Anda di halaman 1dari 6

Skenario D Blok 17

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ibunya ke IGD RS karena kejang sejak sekitar
setengah jam yang lalu. Kejang disertai demam,bangkitan berupa seluruh badan kaku,mata
mendelik ke atas dan pasien tidak sadar. Kejang terjadi satu kali,berlangsung kurang lebih 20
menit dan berhenti setelah diberikan diazepam rektal 10 mg di IGD. Setelah bangkitan anak
sadar.
Berdasarkan informasi dari ibu pasien,pasien mulai demam tinggi sekitar 6 jam yang
lalu,dengan suhu 39,50C sebelum kejang. Pasien mengalami batuk pilek tapi tidak batuk.
Tidak ada muntah-muntah,makan dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun sedikit
rewel.
Sebelumnya pasien sudah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai demam
yaitu 5 bulan dan 2 bulan yang lalu,masing-masing satu kali dengan lamanya kurang dari
lima menit. Pasien berobat ke dokter,dikatakan kejang demam,tidak diberi obat kejang oral
namun diberi bekal diazepam rektal 10 mg dan diinstruksikan diberi saat kejang. Namun,
untuk episode kejang saat ini, orang tua pasien tidak memberikan diazepam rektal karena alas
an takut salah.
Tidak terdapat riwayat kejang pada keluarga. Orang tua pasien menanyakan apakah
dibutuhkan pemeriksaan rekam otak (elektroenselografi) atau CT scan kepala,apakah perlu
mendapat obat untuk kejangnya dan adakah kemungkinan efek samoing obat,bagaimana
kemungkinan epilepsy dan pengaruh kejang terhadap kecerdasan anak.
Riwayat kelahiran pasien spontan,langsung menangis,berat lahir 3000 gram. Riwayat
perkembangan dapat berjalan usia 13 bulan. Saat ini bicara pasien sudah sepenuhnya dapat
dimengerti orang lain. Riwayat imunisasi BCG 1x (scar +), DPT-Hepatitis B-HiB 4x,PCV
4x, OPV 4x,campak 1x, MR 1x. saat ini sudah makan makanan keluarga.

Pemeriksaan fisik umum:


Berat badan 15 kg, tinggi badan 97 cm
Kesadaran: GCS pediatric 15,sedikit rewel, makan dan minum masih mau,suhu aksila
38,30C, nadi 100x/menit,frekuensi napas 28x/menit.
Kepala: lingkar kepala 50 cm, ubun-ubun besar menutup,konjungtiva tidak pucat, Nampak
faring hiperemis,tonsil T2-T2 hiperemis,ada eksudat di faring dan tonsil.
Jantung,paru,abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.

Pemeriksaan neurologis:
Nervi kranialis tidak Nampak ada paresis. Tonus oto normal,pergerakan luas, tidak Nampak
ada paresis otot. Reflek tendon dalam dalam batas normal. Tidak ada reflek patologis
danklonus. Kaku kuduk tidak ada,tanda Brudzinki I dan II negatif,Kernig negatif.

Klarifikasi Istilah

No Istilah Definisi
1. Kejang Adalah kontruksi otot involenter yang kuat dan
tiba-tiba. (Dorland)
2. Bangkitan Kejadian yang terjadi secara tiba-tiba yang
disebabkan karena gangguan potensial listrik di
otak yang biasanya terjadi karena ada faktor
pencetus dan manifestasinya dapat terlihat atau
tidak.
(NHS.uk)
3. Diazepam Obat penenang golongan benzodiazepi digunakan
sebagai ansiolitik,agen anti panik, sedative,
relaksasi otot rangka, anti konvulsan dan dalam
penataalaksanaan gejal-gejala akibat penghentian
pemakaian alcohol.
(Dorland)
4. Kejang demam Keadaan dimana seseorang kejang bersamaan
dengan demam dengan suhu lebih dari sama
dengan 38oC yang tidak disebabkan oleh
gangguan SSP.
Bangkitan kejang yang terjadi pada anak yang
terjadi 6 bulan- 5 tahun yang mengalami kenaikan
suhu (38oC)tubuh dengan metode pengukuran
suhu pada apapun yang tidak disebabkan oleh
proses intracranial
(konsesnsus IDAI)
5. Elektroensefalografi Rekaman perubahan potensial listrik pada
berbagai daerah otak dengan menggunakan
eltekroda yang diletakan pada kulit kepala atau
pada dalam otak sendiri.
(Dorland)
6. CT scan Mesin sinar-x khusus yang mengirkmkan
berbagai berkas pencitraan secara bersamaan dari
sudut yang berbeda. Berkas yang melewati
jaringan kurang padat akan menjadi lebih kuat
dan yang melewati jaringan padat akan melemah.
(Dorland)
7. Epilepsi Suatu kelompok sindrom yang ditandai oleh
gangguan fungsi otak sementara yang bersifat
paroksismal yang dapat ber manifestasi berupa
gangguan atau penurunan kesadaran yang
episodik, fenomena motorik abnormal,gangguan
psikis atau sensorik, atau sensor sistem saraf
otonom; gejala-gejalanya disebabkan oleh
kelainan aktivits listrik otak.
(Dorland)
8. Imunisasi BCG Vaksin yang dibuat dari mikobakterium bovis
yang dilemahkan dengan dikulturkan. BCG
adalah vaksin yang dianggap paling efektif untuk
tuberkulosis pada saat ini.
(Dorland)
9. Imunisasi DPT Adalah vaksin yang dapat melindungi anak
remaja dan orang dewasa dari
tetanus,difteri,pertussis.
(depkes.go.id)
10. Imunisasi Hepatitis B Vaksin yang digunakan untuk melindungi anak
dari virus hepatitis B.
(depkes.go.id)
11. Imunisasi HiB Vaksing yang digunakan untuk mencegah dari
penyakit yang disebabkan oleh virus H.Infulenza
tipe B.
(IDAI)
12. Imunisasi PCV Adalah vaksin yang berisi protein konjugasi yang
bertujuan mencegah penyakit akibat infeksi
bakteri streptokokus pneumoniae.
(idai.or.id)
13. Imunisasi OPV Adalah Oral Polio Vaksin.
Pemberiaan vaksin yang mengandung virus polio
yang sudah dilemahkan sehingga masih bisa
dikemabngbiakan di usus sehingga masih dapat
merangsang usus dan darah untuk membentuk
antibodi.

14. Imunisasi campak Vaksin yang sangat efektif mengatasi virus


campak.
(depkes.go.id)
15. Imunisasi MR Vaksin yang diberikan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus
campak dan rubella.
(WHO)
16. GCS Adalah scoring yang digunakan untuk
mendeskripsikan tingkat kesadaran pasien.
(Medscape)
17. Lingkar kepala Yaitu pengukuran dengan cara melingkar
menggunakan pita yang tidak elastis melingkar
dari batas alis melewati batas atas telinga sampai
bagaian paling menonjol di belakang kepala yang
berguna sebagai penilaian pertumbuhan otak
anak, maksimal sampai usia 2 tahun.
(IDAI)
18. Faring hiperemis dengan eksudat Faring berwarna kemerahan serta didaptkan
cairan radang ekstravaskular.

19. Tonsil T2-T2 Yaitu dimana tonsila bagian kiri dan kanan telah
melewati plica posterior (terjadi pembesaran
tonsil).
20. Paresis Adalah paralisis ringan atau gangguan fungsi
motorik pada suatu bagian tubuh akibat lesi pada
satu bagian tubuh atau saraf otot.
(Dorland)
21. Tonus otot Kontraksi otot yang ringan dan terus menerus
pada otot-otot rangka dapat membantu dalam
mempertahankan postur dan pengembalian darah
ke jantung.
(Dorland)
22. Klonus Rangkaian kontraksi dan relaksasi otot involenter
serta bergantian secara cepat.
(Dorland)
23. Refleks Tendon dalam Hasil berupa regangan otot karena adanya
rangsangan yang diberikan dan umumnya hasil
berupa otot yang berkontraksi.
(Neurologi Klinik FK UI)
24. Refleks patologis Refleks atau gerakan yang diciptakan karena
adanya respon autonom yang dimediasi oleh
sistem saraf.
(
25. Pemeriksaan Kaku kuduk Adalah pemeriksaan yang dilakukan dan dijumpai
pada kelainan rangsang selaput otak.
26. Pemeriksaan Brudzinski I Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
kelainan rangsang selaput otak yang ditandai
dengan fleksi sejenak pada tungkai bawah, ketika
kepala diangkat oleh tangan pemeriksa sampai ke
dagu mencapai dada pada posisi berbaring.
(Neurologis Klinis FK UI)
27. Pemeriksaan Brudzinski II Pemeriksaan yang dilakukan dengan posisi pasien
baring dengan pemeriksa memfelksikan satu kaki
pasien pada persendian panggul sedangkan satu
dengan posisi ekstensi
(Neurologis Klinis FK UI)
28. Pemeriksaan Kernig Suatu pemeriksaan untuk mengatuhi gejala
meningitis yang ditandai dengan adanya terdapat
tahanan dan rasa nyeri saat tungkai bawah di
ekstensikan pada persendian lutut sebelum atau
kurang dari sudut 1350.
(NCBI)

Identifikasi dan Analisis Masalah

1. Keluhan Utama :
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ibunya ke IGD RS karena kejang sejak sekitar
setengah jam yang lalu.

a. Apakah bangkitan pada pasien termasuk kejang?


b. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?
c. Apa etiologi kejang?
d. Bagaimana mekanisme kejang secara umum?
e. Bagaimana tatalaksana awal pada kasus dan pencegahan? (kejang demam)
f. Apa saja klasifikasi kejang?

2. Keterangan tambahan:
Kejang disertai demam,bangkitan berupa seluruh badan kaku,mata mendelik ke atas dan
pasien tidak sadar.Kejang terjadi satu kali,berlangsung kurang lebih 20 menit dan berhenti
setelah diberikan diazepam rektal 10 mg di IGD. Setelah bangkitan anak sadar.

a. Apakah kasus ini termasuk kejang demam?


b. Apa interpretasi kejang lebih dari 20 menit?
c. Bagaimana farmakodinamik dan farmafokinetik diazepam rektal?
d. Bagaimana mekanisme peningkatan suhu tubuh yang menyebabkan kejang?
e. Mengapa pada saat bangkitan berlangsung anak kehilangan kesadaran?
3. Riwayat Perjalanan Penyakit:
Berdasarkan informasi dari ibu pasien,pasien mulai demam tinggi sekitar 6 jam yang
lalu,dengan suhu 39,5oC sebelum kejang. Pasien mengalami pilek tapi tidak batuk. Tidak ada
muntah-muntah,makan dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun sedikit rewel.
a. Apa penyebab demam pada kasus?
b. Apa hubungan pilek pada kasus?

4. Riwayat penyakit terdahulu:


Sebelumnya pasien sudah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai demam yaitu 5
bulan dan 2 bulan yang lalu,masing-masing satu kali dengan lamanya kurang dari lima menit.
Pasien berobat ke dokter,dikatakan kejang demam,tidak diberi obat kejang oral namun diberi
bekal diazepam rektal 10 mg dan diinstruksikan diberi saat kejang.

a. Adakah hubungan riwayat bangkitan pasien terdahulu dengan bangkitan sekarang?


b. Apa faktor resiko kejang demam berulang?

5. Pemeriksaan fisik umum:


Berat badan 15 kg, tinggi badan 97 cm
Kesadaran: GCS pediatric 15,sedikit rewel, makan dan minum masih mau,suhu aksila
38,30C, nadi 100x/menit,frekuensi napas 28x/menit.
Kepala: lingkar kepala 50 cm, ubun-ubun besar menutup,konjungtiva tidak pucat, Nampak
faring hiperemis,tonsil T2-T2 hiperemis,ada eksudat di faring dan tonsil.
Jantung,paru,abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.

a. Apa interpretasi pemeriksaan fisik umum?


b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik umum yang abnormal?

6. Pemeriksaan neurologis:
Nervi kranialis tidak Nampak ada paresis. Tonus oto normal,pergerakan luas, tidak Nampak
ada paresis otot. Reflek tendon dalam dalam batas normal. Tidak ada reflek patologis
danklonus. Kaku kuduk tidak ada,tanda Brudzinki I dan II negatif,Kernig negatif.

a. Apa interpretasi pemeriksaan neurologis?


b. Apa tujuan dilakukakan pemeriksaan neurologis?

7. Lain-lain:
Tidak terdapat riwayat kejang pada keluarga. Orang tua pasien menanyakan apakah
dibutuhkan pemeriksaan rekam otak (elektroenselografi) atau CT scan kepala,apakah perlu
mendapat obat untuk kejangnya dan adakah kemungkinan efek samoing obat,bagaimana
kemungkinan epilepsy dan pengaruh kejang terhadap kecerdasan anak.

a. Apa perlu atau tidak dilakukan pemeriksaan EEG dan CT Scan pada kasus? Jelaskan!
b. Apakah ada efek samping dari diazepam?
c. Bagaimanakah sign dan symptom epilepsi?
d. Bagaimana kemungkinan epilepsi dan pengaruh kejang terhadap kecerdasan anak?
8. Lain-lain:
Riwayat kelahiran pasien spontan,langsung menangis,berat lahir 3000 gram. Riwayat
perkembangan dapat berjalan usia 13 bulan. Saat ini bicara pasien sudah sepenuhnya dapat
dimengerti orang lain. Riwayat imunisasi BCG 1x (scar +), DPT-Hepatitis B-HiB 4x,PCV
4x, OPV 4x,campak 1x, MR 1x. saat ini sudah makan makanan keluarga.

a. Bagaimanakah chart pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak? Jelaskan!


b. Apakah imunisasi yang diberikan kepada pasien sudah lengkap? Jelaskan!

Hipotesis
Seorang anak laki-laki 3 tahun diduga mengalami kejang demam tipe kompleks +
tonsilofaringitis.

Learning Issue

Kejang Demam
Kejang
Epilepsi
Pemeriksaan Neurologis

(Kejang Demam,Kejang,Epilepsi)
a. definisi
b. etiolgi
c. epidemiologi
d. faktor resiko
e. manifestasi klinin
f. patofisiologi
g. klasifikasi
h. algoritme penegakan diagnosis
i. Diagnosis Banding
j. Diagnosis Kerja
k. Pem Fis
l. Pemeriksaan Penunjan
m. Tataaksana
n. Edukasi dan Pencegahan
o. Komplikasi
p. Prognosis
q. SKDI

Anda mungkin juga menyukai