BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
gabro, beberapa mengandung olivin retas dan urat aplit tingkat akhir bersifat
lokal; Macam-macam tingkatan kuarsa feldspar alkali (umumnya pertit atau
mikropertit) plagioklas (biasanya berlajur) biotit, hornblenda, klinopiroksen,
ortopiroksen, dan hasil ubahannya yang umum berupa granit alkali-felspar
mengandung ribekit dan atau arsvendosit; K-felspar setempat-setempat
terkaolinisasikan, terutama syenit kuarsa, dan granit alkali felspar.
Metasomatis potas tingkat lanjut diperlihatkan oleh munculnya K-felsfar dari dua
generasi dalam beberapa batuan (satu yang terkaolinisasi lebih tua, dan yang
muda yang lebih segar yang setempat-setempat mengandung mineral mafik dan
mineral-mineral lainnya); Mineral mafik umumnya dalam gumpalan, dan jelas
adanya macam-macam kandungan mineral dalam satu singkapan memberikan
dugaan bahwa satuan ini berasal dari pencampuran susunan magma.
Formasi ini menerobos dan secara termal mengubah Malihan Pinoh dan Komplek
Ketapang; dianggap menerobos Granit Belaban; menerobos dan menindih batuan
Gunungapi Kerabai, dengan mana kelihatannya berkerabat; diterobos oleh granit
Sangiyang dan oleh retas–retas dan sill–sill mafik sampai felsik, ditindih oleh
Basal Bunga. Formasi ini terbentuk pada Kapur Akhir. Batuan terobosan
metalumina yang mengandung cukup soda dengan sedikit kandungan paralumina
dan jarang perakalin. Batuan Terobosan setelah penunjaman. Jenis 1 kemungkian
terjadi akibat leburan sumber batuan beku basa yang terpecah di bagian bawah
kerak. Penyebarannya meliputi perbukitan dan rangkaian perbukitan di seluruh
wilayah lembar peta termaksuk kepulauan-kepulauan di sekitarnya.
6. Formasi Gunungapi Kerabai (Kuk)
Tersusun dari batuan piroklastik (abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi
gunung api dan aglomerat) umumnya berkomposisi Basaltik dan Andesitik;
mengandung mineral dolerit, trakhiandesit, krotofir kuarsa; Beberapa
berkomposisi dasitik, riodasitik dan riolitik umumnya terdapat setempat-setempat;
Terdapat terobosan dan lava porfiritik, umumnya pecah-pecah, terubah secara
hidrotermal dan terpotong oleh urat-urat klorit - epidot. Susunan piroklastik tufa
berwarna fresh hijau sampai kelabu, di mana umumnya dalam keadaan lapuk
memberikan bermacam-macam warna yaitu coklat, merah dan kuning, terdapat
44
Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung anortit,
kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit dan
skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit
porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin local; sekis
andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik – Trias, berada tidak
selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara termal oleh
Granit Sukadana.
sedimen dan beberapa bagian terubah menjadi batuan metamorf termal. Batuan
sedimen terdiri atas batulempung, batupasir halus-kasar, arenit litik, serpih dan
batusabak. Satuan batuan ini diterobos oleh granit Sukadana dan Granit
Sangiyang pada Kapur Akhir.
Satuan Basal Bunga diendapkan secara tidak selaras diatas Komplek Ketapang,
Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit
Sangiyang. Satuan ini berumur Kapur Akhir – Paleosen dengan komposisi batuan
intrusi : basal, dasit , andesit dan batuan piroklastik lava, tuf litik-kristal, breksi
volkanik dan batupasir sedang-halus.Pada zaman Oligosen - Miosen diendapkan
satuan Batuan Terobosan Sintang dengan komposisi batuan piroklatik berupa tuf
riodasit. Endapan paling muda berumur Kuarter berupa endapan talus, Aluvium
dan Rawa terdiri atas bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lumpur.
Dataran alluvium dan litoral merupakan dataran yang kurang aliran sungai dan
umumnya berawa dengan elevasi umumnya kurang dari 100 meter diatas muka
laut. Dataran ini melebar dari pantai ke pedalaman sejauh 70 km. Morfologi ini
dicirikan oleh sungai meander dengan potongan-potongan meander dan danau
oxbow, serta bentukan geologi batuan keras seperti granit dan batuan gunungapi.
Bagian dataran yang paling ekstensif terdapat dibagian utara wilayah Ketapang
dibuktikan dengan aktifnya proses sedimentasi di masa lalu. Beberapa bentukan
batuan keras di wilayah dataran menghasilkan morfologi yang menonjol terisolasi
berupa gunung pulau (inselberg) di lingkungan dataran.
Dataran rendah bergelombang memperlihatkan bentang alam bergelombang
terdiri dari bukit-bukit membulat dan peneplain yang tertoreh. Elevasi topografi
berkisar 100 meter hingga 800 meter diatas muka laut. Sungai-sungainya mengalir
membentuk pola aliran dendritik, sungai besar diapit oleh dataran banjir dan rawa-
rawa. Proses pelapukan sangat kuat dan regolit yang tebal meluas di wilayah
dataran rendah. Endapan alluvium tipis dan sedikit-sedikit, hanya terbatas di
daerah dekat sungai-sungai besar.Morfologi Dataran tinggi terdapat dibagian
timur laut dan tenggara Ketapang yang membentuk penonjolan dengan bentang
alam pegunungan dimana puncak-puncaknya mencapai ketinggian lebih dari 800
meter diatas muka laut. Morfologi ini dicirikan oleh lereng yang terjal, relief
tinggi, topografi muda, lembah berbentuk V dan erosi yang kuat. Singkapan
batuan lebih banyak dan lebih segar.
pada pelarutan adalah pH, solubility, dan kestabilan mineral. Faktor yang
berpengaruh pada transportasi dan pengendapan kembali mineral adalah iklim,
topografi, morfologi, dan mobilitas unsur. Hasil pelapukan akan ditransportasikan
oleh airtanah atau air hujan, kemudian diendapkan kembali. Proses terjadi dengan
baik pada permukaan tanah landai dengan kemiringan tertentu, keadaan morfologi
dan topografi yang cenderung bergelombang miring.
Beberapa unsur yang sangat penting dalam endapan laterit bauksit adalah Al, Fe,
Si dan Ti. Perbandingan antara nilai Al dan Si merupakan patokan keekonomisan
tambang bauksit. Pada iklim tropis, Ca, Ni, Si dan Ti mengalami pelindian
terlebih dahulu dan lebih mobile dibanding dengan Al dan Fe.Pelarutan dan
penguraian plagioklas, alkali feldspar, besi, aluminium dan silika dalam larutan
akan membentuk suspensi koloid. Pada larutan, besi akan bersenyawa dengan
oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan
menghilangkan air dengan membentuk mineral geothit FeO(OH), hematit
(Fe2O3), dan kobalt (Co) dalam jumlah kecil, sedangkan Al akan mengendap
menjadi endapan bauksit Al2O3.2H2O (dalam hal ini bauksit secara umum).
Pengendapan dikontrol pH sebagai penetralisir reaksi kimia oleh tanah. Jika
konsentrasi air berkurang pada saat pengendapan laterit bauksit, maka buhmit dan
diaspor dapat terbentuk.
Selain itu, pengayaan unsur lainnya yang terikat bauksit adalah R-Si. Unsur ini
merupakan unsur terpisah dari Si yang terbentuk pada laterit bauksit, serta usnsur
yang dipertimbangkan dalam penambangan bauksit. Hal ini disebabkan karena
untuk menguraikan senyawa bauksit nantinya, perlunya penambahan NaOH untuk
mendapatkan bauksit murni. Proses pengayaan dan pengendapan laterit bauksit
paling baik pada topografi miring yang mana proses mobilitas unsur yang rendah,
karena pada bagian puncak cenderung untuk mengalirkan hasil erosi dan respirasi
air meteorik. Sedangkan pada bagian lembah, lebih banyak membentuk endapan
laterit Fe seperti hematit dan limonit sebagai hasil akumulasi material sedimen
serta peresapan larutan. Kehadiran kekar ataupun rekahan akan mempercepat
proses respirasi dan penghancuran batuan sehingga mempengaruhi pembentukan
zona deposit. Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk pada
50
lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu hasil
pelapukan batuan (insitu). Setiap batuan dasar memiliki karakteristik bauksit
tertentu diantaranya Granodiorit menghasilkan tanah laterit berwarna merah bata
dengan tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral kuarsa berukuran 1-3mm
dengan ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa membentuk endapan tanah
laterit berwarna kuning keorange-an dengan kondisi batuan/sampel lebih halus
dengan mineral yang cenderung lepas dengan ketebalan lapisan saprolit 4-8m, dan
Diorit menghasil kan warna tanah cenderung coklat hingga coklat gelap dengan
tanah laterit berwarna kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock,
lempung dan pasir silika.
3.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bauksit
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan bauksit seperti yang
disebutkan oleh Alcomin (1974), adalah sebagai berikut:
1. Sumber batuan yang kaya akan unsur-unsur Al.
2. Wilayah Sub tropis dengan lingkungan penguapan yang tinggi.
3. Suhu harian rata-rata >25ºC.
4. Topografi bergelombang.
5. Daerah Stabil (old continental/stadium tua).
6. Formasi batuan yang berada diatas mata air permanen.
Beberapa faktor eksternal juga dapat mempercepat proses pelapukan seperti
struktur geologi, frekuensi curah hujan dan suhu harian yang tinggi (daerah
subtropis), dan juga asam organik. Yang terakhir ini berasal dari tanaman yang
akan menurunkan pH tanah menjadi <4. Pada pH <4 dan pH>9 elemen Al2O3
akan dilepaskan, tetapi SiO2 hanya akan terlepas pada pH> 9 - pH 10. Karena pH
normal air tanah adalah 7 maka pada kedalaman tertentu akan terjadi pelepasan
Al2O3 dan SiO2, hal ini sudah tentu terkait dengan topografi yaitu pada kondisi
slope yang pendek.
Unsur-unsur lain seperti Ca, Na, K dan Mg akan diangkut oleh air tanah melalui
sistem drainase pada daerah rendah ke daerah yang cekung. Sedimentasi residu
Al2O3SiO3 dan garam Fe pada pH antara 4 dan 9 disebabkan oleh normalisasi pH
tanah pada kedalaman tertentu. Pada kondisi pH 4-9, silika dari feldspar alkali
51
akan bercampur dengan air (H2O) membentuk silikat alumina hidrat dengan
Al2O3 SiO3 dan H2O.
Di daerah subtropis, dekomposisi dari kombinasi silikat akan berjalan lebih cepat
sehingga akumulasi dari oksida besi dan aluminium akan membentuk kongkresi
bauksit. Bentuk variasi dari kongkresi diantaranya adalah sub-rounded, tabular,
memperlihatkan bentuk anhedral dalam matriks lempung, serta terkadang berupa
lempung pasiran. Transportasi elemen terlarut dan sedimentasi residu sangat
dipengaruhi oleh topografi. Di daerah dengan morfologi gelombang rendah dan
stadium tua akan menghasilkan sirkulasi air tanah yang baik sebagai media
transportasi elemen, tetapi dengan syarat erosi vertikal tidak terjadi lagi. Jensen
dan Bateman, 1981 menjelaskan bahwa bauksit terbentuk sebagai sisa sedimentasi
pada atau dekat permukaan. Sedimentasi terbentuk dari hasil akumulasi mineral
aluminium silikat yang bebas massa kuarsa. Dalam proses konsentrasi tersebut,
terjadi perubahan volume hingga konsentrasi mencapai nilai komersial untuk
ditambang.
Pembentukan endapan
bauksit lateritik
Contoh :
Ortochlase (potash feldspar) air asam Residu alumina
Potassium Alumunium Silicates (KAlSiO3O) melarutkan unsur K (Al2O3.3H2O)
concentration) dari batuan yang kaya akan mineral felsic feldspar atau
mineral alumina silikat lainnya. Adapun batuan asal dapat membentuk endapan
bauksit berupa antara lain : Granit, Granodiorit, Syenit, Dasit, Trakhit, Monzonit,
Riolit dan “Tuff” Riodasit, serta beberapa di temukan berasal dari batuan
piroklastik yang mengalami proses laterisasi.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara
lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate,
kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut
mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral
– mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk
dari mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan
sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu.
Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan
terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.Kandungan alumunium
yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan
bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.
Bahan galian ini terdapat pada lapukan (residual soil) dari batuan yang
mengandung oksida alumunium monohidrat dan oksida besi yang membentuk
mineral diaspal (Al2O3OH) dan gipsit (Al2O3H2O) pada formasi Jambu (Ruj).
Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%,
Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%,dan H2O 14 – 36%.
Tektonik
(Struktur geologi)
Karakteristik
PEMILIHAN DANmineralogi
PENERAPAN
Karakteristik(METODA)
TEKNOLOGI batuan induk/samping
EKSPLORASI
(Sumber :Geologinesia Endapan Bauksit)
Gambar 3.6
Diagram Umum Hubungan Antara Genesa Endapan Dengan Pemilihan Metode
Eksplorasi
59
3.5 Eksplorasi
Eksplorasi merupakan pekerjaan-pekerjaan penyelidikan selanjutnya setelah
ditemukannya endapan mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan
untuk mengetahui dan mendapatkan ukuran, bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata
dan jumlah cadangan dari endapan tersebut. Seluruh kegiatan eksplorasi pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi sumberdaya mineral (resources)
yang terdapat di bumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk ditambang
(mineable reserve).
Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari dimana keterdapatan
suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana kondisinya,
serta ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaanya.
Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara lain:
1. Geologi, mineralogi, genesa bahan galian
2. Teknik eksplorasi
3. Analisis cadangan, geostatistik
4. Ekonomi endapan mineral.
Secara umum aliran kegiatan pencarian/eksplorasi endapan bahan galian dimulai
dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi
kegiatan persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra landsat, SLAR, peta-peta
yang sudah ada, atau laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi
awal yang terdiri dari peninjauan lapangan, pemetaan geologi regional,
pengambilan conto (scout sampling) serta memetakan mineralisasi endapan
untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi bias dilanjutkan atau tidak.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci) yang meliputi
pemetaan geologi rinci serta pengambilan conto dengan jarak yang relatif rapat
sesuai dengan sifat endapan bahan galian termaksud. Conto-conto yang
diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik
lain yang menunjang kegiatan penambangan.
Perhitungan cadangan dilakukan dengan berbagai metode perhitungan yang sesuai
untuk jenis endapan tertentu, antara lain dengan cara area of influence.
60
Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources) yang perkiraan dan
kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan diatas.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang
diselidikii lebih keci dengan skala peta antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 :
25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi
(jenis batuan/startigrafi dan struktur geollogi yang berkembang). Pengambilan
contoh pada derah prospek secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara
sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehinga dapat diketahui
kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.
b. Eksplorasi awal
Eksplorasi awal yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.
c. Eksplorasi rinci
Eksplorasi rinci yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam
tiga dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari dari
percontohan singkapan,puritan, lubang bor, shafts, dan terowongan.
Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan Eksplorasi adalah:
1. Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000
2. Pengambilan contoh dan analisis contoh
3. Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik
batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan sefrta geometri
cebakan mineral. Pada survey ini dilakukan pengukuran topografi, IP,
Geomangit, Geolistrik.
4. Pemboran Inti
3.5.3 Program Eksplorasi
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran,
maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep
dasar eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:
1. Target eksplorasi
2. Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
3. Pencarian model-model geologi yang sesuai
67
4. Pemodelan eksplorasi
5. Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target
eksplorasi
6. Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan
mendeskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
7. Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk geologi yang diperlukan.Selain itu, perencanaan program
eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah dasar dan
perancangan (desain) yaitu :
a. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan
keadaan geologi endapan yang dicari.
b. Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya
serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya
3.5.4 Metode Eksplorasi
3.5.4.1 Metode Geolistrik
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial dan pengukuran arus yang
terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi.
(Margoworo P., Ayu, 2009).
Terdapat tiga macam metode geolistrik yaitu: self-potential (SP), Earth Resistivity
(ER), dan Induced Polarization (IP).
1. Self-potential (SP)
Metode SP merupakan metode pengukuran berdasarkan perbedaan
potensial alami yang umumnya ada diantara dua elektroda di atas
permukaan. Tujuannya yaitu untuk menganalisis struktur lapisan bumi
berdasarkan sifat kelistrikan batuan dengan tidak memberi medan listrik
eksternal (Parasnis, D. S, 1972).
2. Earth Resistivity (ER),
Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan merupakan suatu kemampuan
batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui
68
ditentukan terutama oleh sifat air, yakni elektrolit. Batuan berpori yang berisi air,
nilai tahanan jenis lisriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air
(Puradimaja, dkk, 2003).Konduktivitas listrik merupakan ukuran dari kemampuan
suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas listrik didefinikan
sebagai perbandingan dari rapat arus J terhadap kuat medan listrik E :
Kebalikan dari konduktivitas listrik adalah tahanan jenis listrik atau biasa
disebut sebagai tahanan jenis saja, yaitu :
2. Kaidah-kaidah Geolistrik Tahanan Jenis
Menurut Taib (1999), terdapat beberapa kaidah dan konsep yang berlaku pada
Eksplorasi Tahanan Jenis :
1) Kaidah Superposisi
Kaidah ini digunakan untuk menghilangkan kerancuan mengenai harga arus
listrik yang terjadi pada beberapa sumber arus listrik. Secara umum telah
disepakati bahwa arus listrik mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif
(-), di mana besar arus listrik sama besarnya pada kedua kutub tersebut.
Sehingga apabila ada perbedaan (ΔI) maka digunakan perbedaan antara kedua
sumber tersebut.
2) Kaidah Resiprositas
Kaidah ini menjelaskan bahwa potensial yang terukur dari suatu titik M
akibat dari suatu sumber arus pada titik A akan sama bila titik M tersebut
menjadi sumber arus dan titik A menjadi titik amat potensialnya.
3) Kaidah Potensial dan Arus Listrik
Medium homogen isotropik memiliki permukaan bidang isopotensial
berbentuk bola yang berpusat pada sumber arusnya, garis arus merupakan
garis radial tegak lurus terhadap garis isopotensial tadi. Untuk pasangan
sumber arus maka garis isopotensial ini akan menjadi lebih kompleks, namun
tetap berbentuk bola pada bidang dekat dengan sumber arus, sedangkan garis
arus tetap tegak lurus terhadap garis equipotensial tersebut. Namun untuk
lapisan yang anisotropik maka garis arus tidak harus selalu tegak lurus
terhadap garis isopotensial tersebut.
4) Kaidah Kontroversi Kedalaman Penetrasi dan Resolusi
71
Pada penerapan praktis, pengukuran dilakukan di dua titik seperti terlihat pada
Gambar berikut:
Beda potensial yang terdapat antara P1 dan P2 yang diakibatkan oleh injeksi arus
pada C1 dan C2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
I 1 1 1 1
V V ( P1 ) V ( P2 )
2 r1 r2 r3 r4
Dimana:
r1 jarak C1 ke P1
r2 jarak C2 ke P1
r3 jarak C1 ke P2
r4 jarak C2 ke P2
Dengan gambar konfigurasi seperti pada Gambar 3.10 berikut:
73
yang dapat disimbolkan dengan A, B yang ditempatkan diantara dan dua buah
elektroda potensial yang dapat disimbolkan dengan M, N. Namun berbeda dalam
hal jarak antar elektroda dengan wenner dimana jarak elektroda arus ke potensial
(C1-P1 atau P2-C2) adalah n kali jarak antar elektroda potensial (P1-P2) seperti
terlihat pada gambar 3.8.
Hal ini disebabkan oleh potensial yang terukur dipengaruhi oleh lapisan yang
berbeda-beda tersebut. Tahanan jenis semu dapat dirumuskan sebagai berikut :
V
s K
I
Keterangan :
s = Tahanan jenis semu ( m )
K = Faktor geometri (m)
V = Beda potensial (V)
I = Kuat arus (A)
(Sumber:Telford,dkk. 1990)
Gambar 3.14
Tahanan Jenis Semu
Kurva ini mempunyai harga selalu turun. Dibentuk oleh 2 kurva baku, yaitu
depan turun dan belakang juga turun. Seperti 3 lapis dengan ρ1> ρ2> ρ3.
Adapun langkah – langkah interpretasi dengan matchingcurve konfigurasi
Schlumberger menurut Waluyo (2004) adalah sebagai berikut:
1. Plot data lapangan pada kertas transparan dengan skala log – log dengan
absis AB/2 (setengah jarak elektroda arus) dan ordinat ρa (tahanan jenis
semu).
2. Matchingkan lengkung data lapangan dengan lengkung baku. Cari lengkung
baku yang paling cocok ( ρ2/ρ1 ).
3. Plot titik silang P1 (titik potong garis ρa /ρ1 =1 dan AB/2 =1) pada kertas
data lapangan. Titik P1 mempunyai arti yang penting karena ordinatnya
adalah harga tahanan jenis lapisan pertama dan absisnya adalah kedalaman
lapisan pertama.
4. Tentukan tahanan jenis lapisan kedua yaitu ρ2 = ρ1 x ρ2/ρ1.
5. Pilih lengkung bantu yang cocok dengan pola lengkung data. Lalu letakkan
pusat lengkung bantu berhimpit dengan titik silang P1 lalu pilih harga sama
dengan ρ2/ρ1.
6. Plot lengkung bantu diatas lembar data lapangan dengan garis putus–putus.
7. Ganti lengkung bantu dengan lengkung baku. Telusurkan pusat lengkung
baku diatas garis putus – putus yang telah dibuat sampai match dengan data
di belakang data yang telah di interpretasi.
8. Setelah cocok catat harga ρ3/ρ2 , plot titik kedua P2 pada kertas data (letak
pusat lengkung baku).
9. Koordinat titik P2 memberikan harga kedalaman lapisan kedua (absis) dan
tahanan jenis ρ2’ (ordinat).
10. Tentukan tahanan jenis lapisan ketiga ρ3 = ρ2’ x ρ3/ρ2.
11. Bila masih ada data yang belum diinterpretasi, langkah selanjutnya sama
seperti 10 poin diatas. Diteruskan hingga data terakhir yang merupakan
kedalaman lapisan terakhir (dasar).
Perlu diketahui bahwa diantara keempat jenis tipe lengkung bantu yang ada,
lengkung bantu tipe H merupakan lengkung bantu yang paling mudah
84
Tabel 3.1
Nilai tahanan jenis dari berbagai material dibumi
Material Resistivity
(Ohm-meter)
Udara ~
Pyrite (Pirit) 0,01 - 100
Quartz (Kwarsa) 500 – 800.000
Calcite (Kalsit) 1 x 1012 - 1 x 1013
Rock Salt (Garam
Batu) 30 - 1 x 1013
Granite (Granit) 200 – 100.000
Andesite (Andesit) 1,7 x 102 – 45 x 104
Basalt (Basal) 200- 100.000
Limestones (Gamping) 500 – 10.000
Sandstones (Batu
pasir) 200 – 8.000
Shales (Batu Tulis) 20 – 2.000
Sand (Pasir) 1– 1.000
Clay (Lempung) 1 – 100
Ground Water (Air
tanah) 0.5 – 300
Sea Water (Air asin) 0.2
Magnetite (Magnetit) 0.01 – 1.000
Dry Gravel (Kerikil
kering) 600 – 10.000
Alluvium (Aluvium) 10 – 800
Gravel (Kerikil) 100 – 600
Sumber:Telford, 1990)
peta dasar, peta rupa bumi, data geokimia tanah, citra satelit pada daerah
eksplorasi.
2. Perizinan pada pemerintahan daerah serta tokoh masyarakat dan adat yang
terkait dengan daerah penelitian serta persiapan akomodasi dan logistik.
3. Delineasi peta yang didapatkan dari studi literatur, meliputi delineasi
geomorfologi, struktur geologi (interpretasi citra satelit dan peta topografi),
dan gambaran sebaran batuan untuk memberikan gambaran kondisi daerah
penelitian secara umum.
4. Pembuatan peta dasar dan jalur eksplorasi.
5. Observasi lapangan, meliputi pengamatan singkapan, deskripsi batuan,
pengukuran struktur geologi, pembuatan profil batuan dan tanah laterit, plot
titik pengamatan, pencatatan dan sketsa , serta dokumentasi dan pengambilan
sampel batuan serta pengambilan sampel tanah .
Dalam pelaksanaan pemetaan tersebut peralatan yang dibutuhkan yaitu:
1. Peta dasar daerah penelitian (skala disesuaikan dengan skala penelitian)
2. Kompas geologi
3. Palu geologi,
4. Panduan manual deskripsi lapangan
5. Loupe dengan pembesaran 10 x dan 20 x
6. HCL 0,1 N
7. Meteran
8. Kamera
9. Kantong sampel
10. GPS
11. Alat penunjang keselamatan, seperti pakaian standar lapangan
12. Alat- alat tulis.
kandungan nikel pada saprolit lebih signifikan karena pola gerakan air
tanah.umumnya dibuat dengan peralatan manual penggalian seperti cangkul dan
lainnya dengan tenaga manusia. Gambar 3.17 menunjukan bentuk umum
penampang sumur uji. Kedalaman sumur dibuat berdasarkan kebutuhan
eksplorasi, bahkan sampai batuan dasar dengan lebar umum 3-5 meter. Spasi dari
setiap titik pembuatan sumur uji juga diperhitungkan dengan plot GPS untuk
mencari kemenerusan secara lateral.
(Sumber:Telford,dkk. 1990)
Gambar 3.20
Variasi penampang sumur uji.
(Sumber:Telford,dkk. 1990)
Gambar 3.21
Bentuk penampang parit uji
(Sumber:Telford,dkk. 1990)
Gambar 3.22
Arah penggalian parit uji
90
(Sumber:Telford,dkk. 1990)
Gambar 3.23
Parit Uji
91
4. Pemboran Eksplorasi
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan
kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat
penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari
permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari
permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan
jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh. Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal
yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah:
1. Kondisi Geologi Dan Topografi,
2. Tipe Pemboran Yang Akan Digunakan,
3. Spasi Pemboran,
4. Waktu Pemboran, Dan
5. Pelaksana (Kontraktor) Pemboran.
Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :
1. Juru Bor
2. Peralatan Dan Onderdil Yang Dibutuhkan,
3. Alat Transportasi,
4. Konstruksi Peralatan Pemboran .
5. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :
Tujuan (open hole – coring),
1. Topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),
2. Litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor),
3. Biaya dan waktu yang tersedia, serta
4. Peralatan dan keterampilan.
Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :
1. Identifikasi struktur geologi,
2. Sifat fisik batuan samping dan badan bijih,
3. Mineralogi batuan samping dan badan bijih,
4. Geometri endapan,
92
Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling,
percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary drilling
terdapat tiga macam penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table,
dan top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja secara mekanik
(dengan bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan
umumnya berupa tricone bit untuk pemboran open hole (non coring) ataupun
diamond bit untuk pemboran inti (coring). Fluida bor yang sering digunakan
dalam suatu operasi pemboran dapat berupa udara, air, lumpur atau campuran air
dan lumpur. Fluida bor pada umumnya berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor,
(b) pelumas, (c) mengangkat sludge ke atas, (d) melindungi dinding lubang bor
dari runtuhan.
5. Pemboran inti
Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target dengan diamond bit
atau impregnated bit. Hal ini mengakibatkan conto yang diperoleh pada tabung
dalam (innertube) dari core barrel berbentuk silinder. Mata bor dan core barrel
dihubungkan ke permukaan dengan tali baja yang juga digunakan untuk
menurunkan mata bor dan core barrel ke dalam lubang.
1. Drill bit Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan kadar
intan tanpa semen metalik yang memiliki karatan tertentu. Pada umumnya
keseluruhan mata bor ini digunakan untuk batuan yang sangat keras seperti
rijang, sedangkan mata bor intan tunggal digunakan untuk batuan yang lebih
halus seperti batugamping. Diamond bit dapat digunakan untuk batuan
tertentu tetapi karena harganya yang sangat mahal maka perlu pengalaman
dan pemilihan lokasi yang tepat dalam penggunaannya.
2. Core barrel Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian
didorong ke core barrel oleh perputaran tabung. Core barrel dapat
diklasifikasikan sesuai panjang inti bor yang ditampung biasanya 1,5–3 m
namun dapat pula mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua tabung dimana
tabung luar untuk menangkap inti bor dan tabung dalam dalam posisi tidak
berputar. Triple-tube dapat digunakan untuk tanah yang kurang baik
93
selanjutnya inti bor dapat diangkat dengan menggunakan tali pada stang bor
ke permukaan.
3. Sirkulasi Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan
untuk mencuci sludge, permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat
celah antara antara dinding lubang bor dan stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga
untuk memberi pelumasan pada mata bor, mendinginkannya dan melepaskan
hancuran batuan yang menempel pada permukaan mata bor. Air dapat
dikombinasikan dengan lempung atau bahan aditif lainnya untuk memberikan
daya angkat bagi material yang dibor.
4. Casing Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan permukaan
lubang bor. Casing dilengkapi dengan tabung baja sehingga tali baja dapat
dioperasikan dengan aman. Casing dan mata bor telah seukuran sehingga
ukuran yang lebih kecil dari itu (diameter kecil) akan melewati ukuran besar
pada lubang yang akan dibor.
5. Kecepatan dan biaya pemboran Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi
mineral biasanya memiliki kapasitas sampai 2000 m dan dapat diletakan
horisontal atau vertikal. Rata-rata penggunaannya bergantung kepada tipe alat
bor, mata bor, diameter lubang, tipe batuan, kedalaman dan keahlian juru bor.
Seorang juru bor harus mempertimbangkan berapa besar volume fluida yang
akan digunakan, besar tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan
putaran dan pemilihan mata bor yang benar. Sampai sekarang belum ada
kondisi baku untuk menentukan faktor kritis penggunaan mata bor jika kita
menginginkan optimasi pemboran yang efisien. Pemboran sampai kedalaman
10 m/jam mungkin saja terjadi bergantung kepada kemampuan juru bor yang
menanganinya dan juga kondisi batuan yang dibor. Beberapa permasalahan
(kendala) yang muncul dalam pemboran dapat dilihat pada Tabel dibawah
4. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah
luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet
bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)Medan magnet utama dapat
didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka
waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106
km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan
dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,
maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomaly
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal
field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung
mineral bermagnet seperti magnetite (), titanomagnetite () dan lain-lain
yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
96
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen
akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama bumi (Telford, 1976),
1. Metode Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat
medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan
magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik
adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur
posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS
ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit.
Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat
luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.Beberapa
peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara
lain (Sehan, 2001) :
1. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan
magnet bumi.
2. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
3. Sarana transportasi
4. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-
lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan
PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses
pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan
lingkungan.Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan
adalah menentukan base station dan membuat station – station pengukuran
(usahakan membentuk grid – grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya
lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station –
97
station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.
2. Pengaksesan Data IGRF
IGRF singkatan dati TheInternational Geomagnetic Reference Field. Merupakan
medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan
nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut
terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan
bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik,
sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF
terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang
menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).Nilai
IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari
hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai
IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai
sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan
pemodelan dan interpretasi.
3. Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari
dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan
waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun
pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka
koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang
terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada
98
waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap
dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar
dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF.
Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka
kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi
IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai
medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran
pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi
harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik
sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai
aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah
dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa
prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai
suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model
topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop)
sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan
koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 – ΔHtop.
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang
terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan
digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah
permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk
99
peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan
titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang
pembanding tertentu.
4. Reduksi ke Bidang Data
Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka
data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus
direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan,
karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan
magnetik yang terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik untuk
mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain :
teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer)
dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
5. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses transformasi
data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih
tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai
filter tapis rendah, yaitu untuk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik
lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di
permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak
boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang
bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei
magnetik ini.
6. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei
selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal
dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali
magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka
dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
100
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional
adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana
peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami
perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
7. Interpretasi Data Geomagnetk
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang
sebenarnya.Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model
dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan
matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana
antara satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali
yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
1. Foto udara
Merupakan pemotretan permukaan bumi dengan menggunakan kamera foto
dengan menggunakan pesawat udara. Adapun hasil pemotretan yang dapat
diperoleh adalah :
1. Fotograf Hitam & Putih (B & W Film).
2. Fotograf berwarna (Color Film).
3. Inframerah hitam & putih (B & W IR).
4. Inframerah berwarna (Color IR).
Dalam suatu pengamatan foto udara terdapat 7 (tujuh) komponen dasar foto udara
yang perlu diketahui, yaitu :
1. Bentuk, berhubungan dengan kenampakan fisik suatu objek.
2. Ukuran, berhubungan dengan dimensi suatu objek dan umumnya
berfungsi sebagai skala,
3. Pola, berhubungan dengan posisi/sifat/karakteristik spasial suatu objek,
4. Bayangan, dapat menjadi petunjuk interpretasi (sebagai guide untuk
kenampakan suatu objek), namun dapat juga menjadi kendala dalam
interpretasi (jika menghalangi fisik objek yang penting),
5. Rona, merupakan tingkat (gradasi) kecerahan/warna relatif suatu objek
terhadap objek lain,
6. Tekstur, merupakan kombinasi dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, atau
rona,
7. Situs/lokasi/indeks, merupakan letak/posisi relatif objek terhadap objek
lain.
Pemotretan untuk pembuatan suatu series foto udara yang meliputi suatu daerah
dapat dilakukan pada jalur terbang dan menghasilkan lembaran-lembaran foto.
Untuk dapat dilakukan penggabungan foto-foto (mosaik) maka masing-masing
lembaran yang dihasilkan (difoto) harus saling overlap (umumnya 30%).
Adapun dalam pengamatan suatu foto udara, secara umum dapat diikhtisarkan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang meliputi : pengamatan foto
analisis/pengukuran kenampakan suatu objek pemindahan hasil interpretasi ke
dalam peta dasar. Pengamatan dan analisis suatu foto udara dapat dilakukan
103
secara 3-D, yaitu melalui pengamatan stereografis dengan perantara suatu alat
yaitu stereoskop.
Interpretasi-interpretasi (informasi) yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan
(analisis) foto udara adalah :
1. Relief permukaan bumi peta topografi,
2. Rona muka bumi interpretasi litologi (batuan) dan alterasi,
3. Tekstur muka bumi (objek) untuk menginterpretasikan jenis batuan
atau perbedaan kekerasan batuan,
4. Pola aliran sungai,
5. Tingkat erosi permukaan,
6. Tata guna lahan,
7. Kelurusan-kelurusan objek yang bermanfaat untuk interpretasi struktur
geologi.
2. Penginderaan gelombang mikro
Penginderaan jarak jauh dengan menggunakan gelombang mikro dapat dilakukan
dalam segala kondisi alam (kabut, berawan, siang, malam, dll.) tergantung pada
panjang gelombang yang digunakan. Penginderaan dengan gelombang mikro ini
umumnya menggunakan sensor gelombang mikro aktif yang dikenal dengan
RADAR (Radio Detection and Ranging), dimana transmisi berupa ledakan
pendek (pulsa gelombang mikro) dan merekam kekuatan gema/pantulan yang
direspon oleh objek.
Umumnya peralatan sistim Radar ini dipasang pada pesawat terbang maupun
pesawat antariksa (ulang-alik). Sistem Radar yang digunakan pada umumnya
adalah SLR (Side Looking Radar) dan SLAR (Side Looking Airborne Radar).
Karena resolusi spasial yang dihasilkan oleh sistem SLR/SLAR ini relatif lebih
kasar daripada resolusi yang dihasilkan oleh foto udara, maka SLR/SLAR ini
jarang digunakan pada tahapan penelitian (pemetaan) rinci, tapi hanya (umum)
digunakan pada pemetaan awal (survei tinjau reconnaissance).
104
Oleh sebab itu, maka hasil Citra Landsat umumnya digunakan sebagai pelengkap
dalam melakukan interpretasi penginderaan jarak jauh disamping analisis foto
udara sebagai media interpretasi utama.
Aplikasi yang dapat dilakukan berdasarkan hasil landsat ini adalah :
1. Peta-peta struktur geologi, berdasarkan interpretasi kelurusan-kelurusan
akibat refleksi spektral yang terjadi. Dari pengamatan struktur geologi
tersebut dapat menghasilkan (mengidentifikasi) sesar, rekahan-rekahan,
atau juga jalur mineralisasi.
2. Interpretasi dan pembuktian peta geologi dan peta alterasi berdasarkan
perbedaan warna atau kontras (rona).
Beberapa satelit lain yang sering digunakan dalam penginderaan jarak jauh
adalah
1. Seasat-1 ; umumnya untuk penelitian oseanografi (dari ketinggian 800
km).
2. SPOT ; yang merupakan satelit Perancis (Satelit Proboloire Pour 1
Observation de La Terre).
3. Satelit cuaca, antara lain NOAA/TIROS, GOES, NIMBUS, DMSP.
Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di dalam proses-proses
geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen, dan batuan. Dispersi
geokimia tidak terlepas dari daur geologi dan jenis-jenis bijih yang dihasilkan
pada berbagai tingkatan daur .
108
r TERSINGKAP
de
un si
ek Ero
iS Bijih Oksidasi
ers dan Supergen
sp
Di is
i
os
ep CEBAKAN EKSHALASI
D
(VULKANIK)
Ekstrusif
er
SEDIMEN
nd
ku
(PLACER)
Se
rsi
asi
spe
BATUAN BEKU
Litifik
Di
(CEBAKAN HIDROTHERMAL)
Intrusif
BATUAN SEDIMEN
(ENDAPAN SULFIDA SEDIMEN,
r
de
ENDAPAN POSFAT)
n
ku
me
Se
rfis
rsi
er
spe
rim
mo
tan
Di
iP
eta
da
ers
M
pa
sp
Di
di
BATUAN METAMORF
ja
en
(CEBAKAN METAMORFIK)
m
n
da
i
Fu as
si gr
Mi
MAGMA
a l
oth as
erm
MATERIAL BARU
Ge Pan
Menurut Peters (1978), urutan kegiatan eksplorasi geokimia secara umum terdiri
dari :
1. Seleksi metode, elemen-elemen yang dicari, sensitivitas dan ketelitian
yang diinginkan, serta pola sampling.
2. Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dengan mengecek
conto-conto secara umum dan kedalaman conto untuk menentukan level
yang dapat diyakini dan untuk mengevaluasi faktor bising (noise).
3. Analisis conto, di lapangan dan laboratorium dengan analisis cek yang
dibuat pada beberapa metode.
4. Melakukan statistik dan evaluasi geologi dari data, sering berkaitan
dengan ketersediaan data geologi dan geofisika.
109
Dua hal dasar yang berkaitan dengan prospeksi geokimia adalah unsur-unsur
penunjuk (indicator element) dan unsur-unsur jejak (pathfinder element). Suatu
penunjuk merupakan salah satu unsur utama bijih dalam badan bijih yang dicari,
sedangkan suatu jejak berasosiasi dengan badan bijih tetapi lebih sulit dideteksi,
lebih bebas dari bising, atau lebih luas penyebarannya dari unsur-unsur penunjuk.
Tabel 3.3 menunjukkan beberapa unsur penunjuk dan jejak yang berkaitan dengan
badan-badan bijih yang umum.
Sedangkan Tabel 3.4 menunjukkan metode-metode utama yang digunakan dalam
prospeksi geokimia. Metode yang sering digunakan pada penyelidikan awal
adalah survei sedimen sungai, sedangkan untuk penyelidikan detil lebih sering
digunakan sampling tanah. Sampling terhadap uap, vegetasi, dan air digunakan
pada kondisi yang khusus.
Tabel 3.3
Contoh asosiasi bijih, unsur-unsur penunjuk dan jejak (Peters, 1978)
Asosiasi bijih Unsur penunjuk Unsur jejak
Tembaga porfiri Cu, Mo Zn, Mn, Au, Rb, Re, Tl, Te
Bijih sulfida kompleks Zn, Cu, Ag, Au Hg, As, S (SO4), Sb, Se, Cd
Urat-urat logam Au, Ag As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi,
berharga Mo, Zn, Cu Co
Endapan skarn U B
Uranium (batupasir) U Se, Mo, V, Rn, He
Uranium (urat) Pt, Cr, Ni Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni
Badan bijih ultramafik F Cu, Co, Pd
Urat-urat fluorspar Y, Zn, Rb, Hg
(Sumber : Geologinesia :2015)
110
Tabel 3.4
Metode-metode utama dalam prospeksi geokimia (Peters, 1978)
Sumber conto Penyebab anomali
Batuan Konsentrasi singenetik
Aureole batuan-dinding
“Bocoran atau tirisan”
Dispersi post-mineralisasi
Tanah Akumulasi residual
Abu glasial Dispersi
Sedimen sungai Dispersi
Akumulasi mineral berat
Sedimen danau Akumulasi
Air permukaan Dispersi
Airtanah Dispersi
Salju Akumulasi hidrokimia
Uap Oksidasi dari bijih
Peluruhan radioaktif
Vegetasi Konsentrasi selektif
Air laut Dispersi primer
Sedimen laut Dispersi sekunder
(Sumber : Geologinesia :2015)
Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam tambang, dan inti bor.
Dalam hal ini permukaan batuan dibersihkan dengan pencucian dan conto chip
diambil dalam area atau interval yang standar. Conto batuan 500 gram umumnya
diambil terhadap batuan berbutir halus, sedangkan batuan yang berbutir sangat
kasar diambil lebih dari 2 kg. Pada metode ini data dapat secara langsung
berhubungan dengan aureole primer dalam sampling detil dan terhadap provinsi
geokimia dalam sampling pengamatan awal. Konteks geologi dari conto batuan
langsung menggambarkan struktur, jenis batuan, mineralisasi, dan alterasi pada
saat conto tersebut diambil.
111
conto air permukaan dan airtanah yang terbukti efektif sebagai petunjuk
mineralisasi uranium.
Dalam eksplorasi geokimia tidak mengutamakan akurasi yang tinggi, yang
terpenting adalah dapat dilaksanakan dengan cepat, semurah mungkin, dan
sederhana. Metode analisis yang umumnya digunakan dalam prospeksi geokimia
adalah kromatografi, kalorimetri, spektroskopi emisi, XRF (X-Ray Fluoresence),
dan AAS (Atomic Absorption Spectrometry). Metode lain yang juga digunakan
dalam kasus khusus terutama untuk mendeteksi radiasi unsur radioaktif adalah
aktivasi netron, radiometri, dan potensiometri.
Metode AAS paling sering digunakan dalam analisis unsur tunggal standar.
Sedangkan peralatan yang lebih canggih dapat menganalisis multiunsur, seperti :
1. Plasma emission spectrometry menganalisis 12 unsur utama (Cu, Pb, Zn,
Ag, W, Sb, Ba, Ni, Mn, Fe, Cr, Sn) dan 10 unsur jejak baik sebagai unsur
penyerta (V, P, As, Mo, B, Be, Cd, Co, Ni, Y), maupun untuk pemetaan
geologi.
2. Optical emission spectrometry yang langsung dibaca : quantometer, yang
mengukur secara simultan 7 (tujuh) unsur utama dan 26 unsur jejak.
Interpretasi data geokimia melibatkan kesimpulan statistik dan geologi. Perlu
disadari bahwa kesuksesan interpretasi data tergantung pada keberhasilan program
pengambilan conto. Jika mungkin program pengambilan conto dibuat sefleksibel
mungkin sehingga interpretasi dapat dilakukan secara progresif, mulai dari
interpretasi subjektif diteruskan dengan prosedur yang lebih kompleks sampai
kemungkinan anomali ditemukan atau sampai dapat dikenali tanpa ragu jika tidak
terdapat anomali.
Geokimia strategis dan analisis multiunsur dengan data yang banyak (33
unsur/conto) memerlukan pengolahan data dengan komputer. Analisis ini sering
dilakukan di pusat-pusat pengolahan data. Seorang mine-geologist hanya perlu
menyediakan peta lokasi dan data lapangan (buku catatan sampling).
Pengolahan data dimulai dengan mengambil informasi geokimia dari conto yang
dikumpulkan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengelompokkan conto dengan
indeks yang sama, seperti:
113
mekanis sebagai butiran kasiterit, atau terdapat dalam biotit atau mineral asesori
lainnya.
Hal kedua yang perlu dipertimbangkan adalah relatif dari target (badan bijih) yang
dapat dijumpai sebagai : (1) bijih yang tersingkap, (2) tersingkap sebagian, (3)
tertimbun batuan penutup yang lebih muda, atau (4) tertutup dalam batuan
induknya (blind ore)
Penyontoan di permukaan akan efektif untuk tipe 1) dan 2), tapi perlu antisipasi
untuk respon geokimia yang berbeda. Kasus 3) dan 4) perlu teknik yang optimum
yang dapat mendeteksi melalui penutup, bawah penutup, gas bocor dari
mineralisasi, atau mendeteksi halo (lingkaran) sekitar batuan.
Survey geokimia diterapkan pada berbagai tahapan eksplorasi mineral, yaitu:
1. Survey regional dengan tujuan mencari jalur mineralisasi
2. Survey lokal dengan tujuan mengidentifikasi daerah target untuk keperluan
evaluasi
3. Survey kekayaan dengan tujuan menentukan batas daerah termineralisasi
4. Survey deposit dengan tujuan menentukan lokasi dari badan bijih individual
117
tidak stabil yang unsur-unsurnya dapat direcovery dengan teknik analisis yang
lemah.
6. Parameter Survey
Tantangan dalam survey geokimia adalah mendesign program yang efektif, pada
prakteknya adalah membuat keputusan tentang pemilihan point-point berikut ini,
1. Material Sample
2. Pola penyontoan
3. Preparasi conto
4. Prosedur Analitis
5. Kriteria interpretasi hasil
Untuk membuat keputusan diperlukan pengetahuan atau asumsi tentang keadaan
daerah survey. Artinya diperlukan rujukan infomasi yang relevan tentang:
a. Dispersi dan karakter mobilitas dari unsur dalam mineral dan batuan induk
b. Pengaruh lingkungan lokal pada proses dispersi
c. Ukuran target, baik ukuran mineralisasi maupun ukuran yang diharapkan
dari lingkaran dispersi sekelilingnya
d. Ketersediaan material conto
e. Kemampuan analitis
f. Kondisi logistik
Lingkungan lokal dapat mempengaruhi proses dispersi. Faktor yang paling
penting yang berhubungan dengan iklim dan topografi adalah material/tanah di
daerah survey, apakah tertranspor atau residu. Jika tertranspor, asalnya dari apa,
kolovium, aluvium? Material eksotis seperti sedimen berlapis, aluvial, pasir
fluvial, abu vulkanik, menutupi batuan dasar, tetapi tidak mengekspresikan
geokimia dari batuan yang berada di bawahnya.
Ukuran target akan mempengaruhi pemilihan interval pengambilan conto. Arah
orientasi tertentu dari target juga harus dipertimbangkan dalam lintasan dan grid
pengambilan conto. Idealnya, grid pengambilan conto dibuat dengan garis dasar
sejajar terhadap sumbu panjang target. Garis lintangnya tegaklurus terhadap garis
dasar tadi untuk mendapatkan kemungkinan irisan maksimum.
119
Survey geokimia yang ideal didasarkan pada penyontoan yang sistematis dan
beraturan untuk memperoleh database yang homogen, agar dapat dilakukan
evaluasi komparatif dari gejala geokimia. Oleh karena itu penting sekali untuk
memilih medium penyontoan yang seragam di seluruh daerah survey. Teknik
preparasi dan teknik analitis harus dipilih yang dapat menghasilkan data yang
dapat dipercaya dan menunjang kontras yang optimum.
Yang terakhir perlu dilakukan evaluasi terhadap hambatan-hambatan logisistik.
Akses, kondisi medan, keterdapatan tenaga, budget dan waktu perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati.
7. Studi Orientasi
Studi orientasi digambarkan sebagai suatu seri percobaan pendahuluan untuk
menentukan karakter dispersi geokimi yang berhubungan dengan mineralisasi
pada daerah tertentu. Informasi tadi digunakan untuk:
1. Mendefinisikan bakcground dan respon geokimia yang abnormal
2. Mendefinisikan prosedur survey yang optimum
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi dan kriteria
interpretasi hasil survey
4. Mengenali gejala-gejala yang harus dicatat dan dilaporkan oleh pengambil
conto
Survey orientasi klasik terdiri dari penyontoan dan analisis di lapangan sekitar
badan yang representatif tetapi mineralisasinya tidak dikenal. Idealnya, pekerjaan
ini dimulai dari mineralisasi yang telah dikenal yang secara geologi dan
geomorfologi representatif untuk lokasi penelitian. Kemudian dilanjutkan
menjauhi mineralisasi untuk mendapatkan harga background yang sesuai.
Orientasi sample tanah harus diambil minimal dari dua lintasan melalui
mineralisasi dan dilanjutkan ke dalam background. Spasi pengambilan conto
tergantung pada luas mineralisasi. Minimal empat atau lima contoh di atas
mineralisasi dan juga dari background. Penting agar karakter tanah yang berbeda
dievaluasi. Hasilnya, lintasan ini harus mencakup kondisi fisiografi normal dan
tipe major tanah, seperti daerah yang penirisan baik lereng curam, daerah
rembesan, dan rawa.
120
Berbagai fraksi dari material conto perlu dianalisis . Fraksi yang disarankan
adalah:
Tabel 3.5
Fraksi-fraksi untuk analisis kimia
Mesh (ASTM) Mikron
– 35 + 80 -500-177
-80 -177
-80+140 -177+105
–140+230 -105+63
-230 -63
(Sumber: Modul eksplorasi geokimia)
Bradshaw (1975) juga menyarankan preparasi fraksi mineral berat jika diduga ada
dispersi fragmen yang resisten, apalagi kalau terdapat emas, timah putih dan
tungsten.
Semua contoh harus dianalisis dengan teknik ekstraksi total. Sebagai tambahan
disarankan conto tanah dianalisis dengan teknik hot acisd extractable dan cold
acid extractable dan dengan teknik khusus yang mungkin diinginkan (misalnya
khusus sulfida, khusus timah putih, khusus material organik).
8. Studi Literatur
Tidak praktis untuk mengunjungi lapangan dan melakukan survey orientasi
sebelum program eksplorasi dibuat. Informsi yang berguna dapat diperoleh dari
penyelidikan terdahulu yang telah dilakukan orang. Bisa berupa paper atau
dokumen intern perusahaan. Seringkali dapat dilakukan orientasi terbalik dengan
mengevaluasi survey terdahulu secara kristis. Survey literatur sebaiknya
disertakan dalam diskusi dengan orang yang mengetahui kondisi daerah survey
dan ahli geokimia yang profesional.
1. Metoda Survey Geokimia
Beberapa macam metoda survey geokimia yang dapat dilakukan adalah :
1. Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)
Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam Ghazali
dkk. (1986) dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa pengambilan conto
121
5. Posisi petugas pengambil conto di bagian hilir dari conto yang akan
diambil dan diusahakan sesedikit mungkin conto teracak-acak dari
endapan sungai. Sekop yang digunakan dari aluminium atau plastik.
Bagian permukaan endapan sungai yang teroksidasi dibuang. Sebelum
122
lemah. Setelah air berlumpur sudah tidak ada, pendulangan sudah bisa
dilaku-kan. Pendulangan dilakukan sampai terkumpul sekitar 50 gr
mineral berat. Apabila hasil pen-dulangan belum mencapai 50 gr, dua
tiga kali pendulangan bisa dilakukan sampai terkumpul mineral berat
yang mencukupi.
6. Pembungkusan. Mineral berat diamati menggunakan kaca pembesar
kemudian dimasukkan ke dalam plastik kantong conto dan diberi
nomor
Pengambilan contoh sedimen aktif fraksi halus banyak digunakan di daerah yang
drainagenya cukup besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan contoh ditentukan
pleh kerapatan drainage, namun secara kasar kerapatan contoh dapat diambil satu
per 2 –10 km2 untuk survey regional, kerapatan contoh satu per 0,5 – 2 km2
digunakan untuk penyontoan pendahuluan yang lebih rinci. Survey sedimen
sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan sungai yang besar
dengan catchment area yang luas tidak sesuai untuk penyontoan.Interval
125
4. Survey Tanah
Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang
penting untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan
inorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya
berbeda). Dari kedua tipe ini dapat diharapkan perbedaan level background
yang jelas. Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak
terlihat dan anomali yang salah.
Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang
menunjukkan konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik
dan mineral lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya
mineralisasi) dapat terjadi jika conto tidak berhasil menembus zona
pelindian.Ini sering terjadi pada pengambilan conto yang tergesa-gesa,
sehingga bukti mineralisasi tidak terlihat.
Unsur jejak yang dikandung conto tanah umumnya mewakili daerah
terbatas.Oleh karena itu diperlukan sejumlah conto yang diambil secara
sistematis untuk mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi. Perencanaan
penyontoan biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi
panjang. Conto tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan
akumulasi unsur jejak, seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji
dispersi hidromorfik dari badan mineral yang tertimbun.
Survey tanah terdiri dari analisis conto tanah yang biasanya diambil dari
horizon tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi
tertentu. Conto umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di
daerah yang terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat
grid pengambilan conto yang baik.
Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur.
Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk
medan yang sulit. Metode pengambilan conto yang paling ideal adalah
dengan grid yang teratur.Prosedur yang normal adalah menentukan garis
127
dasar kemudian buat lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar.Penentuan
garis dapat dilakukan dengan theodolit atau kompas.
Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika
diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah
dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus
diletakan paralel terhadap jurus.Conto diambil sepanjang garis lintang yang tegak
lurus pada garis dasar.Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar dari
interval conto sepanjang garis dasar.Jika jurusnya tidak dikenal dan targetnya
diduga equidimensional, maka pengambilan conto dilakukan dengan grid yang
berbentuk bujur sangkar.
Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena penambahan
frekuensi sampling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan banyak waktu.
Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 m untuk
survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil.
Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang.
Pengambilan contoh:
a. Conto tanah umumnya diambilpada horizon B, pada kedalaman 30 - 50
cm. Untuk unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan
hasil yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan kering conto diambil
dengan menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan cangkul.
Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan sekop kecil atau hand auger.
Conto ditempatkan pada kantong conto standar, diberi nomor dan
keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan
organik.Gejala khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya
singkapan, jalan setapak, sungai.
b. Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola
grid lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0
pada garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis
lintang.Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis
laboratorium. Cara penomoran lainmenggunakan kode enam sampai
delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor conto,
128
misalnya nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, conto
0325. Tipe ini lebih baik untuk pengolahan data dengan komputer.
c. Di daerah kering dan banyak matahari, conto dapat dikeringkan di tempat
terbuka di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika
conto sudah kering, dapat digerus dan diayak.Di daerah tropis yang
didominasi tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan mortar agar
agregat oksida besinya hancur.Ayakan dari stainless steel atau dari nilon
dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus bersih.
Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil
pengayakan dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam
kantong plastik agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu
pengangkutan. Fraksi ukuran yang umum untuk conto geokimia adalah -80
mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus atau lebih kasar dapat
digunakan untuk kasus-kasus tertentu.
d. Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan
survey orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk
analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik, jika mungkin respons
geokimia dari mineralisasi.
Hasil survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang mengacu
pada isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat
digambarkan dengan warna atau arsir.Tiap titik conto dan harganya harus
diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar tidak
membingungkan.Pola pengambilan conto yang tidak beraturan dapat disajikan
dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang berbeda pada setiap titik
conto.
Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat.
Contohnya suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan pendahuluan
500x200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250x100 m atau lebih rapat lagi,
tapi grid yang lebih rapat dari 25x25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali
jika target yang diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil
129
survey lanjut menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilanjutkan dengn
survey geofisika sebelum diputuskan dilakukan pemboran.
5. Survey Batuan
Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur
yang dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan
sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.
Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, conto batuan mempunyai
peranan sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur
dalam batuan di daerah anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari
conto batuan akan berguna sebagai nilai latar belakang unsur-unsur guna
membantu dalam mengindikasikan ada atau tidaknya mineralisasi di daerah
penelitian. Cara pengambilan conto batuan ada empat macam, yaitu :
1. Cara suban (chip sampling).
2. Cara alur (channel sampling).
3. Cara comot (grab sampling)
4. Cara meruah (bulk sampling).
Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan
dispersi primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan
untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:
a. Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang
luas (contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran
alterasi yang ekstensif mengitari bijih hidrotermal).
b. Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya
endapan Cu yang tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang
pengenalannya tidak mungkin dilakukan dari contoh setangan karena
kadarnya rendah atau mineral yang dicari tidak terlihat.
Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak
pada singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk
kedalaman yang kecil, atau denganrotary percussion untuk daerah yang
overburdennya tebal). Contoh batuan, yang diperoleh digerus dan diayak.
130
5. Metode Analisis
Metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geokimia adalah kromatografi,
kolorimetri, spektroskopi emisi, XRF, XRD dan AAS.
1. XRD (X-ray Diffraction)
X-ray Diffraction adalah metode yang digunakan untuk menentukan struktur atom
dan molekul kristal, di mana atom kristal menyebabkan berkas sinar-X untuk
lentur ke banyak arah tertentu. Dengan mengukur sudut dan intensitas dari berkas
difraksi, crystallographer dapat menghasilkan gambar tiga dimensi kepadatan
elektron dalam kristal. Dari kerapatan elektron ini, posisi rata-rata dari atom
dalam kristal dapat ditentukan, serta ikatan kimia mereka, gangguan mereka dan
berbagai informasi lainnya.
Tabel 3.6
Ukuran Ayakan Standard di Amerika
Digunakan untuk mempunyai diameter lebih besar dari 0,075 mm atau tertahan
pada saringan No.200.
b. Metode Hidrometer
Digunakan untuk butiran yang mempunyai diameter lebih kecil dari 0,075 mm
atau yang lolos saringan No.200.
Dalam analisis energi dispersif, dispersi dan deteksi adalah operasi tunggal,
seperti yang sudah disebutkan di atas. Counter proporsional atau berbagai jenis
solid-state detektor (dioda PIN, Si (Li), Ge (Li), Silicon Drift Detector SDD)
digunakan. Mereka semua berbagi sama deteksi prinsip: An X-ray foton masuk
ionises sejumlah besar atom detektor dengan jumlah muatan yang dihasilkan yang
sebanding dengan energi foton yang masuk. Tuduhan ini kemudian dikumpulkan
dan proses berulang untuk foton berikutnya. Kecepatan Detector jelas penting,
karena semua pembawa muatan diukur harus datang dari foton yang sama untuk
mengukur energi foton dengan benar (diskriminasi panjang puncak digunakan
untuk menghilangkan peristiwa yang tampaknya telah diproduksi oleh dua foton
sinar-X tiba hampir bersamaan).
Spektrum ini kemudian dibangun dengan membagi spektrum energi ke sampah
diskrit dan menghitung jumlah pulsa yang terdaftar dalam setiap bin energi. Jenis
detektor EDXRF bervariasi dalam resolusi, kecepatan dan sarana pendingin
(rendahnya jumlah pembawa muatan bebas sangat penting dalam detektor solid
state): counter proporsional dengan resolusi beberapa ratus eV menutupi low end
dari spektrum kinerja, diikuti dengan PIN detektor dioda, sedangkan Si (Li), Ge
(Li) dan Detektor Drift Silicon (SDD) menduduki high end dari skala kinerja.
Dalam analisis dispersif gelombang, radiasi panjang gelombang tunggal yang
dihasilkan oleh monokromator dilewatkan ke photomultiplier, detektor mirip
dengan Geiger counter, yang menghitung foton individu ketika mereka melalui.
Counter adalah ruang yang berisi gas yang terionisasi oleh X-ray foton. Sebuah
pusat elektroda dikenakan biaya (biasanya) 1700 V sehubungan dengan dinding
ruang melakukan, dan masing-masing foton memicu kaskade pulsa-seperti saat ini
di bidang ini.Sinyal diperkuat dan diubah menjadi mengumpulkan hitung
digital.Hitungan ini kemudian diproses untuk mendapatkan data analitis.
EDX spektrometer lebih unggul spektrometer WDX dalam bahwa mereka lebih
kecil, sederhana dalam desain dan memiliki bagian rekayasa sedikit.Mereka juga
dapat menggunakan tabung sinar-X miniatur atau sumber gamma.Hal ini
membuat mereka lebih murah dan memungkinkan miniaturisasi dan
portabilitas.Jenis instrumen ini umumnya digunakan untuk aplikasi penyaringan
135
kontrol kualitas portabel, seperti pengujian mainan untuk timbal (Pb), menyortir
potongan logam, dan mengukur kandungan timbal cat perumahan. Di sisi lain,
resolusi rendah dan masalah dengan menghitung tingkat rendah dan lama mati-
waktu membuat mereka rendah untuk analisis presisi tinggi. Mereka adalah,
bagaimanapun, sangat efektif untuk kecepatan tinggi, analisis multi-unsur.
Lapangan portabel XRF analisis saat ini di pasar berat kurang dari 2 kg, dan
memiliki batas deteksi pada urutan 2 bagian per juta timbal (Pb) dalam pasir
murni.
3. AAS (Atomic absorption spectroscopy)
Atomic absorption spectroscopy (AAS) adalah prosedur spectroanalytical untuk
penentuan kuantitatif unsur kimia menggunakan penyerapan radiasi optik
(cahaya) oleh atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Dalam kimia analitik teknik ini digunakan untuk menentukan konsentrasi elemen
tertentu (analit) dalam sampel yang akan dianalisis. AAS dapat digunakan untuk
menentukan lebih dari 70 elemen yang berbeda dalam larutan atau langsung
dalam sampel padat digunakan dalam farmakologi, biofisika dan penelitian
toksikologi.
Spektrometri serapan atom pertama kali digunakan sebagai teknik analitis, dan
prinsip-prinsip dasar yang didirikan pada paruh kedua abad ke-19 oleh Robert
Wilhelm Bunsen dan Gustav Robert Kirchhoff, baik profesor di Universitas
Heidelberg, Jerman.Bentuk modern AAS sebagian besar dikembangkan selama
136
tahun 1950 oleh sebuah tim ahli kimia Australia. Mereka dipimpin oleh Sir Alan
Walsh pada CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organization), Divisi Kimia Fisika, di Melbourne, Australia.
Teknik ini memanfaatkan spektrometri serapan untuk menentukan konsentrasi
suatu analit dalam sampel.Hal ini membutuhkan standar dengan kandungan analit
dikenal untuk membangun hubungan antara absorbansi diukur dan konsentrasi
analit dan karenanya bergantung pada hukum Beer-Lambert.Singkatnya elektron
dari atom dalam alat penyemprot dapat dipromosikan ke orbital yang lebih tinggi
(keadaan tereksitasi) untuk waktu singkat (nanodetik) dengan menyerap kuantitas
didefinisikan energi (radiasi dari panjang gelombang tertentu).Ini jumlah energi,
yaitu panjang gelombang, adalah khusus untuk transisi elektron tertentu dalam
elemen tertentu.
Secara umum, setiap panjang gelombang sesuai dengan hanya satu elemen, dan
lebar jalur penyerapan hanya dari urutan dari beberapa picometers (pm), yang
memberikan teknik selektivitas unsurnya. Radiasi fluks tanpa sampel dan dengan
sampel dalam atomizer yang diukur dengan menggunakan detektor, dan rasio
antara dua nilai (absorbansi) dikonversi menjadi analit konsentrasi atau massa
menggunakan hukum Beer-Lambert.
8. Analisis Geostatistik
Geostatistik merupakan suatu jembatan antara statistik dan Ordinary Kriging.
Analisis geostatistik merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada variable
spasial, yaitu hubungan antara variable yang diukur pada titik tertentu dengan
variabel yang sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama.
Proses yang dilakukan dalam analisis geostatistik adalah meregister seluruh data
dalam bentuk data base. Dalam aplikasi yang akan dijadikan pemodelan badan biji
emas yaitu penyebaran kadar sumber daya yang meliputi data singkapan dan data
hasil analisa kadar.
Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh
data Pemboran dan data hasil analisa kadar dalam bentuk data base. Hal ini sagat
penting dilakukan untuk dapat menggunakan data – data tersebut pada tahapan
selanjutnya. Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis lebih lanjut saat
menggunakan metode Ordinary Kriging.
1. Variogram
a. Pengertian Variogram Dan Semivariogram
Variogram merupakan alat dalam geostatistik yang berguna untuk menunjukkan
korelasi spasial antara data yang diukur. Jika memetakan hasil pengukuran nilai
densitas suatu batuan, maka dapat terlihat bahwa nilai yang rendah akan berada
dekat dengan nilai rendah lainnya begitu pula dengan nilai yang besar cenderung
berada di dekat nilai yang besar lainnya. Perbedaan data tersebut dapat dituangkan
delam suatu grafik varriogram sebagai fungsi jarak. semivariogram adalah
setengah dari variogram, dengan simbol γ. Variogram digunakan untuk
139
b. Jenis-jenis variogram
Jenis- Jenis Variogram dibagi atas :
1. Variogram Eksperimental
1. Variogram eksperimental Sangat berguna menganalisis struktur bahan
galian dan tidak dapat langsung digunakan dalam estimasi cadangan,
untuk itu perlu adanya model variogram teoritis untuk difitkan dengan
di variogram eksperimental. Tujuan utama dari fitting adalah untuk
mengetahui parameter geostatistik seperti a,c,dan c0.
2. C adalah sill, nilai variogram untuk jarak pada saat besartanya konstan
atau tetap.
3. A = range, yaitu jarak pada saat nilai variogram mencapai sill.
1 𝑁(ℎ)
[𝑍(𝑥𝑖 + ℎ) − 𝑍 ( 𝑋𝑖 )] 2
𝑌(ℎ) = +∑
2𝑁(ℎ) 𝑖=1
b. Variogram Teoritis
Variogram teoritis mempunyai bentuk kurva yang paling
mendekati variogram eksperimental.Sehingga, untuk keperluan analisis
140
Komponen Variogram
1. Variance adalah data/sampel yan didapatkan dilapangan.
2. Sill adalah titik jenuh dimana data/sampel yang didapatkan tidak
mempunyai korelasi. Data/sampel yang cenderung horizontal tidak
memiliki korelasi yang sama (konstan).
3. Range adalah titik jarak dimana variogram memiliki korelasi yan
sama. Semakin kecil range yang dibuat maka semakin bagus/akurat
data yang didapatkan.
4. Nugget secara teori nilai awal semivariogram adalah nol. ketika lag
mendekati nol nilai semivariogram disebut sebagai nugget. Nugget
mewakili variasi pada jarak (lag) yang sangat kecil, rmasuk eror
dalam pengukuran
2. Ordinary Kriging
Orinary kriging adalah salah satu metode yang terdapat pada metode kriging yang
sering digunakan pada geostatistika.Pada metode ini, memiliki asumsi khas untuk
penerapan yang mudah digunakan dari ordinary kriging adalah intrinsic stationary
dari bidang dan pengamatan yang cukup untuk mengestimasi variogram.Pada
Cressie (1993: 120) dijelaskan bahwa ordinary kriging berhubungan dengan
prediksi spasial dengan dua asumsi.
Metode kriging digunakan oleh G.Matheron 𝜆pada tahun 1960-an, untuk
menonjolkan metode khusus dalam moving average terbobot (weigthed moving
average) yang meminimalkan variasi dari hasil estimasi. Kriging adalah suatu
teknik perhitungan untuk estimasi dari suatu variabel terregional yang
menggunakan pendekatan bahwa data yang di analisis dianggap sebagai suatu
realisasi dari suatu variabel acak dan keseluruhan variabel acak yang dianalisis
141
γ(h) h>0
γ(h) h≤a
γ(h) h>a
γ(h) = 0,0 h= 0
[𝐴][𝑊] = [𝐵]
Jadi,
[𝐴][𝑊] = [𝐵]
[𝑊] = [𝐴]-1[𝐵]
3. Analisa Kadar
Pembobotan kadar merupakan suatu hal yang penting pada perhitungan cadangan
karena digunakan untuk menghitung kadar rata-rata suatu blok.
1. Rata-rata Hitung.
Pembobotan dengan asumsi bahwa semua blok mempunyai dimensi yang sama
ĝ1 + ĝ2 + ĝ3 + ...... + ĝn
Kadar rata-rata ĝ = ----------------------------------
n
ĝn : kadar ke n
143
Jika grid density tinggi, berarti interval/jarak antara titik observasi kecil, berarti
mineralisasi bersifat non-homogen.Peningkatan grid density ini perlu dilakukan
untuk antisipasi adanya struktur dan perbedaan keadaan mineralisasi antara titik
pengamatan. Begitu juga dengan meningkatnya tahapan eksplorasi, maka grid
density juga akan bertambah besar. Dengan bertambahnya kerapatan titik
observasi (titik bor, atau sumuran uji) maka tingkat derajad kepercayaan dan
ketelitian bertambah tinggi.
titik pengambilan
conto
a) b)
(Sumber: Modul eksplorasi mineral)
Gambar 3.36
Conto diambil pada titik-titik yang didesign sesuai dengan pola eksplorasi
tertentu. Lihat gambar (a) dan (b), Pada a) pola yang dipakai - bujur sangkar
(b) pola yang dipakai – rhomboid
2. Grab Sampling
Metoda ini dapat digunakan pada suatu stope sesudah peledakan dilakukan atau
pada suatu mine car dalam transportasi bijih. Pekerjaan ini lebih cepat
dibandingkan dengan chip sampling. Sample diambil secara random. Cara ini pun
148
tidak memberikan gambaran yang teliti yang dapat mewakili endapan bijih yang
ada.
3. Bulk Sampling
Dalam bulk sampling, conto diambil dalam jumlah yang besar. Conto bisa berupa
inti bor yang berukuran besar, atau sejumlah material tertentu yang diambil dari
suatu trench dengan mempergunakan buldoser.
4. Channel Sampling
Metoda ini dapat digunakan pada endapan yang terdapat di permukaan dan juga di
dalam suatu tambang bawah tanah. Untuk endapan yang dangkal, metoda ini
dipakai dalam suatu sumur uji. Alur (channel) dibuat pada sisi sumur uji. Pada
suatu endapan hidrotermal yang ditambang dengan sistem tambang bawah tanah,
channel dibuat dari hanging wall ke foot wall.Aplikasi dari metoda-metoda yang
ada harus disertai pula dengan suatu design yang tepat.
5. Channel sampling dalam sumur uji
Dipakai untuk endapan permukaan.
permukaan
overburden
a) b)
6. Untuk suatu endapan permukaan yang tidak homogen, maka channel dibagi
menjadi beberapa sub channels sesuai kondisi mineralisasi.
channel
t1 K1
t2 K2
zone
mineralisasi
t3 K3
t4 K4
bed rock
(Sumber: Modul eksplorasi mineral)
Gambar 3.38
Channel endapan permukaan tidak homogen
Keterangan:
t = tebal lapisan
K= kadar bijih
..........
.....
.....
..... ..........
..... .....
..........
...... .....
.....
..........
A.....B.....
........
C Channel dibagi oleh karena bentuk
a
...
... b geometri yang kompleks dari drift
....
..... top. Keadaan mineralisasi homogen.
......
........ c
.........
........... .....
...........
......
vein ......
..../
ll ....
a....
w.... / /
/ // //
g.... / / / / / / all
gin.... / // / // / / / /
an
h ....
....
.... /
/ / // // / o tw
/
A / / /B/ / / / / / fo
C
...
...
a
b
Channel dibagi oleh karena keadaan
....
.... mineralisasi yang berbeda-beda
....
.... // c antara A, B, C.
.... / / / /
....
//
// //
// /
/
1 2
3 4
7,0
6,0
5,0
Kadar (%)
4,0
3,0
2,0
1,0
Jarak Jarak
(Sumber: Modul eksplorasi mineral)
Gambar 3.43
Grafik penyebaran Kadar
juga harus dicantumkan. Bila peralatan yang dipakai cukup banyak dan
bervariasi daftarnya dicantumkan dalam lampiran. Apabila pekerjaan
dikerjakan oleh pihak ketiga, sebutkan jenis pekerjaan yang dikontrakkan dan
nama perusahaan.
1.7. Penyelidikan terdahulu
Penyelidikan terdahulu menguraikan secara singkat mengenai para penyelidik
terdahulu dan hasilnya. Selain itu diuraikan pula secara ringkas informasi hasil
penyelidikan geologi, geofisika, geokimia atau metode lain yang pernah
dilakukan di daerah tersebut, baik oleh instansi atau organisasi yang sama atau
pihak lain. Dalam hal keterdapatan endapan bahan galian di daerah penyelidikan
sudah diketahui, agar diuraikan mengenai jenis, tipe endapan, bentuk, sebaran,
dan pemanfaatannya. Selain itu diuraikan juga perkiraan mengenai terbentuknya
endapan bahan galian dalam kaitannya dengan lingkungan geologi tertentu.
1.8. Geologi umum
Geologi umum menguraikan tentang keadaan geologi secara regional
disesuaikan dengan tujuan penyelidikan. Data geologi umum tersebut dapat
mengacu dari literatur atau penyelidikan terdahulu. Pada peta geologi umum
yang digunakan harus digambarkan lokasi daerah penyelidikan.
2. Kegiatan Penyelidikan
Dalam bab ini harus dikemukakan seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan
selama penyelidikan, mulai dari persiapan, pengumpulan data, kegiatan di
lapangan sampai pengolahan data, termasuk analisis laboratorium, dan
penyusunan laporan. Metoda pengumpulan dan pengolahan data harus
dicantumkan. Jenis kegiatan tersebut pada umumnya sesuai dengan tahap
eksplorasi dan berkaitan erat dengan maksud dan tujuan penyelidikan. Oleh
karena itu kegiatan dalam suatu laporan prospeksi akan berbeda dengan kegiatan
dalam laporan eksplorasi umum. Isi pokok masing-masing kegiatan tersebut
akan dijelaskan secara berurutan di bawah ini.
2.1. Persiapan
Dalam membahas sub bab ini hendaknya diuraikan mengenai penyediaan peta
dasar untuk kegiatan lapangan, misalnya peta topografi, peta geologi atau peta-
154
peta hasil penafsiran data penginderaan jauh (foto udara, foto satelit dan foto
radar). Selain itu diuraikan juga peralatan yang akan digunakan.
2.2. Pemetaan geologi
Sub bab ini membahas mengenai cara-cara yang digunakan dalam pemetaan
geologi, misalnya pengukuran lintasan (lintasan sungai, creek/alur, spur &
ridge/lereng & punggungan), pengamatan singkapan, pengambilan conto,
penelusuran bongkah, dan sebagainya. Untuk pemetaan geologi yang lebih
terperinci, harus dicantumkan batas wilayah yang dilengkapi dengan koordinat
geografis atau UTM, skala dan luasnya. Harus dijelaskan juga mengenai cara
pengambilan conto batuan atau bahan galian seperti chip, grab, bulk, channel,
dsb. Daftar conto yang mencakup lokasi, koordinat, nomor conto dan pemerian
agar dilampirkan dalam bentuk tabel.
2.3. Penyelidikan geokimia
Dalam sub bab ini harus diuraikan mengenai metode yang digunakan seperti
geokimia endapan sungai, tanah, batuan, pendulangan, dan atau bulk leached
extractable gold (BLEG), sesuai dengan tahap eksplorasi yang dilakukan. Pola
dan kerapatan pengambilan conto serta jumlahnya dibahas dengan rinci. Lokasi
conto harus diperlihatkan dalam bentuk peta secara jelas dan disertai daftar
conto geokimia yang menunjukkan koordinat, jenis conto, dan hasil analisisnya.
Dalam hal pencontoan yang tidak dilakukan di seluruh wilayah penyelidikan,
harus diuraikan mengenai daerah mana saja yang diselidiki, batas wilayah,
koordinat, dan luasnya.
2.4. Penyelidikan geofisika
Penyelidikan geofisika harus disertai penjelasan mengenai metode geofisika
yang digunakan, seperti polarisasi terimbas (IP), potensial diri, geomagnet,
seismik, gaya berat, dsb. Pola dan kerapatan titik pengamatan serta pengukuran
lintasan harus dikemukakan secara rinci. Khusus untuk penyelidikan bahan
galian radioaktif (nuklir) perlu dilengkapi dengan metoda radiometri. Dalam hal
pengamatan yang tidak dilakukan di seluruh wilayah penyelidikan, harus
diuraikan mengenai daerah mana saja yang diselidiki, batas wiayah, dilengkapi
dengan koordinat, dan luasnya.
155
coal harus menyajikan hasil analisis titik leleh abu batubara. Hasil analisis dapat
disajikan sebagai tabel atau uraian, dalam laporan atau lampiran.
2.9. Pengolahan data
Dalam sub bab ini harus diuraikan secara rinci mengenai metode dan teknik
pengolahan data yang digunakan, misalnya dengan cara statistik, menggunakan
komputer atau manual, jenis dan nama perangkat lunak. Dasar penafsiran yang
dibuat untuk menemukan anomali geofisika, geokimia maupun data mineral
berat dan estimasi sumber daya juga harus dijelaskan. Demikian pula cara
penggambaran peta anomali untuk geofisika, geokimia, radioaktif dan peta
isopah juga harus diterangkan.
2.10. Pengelolaan conto
Dalam sub bab ini, selain metode pencontoan hendaknya juga dijelaskan
mengenai pencontoan duplikat, cara preparasi, prosedur pengiriman dari
lapangan ke laboratorium dan tempat penyimpanan. Selain itu agar dijelaskan
pula mengenai pengarsipan conto dan penyimpanannya.
3. Hasil Penyelidikan
Bab ini menguraikan seluruh hasil kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan,
mulai dari pemetaan geologi, penyelidikan geokimia, penyelidikan geofisika dan
metode lain yang dilakukan. Uraian dapat dipisahkan dalam bab, sub bab atau
alinea tersendiri. Hasil penyelidikan bukan hanya mengemukakan data tetapi
harus disertai analisis berdasarkan acuan yang ada dan data infrastruktur.
3.1. Geologi
Sub bab geologi menguraikan mengenai geomorfologi, karasteristik litologi,
struktur geologi, endapan bahan galian, mineralogi, ubahan batuan di daerah
penyelidikan dan keterkaitannya satu sama lain, termasuk model pembentukan
bahan galian. Selain itu model geologi bawah permukaan dan penarikan
kesimpulan yang dilakukan berdasarkan model ini juga harus diuraikan. Sesuai
dengan jenis komoditas dan tahap penyelidikannya, hasil penyelidikan geologi
harus disertai peta-peta seperti peta geomorfologi, peta geologi, peta ubahan, dan
peta mineralisasi sebagai lampiran. Skala peta harus disesuaikan dengan tahap
eksplorasi. Sedangkan penggambaran peta sejauh mungkin mengacu pada
157
galian yang didasarkan dari data lubang bor dan informasi conto lain yang
digunakan dalam penafsiran sebaran bahan galian. Sejauh mungkin harus
dijelaskan hubungannya dengan zona pembentukan bahan galian yang sudah
diketahui. Peta sebaran endapan bahan galian yang menggambarkan bentuk,
sebaran, kesinambungan dan ukuran endapan bahan galian harus dilampirkan.
3.6. Estimasi sumberdaya bahan galian
Dalam sub bab ini diuraikan cara membatasi endapan bahan galian yang akan
dihitung sumberdayanya. Agar dijelaskan cara pembatasan endapan bahan galian
tersebut, baik secara interpolasi atau ekstrapolasi. Disamping itu juga dibahas
mengenai kerapatan titik pengamatan dan conto untuk meyakinkan
kesinambungan endapan bahan galian dan untuk menyediakan data dasar yang
memadai bagi keperluan korelasi. Harus dijelaskan pula metode estimasi
sumberdaya bahan galian dan cadangan yang digunakan dan alasan
penggunaannya. Klasifikasi sumber daya bahan galian dan cadangan, harus
mengacu kepada tata cara yang sudah baku (SNI No. 13-4726-1998 dan SNI No.
13-5014-1998). Peta sumber daya atau cadangan harus dilampirkan.
4. Kesimpulan
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan mengenai hasil penyelidikan dilihat dari
hasil penafsiran data lapangan di wilayah tersebut serta pemecahan masalah. Jika
dianggap perlu dapat dicantumkan juga saran dan atau rencana tindak lanjut.
Kesimpulan bukan merupakan ringkasan laporan, akan tetapi lebih merupakan
hasil analisis dan sintesa dari penelitian yang dilakukan.
5. Lampiran
Berisi fact sheet data-data yang dibahas dalam draft laporan yang ukuran atau
volumenya tidak memungkinkan diselipkan diantara text draft. Urutan fact sheet
dalam lampiran disusun secara sistematis sesuai tahapan eksplorasi.
1. Tabulasi data survey dan pemetaan
2. Sertifikat laboratorium geokimia dan hasil assay (FA, AAS, ICP, XRF)
3. Hasil analisis petrografi, petrografi bijih, mineragrafi, uji liberasi ,mineral
berat, inklusi fluida, PIMA, dsb
159
4. Tabulasi data geofisika: ground magnetic, resistivity, IP, mise ala mase,
EM, GPR, dsb
5. Tabulasi data pengukuran topografi
6. Penampang parit uji, sumur uji
7. Log bor dan core assay
8. Peta dasar daerah konsesi KP eksplorasi, area/blok prospek/target,
indeksasi peta-peta area prospek, skala 1:10.000 atau 1:5000
9. Peta lokasi pengamatan, titik pengambilan conto, titik sumur uji, lokasi
parit uji, titik pemboran dan arah pemboran, di daerah konsesi, skala
1:10.000 atau 1:5000
10. Peta anomali geokimia unsur logam utama (target) dan unsur logam ikutan
di daerah konsesi skala 1:10.000 atau 1:5000 (overlay dengan zona
mineralisasi)
11. Peta anomali geofisika daerah konsesi (metode geomagnet, resistivity
sounding atau IP sounding) skala 1:10.000 atau 1:5000 (overlay dengan
zona mineralisasi) jika dilakukan
12. Peta geologi dan zona mineralisasi permukaan daerah konsesi skala
1:10.000 atau 1:5000 dan penampang geologi
13. Topografi detail untuk masing-masing area mineralisasi atau area/blok
prospek berskala 1:5000 atau 1:2000 (yang telah diindeksasi pada peta
dasar daerah prospek), dilengkapi dengan grid survey, baseline, crossline
dan section (grid based exploration)
14. Peta lokasi pengamatan, titik pengambilan conto, titik sumur uji,
lokasi parit uji, titik pemboran dan arah pemboran, diplot pada grid
survey, untuk masing-masing area/blok prospek, skala 1:5000 atau
1:2000, diplot dengan peta topografi detail
15. Peta anomali geokimia detail untuk masing-masing area/blok prospek
skala1:5000 atau 1:2000, hasil percontoan sistematis rockchip maupun
soil dengan spasi rapat, diplot dengan peta topografi detail
16. Peta anomali geofisika detail (metode IP mapping atau GPR, VLF, mise
ala mase) untuk masing-masing area/blok prospek skala1:5000 atau
160
4.3.3 Tabel
Tabel harus dibuat dengan jelas. Tabel yang berjumlah banyak (misalnya
hasil analisis laboratorium) diletakkan di dalam lampiran Judul diletakkan di
atas tabel dan diberi nomor urut dimulai dengan angka 1 (satu).
4.3.4 Daftar pustaka
Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad penyusun. Penulisan pustaka
dimulai dengan nama penyusun, tahun, judul, tempat artikel (majalah), dan
penerbit.
4.3.5 Lampiran
Lampiran disusun berurutan secara alfabetik dengan menggunakan huruf
capital. Bila lampiran berupa peta yang harus dilipat, judul peta hendaknya
dapat terbaca atau terlihat tanpa membuka lipatan.
5. Persyaratan Khusus
Laporan Eksplorasi harus disusun oleh tenaga ahli yang berkompeten.
Tenaga ahli yang berkompeten ini harus mempunyai pengalaman di bidang
eksplorasi minimal selama 5 (lima) tahun dan atau telah mengikuti pelatihan
penulisan laporan eksplorasi yang diselenggar kan oleh instansi yang diberi
wewenang untuk itu.
6. Persyaratan Tambahan
Secara berurutan laporan eksplorasi berturut-turut terdiri dari halaman judul,
ringkasan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar foto, daftar lampiran,
tubuh utama laporan, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
Halaman judul laporan harus jelas menunjukkan komoditas dan daerah yang
diselidiki, penyusun laporan, nama perusahaan atau instansi pelapor, dan
tahun pelaporan.
Daftar Isi harus memuat daftar seluruh judul dan halamannya, mulai dari
ringkasan, daftar Isi, daftar-daftar lain, judul bab dan sub-bab dalam tubuh
laporan.
Demikian pula Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Foto, dan Daftar
Lampiran sebaiknya disertai dengan nomor, judul dan halaman, dan
diletakkan setelah daftar Isi.
162
Mulai ringkasan, daftar isi sampai daftar lainnya diberi nomor halaman
dengan angka Romawi kecil.
penelitian yang terletak di desa batang belian kecamatan air upas kabupaten
ketapang kalimantan barat berdasarkan pengamatan orientasi lapangan,
geomorfologi daerah penelitian termasuk dalam dataran rendah yang didominasi
perbukitan landai. Pada ekosistem flora terdapat hayati berupa hutan subtropis
yang didominasi pepohonan hutan dan semak belukar. Sedangkan jenis fauna
berdasarkan pengamatan lapangan terdapat hewan-hewan hutan seperti orang
utan, babi hutan, burung-burung, rusa, dan hewan lainnya.
Metode ini berguna untuk menemukan bahan galian dan untuk memperoleh data-
data mengenai keadaan tubuh batuan (orebody) yang bersangkutan, seperti
ketebalan, sifat-sifat fisik, keadaan batuan di sekitarnya, dan kedudukannya.
Cara pengambilan contoh dengan metode ini paling cocok dilakukan pada tubuh
bahan galian yang terletak dangkal di bawah permukaan tanah, yaitu dimana
lapisan penutup (over burden) kurang dari setengah meter. Trench yang dibuat
sebaiknya diusahakan dengan cara-cara berikut :
1. Dasar selokan dibuat miring, sehingga jika ada air dapat mengalir dan
mengeringkan sendiri (shelf drained) dengan demikian tidak diperlukan
adanya pompa.
2. Kedalaman selokan (trench) diusahakan sedemikian rupa sehingga para
pekerja masih sanggup mengeluarkan bahan galian cukup dengan lemparan.
3. Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup
sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar
kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan
kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya
(strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan
ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar
dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya
bawah, dan pada ketinggian atau jarak tertentu dari puncak tersebut,
ditentukan titik-titik sumur uji lainnya.
Pemasangan patok-patok di titik/tempat di mana akan digali sumur uji (test pit).
Jarak antara sumur uji diambil 200 meter, bila analisa menunjukkan kadar yang
ekonomis, maka jaraknya diperkecil menjadi 100 m, 50 m, dan 25 m, untuk
mendapatkan data cadangan dengan kualifikasi “possible”, “probable” dan
‘prove”. Karena lapisan bauksit adalah horizontal dengan ketebalan rata-rata
sama, maka pola penempatan patok tersebut membentuk bujur sangkar. Setiap
patok diberi nomor sesuai dengan nomor sumur uji yang akan digali dan digambar
di peta .
Penggalian sumur uji sesuai dengan patok yang telah dibuat, dengan alat seperti :
cangkul papan, blencong, linggis, pungkis, tali dengan pengait untuk menarik
pungkis dari dalam lubang ke permukaan, pita ukur untuk mengukur kedalaman
sumur uji dan ketebalan lapisan korelasi bauksit.
Tenaga kerja 2 atau 3 orang bergantung keadaan, seorang sebagai penggali di
dalam sumur dan yang lainnya mengangkat bahan galian dari dalam sumur.
Bentuk sumur uji tersebut adalah empat persegi panjang dengan ukuran 1.20 x
0.80 meter persegi dengan arah panjangnya dibuat arah utara – selatan.
Penggalian dihentikan bila mencapai :
1. Batuan dasar ialah batu lempung
2. Bertemu bongkah batuan keras, yang biasanya adalah lensa hidroksida
besi. Penggalian biasanya dipindahkan ke tempat lain di dekat sumur uji
tersebut
3. Bila penggalian telah mencapai kedalaman 1.5 meter tetapi belum juga
ditemukan indikasi akan adanya bauksit
4. Bila penggalian mencapai air tanah sehingga akan menyulitkan pada
pekerjaan pembuatan sumur uji tersebut dan juga pada saat
penambangannya nanti.
dataran rendah dengan sedikit morfologi pegunungan. Sebaran test pit, tentu juga
memperhatikan arah kemenerusan endapan bauksit.
(Sumber: Hasil pengolahan data topografi dan sebaran test pit dengan Autocad 2007)
Gambar 3.48
Peta Sebaran test pit Daerah Ketapang
6. Pemerian/Diskripsi Bauksit
Pemerian bauksit dilakukan sebelum pengambilan contoh. Pada awalnya di
dalam pemerian bauksit ada penggunaan istilah “nodule” dan “konkresi”. Namun
dengan pertimbangan bahwa genesa bauksit berasal dari proses pelapukan
kimiawi, maka penggunaan istilah “konkresi” adalah yang lebih tepat daripada
instilah “nodule”. Oleh karena itu, dalam pemerian selanjutnya hanya
menggunakan istilah “konkresi” dan mengingat bentuk fisik dari “konkresi” ini
mempunyai variasi ukuran, maka dalam pemeriannya perlu dibuatkan standar
pemerian.
170
Pada gambar 3.49 menunjukan bahwa litologi test pit memiliki tiga lapisan
berupa soil, endapan bauksit, dan clay. Lapisan clay merupakan tanda batas akhir
kedalaman pada saat penggalian pembuatan sumur uji (test pit). Pada contoh
deskripsi diatas (gambar 3.31), lapisan clay ditunjkan warna kuning dengan
kedalaman 1 meter, sedangkan lapisan endapan bauksit ditunjukan warna merah
kecoklatan dengan kedalaman 1,5-2 meter. Pada umumnya, untuk mencapai
kedalaman lapisan endapan, penggalian dilakukan hingga kedalaman 5 – 7 meter,
tergantung tebal lapisan endapan bauksit. Apabila telah mencapai lapisan clay,
maka penggalian tidak diteruskan. Pada kegiatan eksplorasi didaerah penelitian
ini, yang berada didesa batang belian kecamatan air upas kabupaten ketapang
kalimantan barat, pada umumnya kedalaman test pit hanya berkisar 2-7 meter.
Dilokasi penelitianmenunjukan bahwa keterdapatan endapan bauksit hanya pada
171
kedalaman 1,5 – 2 meter dari lapisan bawah soil. Setiap lubang test pit tentu
mempunyai kedalaman endapan masing-masing yang berbeda-beda.
Pada kegiatan eksplorasi pembuatan test pit ini, dilakukan pembuatan lubang
sumur uji dan sebarannya sebanyak 1.727 lubang test pit yang tersebar didalam
wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) Pt. Harita Prima Abadi Mineral
(HPAM) yang terletak di Desa Batang Belian Kecamatan Air Upas Kabupaten
Ketapang Kalimntan Barat. Berikut data test pit hasil eksplorasi rinci pada daerah
penelitian.
Tanah penutup
Lapisan Bauksit
Conto kotor
Ditimbang
Pengeringan 24 jam
174
Conto diambil 1 kg
(Sumber : Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2011)
Gambar 3.51
Bagan Alir Tahapan Preparasi Conto
Luas endapan meliputi luas vertikal maupun horisontal. Pengukuran luas dapat
menggunakan planimeter dan dibaca paling sedikit dua kali kemudian diambil
rata-ratanya.
3. Berat jenis
Berat jenis sangat berpengaruh pada perhitungan tonase. Semakin besar berat
jenis, maka semakin besar pula yang akan didapat sumberdaya dengan tonase
dalam jumlah besar, akan tetapi tetap memperhatikan apakah berat jenis yang
digunakan adalah berat jenis pada saat material basah (wet tonage factor) atau
material kering (dry tonage factor).
4. Kadar
Penentuan kadar suatu endapan bijih merupakan kegiatan yang kritis dan penting,
sehingga memerlukan banyak pertimbangan karena kandungan kadar suatu
endapan mineral tidak selalu sama. Dalam estimasi dan perhitungan cadangan
diperhitungkan kadar rata-ratanya yang diperoleh dibandingkan dengan cut off
grade yang berlaku.
5. Variabilitas kadar endapan
Keanekaragaman kadar pada bijih akan mempengaruhi distribusi kadar, semakin
tinggi proporsi mineralnya, maka homogenitas kadar semakin rendah. Dengan
kata lain tidak ada endapan berkadar tinggi dengan variasi tinggi. Besar
variabilitas dari nilai produk sampel besar, standar deviasi dapat memberi harga
tinggi terhadap koefisien variasi.
6. Faktor Looses
a. Geological Looses, yaitu faktor kehilangan pada saat eksplorasi/ pemetaan
akibat adanya variasi ketebalan, struktur.
b. Mining Looses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan, ataupun
dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan seperti faktor alat, faktor
safety, dll.
c. Processing Looses, yaitu faktor kehilangan (recovery) akibat proses atau
kehilangan pada proses lanjut seperti pada proses peleburan (furnace).
178
Dalam konteks ini sumberdaya (Resource) baik itu mineral dan batubara, menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) sumberdaya adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
Cadangan mineral bijih merupakan hal penting dalam menentukan penambangan
endapan dengan ekonomis. Tingkat kepastian cadangan terestimasi menentukan
resiko kelayakan ekonomi tambang dan garansi bagi pengembalian modal (capital
investment). Estimasi sumberdaya dan cadangan meliputi klasifikasi (kategorisasi)
dari kalkulasi sumberdaya dan cadangan. Perhitungan cadangan ini merupakan hal
yang paling vital dalam kegiatan eksplorasi.
Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai pada
cadangan yang dapat di tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses
eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan
layak untuk di tambang atau tidak. Adapun metode perhitungan cadangan antara
lain :
1. Metode Poligon (area of influence) ; Metoda poligon ini merupakan metoda
perhitungan yang konvensional. Metoda ini umum diterapkan pada
endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang
sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai
conto yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering
disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah
pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan
satu garis sumbu
2. Metode Modelling ; Block Modelling adalah suatu metode dimana
penentuan ore resource berdasarkan batasan-batasan geological dan
morfologi dengan cara menentukan cut off grade
3. Metode Inverse Distance ; Diterapkan untuk memprediksi kadar dan
ketebalan suatu blok berdasarkan data titik contoh disekitarnya yang
terdekat.
179
C1
d1
d3
C3
Dimana :
TB = Titik bor, d1 = Jarak daerah pengaruh setiap titik bor, C1 =
Kadar setiap titik bor, TB5 = Titik bor yang diprediksi kadarnya
2. Metode Inverse Distance Squared ( IDS )
disekitarnya. Satu aspek penting yang harus sangat diperhatikan sebelum dan
setelah permodelan dan estimasi selesai yaitu model dan taksiran kadar dari model
sumberdaya tersebut harus dicek ulang kualitas dan kuantitasnya yang disebut
dengan Verifikasi Data. Suatu data dapat dikatakan valid / benar jika di dalam
verifikasi data tersebut tidak terdapat adanya kesalahan, sehingga hasil dari
permodelan dan estimasi yang dilakukan mendekati nilai yang sesungguhnya.
Verifikasi Data ini akan dibahas di bab selanjutnya yaitu di bab Penyusunan dan
Pengolahan Data dan bab Pembahasan. Estimasi sumberdaya mineral diperlukan
karena :
1. Kandungan logam dalam cebakan mineral sedikit, hanya dalam ppm atau %
kecil sehingga harus ditentukan nilai kadar sekitarnya untuk menentukan
jumlah sumberdaya (volume dan tonnase).
2. Adanya keterbatasan data dalam sampling untuk analisis kadar maupun
interpretasi geologi.
3. Belum ada prosedur yang tepat untuk menghitung kadar dan volume.
c. Data survey, memuat data azimuth, dip, dan deviasi arah pengambilan
data.
d. Data litologi, memuat tentang jenis batuan pada tiap selang
penembusan/interval tertentu.
3.7.2.3 Konsep Model Blok
Pemakaian model blok untuk memodelkan suatu cebakan mineral telah umum
dilakukan dalam industri pertambangan. Hal ini dimulai pada akhir tahun 60-an,
ketika komputer mulai digunakan di dalam pekerjaan perhitungan sumberdaya
cadangan dan perencanaan tambang. Volume 3-dimensi cebakan mineral yang
akan ditambang dibagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil (blok/unit
penambangan terkecil). Dalam kerangka model blok inilah semua tahap pekerjaan
dilakukan, mulai dari penaksiran kadar, perancangan batas penambangan hingga
ke perencanaan tambang jangka panjang dan jangka pendek.
Model blok memudahkan dalam menaksirkan kualitas dan kuantitas di dalam
estimasi sumberdaya yang digambarkan secara lebih terperinci/spesifik detail
lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan volume satuan blok
yang disesuaikan dengan dimensi penambangan. Pada umumnya dimensi ukuran
– ukuran blok pada model blok merupakan fungsi geometri endapan dan
disesuaikan dengan sistem penambangan yang digunakan.
Tergantung pada jenis cebakan mineral yang dihadapi, tujuan pembuatan model
serta metode penambangan, ukuran blok dapat berkisar dari 3 x 3 x 2 m (x,y,z)
atau lebih kecil untuk cebakan emas tipe vein, hingga 25 x 25 x 15 m atau lebih
besar untuk cebakan-cebakan berukuran masif seperti tembaga porfiri. Tiap-tiap
blok akan memiliki atribut (variabel model) misalnya topografi atau volume blok
(utuh/tidak utuh), jenis batuan, berat jenis, taksiran kadar, klasifikasi hasil
taksiran, aspek pengolahan/metalurgi dll. Semakin banyak jumlah blok dan
jumlah variabel dalam model, semakin besar pula kebutuhan memori dan mass
storage (disk space) komputer kita. Didalam estimasi sumberdaya nikel ini
digunakan model blok yang berukuran X = ½ Jarak Spasi Antar Titik Bor (1/2 x
25 m), Y = ½ Jarak Spasi Antar Titik Bor (1/2 x 25 m) dan Z = 2 m sehingga
185
Dalam perhitungan ini yang ditinjau adalah cadangan blok dan cadangan
total, dimana untuk menghitung cadangan blok dan cadangan total rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Rumus Menghitung Cadangan Blok ;
Pb = Ab x tb x ∂
Dimana :
Ab = Luas Blok (m2)
Tb = Tebal Kadar (m)
∂ = Berat Jenis Bijih (ton/m3
Pb = Jumlah cadangan tiap blok
2. Cadangan Total :
P = ∑ Pb i
Dimana :
Pb = Jumlah cadangan tiap blok (ton)
i = 1.2.3.4…….dst
Untuk menghitung cadangan blok maka volume blok harus diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
3. Rumus Volume Blok ;
Vb = Ab x tb
Dimana :
Vb = Volume blok (m3)
Ab = Luas blok (m2)
tb = Ketebalan kadar pada setiap blok titik bor (m)
4. Rumus Volume Total :
N
A.T 1 = v total
I 0
Dimana :
A = luas daerah pengaruh pada setiap titik bor dalam meter (m2)
T = tabel kadar setiap lapisan pada setiap lubang bor dalam
meter bujur sangkar (m2)
187
Tabel 3.7
Volume dan tonnase sumberdaya menggunakan softwere surpac
Z Volume Tonnes Al
45.0 -> 47.0 27.590,63 1.468.749.37 53.37
47.0 -> 49.0 173.67,.88 9.284.582.81 53.62
49.0 -> 51.0 90.365,63 4.828.481.52 53.59
51.0 -> 53.0 76.837,50 4.060.078.65 52.97
53.0 -> 55.0 118.434,38 6.293.271.96 53.26
55.0 -> 57.0 29.896,88 1.573.502.94 52.74
57.0 -> 59.0 201.600.00 10.721.607.00 53.29
59.0 -> 61.0 79.256.25 4.210.894.94 53.24
61.0 -> 63.0 93.993.75 5.079.346.02 54.16
63.0 -> 65.0 147.600.00 7.965.515.59 54.09
65.0 -> 67.0 20.868.75 1.125.786.43 54.07
67.0 -> 69.0 16.818.75 873.990.38 52.10
69.0 -> 71.0 6.862.50 357.541.30 52.23
71.0 -> 73.0 1.378.13 70.607.72 51.24
73.0 -> 75.0 1.434.38 73.712.53 51.39
75.0 -> 77.0 871.88 4.5098.33 51.73
77.0 -> 79.0 6.975.00 382.186.28 54.94
79.0 -> 81.0 4.162.50 221.028.36 53.25
81.0 -> 83.0 5.090.63 288.496.21 57.01
83.0 -> 85.0 5.596.88 319.290.39 57.36
85.0 -> 87.0 534.38 30.535.10 57.41
87.0 -> 89.0 2.728.13 137.833.73 50.53
89.0 -> 91.0 1.828.13 92.714.16 50.73
91.0 -> 93.0 2.390.63 121.897.48 50.99
93.0 -> 95.0 1.828.13 93.227.84 51.00
Total 1.118.615.63 59.719.977.05 53.52
188
Dari data diatas dapat dilihat jumlah volume sumberdaya 1.118.615,63 m3 dan
tonase sebesar 59.719.977,05 ton.