Anda di halaman 1dari 64

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,

TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, sehat


secara jasmani dan rohani tidak terkecuali anak-anak,setiap orang menginginkan
anaknya bias tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika
tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh
secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa
kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal maka harus dilakukan
perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet
makanan jangan terlalu banyak makan yang mengandung gula dan yang lengket.

Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan


tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan
perorangan. Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam
mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari segi
fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan
makanan sebelum melalui proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi
dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain. Kerusakan
pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau
tidak langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting dalam
menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang tersebut, sekaligus
berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap dirinya (Pratiwi, 2007).

Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah yang rentan


dihadapi oleh kelompok anak usia sekolah dasar. Struktur gigi pada masa anak-

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 1


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

anak, terutama pada usia sekolah dasar, termasuk dalam jenis gigi bercampur,
yaitu antara gigi susu dan gigi permanen yang rentan mengalami karies gigi.
Permasalahan karies gigi pada anak usia sekolah dasar menjadi penting, karena
menurut Situmorang (2006), karies yang terdapat pada gigi merupakan indikator
keberhasilan upaya pemeliharaan kesehatan gigi pada anak.

Menurut world health organitation (WHO), penyakit rongga mulut yang


sering dihadapi oleh anak-anak umumnya adalah penyakit gigi berlubang (Dental
Cavity) atau karies gigi dan penyakit periodontal (penyakit jaringan penyangga
gigi).

Banyaknya faktor penyebab karies gigi pada anak menyebabkan usia


anak sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi. Suwelo
(1992) menyampaikan, anak pada usia sekolah dasar umumnya kurang rajin dan
kurang teliti dalam membersihkan gigi. Keasaman (ph) air ludah (saliva) anak
pada usia ini juga ikut berpengaruh sehingga bisa memperburuk kesehatan gigi
dan mulut.

Kira-kira 60-90% anak-anak sekolah diseluruh dunia mengalami karies


gigi dan penyakit periodontal dijumpai pada 5-20% usia dewasa muda, walaupun
angka kejadiannya sedikit berbeda pada kawasan geografi yang berbeda. Untuk
kanker mulut, insidensinya diperkirakan antara 1 hingga 10 kasus bagi setiap
100.000 populasi dikebanyakan Negara diseluruh dunia (WHO 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2007) memperlihatkan, terdapat


72,1% masyarakat Indonesia yang memiliki masalah gigi berlubang dan 46,5% di
antaranya adalah karies aktif yang belum dirawat. Depkes RI (2006) menunjukkan
prevalensi karies gigi di Indonesia sekitar 90% dari 238 juta penduduk Indonesia
dan jumlah anak-anak usia 15 tahun ke bawah yang menderita karies gigi
mencapai 76,5%. Hasil penelitian Siagian and Barus (2008) menemukan bahwa
95% anak sekolah dasar mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang buruk
sehingga menderita karies gigi.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 2


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Menurut Srigupta (2004), karies gigi adalah pembentukan lubang pada


permukaan gigi yang disebabkan oleh kuman. Terbentuknya pada permukaan gigi
yang terbuka, yaitu mahkota gigi yang sangat terkait dengan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi yang dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan di luar
individu.

Faktor dari dalam individu yang menyebabkan karies gigi pada anak, di
antaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan
proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan
gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang
berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan
frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Faktor dari luar
individu yang berpengaruh antara lain status ekonomi, keluarga, pekerjaan,
fasilitas kesehatan gigi, pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima
(Budiharto, 2000).

Akses terhadap pelayanan kesehatan gigi memiliki kontribusi dalam


kesehatan gigi dan mulut. Peningkatan akses pelayanan dengan mendekatkan
jarak pelayanan di antaranya dilakukan pemerintah melalui pengembangan Upaya
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Teori Precede Proceed (Green et al, 1980)
menyebutkan bahwa akses pelayanan memegang peran sebagai faktor pemungkin
dari sebuah perilaku kesehatan. Dengan demikian, faktor akses bisa menjadi salah
satu pendorong untuk perubahan perilaku, dalam hal ini adalah perilaku kesehatan
gigi dan mulut.

Lingkungan keluarga khususnya orang tua, sangat besar peranannya


dalam mengembangkan perilaku positif terhadap kesehatan gigi dan mulut
(Suwelo,1992). Douglas (2003) menyampaikan, cara untuk memperbaiki
kesehatan gigi dan mulut adalah orang tua harus turut memperhatikan perilaku
anak berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dan pola makan anak dengan
sedikit mengkonsumsi makanan kariogenik.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 3


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Keterlibatan orang tua dalam mengembangkan pola perilaku positif


dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut diimplementasikan kepada anaknya
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk langsung maupun tidak langsung.
Proses transfer perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, sosial ekonomi dan
kebiasaan atau perilaku orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut. Sosial
ekonomi orang tua akan berkontribusi terhadap perilaku kesehatan. Semakin baik
status sosial ekonomi orang tua, semakin baik perilaku kesehatan yang dilakukan
oleh orang tua (Depkes RI, 2000).

Pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak akan


memberikan pengaruh kepada status kesehatan gigi anak. Pengetahuan berperan
penting dalam perilaku kesehatan, karena pengetahuan merupakan awal dari
perubahan perilaku. Pengetahuan tentang pencegahan karies gigi pada orang tua
merupakan komponen yang penting sebagai pencegahan karies gigi. Demikian
halnya dengan sikap orang tua (ibu) yang positif terhadap kesehatan gigi dan
mulut.

Menurut Saunders and Roberts (1997), upaya untuk mewujudkan


perilaku kesehatan diperlukan predisposisi pengetahuan dan sikap yang baik.
Perilaku ibu dalam kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada status kesehatan
gigi dan mulut pada anak usia masa sekolah. Perilaku ibu yang positif dalam
kesehatan gigi dan mulut setidaknya mendapatkan dukungan keluarga lainnya
seperti suami dan dukungan keluarga lainnya. Hasil penelitian Rumaropen (2005)
menemukan bahwa sebagian besar orang tua anak-anak di wilayah Kabupaten
Fak-Fak belum memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik dalam kesehatan
gigi dan mulut sebagai perilaku pencegahan karies gigi. Kasus karies gigi terjadi
pada anak-anak khususnya kelas I, II dan III anak sekolah dasar. Rendahnya
pengetahuan dan sikap yang mendukung perilaku orang tua terhadap pengendalian
karies gigi menyebabkan perlunya peningkatan promosi tentang kesehatan gigi
dan mulut.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 4


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah


dalam peneltian ini adalah :

Bagaimana Gambaran pengetahuan dan sikap siswa SDN 015920 kelas


III, IV, dan V tentang perawatan gigi dan mulut di Desa Air Genting Kecamatan
Air Batu Kabupaten Asahan.

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan dan sikap siswa SDN 015920


kelas III, IV, dan V tentang perawatan gigi dan mulut di Desa Air Genting
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

I.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang perawatan


kesehatan gigi dan mulut.
b. Untuk mengetahui sikap siswa-siswi terhadap perawatan kesehatan gigi
dan mulut.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitian


dan sekaligus menjadi sarana aktualisasi ilmu yang telah diterima di bangku
perkuliahan dengan penelitian dilapangan dalam bentuk karya tulis ilmiah.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 5


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

I.4.2 Bagi Sekolah

Siswa dapat lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan gigi dan


mulut dan menjadi motivasi bagi siswa untuk melakukan kebiasan merawat
kesehatan gigi dengan baik dan benar.

Sebagai masukan bagi guru agar dapat memberikan pendidikan tentang


perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada siswa-siswi dalam rangka untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.

I.4.3 Bagi Puskesmas Hessa Air Genting Dan Instansi Terkait

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Hessa


Air Genting pada umumnya dan Unit Kesehatan Gigi pada khususnya dalam
rangka peningkatan kesehatan gigi dan mulut anak.

I.4.4 Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi Dinas Kesehatan


dalam program peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat pada umumnya
dan kesehatan gigi dan mulut anak-anak pada khususnya.

I.4.5 Bagi Peneliti Lainnya

Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian


selanjutnya yang berkaitan dengan pemahaman kesehatan gigi dan mulut dan
kebiasaan menggosok gigi pada anak usia sekolah dasar.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 6


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Dalam kamus bahasa indonesia, pengetahuan diartikan segala sesuatu


yang diketahui berkenaan dengan hal. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih bermakna dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.

Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu prilaku. Seseorang


dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak mampu
mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan. Notoatmodjo (2007)
menjelaskan bahwa pengetahuan dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan,
antara lain :

a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Sesorang dapat dikatakan tahu
ketika dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari, termasuk mengingat
kembali sesuatu yang lebih spesifik dari bahan materi yang telah diterimanya.
Contohnya anak dapat menyebutkan manfaat menggosok gigi.
b. Memahami ( Comprehension).

Seseorang dikatakan telah memahami jika ia mampu menjelaskan secara benar


tentang objek yang diketahui dan dapat menarik kesimpulan materi tersebut secara
benar. Misalnya anak dapat menjelaskan pentingnya menggosok gigi setiap hari.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 7


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

c. Aplikasi (Aplication).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah ia


pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya seorang anak akan
melakukan gosok gigi setiap hari ketika ia telah memahami materi kesehatan gigi.

d. Analisis (Analysis).

Seseorang dikatakan mencapai tigkat analisis ketika ia mampu menjabarkan


materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur yang sama dan
berkaitan satu sama lain. Ia mampu membedakan, memisahkan, mengelompokan,
dan lain sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis).

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-


bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Seseorang mampu
menyusun formulasi-formulasi baru misalnya anak dapat menyusun,
merencanakan, menyesuaikan terhadap suatu teori dan rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation).

Merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu


materi. Misalnya membandingkan antara anak yang rajin menggosok gigi dengan
yang tidak.

Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2007) mengemukakan pengukuran


pengetahuan dapat diketahui dengan cara menanyakan kepada seseorang agar ia
mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban lisan
maupun tertulis. Bukti atau jawaban tersebut yang merupakan reaksi dari stimulus
yang diberikan baik dalam bentuk pertanyaan langsung ataupun tertulis.
Pengukuran pengetahuan dapat berupa kuesioner atau wawancara.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 8


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism
(makhluk hidup yang bersangkutan). Dalam kamus bahasa indonesia, perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individual terhadap rangsangan atau lingkungan.

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang


merupakan hasil bersama antara berbagai faktor internal maupun eksternal.
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku itu di
dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk


kepentingan pengukuran, hasil, ketiga domain itu diukur dari pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice). Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan


bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 9


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat lama (Long Lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

2.2 Gigi.

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi
pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air
ludah.

2.2.1 Anatomi gigi.

Gigi terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1. Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona, dalam bahasa
Inggris disebut crown artinya mahkota. Email merupakan bagian paling keras
dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Email tersusun atas
air 2,3 %, bahan organik 1,7 %, bahan anorganik 96%.
2. Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar
dari seluruh gigi. Dentin tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69
% bahan anorganik.
3. Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang
terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan seluruh saluran akar.
4. Sementum, yaitu bagian yang meliputi seluruh lapisan luar gigi, kecuali pada
bagian ujung akar gigi disebut foramen apikalis. Sama seperti email dan
dentin, sementum terdiri atas air 32 %, bahan organik 12 % dan bahan
anorganik 56 %.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 10


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Gambar 2.2.1 Penampang gigi

2.2.2 Fungsi Gigi.

Gigi berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Gigi Seri (Incisivus).


Gigi seri ada 4 buah di atas dan 4 buah di bawah, sehingga keseluruhannya
berjumlah 8. Tugas gigi seri adalah memotong dan menggiling makanan.
2. Gigi Taring (Caninus).
Gigi taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Gigi ini terletak di sudut
mulut, bentuk mahkota meruncing, berfungsi untuk merobek makanan.
3. Gigi Geraham Kecil (Premolar).
Geraham merupakan pengganti gigi geraham sulung. Letak gigi ini di
belakang gigi taring, berjumlah 8 yang tersusun 4 di atas dan 4 di bawah
dengan 2 di kanan dan 2 di kiri. Fungsi gigi ini adalah bersama geraham besar
membantu menghaluskan makanan.
4. Gigi Geraham Besar (Molar).
Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil, permukaannya
tebal dan bertonjol-tonjol. Jumlah gigi ini adalah 12, yaitu 6 di atas dan 6 di
bawah dengan masing-masing 3 buah di kiri dan kanan. Gigi ini berfungsi
untuk menggiling makanan.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 11


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Gambar 2.2.2 Jenis-jenis gigi

2.2.3 Pertumbuhan Gigi Pada Anak Usia Sekolah.

Pertumbuhan gigi pada anak usia sekolah ditandai dengan tanggalnya


gigi susu dan mulai tumbuhnya (erupsi) gigi tetap. Usia erupsi gigi tetap biasanya
lebih bervariasi dibandingkan dengan gigi susu. Faktor seks dan rasial biasanya
lebih berpengaruh misalnya pada anak wanita gigi erupsi lebih awal dibanding
anak laki-lak, anak caucasoid erupsinya lebih lambat dibanding rasial bangsa lain.

Pada usia 6 tahun gigi geraham tetap pertama erupsi, anak memasuki
periode gigi campuran sampai semua gigi susunya tanggal. Gigi seri rahang
bawah dan rahang atas tanggal terlebih dahulu pada usia 6-8 tahun dan digantikan
oleh gigi tetapnya. Sedangkan gigi taring tetap dan gigi premolar akan erupsi pada
usia sekitar 9-12 tahun. Gigi tetap yang erupsi adalah gigi geraham tetap pertama.
Erupsi di bagian belakang dari deretan gigi susu. Gigi tetap geraham pertama,
kedua dan ketiga erupsi tanpa didahului oleh tanggalnya gigi susu dan tidak akan
pernah diganti, diharapkan gigi ini bisa dipertahankan seumur hidup. Gigi tetap
geraham pertama merupakan gigi yang terbesar dan sangat penting dalam

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 12


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

menentukan lengkung rahang. Gigi tetap berikutnya yang akan erupsi adalah gigi
seri bawah yang akan erupsi lebih ke lingual dari gigi susu yang akan tanggal.
Gigi tetap sama dengan gigi susu, terbentuk semasa di dalam rahim ibu. Bila gigi
susu mengalami kalsifikasi selama di dalam rahim, kalsifikasi gigi permanen
terjadi setelah kelahiran. Gigi tetap yang mengalami kalsifikasi pertama adalah
gigi geraham pertama. Kalsifikasi akan berlangsung terus sampai usia 8 tahun
(tidak termasuk gigi geraham tetap ketiga.

Biasanya, gigi rahang bawah tumbuh lebih dahulu dari gigi rahang atas.
Gigi tetap yang telah erupsi semua berjumlah 32 buah, terdiri atas 4 incisivus 9
(seri), 2 caninus (taring), 4 premolar, dan 6 molar (geraham) pada setiap rahang.

Tabel 2.2.3 Perkiraan waktu erupsi gigi tetap

Gigi Waktu Erupsi

Molar pertama 6 tahun

Incisivus medial 7 tahun

Incisivus lateral 8 tahun

Premolar pertama 9 tahun

Premolar kedua 10 tahun

Caninus 11 tahun

Molar kedua 12 tahun

Molar ketiga (geraham bungsu) 17-30 tahun

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia.Tumbuh kembang anak dan remaja.ed1.

Jakarta: Sagung seto;2002

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 13


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

2.2.4 Penyakit Gigi Pada Anak Usia Sekolah.

Penyakit dapat didefinisikan sebagai perubahan pada individu-individu


yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berada di bawah kisaran normal.
Pandangan subyektif seseorang mengenai penyakit berkaitan dengan gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.

Dari prospektif piaget, pemahaman anak mengenai penyakit dan


kesehatan berkaitan erat dengan perkembangan kognitif. Ketika perkembangan
tersebut mencapai tingkat kematangan, penjelasan mereka tentang penyakit akan
berbeda. Sebelum masa kanak-kanak pertengahan, anak-anak egosentris, mereka
cenderung percaya bahwa penyakit secara ajaib dihasilkan oleh tindakan manusia
seringkali merupakan tindakan mereka sendiri. Ketika anak-anak mendekati masa
remaja, mereka melihat ada berbagai sebab penyakit, kontak dengan kuman tidak
harus menjadi sakit, dan orang-orang dapat melakukan banyak hal untuk menjaga
diri mereka tetap sehat. Namun Sigelman et al pada tahun (1996) mencoba untuk
mengganti teori tersebut. Para pengembang program ini berkesimpulan bahwa apa
yang kurang dalam diri anak kecil adalah pengetahuan tentang penyakit tersebut,
bukan kemampuan untuk memikirkan. Kesuksesan program ini berlawanan
dengan piaget menunjukkan bahwa anak kecil dapat menyerap konsep ilmiah
yang kompleks apabila pengajarannya disesuaikan dengan level pemahaman
mereka.

Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain.
Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya,
sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat
merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan
gigi dan ada pula yang merusak gigi. Anak-anak umumnya senang gula-gula,
apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka
pada gigi-giginya akan menumpuk plak yang dapat merusak gigi dan gusinya.
Sehingga, secara umum penyakit yang menyerang gigi anak-anak dimulai dengan
adanya plak gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 14


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

gigi yang kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam
mulut, seperti Streptococcus sp. Plak akan melarutkan lapisan email pada gigi
yang lama kelamaan lapisan tersebut menipis. Terjadinya plak sangat singkat,
yaitu hanya 10-15 menit setelah makan.

Plak yang menumpuk dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti


karies gigi, infeksi dontogen, dan abses periodontal. Karies gigi merupakan salah
satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Proses
terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) yang menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies
gigi. Pada awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang
menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Maka dari itu,
plak harus dibersihkan secara teratur setiap hari untuk mendapatkan gigi dan gusi
yang sehat. Gigi dan gusi yang bersih dari sisa makanan akan mengurangi jumlah
dan pertumbuhan bakteri dan juga akan mengurangi pembentukan asam. Tindakan
ini merupakan pencegahan dini agar gigi anak tidak sakit dan dia dapat melakukan
aktivitasnya secara baik. Tingkat pencegahan penumpukan plak dapat dilakukan
dengan menggosok gigi secara teratur.

Berikut beberapa masalah gigi yang biasa muncul pada anak-anak usia
sekolah adalah :

a. Karies Gigi (Kavitis).

Karies gigi atau yang lebih dikenal dengan gigi berlubang merupakan
salah satu penyakit kronik yang paling sering mempengaruhi individu. Karies gigi
pada anak usia sekolah memiliki prevalensi yang cukup tinggi dari tahun ke tahun.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan kerentanan gigi,
mikroflora kariogenik, dan lingkungan oral yang sesuai. Karies gigi dimulai
dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara
email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 15


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

makanan yang tersisa di gigi dan menimbulkan destruksi komponen organik yang
akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan lubang gigi (Schuurs, 2009). Karies
gigi merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak-anak maupun orang
dewasa. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia kritis terkena karies gigi
karena terjadi transisi dari gig susu ke gigi permanen.

b. Maloklusi.

Maloklusi terjadi jika gigi rahang atas dan rahang bawah tidak dapat
berhubungan atau bertemu dengan tepat. Hal ini menyebabkan proses mengunyah
makanan menjadi kurang efektif dan menimbulkan efek yang kurang
menyenangkan. Maloklusi gigi atau kelainan kontak pada gigi rahang atas dan
bawah yang tidak diperbaiki dengan tetap dan sejak dini akan menyebabkan
kelainan pada fungsi-fungsi lain. Jaringan penunjang gigi seperti gusi pun dapat
rusak. Kondisi lebih berat akibat maloklusi adalah kerusakan pada sendi temporo
mandibula (sendi antara tulang rahang dan tulang wajah) yang bisa menimbulkan
sakit kepala yang terus menerus atau masalah pencernaan (Potter & Perry, 2009).

c. Penyakit Periodontal.

Penyakit periodontal merupakan kondisi peradangan dan degeneratif


yang mengenai gusi dan jaringan penyokong gigi. Penyakit ini disebabkan oleh
respon imun, penyakit lain seperti diabetes, stress, mengkonsumsi obat
(Carstensen, 2008). Masalah yang sering muncul terkait periodontal adalah
gingivitis (inflamasi ringan pada gusi) dan periodontitis (inflamasi gusi dan
kehilangan jaringan ikat serta tulang yang menyokong struktur gigi) (Potter &
Perry, 2008). Gingivitis diakibatkan oleh peradangan reversibel yang dimulai pada
sebagian anak usia dini yang berkaitan dengan pembentukan plak gigi.
Pembentukan plak gigi menyebabkan pelepasan eksotoksin destruktif dan enzim.
Enzim inilah yang mengakibatkan gusi menjadi merah, bengkak, nyeri tekan, dan
mudah iritasi (Houwink, et al, 2009).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 16


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Gambar 2.2.4 Macam-macam penyakit gigi

2.2.5 Penyebab Penyakit Gigi.

Penyebab penyakit gigi antara lain mikroorganisme mulut, substrat


makanan, dan waktu (Suwelo, 2011). Faktor lain adalah usia, jenis kelamin,
tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, lingkungan, kesadaran dan perilaku yang
berhubungan dengan gosok gigi (Suwelo, 2011).

2.2.6 Akibat Penyakit Gigi.

Masalah kesehatan gigi dapat menyebabkan kematian bila infeksinya


sudah parah karena akan mempengaruhi jaringan tubuh lain seperti tenggorokan,
jantung hingga otak (Minata, 2011). Menurut Tampubolon (2007) dampak yang
akan dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain keterbatasan fungsi gigi
(sulit mengunyah, makanan tersangkut, bau nafas, pencernaan terganggu),
disabilitas fisik (diet tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu, tidak dapat
menggosok gigi dengan baik), rasa sakit setiap mengunyah (sakit kepala, infeksi,
sakit radang), ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat khawatir), dan
disabilitas psikis (tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, merasa malu).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 17


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

2.3 Perawatan Kesehatan Gigi.

Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi dengan plak sebagai
factor bersama terjadinya karies. Penting disadari bahwa plak pada dasarnya
dibentuk terus-menerus. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi
dan melakukan pembersihan gigi dengan benang pembersih gigi. Menyikat gigi
adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan gigi dari berbagai
kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Berbagai cara dapat
dikombinasikan dan disesuaikan dengan kebiasaan seseorang dalam menyikat
giginya. Jadi, tujuan dari menggosok gigi adalah untuk memperoleh kesehatan
gigi dan mulut serta nafas menjadi segar.

Gambar 2.3 Perawatan kesehatan gigi

Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak dibersihkan dengan


cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada kebanyakan orang dapat dikendalikan.
Tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering lagi. Banyak para ahli berpendapat
bahwa menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup yaitu pagi sesudah makan dan
malam sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-
sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 18


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan


perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak
diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami.

a. Makanan Yang Menyebabkan Kerusakan Pada Gigi.

Dalam hal makanan, anak usia sekolah sering konsumsi makanan manis
seperti cokelat, permen, kue dan lain sebagainya. Makanan manis mengandung
larutan gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan tersebut dapat menembus
plak gigi dan dimetabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum dinetralisasi oleh
saliva. Konsumsi makanan tersebut apabila tidak dikontrol dengan perawatan gigi
yang benar akan berisiko terkena karies gigi. Oleh karena itu, pada anak usia
sekolah dianjurkan diet rendah gula dan tinggi nutrisi serta memperhatikan
perawatan gigi lainnya ( Potter & Perry 2005). Penelitian yang dilakukan oleh
Stephen dalam Schuurs 2011, menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
kenaikan karies gigi dengan frekuensi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung sukrosa. Sukrosa yang berlebih dapat mengakibatkan pH dari plak
gigi akan turun dari 6,5 menjadi 5,0. Penurunan pH tersebut menyebabkan
demineralisasi dari lapisan email gigi. Oleh karena itu seorang yang sering
mengkonsumsi makanan mengandung sukrosa, semakin lama keadaan pH asam
bertahan dalam rongga mulut.

Sumber makanan yang baik dikonsumsi untuk penguat gigi yakni


makanan yang mengandung tinggi kalsium. Menurut Gupte (2009) mengkonsumsi
kalsium, fosfor, vitamin C dan vitamin D dapat menguatkan gigi. Vitamin C dan
D baik utuk pembentukan gigi, kalsium dan vitamin D adalah fondasi penting
untuk membuat tulang dan gigi yang kuat. Kalsium mendukung struktur tulang
dan gigi, sedangkan vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium dan
pertumbuhan tulang. Seperti susu, keju, yoghurt, telur, sayur mayor dan buah-
buahan, dan lain sebagainya Gupte (2011).

Penggunaan fluoride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari


kerusakan, namun kadarnya harus diperhatikan (Anderson). Fluoride dapat

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 19


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

menurunkan produksi asam dan meningkatkan pembentukan mineral pada dasar


enamel (Schuurs, 2007). Pasta gigi yang sekarang beredar mengandung 0,15 %
fluoride yang sebelumnya mengandung 0,10 % (Houwink, 2007). Fluoride dapat
ditemukan dalam berbagai bentuk. Pada Negara maju seperti Belanda dan
Amerika, sebagian besar jumlah fluoride berasal dari air minum dengan
konsentrasi 1 ppm (Anderson, 1989). Di Indonesia beredar fluoride dalam bentuk
pasta gigi yang kadar fluoridenya sudah diatur. Berdasarkan standar SNI 16-4767-
1998, pasta gigi anak mengandung kadar flour 500-1000 ppm. Penggunaan
fluoride yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan warna pada enamel gigi
(Potter & Perry, 2005) dental flossing cukup dilakukan satu kali dalam sehari.

b. Cara Menggosok Gigi.

Untuk itu usahakan gigi betul-betul dalam kondisi bersih sebelum tidur.
Agar menyikat gigi dapat optimal perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

I. Teknik penyikatan gigi yang dipakai sedapat mungkin membersihkan


semua permukaan gigi dan gusi serta dapat menjangkau daerah saku gusi
(antara gigi dan gusi) serta daerah interdental (daerah diantara 2 gigi).
II. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi
dan abrasi gusi (Ausnya gigi).
III. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, efisien dalam waktu serta
efektif. Menyikat gigi dengan arah yang tidak benar dengan tekanan yang
terlalu keras dapat menyebabkan ausnya gigi serta turunnya gusi (resesi
gusi).

Penerapan cara menggosok gigi yang benar sama pentingnya dengan


memeriksakan diri ke dokter gigi secara teratur. Cara menggosok gigi yang benar
adalah :

1. Menggosok gigi rahang bawah.


Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar dengan dataran pengunyah.
Perhatikan ujung- ujungnya bulu sikat terletak pada perbatasan gigi

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 20


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

dengan gusi. Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah


perbatasan antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka.

Gambar a.cara menggosok gigi

2. Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir.

Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundurnya yang pendek,


yang berarti sikat gigi digerak-gerakkan di tempat. Gosoklah terlebih dahulu gigi
yang terletak di belakang. Sesudah itu, barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat
berikutnya. Cara menggosok gigi depan adalah dengan memperhatikan letak sikat
gigi dan gosoklah gigi dengan arah bawah ke atas.

Gambar b.cara meggosok gigi

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 21


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

3. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah.

Pegang sikat gigi dengan posisi horisontal dan gerakkan ke depan dan ke
belakang secara bergantian.

Gamabar c.cara menggosok gigi

4. Menggosok dataran pengunyah dari gigi-gigi rahang atas maupun bawah


digosok dengan maju mundur dari kanan ke kiri.

Gambar d. Tata cara menggosok gigi

Sumber: Wiltshire Primary Care Trust Dental Service. Suggested tooth brushing method.
Dikutip dari http://www.wiltshirepct.nhs.uk/DentalService/images/carers9.jpg

Dalam memilih sikat gigi hal utama yang harus diperhatikan adalah bulu
sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu lunak, ujung bulu
sikat membulat atau tumpul. Bulu sikat yang terlalu keras akan melukai gusi dan
mengikis (abrasi) lapisan gigi. Bila bulu sikat terlalu lunak efektivitas
pembersihan kurang baik. Ujung bulu sikat gigi bermacam-macam, berbentuk
bulat, runcing dan datar. Ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karena
dapat mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gusi. Pemakaian sikat

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 22


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

gigi juga harus diperhatikan. Sikat gigi paling lama dipakai hanya selama dua
bulan, karena pada saat tersebut banyak ujung bulu sikat sudah bercabang dan
menjadi tajam, bila terus dipergunakan, gigi akan seperti digosok dengan sabut
kasar, dapat melukai lapisan enamel.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Gigi.

Perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh factor internal maupun


eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari internal anak seperti usia, pengalaman
individu, dan motivasi anak (Cahdwick, 2003). Faktor-faktor yang berasal dari
eksternal antara lain orang tua, tigkat pendidikan, fasilitas, penghasilan, dan social
budaya (Notoadmodjo, 2010).

A. Faktor Internal.
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam diri seseorang,
seperti usia, pengalaman, dan motivasi anak. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Usia.
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan gigi
pada anak.. Siagan dalam Rasyidah (2002) mengemukakan bahwa usia
erat hubungannya dengan tingkat kedewasaan tekhnik maupun
psikologis. Semakin bertambah usia seseorang maka berbanding lurus
dengan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Pada usia 6 tahun prevalensi karies gigi sebesar 20
%, kemudian mengalami peningkatan pada usia 14 tahun mencapai 97 %
(Cahyadi,1997).
2. Jenis Kelamin.
Jenis kelamin memiliki faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian
kerusakan gigi. Penelitian yang dilakukan Finn (1952) menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada anak laki-laki dan
perempuan dengan prevalensi karies gigi. Anak perempuan memiliki

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 23


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini


disebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih awal dari pada
anak laki-laki sehingga masa terpajan dalam mulut lebih lama (Cahyadi,
1997).
3. Pengalaman.
Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang dialami menjadikan seseorang dapat mengambil
pelajaran dari kejadian-kejadian yang telah lalu sehingga mengantisipasi
hal negative terulang kembali dikemudian hari. Anak usia sekolah tidak
akan mengkonsumsi permen tanpa menggosok gigi setelahnya apabila ia
belum memiliki atau melihat pengalaman orang lain. Ia akan
mengantisipasi hal yang dapat terjadi apabila kegiatan tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2010).
4. Motivasi.
Anak usia sekolah memiliki tanggungjawab melakukan sesuatu, namun
anak sekolah memiliki motivasi rendah dalam memperhatikan
penampilan dan bau mulut sampai mereka usia remaja (Chadwick &
Hosey, 2003); Hockenberry & Wilson, 2007; Mc Donald, 1994).

B. Faktor eksternal.

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar diri seseorang. Faktor yang
berasal dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, tingkat pendidikan, fasilitas
kesehatan, penghasilan dan social budaya (Notoatmodjo, 2010). Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Peran Orang Tua.


Orang tua merupakan factor penting pada perawatan kesehatan gigi anak.
Orang tua menjadi contoh dalam melakukan promosi kesehatan gigi
(Potter & Perry, 2005; Mc Donald, 1994). Keberhasilan perawatan gigi
pada anak dipengaruhi peran orang tua dalam melakukan perawatan gigi.
Orang tua yang menjadi teladan lebih efisien dibandingkan anak yang

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 24


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua (Potter & Perry,
2005; Mc Donald, 1994). Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua
dalam perawatan gigi antara lain membantu anak dalam menggosok gigi
terutama pada anak yang berusia dibawah 10 tahun, karena anak belum
memiliki kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama
pada gigi bagian belakang (Hockenberry & Wilson, 2007). Mendampingi
anak atau sama-sama menggosok gigi dengan anak. Memeriksakan gigi
anak secara rutin ke dokter gigi. Serta mengenalkan perawatan gigi pada
anak sejak dini.
2. Tingkat pengetahuan.
Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang
dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak
mampu mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan
(Notoatmojo, 2010). Ketika seseorang berada pada tingkatan
pengetahuan yang lebih tinggi, maka perhatian akan kesehatan gigi akan
semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika anak memiliki
pengetahuan yang kurang, maka perhatian pada perawatan giginya juga
rendah.
3. Fasilitas.
Fasilitas sebagai sebuah sarana informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Notoatmojo, 2010). Misalnya anak yang
memiliki komputer dengan akses internet yang memadai akan memiliki
pengetahuan tinggi tentang perawatan gigi jika dibandingkan dengan
anak yang dirumahnya memiliki televisi saja. Ia akan lebih update
terhadap informasi-informasi yang tidak tergantng pada siaran televisi.
4. Penghasilan.
Penghasilan memang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap
pengetahuan, namun penghasilan ini erat hubungannya dengan
ketersediaan fasilitas (Notoatmodjo, 2010). Orang tua yang
berpenghasilan tinggi akan menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap dibandingkan orang tua yang memiliki penghasilan rendah.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 25


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Misalnya anak yang orang tuanya berpenghasilan tinggi akan dibawa ke


dokter gigi pribadi untuk merawat kesehatan giginya. Sebaliknya pada
anak yang penghasilan orang tuanya rendah, tentunya akan melakukan
perawatan sederhana yang dapat meminimalisasi pengeluaran.
5. Sosial Budaya.
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu (Notoatmodjo, 2010). Apabila dalam keluarga yang jarang
melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum tidur, maka itu dapat
berdampak pada kebiasaan dan perilaku anak yang mengikuti orang
tuanya.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 26


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan memakai metode deskriptif kuantitatif


yaitu suatu penelitian yang melakukan eksplorasi untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang gambaran pengetahuan dan sikap siswa SDN 015920
kelas III, IV, dan V tentang perawatan gigi dan mulut Desa Air Genting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2013 .

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

3.2.1 Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 015920 Desa Air Genting yang


merupakan salah satu dari wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian.

Penelitian akan dilaksanakan mulai tanggal 06 Mei s/d 29 juni 2013.

3.3 Sasaran Penelitian.

Sasaran penelitian adalah siswa-siswi SDN 015920 Desa Air Genting


yang merupakan salah satu dari wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

3.4 Populasi dan Sampel.

3.4.1 Populasi.

Populasi adalah sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang


sama dan menjadi objek inferensi (wikipedia, 2013). Populasi dalam penelitian ini

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 27


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

adalah seluruh anak-anak SDN 015920 Desa Air Genting yang merupakan salah
satu dari wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.

3.4.2 Sampel.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2003).

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III,
IV dan V dengan alasan bahwa siswa-siswi kelas III, IV dan V sudah bisa
membaca, menulis dan memahami materi yang diberikan.

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah populasi yang di


formulasikan dengan rumus sebagai berikut :

𝑵
𝐧 =
𝑵. 𝒅𝟐 + 𝟏

Ket : n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d = Presisi yang ditetapkan (10%)

No Kelas Jumlah Siswa

1 III 45

2 IV 54

3 V 43

Jumlah 142

Maka jumlah populasi yang ditetapkan oleh peneliti berjumlah 142 siswa

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 28


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel secara keseluruhan


adalah:

𝟏𝟒𝟐
𝐧 =
𝟏𝟒𝟐. (𝟎, 𝟏)𝟐 + 𝟏
𝒏 = 𝟓𝟗
Jadi jumlah sampel yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 59 siswa.

3.5 Kerangka Konsep.

KARAKTERISTIK PERAWATAN
GIGI
 PENGETAHUAN

 SIKAP

 TINDAKAN

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.6 Definisi Operasional.

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variable yang


dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variable tersebut yang
dapat diamati, terdiri dari :
1. Umur.
Umur adalah usia yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai
pengambilan data dilakukan. Distribusi responden berdasarkan kelompok

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 29


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

umur dibagi dalam dua kelompok 7 sampai 9 tahun dan 10 sampai 12


tahun.
2. Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin merupakan identitas biologis responden yang dapat
digunakan untuk membedakan responden laki-laki dan perempuan.
3. Pengetahuan.
Pengetahuan diartikan segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal. Penelitian ini akan menganalisis seberapa besar pengetahuan
siswa-siswi tentang perawatan kesehatan gigi dan mulut. Dibagi dalam
dua kelompok yaitu berpengetahuan baik dan berpengetahuan kurang
baik
4. Sikap .
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.dibagi dalam dua kelompok
yaitu, baik dan kurang baik.

3.7 Pengumpulan Data.

a. Data Primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui hasil kuisioner dengan menggunakan daftar pertanyaan kesehatan
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain atau
tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto,
2001:5). Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Hessa Air
Genting (gambaran umum Puskesmas dan Program Puskesmas) dan data
pendukuung lainnya dari Kantor Kepala Desa Air Genting berupa data
geografi dan data demografi.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 30


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

3.8 Instrumen Penelitian.

Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah


kuesioner. Kuesioner adalah alat pengumpul data atau suatu masalah
yang pada umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (Soekidjo
Notoatmojo, 2002). Kuesioner yang digunakan sebanyak 10 pertanyaan
untuk menilai pengetahuan dan sikap terhadap perawatan kesehatan gigi
dan mulut dimana kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan untuk menilai
pengetahuan,dan 5 pertanyaan untuk menilai sikap.

3.9 Pengolahan dan Analisa Data.

Data yang terkumpul selanjutnya akan diolah secara manual. Hasil


olahan dan analisa data ditampilkan dalam bentuk tabulasi, dengan cara
memasukkan jumlah responden ke dalam tabel sesuai dengan hal yang
akan diukur dalam bentuk angka dan presentasi dari jumlah populasi,
yaitu :
1. Umur .
Dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu, umur 7-9 tahun dan
10-12 tahun. Data diambil dari biodata diri koresponden dalam pengisian
kuisioner.
2. Jenis Kelamin.
Dikelompokkan dalam dua kelompok , yaitu laki-laki dan
perempuan. Data diambil dari biodata diri koresponden dalam pengisian
kuisioner.
3. Pengetahuan.
Terbagi dalam tiga kelompok yaitu berpengetahuan baik, sedang
dan kurang, dimana data yang diambil berdasarkan banyaknya jawaban
yang benar dalam penjawaban kuisioner yang digunakan peneliti dalam
pengukuran tingkat pengetahuan dalam hal perawatan kesehatan gigi dan

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 31


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

mulut. Adapun pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner yaitu


pertanyaan nomor 1,2,3,4,dan 5.
4. Sikap.
Koresponden dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu
mempunyai sikap yang baik, sedang dan kurang. Pertanyaan yang
digunakan oleh peneliti untuk mengelompokkan koresponden kedalam
kelompok tersebut yaitu pertanyaan nomor 6, 7, 8, 9, dan 10 dari
kuisioner.

Teknik pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini


berdasarkantingkatan skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti
(1986).

1. Skor >75% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka


tingkat pengetahuan tergolong Baik.

2. Skor 40-75% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka


tingkat pengetahuan tergolong Sedang.

3. Skor <40% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka


tingkat pengetahuan tergolong Kurang.

Skor >75% = Benar >3 = Baik

Skor 40-75% = Benar 2-3 = Sedang

Skor <40% = Benar < 2 = Kurang

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 32


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

3.10 Langkah – Langkah Penelitian.

Langkah–langkah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan


gambaran tingkat pengetahuan siswa SDN 015920 Desa Air Genting
Kecamatan Air Batu, yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Hessa
Air Genting Kabupaten Asahan Sumatera Utara adalah sebagai berikut ;

1. Melakukan survey lapangan / lokasi penelitian.


2. Membuat proposal penelitian (diskusi awal dengan Kepala dan Staf
Puskesmas).
3. Pembagian kuesioner pada responden dan mengawasi pengisian.
4. Rekapitulasi dan pengolahan data dan analisa data.
5. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
6. Diskusi hasil penelitian dengan pembimbing.
7. Presentasi laporan penelitian.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 33


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hal-hal yang tercakup dalam bab ini adalah deskripsi wilayah penelitian,
deskripsi Puskesmas, gambaran karakteristik responden, gambaran pengetahuan
responden, gambaran lokasi dan kondisi Posyandu.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

4.1.1 Kecamatan Air Batu.

4.1.1.1 Letak Geografis.

Wilayah Puskesmas Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten


Asahan, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Dadap.


b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Air Teluk Hessa Kecamatan Air
Batu.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Perkebunan Air Batu III/IX.

4.1.1.2 Demografis.

Berdasarkan data yang ada jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas


Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu pada tahun 2011 sebanyak ±26.083 jiwa
dan jumlah rumah tangga 6.003 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-
laki 13.139 orang dan perempuan 12.944 orang dan memiliki 6 desa di wilayah
kerja yaitu:

1. Hessa Air Genting.


2. Air Genting.
3. Danau Sijabut.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 34


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

4. Sijabut Teratai.
5. Pulau Pule.
6. Hessa Perlompongan.

Berikut tabel distribusi jumlah penduduk di Kecamatan Air Batu menurut Desa
yang ada :

Tabel 4.1 Distribusi jumlah penduduk di Kecamatan Air Batu tahun 2011.

No. Desa Jumlah Penduduk

1. Hessa Air Genting 5,889 Jiwa

2. Air Genting 6,019 Jiwa

3. Danau SiJabut 5,346 Jiwa

4. SiJabut Teratai 2,254 Jiwa

5. Pulau Pule 1.781 Jiwa

6. Hessa Perlompongan 4,786 Jiwa

Sumber : BPS Kabupaten Asahan tahun 2011.

4.2 Gambaran Umum Puskesmas.

4.2.1 Lokasi dan Wilayah Kerja.

Puskesmas Hessa Air Genting terletak di Desa Hessa Air Genting


Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan Sumatera Utara.

Puskesmas Hessa Air Genting terdiri dari :

a. Puskesmas Pembantu (Pustu).

Di wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting terdapat 2 unit


Puskesmas Pembantu (Pustu), yaitu :

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 35


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

1. Puskesmas Pembantu Danau Sijabut.


2. Puskesmas Pembantu Hessa Perlompongan.

b. Pos Pelayanan Terpadu.

Di wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting terdapat unit Pos


Pelayanan Terpadu, yaitu :

1. Desa Hessa Air Genting : 4 unit


2. Desa Air Genting : 4unit
3. Desa Danau Sijabut : 8unit
4. Desa Sijabut Teratai : 6unit
5. Desa Pulau Pule : 3unit
6. Desa H.Perlompongan : 4unit

c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Di wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting terdapat 3 Pos Kesehatan


Desa (Poskesdes), yaitu :

1. Desa Hessa Air Genting : 1 unit


2. Desa Danau Sijabut : 1unit
3. Desa Pulau Pule : 1unit
4. Desa Sijabut Teratai : 1unit

4.2.2. Tenaga Kesehatan Puskesmas Hessa Air Genting.

Puskesmas Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu memiliki Tenaga


Kesehatan sebanyak orang yang terdiri dari :

1. Dokter Umum : 1 orang


2. Dokter Gigi : 2 orang
3. Perawat : 7 orang
4. Bidan PNS : 16 orang

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 36


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

5. Bidan PTT : 9 orang


6. Sanitarian : 1 orang
7. Gizi : 1 orang
8. Analis Kesehatan : 2 orang

4.3 Analisa Hasil Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN. 015920 yang ada di wilayah kerja


Puskesmas Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu. Pada dasarnya penelitian ini
menganalisis seberapa besar pengetahuan siswa SD akan pentingnya menggosok
gigi.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 03 Juni 2013 pada jam 10.00
WIB dan yang menjadi responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III,
IV dan V. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner,
banyaknya responden pada penelitian ini berjumlah 59 orang yang terdiri dari 19
orang murid kelas III, 22 orang murid kelas IV dan 18 orang murid kelas V,
pemilihan responden dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling
dimana pada kelas III, IV dan V diberikan interval sebanyak selang 2 bangku.
Berikut ini adalah hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan :

4.3.1 Gambaran Karakteristik Responden.

4.3.1.1 Umur.

Umur adalah usia yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai


pengambilan data dilakukan. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di
sajikan pada tabel dan grafik berikut :

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 37


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur SD


015920 di Desa Air Genting Tahun 2013

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 7-9 Tahun 29 49

2 10 - 12 Tahun 30 51

Total 59 100

30
30

29.5

29
29

28.5

Umur 10 - 12 Tahun
Umur 7 - 9 tahun

Umur 7 - 9 tahun

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur SD


Umur 10 - 12 Tahun
015920 di Desa Air Genting Tahun 2013

Dari tabel dan grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden
paling banyak berumur 10-12 tahun yaitu sebanyak 30 (51 %)siswa, dibanding
umur 7-9 tahun yaitu sebanyak 29 (49%).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 38


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

4.3.1.2 Jenis kelamin.

Jenis kelamin merupakan identitas biologis responden yang dapat


digunakan untuk membedakan responden laki-laki dan perempuan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin SD


015920 di Desa Air Genting Tahun 2013

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki - Laki 29 49

2 Perempuan 30 51

Total 59 100

Grafik Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin SD 015920


di Desa Air Genting Tahun 2013

29
30

Laki - Laki
Perempuan

Dari tabel dan grafik 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden
paling banyak perempuan yaitu sebanyak 30 (51 %) siswa, dibanding responden
yang jenis kelaminya laki – laki yaitu sebanyak 29 ( 49 %).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 39


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Berikut adalah ringkasan jawaban siswa SDN 015920 kelas III, IV, dan V
terhadap pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan peneliti kepada koresponden
digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang gigi yang sehat adalah gigi yang bersih
dan tidak berlubang.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Benar 58 98

2 Salah 1 2

Total 59 100

GrafikDistribusi Responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013


berdasarkan pengetahuan tentang gigi yang sehat adalah gigi yang bersih dan tidak
berlubang.

Benar
Salah

58

Dari tabel dan grafik 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden
paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 58 (98%)
siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 1(2%).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 40


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting


Tahun 2013 bahwa berdasarkan pengetahuan tentang sakit gigi adalah
disebabkan karena malas menggosok gigi.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Benar 44 75

2 Salah 15 25

Total 59 100

50
44
45

40

35

30
Benar
25
Salah
20
15
15

10

Dari tabel dan grafik 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 44
(75%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 15(25%).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 41


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang makan coklat dan permen berlebihan dapat
menyebabkan sakit gigi.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Benar 44 75

2 Salah 15 25

Total 59 100

50
44
45
40
35
30
25
Benar
20
15 Salah
15
10
5
0
Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang makan coklat dan permen berlebihan dapat
menyebabkan sakit gigi

Dari tabel dan grafik 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 44
(75%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 15 ( 25%).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 42


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang "menggosok gigi minimal dua kali sehari setelah makan
dan sebelum tidur".

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Benar 58 98

2 Salah 1 2

Total 59 100

70
58
60

50

40

30 Benar
Salah
20

10
1
0
Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang menggosok gigi minimal dua kali sehari setelah
makan dan sebelum tidur

Dari tabel dan grafik 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 58
(98%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 1 (2%) siswa.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 43


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun
2013 berdasarkan pengetahuan tentang gigi berlubang merupakan masalah
kesehatan gigi.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Benar 44 75

2 Salah 15 25

Total 59 100

Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun


2013 berdasarkan pengetahuan tentang gigi berlubang merupakan masalah
kesehatan gigi.

15

Benar
Salah

44

Dari tabel 4.8 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar
44(75%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 15 (25%) siswa.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 44


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun
2013 berdasarkan sikap yang tidak menginginkan mempunyai gigi berlubang
karena menimbulkan bau busuk.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Setuju 50 85

2 Tidak Setuju 9 15

Total 59 100

Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun


2013 berdasarkan sikap yang tidak menginginkan mempunyai gigi berlubang
karena menimbulkan bau busuk.

Setuju
Tidak Setuju

50

Dari tabel 4.9 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju yaitu sebanyak 50(85%) siswa, dan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 9 ( 15% ) siswa.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 45


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan sikap yang tidak menginginkan penampilannya kurang menarik jika
giginya berlubang.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Setuju 39 66

2 Tidak Setuju 20 34

Total 59 100

Grafik Distribusi frekuensi responden 20


SD 015920 di Desa Air Genting Tahun Tidak Setuju
2013 berdasarkan sikap yang tidak Setuju
menginginkan penampilannya jelek 39
jika giginya berlubang.

0 10 20 30 40

Dari tabel 4.10 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa tidak menginginkan
penampilanya yang kurang menarik jika giginya berlubang yaitu sebesar 39(66%)
siswa, dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 20 ( 34%) siswa.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 46


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.11Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan sikap yang akan menambal giginya jika berlubang..

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Setuju 32 54

2 Tidak Setuju 27 46

Total 59 100

32

32
31
30
29 27 Setuju
28
Tidak Setuju
27
26
25
24
Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di
Desa Air Genting Tahun 2013 berdasarkan sikap
yang akan menambal giginya jika berlubang

Dari tabel 4.11 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa akan menambal giginya jika
berlubang yaitu sebesar 32(54%) siswa, dan yang menjawab tidak setuju 27
(46%) siswa.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 47


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.12 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan sikapnya bahwa malas menggosok gigi di malam hari dikarenakan
mengantuk.

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Setuju 23 39

2 Tidak Setuju 36 61

Total 59 100

36
40
35
23
30
25
Setuju
20
15 Tidak Setuju
10
5
0
Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di
Desa Air Genting Tahun 2013 berdasarkan sikapnya
bahwa malas menggosok gigi di malam hari
dikarenakan mengantuk.

Dari tabel 4.12 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa malas menggosok gigi saat
malam hari dikarenakan mengantuk yaitu sebanyak 23 (39%) siswa, dan tidak
setuju 36 ( 61%) siswa.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 48


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting


Tahun 2013 berdasarkan sikapnya bahwa lebih suka menggosok gigi tanpa
menggunakan pasta gigi.
No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Setuju 27 46

2 Tidak Setuju 32 54

Total 59 100

Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun


2013 berdasarkan sikapnya bahwa lebih suka menggosok gigi tanpa
menggunakan pasta gigi.

27

32 Setuju
Tidak Setuju

Dari tabel 4.13 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa lebih suka menggosok gigi
tanpa pasta gigi yaitu sebesar 27(46%) siswa, dan yang menggunakan pasta gigi
sebanyak 32 (54%).

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 49


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

4.3.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden.

Pengetahuan diartikan segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan


hal. Penelitian ini akan menganalisis seberapa besar pengetahuan siswa-siswi
tentang perawatan kesehatan gigi dan mulut. Gambaran tersebut dilihat
berdasarkan banyaknya jawaban yang benar dari kuesioner nomor 1,2,3,4, dan 5.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Perawatan


Gigi dan Mulut di SDN 015920 Desa Air Genting Tahun 2013

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 44 75

2 Sedang 15 25

3 Kurang 0 0

Total 59 100

44
45
40
35
30 Baik
25 15 Sedang
20
15 Kurang
10 0
5
0
Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Perawatan
Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN 015920 Desa Air Genting
Tahun 2013

Pada tabel 4.14 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan
sebagian besar siswa-siswi SD tentang perawatan gigi dan mulut adalah Baik. Hal

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 50


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

ini di tunjukan dari hasil responden yang tingkat pengetahuannya Baik berjumlah
44 (75%) siswa, siswa-siswi yang tingkat pengetahuannya Sedang berjumlah 15
(25%), dan tidak ada siswa yang tingkat pengetahuanya kurang.

4.3.3 Gambaran Sikap Responden.

Sikap merupakan Kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan


merupakan pelaksanaan motif tertentu. Gambaran tersebut dilihat berdasarkan
banyaknya jawaban yang benar dari kuesioner nomor 6,7,8,9, dan 10.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Perawatan Gigi


dan Mulut di SDN 015920 Desa Air Genting Tahun 2013

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 24 41

2 Sedang 28 47

3 Kurang 7 12

Total 59 100

Grafik Sikap Responden Terhadap


Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di 28
SDN 015920 Desa Air Genting Tahun
2013
24
Kurang
Sedang
Baik
0 5 10 15 20 25 30

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 51


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Pada tabel 4.15 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa sikap sebagian
besar siswa SD terhadap perawatan gigi dan mulut adalah baik. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil responden yang sikapnya baik berjumlah 24 (41%)siswa,
dan siswa dengan sikap yang sedang berjumlah 28 (47%) orang, sedangkan yang
dengan sikap kurang berjumlah 7 (12%) siswa.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Hubungan Umur dengan Pengetahuan


Responden Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di SDN 015920 Desa Air
Genting Tahun 2013

Pengetahuan
Jumlah
No Umur Baik Sedang Kurang
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 7 - 9 tahun 19 32 10 17 0 0 29 49
2 10 - 12 tahun 26 44 4 7 0 0 30 51
Total 45 76 14 24 0 0 59 100

30 26
7-9 th Baik
25 10-12 th Baik
19 7-9 th Sedang
20 10-12 th Sedang
7-9th Kurang
15 10 10-12 th Kurang
10
4
5 0 0
0
Hubungan umur responden dengan pengetahuan tentang perawatan
kesehatan gigi dan mulut

Dari Tabel 4.16 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 45 (76%) yaitu 19 (32%) berumur
7-9 tahun, dan 26(44%) berumur 10-12 tahun. Responden yang memiliki
pengetahuan sedang sebanyak 14 (24%) siswa. Dan tidak dijumpai responden
yang memiliki pengetahuan kurang.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 52


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Tabel 4.17 Gambaran Hubungan Pengetahuan dengan Sikap


Responden Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di SDN 015920 Desa Air
Genting Tahun 2013

Pengetahu Sikap
No Jumlah
an Baik Sedang Kurang
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Baik 22 37 19 32 3 5 44 75
2 Sedang 2 3 9 15 4 7 15 25
3 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 24 41 28 47 7 12 59 100

25
22

19
20 Baik - Baik
Sedang - Baik
Kurang - Baik
15 Baik - Sedang
Sedang - Sedang
Kurang - Sedang
9 Baik - Kurang
10
Sedang - Kurang
Kurang - Kurang
4
5 3
2
0 0 0
0
Hubungan Pengetahuan responden
dengan sikap tentang perawatan
kesehatan gigi dan mulut

Dari Tabel 4.17 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 44 (75%) yaitu 22 (37%) bersikap
baik pula, yang bersikap sedang 19 (32%), dan yang bersikap kurang 3(5%) siswa.
Jumlah responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 15 (25%) siswa,
yaitu 2 (3%) siswa yang bersikap baik, 9(15%) siswa yang bersikap sedang pula,

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 53


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

dan 7 (15%) yang bersikap kurang. Dan tidak dijumpai responden yang memiliki
pengetahuan kurang.

4.4 Pembahasan.

Dari hasil penelitian Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN


015920 Desa Air Genting Tahun 2013 dijumpai bahwa kelompok umur yang
paling sedikit adalah 7-9 tahun sebanyak 29 (49 %) siswa, yang terdiri dari kelas
III berjumlah 17 (29%) siswa, kelas IV berjumlah 11 (19%) siswa dan kelas V
berjumlah 1 (2%) siswa. Dan yang paling banyak adalah kelompok umur 10-12
tahun sebanyak 30 (51%) siswa yang terdiri dari kelas III dimana 2 (3%) siswa
yang berumur 10-12 tahun, kelas IV berjumlah 11 (19%) siswa dan kelas V
berjumlah 17 (29%) siswa. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang terlibat dalam
penelitian (kelas III-V) memiliki proporsi yang berbeda.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan diatas bahwa penelitian ini tidak
melibatkan siswa kelas I, II dikarenakan menurut pertimbangan peneliti bahwa
siswa kelas I dan II masih belum dapat menulis dan membaca dengan baik
sedangkan kelas VI sedang melaksanakan persiapan Ujian Nasional (UN).

Dari hasil penelitian Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN


015920 Desa Air Genting Tahun 2013 berdasarkan karakteristik jenis kelamin
siswa, distribusi frekuensi siswa perempuan lebih banyak yaitu berjumlah 30
(51% ) siswa atau dibandingkan laki - laki yaitu berjumlah 29 (49%.),

Menurut teori Lawrence Green (1980), pengetahuan merupakan faktor


predisposisi terjadinya suatu perilaku. Pengalaman dan penelitian membuktikan
bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bermakna daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian di SDN. 015920 bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang cukup
baik yaitu sebanyak 44(75%) siswa dibandingkan dengan yang berpengetahuan

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 54


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

sedang yaitu berkisar 15(25%) siswa dan yang berpengetahuan kurang tidak ada
sama sekali.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2007). Berdasarkan hasil
penelitian di SDN. 015920 bahwa sebagian besar responden memiliki sikap
terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah baik. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil responden yang sikapnya baik berjumlah 24 (41%)siswa,
dan siswa dengan sikap yang sedang berjumlah 28 (47%) orang, sedangkan yang
dengan sikap kurang berjumlah 7 (12%) siswa.

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka


proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia
lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sesuai dengan teori tersebut,
semakin tua seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya responden yang memiliki pengetahuan baik adalah
sebanyak 45 (76%) yaitu 19 (32%) berumur 7-9 tahun, dan 26(44%) berumur 10-
12 tahun. Responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 14 (24%)
siswa. Dan tidak dijumpai responden yang memiliki pengetahuan kurang.

Hasil analisis pada tabel 4.17 dan grafik sesuai dengan pendapat Azwar
(2001) dan Notoatmojo (1983) dalam bukunya masing-masing menyatakan bahwa
sikap seseorang terhadap obyek dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut yang
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap merupakan perasaan mendukung atau
tidak mendukung terhadap obyek tersebut. Sehingga dapat diasumsikan bahwa

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 55


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

responden dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi belum tentu memiliki
sikap yang baik terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut yang tinggi pula.
Dari hasil penelitian Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN
015920 Desa Air Genting Tahun 2013 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 44 (75%) yaitu 22 (37%) bersikap
baik pula, yang bersikap sedang 19 (32%), dan yang bersikap kurang 3(5%) siswa.
Jumlah responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 15 (25%) siswa,
yaitu 2 (3%) siswa yang bersikap baik, 9(15%) siswa yang bersikap sedang pula,
dan 7 (15%) yang bersikap kurang. Dan tidak dijumpai responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
Masih banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan yang baik namun
memiliki kecenderungan sikap yang kurang disebabkan oleh faktor internal,
eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal meliputi faktor dari dalam diri
sendiri seperti intelegensia, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal berasal dari
luar diri seseorang seperti keluarga, masyarakat, dan sarana. Faktor pendekatan
belajar meliputi faktor upaya belajar seperti strategi dan metode dalam
pembelajaran di sekolah.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 56


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Gambaran


Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV, dan V Terhadap
Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting Tahun 2013” Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan Sumatera Utara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1) Sebanyak 44 (75%) siswa di SDN. 015920 berpengetahuan baik dalam


perawatan kesehatan gigi dan mulut.
2) Sebanyak 24 (41%) siswa di SDN. 015920 memiliki sikap sangat baik ,
meskipun masih ada siswa yg masih memiliki sikap yang kurang
terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut yaitu sebanyak 7 (12%)
siswa.
3) Terdapat hubungan antara umur dan tingkat pengetahuan siswa di SDN.
015920 tentang perawatan kesehatan gigi, yaitu semakin tua usia maka
semakin baik tingkat pengetahuanya dalam perawatan kesehatan gigi dan
mulut.
4) Siswa di SDN. 015920 berpengetahuan yang lebih tinggi belum tentu
memiliki sikap yang baik terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut
yang tinggi pula.

5.2 Saran

Agar tujuan jangka panjang tercapai yakni peningkatan pengetahuan anak


tentang kesehatan gigi dan mulut maka peneliti memberikan saran kepada
beberapa pihak diantaranya :

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 57


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

a. Penyelenggara pendidikan sekolah dasar


Meningkatkan program pendidikan kesehatan gigi disekolah misalnya
diadakannya program gosok gigi masal di sekolah secara mandiri yang bisa
dilakukan bersamaan dengan kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang
dilakukan secara berkala.
Masih banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan yang baik namun
memiliki kecenderungan sikap yang kurang disebabkan oleh faktor internal,
eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal meliputi faktor dari dalam diri
sendiri seperti intelegensia, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal berasal dari
luar diri seseorang seperti keluarga, masyarakat, dan sarana. Faktor pendekatan
belajar meliputi faktor upaya belajar seperti strategi dan metode dalam
pembelajaran di sekolah.
Sarana kesehatan disekolah seperti Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) merupakan faktor penting juga dalam pengetahuan siswa tentang
kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan standar pelayanan minimal Puskesmas,
tahapan pelaksanaan UKGS yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut:

A. Paket Minimal UKS yaitu UKGS Tahap I


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang belum
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang ada di Puskesmas.
Kegiatan berupa:
1) Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh
guru.
2) Pencegahan penyakit gigi dan mulut berupa kegiatan bimbingan pelihara
diri bagi murid SD, minimal untuk kelas I, II, III berupa : sikat gigi
massal dan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1(satu)
kali sebulan.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 58


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

3) Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi yang memerlukan.


B. Paket Standar UKS yaitu UKGS Tahap II
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah
terjangkau oleh tenaga, sedangkan fasilitas kesehatan gigi di Puskesmas masih
terbatas. Kegiatan berupa:
1) Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi
(terintegrasi).
2) Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh guru sesuai
dengan kurikulum.
3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut SD minimal untuk kelas I, II, III
berupa :
a. Sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang mengandung
fluor minimal 1(satu) kali sebulan.
b. Pembersihan karang gigi.
4) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas 1 diikuti pencabutan
gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas.
5) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
6) Pelayanan medik gigi dasar bagi murid yang membutuhkan perawatan.
7) Rujukan bagi yang memerlukan.
C. Paket Optimal UKS yaitu UKGS Tahap III.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah
terjangkau oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan gigi yang dimiliki
Puskesmas sudah memadai. Kegiatan berupa:
1) Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi
(terintegrasi).
2) Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan
kurikulum.
3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut SD minimal untuk kelas I, II, III
berupa :
4) Sikat gigi masal dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
minimal 1(satu) kali sebulan.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 59


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

a) Intensifikasi aplikasi fluor (antara lain berupa berkumur-kumur


dengan fluor), dikhususkan di daerah-daerah yang atas dasar
penelitian epidemiologic menunjukkan adanya perubahan dalam
pola karies pada gigi tetap.
b) Pembersihan karang gigi
5) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas 1 diikuti pencabutan
gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas.
6) Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI.
7) Pelayanan medik gigi dasar pada murid kelas terpilih/selektif sesuai
kebutuhan.
8) Rujukan bagi yang memerlukan.

b. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan dapat memaksimalkan fungsi usaha kesehatan gigi
sekolah (UKGS) di seluruh sekolah dan membuat program penyuluhan kesehatan
gigi bagi siswa yang ada di sekolah secara berkala.

c. Puskesmas
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dalam hal promotif dan kuratif.
2) Mendukung tercapainya tahapan pelaksanaan UKGS.

d. Masyarakat
Kepada para orang tua maupun masyarakat dapat lebih memperhatikan
keadaan kesehatan gigi pada anak-anaknya. Memperhatikan dan membingbing
anak-anaknya jika memakan makanan seperti cokelat, permen, kue dan lain
sebagainya yang dapat menimbulkan kerusakan gigi,agar membersihkan giginya
dengan berkumur kumur. Membiasakan menggosok gigi setelah makan dan
sebelum tidur serta rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 60


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

e. Peneliti
Peneliti selanjutnya dapat melakukan observasi langsung, selain
kuesioner, untuk melihat perilaku seseorang serta membawa dokter gigi maupun
tenaga kesehatan gigi langsung untuk pengukuran karies gigi dan melihat keadaan
gigi responden.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 61


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.J.T., Hunsberger, M.M, & Foster, R.L.R (1981). Family centered
nursing care of children . Philadelphia: W.B. Saunders Co.

Andlaw, R. J., & Rock, W.P. (1982). Perawatan gigi anak (a manual of
paedodontics) (drg. Agus Djaya, Penerjemah) Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika

Anggriana, D., & Musyifah. (2005). Stimulating factor of parents’ motivation to


take their children’s dental heath for treatment in the Faculty of Dentistry
Airlangga University. Journal of dental health.

Atkinson ME, White FH. Principles of anatomy and oral anatomy for dental
student. New York: Churcill Livingstone, 1992

Budisuari, W.H. (2010). Hubungan pola makan dan kebiasaan menyikat gigi
dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di Indonesia. Jurnal Kesehatan,
Vol. 13 No. I.

Cahyadi, NS. (1997). Faktot-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi
anak sekolah dasar kelas 6 di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
tahun 1997, Tesis. Jakarta (tidak dipublikasikan).

Carstensen, T.K. (2006, November). Periodontal (gum) disease. Januari 2, 2012.


http://www.emedicineheath.com/periodontal_gum_disease/article_em.ht
m di akses pada tanggal 7 April 2013

Chadwick, B.L., & Hosey, M.T. (2003). Child taming : how to manage children
in dental practice. London: Quintessence Publishing Co.Ltd

Colombia University Collage of Dental Medicine. Cleaning your’s child mouth


and teeth. November 24, 2011.

Dahlan, M. S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam


penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, M. S. (2010). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang


kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Dinas Kesehatan Kab.Asahan (20011). Profil kesehatan wilayah kerja Puskesmas


Rawang Pasar IV

Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. (1994). Profil kesehatan gigi
dan mulut di Indonesia pada pelita v. Jakarta:Depkes RI.

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 62


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. (1996). Pedoman pelaksanaan


UKGS. Jakarta: Depkes RI.

Fitriana, R. (2006). Perawatan kesehatan gigi anak. Desember 23, 2011.


http://www.kharisma.de/?q=node/297 di akses pada tanggal 7 april 2013

Ginanjar, A.M. (2011). Cara menggosok gigi yang benar. Desember 23, 2011.

Green, L. (1980). Healt education planning diagnostic approach. California:


Mayfield Publishing Company.

Grupte, S. (1991). Panduan perawatan anak, edisi 1, hal 166. (Pustaka Populer
Obor, Penerjemah). Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wongs nursing care infants and
children. St. Louis: Mosby Elsevier.

Houwink, B. (1993). Ilmu kedokteran gigi pencegahan, hlm.125. (Sutatmi Suryo,


Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

http://definisi-pengertian.blogspot.com//2011/01/pengertian-ptk-penelitian-
tindakan.html diakses pada tanggal 16 april 2013

http://definisi-pengertian.blogspot.com/201101/pengertian-ptk-penelitian-
tindakan.html di akses pada tanggal 20 April 2013

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Kartika%20Ratna%20Pertiwi,%
20MD,%20M.%20Biomed.%20Sc/Makalah%20Kartika%20Ratna%20U
NY.pdf diakses pada tanggal 22 april 2013

http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=2
5&Itemid=I di akses pada tanggal 9 April 2013

Kawuryan, U. (2008). Hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut


dengan kejadian karies anak SDN kleco II kelas V dan VI laweyan
Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lubis, P., &Nugrahaeni, M. (2009, september). Sudahkah anda menyikat gigi


dengan benar. Oktober 4, 2011.
http://kosmo.vivanews.com/news/read/90266-sudahkah-anda-menyikat-
gigi-dengan-benar di akses pada tanggal 9 April 2013

Lukihardi, A. (2011, September). Sekitar 85 persen anak usia sekolah menderita


karies gigi. Oktober 4, 2011. http://www.republika.co.id/berita/gaya-

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 63


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 015920 Kelas III, IV,
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013

hidup/info-sehat/11/09/12/Irevhf-sekitar-85-persen-anak-usia-sekolah-
menderita-karies-gigi di akses pada tanggal 9 April 2013

McDonald, R.E., & Avery, D.R (1994)/. Dentistry for the child and adolescent, ed
6.St. Louis: Mosby.

Minata, H. (2011, November). Penyebab utama karies gigi. Desember 1, 2011.


http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/11/16/penyebab-utama-
karies-gigi

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta; 2007

Potter, P.A., & Perry, A.G (2005). Fundamental nursing : Concept, proses, and
practice (6th ed). St. Louis: Mosby Year Book.

Ratih Ariningrum. Beberapa cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:
Hipocrates, 2000

Santrock, J.W.(2008). Life span development (12th ed). Newyork: McGraw hill

Schuurs, A.H.B. (19920. Patologi gigi-geligi: kelainan-kelainan jaringan keras


gigi, hlm.135. (Sutatmi Suryo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Suwelo, l.S (1992). Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etilogi. Jakarta
:IGC

Suwelo, L.S. (19970. Peranan pelayanan kesehatan gigi anak dalam menunjang
kualitas sumber daya manusia indonesia di masa mendatang. Disertasi.
Jakarta: Universitas indonesia.

Tambun, L.E> 92002). Penyuluhan kesehatan gigi pada anak. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas
hidup. Majalah kedokteran gigi universitas airlangga, edisi khusus temu
ilmiah nasional IV, ISSN 0852-9027, agustus 2006 (artikel)

Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipocrates, 1992

www.duniapsikologi.com/sifat-pengertian-definisi-faktor-yang-mempengaruhi/.
diakses pada tanggal 16 april 2013

KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS 64


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

Anda mungkin juga menyukai