BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
topografi tidak jelas bentuknya, tersebar di banyak wilayah lembar peta, termasuk
Pulau Cempedak, (van Bemmelen,1939; de Keyser & Rustandi,1989).
8. Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)
Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung anortit,
kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit dan
skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit
porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin local; sekis
andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik – Trias, berada tidak
selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara termal oleh
Granit Sukadana termasuk dalam Zona C, yaitu Daerah Kontinen Dataran Sunda.
Kondisi Zona C di Kalimantan Barat kurang stabil karena tidak mengalami
Diastrofisma Tersier. Struktur lipatan berarah barat-timur. Struktur kelulusan dan
patahan berkembang di bagian timur, pada batuan beku berumur kapur, umumnya
berarah barat laut-tenggara.
Satuan Basal Bunga diendapkan secara tidak selaras diatas Komplek Ketapang,
Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit
Sangiyang. Satuan ini berumur Kapur Akhir – Paleosen dengan komposisi batuan
intrusi : basal, dasit , andesit dan batuan piroklastik lava, tuf litik-kristal, breksi
volkanik dan batupasir sedang-halus.Pada zaman Oligosen - Miosen diendapkan
satuan Batuan Terobosan Sintang dengan komposisi batuan piroklatik berupa tuf
riodasit. Endapan paling muda berumur Kuarter berupa endapan talus, Aluvium
dan Rawa terdiri atas bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lumpur.
Dataran alluvium dan litoral merupakan dataran yang kurang aliran sungai dan
umumnya berawa dengan elevasi umumnya kurang dari 100 meter diatas muka
laut. Dataran ini melebar dari pantai ke pedalaman sejauh 70 km. Morfologi ini
dicirikan oleh sungai meander dengan potongan-potongan meander dan danau
oxbow, serta bentukan geologi batuan keras seperti granit dan batuan gunungapi.
Bagian dataran yang paling ekstensif terdapat dibagian utara wilayah Ketapang
dibuktikan dengan aktifnya proses sedimentasi di masa lalu. Beberapa bentukan
batuan keras di wilayah dataran menghasilkan morfologi yang menonjol terisolasi
berupa gunung pulau (inselberg) di lingkungan dataran.
Dataran rendah bergelombang memperlihatkan bentang alam bergelombang
terdiri dari bukit-bukit membulat dan peneplain yang tertoreh. Elevasi topografi
berkisar 100 meter hingga 800 meter diatas muka laut. Sungai-sungainya mengalir
membentuk pola aliran dendritik, sungai besar diapit oleh dataran banjir dan rawa-
rawa. Proses pelapukan sangat kuat dan regolit yang tebal meluas di wilayah
dataran rendah. Endapan alluvium tipis dan sedikit-sedikit, hanya terbatas di
daerah dekat sungai-sungai besar.Morfologi Dataran tinggi terdapat dibagian
timur laut dan tenggara Ketapang yang membentuk penonjolan dengan bentang
49
diendapkan kembali. Proses terjadi dengan baik pada permukaan tanah landai
dengan kemiringan tertentu, keadaan morfologi dan topografi yang cenderung
bergelombang miring. Ada beberapa pembagian dari Horizon yaitu:
1. Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan
berbeda dengan lapisan disebelh atas ataupun bawahnya yang secara genetik ada
kaitannya. Yang biasanya disebut sebagai tanah penutup ( OB ) atau lapisan awal
yang biasanya berwarna coklat.
2. Tanah Laterit atau sering disebut juga dengan tanah merah merupakan tanah
yang berwarna merah hingga coklat yang terbentuk pada ligkungan yang lembab,
dingin, dan mugkin genangan-genangan air, Secara spesifik tanah merah memiliki
profil tanah yang dalam,mudah menyerap air memiliki kandungan bahan organik
yang sedang dan pH netral hingga asam dan banyak mengandung zat besi dan
aluminium sehingga baik digunakan pondasi bangunan karena mudah menyerap
air.
3. Gossan yaitu zona atau lapisan yang terjadi karena pelapukan ( laterisasi) yang
mengakibatkan rongga-rongga kosong yang dapat dimasuki air sehingga
mempercepat proses pelapukan, tetapi pada zona ini hanya sedikit yang
terkandung bauksit laterit dibadingkan pada zona saprolit.
4. Saprolit yaitu zona dimana mengandung bauksit laterit yang sangat tinggi kadar
aluminiumnya, sehingga penambangan bauksit dilakukan pada zona ini yang
mana ketebalannya berkisar 2-8 m.
Batuan berumur Kapur-Holosen dengan rentang waktu ±143 juta tahun dimana
batuan beku dipastikan hadir pada saat 25 juta tahun lalu dengan intensitas
lapukan batuan dimulai 10 juta dimana kedudukan pulau Kalimantan telah stabil.
Kalimantan setiap tahunnya memiliki nilai curah hujan yang tinggi, yaitu sekitar
401-500 mm perbulan dengan temperatur daerah penelitian diperkirakan 32-40o
52
C, biasanya sangat panas disiang hari dan dingin dimalam hari. Rentang waktu
yang sangat lama dan kondisi perubahan iklim yang tidak menentu dengan
intensitas hujan sangat tinggi mengakibatkan endapan laterit bauksit dapat
terbentuk menyesuaikan jenis batuan serta rekahan struktur geologi.
Phospat adalah unsur dalam suatu batuan beku atau sedimen dengankandungan
fosfor ekonomis. Biasanya kandungan fosfor dinyatakan sebagai
bone phosphate of lime atau triphosphate of lime atau berdasarkan kandungan.
Phospat apatit termasuk Phospat primer karena gugusan oksida
Phospatnya terdapat dalam mineral apatit "(a1)yang terbentuk selama
proses pembekuan magma. endapan Phospat berasosiasi dengan batuan beku
alkali kompleks! terutama karbonit kompleks dan sienit.Phospat komersil dari
mineral apatit adalah kalsium
Daerah ketapang salahsatu daerah subtropics yang memiliki curah hujan yang
tinggi karena letak daerah ketapang berada di daerah perbukitan landai dengan
banyaknya unsur flora disana dan salah satu pulau yang terkena zona garis
khatulistiwa itu mempunyai iklim subtropis
6. Topografi undulating
Yaitu daerah yang tofografi nya relative bergelombang dan berada di atas rata –
rata permukanan laut yang cukup tinggi berbukit, atau bergunug.
Dengan karakterristik ganesa pembentuk bauksit yaitu batuan yang terbawa atau
tertransformasi terbawa oleh media air karena air hujan menuju permukaan yang
lebih rendah biasa terjadi di daerah landai dengan meresap nya air yang membawa
batuan dasar yg mempunyai unsur bauksit itu terserapoleh batuan flora atau
tumbuhan melalui akar dimana berat bahan galian logam yang mempunyai berat
lbih di antara unsur lain yang otomatis terbawa oleh air yg meresap ke bawah
permukaan tanah dan biasanya tidak terlalu dalam hanya smpai 8m maksimal
pengendapan terjadi di bawah tanah.
Beberapa unsur yang sangat penting dalam endapan laterit bauksit adalah Al, Fe,
Si dan Ti. Perbandingan antara nilai Al dan Si merupakan patokan keekonomisan
tambang bauksit. Pada iklim tropis, Ca, Ni, Si dan Ti mengalami pelindian
54
terlebih dahulu dan lebih mobile dibanding dengan Al dan Fe.Pelarutan dan
penguraian plagioklas, alkali feldspar, besi, aluminium dan silika dalam larutan
akan membentuk suspensi koloid. Pada larutan, besi akan bersenyawa dengan
oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan
menghilangkan air dengan membentuk mineral geothit FeO(OH), hematit
(Fe2O3), dan kobalt (Co) dalam jumlah kecil, sedangkan Al akan mengendap
menjadi endapan bauksit Al2O3.2H2O (dalam hal ini bauksit secara umum).
Pengendapan dikontrol pH sebagai penetralisir reaksi kimia oleh tanah. Jika
konsentrasi air berkurang pada saat pengendapan laterit bauksit, maka buhmit dan
diaspor dapat terbentuk.
Selain itu, pengayaan unsur lainnya yang terikat bauksit adalah R-Si. Unsur ini
merupakan unsur terpisah dari Si yang terbentuk pada laterit bauksit, serta usnsur
yang dipertimbangkan dalam penambangan bauksit. Hal ini disebabkan karena
untuk menguraikan senyawa bauksit nantinya, perlunya penambahan NaOH untuk
mendapatkan bauksit murni. Proses pengayaan dan pengendapan laterit bauksit
paling baik pada topografi miring yang mana proses mobilitas unsur yang rendah,
karena pada bagian puncak cenderung untuk mengalirkan hasil erosi dan respirasi
air meteorik. Sedangkan pada bagian lembah, lebih banyak membentuk endapan
laterit Fe seperti hematit dan limonit sebagai hasil akumulasi material sedimen
serta peresapan larutan. Kehadiran kekar ataupun rekahan akan mempercepat
proses respirasi dan penghancuran batuan sehingga mempengaruhi pembentukan
zona deposit. Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk pada
lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu hasil
pelapukan batuan (insitu). Setiap batuan dasar memiliki karakteristik bauksit
tertentu diantaranya Granodiorit menghasilkan tanah laterit berwarna merah bata
dengan tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral kuarsa berukuran 1-3mm
dengan ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa membentuk endapan tanah
laterit berwarna kuning keorange-an dengan kondisi batuan/sampel lebih halus
dengan mineral yang cenderung lepas dengan ketebalan lapisan saprolit 4-8m, dan
Diorit menghasil kan warna tanah cenderung coklat hingga coklat gelap dengan
tanah laterit berwarna kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock,
lempung dan pasir silika.
55
pada atau dekat permukaan. Sedimentasi terbentuk dari hasil akumulasi mineral
aluminium silikat yang bebas massa kuarsa. Dalam proses konsentrasi tersebut,
terjadi perubahan volume hingga konsentrasi mencapai nilai komersial untuk
ditambang.
Pembentukan endapan
bauksit lateritik
berjalan dengan lancar, akan terganggu akibat pergeseran dan penurunan tanah
yang membuat proses laterisasi terhambat akibat batuan asal yang
dilapukannya mengalami perubahan sebelum terendapkan dan terbentuk
senyawa alumina.
d. Curah hujan yang tinggi
Meskipun air dengan kandungan pH rendah yang banyak dapat untuk
meninggikan kadar Fe dalam tanah dan mampu untuk melapukkan batuan,
diperlukan juga kuantitas air yang cukup besar untuk membentuk tanah laterit.
Karena air dengan jumlah yang sedikit, kurang baik untuk melapukan seluruh
bagian batuan. Hal ini mengakibatkan batuan asal belum lapuk seluruhnya,
dan jika ore bauksit itu dipecah akan tampak fragmen batuan asal yang
mineralnya belum terlapukan sama sekali. Indonesia memiliki karakteristik
yang tropis dan bercurah hujan tinggi sepanjang tahunnya sehingga
mendukung terbentuknya endapan bauksit laterit.
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara
lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate,
kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut
mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral
– mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk
dari mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan
sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu.
Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan
terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.Kandungan alumunium
yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan
bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.
Bahan galian ini terdapat pada lapukan (residual soil) dari batuan yang
mengandung oksida alumunium monohidrat dan oksida besi yang membentuk
mineral diaspal (Al2O3OH) dan gipsit (Al2O3H2O) pada formasi Jambu (Ruj).
Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%,
Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%,dan H2O 14 – 36%.
Tektonik
(Struktur geologi)
3.5 Eksplorasi
Eksplorasi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 4726:2011, pedoman,
pelaporan sumberdaya, dan cadangan mineral disusun oleh panitia Teknik 07-02
potensi kebumian adalah kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi, menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan
kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan
analisis/kajian kemungkinan dilakukanya penambangan. Dari ke-tiga pengertian
tentang eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa Eksplorasi adalah suatu
kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk
mengetahui ukuran,bentuk,posisi, kadar rata rata dan besarnya cadangan serta
“studi kalayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah
diketemukan.Sedangkan Studi Kelayakan adalah pengkajian mengenai aspek
teknik dan prospek ekonomis dari suatu proyek penambangan dan merupakan
dasar keputusan investasi. Kajian ini merupakan dokumen yang memenuhi syarat
dan dapat diterima untuk keperluan analisa bank/lembaga keungan lainnya dalam
kaitannya dengan pelaksanaan investasi atau pembiayaan proyek. Studi ini
meliputi Pemeriksaan seluruh informasi geologi berdasarkan lkaporan eksplorasi
dan factor-faktor ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran
hokum/perundang-undangan, lingkungan, social serta factor yang terkait
65
3. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan merupakan kegiatan pengamatan dan pengenalan keadaaan
lapangan baik secara morfologi, tataguna lahan, dan keadaan lapangan lainnya.
Pengamatan dapat langsung dilakukan pada saat kegiatan eksplorasi. Pada daerah
penelitian yang terletak di desa batang belian kecamatan air upas kabupaten
ketapang kalimantan barat berdasarkan pengamatan orientasi lapangan,
geomorfologi daerah penelitian termasuk dalam dataran rendah yang didominasi
perbukitan landai. Pada ekosistem flora terdapat hayati berupa hutan subtropis
66
yang didominasi pepohonan hutan dan semak belukar. Sedangkan jenis fauna
berdasarkan pengamatan lapangan terdapat hewan-hewan hutan seperti orang
utan, babi hutan, burung-burung, rusa, dan hewan lainnya.
4. Pola Pengambilan Conto
1. Pola Eksplorasi
Secara umum pola dasar eksplorasi bekerja dari lokasi yang sudah diketahui
(known area) menuju lokasi (tempat) yang belum diketahui (unknown area).
Akibat adanya faktor mineralisasi dan kondisi topografi, maka bentuk pola-
pola eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi empat.
Gambar Pola pengambilan sampel ridge and spur pada daerah punggungan bukit
5. Pengambilan Conto
mengambil beberapa titik saja sebagai perwakilan jenis bauksit yang ada di
wilayah Ijin Usaha Pertambangan. Salah satu titik yang diambil yaitu:
1. Perencanaan Eksplorasi
Perencanaan eksplorasi akan dilakukan pada daerah indikasi atau yang telah ada
data-data sebelumnya. Eksplorasi dilakukan di desa Batang Belian Kecamatan
Air Upas Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Pada tahap ini mula – mula
untuk perencanaan eklporasi kita haru mencari singkapan bauksit terlebih dahulu
agar memudahkan kita untuk memluai eksplorasi selanjutnya sebagai acuan
singkapan bauksit yang muncul ke permukaan. Dengan begitu kita menjadi lebih
mudah untuk melakukan eksplorasi awal
2. Metode Eksplorasi
Metode eksplorasi yang digunakan adalah metode ekplorasi geokimia karena
berdasarkan pertimbangan dari hasil ekplorasi awal yang memberikan
kesimpulan bahwa keadaan geomorfologi didaerah WIUP bergelombang dan
masih banyak vegetasi unsur hara yang mana dengan karakteristik tersebut
71
Pemasangan patok-patok di titik/tempat di mana akan digali sumur uji (test pit).
Jarak antara sumur uji diambil 200 meter, bila analisa menunjukkan kadar yang
ekonomis, maka jaraknya diperkecil menjadi 100 m, 50 m, dan 25 m, untuk
mendapatkan data cadangan dengan kualifikasi “possible”, “probable” dan
‘prove”. Karena lapisan bauksit adalah horizontal dengan ketebalan rata-rata
sama, maka pola penempatan patok tersebut membentuk bujur sangkar. Setiap
patok diberi nomor sesuai dengan nomor sumur uji yang akan digali dan digambar
di peta .
(Sumber: Hasil pengolahan data topografi dan sebaran test pit dengan Autocad 2007)
Gambar 3.48
Peta Sebaran test pit Daerah Ketapang
6. Pemerian/Diskripsi Bauksit
Pemerian bauksit dilakukan sebelum pengambilan contoh. Pada awalnya di
dalam pemerian bauksit ada penggunaan istilah “nodule” dan “konkresi”. Namun
dengan pertimbangan bahwa genesa bauksit berasal dari proses pelapukan
75
kimiawi, maka penggunaan istilah “konkresi” adalah yang lebih tepat daripada
instilah “nodule”. Oleh karena itu, dalam pemerian selanjutnya hanya
menggunakan istilah “konkresi” dan mengingat bentuk fisik dari “konkresi” ini
mempunyai variasi ukuran, maka dalam pemeriannya perlu dibuatkan standar
pemerian.
Pada gambar 3.49 menunjukan bahwa litologi test pit memiliki tiga lapisan
berupa soil, endapan bauksit, dan clay. Lapisan clay merupakan tanda batas akhir
kedalaman pada saat penggalian pembuatan sumur uji (test pit). Pada contoh
deskripsi diatas (gambar 3.31), lapisan clay ditunjkan warna kuning dengan
kedalaman 1 meter, sedangkan lapisan endapan bauksit ditunjukan warna merah
kecoklatan dengan kedalaman 1,5-2 meter. Pada umumnya, untuk mencapai
kedalaman lapisan endapan, penggalian dilakukan hingga kedalaman 5 – 7 meter,
76
tergantung tebal lapisan endapan bauksit. Apabila telah mencapai lapisan clay,
maka penggalian tidak diteruskan. Pada kegiatan eksplorasi didaerah penelitian
ini, yang berada didesa batang belian kecamatan air upas kabupaten ketapang
kalimantan barat, pada umumnya kedalaman test pit hanya berkisar 2-7 meter.
Dilokasi penelitianmenunjukan bahwa keterdapatan endapan bauksit hanya pada
kedalaman 1,5 – 2 meter dari lapisan bawah soil. Setiap lubang test pit tentu
mempunyai kedalaman endapan masing-masing yang berbeda-beda.
Pada kegiatan eksplorasi pembuatan test pit ini, dilakukan pembuatan lubang
sumur uji dan sebarannya sebanyak 1.727 lubang test pit yang tersebar didalam
wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) Pt. Harita Prima Abadi Mineral
(HPAM) yang terletak di Desa Batang Belian Kecamatan Air Upas Kabupaten
Ketapang Kalimntan Barat. Berikut data test pit hasil eksplorasi rinci pada daerah
penelitian.
Tanah penutup
Lapisan Bauksit
Conto kotor
Ditimbang
Pengeringan 24 jam
Conto diambil 1 kg
(Sumber : Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2011)
Gambar 3.51
Bagan Alir Tahapan Preparasi Conto
Dalam analisis energi dispersif, dispersi dan deteksi adalah operasi tunggal,
seperti yang sudah disebutkan di atas. Counter proporsional atau berbagai jenis
solid-state detektor (dioda PIN, Si (Li), Ge (Li), Silicon Drift Detector SDD)
digunakan. Mereka semua berbagi sama deteksi prinsip: An X-ray foton masuk
ionises sejumlah besar atom detektor dengan jumlah muatan yang dihasilkan yang
sebanding dengan energi foton yang masuk. Tuduhan ini kemudian dikumpulkan
dan proses berulang untuk foton berikutnya. Kecepatan Detector jelas penting,
karena semua pembawa muatan diukur harus datang dari foton yang sama untuk
mengukur energi foton dengan benar (diskriminasi panjang puncak digunakan
untuk menghilangkan peristiwa yang tampaknya telah diproduksi oleh dua foton
sinar-X tiba hampir bersamaan).
Spektrum ini kemudian dibangun dengan membagi spektrum energi ke sampah
diskrit dan menghitung jumlah pulsa yang terdaftar dalam setiap bin energi. Jenis
detektor EDXRF bervariasi dalam resolusi, kecepatan dan sarana pendingin
(rendahnya jumlah pembawa muatan bebas sangat penting dalam detektor solid
state): counter proporsional dengan resolusi beberapa ratus eV menutupi low end
81
dari spektrum kinerja, diikuti dengan PIN detektor dioda, sedangkan Si (Li), Ge
(Li) dan Detektor Drift Silicon (SDD) menduduki high end dari skala kinerja.
Dalam analisis dispersif gelombang, radiasi panjang gelombang tunggal yang
dihasilkan oleh monokromator dilewatkan ke photomultiplier, detektor mirip
dengan Geiger counter, yang menghitung foton individu ketika mereka melalui.
Counter adalah ruang yang berisi gas yang terionisasi oleh X-ray foton. Sebuah
pusat elektroda dikenakan biaya (biasanya) 1700 V sehubungan dengan dinding
ruang melakukan, dan masing-masing foton memicu kaskade pulsa-seperti saat ini
di bidang ini.Sinyal diperkuat dan diubah menjadi mengumpulkan hitung
digital.Hitungan ini kemudian diproses untuk mendapatkan data analitis.
EDX spektrometer lebih unggul spektrometer WDX dalam bahwa mereka lebih
kecil, sederhana dalam desain dan memiliki bagian rekayasa sedikit.Mereka juga
dapat menggunakan tabung sinar-X miniatur atau sumber gamma.Hal ini
membuat mereka lebih murah dan memungkinkan miniaturisasi dan
portabilitas.Jenis instrumen ini umumnya digunakan untuk aplikasi penyaringan
kontrol kualitas portabel, seperti pengujian mainan untuk timbal (Pb), menyortir
potongan logam, dan mengukur kandungan timbal cat perumahan. Di sisi lain,
resolusi rendah dan masalah dengan menghitung tingkat rendah dan lama mati-
waktu membuat mereka rendah untuk analisis presisi tinggi. Mereka adalah,
bagaimanapun, sangat efektif untuk kecepatan tinggi, analisis multi-unsur.
Lapangan portabel XRF analisis saat ini di pasar berat kurang dari 2 kg, dan
memiliki batas deteksi pada urutan 2 bagian per juta timbal (Pb) dalam pasir
murni.
227R
TPSD- 470600 9753500
A 2.1 0.5 12.89 14.07 0.28 48.3
5AR
TPSD- 470700 9753600
A 1.5 0.8 13.61 5.39 0.21 54.2
7RD
TPSD- 468750 9751400
A 0.4 1 18.96 3.59 0.24 51.79
03MA
Merupakan bagian dari sumberdaya dimana tonase, kadar, dan kandungan mineral
dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan rendah. Hal ini direka dan
diasumsikan dari adanya bukti geologi, tetapi tidak diverifikasi kemenerusan
geologi dan/ atau kadarnya.Hal ini hanya berdasarkan dari informasi yang
diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi mineralisasi singkapan, puritan
uji, sumuran uji dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaannya
terbatas atau tidak jelas. Batas kesalahan dari estimasi baik kuantitas maupun
kualitas adalah lebih dari 40%.
2. Sumberdaya Tertunjuk
Merupakan bagian dari sumberdaya mineral dimana tonase, densitas, bentuk,
karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat
kepercayaan yang wajar. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi, dan informasi
pengambilan dan pengujian conto yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari
lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, puritan uji, sumuran uji, “
terowongan uji “ dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang
atau spasinya belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi dan/atau kadar,
tetapi secara meruang cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya.Batas
kesalahan kualitas maupun kuantitas adalah antara 20%– 40%.
3. Sumberdaya Terukur
Merupakan bagian dari sumberdaya mineral dimana tonase, densitas, bentuk,
karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi rinci dan
terpercaya, dan informasi mengenai pengambilan dan pengujian conto yang
diperoleh dengan teknik yang tepat dari lokasi- lokasi mineralisaiseperti
singkapan, puritan uji, sumuran uji, “terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi
informasi pada kategori ini secara meruang adalah cukup rapat untuk memastikan
kemenerusan geologi dan kadar.Batas kesalahan ini adalah kurang dari 20%.
84
b. Cadangan (Reserve)
Cadangan adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan
dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah Sumber Daya Mineral
Terunjuk dan sebagian Sumber Daya Mineral Terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan
tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan
dapat dilakukan secara ekonomik.
2.Cadangan Terbukti (Proved Reserve) adalah Sumber Daya Mineral Terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik. Secara
sistematik hubungan antara sumberdaya dan cadangan.
Parameter-parameter yang penting dalam estimasi dan perhitungan cadangan
meliputi:
1. Ketebalan endapan
Ketebalan endapan dapat diukur dari hasil pengamatan langsung, perhitungan
skala pada peta dan penampang, data pemboran dan logging atau perhitungan
yang kemudian ditentukan rata-ratanya.
2. Luas endapan
Luas endapan meliputi luas vertikal maupun horisontal. Pengukuran luas dapat
menggunakan planimeter dan dibaca paling sedikit dua kali kemudian diambil
rata-ratanya.
3. Berat jenis
Berat jenis sangat berpengaruh pada perhitungan tonase. Semakin besar berat
jenis, maka semakin besar pula yang akan didapat sumberdaya dengan tonase
dalam jumlah besar, akan tetapi tetap memperhatikan apakah berat jenis yang
digunakan adalah berat jenis pada saat material basah (wet tonage factor) atau
material kering (dry tonage factor).
4. Kadar
Penentuan kadar suatu endapan bijih merupakan kegiatan yang kritis dan penting,
sehingga memerlukan banyak pertimbangan karena kandungan kadar suatu
endapan mineral tidak selalu sama. Dalam estimasi dan perhitungan cadangan
85
Tambang
LAYAK :
Ekonomi
Perundang-
undangan
Lingkungan
Berikut ini kami berikan gambar umum yang dilakukan atau dapat dikatakan
sebagai langkah kerja sesuai dengan intruksi yang telah diberikan dan dipandu
oleh tim pembuat permasalahan. Didalam langkah kerja ini kita dibagi dalam
beberapa tahap besar sehingga akan terkonstruksi dengan baik. Berikut langkah
kerjanya:
4. Perhitungan cadangan
13. Data-data yang kami gunakan dalam proses pengerjaan ini adalah :
a. Data Tes Pit
b. Data kordinat titik-titik Tes Pit
c. Data elevasi titik-titik Tes Pit
Analisis:
Dari Histogram Al2O3 di atas dapat dilihat bahwa histogram tersebut terdistribusi
hampir normal dengan populasi tunggal karena memiliki skewness 0,30204
(mendekati nol) dan nilai median ≈ nilai mean (38,35 ≈ 39,02). Standar deviasi
pada Histogram Al2O3 adalah 10,3924, sedangkan koefisien variasi mempunyai
nilai 0,266 (26,6%) yang menunjukan bahwa penyebaran data kadar Al2O3 cukup
bervariasi, cenderung tidak homogen dan menyebar. Range data memperlihatkan
jangkauan yang cukup jauh, yaitu 56,01 dengan kadar tertinggi 67,98 dan kadar
terendah 11,87. Dari data ini kita dapat menentukan jumlah cadangan bauksit,
karena data terdistribusi secara normal dan kita mempunyai data persebaran
spasial kandungan endapan tersebut.
91
Analisis:
Dari hasil scatter plot di atas (sumbu-x Al2O3 dan sumbu-y Fe2O3) menunjukan
bahwa gradien dari garis yang terbentuk memiliki nilai negatif. Hal ini
menunjukan bahwa perbandingan antara kadar Al2O3 dan kadar Fe2O3 adalah
berbanding terbalik, dengan nilai hasil regresi R2 = 0,2911. Sehingga kadar yang
tinggi pada Al2O3 dapat diamati pada kadar yang rendah pada Fe2O3, dan
sebaliknya. Hal ini dapat dikorelasikan dengan proses terbentuknya endapan
bauksit tersebut. Dimana kandungan dalam tanah akan mengalami proses
perlindihan, dan kandungan Al2O3 akan tahan terhadap proses tersebut sehingga
mengakibatkan endapan bauksit akan berada pada lapisan di atas. Fe2O3 yang
mengalami proses perlindihan tersebut perlahan kandungannya akan berkurang,
berbanding dengan Al2O3 kandungannya akan tetap, namun akibat kandungan
lain mengalami proses perlindihan, maka mengakibatkan kandungan Al2O3 akan
cenderung naik.
Dalam konteks ini sumberdaya (Resource) baik itu mineral dan batubara, menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) sumberdaya adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
Cadangan mineral bijih merupakan hal penting dalam menentukan penambangan
endapan dengan ekonomis. Tingkat kepastian cadangan terestimasi menentukan
resiko kelayakan ekonomi tambang dan garansi bagi pengembalian modal (capital
investment). Estimasi sumberdaya dan cadangan meliputi klasifikasi (kategorisasi)
dari kalkulasi sumberdaya dan cadangan. Perhitungan cadangan ini merupakan hal
yang paling vital dalam kegiatan eksplorasi.
Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai pada
cadangan yang dapat di tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses
eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan
layak untuk di tambang atau tidak. Adapun metode perhitungan cadangan antara
lain :
92
C1
d1
d3
C3
(hole id, depth, dip, dan azimuth), data geologi (hole id, from, to, dan litologi),
data assay (hole id, from, to, dan kadar) dan data collar (hole id, x, y, z, dan
depth).
dalam pemasukan data. Pengecekan data / verifikasi dilakukan setelah semua data
dimasukkan ke dalam file perangkat lunak. Data- data awal ini meliputi :
a. Data collar, memberikan informasi koordinat xyz dari lokasi
pengambilan data.
b. Data assay, memuat informasi nilai kadar pada penembusan/interval
tertentu.
c. Data survey, memuat data azimuth, dip, dan deviasi arah pengambilan
data.
d. Data litologi, memuat tentang jenis batuan pada tiap selang
penembusan/interval tertentu.
3.7.2.3 Konsep Model Blok
Pemakaian model blok untuk memodelkan suatu cebakan mineral telah umum
dilakukan dalam industri pertambangan. Hal ini dimulai pada akhir tahun 60-an,
ketika komputer mulai digunakan di dalam pekerjaan perhitungan sumberdaya
cadangan dan perencanaan tambang. Volume 3-dimensi cebakan mineral yang
akan ditambang dibagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil (blok/unit
penambangan terkecil). Dalam kerangka model blok inilah semua tahap pekerjaan
dilakukan, mulai dari penaksiran kadar, perancangan batas penambangan hingga
ke perencanaan tambang jangka panjang dan jangka pendek.
Model blok memudahkan dalam menaksirkan kualitas dan kuantitas di dalam
estimasi sumberdaya yang digambarkan secara lebih terperinci/spesifik detail
lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan volume satuan blok
yang disesuaikan dengan dimensi penambangan. Pada umumnya dimensi ukuran
– ukuran blok pada model blok merupakan fungsi geometri endapan dan
disesuaikan dengan sistem penambangan yang digunakan.
Tergantung pada jenis cebakan mineral yang dihadapi, tujuan pembuatan model
serta metode penambangan, ukuran blok dapat berkisar dari 3 x 3 x 2 m (x,y,z)
atau lebih kecil untuk cebakan emas tipe vein, hingga 25 x 25 x 15 m atau lebih
besar untuk cebakan-cebakan berukuran masif seperti tembaga porfiri. Tiap-tiap
blok akan memiliki atribut (variabel model) misalnya topografi atau volume blok
(utuh/tidak utuh), jenis batuan, berat jenis, taksiran kadar, klasifikasi hasil
taksiran, aspek pengolahan/metalurgi dll. Semakin banyak jumlah blok dan
jumlah variabel dalam model, semakin besar pula kebutuhan memori dan mass
98
storage (disk space) komputer kita. Didalam estimasi sumberdaya nikel ini
digunakan model blok yang berukuran X = ½ Jarak Spasi Antar Titik Bor (1/2 x
25 m), Y = ½ Jarak Spasi Antar Titik Bor (1/2 x 25 m) dan Z = 2 m sehingga
ukuran blok 12,5 x 12,5 x 2 m (Berdasarkan Konvensi) untuk klasifikasi
sumberdaya terukur.
Dalam model blok ada yang dinamakan Parent Cell dan Sub Cell. Parent Cell
adalah blok yang paling utama dan paling besar dibentuk. Sedangkan Sub Cell
adalah blok – blok yang dibuat menjadi lebih kecil yang berfungsi untuk mengisi
dimensi detail pada batas tepi badan bijih / dekat boundary badan bijih yang
bertujuan untuk meningkatkan ketelitian pada perhitungan volume sumberdaya
dan estimasi kadar. Sub Cell ini mengisi dari daerah badan bijih yang tidak bisa
dicapai oleh Parent Cell. Kemudian Sub Cell ini memberikan hasil kualitas yang
sebenarnya pada badan bijih berdasarkan pendekatan terhadap kondisi badan bijih
yang sebenarnya.
Dalam perhitungan ini yang ditinjau adalah cadangan blok dan cadangan
total, dimana untuk menghitung cadangan blok dan cadangan total rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Rumus Menghitung Cadangan Blok ;
Pb = Ab x tb x ∂
Dimana :
Ab = Luas Blok (m2)
Tb = Tebal Kadar (m)
∂ = Berat Jenis Bijih (ton/m3
Pb = Jumlah cadangan tiap blok
2. Cadangan Total :
P = ∑ Pb i
Dimana :
Pb = Jumlah cadangan tiap blok (ton)
i = 1.2.3.4…….dst
Untuk menghitung cadangan blok maka volume blok harus diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
3. Rumus Volume Blok ;
Vb = Ab x tb
Dimana :
Vb = Volume blok (m3)
Ab = Luas blok (m2)
tb = Ketebalan kadar pada setiap blok titik bor (m)
4. Rumus Volume Total :
N
A.T 1 = v total
I 0
Dimana :
A = luas daerah pengaruh pada setiap titik bor dalam meter (m2)
T = tabel kadar setiap lapisan pada setiap lubang bor dalam
meter bujur sangkar (m2)
v total = volume total (m3)
Rumus perhitungan sebagai berikut :
Volume (m³) = Luas Area (m²) × Tebal Lapisan (m)
100
Tabel 3.7
Volume dan tonnase sumberdaya menggunakan softwere surpac
Z Volume Tonnes Al
45.0 -> 47.0 27.590,63 1.468.749.37 53.37
47.0 -> 49.0 173.67,.88 9.284.582.81 53.62
49.0 -> 51.0 90.365,63 4.828.481.52 53.59
51.0 -> 53.0 76.837,50 4.060.078.65 52.97
53.0 -> 55.0 118.434,38 6.293.271.96 53.26
55.0 -> 57.0 29.896,88 1.573.502.94 52.74
57.0 -> 59.0 201.600.00 10.721.607.00 53.29
59.0 -> 61.0 79.256.25 4.210.894.94 53.24
61.0 -> 63.0 93.993.75 5.079.346.02 54.16
63.0 -> 65.0 147.600.00 7.965.515.59 54.09
65.0 -> 67.0 20.868.75 1.125.786.43 54.07
67.0 -> 69.0 16.818.75 873.990.38 52.10
69.0 -> 71.0 6.862.50 357.541.30 52.23
71.0 -> 73.0 1.378.13 70.607.72 51.24
73.0 -> 75.0 1.434.38 73.712.53 51.39
75.0 -> 77.0 871.88 4.5098.33 51.73
77.0 -> 79.0 6.975.00 382.186.28 54.94
79.0 -> 81.0 4.162.50 221.028.36 53.25
81.0 -> 83.0 5.090.63 288.496.21 57.01
83.0 -> 85.0 5.596.88 319.290.39 57.36
85.0 -> 87.0 534.38 30.535.10 57.41
87.0 -> 89.0 2.728.13 137.833.73 50.53
89.0 -> 91.0 1.828.13 92.714.16 50.73
91.0 -> 93.0 2.390.63 121.897.48 50.99
93.0 -> 95.0 1.828.13 93.227.84 51.00
Total 1.118.615.63 59.719.977.05 53.52
(Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan softwere surpac)
Dari data diatas dapat dilihat jumlah volume sumberdaya 1.118.615,63 m3 dan
tonase sebesar 59.719.977,05 ton.