Oleh :
Nama : Ririn Anjasni Surya Dewi
Npm : 16020015
Grup : 2-K1
Dosen : Khairul U. S.ST., MT.
Asisten : Kurniawan, S.T., MT.
Samuel M., S.ST.
KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2017
I. JUDUL
2.1
2.2
4.1 Serat
Selulosa 88 - 96 52
Sifat fisika
4.1.2 Wool
Wol merupakan serat yang berasal dari rambut biri-biri. Terdiri dari
asam amino yang kemudian membentuk polimer protein. Jenis biri-biri
penghasil wol ini menentukan sifat wol yang dihasilkan. Selain itu juga
berpengaruh pada kekuatan, kilau, keriting, warna dan jumlah kotoran.
Serat wol dibagi menjadi tiga golongan :
a) Wol Halus
Serat yang termasuk dalam wol halus ini memiliki sifat halus,
lembut, kuat, elastik dan keriting, sehingga dapat dibuat menjaadi
benang yang halus (Ne3 keatas).
b) Wol Sedang
c) Wol Kasar
(a) (b)
Serat wol memili diameter rata-rata berkisar antara 16-17 pada wol
merino yang paling halus sampai lebih dari 40 pada wol yang kasar.
Daiameter serat sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh perubahan
kondisi keliling dan kesehatan biri-biri. Serat ini memiliki penampang
melintang bulat dan membujur yang mudah dikenali karena bersisik.
Serat wol memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki serat lain yaitu
memiliki keriting tiga dimensi, bergelombang menurut berbagai bidang.
Sifat Fisika
Mulur (%) 30-40 dalam keadaan kering dan 50-70 dalam keadaan basah
Sifat Kimia
Tahan asam kecuali pekat dan panas, terjadi hidrolisa pada keratin akan
membentuk campuran asam-asam amino
NH NH
O C C O
CH CH S S CH2 CH OKSIDASI R C O
NH NH OH
O C C O
Tahan terhadap serangan bakteri dan jamur, namun tidak tahan serangga
karena sebagian besar wol terdiri dari keratin yang merupakan sumber
makanan.
4.1.3 Akrilat
Salah satu serat poliakrilat yang dibuat adalah dengan nama dagang
Acrilan. Serat poliakrilat mempunyai ketahanan panas yang lebih baik
dibandingkan serat lainnya. Mudah melepaskan kotoran sehingga mudah
dicuci. Pembuatan benang akrilat yang ruah (bulky) dapat diperoleh
dengan mencampur serat yang mempunyai mengekeret yang tinggi
dengan serat yang mempunyai mengkeret rendah sehingga saat dicuci
terjadi pemengkeretan yang tidak sama sehingga dihasilkan benang yang
ruah (bulky), benang ini disebut high bulk acrylic.
Mulur sekitar 35 %
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara
sintesis, yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan
dispersi. Zat warna tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat
sintetis atau serat tekstil yang bersifat hidrofob. Zat warna ini
mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus
pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi
untuk mendispersikan zatwarna dan mendistribusikannya secara merata
didalam larutan, yang disebut zat pendispersi. Zat warna dispersi dapat
mewarnai serat poliester dengan baik jika memakai zat pengemban atau
dengan temperatur tekanan tinggi.
Gambar 8. CI Disperse Blue 73
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam
pencelupannya harus diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa
leuko tersebu memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang
tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali ke bentuk semula
yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa leuko zat warna bejana
golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan golongan
antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah
warnanya dalam larutan hipiklorit. Umunya zat warna turunan tioindigo
dan karbasol warna hampir hilang dalam uji hipoklorit dan di dalam
larutan pereduksi warnanya menjadi kuning.
Ikatan antara zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan
hidrogen dan ikatan sekunder seperti gaya Van Der Wall. Tetapi karena
bersifat hidrofob maka ketahanan cucinya lebih tinggi daripada zat warna
yang berikatan ionik dengan serat.
Gambar 10. C.I. Vat Blue 4
Zat warna ini termasuk zat warna yang tidak larut dalam air,
digunakan untuk mencelup serat kapas, warnanya terbatas dan suram
karena molekulnya besar, tetapi ketahanan lunturnya tinggi kecuali
terhadap khlor (kaporit). Warna yang sering digunakan adalah
hitam. Banyak digunakan untuk pencelupan serat kapas kualitas
menengah kebawah.
Zat warna naftol adalah zat warna yang terbentuk di dalam serat dari
komponen penggandeng, (coupler) yaitu naftol dan garam pembangkit,
yaitu senyawa diazonium yang terdiri dari senyawa amina aromatik.
Zat warna ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena
pada reaksi diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es. Penggunaannya
terutama untuk pencelupan serat selulosa. Selain itu juga dapat
dipergunakan untuk mencelup serat protein (wol dan sutera) serta serat
poliester.
Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang kurang,
terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya
sangat baik. Zat warna naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat
selulosa setelah diubah menjadi naftolat, dengan jalan melarutkannya
dalam larutan alkali.
Naftol naftolat
Gambar 12. reaksi naftol menjadi naftolat
Zat warna direk bersifat larut dalam air, sehingga dapat langsung
dipakai dalam pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat
warna direk relatif murah harganya dan mudah pemakaiannya, tetapi
warnanya kurang cerah dan tahan luntur hasil celupan kurang baik karna
ia mudah larut dalam air. Zat warna ini mempunyai daya afinitas yang
besar tehadap serat selulosa dan mencelup berdasarkan ikatan hidrogen.
AR1-N=N-AR2-SO3Na
Ikatan Hidrogen
Sel-OH
Zat warna direk dapat dipakai untuk mencelup serat selulosa karena
dapat berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan
hidrogen. Kekuatan ikatan hidrogen umunya tidak terlalu kuat, dapat
putus dalam suhu tinggi, oleh karena itu hasil luntur pencelupan zat
warna direk sangat rendah terutama dalam pencucian panas. Selesai
ikatan hidrogen sebagai ikatan yang utama, kekuatan ikatan zat warna
dierek dengan serat juga ditunjang dengan fisika yaitu ikatan dari gaya
Van Der Waals. Kekuatan ikatan dari gaya Van Der Waals relatif sangat
rendah, namun cukup penting bila ukuran partikel zat warnanya makin
besar. Dari hal tersebut, terlihat tahan luntur hasil pencelupan zat warna
direk bervariasi dari yang rendah hingga yang sedang.
Zat warna asam termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Ia memiliki ukuran molekul yang kecil dan berwarna cerah juga tahan
luntur yang bervariasi.Zat warna ini memiliki gugus pelarut berupa
sulfonat dalam struktur molekulnya. Gugus tersebut juga berfungsi
sebagai gugus fungsi yang mengadakan ikatan ionik dengan serat.
Ikatan Ionik
Zat warna asam dengan satu gugus pelarut disebut monobasik dan
dua gugus pelarut disebut dibasik dan seterusnya. Semakin banyak gugus
pelarut yang dimiliki oleh zat warna, kelarutannya akan semakin tinggi
namun tahan luntur warna terhadap pencuciannya berkurang.
1) Zat warna asam celupan rata (Levelling acid dyes) : molekul zat
warnanya yang relatif sangat kecil sehingga substantifitasnya
terhadap serat relatif kecil, sangat mudah larut dan warnanya sangat
cerah, tetapi tahan luntur warnanya rendah.
2) Zat warna asam milling : Ukuran molekul zat warna iniagak lebih
besar dibanding zat warna asam celupan rata, sehingga afinitas zat
warna asam milling lebih besar dan agak sukar bermigrasi dalam
serat, akibatnya serat agak sukar mendapatkan kerataan hasil
celup. Tahan luntur warna hasil celupannya lebih baik dari zat
warna asam celupan rata karena walaupun ikatan antara serat dan zat
warna dengan serat masih didominasi ikatan ionik tetapi sumbangan
ikatan fisika dari gaya Van Der Waals nya juga relatif mulai cukup
besar (sesuai dengan makin besarnya ukuran partikel zat warna).
3) Zat warna asam super milling : ukuran molekul zat warna asam
supermilling paling besar (tapi masih lebih kecil dari ukuran
molekul zat warna direk) sehingga afinitas terhadap serat relatif
besar dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar mendapatkan kerataan
hasil celupnya, tetapi tahan luntur warnanya tinggi. Tahan luntur
yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat warna
yang berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan dari gaya Van
Der Waals serta kemungkinan terjadinya ikatan Hidrogen
Zat warna basa termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Beberapa jenis zat warna ini tidak tahan terhadap pencucian, penggosokan
atau sinar. Zat warna ini banyak digunakan untuk pencelupan serat wol,
sutera, nylon, akrilat, dimana zat warna akan berikatan secara ionik dengan
gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang berada dalam serat sehingga
tahan lunturnya cukup baik.
Ikatan Ionik
Dari struktur zat warna diatas, dapat terlihat bahwa zat warna ini tidak
larut. Namun akan berubah menjadi bentuk garam yang mudah larut
dalam larutan yang bersifat asam.
Zat warna ini termasuk golongan zat warna dengan kecerahan tinggi
karena struktur molekulnya relatif paling kecil. Zat warna basa dengan
molekul kecil disebut ‘basic dyes’ biasanya digunakan untuk mencelup
wol dan sutera. Sedangkan untuk mencelup serat CDP (Cathionic Dyeable
Polyester) diperlukan zat warna yang tahan terhadap suhu tinggi, oleh
karena itulah dibuat zat warna basa yang kromogennya diperbesar. Zat
warna tersebut disebut ‘Cathionic Dyes’, karena molekulnya besar
kecerahannya berkurang.
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan
reaksi dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut
merupakan bagian dari serat. Zat warna reaktif yang pertama
diperdagangkan dikenal dengan nama Procion. Zat warna ini terutama
dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat protein seperti wol dan
sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini. Selain itu serat poliamida
(nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif untuk mendapatkan
warna muda dengan kerataan yang baik.
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Karena mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan
zat warna reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik.
Demikian pula karena berat molekul kecil maka kilaunya baik.
Zat warna reaktif dingin merupakan zat warna yang larut dalam
air dan berkaitan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga
tahan luntur warna hasil celupannya baik. Contoh strukturnya
sebagai berikut,
Gambar 19. Reaksi Fiksasi dan Hidrolisis Zat Warna Reaktif Dingin
Zat warna ini merupakan zat warna yang larut dalam air dan
berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan
luntur warna hasil celupnya baik. Contoh strukturnya adalah jenis
mono kloro triazin (MCT) sebagai berikut :
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam
interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan
suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Dengan kata lain ikatan
kimia adalah kemampuan suatu atom bergabung dengan atom lain membentuk
suatu senyawa.Ikatan kimia dilakukan dengan melepas atau menerima electron,
sehingga susunan electron menjadi stabil (seperti susunan pada gas mulia).
Kecenderungan unsur – unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama
seperti gas mulia terdekat dengan istilah aturan oktet. Elektron yang berperan
dalam pembentukkan ikatan kimia adalah electron valensi dari suatu atom / unsur
yg terlibat.Ikatan kimia dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu ikatan ionik ,
ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi.
Ikatan antara zat warna serat dapat terjadi secara kimia maupun fisika. Ikatan
tersebut berpengaruh pada hasil pencelupan zat warna terutama pada tahan luntur
warna terhap cahaya dan pencucian. Ikatan-ikatan tersebut antara lain :
Ikatan ion terbentuk akibat adanya melepas atau menerima elektron oleh
atom-atom yang berikatan. Atom-atom yang melepas elektron menjadi ion
positif (kation) sedang atom-atom yang menerima elektron menjadi ion
negatif (anion). Ikatan ion biasanya disebut ikatan elektrovalen. Senyawa
yang memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya
terbentuk antara atom-atom unsur logam dan nonlogam. Atom unsur logam
cenderung melepas elektron membentuk ion positif, dan atom unsur
nonlogam cenderung menangkap elektron membentuk ion negatif.
Contohnya antara lain, ikatan antara zat warna basa dengan serat akrilat :
Gambar 21. Ikatan Ionik Zat Warna Basa dengan Serat Akrilat
D-SO2-CH2-CH2-Sel
Ikatan hidrogen adalah gaya tarik antar-molekul yang terjadi antara atom
hidrogen yang terikat dengan atom sangat elektronegatif (N, O, atau F) dan
pasangan elektron bebas dari atom sangat elektronegatif lainnya. Ikatan ini
muncul sebagaimana ikatan N—H, O—H, dan F—H bersifat sangat polar, di
mana muatan parsial positif pada H dan muatan parsial negatif pada atom
elektronegatif (N, O, atau F). Sebagai contoh, ikatan hidrogen terdapat pada
serat kapas dengan zat warna direk :
AR1-N=N-AR2-SO3Na
Ikatan Hidrogen
Sel-OH
Ikatan fisika yang terjadi antara serat dengan zat warna yakni ikatan
fisika akibat besarnya molekul zat warna sehingga dapat terjadi gaya VanDer
Walls, gaya dispersi london dan gaya dipol-dipol. Ikatan ini cukup
berpengaruh karena menambah kekuatan ikatan antara zat warna dengan
serat.
V. PERCOBAAN
5.1.1 Alat
Tabung Reaksi
Pengaduk
Ball Filler
Pipet Ukur
Pipet tetes
Spatula
Gelas Beker
Pemanas/Bunsen
Kaki Tiga
Kasa Asbes
Lampu UV
Penjepit
Oven
Kertas Saring
5.1.2 Bahan
Serat wool
Serat akrilat
SnCl2
HCl
Pb Asetat
NaOH 10%
NaS
Na2S2O4
Na2CO3
NaOCl
CH3COOH 10%
CH3COOH Tk
NH3.H2O
Garam Diazonium
Zat warna bubuk contoh uji dilarutkan dalam air panas hingga 3/4 tabung
Apabila lapisan eter metanol terwarnai tua maka kemungkinan zat warna
dispersi, naftol, belerang, bejana dan beberapa zat warna basa
5.2.2 Pengujian Zat Warna Dispersi
Ambil zat warna pada larutan eter metanol 3:1 lalu uapkan sampai kering
Uji Penentuan 1
Uji Penentuan 1
Warna rusak
Uji Penentuan 2
- Masukkan contoh uji yang telah dilarutkan kedalam tabung reaksi
- Tutup tabung dengan kertas saring yang teleh ditetesi dengan Pb Asetat
- Panaskan
Cuci
Cuci
Cuci
Uji Penentuan
Uji Penentuan
VII. DISKUSI
Zat warna bubuk golongan 1 merupakan zat warna bubuk yang tidak
larut dalam air. Pelarutan dilakukan menggunakan air panas untuk
meningkatan kelarutan sehingga molekul tidak beragregasi. Zat warna yang
telah dilarutkan diambil sedikit lalu ditambahkan dengan eter metanol. Zat
warna golongan 1 akan berada pada lapisan eter-metanol, seperti zat warna
dispersi, bejana, belerang dan naftol.
+Na2CO3
n. D-S-S-D + 2nHn 2n.D-S-H 2n.D-S-Na
On
selulosa.2n.(D-S-S-D) selulosa.n.(D-S-S-D)
Pada saat pencelupan, zat warna belerang masuk diantara polimer serat.
Setelah dioksidasi zat warna garam leuko yang larut kembali menjadi zat
warna belerang yang tidak larut. Molekul zat warna yang tereduksi telah
berada dalam serat dan kembali keukuran semula sehingga tidak dapat keluar
kembali.
D = C = O + Hn → D = C − OH
senyawa leuko
garam leuko yang larut memiliki afinitas sehingga dapat mencelup serat
kapas. Agar garam leuko tetap berada didalam serat, dilakukan oksidasi
sehingga garam leuko kembali menjadi zat warna bejana yang tidak larut
didalam serat. Oksidasi dilakukan dengan udara. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
2D = C − O − Na + On CO2 2D = C = O + Na2CO3
Hasil celupan zat warna belerang contoh uji nomor 24 pada serat kapas
yang direduksi dengan pereduksi kuat (Na2S2O4 dan NaOH) memberikan
warna tua. Sedangkan hasil celupan kapas nomor 56 zat warna bejana yang
direduksi dengan pereduksi lemah (Na2S dan Na2CO3) memberikan warna
yang lebih muda.
Kapas yang digunakan pada pencelupan zat warna belerang dan bejana
masing-masing adalah dua. Kapas yang telah dioksidasi dan warnanya
kembali diuji dengan oksidator yang mengandung klor (NaOCl). Kain kapas
nomor 24 langsung rusak ketika ditetesi dengan NaOCl sedangkan kapas
nomor 56 tidak.
D-S=S-D putus
Zat warna bubuk golongan 2 adalah zat warna yang larut dalam air
seperti zat warna direk, asam, basa dan reaktif. Uji pendahuluan dilakukan
dengan menambahkan eter metanol 3:1 pada larutan zat warna yang telah
diencerkan dengan air panas sebelumnya. Zat warna akan berada pada
lapisan air. Sedangkan zat warna basa akan bisanya pada lapisan antara air
dan eter metanol.
Larutan zat warna yang telah tercampur dengan eter metanol digunakan
untuk uji penentuan zat warna basa. Larutan contoh uji nomor 202 yang
ditambahkan dengan NaOH 10% warna hilang. Hal tersebut disebabkan oleh
larutan yang besifat terlalu basa. Lalu ditambahkan dengan CH3COOH 10%
warnanya kembali karena zat warna kembali menjadi garam dari zat warna
basa. Contoh uji yang lain tidak mengalami perubahan warna sama sekali.
Sedangkan pada identifikasi zat warna asam, serat yang digunakan untuk
pencelupan kembali adalah serat kapas, wool dan akrilat. Zat warna asam ini
mencelup dalam suasana asam. Pada larutan zat warna ditambahkan asam
asetat 10%. Untuk memastikan zat warna sudah dalam keadaan asam, larutan
dicek dengan kertas lakmus
Hasil celupan serat wool pada zat warna asam berwarna paling tua
karena serat wool dapat berikatan secara ionik. Selain itu, pencelupan zat
wool dalam suasana asam karena wool tidak tahan alkali. Serat wool tercelup
tua oleh contoh uji nomor 181, 151 dan 284. Namun, setelah dilakukan
pengamatan pada seluruh hasil pencelupan contoh uji, praktikan
menyimpulkan contoh uji nomor 151 adalah zat warna asam. Hal ini
disebabkan, hasil pencelupan wool pada semua uji zat warna terwarnai serta
celupan kapas berwarna muda.
Zat warna asam dapat mencelup serat wol/sutera karena adanya tempat–
tempat positif pada bahan. Jumlah tempat positif pada bahan sangat
tergantung pada dua faktor yaitu jumlah gugus amida dan jumlah gugus
amina dalam serat serta keasaman dari larutan celup. Mekanisme utama pada
pencelupan serat wol dengan zat warna asam adalah pembentukan ikatan
garam dengan gugusan amino dalam serat. Selain itu mungkin juga terjadi
ikatan lain. Dalam keadaan iso elektrik, wol mengandung ikatan garam netral
sebagai berikut :
HCl → H+ + Cl−
Sehingga dapat mengikat anion dari zat warna asam sebagai berikut :
Ikatan Ionik
Uji zat warna direk dilakukan dengan menambahkan larutan zat warna
dengan amoniak. Lalu dilakukan pencelupan pada serat kapas, wool dan
akrilat dengan penambahan NaCl. NaCl akan mendorong penyerapan zat
warna. Hasil celupan pada serat kapas contoh uji nomor 181 berwarna paling
tua. Seedangkan nomor 284 tercelup lebih muda dari contoh uji 181. hasil
celupan zat warna nomor 181 berwarna tua pada kapas yaang di
diidentifikasi dengan uji zat warna direk, asam, basa maupun reaktif.
Uji pencelupan zat warna reaktif dilakukan dua kali. Dengan dan tanpa
penambahan asam. Secara umum, hasil celupan dengan penambahan asam
berwarna lebih tua. Hal ini mungkin disebabkan terjadinya hidrolisis zat
warna oleh air.
Zat warna reaktif dapat berikatan secara kovalen dengan serat wol
maupun kapas. Untuk membedakan zat warna reaktif dan direk, dilakukan
pengamatan pada hasil celupan zat warna reaktif pada kain kapas dan wol
dengan dan tanpa penambahan asam. Serat wool yang dicelup oleh zat warna
reaktifakan berwarna lebih tua daripada kapas. Namun, dilakukan
perbandingan contoh uji nomor 181 dan nomor 284 saja. Karna dua contoh
uji yang lain telah diketahui jenis zat warnanya. Zat warna contoh uji 181
merupakan zat warna direk karena mencelup kapas lebih tua pada uji zat
warna direk maupun reaktif. Sedangkan serat wol tercelup tua oleh contoh uji
nomor 284.
VIII. KESIMPULAN
Karyana, Dede. 2014. Pengantar Kimia Zat Warna untuk Pewarnaan Bahan
Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Karyana, Dede dan Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1. Bandung :
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Anonim. 2016. Materi Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen. [online] diakses 01
desember 2017 (mynewblogeducationalchemistry.blogspot.co.id)
(www.studiobelajar.com/ikatan-hidrogen)
Tex team. 2015. Tentang Serat Poliakrilat. [online] diakses 01 desember 2017
(http://textileapplied.blogspot.co.id/2017/08/tentang-serat-poliakrilat.html)
(http://sagaara301.blogspot.co.id/2012/06/serat-poliakrilat.html)