Impaksi Lumayan PDF
Impaksi Lumayan PDF
PENDAHULUAN
Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut.1
Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal
tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering
mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai.1 Hal
itulah yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu seringnya molar ketiga mengalami
impaksi. Menurut Chu dkk yang dikutip oleh Alamsyah daan Situmorang 28.3% dari
7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar ketiga mandibula yang paling sering
Menurut Goldberg yang dikutip oleh Tridjaja bahwa pada 3000 rontgen foto
yang dibuat pada tahun 1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya
mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Sedang hasil foto panoramik dari 5600
penderita usia antara 17-24 tahun yang dibuat tahun 1971, 65.6% mempunyai paling
sisa makanan sampai yang terberat yaitu rasa sakit yang hebat disertai dengan
gigi molar ketiga rahang bawah pada pasien dengan kasus impaksi di Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Kandea . Penelitian ini dilakukan di RSGMP
bagian Ilmu Bedah Mulut Kandea karena di tempat tersebut khusus menangani kasus
yang terjadi pada gigi dan rongga mulut, sehingga akan banyak ditemukan kasus-
penelitian ini penentuan klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan foto radiografi dari
Adapun pada penelitian ini klasifikasi yang akan dilihat yaitu klasifikasi :3
A. Berdasarkan relasai molar tiga bawah dengan ramus mandibula dan molar
dua bawah
1. Klas I
2. Klas II
3. Klas III
2
B. Berdasarkan dalamnya molar tiga bawah impaksi di dalam rahang
1. Posisi A
2. Posisi B
3. Posisi C
a. Mesioangular
b. Distoangular
c. Vertical
d. Horizontal
Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan merupakan
gigi yang terakhir tumbuh, hal itulah yang menyebabkan sering terjadinya impaksi
pada gigi tersebut. Menurut beberapa ahli, frekuensi impaksi gigi molar ketiga
frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar ketiga maksila. Dampak dari adanya
gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa sakit. Keluhan sakit
juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi molar ketiga rahang
bawah.1,4,5
Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawah hanya terlihat sebagian maka
enak, mulut berbau, gigi gampang terserang karies.5 Adanya komplikasi yang
3
diakibatkan gigi impaksi maka perlu dilakukan tindakan pencabutan. Pencabutan
kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar tidak berfungsi.6
impaksi gigi molar tiga mandibula ini, maka dirasakan perlu untuk meneliti
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu posisi impaksi apa yang paling
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis prevalensi Impaksi molar ketiga rahang bawah yang banyak terjadi di
4
1.4 MANFAAT PENELITIAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan
posisinya berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh
tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh
karena adanya jaringan patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi
antagonisnya sudah erupsi dan hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut.1
Secara umum impaksi adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi untuk
mencapai kedudukan yang normal. Impaksi gigi dapat berupa gigi yang tumbuhnya
terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi tetangga, tulang atau jaringan lunak
sekitarnya.4
2.2 ETIOLOGI
kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi
sistemik.8 Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah
ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi
adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu
diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak
berubah.4
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta
letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal
tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain
jenis makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna
tidak memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa
hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.9
7
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena :9
mengecilnya ukuran rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola
makan pada manusia. Beberapa faktor yang diduga juga menyebabkan impaksi
antara lain perubahan patologis gigi, kista, hiperplasi jaringan atau infeksi lokal.6
Ada suatu teori yang menyatakan berdasarkan evolusi manusia dari zaman
dahulu sampai sekarang bahwa manusia itu makin lama makin kecil dan ini
menimbulkan teori bahwa rahang itu makin lama makin kecil, sehingga tidak
dapat menerima semua gigi yang ada. Tetapi teori ini tidak dapat diterima, karena
tidak dapat menerangkan bagaimana halnya bila tempat untuk gigi tersebut
cukup, tetapi gigi tersebut tidak dapat tumbuh secara normal misalnya letak gen
abnormal dan mengapa ada bangsa yang sama sekali tidak mempunyai gigi
8
terpendam misalnya Bangsa Eskimo, Bangsa Indian, Bangsa Maori dan
sebagainya.9
memakan makanan yang lebih keras sedangkan bangsa modern lebih sering
makan malanan yang lunak, sehingga tidak atau kurang memerlukan daya untuk
rahang.9
lain jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya gigi
susu yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, rahang terlalu
sempit oleh karena pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna, dan menurut
teori Mendel, jika salah satu orang tua mempunyai rahang kecil, dan salah satu
orang tua lainnya bergigi besar, maka kemungkinan salah seorang anaknya
berahang kecil dan bergigi besar. Sebagai akibat dari kondisi tersebut, dapat
9
2.2.3 Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger 9
Kausa lokal
Kausa umum
1. Kausa prenatal
a. Keturunan
b. Miscegenation
2. Kausa postnatal
anak-anak seperti :
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Syphilis kongenital
10
d. TBC
f. Malnutrisi
3. Kelainan pertumbuhan
ketidakberesan dari pada tulang cranial. Hal ini biasanya diikuti dengan
persistensi gigi susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapat gigi
rudimeter.
b. Oxycephali
belakang sama dengan dua kali kakan atau kiri. Hal ini mempengaruhi
pertumbuhan rahang.
Gigi impaksi merupakan sumber potensial yang terus menerus dapat menimbulakan
keluhan sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah
rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut bahkan
11
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu
pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini kemungkinan menyebabkan gigi molar tiga lebih
sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak
tersedia ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi. Menurut Chu yang dikutip oleh
Alamsyah dan Situmarong, 28,3 % dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi
Adapun sumber lain yang menyebutkan bahwa erupsi gigi molar ketiga rahang
Disebutkan bahwa penyebab adanya kesulitan erupsi gigi adalah kurangnya atau
terbatasnya ruang untuk erupsi, sehingga gigi molar ketiga bawah sering mengalami
impaksi.5
Frekuensi gigi impaksi yang terjadi sesuai dengan urutan berikut :10
erupsi, baik pada gigi anterior maupun gigi posterior. Frekuensi gangguan erupsi
12
terbanyak pada gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun rahang bawah diikuti
gigi kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan
kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan
terjadi impaksi. Gigi dinyatakan impaksi apabila setelah mengalami kegagalan erupsi
ke bidang oklusal.6
Andreasen melaporkan frekuensi impaksi gigi molar ketiga sebesar 18% sampai
dengan 32%; Björk et al dan Ventä et al melaporkan frekuensi sebesar 22,3% sampai
dengan 66,6%.11
Gigi geraham bungsu bawah adalah gigi terakhir pada lengkung mandibula dan
gigi kedelapan dari garis tengah. Ia membantu gigi-geligi molar bawah lain dalam
melakukan fungsinya karena posisinya yang buruk, misalnya impaksi. Karena alasan
ini banyak contoh gigi molar ketiga praktis tampak tidak terkikis.12
a. Tahap inisiasi, terjadi pada umur 3.5 – 4 tahun. Tahap inisiasi adalah
13
e. Pembentukan akar selesai, terjadi pada umur 18-25 tahun.
Rata-rata gigi molar ketiga bawah mengalami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan
erupsi penuh pada usia 20 tahun. Proses pembentukan akar sempurna terjadi pada
usia 22 tahun. Dengan keluarnya gigi molar ketiga, maka selesailah proses erupsi
Puncak tonjol mesial dan distal dari gigi molar ketiga bawah dapat diidentifikasi
pada usia kurang dari 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap terjadi pada usia 12
sampai 16 tahun. Erupsi terjadi antara usia 15 sampai 21 tahun atau lebih dan akar
Molar ketiga bawah klasik mempunyai bentuk mahkota yang sangat mirip
dengan molar kedua bawah, dengan 4 cuspis dan morfologi molar bawah yang khas
seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi dengan lebih banyak fisura tambahan
yang berjalan dari fossa sentral. Seperti pada gigi geraham bungsu atas, bentuk
Bila dilihat dari permukaan oklusal, kecembungan permukaan bukal yang jelas
mudah dibedakan dari permukaan lingual yang lebih datar. Bagan oklusal peripheral
secara keseluruhan serupa dengan molar bawah lain yang secara kasar berbentuk
bujur atau empat persegi, teteapi sudutnya cenderung lebih membulat sampai tingkat
beberapa molar ketiga bawah mempunyai bagan oklusal hampir bundar. Lebar
14
Pada dasarnya dua akar, satu mesial dan satu distal, mirip dengan molar bawah
lain, kecuali bahwa ia lebih pendek dan tidak berkembang baik atau bisa cenderung
saling berfusi menjadi satu massa kerucut dalam beberapa kasus. Lengkungan akar
selalu ke distal, dan biasanya lebih besar daripada molar kedua bawah. Dengan cara
yang sama, lengkungan akar molar kedua bawah distal lebih jelas daripada molar
pertama bawah.12
menjadi
Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi
gigi secar normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral
permanen, di mana kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma
Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh tulang
sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini, gigi
impaksi secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap jaringan
15
lunak direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus
oklusal dan garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan
dan diameter mesiodistal gigi impaksi terhadap ruang yang tersedia antara
permukaan distal gigi molar kedua dan ramus ascendens mandibula dalam
pendekatan lain.15
16
A. Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula 3
antara batas anterior ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar
kedua.10 Pada klas I ada celah di sebelah distal Molar kedua yang
2. Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang
tidak adekuat untuk erupsi gigi, sebagai contoh diameter mesiodistal gigi
lebih besar daripada ruang yang tersedia.10 Pada klas II, celah di sebelah
distal M
3. Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula – akses yang sulit.
Pada klas III mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.
B. Komponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang
yang menutupi gigi impaksi.10 Baik gigi impaksi atas maupun bawah bisa
Faktor umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah :
1. Posisi A: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama
dengan oklusal gigi molar kedua tetangga.10 Mahkota Molar ketiga yang
servical dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga.10 Mahkota Molar
ketiga di bawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal Molar kedua.3
17
3. Posisis C: Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis
servikal gigi molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi
Pada Gambar II.2 sama dengan yang dijelaskan pada Gambar II.1 Klasifikasi
1. Posisi A : permukaan oklusal gigi impaksi sama tinggi atau sedikit lebih
mahkota gigi molar kedua atau sama tinggi dari garis servikal
18
b. Posisinya berdasarkan jarak antara molar kedua rahang bawah dan batas
1. Klas I : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
2. Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
3. Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula
berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua
menggunakan sudut yang dibentuk antara pertemuan panjang aksis gigi molar
19
Teori didasarkan pada inklinasi impaksi gigi molar ketiga terhadap panjang axis
arah mesial.
20
c. Horisontal: Axis panjang gigi impaksi horisontal
d. Vertikal: Axis panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan axis
gigi juga dapat mengalami impaksi secara bukal atau secara lingual
21
g. Signifikansi: Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif.
impaksi distoangular merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut.
Gigi maksila dengan posisi bukal lebih mudah dicabut karena tulang yang
menutupi gigi lebih tipis, sedangkan gigi pada sisi palatal tertutupi jumlah tulang
sedangkan posisi distoangular paling sering terjadi pada impaksi gigi atas.
mahkota selalu ke lingual. Hubungan melintang juga terjadi pada impaksi gigi
22
2.5.5 Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Menurut Killey dan Kay15
Killey dan Kay mengklasifikasikan kondisi erupsi gigi molar ketiga impaksi
1. Erupsi
2. Erupsi sebagian
3. Tidak erupsi
Jumlah akar mungkin berjumlah dua atau multipel. Gigi impaksi juga dapat
terjadi dengan akar yang mengalami fusi. Dengan tujuan untuk memberikan
23
Klasifikasi posisis gigi impaksi secara sistematis dan teliti membantu dalam
Pemeriksaan awal harus berupa sebuah riwayat medis dan dental, serta
pemeriksaan klinis ektra oral dan intral oral yang menyeluruh. Hasil penemuan
juga harus diperiksa apakah sedang menjalani terapi tertentu, seperti terapi
1. Status erupsi gigi impaksi. Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena
dicabut ketika duapertiga akar terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna,
24
maka gigi menjadi sangat kuat, dan gigi terkadang displitting untuk dapat
dicabut.
2. Resorpsi molar kedua. Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi
pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi, molar kedua harus diperiksa
inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi yang sedang erupsi
ortodonti yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk mencabut gigi
atau mesial gigi impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah
6. Status periodontal. Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi
25
disarankan harus dilakukan sebelum pencabutan gigi molar ketiga impaksi
7. Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. hal ini
molar ketiga rahang bawah harus diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang
bawah yang impaksi berada pada sisi yang sama diindikasikan untuk
9. Nodus limfe regional. Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe
impaksi. Hasilnya dapat merupakan penuntun kerja bagi ahli bedah mulut dalam
menentukan dan penatalaksanaan kausatif lebih lanjut untuk gigi impaksi tersebut.
Saat ini tehnik roentgenografi sangat diperlukan untuk penentuan lokasi gigi
impaksi, dengan kualitas hasil foto yang baik dan interpretasi yang akurat akan
dengan nama sendiri-sendiri, tetapi sangat penting pula dalam pemrosesan film
26
yang baik agar didapat kualitas gambar yang baik pula, yang akhirnya kita bisa
roentgenografi untuk lokasi gigi depan. Berikut akan dijelaskan mengenai tehnik
1. Tehnik proyeksi
biasa setelah diketahui gigi impaksi (gigi premolar dan molar) maka dilakukan
proyeksi true oklusal dengan menggunakan film periapikal no.2 atau film
oklusal no.4. Proyeksi sinar X diarahkan tegak lurus pada film sedangkan
2. Interpretasi
gigi impaksi bila dekat dengan kortek tulang rahang bukalis maka gigi
tersebut berada di bukal atau bila gigi impaksi tersebut dekat dengan kortek
tulang rahang di lingualis atau palatalis maka gigi tersebut berada di lingualis
atau palatalis. Untuk rahang bawah tehnik ini lebih mudah dilakukan daripada
rahang atas oleh karena inklinasi rahang bawah lebih vertikal disbanding
rahang atas.
27
2.7 DAMPAK DAN KELUHAN YANG DITIMBULKAN
Gigi molar ketiga merupakan salah satu gigi yang paling banyak dibahas dalam
literatur kedokteran gigi, dan pertanyaan besar yang mengemuka adalah apakah perlu
untuk melakukan ekstraksi atau tidak perlu mendapatkan perhatian khusus bagi
merencanakan dan mempelajari subjek ini. Walaupun tidak semua gigi molar ketiga
menyebabkan masalah klinis dan patologis, tiap gigi molar ketiga memiliki sebuah
dengan perikoronitis, karies molar, reabrsorbsi gigi molar kedua, dan juga
Hampir satu abad lalu, gigi impaksi kadang-kadang menimbulkan keluhan baik
akut atau kronis maupun akut eksaserbasi, gejala simptomatik tersebut mula-mula
terjadi di daerah retromolar rahang bawah maupun rahang atas bahkan bila menjalar
dapat menyebabkan timbulnya keluhan umum yang bisa pula mengganggu aktivitas
penderita.17
28
Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan
rasa sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal dari reaksi
radang pada jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak dan rasa sakit bila
perikoronitis. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi
1. Inflamasi
Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau
29
2. Resorpsi gigi tetangga
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal gigi
tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi tetangga
maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut. Misalnya gigi
terpendam molar ketiga dapat menekan molar kedua, kaninus dapat menekan
insisivus dua dan premolar. Premolar dua dapat menekan premolar satu.
atau posisi.
3. Kista
kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi
tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial kista dan folikular kista.
4. Rasa sakit
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan
gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam
mandibularis.
30
Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyah
dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa
resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikuler, rasa sakit
berdesakan gigi anterior akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Dapat pula terjadi
Gambar II.9 Karies pada permukaan distal molar kedua karena impaksi
molar ketiga rahang bawah
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Berlyn: Springer; 2007,p.123
31
Gambar II.10 Karies pada bagian distal dari mahkota impaksi molar
ketiga rahang bawah, karena terselip makanan dan oral hygiene buruk.
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007, p.123
Gambar II.11 Resopsi tulang pada permukaan distal akar molar kedua,
dihasilkan di pocket periodontal.
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007, p.123
32
Gambar II.12 Obstruksi dari erupsi molar kedua rahang bawah dari
impaksi molar ketiga
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.123
33
Gambar II.14 Radiolusen yang luas lesi pada mandibula. Gigi impaksi
telah berpindah ke bagian puncak ramus mandibula.
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg.
Alih Bahasa: Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.124
Mengingat banyaknya masalah dan keluhan yang ditimbulkan oleh impaksi gigi
molar tiga mandibula ini, maka dirasakan perlu untuk meneliti prevalensi impaksi
gigi molar tiga mandibula serta masalah dan keluhan yang sering ditimbulkan oleh
impaksi tersebut.1
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan mengambil data yang
ada.
Adapun rancangan dari penelitian ini adalah cross sectional study (transversal).
Yaitu penelitian atau observasi dilakukan pada satu saat tertentu dan setiap
Semua pasien di RSGMP Kandea dengan kasus impaksi pada molar ketiga
rahang bawah dari tahun 2008-2010.
3.6 DATA
1. Jenis data : data primer, yaitu data diperoleh dari objek yang di teliti secara
langsung
3. Analisis data : penyajian data dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dari
2. Foto Periapikal
Impaksi adalah suatu kondisi dimana tumbuhnya gigi dimana sebagian atau
seluruhnya terhalang oleh gigi yang berdekatan, tulang, atau jaringan lunak
sekitarnya.
36
Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah :
A. Berdasarkan relasai molar ketiga bawah dengan ramus mandibula dan molar
dua bawah :
1. Klas I : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
2. Klas II : jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula
3. Klas III : gigi molar tiga bawah terletak di dalam ramus mandibula
1. Posisi A : bagian tertinggi dari molar tiga bawah impaksi sama dengan
3. Posisi C : molar tiga bawah impaksi terletak dibawah cervical line gigi
mesial
37
3.9 ALUR PENELITIAN
mesioangular
Klas Posisi
distoangular
vertikal
I II III A B C horizontal
Penyajian data
pembahasan
Kesimpulan
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian diperoleh 133 sampel yang tercatat pada tahun 2008-2010.
Sampel tersebut diperoleh dari kartu status pasien dengan kasus impaksi pada bagian
TABEL IV.1 Klasifikasi berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus
mandibula dan molar kedua bawah
Klasifikasi Jumlah %
Klas I 62 46.6 %
Klas II 36 27.1 %
Klas III 35 26.3 %
ketiga bawah dengan ramus mandibula dan molar dua bawah, menunjukkan kasus
impaksi pada Kelas I yaitu sebanyak 62 kasus dari 133 kasus, sedangkan pada Kelas
II ditemukan 36 kasus dan pada Kelas III ditemukan 35 kasus. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2008-2010 kasus impaksi berdasarkan klasifikasi tersebut diatas
yang paling banyak ditemukan adalah pada Kelas I yaitu 46.6 % dari 133 kasus.
50% 46.6%
45%
40%
jumlah kasus impaksi
35%
27.1%
30% 26.3%
kelas I
25% kelas II
20% kelas III
15%
10%
5%
0%
40
Adapun dengan sampel yang sama sebanyak 133 kasus, dilihat berdasarkan
TABEL IV.2 Berdasarkan kedalaman molar ketiga bawah impaksi di dalam rahang
Klasifikasi Jumlah %
ketiga bawah ditemukan Posisi A sebanyak 123 kasus, Posisi B sebanyak 10 kasus,
dan tidak ditemukan kasus dengan Posisi C. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
41
100% 92.5%
90%
80%
70%
jumlah kasus impaksi
60%
posisi A
50% posisi B
40% posisi C
30%
20%
7.5%
10%
0%
0%
42
TABEL IV.3 Berdasarkan hubungan radiografis terhadap molar kedua
Klasifikasi Jumlah %
Mesioangular 126 94.7%
Distoangular 0 0%
Horizontal 7 5.3%
Vertikal 0 0%
radiografi molar kedua kasus yang paling banyak ditemukan adalah posisi
Mesioangular yaitu 126 kasus, dan posisi Horisontal ditemukan 7 kasus, dan tidak
ditemukan kasus dengan posisi Distoangular dan Vertikal. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2008-2010 kasus terbanyak ditemukan yaitu posisi Mesioangular
43
100% 94.7%
90%
80%
70%
jumlah kasus impaksi
60% mesioangular
distoangular
50%
horisontal
40%
vertikal
30%
20%
5.3%
10%
0% 0%
0%
44
BAB V
PEMBAHASAN
sebanyak 133 kartu status yang tercatat sebagai kasus impaksi molar ketiga rahang
bawah selama tahun 2008-2010. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambar
radiografi gigi impaksi yang ada pada kartu status tersebut. Ada tiga macam
penklasifikasian yang dilihat, klasifikasi Pell dan Gregory yaitu berdasarkan relasi
molar ketiga bawah dengan ramus mandibula dan molar kedua bawah seperti Klas
I,II dan III, dan berdasarkan kedalaman impaksi dan jaraknya ke molar kedua seperti
Posisi A, B dan C, serta klasifikasi Archer dan Kruger sama dengan yang dijelaskan
relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula dan molar dua bawah prevalensi
tertinggi adalah impaksi pada posisi Klas I sebanyak 62 kasus (46.6%), Klas I yaitu
jarak antara distal molar dua bawah dengan ramus mandibula cukup lebar
mesiodistal molar ketiga bawah. Klas II sebanyak 36 kasus (27.1%), Klas II yaitu
jarak antara distal molar keduan bawah dengan ramus mandibula lebih kecil dari
lebar mesiodistal molar tiga bawah, dan Klas III gigi molar ketiga bawah terletak di
impaksi molar ketiga bawah prevalensi tertinggi adalah pada Posisi A sebanyak 123
kasus (92.5%). Posisi A yaitu bagian tertinggi dari molar ketiga bawah impaksi sama
dengan oklusal plane gigi molar kedua bawah. Sedangkan pada Posisi B sebanyak 10
kasus (7.5%), yaitu bagian tertinggi dari molar ketiga bawah impaksi terletak
dibawah oklusal plane molar kedua bawah dan pada Posisi C yaitu molar ketiga
bawah impaksi terletak dibawah cervical line gigi molar kedua bawah sebanyak 0%
klasifikasi berdasarkan relasinya dengan ramus mandibula dan molar kedua rahang
bawah prevalensi tertinggi terjadi pada Klas II. Namun berdasarkan kedalaman molar
sama yaitu prevalensi tertinggi terjadi pada Posisi A. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Retno Dwi Prasetyaningsih pada mahasiswa Fakultas Kedokeran Gigi
impaksi molar ketiga rahang bawah tertinggi pada Klas II (70%) dan pada Posisi A
AE, Arotiba JT dan Fasola AO, dimana hasil penelitian tersebut jika berdasarkan
kedalamannya menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu prevalensi
ramus mandibula dan molar kedua menunjukkan prevalensi tertinggi pada Klas II
(60.89%).
46
Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang sedikit berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya mengenai prevalensi impaksi khusus molar ketiga bawah, hal
ini mungkin saja disebabkan karena indikasi kebutuhan mahasiswa coass RSGMP
Posisi A dan Kelas I. Kemungkinan lain adalah karena Posisi A dan Kelas I lebih
terlihat secara klinis sehingga pasien lebih mudah diidentifikasi mengalami impaksi,
selain itu posisi tersebut dapat menimbulkan keluhan yang menyebabkan pasien
datang berobat dibandingkan dengan posisi yang lebih tenggelam kadang tidak ada
keluhan.
Berdasarkan tabel IV.3 dapat dilihat bahwa impaksi molar ketiga berdasarkan
hubungan radiografi terhadap molar kedua prevalensi tertinggi terjadi pada posisi
Malaysia , Nigeria dan Nairobi Kenya. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh
Retno Dwi Prasetya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Angkatan Tahun 2003, dimana posisi impaksi molar ketiga rahang bawah terbanyak
Impaksi molar ketiga dengan posisi mesioangular paling sering terjadi karena
impaksi dengan posisi mesioangular cenderung lebih dapat menyebabkan karies pada
gigi molar kedua sehingga menimbulkan keluhan pada pasien yang menyebabkan
pasien tersebut datang ke klinik atau rumah sakit seperti di RSGMP Kandea.
62.6% impaksi molar ketiga rahang bawah dengan posisi mesioangular dan 46.4%
47
diantaranya mangalami impaksi dan karies. Impaksi dengan posisi mesioangular
juga banyak terjadi mungkin karena pergerakan gigi cenderung mengarah ke mesial.
Peneliti lain telah menunjukkan pergerakan mesial gigi molar karena atrisi
frekuensi impaksi gigi molar ketiga. Namun demikian, hasil kontradiksi telah diamati
mengenai hubungan angulasi dan kontak gigi molar ketiga setelah ekstraksi gigi
48
BAB VI
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
berdasarkan klasifikasi yang dilakukan di RSGMP bagian Ilmu Bedah Mulut Kandea
1. Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula dan molar
impaksi pada posisi Klas I (46.6%), kemudian tertinggi kedua pada posisi
Klas II (27.1%) dan posisi yang paling sedikit terjadi pada posisi Klas III
(26.3%).
tertinggi kedua pada Posisi B (7.5%) dan tidak ditemukan impaksi pada
Posisi C.
tertinggi kedua pada posisi Horisontal (5.3%) dan tidak ditemukan impaksi
Diharapkan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang variatif dan lebih
banyak.
tersebut.
50
DAFTAR PUSTAKA
2. Tridjaja AN. Pengamatan klinik gigi molar tiga bawah impaksi dan variasi
komplikasi yang diakibatkannya di RS Cipto Mangunkusumo bulan Juli 1993 s/d
Desember 1993. 2011. Available from : URL: http://eprints.lib.ui.ac.id/12366/
Accessed Juni 6, 2011
3. Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996,hal.61-3
4. Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya impaksi
gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2007;
6(2):65-6
5. Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang
bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah.Jurnal
MIKGI 2002;IV(7):154-6
8. Pertiwi ASP, Sasmita IS. Penatalaksanaan kekurangan ruangan pada gigi impaksi
1.1 secara pembedahan dan ortodontik. Indonesian Jurnal of Oral and
Maxillofacial Surgeon 2004:229-30
9. Tjiptono KN, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut 2nd ed.
Jakarta:Cahaya Sukma;1989,p.145-148
10. Balaji SM. Oral and maxillofacial surgery. Delhi: Elsevier; 2009,p.233-5
11. Sinan A, Agar U, Bicakci AA, Kosger H. Changes in mandibular third molar
angle and position after unilateral mandibular first molar extraction. American
Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 2006;129(1):37
12. Beek GCV. Morfologi gigi 2nd ed. Editor: Andrianto P. Alih Bahasa: Yuwono L.
Jakarta:EGC;1996,p.101
14. Metalita M. Pencabutan gigi molar ketiga untuk mencegah terjadinya gigi
berdesakan anterior rahang bawah. Available from :URL: http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=582&Itemid=1
Accessed Juni 19, 2011
16. Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg. Alih Bahasa:
Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.126-7