existing Ground

20 9991929.534 475320.933 30.031 existing Ground

Sumber : PT. Sabila Trancana Cipta

3.4. Data Lalulintas Harian Rata-rata (LHR)

Sepeda Motor = 438 Kendaraan/hari

Mobil Penumpang = 96 Kendaraan/hari

Truk 2 as = 140 Kendaraan/hari

Sumber : Survey LHR pada lokasi yang fungsinya sama

76
3.5. Data Curah Hujan DATA CURAH HUJAN 10 TAHUN TERAKHIR (2001-2010)
MUARA BADAK
Tabel 3.3: Data Curah Hujan(Badan Pusat Statistik, 2010)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 RATA-RATA
BULAN
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
JANUARI 23 558 17 352.0 19 348.0 9 185.0 15 476.0 17 442.3 10 404.0 13 357.1 3 110.6 10 293.9 125 352.7
FEBRUARI 14 406 16 363.0 16 309.0 11 351.0 10 257.0 16 538.7 13 253.9 18 562.9 15 834.1 12 271 148 414.7
MARET 12 443 6 90.0 8 164.0 10 353.0 0 0.0 12 216.7 18 511.9 19 417.6 7 221.1 13 316 93 273.3
APRIL 3 47 7 121.0 3 39.5 2 30.0 0 0.0 13 309.5 12 279.7 9 213.3 9 193 12 252 49 148.5
MEI 3 65 3 23.0 1 27.0 5 85.0 0 0.0 2 7.0 5 107.3 0 0.0 6 296 9 340 24 95.0
JUNI 6 148 0 0.0 0 0.0 4 48.0 3 54.0 0 0.0 4 90.2 0 0.0 1 161 8 126.2 19 62.7
JULI 2 29 0 0.0 0 0.0 0 0.0 6 219.5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 4 47.6 10 29.6
AGUSTUS 0 0 1 3.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 2.5 0 0.6
SEPTEMBER 1 5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 16 395.5 1 40.1
OKTOBER 17 595 0 0.0 7 87.0 0 0.0 10 134.9 0 0.0 4 50.1 5 136.5 3 210 17 171.3 47 138.5
NOPEMBER 15 278 10 257.0 10 552.5 13 250.0 7 412.7 0 0.0 11 210.6 11 305.2 8 106.9 15 156.8 91 253.0
DESEMBER 18 370 13 190.5 18 468.0 17 749.0 22 815.2 7 187.4 19 633.4 14 355.3 5 48 15 373.5 146 419.0
JUMLAH 114 2,944 73 1,399.5 82 1,995 71 2,051 73 2,369.3 67 1,701.6 96 2,541.1 89 2,347.9 57 2180.7 133 2,746 754 2,227.6
RATA-RATA 9.5 245.3 6.1 116.6 6.8 166.3 5.9 170.9 6.1 197.4 5.6 141.8 8.0 211.8 7.4 195.7 8.8 335.49 11.1 228.9 62.8 185.6

Sumber : Badan Pusat Statistik Kutai Kartanegara 2010

77
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.1. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan pada ruas jalan akses masuk Desa Sabintulung yaitu

jalan Kolektor Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi

dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan

jumlah jalan masuk dibatasi.

Kelas jalan pada akses masuk Desa Sabintulung yaitu Kelas III A

lebar satu lajur yaitu 2x3.5 (m), lebar jalan yaitu 7 (m) dan lebar bahu jalan

yaitu 2 (m). Penentuan kelas jalan mengacu pada Peraturan Pemerintah

Republik Indonesi UU. No. 34 Tahun 2006 tentang jalan.

4.1.2. Perhitungan Geometirk

A. Perhitungan Sudut

Perhitungan sudut menggunakan Softwert Land Development

(LD), tetapi pada laporan ini saya lampirkan perhitungan sudut

menggunakan sistem koordinat (x,y). Dimana hasil antara Softwert LD

dan sistem koordinat hasilx pasti sama. Karena hasil gambar dari LD

inilah yang kemudian dihitung menggunakan sistem koordinat. Berikut

ini adalah contoh perhitungan sudut.:

78
STA 0+048
X=7.266
STA 0+000 Y=47.946 STA 0+122
X=0.000
Ƽ X=8.924
Y=0.000
Y=122.721

Gambar 4.1 : Titik kordinat setiap sudut

122.72 - 47.95
α1-2 = arc tan = 1.55 Radian = 89
8.92 - 7.27

∆° = 90 – α1-2

= 90 – 89

= 1°

Dari hasil perhitungan sudut diatas data perhitungan untuk

perhitungan sudut untuk selanjutnya terdaftar pada tabel berikut :

Tabel 4.1 : Kordinat dan sudut tikungan


KORDINAT
TITIK STA ∆°
X Y
A 0+000.000 0.000 0.000
T1 0+048.493 7.266 47.946 1
T2 0+122.286 8.924 122.721 40
T3 0+265.967 101.200 231.789 28
T4 0+435.503 20.608 380.944 17
T5 0+634.706 77.393 571.882 26
T6 0+780.784 14.409 703.684 78
T7 0+993.023 193.406 741.561 41
T8 1+131.995 285.127 845.976 5
T9 1+384.116 308.019 1097.047 37
T10 1+592.872 182.078 1263.534 10
T11 1+798.714 216.817 1466.423 28
T12 1+973.755 135.001 1621.166 15

79
T13 2+116.493 172.119 1758.994 47
T14 2+368.061 355.624 1931.076 80
T15 2+517.849 503.046 1957.589 91
T16 2+654.210 500.237 2093.922 16
T17 2+785.956 463.143 2220.337 1
T18 2+924.143 461.470 2358.514 8
T19 3+251.484 418.402 2683.010 7
T20 3+710.088 471.394 3138.542 15
T21 4+094.134 369.828 3508.914 6
T22 4+204.533 382.074 3618.632 26
T23 4+397.494 298.668 3792.630 32
T24 4+512.471 358.750 3890.660 8
T25 4+656.315 339.746 4033.243 15
T26 4+754.124 364.761 4127.799 58
T27 4+863.470 457.718 4185.255 11
T28 4+963.453 477.038 4283.369 28
T29 5+242.131 607.913 4529.404 40
T30 5+395.817 705.778 4647.901 10
T31 5+518.725 726.367 4769.072 17
T32 5+670.732 770.158 4914.635 45
T33 5+838.284 887.861 5033.881 63
T34 6+003.159 1035.375 5107.524 54
B 6+199.536 876.674 5223.187

B. Alinyemen Horisontal

1. Perhitungan Tikungan Untuk Full Circle (FC)

Tikungan T1 STA 0+048.493

Kelas jalan = III A

Medan = Datar

Kecepatan (V ) = 80 km/jam

Sudut ∆° = 1°

80
Jari-jari (Rc) = 900 m (Ketentuan Berdasarkan Kecepatan)

Untuk ketentuan panjang jari-jari (Rc) untuk Full Circle telah

ditentukan Rmin yang telah ditentukan pada tata cara perencanaan

Geometrik Jalan No. 38/TBM/1997. Jari-jari minimum tersebut

diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 : Panjang jari-jari minimum untuk Full Circle


VR
120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Rmin
2500 1500 900 500 350 250 130 60
(m)
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Gambar 4.2 : Lengkungan Full Circle

a) Mencari panjang tangen jarak dari Tc ke PI atau PI ke CT

menggunakan rumus sebagai berikut :

 Tc = Rc tan ½ ∆

= 900 x tan ½ 1

= 9.977 m

81
Dari perhitungan tersebut diperoleh panjang Lengkung (Tc)

pada STA 0+048.4893

b) Mencari jarak PI ke busur lingkaran

 Ec = Tc tan ¼ ∆

= 9.977 x ¼ 1

= 0.055 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh jarak jarak PI ke busur

lingkaran (Ec) pada STA 0+048.4893

c) Mencari panjang busur lingkaran (Lc)

 ∆ π Rc
Lc =
360˚
.
=

= 9.971 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh panjang busur lingkaran

(Lc) pada STA 0+048.4893

Untuk perhitungan tikungan Full Circle (F-C) selanjutnya

digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan selanjutnya akan disusun

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3 : Data perhitungan tikungan Fill Circle (F-C)


V R Tc Ec Lc
NO STA TYPE Δ°
Km/Jam m m m m
1 0+048.493 F-C 80 900 1.270 9.977 0.055 9.971
2 0+265.967 F-C 60 500 28.383 126.442 15.740 123.783
3 0+435.503 F-C 80 900 16.562 130.995 9.483 130.016
4 0+634.706 F-C 80 900 25.542 203.993 22.829 200.502

82
5 1+131.995 F-C 80 900 5.210 40.945 0.931 40.896
6 1+384.116 F-C 80 900 37.106 302.063 49.338 291.283
7 1+592.872 F-C 80 900 9.716 76.493 3.245 76.271
8 1+798.714 F-C 80 900 27.866 223.281 27.283 218.751
9 1+973.755 F-C 80 900 15.073 119.067 7.842 118.319
10 2+116.493 F-C 80 900 46.840 389.837 80.802 367.694
11 2+654.210 F-C 80 900 16.353 129.318 9.243 128.373
12 2+785.956 F-C 80 900 0.694 5.448 0.016 5.445
13 2+924.143 F-C 80 900 7.560 59.465 1.962 59.348
14 3+251.484 F-C 80 900 6.635 52.173 1.511 52.088
15 3+710.088 F-C 80 900 15.335 121.166 8.120 120.380
16 4+094.134 F-C 80 900 6.369 50.071 1.392 49.994
17 4+204.533 F-C 80 900 25.611 204.564 22.955 201.044
18 4+397.494 F-C 80 900 31.504 253.859 35.117 247.305
19 4+512.471 F-C 80 900 7.592 59.714 1.979 59.596
20 4+656.315 F-C 80 900 14.818 117.035 7.578 116.323
21 4+863.470 F-C 80 900 11.140 87.768 4.269 87.447
22 4+963.453 F-C 60 500 28.010 124.711 15.318 122.155
23 5+395.817 F-C 80 900 9.643 75.919 3.196 75.701
24 5+518.725 F-C 80 900 16.743 132.446 9.693 131.435

2. Perhitungan Tikungan Untuk Spiral Circle Sipral (SCS)

Tikungan T2 STA 0+122.286

Kelas jalan = III A

Medan = Datar

Kecepatan (V ) = 60 km/jam

Sudut ∆° = 40°

Jari-jari (Rc) = 115 m (Ketentuan Berdasarkan Kecepatan)

83
Data yang telah ditentukan untuk perhitungan tikungan Sipiral

Circle Spiral ini sebagai berikut :

Sudut Lengkung Spiral (Ɵs) = 18.232 m (tabel)

Pergeseran tangen terhadap spiral (p) = 1.8487 m (tabel)

Absis dari pada garis tangen spiral (k) = 34.8817 m (tabel)

Perubahan kecepatan pada ditikungan (C) = 0.4 m/detik

Panjang busur lingkaran (Ls) = 70 m (tabel)

Superelevasi (e) = 0.2 % (ketentuan)

Koefisien gesekan melintang (f) = 0.15

Untuk ketentuan panjang jari-jari (Rc) untuk Spiral Circle Spiral

telah ditentukan Rmin yang telah ditentukan pada tata cara

perencanaan Geometrik Jalan No. 38/TBM/1997. Jari-jari minimum

tersebut diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 : Panjang jari-jari minimum (dibulatkan)


VR (km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 15
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Gambar 4.3 : Spiral – Circle – Spiral

84
a) Menghitung Rmin

 R = V²
127 (e + f)
.
=
( . . )

= 63.353 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh Rmin pada Tikungan T2 STA

0+122.286

b) Menghitung panjang tangen dari titik PI ke titik TS (Ts)

 Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k

= (115 + 1.849) tan ½ 40 + 34.882

= 77.68 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Tc) pada Tikungan T2 STA

0+122.286

c) Menghitung jarak dari PI ke busur Lingkaran (Es)

( )
 Es = - Rc
½∆

( . )
= – 115
½

.
= – 115
.

= 9.439 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Ec) pada Tikungan T2 STA

0+122.286

85
d) Menghitung Sudut lengkung (∆1)

 ∆1 = ∆ - (2 x Ɵs)

= 40 – (2 x 18.232)

= 3.769 °
Dari perhitungan tersebut diperoleh (∆1) pada Tikungan T2 STA

0+122.286

e) Menghitung panjang busur lingkaran (Lc)

 Lc = x 2πR

.
= x 2 x 3.14 x 115

= 7.56 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Lc) pada Tikungan T2 STA

0+122.286

f) Menghitung panjang keseluruhan tikungan (Ltot)

 Ltot = Lc + 2 Ls

= 7.56 + (2 x 70)

= 147.560 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Ltot) pada Tikungan T2

STA 0+122.286

g) Menghitung Ls min

.
 LS min = 0,022 x – 2,727
.

³ 60 x 0.2
= 0,022 x – 2,727 0.4
.

86
= 0,022 x – 2,727 x
.

= 103.3 – 81.81

= 21.494 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Ls min) pada Tikungan T2

STA 0+122.286

Dari semua hasil perhitungan untuk perhitungan tikungan Spiral

Circle Spiral mempunyai control sebagai berikut :

Kontrol :

1. Ls > Lsmin

70 m > 21.494 m (Memenuhi Syarat)

2. Lc < 20

7.56 m < 20 m (Memenuhi Syarat)

3. Lt < 2 x Ts

21.49m < 155.4 m (Memenuhi Syarat)

Apa bila perhitungan ini tidak memenuhi syarat maka

disarankan untuk menggunakan tikungan Spiral Spiral.

Untuk perhitungan tikungan Spiral Circle Spiral (S-C-S)

selanjutnya digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan

selanjutnya akan disusun dalam tabel berikut ini :

87
Tabel 4.5 : Data perhitungan tikungan Spiral Circle Spiral (S-C-S)
V R Ls p k Ts Es Δ1° Lc Lt
NO STA TYPE Δ° Өs°
Km/Jam m m m m m m m m
1 0+122.286 S-C-S 60 115 40.233 70 18.232 1.849 34.882 77.680 9.440 3.769 7.560 147.560
2 0+993.023 S-C-S 60 115 41.297 70 18.232 1.849 34.882 78.915 9.870 4.833 9.695 149.695
3 5+242.131 S-C-S 60 115 39.553 70 18.232 1.849 34.882 76.895 9.172 3.089 6.197 146.197
4 5+670.732 S-C-S 60 115 45.373 70 18.232 1.849 34.882 83.728 11.648 8.909 17.873 157.873

88
3. Perhitungan Tikungan Untuk Sipral Spiral (SS)

Penggunaan lengkung spiral – spiral dipakai apabila hasil

perhitungan pada bagian lengkung S–C–S tidak memenuhi syarat

yang telah ditentukan. Bentuk tikungan ini dipergunakan untuk

tikungan yang tajam.

Tikungan T6 STA 0+780.784

Kelas jalan = III A

Medan = Datar

Kecepatan (V ) = 60 km/jam

Sudut ∆° = 78°

Jari-jari (Rc) = 115 m (Ketentuan Berdasarkan Kecepatan)

Data yang telah ditentukan untuk perhitungan tikungan Sipiral

Spiral ini sebagai berikut :

Sudut Lengkung Spiral (Ɵs) = 18.232 m (tabel)

Pergeseran tangen terhadap spiral (p) = 1.849 m (tabel)

Absis dari ppada garis tangen spiral (k) = 34.8817 m (tabel)

Panjang busur lingkaran (Lc) = 70 m (tabel)

Superelevasi (e) = 0.2 % (ketentuan)

Koefisien gesekan melintang (f) = 0.15

Untuk ketentuan panjang jari-jari (Rc) untuk Spiral Circle Spiral

telah ditentukan Rmin yang telah ditentukan pada tata cara

perencanaan Geometrik Jalan No. 38/TBM/1997. Jari-jari minimum

tersebut diuraikan pada tabel dibawah ini :

89
Tabel 4.6 : Panjang jari-jari minimum (dibulatkan)
VR (km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 15
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Gambar 4.4 : Spiral–Spiral

a) Menghitung panjang tangen dari titik PI ke titik TS (Ts)

 Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k

= (115 + 18.23) tan ½ 78 + 34.882

= 129.592 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Tc) pada Tikungan T6 STA

0+780.784

b) Menghitung jarak dari PI ke busur Lingkaran (Es)

( )
 Es = - Rc
½∆

( . )
= – 115
½

.
= – 115
.

90
= 35.412 m

Dari perhitungan tersebut diperoleh (Ec) pada Tikungan T6 STA

0+780.784

Dari semua hasil perhitungan untuk perhitungan tikungan Spiral

Spiral mempunyai control sebagai berikut :

Kontrol :

1. 2 Ls > 2 Ts

140 m > 259 m (Memenuhi Syarat)

Untuk perhitungan tikungan Spiral Spiral (S-S) selanjutnya

digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan selanjutnya akan

disusun dalam tabel berikut ini :

91
Tabel 4.7 : Data perhitungan tikungan Spiral Spiral (S-S)
V R Ls p k Ts Es
NO STA TYPE Δ° Өs°
Km/Jam m m m m m m

1 0+780.784 S-S 60 115 78.052 70 18.232 1.849 34.882 129.592 35.412


2 2+368.061 S-S 60 115 79.805 70 18.232 1.849 34.882 132.590 37.318
3 2+517.849 S-S 60 115 91.180 70 18.232 1.849 34.882 154.163 51.978
4 4+754.124 S-S 60 115 58.280 70 18.232 1.849 34.882 100.026 18.781
5 5+838.284 S-S 60 115 63.470 70 18.232 1.849 34.882 107.148 22.390
6 6+003.159 S-S 50 80 53.915 70 18.232 1.849 34.882 76.509 11.826

92
4. Perhitungan Diagram Superelevasi

TC CT
Bagian Lengkung Penuh

I II III Sisi Dalam Tikungan


IV

Gambar4.5 : Diagram Superelevasi

Diagram Superelevasi T1 pada STA 0+048.493

Kelas jalan = III A

Medan = Datar

Kec. Rencana (V) = 80 km/jam

eMax = 6%

eNormal = 2%

eRencana = 6%

Ls = 9.971

a) Mencari ex (kemiringan jalan pada ¾ Ls)

¾ ( ) en
ex =

¾ . ( ) . 2
=
.

=4%

93
b) Mencari jarak ex (A1)

A1 =

.
=
% %

.
=
%

A1 = 2.5 m

Gambar potongan :

en= 2% en= 2% 0%
en= 2%

Potongan I Potongan II

ex= 4% emax = 6%
en= 2%

Potongan I Potongan I

Untuk perhitungan Diagram superelevasi selanjutnya

digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan selanjutnya akan

disusun dalam tabel berikut ini :

94
Tabel 4.8 : Data perhitungan Diagram Superelevasi
Jarak
V Ls
TITIK STA TYPE en emax eRen Tc (m) Lc (m) ex (A1) ex
Km/Jam (m)
m
T1 0+048.493 F-C 80 2% 6% 6% - 9.977 9.971 2.493 4%
T2 0+122.286 S-C-S 60 2% 10% 2% 70 - 7.560 35.00 4%
T3 0+265.967 F-C 60 2% 6% 6% - 126.442 123.783 30.946 4%
T4 0+435.503 F-C 80 2% 6% 6% - 130.995 130.016 32.504 4%
T5 0+634.706 F-C 80 2% 6% 6% - 203.993 200.502 50.126 4%
T6 0+780.784 S-S 60 2% 10% 10% 70 - - 11.667 4%
T7 0+993.023 S-C-S 60 2% 10% 2% 70 - 9.695 35 4%
T8 1+131.995 F-C 80 2% 6% 6% - 40.945 40.896 10.224 4%
T9 1+384.116 F-C 80 2% 6% 6% - 302.063 291.283 72.821 4%
T10 1+592.872 F-C 80 2% 6% 6% - 76.493 76.271 19.068 4%
T11 1+798.714 F-C 80 2% 6% 6% - 223.281 218.751 54.688 4%
T12 1+973.755 F-C 80 2% 6% 6% - 119.067 118.319 29.580 4%
T13 2+116.493 F-C 80 2% 6% 6% - 389.837 367.694 91.923 4%
T14 2+368.061 S-S 60 2% 10% 10% 70 - - 11.667 4%
T15 2+517.849 S-S 60 2% 10% 10% 70 - - 11.667 4%
T16 2+654.210 F-C 80 2% 6% 6% - 129.318 128.373 32.093 4%

95
T17 2+785.956 F-C 80 2% 6% 6% - 5.448 5.445 1.361 4%
T18 2+924.143 F-C 80 2% 6% 6% - 59.465 59.348 14.837 4%
T19 3+251.484 F-C 80 2% 6% 6% - 52.173 52.088 13.022 4%
T20 3+710.088 F-C 80 2% 6% 6% - 121.166 120.380 30.095 4%
T21 4+094.134 F-C 80 2% 6% 6% - 50.071 49.994 12.498 4%
T22 4+204.533 F-C 80 2% 6% 6% - 204.564 201.044 50.261 4%
T23 4+397.494 F-C 80 2% 6% 6% - 253.859 247.305 61.826 4%
T24 4+512.471 F-C 80 2% 6% 6% - 59.714 59.596 14.899 4%
T25 4+656.315 F-C 80 2% 6% 6% - 117.035 116.323 29.081 4%
T26 4+754.124 S-S 60 2% 10% 10% 70 - - 11.667 4%
T27 4+863.470 F-C 80 2% 6% 6% - 87.768 87.447 21.862 4%
T28 4+963.453 F-C 60 2% 6% 6% - 124.711 122.155 30.539 4%
T29 5+242.131 S-C-S 60 2% 10% 2% 70 - 6.197 35 4%
T30 5+395.817 F-C 80 2% 6% 6% - 75.919 75.701 18.925 4%
T31 5+518.725 F-C 80 2% 6% 6% - 132.446 131.435 32.859 4%
T32 5+670.732 S-C-S 2% 2% 10% 2% 70 - 17.873 35 4%
T33 5+838.284 S-S 60 2% 10% 10% 70 - - 11.667 4%
T34 6+003.159 S-S 50 2% 10% 10% 70 - - 11.667 4%

96
5. Perhitungan Pelebaran Pada Tikungan

Kelas jalan = III A

Medan = Datar

Kec. Rencana (V) = 80 km/jam

Jari-jari (R) = 900 m

Ls = 9.971

Elevasi Max = 10 %

Elevasi Normal =2%

Elevasi Rencana = 10 %

Lebar Lajur (Bn) = 3.5 m

Jumlah Lajur (n) = 2 Lajur

Asumsi :

 Kendaraan Rencana : Truck Tunggal

 Lebar Kendaraan (b) : 2.5 m

 Jarak antar gandar (P) : 6.5 m

 Tunjolan depan kend (A) : 1.5 m

 Nilai C : 1.25

a) Menghitung Rc

- Ri = R – 1/2 jalur Lalulintas

= 900 – 1.75

= 898.25 m

- Rc = Ri + 1/2 b

= 898.25 + 1.75

97
= 899.50 m

b) Menghitung B'

- B' = (Rc² − 64 + 1.25)² + 64 − √ − 64

= (899.50² − 64 + 1.25)²

[1] = (899.5 + 1.25)²

= 811286.47

B' = [1] + 64 − 899.5 + 1.25

= 2.54 m

c) Menghitung Nilai Z

. ( )
- Z =

.
=

= 0.28 m

d) Menghitung total lebar jalan (Bt)

- Bt = n (B+C)+Z

= 2 (2.54 + 1.25) + 0.28

= 7.85 m

Jadi tambah tebal perkerasan pada tikungan STA 0+048.493

yaitu :

∆b = Bt – Bn

= 7.85 – 7

= 0.85 m`

98
BT = 7.85 m
∆b = 0.85m

Bn = 7 m

Gambar 4.6 : Pelebaran Tikungan

Untuk perhitungan Pelebaran Tikungan selanjutnya

digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan selanjutnya akan

disusun dalam tabel berikut ini :

99
Tabel 4.9 : Data perhitungan Diagram Superelevasi

V Lebar
TITIK STA TYPE R (m) Ri Rc B' Z Bt ∆b
km/jam Lajur (m)
T1 0+048.493 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T2 0+122.286 S-C-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T3 0+265.967 F-C 60 500 7 896.5 897.75 2.56 0.21 7.83 0.83
T4 0+435.503 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T5 0+634.706 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T6 0+780.784 S-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T7 0+993.023 S-C-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T8 1+131.995 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T9 1+384.116 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T10 1+592.872 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T11 1+798.714 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T12 1+973.755 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T13 2+116.493 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T14 2+368.061 S-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T15 2+517.849 S-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T16 2+654.210 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86

100
T17 2+785.956 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T18 2+924.143 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T19 3+251.484 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T20 3+710.088 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T21 4+094.134 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T22 4+204.533 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T23 4+397.494 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T24 4+512.471 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T25 4+656.315 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T26 4+754.124 S-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T27 4+863.470 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T28 4+963.453 F-C 60 500 7 896.5 897.75 2.56 0.21 7.83 0.83
T29 5+242.131 S-C-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T30 5+395.817 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T31 5+518.725 F-C 80 900 7 896.5 897.75 2.54 0.28 7.86 0.86
T32 5+670.732 S-C-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T33 5+838.284 S-S 60 115 7 896.5 897.75 2.78 0.21 8.27 1.27
T34 6+003.159 S-S 50 80 7 896.5 897.75 2.91 0.18 8.50 1.50

101
6. Perhitungan Jarak Pandang

A. Perhitungan Jarak pandang Henti (Jh)

Tikungan Pada STA 0+048.493

Kecepatan (Vr) = 80 km/jam

Percepatan Grafitasi (g) = 9.8 m/det² (ketetapan)

Waktu tanggap (T) = 2.5 det (ketetapan)

Koefisien gesek (fp) = 0.35 (ketetapan)

a) Menghitung jarak tanggap (Jht)

- Jht = xT
.

= 80 x 2.5
.

= 55.56 m

b) Menghitung jarak pengereman (Jhr)

Vr 2
- Jhr =
3.6
2.(g).(Fp)

80.00 2
=
3.6
2 (9,8) (0,313)

= 80.50 m

c) Menghitung jarak pandang henti (Jh)

- Jh = Jht + Jhr

= 55.56 + 80.50

= 136.05 m

102
Jarak pandang henti pad tikungan STA 0+048.493 yaitu

136.05m.

Untuk perhitungan Jarak Pandang henti (Jh) Tikungan

selanjutnya digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan

selanjutnya akan disusun dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.11 : Data perhitungan Diagram Superelevasi


V
TITIK STA g T fp Jht Jhr Jh
Km/Jam
T1 0+048.493 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T2 0+122.286 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T3 0+265.967 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T4 0+435.503 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T5 0+634.706 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T6 0+780.784 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T7 0+993.023 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T8 1+131.995 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T9 1+384.116 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T10 1+592.872 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T11 1+798.714 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T12 1+973.755 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T13 2+116.493 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T14 2+368.061 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T15 2+517.849 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T16 2+654.210 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T17 2+785.956 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T18 2+924.143 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T19 3+251.484 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T20 3+710.088 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T21 4+094.134 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T22 4+204.533 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T23 4+397.494 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T24 4+512.471 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T25 4+656.315 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T26 4+754.124 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T27 4+863.470 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54

103
T28 4+963.453 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T29 5+242.131 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T30 5+395.817 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T31 5+518.725 80 9.8 2.5 0.35 55.56 71.99 127.54
T32 5+670.732 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T33 5+838.284 60 9.8 2.5 0.35 41.67 40.49 82.16
T34 6+003.159 50 9.8 2.5 0.35 34.72 28.12 62.84

B. Perhitungan Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Jarak pandang mendahului ( Jd ) adalah jarak yang

memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di

depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke

lajur semula. (Lihat gambar di bawah ini)

Gambar 4.7 : Jarak pandang Mendahului

Keterangan :

A = kendaraan yang mendahului

B = kendaraan yang berlawanan arah

C = kendaraan yang didahului oleh kendaraan A

104
Tabel 4.12 : Panjang jarak mendahului
Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd (meter) 800 670 550 350 250 200 150 100
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

Tikungan Pada STA 0+048.493

Kecepatan (Vr) = 80 km/jam

Perbedaan kecepatan = 15 km/jam (ketetapan)

a) Menghitung waktu dalam detik (T1)

- T1 = 2.12 + 0.026 Vr

= 2.12 + (0.026 x 80)

= 4.2 detik

b) Menghitung waktu kendaraan berada di jalur lawan

dalam detik (T2)

- T2 = 6.56 + 0.048 Vr

= 6.56 + (0.48 x 80)

= 10.4 detik

c) Menghitung nilai percepatan rata-rata km/jam/detik (a)

- a = 2.052 + 0.0036 Vr

= 2.052 + (0.0036 x 80)

= 2.34 detik

d) Menghitung jarak yang ditempuh selama waktu tanggap

(d1)

a x T1
- d1 = 0.278 T1 (Vr – m )+ ( 2
)

105
2.34 x 4.2
= (0.278 x 4.2) x (80 – 15) + ( 2
)

= 80.808 m

e) Menghitung jarak yang ditempuh selama mendahului

(d2)

- d2 = 0.278 x Vr x T2

= 0.278 x 80 x 10.2

= 231.296 m

f) Menghitung jarak kendaraan yang mendahului dari arah

berlawanan (d3)

- d3 = Nilai Vr = 80 km/jam pada tabel didapat d3

= 120 m

g) Menghitung jarak yang ditempuh kendaraan yang

berlawanan arah

- d4 = 2/3 x (d2)

= 2/3 x (231.296)

= 154.968 m

h) Menghitung jarak pandang mendahului (Jd)

- Jd = d1 + d2 + d3 + d4

= 80.808 + 231.296 + 120 + 154.968

= 586.301 m

Kesimpulan

 Jika setiap jarak pandang kurang dari 522,07 M maka di

pasang rambu - rambu "DILARANG MENDAHULUI

106
 Untuk kecepatan 80 km/jam nilai Jd sama karena nilai

kecapatan sama.

Untuk perhitungan Jarak Pandang Mendahului (Jd)

selanjutnya digunakan rumus seperti diatas. Perhitungan

selanjutnya akan disusun dalam tabel berikut ini :

107
Tabel 4.13 : Data perhitungan jarak pandang mendahului berdasarkan kecepatan (Vr)

NO STA Vr m T1 T2 a d1 d2 d3 d4 Jd
1 0+048.493 80 15 4.2 10.4 2.34 80.808 231.296 120 154.197 586.301
2 0+122.286 60 15 3.68 9.44 2.27 50.21 157.459 75 104.973 387.642
3 6+003.159 50 15 3.42 8.96 2.23 37.093 124.544 55 83.0293 299.667

108
C. Alinyemen Vertikal

Lengkung Vertikal ditencanakan untuk merubah secara bertahap

perubahan dari dua macam kelacdaian arah memanjang jalan pada

setiap lokasi yang diperlukan. Lengkung Vertikal terdiri dari dua

macam yaitu lengkung cembung dan cekung.

1. Perhitungan Alinyemen Vertikal

Kelas jalan = III A

Medan = Datar

Kec. Rencana (V) = 60 km/jam

eMax = 4%

eNormal = 2%

eRencana = 10%

a) Perhitungan kondisi g1 STA (I-PPV)

STA ELEVASI (m) KONDISI


I 0+000 30.000
PPV 0+200 23.000 Turun
Jarak Sta (I -PPV) 200

b) Perhitungan kondisi g2 STA (II-PPV)

STA ELEVASI (m) KONDISI


PPV 0+200 30.000
II 0+300 23.000 Naik
Jarak Sta (I -PPV) 100

c) Menghitung kemiringan pada g1 dan g2

- g1 = x 100
( )

109
23.00−30.00
= 200
x 100

= - 3.500 %

- g1 = x 100
( )

26.00−23.00
= 100
x 100

= 3.00 %
d) Menghitung perbandingan kelandaian (A)

- A = g1 – g2

= -3.5 – 3.0

= 6.50 %

e) Menentukan Jarak horisontal antara PLV dan PTV (Lv) yaitu

panjang lengkung, panjang Lv ditentukan berdasarkan grafik

panjang lengkung vertikal.

Langkah untuk menentukan panjang lengkung (Lv) yaitu :

 Menentukan perbandingan kelandaian (A)

 Menentukan kecepatan pada kelandaian vertikal tersebut

 Setelah menentukan kelandaian (A) menarik garis lurus

menghubungkan garis kecepatan (V)

 Setelah garis terhubung pada garis kecepatan selanjutnya

menghubungkan garis tersebut kepada panjang lengkung,

dengan cara menarik garir lurus dari arah kanan kekiri.

Dari langkah tersebut dapat ditentukan nilai LV pada kelandaian

6.5% yaitu LV = 110 m.

110
Gambar 4.8 : Grafik panjang lengkung Vertikal Cekung

111
Gambar 4.9 : Grafik panjang lengkung Vertikal Cekung

f) Menghitung jarak pergeseran vertikal (Ev)

A x Lv
- Ev = 800

6.5 x 110
= 800

= 0.894

g) Menghitung Jarak horisontal dari setiap titik pada garis

kelandaian terhadap PLV (X)

- X = 1/3 Lv

112
= (1/3) x 110

= 36.67 m

h) Menghitung jarak pergeseran vertikal dari titik yang

bersangkutan

A
- Y = 200 x Lv x X²

6.5
= 200 x 110 x 36.67²

= 0.397

Untuk perhitungan Vertikal selanjutnya digunakan rumus

seperti diatas. Perhitungan selanjutnya akan disusun dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.14 : Data perhitungan Lengkung Vertikal


Kec
STA g1 g2 A Lv X Y Ev KET
(V)

0+200 60 -3.50 3.00 6.50 110 36.667 0.397 0.894 Cekung

0+300 60 3.00 1.50 1.50 38 12.667 0.032 0.071 Cekung

0+500 80 1.50 0.50 1.00 42 14.000 0.023 0.053 Cekung

0+700 80 0.50 -3.00 3.50 83 27.667 0.161 0.363 Cekung

0+800 60 -3.00 4.00 7.00 100 33.333 0.389 0.875 Cembung

1+000 60 4.00 -4.00 8.00 123 41.000 0.547 1.230 Cekung

1+200 60 -4.00 3.00 7.00 118 39.333 0.459 1.033 Cekung

1+300 80 3.00 1.00 2.00 42 14.000 0.047 0.105 Cekung

1+500 80 1.00 -1.00 2.00 50 16.667 0.056 0.125 Cembung

1+600 50 -1.00 -8.00 7.00 67 22.333 0.261 0.586 Cekung

1+700 60 -8.00 -3.00 5.00 65 21.667 0.181 0.406 Cembung

113
1+800 50 -3.00 4.00 7.00 67 22.333 0.261 0.586 Cekung

1+900 50 4.00 -6.00 10.00 80 26.667 0.444 1.000 Cembung

2+000 40 -6.00 6.00 12.00 83 27.667 0.553 1.245 Cekung

2+100 60 6.00 10.00 4.00 60 20.000 0.133 0.300 Cekung

2+200 40 10.00 0.00 10.00 40 13.333 0.222 0.500 Cembung

2+300 60 0.00 -6.00 6.00 90 30.000 0.300 0.675 Cembung

2+400 60 -6.00 0.50 6.50 100 33.333 0.361 0.813 Cekung

2+600 60 0.50 -4.00 4.50 60 20.000 0.150 0.338 Cembung

2+800 40 -4.00 7.00 11.00 80 26.667 0.489 1.100 Cekung

2+900 50 7.00 -1.00 8.00 52 17.333 0.231 0.520 Cembung

3+000 50 -1.00 -8.00 7.00 51 17.000 0.198 0.446 Cembung

3+100 60 -8.00 -2.00 6.00 90 30.000 0.300 0.675 Cembung

3+200 50 -2.00 5.50 7.50 80 26.667 0.333 0.750 Cekung

3+400 60 5.50 -2.00 7.50 110 36.667 0.458 1.031 Cembung

3+600 80 -2.00 -1.50 0.50 42 14.000 0.012 0.026 Cekung

3+800 60 -1.50 6.00 7.50 120 40.000 0.500 1.125 Cekung

3+900 60 6.00 0.00 6.00 80 26.667 0.267 0.600 Cembung

4+000 60 0.00 -5.00 5.00 52 17.333 0.144 0.325 Cembung

4+100 40 -5.00 4.00 9.00 62 20.667 0.310 0.698 Cekung

4+300 40 4.00 -8.00 12.00 50 16.667 0.333 0.750 Cembung

4+400 60 -8.00 -4.00 4.00 50 16.667 0.111 0.250 Cembung

4+500 60 -4.00 -1.00 3.00 35 11.667 0.058 0.131 Cembung

4+700 80 -1.00 1.00 2.00 42 14.000 0.047 0.105 Cekung

4+800 60 1.00 5.00 4.00 60 20.000 0.133 0.300 Cekung

4+900 50 5.00 -3.00 8.00 55 18.333 0.244 0.550 Cembung

114
5+000 40 -3.00 6.00 9.00 62 20.667 0.310 0.698 Cekung

5+100 60 6.00 1.00 5.00 70 23.333 0.194 0.438 Cembung

5+200 60 1.00 -3.00 4.00 50 16.667 0.111 0.250 Cembung

5+300 50 -3.00 3.50 6.50 70 23.333 0.253 0.569 Cekung

5+500 50 3.50 -6.00 9.50 60 20.000 0.317 0.713 Cembung

5+800 40 -6.00 4.11 10.11 78 26.000 0.438 0.986 Cekung

4.1.3. Perencanaan Tebal Perkerasan

A. Menghitung Lalulintas Harian Rata-rata

a) Data Lalulintas Tahun 2012

- Sepeda motor = 438 Kendaraan/hari

- Mobil penumpang = 96 Kendaraan/hari

- Truck 2 as = 140 Kendaraan/hari

Waktu perencanaan dan pelaksanaan (n) = 1 tahun

Pertumbuhan lalulintas selama perencanaan dan pelaksanaan (i1) =

13.55 %

Umur rencana (n) = 15 tahun

Pertumbuhan lulintas selama umur rencana = 13.55 %

Curah hujan = 201.019 mm/tahun

b) Perhitungan LHR pada tahun 2014 (awal umur rencana)

- LHR rencana = LHR x (1 + i1)n

a. Sepeda motor = 438 x (1 + 0.136 )1 = 497 Kend/hari.

b. Mobil penumpang = 96 x (1 + 0.136 )1 = 109 Kend/hari.

c. Truck 2 as = 140 x (1 + 0.136 )1 = 159 Kend/hari.

115
c) Perhitungan LHR pada tahun 2027 (akhir umur rencana)

- LHR rencana = LHR x (1 + i2)n

a. Sepeda motor = 497 x (1 + 0.136 )15 = 3346 Kend/hari.

b. Mobil penumpang = 109 x (1 + 0.136 )15 = 733 Kend/hari.

c. Truck 2 as = 159 x (1 + 0.136 )15 = 1069 Kend/hari.

d) Klasifikasi jalan menurut lalulintas harian rata-rata

- Sepeda motor = 3346 x 0.5 = 1673 SMP

- Mobil penumpang = 733 x 1 = 733 SMP

- Truck 2 as = 1069 x 2 = 2139 SMP

- Jumlah 4545 SMP

B. Data Pengujian DCP

Tabel 4.15 : Data DCP


No. STA CBR No. STA CBR
1 0+000 10.65 17 3+200 15.40
2 0+200 13.34 18 3+400 15.23
3 0+400 14.12 19 3+600 14.96
4 0+600 13.22 20 3+800 14.58
5 0+800 15.60 21 4+000 14.45
6 1+000 11.20 22 4+200 12.43
7 1+200 12.70 23 4+400 10.34
8 1+400 14.60 24 4+600 15.21
9 1+600 14.10 25 4+800 14.32
10 1+800 12.70 26 5+000 13.43
11 2+000 12.90 27 5+200 13.67
12 2+200 13.80 28 5+400 13.89
13 2+400 13.50 29 5+600 13.07
14 2+600 12.60 30 5+800 13.56
15 2+800 15.00 31 6+000 13.50
16 3+000 15.30 Jumlah 283.70
Sumber : PT. Sabila Trancana Cipta

116
CBR rata-rata = 18.277 %

CBR Max = 15.60 %

CBR Min = 3.32 %

Jumlah titik (n) = 31

a) Mencari CBR segmen

CBR rata -

. .
18.277 -
.

CBR segmen = 14.415

b) Meghitung Daya Dukung Tanah

Daya Dukung Tanah dicari menggunakan grafik kolerasi daya

dukung tanah dengan CBR, adapun langkahnya sebagai berikut :

 Menentukan nilai CBR yang akan dicari nilai daya dukung

tanahnya.

 Setelah menentukan nilai CBR menarik garis lusur dari arah

kanan kekiri untuk menentukan nilai DDT.

117
DDT = 6.7 CBR = 14.42

Gambar 4.10 : Kolerasi daya dukung tanah DDT dengan CBR

CBR segmen = 14.42 %

DDT = 6.7 (grafik korelasi daya dukung tanah (DDT)

dengan CBR

c) Menghitung nilai Faktor Regional (FR)

- Kelandaian = 10 %

- Curah hujan = 201 mm

- % Kendaraan berat =
. .

- % Kendaraan berat =

118
- FR = 1.0 (Tabel faktor regional)

d) Koefisien distribusi kendaraan (C)

- 2 lajur 2 arah

- C kendaraan ringan = 0.5

- C kendaraan berat = 0.5

e) Menghitung angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan

- Mp 2(1+1) = 0.0002 + 0.0002 = 0.0004

- T.2as 13(5+8) = 0.1410 + 0.9238 = 1.0648

f) Menghitung Lalulintas Ekivalen Rencana

- Lalulintas Ekivalen Permulaan (LEP)

MP = 109 x 0.5 x 0.0004 = 0.022

T.2as = 159 x 0.5 x 1.0648 = 84.636

LEP = 84.636

- Lalulintas Ekivalen Akhir (LEA)

MP = 733 x 0.5 x 0.0004 = 0.147

T.2as = 159 x 0.5 x 1.0648 = 569.325

LEA = 569.325

- Lalulintas Ekivalen Tengah (LET)

LET =

. .
=

= 327.06

119
- Lalulintas Ekivalen Rencana (LER)

LER = LET x

=327.06 x

= 490.60

g) Menghitung Indeks Permukaan Awal (IP0)

Jenis Lapisan
IP Roughness Test (mm/Km)
Permukaan
≥4 ≤ 1000
LASTON
3,9 - 3,5 > 1000
Sumber : Tata Cara Perencanann Geometrik Jalan No.
38/TBM/1997

h) Menghitung Indeks Permukaan Akhir (IPt)

LER = 490.60

Klasifikasi jalan Kolektor

IPt = 2.0 (*Berdasarkan UU No. 38 tahun 2004 yang diperjelas

peraturan pemerintah No. 34 tahun 2006 (untuk jalan Kolektor)

i) Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

ITP = 7.5 (tebal minimum)

Hasil ITP merupakan *IPT = 7.5 diperoleh dari Nomogram untuk

Ipt = 2,0 dan IPO = > 4

- Bahan perkerasn

Laston (MS 590) a1 = 0.35

Batu pecah kelas B (CBR 100%) a2 = 0.14

SIRTU kelas B (CBR 50%) a3 = 0.12

120
- Tebal Perkerasan

D1 = LASTON ITP = 10 cm

D2 = Batu Pecah ITP = 15 cm

ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3

7.5 = (0.35 x 10) + (0.14 x 15) + (0.12 x D3)

7.5 = 5.6+ (0.12 x D3)

.
D3 =
.

D3 = 15.83 cm Dibulatkan 16 cm

Laston (MS 590) 7.5 cm

Batupecah Kelas A 20 cm

Sirtu Kelas B 16 cm

4.1.4. Perencanaan Drainase Permukaan Jalan

Perencanaan drainase ini dibuat untuk mengendalikan air (linpasan)

permukaan jalan akibat hujan. Tujuan dari drainase ini untuk memelihara

agar jalan tidak tergenang air hujan dalam waktu yangcukup lama.

A. Data Curah Hujan

Tabel 4.16 : Data Curah Hujan

Hujan Max
No. Tahun (n) (Xi - x)2
(xi)
1 2001 245.30 1960.81
2 2002 116.60 7126.57
3 2003 166.30 1205.41

121
4 2004 170.90 907.15
5 2005 197.40 13.10
6 2006 141.80 3506.89
7 2007 211.80 116.23
8 2008 195.70 28.29
9 2009 335.49 18082.45
10 2010 228.90 777.35
Jumlah 2010.19 33724.25
Sumber : PT. Sabila Trancana Cipta

a) Menghitung Curah Hujan Rata-rata (X rata-rata)

X rata-rata =

.
=

= 201.019 mm

Kolom 9 = (Xi - x)2

= (335.45 – 201.01)2

= 18082.45 mm

Menghitung Standar Devisiasi (S)

2
S = Σ(Xi - x)
n- 1

33724.25
= 9

= 61.21 mm

R10 = kala ulang 10 tahun dengan n = 10 tahun (2001-2010)

122
B. Menghitung analisa hujan rencana (XT)

a) Menentukan nilai Yn

Yn = 0.4952 didapat dari jumlah tahun curah hujan yang dipakai,

yaitu n = 10 tahun.

Tabel 4.17 : Nilai Yn

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5053 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5225 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5432
40 0,5436 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5519 0,5518
60 0,5521 0,5534 0,5527 0,5530 0,5530 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5550 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
b) Menentukan nilai SN

Sn = 0.9496 didapat dari jumlah tahun curah hujan yang dipakai,

yaitu n = 10 tahun.

Tabel 4.18 : Nilai Sn

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 0,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086
30 0,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 0,1413 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1591
50 0,1607 1,1623 1,1623 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 0,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1990 1,1987 1,1994 1,2001
90 0,2007 12013,0000 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2040 1,2055 1,2060
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

123
c) Menentukan nilai Yt

Kala ulang tahunan n = 10. Di dapat nilai Yt dari faktor reduksi

yaitu 2.2502

Tabel 3.3 : Hubungan antar kala ulang dengan faktor reduksi Yt

Tabel 4.19 : Nilai FR berdasarkan Kala Ulang (Tahunan)

Kala Ulang
Faktor Reduksi
(Tahunan)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

d) Rumus yang digunakan yaitu metode Gumbel

XT = Xrata-rata + (Yt- Yn)

.
= 201.02 + (2.2502 – 0.4952)
.

= 314.151 mm

124
C. Menghitung intensitas Hujan

Daerah Tangkapan

0.000
0.000

Gambar 4.11 : Daerah Tangkapan

a) Waktu konsentrasi (tc)

Tc = t1 + t2

Panjang saluran = 300 m

Tabel 4.20 : Kecepatan aliran yang diijinkan berdasarkan jenis


material pasangan batu = 1.50 m/det
Kecepatan Aliran Air
JENIS BAHAN Yang Diijinkan
(m/detik)
Lempung kepasitas 0.45
Lanau aluvial 0.50
Kerikil halus 0.60
Lempung kokoh 0.75
Lempung Padat 0.75
Kerikil halus 1.10
Batu-batu besar 1.20
Pasangan Batu 1.50
Beton 1.50
Beton tidak bertulang 1.50
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

Diketahui :

Lo Jalanan = 3.5 m ==> S Jalan = 2 %

125
Lo Bahu Jalan = 2.0 m ==> S Jalan = 4 %

Lo samping Jalan = 17.5 m ==> S Jalan = 2 %

Tabel 4.21 : Koefisien lapisan


No Kondisi Lapisan Permukaan nd
1 Lapis semen dengan beton 0.013
2 Permukaan licin dan kedap air 0.020
3 Permukaan licin dan kokoh 0.100

4 Tanah dengan rumput tipis dan gundul


dengan permukaan sedikit gundul 0.200
5 Padang rumput dan rerumputan 0.400
6 Hutan gundul 0.600
7 Hutan dan Rimba 0.800
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

a) nd jalan = 0.020 (kondisi1)

b) nd bahu jalan = 0.200 (kondisi1)

c) nd samping jalan = 0.800 (kondisi1)

rumus yang digunakan yaitu :

0.167
t1a = x3,28xLox

.
= (0.667 x 3.28 x 3.5 x )0.167

= (0.667 x 3.28 x 3.5 x 0.141)0.167

= 1.013 menit

0.167
t1b = x3,28xLox

.
= (0.667 x 3.28 x 2 x )0.167

= (0.667 x 3.28 x 2 x 1)0.167

126
= 1.279 menit

0.167
t1c = x3,28xLox

.
= (0.667 x 3.28 x 17.7 x )0.167

= (0.667 x 3.28 x 17.5 x 5.657)0.167

= 2.455 menit

t1 = t1a + t1b + t1c

= 1.013 + 1.279 + 2.455

= 4.748 menit

t2 = t2 =

=
.

= 3.333 menit

waktu konsentrasi (tc) :

tc = t1 + t2

= 4.784 + 3.333

= 8.081 menit ==> 0.13 jam

b) Menghitung waktu intensitas hujan menggunakan rumus Monobe

(I):

24 2/3
I = x

. 24 2/3
= x
.

= 414.51

127
= 415 mm/jam

D. Menghitung Debit Air (Q)

a) Mencari Luasan (A)

A1 = Badan Jalan = Panjang Jalan x Lebar

= 300 x 3.5

= 1050 m2 ==> 0.001 km2

A2 = Bahu Jalan = Panjang Jalan x Lebar

= 300 x 2

= 600 m2 ==> 0.001 km2

A3 = Samping Jalan = Panjang Jalan x Lebar

= 300 x 17.5

= 5250 m2 ==> 0.005 km2

A Total = A1 + A2 + A3

= 1050 + 600 +5250

= 6900 m2 ==> 0.007 km2

I = 415 mm/jam

b) Menentukan nilai koefisien pengairan (C)

Tabel 4.22 : Koefisien pengairan (C) dan harga faktor limpasan


(fk)
Koefesien Faktor
Kondisi Permukaan Tanah Pengairan Limpasan
(C) (fk)
BAHAN
1 Jalan beton dan jalan aspal 0,70-0,95 -
2 Jalan kerikil & jalan tanah 0,40-0,70 -
3 Bahu jalan: -
a. Tanah berbutir halus 0,40-0,65 -

128
b. Tanah berbutir kasar 0,10-0,20 -
c. Batuan masif keras 0,70-0,85 -
d. Batuan masif lunak 0,60-0,75 -
TATA GUNA LAHAN
1 Daerah perkotaan 0,70-0,95 0.2
2 Daerah pinggir kota 0,60-0,70 1.5
3 Daerah industri 0,60-0,90 1.2
4 Permukiman padat 0,60-0,80 2
5 Permukiman tidak padat 0,40-0,60 1.5
6 Taman & kebun 0,20-0,40 0.2
7 persawahan 0,45-0,60 0.5
8 perbukitan 0,70-0,80 0.4
9 pegunungan 0,75-0,90 0.3
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006
C1 = Badan jalan = Aspal = 0.08 (tabel)

C2 = Bahu jalan = Bahu jalan = 0.65 (tabel)

C3 = Samping jalan = Daerah Pinggir Kota = 0.70 (tabel)

C1 rata-rata =

. . . . . . .
C rata-rata =

. . . .
=
.

.
=
.

= 0.977 m2/det

c) Menentukan nilai Debit (Q)

Mencari nilai koefisien Debit munggunakan rumus modifikasi

rasional

129
- Cs =

2 8.081
= 2 8.081 +3.333

= 0.829 m3/det

- Q = x 0.829 x (0.977 x 415 x 0.007)


.

= 0.278 x 0.829 x 2.795

= 0.64 m3/det

Untuk kecepatan aliran berdasarkan pasangan batu (V) = 1.5

m/det (tabel kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan

jenis material).

E. Menghitung Dimensi Saluran Drainase

1. Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit

maksimim (Fd)

a) Luas penampang yang diperlukan

fd =

.
=
.

= 0.43 m2

fe = fd = 0.43 m2

130
Syarat Dimensi Trapesium

Tabel 4.23 : Kemiringan talud


Kemiringan Talud
Debit air Q (m2 / detik)
Saluran
0,00 – 0,75 1:1
0,75 - 15 1:1.5
15 - 80 1:2
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

Untuk kemiringan talud (m) berdasarkan Q 0.64 = 1 : 1 ==> 1

Rumus yang digunakan yaitu :

+2. .
= +1
2

+2 1
= 1 2+1
2

b + d = 2 x √2

b = 1.414 d

Trapesium

(b + md) d = fe

b + 1.8 x d x d = 0.43

(1.41 d + 1 x d) d = 0.43

2.414 d2 = 0.43

.
d =
.

d = 0.42 m

Tinggi jagaan (free Boar)

- w = (0.5 0.4)

131
= (0.5 0.422)

= 0.5 m

Tinggi saluran total

- h =d+w

= 0.42 + 0.5

= 0.9 m

- b = 0.63 x d

= 0.63 x 0.4

= 0.3 m

- T =b+2xmxh

= 0.266 + 2 x 1 x 0.881

=2m

T=2

w = 0.5

h = 0.9

d = 0.42

m=1 m=1

b = 0.3

Gambar 4.12 : Dimensi Saluran Drainase

Kemiringan saluran

- R = d/2

132
.
=

= 0.21 m

b) Menetukan harga n untuk manning (n)

n = 0.03 didapat dari tabel harga untuk manning berdasarkan

tipe saluran

vn
- i = ²

1.5 x 0.03
= ²
.

0.045
= ²
.

= 0.016 ==> 1.6 %

F. Perencanaan Gorong-gorong (Culvert)

Pada sarana drainase jalan, gorong – gorong termasuk dalam

drainase permukaan yang berfungsi sabagai penerus aliran dari saluran

samping ketempat pembuangan. Gorong – gorong ini ditempatkan

melintang pada badan jalan di beberapa lokasi sesuai dengan

kebutuhan.

Gorong-gorong ini direncanakan dengan tipe single.

Dimensi saluran gorong-gorong ini mengacu pada peraturan standar

gorong-gorong persegi, dinas pekerjaan umum.

Analisa Hidrolika

Input data Gorong-gorong :

133
Tabel 4.24 : Dimensi Gorong-gorong persegi
Tipe Singel
L (cm) t (cm) h (cm)
100 100 16
100 150 17
100 200 18
200 100 22
200 150 23
200 200 25
200 250 26
200 300 28
300 150 20
300 200 30
300 250 30
300 300 30
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen
Pekerjaan Umum 2006

Dimensi Gorong-gorong :

L = 1.00 m

t = 1.00 m

h = 0.16 m

V = 1.50 m/det

Q saluran = 0.64 m3/det

Rumus dasar :

a) Menghitung luas daerah pengairan (A)

A = (t x L) – (h x h)

= (1 x 1 ) – (0.16 x 0.16)

= 0.97 m2

134
b) Menghitung debit saluran Gorong-gorong (Q)

Q =VxA

= 1.46 m2

Q = 1.46 m3/det > Q saluran 0.64 m3/det

Tinggi jagaan saluran :

Tabel 4.25 : Tinggi jagaan (W)

Debit (m³/det) Tinggi jagaan (m)


Saluran dengan pasagan :
Q < 1.50 0.20
1.5 < Q < 5.00 0.25
5.00 < Q < 10.00 0.30
10.00 < Q < 15.00 0.40
Q > 15.00 0.50
Saluran tanpa pasangan :
Q < 5.00 0.50
5.00 < Q < 10.00 0.75
Q > 10.00 1.00
Sumber : Sistem perencanaan drainase jalan Departemen Pekerjaan
Umum 2006

Diperoleh tinggi jagaan sesuai dengan debit air yang diperoleh

W = 0.20 m

Penenentuan lokasi Gorong-gorong pada :

a) STA 5+300

b) STA 3+800

c) STA 3+200

d) STA 2+400

135
h = 0.16 (m)

w = 0.2 (m)

t = 1 (m)

h = 0.16 (m)

L = 1 (m)

Gambar 4.13 : Dimensi Saluran Gorong-gorong

136
REKAPITULASI
PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN

Proyek : PEMBANGUAN AKSES JALAN MASUK DESA SABINTULUNG KEC.


MUARA KAMAN

Prop / Kab / Kodya : KUKAR

Jumlah Harga
No. Divisi Uraian Pekerjaan
(Rupiah)

5 Pekerasan Non Aspal 9,922,347,135

6 Perkerasan Aspal 7,250,576,894

(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 17,172,924,028

Terbilang : TUJUH BELAS MILIYAR SERATUS TUJUH PULUH DUA JUTA SEMBILAN
RATUS DUA PULUH EMPAT DUA PULUH DELAPAN RUPIAH
INFORMASI UMUM
No. URAIAN INFORMASI

1. Nomor Paket Kontrak : ………………………………………………

2. Nama Paket : …………………………………………………………………..


………………………………………………………………….
3. Propinsi / Kabupaten / Kotamadya : KUKAR I

4. Lokasi pekerjaan Periksa lampiran

5. Kondisi jalan lama ..............................

6. Panjang efektif ( lihat sketsa di bawah ) 6.0 Kilometer ( Leff = a + b )

7. Lebar jalan lama ( bahu + perkerasan + bahu ) ( 0.50 + 4.50 + 0.50 ) meter

8. Lebar Rencana ( bahu + perkerasan + bahu ) ( 2.00 + 7.00 + 2.00 ) meter

9. Penampang jalan, jenis dan volume pekerjaan pokok Lihat lampiran.

10. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 180 hari kalender


Atau : 6.00 bulan (Periode Pelaksanaan)

11. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan ---> L= 4.50 Kilometer

Perhitungan didasarkan pada sketsa di bawah ini : L = { (c+a/2)*a + (c+b/2)*b } / (a+b)

3.00 Km = a C 3.00 Km = b

A B
3.0 Km = c

Base Camp ---------> D

Kalkulasi Jarak Rata-Rata =

12. Jam kerja efektif dalam 1 hari 7.0 jam


13. Asuransi, Pajak, dsb. untuk Peralatan 0.002 x Harga Pokok Alat
14. Tingkat Suku Bunga Investasi Alat 10.00 %
15. Biaya Umum dan Keuntungan 15.00 % x Biaya Langsung
HARGA DASAR SATUAN UPAH

HARGA
No. URAIAN KODE SATUAN SATUAN KETERANGAN
( Rp.)

1. Pekerja (L01) Jam 10,773.81 Rp 75,416.67 / hari


2. Tukang (L02) Jam 14,916.67 Rp 104,416.67 / hari
3. Mandor (L03) Jam 17,773.81 Rp 124,416.67 / hari
4. Operator (L04) Jam 16,345.24 Rp 114,416.67 / hari
5. Pembantu Operator (L05) Jam 10,488.10 Rp 73,416.67 / hari
6. Sopir / Driver (L06) Jam 14,916.67 Rp 104,416.67 / hari
7. Pembantu Sopir / Driver (L07) Jam 10,488.10 Rp 73,416.67 / hari
8. Mekanik (L08) Jam 14,916.67 Rp 104,416.67 / hari
9. Pembantu Mekanik (L09) Jam 10,488.10 Rp 73,416.67 / hari
10. Kepala Tukang (L10) Jam 16,345.24 Rp 114,416.67 / hari
DAFTAR
HARGA SATUAN ALAT

Harga
No. Jenis Alat yang
digunakan

1 Asphalt Mixing Plant 3,366,000,000


2 Asphalt Finisher 676,260,000
3 Asphalt Sprayer 130,050,000
4 Bulldozer 100-150 Hp 1,706,859,432
5 Compressor 4000-6500 L/M 26,010,000
6 Dump Truck 3.5 Ton 364,140,000
7 Dump Truck 728,280,000
8 Excavator 80-140 Hp 1,196,460,000
9 Generator Set 52,020,000
10 Motor Grader >100 Hp 1,248,480,000
11 Wheel Loader 1.0-1.6 M3 988,380,000
12 Three Wheel Roller 6-8 T 520,200,000
13 Tandem Roller 6-8 T. 520,200,000
14 Vibratory Roller 5-8 T. 936,360,000
15 Water Tanker 3000-4500 L. 832,320,000
DAFTAR
HARGA DASAR SATUAN BAHAN

HARGA
No. URAIAN KODE SATUAN SATUAN KETERANGAN
( Rp.)

1 Aspal M10 KG 13,973.40 Base Camp


2 Bahan Pengisi Filler M05 KG 1,794.45 Proses/Base Camp
3 Kerosen / Minyak Tanah M11 LITER 10,900.00 Base Camp
4 Bensin M20 LITER 10,000.00 Pertamina
5 Solar M21 LITER 11,000.00 Pertamina
6 Minyak Pelumas / Olie M22 LITER 38,500.00 Pertamina
7 S i r t u Kelas A M26 M3 384,460.45 Base Camp
8 Batu Pecah Kelas B M26 M3 355,901.44 Base Camp
PERHITUNGAN VOLUME

DEVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


5.1 (1) Agregat Batu Pecah Kelas A
Nomer Panjang Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
5.1 (1) 5,994.00 7.00 0.22 - 9,230.76 Liter
Total 9,230.76 Liter
5.1 (2) Agregat Sirtu Kelas B
nomer Panjang Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
5.1 (2) 5,994.00 7.00 0.16 - 6,713.28 Liter
Total 6,713.28 Liter
BAB VI DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL
6.1(1)(a) Lapis Resap Pengikat
Nomer Panjang Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
6.1(1)(a) 5,994.00 14.00 - 0.80 67,132.80 Liter
Total 67,132.80 Liter
6.1 (2)(a) Lapis Perekat - Aspal Cair
Nomer Panjang Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
6.1 (2)(a) 5,994.00 14.00 - 0.40 33,566.40 Liter
Total 33,566.40 Liter
6.3(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi Halus/kasar)
Nomer Panjang Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
6.3(5a) 5,994.00 7.00 0.03 2.30 2,895.10 Ton
Total 2,895.10 Ton
6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi Halus/kasar)
Nomer Panjang Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
6.3(6a) 7,100.00 7.00 0.045 2.26 5,054.49 Ton
Total 5,054.49 Ton
6.3.8.a Aspal Minyak
Nomer Volume Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
AC-WC 2,895.10 7.00 0.03 5.90% 1.71 Ton
AC-BC 5,054.49 7.00 0.045 5.90% 2.98 Ton
Total 4.69 Ton
6.3.10 Bahan Pengisi (filler) tambahan (semen)
Nomer Volume Lebar Tinggi Koeff Volume Satuan
AC-WC 2,895,102 7.00 0.03 2.10% 608 kg
AC-BC 5,054,490 7.00 0.045 2.00% 1,011 kg
Total 1,619 kg
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

Program : PEMBANGUAN AKSES JALAN MASUK DESA SABINTULUNG KEC. MUARA KAMAN
Kegiatan : PEMBANGUAN AKSES JALAN MASUK DESA SABINTULUNG KEC. MUARA KAMAN

No. Mata Harga Jumlah


Uraian Volume Satuan
Pembayaran Satuan Haga Satuan
(Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR


5.1 (1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A 9230.76 M3 640,775.39 5,914,843,796
5.1 (2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B 6713.28 M3 596,951.62 4,007,503,339

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 5 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 9,922,347,135

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL


6.1 (1) (a) Lapis Resap Pengikat 67,132.80 Liter 20,326.23 1,364,556,747
6.1 (2) (a) Lapis Perekat Aspal Cair 33,566.40 Liter 21,386.58 717,870,639
6.3 (5a) Laston (AC/WC) 2,895.10 Ton 643,658.75 1,863,457,732
6.3 (6a) Laston (AC/BC) 5,054.49 Ton 640,271.90 3,236,247,925
6.3 (8a) Aspal Minyak 4.69 Ton 13,973,400 65,538,869
6.3 (10) Bahan Pengisi Filler 1618.86942 Kg 1,794 2,904,980

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 6 (masuk pada Rekaputulasi Pekerjaan Harga Pekerja) 7,250,576,894
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan DUMP TRUCK 3.5 TON E08
2. Tenaga Pw 100.0 HP
3. Kapasitas Cp 6.0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 364,140,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 36,414,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 43,226.65 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 364.14 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 43,590.79 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 132,000.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 96,250.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 15,931


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 22,758.75 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 293,773.21 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 337,363.99 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir / Mekanik U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir / Pmb.Mekanik U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan DUMP TRUCK 10 TON E09
2. Tenaga Pw 190.0 HP
3. Kapasitas Cp 10.0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 728,280,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 72,828,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 86,453.29 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 728.28 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 87,181.57 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 250,800.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 182,875.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 31,862 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 45,517.50 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 537,888.08 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 625,069.66 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir / Mekanik U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir / Pmb.Mekanik U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan EXCAVATOR 80-140 HP E10
2. Tenaga Pw 133.0 HP
3. Kapasitas Cp 0.93 M3
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 1,196,460,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 119,646,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 142,030.41 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 1,196.46 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 143,226.87 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 175,560.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 128,012.50 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 52,345 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 74,778.75 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 457,529.71 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 600,756.58 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan GENERATOR SET E12
2. Tenaga Pw 180.0 HP
3. Kapasitas Cp 135.0 KVA
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 52,020,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 5,202,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 6,175.24 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 52.02 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 6,227.26 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 237,600.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 173,250.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 2,276 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 3,251.25 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 443,210.46 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 449,437.71 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan MOTOR GRADER >100 HP E13
2. Tenaga Pw 135.0 HP
3. Kapasitas Cp 10,800.0 -
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 1,248,480,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 124,848,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 148,205.65 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 1,248.48 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 149,454.13 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 178,200.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 129,937.50 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 54,621 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 78,030.00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 467,621.83 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 617,075.96 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan WHEEL LOADER 1.0-1.6 M3 E15
2. Tenaga Pw 96.0 HP
3. Kapasitas Cp 1.5 M3
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 988,380,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 98,838,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 117,329.47 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 988.38 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 118,317.85 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 126,720.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 92,400.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 43,242 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 61,773.75 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 350,968.71 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 469,286.56 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan THREE WHEEL ROLLER 6-8 T E16
2. Tenaga Pw 55.0 HP
3. Kapasitas Cp 8.0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 520,200,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 52,020,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 61,752.35 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 520.20 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 62,272.55 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 72,600.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 52,937.50 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 22,759 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 32,512.50 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 207,642.08 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 269,914.64 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan TANDEM ROLLER 6-8 T. E17
2. Tenaga Pw 82.0 HP
3. Kapasitas Cp 8.1 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 520,200,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 52,020,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 61,752.35 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 520.20 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 62,272.55 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 108,240.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 78,925.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 22,759 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 32,512.50 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 269,269.58 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 331,542.14 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan VIBRATORY ROLLER 5-8 T. E19
2. Tenaga Pw 82.0 HP
3. Kapasitas Cp 7.050 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 936,360,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 93,636,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 111,154.23 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 936.36 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 112,090.59 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 108,240.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 78,925.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 40,966 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 58,522.50 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 313,486.58 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 425,577.18 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan WATER TANKER 3000-4500 L. E23
2. Tenaga Pw 100.0 HP
3. Kapasitas Cp 4,000.0 Liter
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 832,320,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 83,232,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 98,803.76 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 832.32 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 99,636.08 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 132,000.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 96,250.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 36,414 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 52,020.00 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 343,517.33 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 443,153.42 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan ASPHALT MIXING PLANT E01
2. Tenaga Pw 294.0 HP
3. Kapasitas Cp 60.0 T/Jam
4. Alat a. Umur Ekonomis A 10.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 1,500.0 Jam
c. Harga Alat B 3,366,000,000.0 Rupiah

5 Kapastas tangki aspal Ca 30,000.00 liter

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 336,600,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.16275 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 328,680.60 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 4,488.00 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 333,168.60 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA


1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H1 485,100.00 Rupiah
Bahan Bakar Pemanasan Material = 12 ltr x Ms H2 5,544,000.00 Rupiah Khusus AMP
dan aspal (Oil Heater)
Bahan Bakar Pemanas Aspal = 1/1000 *Ca*Ms H3 330,000.00

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 339,570.00 Rupiah

3. Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 196,350


W
4. Biaya perbaikan (12,5 % - 17,5 %) x B K 392,700.00 Rupiah
W
5 Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah
6 Pembantu Operator = ( 3 Orang / Jam ) x U2 M 31,464.29 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+J+K+L+M) P 7,335,529.52 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) T 7,668,698.12 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7 PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
8 Bahan bakar Batubara 500.00 Rp/kg
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan ASPHALT FINISHER E02
2. Tenaga Pw 72.4 HP
3. Kapasitas Cp 10.0 Ton
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 6.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 1,400.0 Jam
c. Harga Alat B 676,260,000 Rupiah
5.

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 67,626,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.22961 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 99,819.18 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 966.09 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 100,785.27 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 119,460.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 83,622.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 30,190


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 84,532.50 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 344,638.01 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 445,423.28 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan ASPHALT SPRAYER E03
2. Tenaga Pw 4.0 HP
3. Kapasitas Cp 850.0 Liter
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 130,050,000 Rupiah

5 Kapastas tangki aspal Ca 850 Liter

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 13,005,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 15,438.09 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 130.05 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 15,568.14 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 5,280.00 Rupiah


Bahan Bakar Pemanas Aspal = 1/1000 *Ca*Ms H3 9,350.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 3,850.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 5,690 Rupiah


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 8,128.13 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 59,131.15 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 74,699.28 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan BULLDOZER 100-150 HP E04
2. Tenaga Pw 155.0 HP
3. Kapasitas Cp - -
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 1,706,859,432 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 170,685,943 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 202,619.35 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 1,706.86 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 204,326.21 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 204,600.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 149,187.50 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 74,675


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 106,678.71 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 561,974.65 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 766,300.86 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
URAIAN ANALISA ALAT

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KET.

A. URAIAN PERALATAN
1. Jenis Peralatan COMPRESSOR 4000-6500 L\M E05
2. Tenaga Pw 60.0 HP
3. Kapasitas Cp 5,000.0 CPM/(L/m)
4. Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5.0 Tahun
b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2,000.0 Jam
c. Harga Alat B 26,010,000 Rupiah

B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA


1. Nilai Sisa Alat = 10 % x B C 2,601,000 Rupiah

2. Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^A D 0.26380 -


(1 + i)^A - 1
3. Biaya Pasti per Jam :
a. Biaya Pengembalian Modal = (B-C)xD E 3,087.62 Rupiah
W

b. Asuransi, dll = 0.002 x B F 26.01 Rupiah


W

Biaya Pasti per Jam = (E+F) G 3,113.63 Rupiah

C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA

1. Bahan Bakar = (12%-15%) x Pw x Ms H 79,200.00 Rupiah

2. Pelumas = (2.5%-3%) x Pw x Mp I 57,750.00 Rupiah

Biaya bengkel (6.25% dan 8.75%) x B J 1,138


W

3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K 1,625.63 Rupiah


perbaikan = W

4. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L 16,345.24 Rupiah


5. Pembantu Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 10,488.10 Rupiah

Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P 166,546.90 Rupiah

D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S 169,660.52 Rupiah

E. LAIN - LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10.00 % / Tahun
2. Upah Operator / Sopir U1 16,345.24 Rp./Jam
3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U2 10,488.10 Rp./Jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 10,000.00 Liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 11,000.00 Liter
6. Minyak Pelumas Mp 38,500.00 Liter
7. PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi
Biaya Pekerjaan
ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (1) Analisa EI-511
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. A
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 4.50 KM
5 Tebal lapis agregat padat t 0.15 M
6 Berat isi padat Bip 1.81 -
7 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 jam
8 Proporsi Campuran : - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm 20-30 28.00 % Gradasi harus
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm 5-10&10-20 42.00 % memenuhi Spec.
- Pasir Urug PU 30.00 %
9 Berat Isi Agregat (lepas) Bil 1.51 ton/m3
Faktor kehilangan - Agregat A Fh1 1.05

II. URUTAN KERJA


1 Wheel Loader memuat Agregat campuran ke
dalam Dump Truck di Base Camp
2 Dump Truck mengangkut Agregat kelas A ke lokasi
pekerjaan dan dihampar dengan Motor Grader
3 Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank
Truck sebelum dipadatkan dengan Tandem
Roller
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan Alat Bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA


1. BAHAN
- Agregat A = 1 M3 x (Bip/Bil) x Fh (M26) 1.25861 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1.50 M3 (lepas)
Faktor bucket Fb 0.85 - kondisi sedang
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -
Waktu Siklus :
- Memuat dan lain-lain Ts1 0.45 menit panduan

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 141.10 M3


Ts1
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E15) 0.0071 jam

2.b. DUMP TRUCK (E08)


Kapasitas bak V 6.00 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 KM/jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 KM/jam
Waktu Siklus :
- Waktu memuat = V x 60/Q1 x Bil T1 1.69 menit
- Waktu tempuh isi = (L : v1) x 60 menit T2 13.50 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : v2) x 60 menit T3 9.00 menit
- lain-lain T4 2.00 menit
Ts2 26.19 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q2 6.08 M3


Ts2 x Bip
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 (E08) 0.1646 jam

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (1) Analisa EI-511
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. A
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. MOTOR GRADER (E13)


Panjang hamparan Lh 50.00 M
Lebar efektif kerja blade b 2.40 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 KM/jam
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan 1 x pp
Lajur lintasan N 3.00
Lebar Overlap bo 0.30 M
Waktu Siklus : Ts3
- Perataan 1 lintasan = Lh : (v x 1000) x 60 T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts3 1.75 menit

Kap. Prod. / jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x 60 Q3 234.77 M3


n x Ts3

Koefisien Alat / M3 = 1 : Q3 (E13) 0.0043 jam

2.d. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 1.50 KM/jam
Lebar efektif pemadatan b 1.20 M
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 3.00
Lebar overlap bo 0.30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap. Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa Q4 74.70 M3


n
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q4 (E19) 0.0134 jam

2.e. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume tanki air V 4.00 M3
Kebutuhan air / M3 agregat padat Wc 0.07 M3
Kapasitas pompa air pa 100.00 liter/menit
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q5 71.14 M3


1000 x Wc
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q5 (E23) 0.0141 jam

2.g. ALAT BANTU Lump Sum


Diperlukan :
- Kereta dorong = 2 buah.
- Sekop = 3 buah.
- Garpu = 2 buah.

3. TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 141.10 M3/jam
Produksi agregat / hari = Tk x Q1 Qt 987.70 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 7.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0.0496 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0.0071 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (1) Analisa EI-511
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. A
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 640,775.39 / M3.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : . . . . . . . . . . . bulan
.

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.00 M3
ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (2) Analisa EI-512
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 4.50 KM
5 Tebal lapis agregat padat t 0.15 M
6 Berat isi padat Bip 1.81
7 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 jam
8 Proporsi Campuran : - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm 20-30 18.00 % Gradasi harus
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm 5-10&10-20 18.00 % memenuhi
- Sirtu St 64.00 % Spesifikasi
9 Berat volume agregat (lepas) Bil 1.51 ton/m3
Faktor kehilangan - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm Fh1 1.05
Faktor kehilangan - Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm Fh2 1.05
Faktor kehilangan - Sirtu Fh3 1.05

II. URUTAN KERJA


1 Wheel Loader mencampur dan memuat Agregat ke
dalam Dump Truck di Base Camp
2 Dump Truck mengangkut Agregat ke lokasi
pekerjaan dan dihampar dengan Motor Grader
3 Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank
Truck sebelum dipadatkan dengan Tandem
Roller
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan Alat Bantu
III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Agregat B = 1 M3 x (Bip/Bil) x Fh (M27) 1.2586 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1.50 M3
Faktor bucket Fb 0.85 - lepas
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 - kondisi sedang
Waktu Siklus : Ts1
- Memuat dan lain-lain T1 0.45 menit panduan
Ts1 0.45 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 Q1 141.10 M3


Ts1
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q1 (E15) 0.0071 jam

2.b. DUMP TRUCK (E08)


Kapasitas bak V 6.00 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 KM/jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 KM/jam
Waktu Siklus :
- Waktu memuat = V x 60/Q1 x Bil T1 1.69 menit
- Waktu tempuh isi = (L : v1) x 60 menit T2 13.50 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : v2) x 60 menit T3 9.00 menit
- dan lain-lain T4 2.00 menit
Ts2 26.19 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fa x 60 Q2 6.08 M3


Ts2 x Bip
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q2 - 0.1646 jam

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (2) Analisa EI-512
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.c. MOTOR GRADER (E13)


Panjang hamparan Lh 50.00 M
Lebar efektif kerja blade b 2.40 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 KM/jam
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan 1 x pp
Lajur lintasan N 3.00
Lebar Overlap bo 0.30 M
Waktu Siklus : Ts3
- Perataan 1 lintasan = Lh : (v x 1000) x 60 T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts3 1.75 menit

Kap. Prod. / jam = Lh x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x 60 Q3 234.77 M3


n x Ts3
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q3 (E13) 0.0043 jam

2.d. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 3.00 KM/jam
Lebar efektif pemadatan b 1.20 M
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 3.00
Lebar overlap bo 0.30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap. Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa Q4 186.75 M3


n
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q4 (E17) 0.0054 jam

2.e. WATER TANK TRUCK (E23)


Volume tanki air V 4.00 M3
Kebutuhan air / M3 agregat padat Wc 0.07 M3
Kapasitas pompa air pa 100.00 liter/menit
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap. Prod. / jam = pa x Fa x 60 Q6 71.14 M3


Wc x 1000
Koefisien Alat / M3 = 1 : Q6 (E23) 0.0141 jam

2.g. ALAT BANTU Lump Sum


Diperlukan :
- Kereta dorong = 2 buah.
- Sekop = 3 buah.
- Garpu = 2 buah.

3. TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 141.10 M3/jam
Produksi agregat / hari = Tk x Q1 Qt 987.70 M3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 7.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt - 0.0496 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt - 0.0071 jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

Berlanjut ke hal. berikut


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (2) Analisa EI-512
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. B
SATUAN PEMBAYARAN : M3 URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 596,951.62 / M3.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : . . . . . . . . . . . bulan
.

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.00 M3
Analisa EI-511

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROP / KAB / KODYA : KUKAR I


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (1) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.00
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. A TOTAL HARGA : 640,775.39
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0.02

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 0.0496 10,773.81 534.49


2. Mandor (L03) jam 0.0071 17,773.81 125.97

JUMLAH HARGA TENAGA 660.46

B. BAHAN

1. Aggrgat A M26 M3 1.2586 384,460.45 483,885.49

JUMLAH HARGA BAHAN 483,885.49

C. PERALATAN
1. Wheel Loader (E15) jam 0.0071 469,286.56 3,325.91
2. Dump Truck (E08) jam 0.1646 337,363.99 55,528.33
3. Motor Grader (E13) jam 0.0043 617,075.96 2,628.41
4. Tandem Roller (E17) jam 0.0134 331,542.14 4,438.32
5. Water Tanker (E23) jam 0.0141 443,153.42 6,229.06
6. Alat Bantu Ls 1.0000 500.00 500.00
7.

JUMLAH HARGA PERALATAN 72,650.04

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 557,195.99


E. OVERHEAD & PROFIT 15.0 % x D 83,579.40
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 640,775.39
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
Analisa EI-512

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROP / KAB / KODYA : KUKAR I


ITEM PEMBAYARAN NO. : 5.1 (2) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.00
JENIS PEKERJAAN : Lps. Pond. Agg. Kls. B TOTAL HARGA : 596,951.62
SATUAN PEMBAYARAN : M3 % THD. BIAYA PROYEK : 0.02

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) jam 0.0496 10,773.81 534.49


2. Mandor (L03) jam 0.0071 17,773.81 125.97

JUMLAH HARGA TENAGA 660.46

B. BAHAN

1. Aggregat B M27 M3 1.2586 355,901.44 447,940.86

JUMLAH HARGA BAHAN 447,940.86

C. PERALATAN
1. Wheel Loader (E15) jam 0.0071 469,286.56 3,325.91
2. Dump Truck (E08) jam 0.1646 337,363.99 55,528.33
3. Motor Grader (E13) jam 0.0043 617,075.96 2,628.41
4. Tandem Roller (E17) jam 0.0054 331,542.14 1,775.33
5. Water Tanker (E23) jam 0.0141 443,153.42 6,229.06
6. Alat Bantu Ls 1.0000 1,000.00 1,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 70,487.05

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 519,088.36


E. OVERHEAD & PROFIT 15.0 % x D 77,863.25
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 596,951.62
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
Analisa EI-611a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROP / KAB / KODYA : KUKAR I


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (1)(a) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.00
JENIS PEKERJAAN : Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair TOTAL HARGA (Rp.) : 20,326.23
SATUAN PEMBAYARAN : Liter % THD. BIAYA PROYEK : 0.00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 0.1458 10,773.81 1,571.18


2. Mandor (L03) Jam 0.0146 17,773.81 259.20

JUMLAH HARGA TENAGA 1,830.38

B. BAHAN

1. Aspal (M10) Kg 0.6345 13,973.40 8,865.84


2. Kerosene (M11) liter 0.4840 10,900.00 5,275.60

JUMLAH HARGA BAHAN 14,141.44

C. PERALATAN

1. Asp. Distributor E41 Jam 0.0021 407,855.32 849.70


2. Compressor E05 Jam 0.0021 169,660.52 353.46
3 Alat Bantu ls 1.0000 500.00 500.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 1,703.16

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 17,674.98


E. OVERHEAD & PROFIT 15.0 % x D 2,651.25
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 20,326.23
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (1)(a) Analisa EI-611a
JENIS PEKERJAAN : Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
SATUAN PEMBAYARAN : Liter URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 4.50 KM
4 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 Jam
5 Faktor kehilangan bahan Fh 1.10 -
6 Komposisi campuran :
- Aspal Pen 60 atau Pen 80 As 56 % 100 bagian
- Kerosene K 44 % 80 bagian
7 Berat isi bahan :
- Aspal Pen 60 atau Pen 80 D1 1.03 Kg / liter
- Kerosene D2 0.80 Kg / liter
8 Bahan dasar (aspal & minyak pencair) semuanya
diterima di lokasi pekerjaan

II. URUTAN KERJA


1 Aspal dan Minyak Flux dicampur dan dipanaskan
sehingga menjadi campuran aspal cair
2 Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu
dan kotoran dengan Air Compressor
3 Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt
Distributor ke atas permukaan yang akan dilapis.

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
Untuk mendapatkan 1 liter Lapis Resap Pengikat
diperlukan : ( 1 liter x Fh ) PC 1.10 liter

1.a. Aspal = As x PC x D1 (M10) 0.6345 Kg.


1.b. Kerosene = K x PC (M11) 0.4840 Liter

2. ALAT
2.a. ASPHALT DISTRIBUTOR (E41)
Lebar penyemprotan b 3.00 M
Kecepatan penyemprotan V 30.00 m/menit Asumsi
Kapasitas pompa aspal pas 10 liter/menit Panduan
Faktor effisiensi kerja Fa 0.80 Sedang

Kap. Prod. / jam = pas x Fa x 60 Q1 480.00 liter

Koefisien Alat / Ltr = 1 : Q1 (E41) 0.0021 Jam

2.b. AIR COMPRESSOR (E05)

Kap. Prod. / jam = Asphalt Distributor Q2 480.00 liter

Koefisien Alat / Ltr = 1 : Q2 (E05) 0.0021 Jam

3. TENAGA
Produksi menentukan : ASPHALT DISTRIBUTOR Q4 480.00 liter
Produksi Lapis Resap Pengikat / hari = Tk x Q4 Qt 3,360.00 liter
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 10.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (1)(a) Analisa EI-611a
JENIS PEKERJAAN : Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
SATUAN PEMBAYARAN : Liter URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

Koefisien tenaga / liter :


- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0.1458 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0.0146 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 20,326.23 / liter.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : . . . . . . . . . . . . bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.00 Liter
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (2)(a) Analisa EI-612a
JENIS PEKERJAAN : Lapis Perekat - Aspal Cair
SATUAN PEMBAYARAN : Liter URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 4.50 KM
4 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 Jam
5 Faktor kehilangan bahan Fh 1.10 -
6 Komposisi campuran (Spesifikasi) :
- Aspal Pen 60 atau Pen 80 As 80 % 100 bagian
- Kerosene K 20 % 25 bagian
7 Berat isi bahan :
- Aspal Pen 60 atau Pen 80 D1 1.03 Kg / liter
- Kerosene D2 0.80 Kg / liter
8 Bahan dasar (aspal & minyak pencair) semuanya
diterima di lokasi pekerjaan

II. URUTAN KERJA


1 Aspal dan Minyak Flux dicampur dan dipanaskan
sehingga menjadi campuran aspal cair
2 Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu
dan kotoran dengan Air Compressor
3 Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt
Distributor ke atas permukaan yang akan dilapis.

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
Untuk mendapatkan 1 liter Lapis Resap Pengikat
diperlukan : ( 1 liter x Fh ) PC 1.10 liter

1.a. Aspal = As x PC x D1 (M10) 0.9064 Kg


1.b. Kerosene = K x PC (M11) 0.2200 liter

2. ALAT
2.a. ASPHALT DISTRIBUTOR (E41)
Lebar penyemprotan b 3.00 M
Kecepatan penyemprotan v 30.00 M/menit asumsi
Kapasitas pompa aspal pas 10 liter/menit Panduan
Faktor effesiensi kerja Fa 0.80 sedang

Kap. Prod. / jam = pas x Fa x 60 Q1 480.00 liter

Koefisien Alat / Ltr = 1 : Q1 (E41) 0.0021 Jam

2.b. AIR COMPRESSOR (E05)

Kap. Prod. / jam = Asphalt Distributor Q1 480.00 liter

Koefisien Alat / Ltr = 1 : Q2 (E05) 0.0021 Jam

3. TENAGA
Produksi menentukan : ASPHALT SPRAYER Q4 480.00 liter
Produksi Lapis Resap Pengikat / hari = Tk x Q4 Qt 3,360.00 liter
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 10.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / liter :


- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 0.1458 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt (L03) 0.0146 Jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (2)(a) Analisa EI-612a
JENIS PEKERJAAN : Lapis Perekat - Aspal Cair
SATUAN PEMBAYARAN : Liter URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 21,386.58 / liter.

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : . . . . . . . . . . . . bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.00 Liter
Analisa EI-612a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROP / KAB / KODYA : KUKAR I


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.1 (2)(a) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.00
JENIS PEKERJAAN : Lapis Perekat - Aspal Cair TOTAL HARGA (Rp.) : 21,386.58
SATUAN PEMBAYARAN : Liter % THD. BIAYA PROYEK : 0.00

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 0.1458 10,773.81 1,571.18


2. Mandor (L03) Jam 0.0146 17,773.81 259.20

JUMLAH HARGA TENAGA 1,830.38

B. BAHAN

1. Aspal (M10) Kg 0.9064 13,973.40 12,665.49


2. Kerosene (M11) liter 0.2200 10,900.00 2,398.00

JUMLAH HARGA BAHAN 15,063.49

C. PERALATAN

1. Asp. Distributor E41 Jam 0.0021 407,855.32 849.70


2. Compressor E05 Jam 0.0021 169,660.52 353.46
3 Alat Bantu ls 1.0000 500.00 500.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 1,703.16

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 18,597.03


E. OVERHEAD & PROFIT 15.0 % x D 2,789.55
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 21,386.58
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(5a) Analisa EI-635a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 4.50 KM
5 Tebal Lapis (AC-WC L) padat t 0.04 M
6 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 Jam
7 Faktor kehilanganmaterial : - Agregat Fh1 1.05 -
- Aspal Fh2 1.03 -
8 Berat isi Agregat (padat) Bip 1.81 ton/m3
9 Berat Isi Agregat (lepas) Bil 1.51 ton/m3
10 Komposisi campuran AC-WC :
- Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 15 mm 5-10&10-15 44.70 % Gradasi harus -
- Agregat Pecah Mesin 0 - 5 mm 0-5 48.00 % memenuhi -
- Semen FF 1.90 % Spesifikasi
- Asphalt As 5.40 %
- Anti Stripping Agent Asa 0.30 %As
11 Berat isi bahan :
- AC-WC D1 2.32 ton / M3
- Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 15 mm D2 1.42 ton / M3
- Agr Pch Mesin 0 - 5 mm D3 1.57 ton / M3
12 Jarak Stock pile ke Cold Bin l 0.05 km

II. URUTAN KERJA

1 Wheel Loader memuat Agregat ke dalam


Cold Bin AMP.
2 Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan
AMP untuk dimuat langsung kedalam Dump Truck
dan diangkut ke lokasi pekerjaan.
3 Campuran panas AC dihampar dengan Finisher dan
dipadatkan dengan Tandem & Pneumatic Tire Roller.
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparaan dengan menggunakan Alat
Bantu.

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Agr 5-10 & 10-15 = ("5-10&10-15" x Fh1) : D2 (M92) 0.3305 M3
1.b. Agr 0-5 = ("0-5" x Fh1) : D3 (M91) 0.3210 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1.50 M3 panduan
Faktor bucket Fb 0.85 -
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Waktu Siklus T1 + T2 + T3 Ts1
- Kecepatan maju rata rata Vf 10.00 km/jam panduan
- Kecepatan kembali rata rata Vr 15.00 km/jam panduan
- Muat ke Bin = (l x 60) / Vf T1 0.30 menit
- Kembali ke Stock pile = (l x 60) / Vr T2 0.20 menit
- Lain - lain (waktu pasti) T3 0.75 menit
Ts1 1.25 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 x Bip Q1 91.94 ton


Ts1

Koefisien Alat/ton = 1 : Q1 (E15) 0.0109 Jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(5a) Analisa EI-635a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.b. ASPHALT MIXING PLANT (AMP) (E01)


Kapasitas produksi V 60.00 ton / Jam
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap.Prod. / jam = V x Fa Q2 49.80 ton

Koefisien Alat/ton = 1 : Q2 (E01) 0.0201 Jam

2.c. GENERATORSET ( GENSET ) (E12)


Kap.Prod. / Jam = SAMA DENGAN AMP Q3 49.80 ton
Koefisien Alat/ton = 1 : Q3 (E12) 0.0201 Jam

2.d. DUMP TRUCK (DT) (E08)


Kapasitas bak V 6.00 Ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 KM / Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 KM / Jam
Kapasitas AMP / batch Q2b 1.00 ton
Waktu menyiapkan 1 batch AC-BC Tb 1.00 menit
Waktu Siklus Ts2
- Mengisi Bak = (V : Q2b) x Tb T1 6.00 menit
- Angkut = (L : v1) x 60 menit T2 13.50 menit
- Tunggu + dump + Putar T3 30.00 menit
- Kembali = (L : v2) x 60 menit T4 9.00 menit
Ts2 58.50 menit

Kap.Prod. / jam = V x Fa x 60 Q4 4.92 ton


Ts2

Koefisien Alat/ton = 1 : Q4 (E08) 0.2031 Jam

2.e. ASPHALT FINISHER (E02)


Kecepatan menghampar V 2.00 m/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Lebar hamparan b 3.15 meter
Kap.Prod. / jam = V x b x 60 x Fa x t x D1 Q5 29.12 ton

Koefisien Alat/ton = 1 : Q5 (E02) 0.0343 Jam

2.f. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 1.50 Km / Jam
Lebar efektif pemadatan b 1.48 M
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan 2 Awal & 4 Akhir
Lajur lintasan N 1.00
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -
Lebar Overlap bo 0.30 M
Apabila N <= 1
Kap. Prod. / jam = (v x 1000) x b x t x Fa x D1 Q6 28.4989 ton
n
Apabila N > 1
Kap. Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x D1 0.00
n

Koefisien Alat/ton = 1 : Q6 (E17) 0.0351 Jam

2.g. PNEUMATIC TIRE ROLLER (E18)


Kecepatan rata-rata v 2.50 KM / jam
Lebar efektif pemadatan b 1.99 M
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan
Lajur lintasan N 1.00
Lebar Overlap bo 0.30 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap.Prod./jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x D1 Q7 63.87 ton


n
Koefisien Alat/ton = 1 : Q7 (E18) 0.0157 Jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(5a) Analisa EI-635a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.h. ALAT BANTU


- Rambu = 2 buah Lump Sum
- Kereta dorong = 2 buah
- Sekop = 3 buah
- Garpu = 2 buah
- Tongkat Kontrol ketebalan hanparan

3. TENAGA
Produksi menentukan : A M P Q2 49.80 M2 / Jam
Produksi AC-WC / hari = Tk x Q2 Qt 348.60 M2
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 15.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien Tenaga / ton :


- Pekerja = (Tk x P) / Qt (L01) 2.1084 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt (L03) 0.1406 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 643,658.75 / ton

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : . . . . . . . . . . . . bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.00 ton
Analisa EI-635a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROP / KAB / KODYA : KUKAR I


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(5a) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.00
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
TOTAL HARGA (Rp.) : 643,658.75
SATUAN PEMBAYARAN : Ton % THD. BIAYA PROYEK : 0.02

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 2.1084 10,773.81 22,715.86


2. Mandor (L03) Jam 0.1406 17,773.81 2,498.33

JUMLAH HARGA TENAGA 25,214.19

B. BAHAN

1. Agr 5-10 & 10-20 (M92) M3 0.3305 396,314.88 130,993.23


2. Agr 0-5 (M91) M3 0.3210 396,314.88 127,224.65

JUMLAH HARGA BAHAN 258,217.88

C. PERALATAN
1. Wheel Loader E15 Jam 0.0109 469,286.56 5,104.23
2. AMP E01 Jam 0.0201 7,668,698.12 153,989.92
3. Genset E12 Jam 0.0201 449,437.71 9,024.85
4. Dump Truck E08 Jam 0.2031 337,363.99 68,527.06
5. Asp. Finisher E02 Jam 0.0343 445,423.28 15,298.72
6. Tandem Roller E17 Jam 0.0351 331,542.14 11,633.51
7 P. Tyre Roller E18 Jam 0.0157 491,312.19 7,692.89
8 Alat Bantu Ls 1.0000 5,000.00 5,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 276,271.19

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 559,703.26


E. OVERHEAD & PROFIT 15.0 % x D 83,955.49
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 643,658.75
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) Analisa EI-636a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : rusak
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 4.50 KM
5 Tebal Lapis (AC) padat t 0.05 M
6 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 Jam
7 Faktor kehilanganmaterial : - Agregat Fh1 1.05 -
- Aspal Fh2 1.03 -
8 Berat isi Agregat (padat) Bip 1.81 ton/m3
9 Berat Isi Agregat (lepas) Bil 1.51 ton/m3
10 Komposisi campuran AC-BC :
- Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm 5-10&10-20 52.20 % Gradasi harus -
- Agregat Pecah Mesin 0 - 5 mm 0-5 40.80 % memenuhi -
- Semen FF 1.90 % Spesifikasi
- Asphalt As 5.10 %
- Anti Stripping Agent Asa 0.30 %As
11 Berat Isi bahan :
- AC-BC D1 2.32 ton / M3
- Agr Pch Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm D2 1.41 ton / M3
- Agr Pch Mesin 0 - 5 mm D3 1.57 ton / M3
12 Jarak Stock file ke cold bin l 0.05 km

II. URUTAN KERJA / METODE PELAKSANAAN


1 Wheel Loader memuat Agregat dan Asphalt ke dalam
Cold Bin AMP
2 Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan
dengan AMP untuk dimuat langsung ke dalam
Dump Truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan
3 Campuran panas AC dihampar dengan Finisher
dan dipadatkan dengan Tandem & Pneumatic
Tire Roller
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan
merapikan tepi hamparaan dengan menggunakan
Alat Bantu

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA

1. BAHAN
1.a. Agr 5-10 & 10-20 = ("5-10&10-20" x Fh1) : D2 (M92) 0.3887 M3
1.b. Agr 0-5 = ("0-5" x Fh1) : D3 (M91) 0.2729 M3

2. ALAT
2.a. WHEEL LOADER (E15)
Kapasitas bucket V 1.50 M3
Faktor bucket Fb 0.85 -
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Waktu Siklus T1 + T2 + T3 Ts1 1.25 menit
- Kecepatan maju rata rata Vf 10.00 km/jam panduan
- Kecepatan kembali rata rata Vr 15.00 km/jam panduan
- Muat ke Bin = (l x 60) / Vf T1 0.30 menit
- Kembali ke Stock pile = (l x 60) / Vr T2 0.20 menit
- Lain - lain (waktu pasti) T3 0.75 menit
Ts1 1.25 menit

Kap. Prod. / jam = V x Fb x Fa x 60 x Bip Q1 91.94 ton


Ts1

Koefisien Alat/ton = 1 : Q1 (E15) 0.0109 Jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) Analisa EI-636a
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.b. ASPHALT MIXING PLANT (AMP) (E01)


Kapasitas produksi V 60.00 ton / Jam
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap.Prod. / jam = V x Fa Q2 49.80 ton

Koefisien Alat / ton = 1 : Q2 (E01) 0.0201 Jam

2.c. GENERATORSET ( GENSET ) (E12)


Kap.Prod. / Jam = SAMA DENGAN AMP Q3 49.80 ton
Koefisien Alat / ton = 1 : Q3 (E12) 0.0201 Jam

2.d. DUMP TRUCK (DT) (E08)


Kapasitas bak V 6.00 ton
Faktor Efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km / Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km / Jam
Kapasitas AMP / batch Q2b 1.00 ton
Waktu menyiapkan 1 batch AC-BC Tb 1.00 menit
Waktu Siklus Ts2
- Mengisi Bak = (V : Q2b) x Tb T1 6.00 menit
- Angkut = (L : v1) x 60 menit T2 13.50 menit
- Tunggu + dump + Putar T3 30.00 menit
- Kembali = (L : v2) x 60 menit T4 9.00 menit
Ts2 58.50 menit

Kap.Prod. / jam = V x Fa x 60 Q4 4.92 ton


Ts2

Koefisien Alat / ton = 1 : Q4 (E08) 0.2031 Jam

2.e. ASPHALT FINISHER (E02)


Kecepatan menghampar V 2.00 m/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 - Normal
Lebar hamparan b 3.15 meter
Kap.Prod. / jam = V x b x 60 x Fa x t x D1 Q5 36.39 ton

Koefisien Alat / ton = 1 : Q5 (E02) 0.0275 Jam

2.f. TANDEM ROLLER (E17)


Kecepatan rata-rata alat v 1.50 Km / Jam
Lebar efektif pemadatan b 1.48 M
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan 2 awal & 4 Akhir
Jumlah lajur lintasan N 1.00
Lebar overlap bo 0.30 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 - Normal

Kap. Prod./jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x D1 Q6 35.62 ton


n
Koefisien Alat / ton = 1 : Q6 (E17) 0.0281 Jam

2.g. PNEUMATIC TIRE ROLLER (E18)


Kecepatan rata-rata v 2.50 KM / Jam
Lebar efektif pemadatan b 1.99 M
Jumlah lintasan n 6.00 lintasan
Lajur lintasan N 1.00
Lebar Overlap bo 0.30 M
Faktor Efisiensi alat Fa 0.83 -

Kap.Prod. / jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa x D1 Q7 79.83 ton


n
Koefisien Alat / ton = 1 : Q7 (E18) 0.0125 Jam

Berlanjut ke hal. berikut.


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) Analisa EI-636c
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)
SATUAN PEMBAYARAN : Ton URAIAN ANALISA HARGA SATUAN
Lanjutan

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN

2.h. ALAT BANTU


diperlukan : Lump Sum
- Kereta dorong = 2 buah
- Sekop = 3 buah
- Garpu = 2 buah
- Tongkat Kontrol ketebalan hanparan

3. TENAGA
Produksi menentukan : AMP Q2 49.80 ton
Produksi AC-BC / hari = Tk x Q5 Qt 348.60 ton
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 15.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien Tenaga / ton :


- Pekerja = (Tk x P) / Qt (L01) 2.1084 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt (L03) 0.1406 Jam

4. HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT


Lihat lampiran.

5. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN


Lihat perhitungan dalam FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA
SATUAN.
Didapat Harga Satuan Pekerjaan :

Rp. 640,271.90 / TON

6. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa Pelaksanaan : . . . . . . . . . . . . bulan

7. VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 1.00 ton
Analisa EI-636a

FORMULIR STANDAR UNTUK


PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN

PROP / KAB / KODYA : KUKAR I


ITEM PEMBAYARAN NO. : 6.3(6a) PERKIRAAN VOL. PEK. : 1.00
JENIS PEKERJAAN : Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar)
TOTAL HARGA (Rp.) : 640,271.90
SATUAN PEMBAYARAN : Ton % THD. BIAYA PROYEK : 0.02

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 2.1084 10,773.81 22,715.86


2. Mandor (L03) Jam 0.1406 17,773.81 2,498.33

JUMLAH HARGA TENAGA 25,214.19

B. BAHAN

1. Agr 5-10 & 10-20 (M92) M3 0.3887 396,314.88 154,056.87


2. Agr 0-5 (M91) M3 0.2729 396,314.88 108,140.95

JUMLAH HARGA BAHAN 262,197.82

C. PERALATAN
1. Wheel Loader E15 Jam 0.0109 469,286.56 5,104.23
2. AMP E01 Jam 0.0201 7,668,698.12 153,989.92
3. Genset E12 Jam 0.0201 449,437.71 9,024.85
4. Dump Truck E08 Jam 0.2031 337,363.99 68,527.06
5. Asphalt Finisher E02 Jam 0.0275 445,423.28 12,238.97
6. Tandem Roller E17 Jam 0.0281 331,542.14 9,306.81
7 P. Tyre Roller E18 Jam 0.0125 491,312.19 6,154.31
8 Alat Bantu Ls 1.0000 5,000.00 5,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 269,346.16

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 556,758.18


E. OVERHEAD & PROFIT 15.0 % x D 83,513.73
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 640,271.90
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas perkiraan setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan
dari nomor mata pembayaran. Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali
terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari keseluruh rangkaian perencanaan pembangunan ruas jalan akses masuk

Desa Sabintulung Kab. Kutai Kartanegara pada STA 0+000 – 5+994 yaitu :

A. Kelas jalan yang digunakan adalah kelas III A dengan umur rencana 15

tahun, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia UU

No. 34 Tahun 2006 tentang jalan. Maka dapat disimpulkan syarat-syarat

sebagai berikut :

- Kecepatan rencana = 60 - 80 km/jam

- Lereng melintang perkerasan = 2 %

- Lereng melintang bahu jalan = 4 %

- Lebar jalan =7m

- Lebar bahu jalan =2m

- Jumlah tikungan = 34 tikungan

- Jumlah perubahan kelandaian = 42 kelandaian

B. Tebal perkerasan didapat sebagai berikut :

- Lapis Permukaan = 7.5 cm

- Lapis Pondasi Atas = 20 cm

- Lapis Pondasi bawah = 16 cm

181
C. Drainase permukaan yang di rencanakan dengan dimensi sebagai

berikut:

1. Saluran samping direncanakan dengan pasangan batu, dan harus

mampu menampung Debit air sebesar 0.60 m3/detik dengan

dimensi :

- Tinggi (h) = 0.9 m

- Lebar atas (T) = 1.5 m

- Lebar bawah (b) = 0.3 m

- Tinggi aliran (d) = 0.46 m

- Tinggi jagaan (w) = 0.48 m

2. Gorong-gorong direncakan mampu mengalirkan Debit dari saluran

samping tersebut. Gorong-gorong tebuat dari beton bertulang

dengan dimensi :

- Lebar (L) = 1.00 m

- Tinggi (t) = 1.00 m

- Tebal (h) = 0.16 m

D. Rencana angaran biaya yang dipelukan untuk jenis pekerjaan

perkerasan adalah Rp. 17.172.924.028,00-

5.2. Saran

A. Perencanaan Geometrik jalan sebaiknya berdasarkan data hasil survey

langsung dilapangan agar diperoleh perencanaan yang optimal.

B. Untuk mendapatkan konstruksi yang dapat bertahan dan mencapai umur

rencana yang diharapkan, hendaknya dilakukan kegiatan perawatan

182
berkala sehingga jalan dapat berfungsi sesuai umur rencana, bahkan lebih

dan dapat meminimal terjadinya kerusakan pada konstruksi.

C. Ruas jalan Desa Sabintulung adalah jalan yang dibangun pada zaman

penjajah, sehingga pedoman yang digunakan tentu berbeda dengan

pedoman dari Bina Marga. Maka perlu dilakukan evaluasi (perubahan)

geometrik yang sesuai dengan pedoman yang berlaku.

D. Pada pelaksanaan dilapangan hendaknya tetap berpedoman pada

spesifikasi teknis yang ada dan dapat mengikuti hasil dari perencanaan

sehingga terjadinya kesalahan pada pelaksanaan dapat ditekan sekecil

mungkin

183

Anda mungkin juga menyukai