Teori Pengembangan Modul
Teori Pengembangan Modul
Oleh :
Nurma Yunita Indriyanti, S.Pd.,M.Si.
Endang Susilowati, M.Si.
Diberikan dalam Pelatihan Pembuatan e-module bagi Guru-guru IPA Biologi SMP se-Kota
Surakarta menuju Open Education Resources
Pada tanggal 7 Agustus 2010
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi
pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang
mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dansynthesizing yang mengacu pada
upaya untuk menunjukkan kepada pebelajarketerkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip
yang terkandung dalam materipembelajaran. Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat
lima kategori kapabilitasyang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan
intelektual,strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian
materipembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan
konsep,intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang
peranansangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswalebih
tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapatmeningkatkan
hasil belajar.
Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan
pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di
samping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan
cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar
seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang
masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi
pembelajaran tersebut disebut modul. Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan
baik di luar maupundi dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB
telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized
Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990).
Masing-masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda,
yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu:
a. memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut;
b. menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang
dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur. Pelaksanaan pembelajaran
bermodul memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut.
Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi
dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa
telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
c. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.
d. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester
e. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran bermodul secara efektif
akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil
belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Hasil penelitian terdahulu (Richard Duschl, 1993) menyatakan bahwa pembelajaran
modul dalam pembelajaran konsep yang menyangkut kesetimbangan kimia dapat mengubah
miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah.
3. Komponen-Komponen Modul
Komponen-komponen modul mencakup (1) bagian pendahuluan, (2) bagian Kegiatan Belajar,
dan (3) daftar pustaka. Bagian pendahuluan mengandung (1) penjelasan umum mengenai modul,
(2) indicator pembelajaran. Bagian Kegiatan Belajar mengandung (1) uraian isi pembelajaran, (2)
rangkuman, (3) tes, (4) kunci jawaban, dan (5) umpan balik.
3.1 Tujuan Pembelajaran
Hakikat sasaran pembelajaran mengacu kepada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sasaran
umum pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu dan semua upaya pembelajaran diarahkan untuk
mencapai sasaran tersebut. Sasaran khusus pembelajaran merupakan penjabaran dari sasaran
umum pembelajaran yang menjelaskan tingkah laku khusus yang dimiliki siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran tersebut. Sasaran pembelajaran diklasifikasikan menjadi dua jenis,
sejalan dengan dua jenis strategi pengorganisasian pembelajaran yang ada (strategi makro dan
mikro), yaitu sasaran umum dan sasaran khusus. Sasaran khusus pembelajaran adalah pernyataan
khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Sasaran ini diacukan kepada konstruk
tertentu, apakah itu fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Oleh karena itu akan banyak
mempengaruhi strategi pengorganisasian mikro. Istilah yang lebih populer adalah behavior
objective, performance objective, yakni uraian tentang apa yang dapat dikerjakan siswa setelah
menyelesaikan satu unit pembelajaran. Pengertian indikator pembelajaran dapat ditinjau dari
empat sudut pandang, yaitu (1) segi peran siswa, (2) kepentingan siswa, (3) wujudnya, dan (4)
cara merumuskannya. Dari segi peran siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai
pernyataan tentang hasil yang dicapai siswa setelah dibelajarkan. Ditinjau dari segi kepentingan
siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tingkah laku yang diharapkan
dapat dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Ditinjau dari wujudnya, sasaran khusus
pembelajaran berarti deskripsi informasi yang ditunjukkan siswa sebagai hasil pembelajaran.
Ditinjau dari segi cara merumuskannya, sasaran khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai
hasil belajar yang dirumuskan secara rinci.
3.3 Rangkuman
Rangkuman merupakan komponen modul yang menyajikan ide-ide pokok isi pembelajaran
modul, sebagai tinjauan ulang serta pendalaman terhadap materi pembelajaran yang telah
dipelajari siswa. Rangkuman dapat memberikan manfaat yang sangat berarti bagi siswa dalam
mengorganisasi ingatannya, karena rangkuman berisi pernyataan singkat yang mudah diingat dan
dipahami. Rangkuman merupakan (1) pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah
dipelajari, (2) contoh-contoh setiap konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pemberian
rangkuman dalam pengajaran merupakan bagian penting dari strategi pembelajaran sehingga
memiliki manfaat yang sangat penting, baik untuk siswa, maupun guru. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam menyusun rangkuman adalah, (1) rangkuman harus singkat dan langsung
pada isinya, (2) rangkuman berisi ide-ide pokok, (3) rangkuman mencatat informasi dalam bentuk
catatan atau grafik/diagram, atau formulasi-formulasi, (4) rangkuman dapat membangun dan
mengembangkan pelajaran, (5) bagian yang peting perlu digaris bawahi atau diketik miring, (6)
menarik dan dapat dibaca.
3.4 Tes
Tes merupakan alat untuk mengetahui seberapa jauh indikator pembelajaran telah dicapai oleh
siswa. Tes juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru, untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan bimbingan yang diberikannya dan berfungsi untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila diberikan tes yang relevan dengan
sasaran khusus pembelajaran. Bentuk tes dapat berupa tes subyektif dan/atau tes obyektif. Skor
setiap item tes boleh sama atau berbeda, bergantung kepada tingkat kesukaran masing-masing
item tes.
3.5 Kunci Jawaban
Kunci jawaban berisi jawaban tes yang wajib dikerjakan oleh siswa. Kunci jawaban berfungsi
sebagai panduan siswa terhadap jawaban tes, dan umpan balik bagi guru untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap indikator pembelajaran. Jawaban tes
mengacu kepada isi pembelajaran. Jawaban soal subyektif sebaiknya disusun dengan singkat dan
padat serta tidak menimbulkan tafsiran yang lain atau berbeda.
Referensi :
Gay, L. R. 1987. Education research, Competencies for analysis and application. Third
edition. Columbus: Merrill Publishing Company.