Anda di halaman 1dari 7

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiografi

Fisiografi Pulau Sumatera di bagi menjadi beberapa zona fisiografi, di

antaranya Zona Bukit Barisan, Zona Sesar Semangko (Sumatera), Zona

Dataran dan Perbukitan, Zona Bukit Tiga Puluh, Zona Busur Luar, dan

Zona Paparan Sunda (Bemmelen, 1949).

Sebagian besar Daerah Bandar Lampung merupakan Zona Fisiografi Bukit

Barisan. Zona Bukit Barisan merupakan suatu zona perbukitan dengan

orientasi tenggara – barat laut dan memiliki pola memanjang sekitar 1.650

km dengan lebar 100 km (Bemmelen, 1949). Jika ditinjau dari sisi

morfologi, secara umum daerah ini dapat dibagi menjadi tiga satuan

morfologi: dataran bergelombang di bagian timur dan timur laut,

pegunungan kasar di bagian tengah dan barat daya, dan daerah pantai

berbukit sampai datar. Daerah dataran bergelombang menempati lebih dari

60% luas lembar dan terdiri dari endapan vulkanoklastika Tersier-Kuarter

dan Aluvium dengan ketinggian beberapa puluh meter di atas muka laut.

Pegunungan Bukit Barisan menempati 25-30% luas lembar, terdiri dari

batuan beku dan malihan serta batuan gunungapi muda. Lereng-lereng


6

umumnya curam dengan ketinggian sampai dengan 500-1.680 m di atas

muka laut. Daerah pantai bertopografi beraneka ragam dan seringkali terdiri

dari pebukitan kasar, mencapai ketinggian 500 m di atas muka laut dan

terdiri dari batuan gunungapi Tersier dan Kuarter serta batuan terobosan.

B. Geologi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tanjungkarang (Mangga, dkk., 1993),

kondisi geologi Kota Bandar Lampung yang berada pada pengaruh

sesar/patahan. Pada peta tersebut terlihat jelas beberapa patahan yang

melintasi Kota Bandar Lampung. Keberadaan patahan tersebut tercermin

pada kondisi morfologinya yang berupa perbukitan dengan kelerengan yang

curam. Litologi yang mendominasi daerah penelitian merupakan tanah

bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar di sekitar Teluk Lampung

dan di sekitar Tanjung Karang didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan

gunung api muda dari Formasi Lampung yang umumnya berupa batuan tuff.

Kondisi geologi ini menyebabkan risiko timbulnya bencana kebumian, salah

satunya adalah gerakan massa.

C. Geologi Daerah Penelitian

Secara geografis kota Bandar Lampung terletak di antara 50º20’-50º30’ LS

dan 105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2. Kota Bandar

Lampung berada di bagian selatan Propinsi Lampung (Teluk

Lampung) dan ujung selatan Pulau Sumatera. Menurut kondisi topografi,

kota Bandar Lampung merupakan Daerah berombak sampai bergelombang,


7

yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, kemiringan >44% dan ketinggian

antara 300 meter sampai 50 meter dpl. Salah satu daerah di kota Bandar

Lampung yang berpotensi longsor adalah kecamatan Panjang, kelurahan

Pidada.

Gambar 1. Statigrafi daerah penelitian (Mangga dkk., 1993).

Keterangan litologi dari gambar 1:

QTL : Formasi Lampung terdiri dari riolit–dasit dan vulkanoklastika

tufan, berumur Plistosen, tersebar luas diseluruh lembar

tanjung karang, khususnya di bagian timur dan timurlaut

dengan ketebalan mencapai 500 meter. Diendapkan di


8

lingkungan terestrial-fluvial air payau. Menindih tak selaras

batuan-batuan yang lebih tua.

Qhv : Endapan Gunungapi muda berumur Plistosen dan Holosen


(r, p, b,
rb) dengan komposisi lava andesit-basalt, breksi dan tuf yang

mencapai ketebalan beberapa ratus meter yang tersebar di

dekat gunung dan juga menyisip di formasi-formasi lain.

: Formasi Tarahan berumur Paleosen–Oligosen awal yang terdiri


Tpot
dari tuff dan breksi dikuasai oleh sisipan rijang dengan

ketebalan mencapai 500 meter-1000 meter. Tersebar di sekitar

Telukbetung, Gunung Balu sampai Tarahan, penampang tipe

di Sungai Tarahan 10 kilometer tenggara Tanjung Karang.

Diendapkan dilingkungan benua, mungkin busur gunungapi.

: Kompleks Gunung Kasih terdiri atas runtuhan sedimen-malih


Pzg (s,k)
dan batuan beku-malih terdiri dari sekis, kuarsit, gnes. Sekis

terdiri dari dua jenis sekis kuarsa mika grafit dan sekis

amfibol. Ditafsirkan sebagai batuan gunung api malihan.

Kuarsit, putih kecoklatan sampai kemerahan berbutir sedang-

kasar tekstur granoblastik jelas, sedimen malihan tak murni.

Untuk ketebalannya bisa mencapai lebih dari 2500 meter.


9

: Diorit Sekampung Terdaunkan terdiri atas batuan diorit dan


Kds
diorit kuarsa. Batuan terobosan dengan umur Kapur-Tengah

Mesozoikum. Dengan ketebalan lebih dari 2000 meter.

Diendapkan di lingkungan batuan beku dan batuan

metamorfosa, dan terutama dalam pegmatit granit. Diorit

merupakan batuan beku intrusif terdiri terutama dari plagioklas

feldspar (biasanya andesine), biotit, hornblende, piroksen. Ini

mungkin mengandung sejumlah kecil kuarsa, microcline dan

olivin. Zirkon, apatit, sphene, magnetit, ilmenit dan sulfida

terjadi sebagai mineral tambahan. Diorit memiliki tekstur butir

ukuran sedang, kadang-kadang dengan porfiri.

: Granit Jatibaru terdiri atas batuan granit merah jambu. Batuan


Tejg
terobosan dengan umur Eosen-Tersier Kenozoikum. Dengan

ketebalan lebih dari 2000 meter. Terbentuk karena proses

alterasi dari mineral utama pembentuk batuan granit yaitu

teridiri dari kuarsa, potasium feldspar dari jenis ortoklas dan

mikroklin, plagioklas dari jenis albitoligoklas dan sedikit

andesit, biotit, hornblende. Dan mineral tambahan terdiri dari

zirkon, apatit, rutil sphen dan oksida besi.

: Batuan Granit Tak Terpisahkan terdiri atas batuan granit dan


Tmgr
granodiorit. Batuan terobosan dengan umur Oligosen sampai

Miosen-Tengah Tersier Kenozoikum. Dengan ketebalan lebih


10

dari 2000 meter. Terbentuk karena proses alterasi dari mineral

utama pembentuk batuan granit yaitu teridiri dari kuarsa,

potasium feldspar dari jenis ortoklas dan mikroklin, plagioklas

dari jenis albit-oligoklas dan sedikit andesit, biotit, hornblende.

Dan mineral tambahan terdiri dari zirkon, apatit, rutil sphen

dan oksida besi.

: Granodiorit Sulan terdiri atas batuan granodiorit dan tonalit.


Kgdsn
Batuan terobosan dengan umur Kapur-Awal sampai Kapur-

Tengah Mesozoikum. Dengan ketebalan lebih dari 2500 meter.

Granodiorit adalah batuan beku plutonik, terbentuk oleh intrusi

magma kaya silika, yang mendinginkan di batolit atau

tersimpan di bawah permukaan bumi. Hal ini biasanya hanya

tersingkap di permukaan setelah pengangkatan dan erosi telah

terjadi. Setara vulkanik dari granodiorit adalah dasit. Tonalit

merupakan batuan beku plutonik (intrusif), komposisi felsic,

dengan tekstur phaneritic. Feldspar hadir sebagai plagioklas

(biasanya oligoklas atau andesine) dengan 10% atau kurang

alkali feldspar. Kuarsa lebih dari 20%. Amfibol dan piroksen

merupakan mineral tambahan.

Urutan stratigrafi Lembar Tanjungkarang dibagi menjadi tiga bagian: Pra-

Tersier, Tersier, dan Kuarter. Pada Gambar 2 menjelaskan mengenai urutan

stratigrafi daerah penelitian yaitu batuan tertua berada pada zaman


11

paleozoikum (paleozoic) dan jenisnya yaitu batuan malihan (metamorphic

rocks) diantaranya adalah batuan sekis pelitan dan sedikit gnes, juga

mencakup kuarsit dengan sisipan sekis-kuarsa serisit dan batupualam, sekis

amfibol hijau, amfibol orthogenes dioritan, campuran granitoid dan sekis

atau gnes dan diterobos oleh urat granit pegmatit dari Gunung Kasih (Pzg).

Kemudian batuan termuda yaitu berada pada zaman holosen (holocene)

dengan memiliki 2 variasi jenis batuannya yaitu batuan gunungapi muda;

diantaranya adalah batu lava (andesit-basalt), breksi dan tuff, dan batuan

endapan permukaan; diantaranya adalah endapan rawa, dan endapan

aluvium.

Anda mungkin juga menyukai