Disusun oleh:
Dyah Ruth Wulandari
55117120098
Manajemen Keuangan
Adapun kriteria standar etika untuk manajemen keuangan yaitu bahwa praktisi manajemen
keuangan dan akuntansi harus memiliki hal hal sebagai berikut:
• Competance
Melakukan tugas profesional mereka sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis,
menyiapkan laporan lengkap dan jelas untuk memperoleh informasi yang relevan dan dapat
dipercaya.
• Confidentiality
Tanggung jawab untuk menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
pekerjaan mereka untuk keuntungan tidak etis atau ilegal baik secara pribadi atau melalui pihak
ketiga kecuali bila diizinkan, atau keperluan hukum untuk melakukannya., menginformasikan &
memantau kegiatan bawahan untuk menjamin pemeliharaan kerahasiaan.
• Integritas
Perlindungan terhadap dalam sistem dari perubahan yang tidak terotorisasi, baik secara sengaja
maupun secara tidak sengaja. Integritas mengharuskan untuk menghindari :
o “Conflicts of interest”
o Kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam
menjunjung etika. pemberian dan hadiah yang dapat mempengaruhi
profesionalisme.
o Menjatuhkan legitimasi perusahaan tetapi harus mengakui keterbatasan
profesionalisme mereka, tidak mengkomunikasikan informasi yang
menguntungkan atau merugikan. Perilaku yang dapat mendiskreditkan profesi
mereka seperti halnya kerahasiaan, integritas bisa dikacaukan oleh hacker,
masquerader, aktivitas pengguna yang tidak terotorisasi, download file tanpa
proteksi, dan program terlarang.
• Objektivitas
Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan informasi secara adil dan obyektif dan relevan
yang diharapkan untuk mempengaruhi pemahaman pengguna dari laporan, komentar, dan
rekomendasi yang disampaikan.
• Resolusi Konflik Etis
Ketika dihadapkan dengan isu-isu etis yang signifikan harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan
dari bantalan organisasi pada resolusi konflik tersebut (Hapzi Ali, 2018).
F. Masalah Etis dalam Keuangan
Persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar, memperluas
pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan mempengaruhi para pebisnis untuk
melakukan pelanggaran etika bisnis.
Lima Kategori Klasifikasi Masalah Dalam Pelanggaran Etika Bisnis Sebagai Berikut:
• Suap (Bribery)
Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang
menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara selama-
lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas juta rupiah)
(Pasal 3 UU 3/1980).
• Paksaaan (Coercion)
Pemaksaan adalah praktek memaksa pihak lain untuk berperilaku dengan cara spontan (baik
melalui tindakan atau tidak bertindak) dengan menggunakan ancaman, intimidasi, penipuan, atau
bentuk lain dari tekanan atau kekuatan. Tindakan seperti itu digunakan sebagai leverage, untuk
memaksa korban untuk bertindak dengan cara sakit / cedera atau kerusakan psikologis dalam
rangka untuk meningkatkan kredibilitas dari sebuah ancaman. Ancaman bahaya lebih lanjut dapat
menyebabkan kerjasama atau ketaatan orang yang dipaksa.
• Penipuan (Deception)
Pasal 378 KUHP di atas, maka R. Sugandhi (1980:396-397) mengemukakan pengertian penipuan
adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan
palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah
susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang
seakan-akan benar.
• Pencurian (Theft)
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur – unsurnya dirumuskan dalam pasal 362
KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi : “Barang siapa
mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau denda paling banyak Rp. 900,00”.
• Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination)
Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh
ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama (Hapzi Ali, 2018).
Profesionalisme
Merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya
secara terus menerus. “Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya karena di dalamnya terkandung keahlian dalam
mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sumber daya serta strategi pencapaian
yang bisa memuaskan semua elemen. Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara
kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.
Adapun upaya untuk menghindari pelanggaran kode etik salah satunya bagi para pengguna internet
adalah:
• Menghindari dan tidak mempublikasi informasi berkaitan dengan masalah pornografi dan
nudisme dalam segala bentuk,
• Tendensi menyinggung secara langsung dan negative masalah SARA termasuk di
dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk
pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain.
• Informasi instruksi untuk melakukan perbuatan melawan hukum (illegal) positif di
Indonesia dan ketentuan internasional umumnya, eksploitasi terhadap anak-anak dibawah
umur, tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan
informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
• Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau bentuk
materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas
sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada
yang mengajukan keberatan serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang
mungkin timbul karenanya (Hapzi Ali, 2018).
Contoh 1: Enron
Ancaman fraud menjadi masalah yang klasik bagi perusahaan, baik perusahaan besar
maupun perusahaan kecil, fraud tampil dengan berbagai modus bahkan berskala internasional,
yang sudah mengaplikasikan rules of conduct yang baku sekalipun tak luput dari ancaman ini.
Pernyataan finansial palsu lebih sering terjadi di perusahaan besar, modusnya yaitu dengan
menggelembungkan revenue, aset dan menyembunyikan utang dalam laporan keuangan (window
dressing) agar saham tetap diminati investor.
Contoh kasus financial statement fraud yang menarik perhatian dunia pada tahun 2001 adalah
perusahaan yang bernama Enron yang bergerak di bidang energi berbasis di Houston, AS yang
memilki sekitar 21.000 karyawan. Kasus ini melibatkan perusahaan akuntan publik ternama KAP
Arthur Andersen dan diduga beberapa pejabat Gedung Putih. Dalam kasus ini, Enron memalsukan
laporan keuangan perusahaannya dengan mencatat penggelembungan keuntungan hingga USD
600 juta selama tahun 1997-2000 padahal perusahaan merugi. Kasus ini membuat Enron
meninggalkan total utang hampir USD 31,2 miliar, akibatnya saham Enron anjlok dari USD 90
per lembar menjadi tinggal USD 26 sen. Enron mendaftarkan pernyataan bangkrut pada 2
Desember 2001 dan karyawan mereka harus kehilangan dana pensiun yang jumlahnya tak kurang
dari USD 1 miliar. Sebelum kasus terungkap ke publik, Sherron Watkins sudah melaporkan
tindakan ilegal ini pada CEO Kenneth Lay, namun tak ada tindak lanjut (Putri Pertiwi, 2018).
Contoh 2: Bank Century
Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan karena adanya krisis global, namun
permasalahan internal bank bahwa adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank
terhadap nasabah menyangkut penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank
Century sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4
Triliiun). Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia, dimana produk
tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK.
Kedua permasalahan tersebut menimbulkan kerugian bagi nasabah Bank Century yang
merasa tertipu dan dirugikan dikarenakan uang nasabah yang tersimpan di bank tidak dapat
dicairkan dan menganggap bahwa Bank Century telah memperjualbelikan produk investasi illegal
sebab produk investasi Antaboga yang dipasarkan Bank Century tidak terdaftar di Bapepam-LK
dan sudah sepatutnya pihak manajemen Bank Century mengetahui hal itu.
Hal ini menimbulkan aksi protes oleh nasabah dan melaporkan aksi penipuan tersebut ke
Mabes Polri hingga DPR untuk segera menyelesaikan kasus tersebut. Kinerja Bapepam-LK dan
BI tidak tegas dan menutup mata dalam mengusut investasi fiktif Bank Century yang telah
dilakukan sejak tahun 2000 silam berimbas kepada bank-bank lain, dimana masyarakat tidak akan
percaya lagi terhadap sistem perbankan nasional sehingga kasus ini merugikan dunia perbankan
Indonesia.
Solusi Kasus Pelanggaran Etika:
• Manager Bank Century
Menghadapi dilema dalam etika dan bisnis dikarenakan manager memberikan keputusan
pemegang saham Bank Century kepada Robert Tantular, padahal keputusan tersebut merugikan
nasabah Bank Century. Disisi lain, manager memiliki dilema dimana pemegang saham
mengancam atau menekan karyawan untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah.
Manajer Bank Century harus memilih dua pilihan antara mengikuti perintah pemegang saham atau
tidak mengikuti perintah tersebut tetapi dengan kemungkinan dia berserta karyawan yang lain
terkena PHK. Akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti perintah pemegang saham
dengan anggapan dengan memilih opsi tersebut maka perusahaan akan tetap sustain serta
melindungi karyawan lain agar tidak terkena PHK. Manager seharusnya lebih mengutamakan
kepentingan konsumen yaitu nasabah Bank Century karena salah satu kewajiban perusahaan
adalah memberikan jaminan produk yang aman.
• Pemegang saham
Terdapat beberapa pelanggaran etika bisnis, yaitu memaksa karyawan Bank Century untuk
menjual produk fiktif dengan cara mengancam tidak ada kenaikan gaji, bonus bahkan PHK kepada
karyawan, kemudian pelanggaran mengalihkan dana nasabah ke rekening pribadi. Seharusnya
terlebih dahulu mendaftarkan produk reksadana ke BAPPEPAM untuk mendapat izin penjualan
reksadana secara sah dan memberlakukan dana nasabah sesuai dengan fungsinya (reliability) yaitu
tidak menyalah gunakan dana yang sudah dipercayakan nasabah untuk kepentingan pribadi.
• Nasabah
Nasabah diharapkan untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap produk yang akan dibelinya.
Jika produk tersebut adalah berupa investasi atau reksadana, nasabah dapat memeriksa kevalidan
produk tersebut dengan menghubungi pihak BAPPEPAM.
• BI & BAPEPAM
Sebaiknya tegas dalam menangani dan mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
bank-bank yang diawasinya dan lebih sigap dan tidak saling melempar tanggung jawab satu sama
lain (Hapzi Ali, 2018).
Sumber Referensi
Hapzi Ali, 2018. Bahan Ajar Ethical Issue in Financial Management,Modul ke-7, Universitas
Mercu Buana
PrachiJuneja,2018. https://www.managementstudyguide.com/role-of-management-in-workplace-
ethics.htm (18 Oktober 2018, Pukul 20:10 WIB)
Anonym-1.http://www.tenneco.com/governance/code_of_conduct_for_financial_managers/2018
(18 Oktober 2018, Pukul 20:30 WIB)
Zach Lazzari, 2018.https://yourbusiness.azcentral.com/ethics-important-financial-industry-
11003.html (19 Oktober 2018, Pukul 13:00 WIB)
Sheila Shanker, 2017.https://bizfluent.com/about-6463277-importance-accounting-financial-
decision-making.html
Putri Pertiwi, 2018. https://integrity-indonesia.com/id/blog/2018/01/03/perusahaan-raksasa-
kehilangan-miliaran-dolar-karena-fraud-ini-pelajaran-yang-bisa-dipetik/ (19 Oktober 2018, Pukul
17:00 WIB)