Anda di halaman 1dari 31

PERIODE ZAMAN DALAM SKALA WAKTU GEOLOGI

Geologi sejarah menggunakan prinsip-prinsip geologi untuk merekonstruksi


dan memahami sejarah bumi. Bidang ini berfokus pada proses-proses geologi yang
mengubah permukaan dan bawah permukaan bumi, dan penggunaan stratigrafi,
geologi struktur, serta paleontologi untuk menjelaskan urutan kejadian tersebut.
Bidang ini juga berfokus pada evolusi tumbuhan dan binatang selama periode waktu
berbeda dalam skala waktu geologi. Penemuan radioaktif dan perkembangan berbagai
metode penentuan umur radiometrik pada paruh pertama abad ke-20 telah membawa
arti penting untuk mendapatkan umur absolut dari umur relatif dalam sejarah geologi.

Sejarah Pembentukan Bumi

 Geokronologi merupakan ilmu untuk menentukan umur absolut batuan, fosil,


dan sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu yang melekat dalam
metode yang digunakan. Berbagai macam metode penentuan umur digunakan
oleh ahli geologi untuk mencapai hal tersebut.
Geokronologi berbeda penggunaannya dengan biostratigrafi, yang merupakan
ilmu untuk menempatkan batuan sedimen dalam suatu periode geoogi tertentu
melalui pendeskripsian, pengkatalogan dan pembandingan kumpulan fosil
flora dan fauna. Biostratigrafi tidak secara langsung memberikan suatu
penentuan umur absolut dari batuan, hanya menempatkannya dalam suatu
interval waktu dimana kumpulan fosil tersebut telah diketahui pernah hidup
bersama. Sebagai contoh, dengan referensi pada skala waktu Geologi,
Permian Atas (Lopingian) berlangsung sejak 270,6 +/- 0,7 Ma sampai antara

1|Page
sekitar 250,1 +/- 0,4 Ma (Triassik tertua yang diketahui) dan 260,4 +/- 0,7 Ma
(Lopingian termuda yang diketahui) - sebuah kekosongan dalam kumpulan
fosil yang sudah ditentukan umurnya, diketahui hampir mencapai 10 Ma.
Sementara umur biostratigrafi dari lapisan Permian Atas dapat menunjukkan
Lopingian, penentuan umur sebenarnya dari lapisan tersebut dapat berada
dimanapun antara 270 sampai 251 Ma.
Pada sisi lain, sebuah granite yang ditentukan berumur 259,5 +/- 0,5 Ma dapat
secara beralasan disebut “Permian”, atau lebih tepatnya, telah mengintrusi
pada waktu Permian.
Ilmu geokronologi merupakan alat utama yang digunakan dalam bidang
kronostratigrafi, yang berusaha untuk mendapatkan umur absolut untuk semua
kumpulan fosil dan menentukan sejarah geologi Bumi serta bagian luar
permukaan bumi. Dalam geologi, era adalah subdivisi waktu geologi yang
membagi eon menjadi bagian yang lebih kecil. Eon Fanerozoikum, yang saat
ini sedang berlangsung, dibagi menjadi tiga era: Paleozoikum, Mesozoikum,
dan Kenozoikum. Masing-masing era ini mewakili tahapan utama dalam
catatan fosil makroskopik yang masing-masing dipisahkan oleh kepunahan
katastropik: batas P-T antar Paleozoikum dan Mesozoikum dan batas K-T
antara Mesozoikum dan Kenozoikum. Terdapat bukti-bukti bahwa benturan
meteor memegang peranan dalam demarkasi batas antar era.
Hadean, Arkean, dan Proterozoikum sebelumnya digabungkan dalam eon
Prekambrium. Mereka mencakup masa empat biliun tahun dalam sejarah
Bumi sebelum kemunculan hewan bercangkang keras. Belakangan, mereka
telah dipromosikan menjadi eon sendiri dan masing-masing dibagi menjadi
beberapa era.
 Paleosen, "awal fajar masa kini", adalah kala yang berlangsung antara 65,5 ±
0,3 hingga 55,8 ± 0,2 juta tahun yang lalu. Paleosen merupakan kala pertama
dari periode Paleogen di era modern Kenozoikum. Seperti halnya skala waktu
geologi lainnya, stratum yang menunjukkan awal dan akhir kala ini terdefinisi
dengan jelas, tapi waktu pasti akhirnya tidak terlalu jelas.
Paleosen dimulai langsung setelah kepunahan massal pada akhir periode
Kapur yang dikenal dengan nama batas K-T (Kapur - Tersier), yang menandai
punahnya dinosaurus. Kepunahan ini menyebabkan timbulnya kekosongan
niche ekologi di bumi dan karenanya namanya diberikan. "Paleosen" berasal
dari bahasa Yunani yaitu merujuk kepada fauna "(lebih) tua" (παλαιός,
palaios) dan "baru" (καινός, kainos) yang muncul pada kala ini, sebelum
munculnya mamalia modern pada kala Eosen.

2|Page
Eosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung 55,8 ±
0,2 hingga 33,9 ± 0,1 juta tahun yang lalu yang merupakan kala kedua pada
periode Paleogen di era Kenozoikum. Kala ini berlangsung mulai akhir kala
Paleosen hingga awal Oligosen. Awal Eosen ditandai dengan kemunculan
mamalia modern pertama. Akhir Eosen adalah suatu kepunahan massal yang
disebut Grande Coupure, yang mungkin berhubungan dengan satu atau lebih
bolide (meteor besar) yang ditemukan di Siberia dan Chesapeake Bay. Seperti
halnya periode geologi lain, stratum yang menentukan awal dan akhir kala ini
terdefinisi dengan jelas, walaupun waktu tepatnya kurang dapat dipastikan.
Nama "Eosen" berasal dari bahasa Yunani eos (fajar) and ceno (baru) dan
merujuk pada "kebangkitan" mamalia modern ("baru") yang muncul pada kala
ini
 Oligosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung dari
sekitar 34 hingga 23 juta tahun yang lalu. Seperti periode geologi yang lebih
tua lainnya, lapisan batuan yang membedakan periode ini terdefinisi dengan
jelas, tapi waktu awal dan akhirnya agak kurang dapat dipastikan. Namanya
berasal dari bahasa Yunani oligos ("beberapa") dan ceno ("baru"), dan
merujuk pada sedikitnya penambahan mamalia modern setelah peledakan
evolusi pada kala Eosen. Oligosen melanjutkan kala Eosen dan diikuti oleh
Miosen dan merupakan kala ketiga dan terakhir pada periode Paleogen.
Awal Oligosen ditandai dengan kepunahan massal yang mungkin
berhubungan dengan tumbukan objek luar angkasa yang ditemukan di Siberia
dan dekat Chesapeake Bay. Batas antara Oligosen dan Miosen tidak dapat
ditentukan secara mudah dengan suatu peristiwa, melainkan merupakan batas
yang semu antara Oligosen yang lebih hangat dengan Miosen yang relatif
lebih dingin.
Oligosen sering dianggap merupakan masa transisi yang penting, suatu
penghubung antara "[the] archaic world of the tropical Eocene and the more
modern-looking ecosystems of the Miocene. (Haines)"
 Miosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung antara
23,03 hingga 5,332 juta tahun yang lalu. Seperti halnya periode geologi yang
lebih tua lainnya, lapisan batuan yang membedakan awal dan akhir kala ini
dapat teridentifikasi, tapi waktu tepat awal dan akhirnya tidak dapat terlalu
dipastikan. Miosen dinamai oleh Sir Charles Lyell dan berasal dari kata
bahasa Yunani μείων (meioon, "kurang") dan καινός (kainos, "baru") dan
kurang lebih merujuk pada "kurang baru" karena hanya memiliki 18%
(kurang dari Pliosen) invertebrata laut modern. Miosen mengikuti Oligosen

3|Page
dan diikuti oleh Pliosen dan merupakan kala pertama pada periode Neogen.
Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung 5,332
hingga 1,806 juta tahun yang lalu. Kala ini merupakan kala kedua pada
periode Neogen di era Kenozoikum. Pliosen berlangsung setelah Miosen dan
diikuti oleh kala Pleistosen.
Namanya diberikan oleh Sir Charles Lyell dan berasal dari kata bahasa
Yunani πλεῖον (pleion, "lebih") dan καινός (kainos, "baru") dan kurang lebih
berarti "kelanjutan dari sekarang", merujuk pada fauna laut moluska yang
relatif modern yang hidup pada zaman ini.
Seperti periode geologi lain yang lebih tua, stratum geologi yang menentukan
awal dan akhir teridentifikasi, tapi waktu pasti awal dan akhir kala ini agak
tak pasti. Batas yang menentukan kemunculan Pliosen tidak ditentukan oleh
suatu peristiwa tertentu melainkan hanya berupa batas semu antara Miosen
yang lebih hangat dan Pliosen yang relatif lebih sejuk. Batas akhir awalnya
ditentukan pada awal glasiasi Pleistosen, tapi belakangan dianggap terlalu
lama. Banyak geologis berpendapat bahwa pembagian yang lebih luas antara
Paleogen dan Neogen lebih berguna.
Pleistosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung
antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal dari bahasa
Yunani πλεῖστος (pleistos, "paling") dan καινός (kainos, "baru"). Pleistosen
mengikuti Pliosen dan diikuti oleh Holosen dan merupakan kala ketiga pada
periode Neogen. Akhir Pleistosen berhubungan dengan akhir Zaman
Paleolitikum yang dikenal dalam arkeologi.
 Pleistosen dibagi menjadi Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen
Akhir, dan beberapa tahap fauna.
 Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai
sekitar 10.000 tahun radiokarbon, atau kurang lebih 11.430 ± 130 tahun
kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala
keempat dan terakhir dari periode Neogen. Namanya berasal dari bahasa
Yunani ὅλος ("holos") yang berarti keseluruhan dan καινή ("kai-ne") yang
berarti baru atau terakhir. Kala ini kadang disebut juga sebagai "Kala
Alluvium".

4|Page
1. PRAKAMBRIUM

Zaman Prakambrium lebih tua dari zaman Kambrium, di mana lapisan-


lapisannya terdapat di bawah lapisan-lapisan yang mengandung fosil. Jelasnya,
lapisan batuan baru dikatakan pasti berumur Prakambrium jika tertutup lapisan yang
berfosil Kambrium.
Penampakan batuan Prakambrium sangat jarang sekali dijumpai di permukaan
bumi, hanya di beberapa daerah dan terbatas pada tempat tertentu. Diperkirakan

5|Page
batuan Prakambrium tampak di permukaan bumi karena batuan-batuan itu sejak
terjadi tidak pernah tertutup oleh sedimen yang lebih muda dan sedimen-sedimen
muda yang ada sudah habis terkikis oleh erosi. Umumnya daerah-daerah itu
merupakan bagian pusat benua.
Karena bentuknya agak melingkar dan permukaannya sedikit cembung maka
inti-inti Prakambrium disebut perisai benua. Di sekitar bagian pusat yang berbentuk
perisai itu, lapisan Prakambrium tertutup oleh lapisanlapisan yang lebih muda, makin
jauh dari bagian pusat akan semakin tebal.
Lapisan Prakambrium terdiri atas batuan-batuan berhablur, baik yang berasal
dari pembekuan magma cair, maupun dari peleburan dan penghabluran kembali
sedimen-sedimen dan batu-batuan lainnya, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi
dan fisis pada sedimen-sedimen dan batuan beku.
Seringkali batu-batuan Prakambrium sangat sulit diselidiki untuk mengetahui
proses manakah di antara ketiga proses tersebut yang sesungguhnya telah membentuk
batuan tadi, dan diantaranya dapat ditemukan bentuk-bentuk peralihan. Oleh sebab
itu, pelapisan seperti pada sedimen-sedimen tidak banyak diketahui. Seandainya
terdapat perlapisan maka seringkali hal ini disebabkan juga oleh perubahan-
perubahan fisis dan kimiawi tertentu pada tekanan yang tinggi. Hubungan dalam
ruang dari batuan sangat rumit dan sulit untuk diuraikan.
Pada masa Prakambrium dapat diketahui pula bahwa di beberapa daerah
terdapat iklim yang sangat dingin (endapan terbentuk oleh es darat atau gletser),
sedangkan pada saat lain, iklimnya panas dan lembap (lapisan yang berwarna merah
dengan rekah kerut), tetapi sangat sukar untuk menentukan iklim dari lapisan-lapisan
sedimen yang ada. Pada waktu itu permukaan bumi yang ada di atas muka laut
merupakan gurun, yang tidak disebabkan karena kekurangan air yang sangat besar
(Sahara), tetapi karena pada waktu itu belum terdapat tumbuh-tumbuhan darat. Faktor
lain adalah adanya oksigen bebas dalam atmosfer, yang jauh lebih sedikit daripada
sekarang.
Sesudah diadakan penelitian dan penyelidikan yang saksama terhadap sisa-sisa
batuan, diketahui bahwa pada masa Prakambrium tidak ditemukan bentuk-bentuk
hidup dengan tekstur dan bentuk yang terang/jelas. Tekstur adalah istilah yang
dipakai untuk bentuk-bentuk dan arah-arah di dalam batuan, misalnya tekstur butir.
Struktur adalah istilah yang lebih banyak dipakai untuk bentuk-bentuk yang
terbangunkan oleh kumpulan batuan kubah. Di samping itu juga didapati jejak
rayapan cacing atau binatang serupa itu. Dalam masa Prakambrium tidak ada jasad-
jasad yang dapat membuat rangka yang keras sehingga pemfosilan tidak mungkin
terjadi.

6|Page
2. KAMBRIUM

Masa ini ditandai oleh adanya endapan-endapan yang mengandung jasad-jasad


fosil yang telah mencapai tingkat perkembangan yang tinggi, bila dibandingkan
dengan yang dijumpai pada masa Prakambrium. Semua masih hidup terbatas pada air.
Oleh karena itu, sisa-sisa peninggalannya hanya berupa jasad-jasad air, terutama
jasad-jasad samudera. Contohnya archaecyata dan binatang Trilobit Olenellus.

1) Archaecyatha

7|Page
Peranannya seperti binatang karang. Jenis ini banyak membentuk endapan-endapan
gamping yang tebal. Pembentukannya seperti yang dibuat oleh binatang karang
sekarang ini di laut-laut daerah tropika. Gamping yang mengandung Archaecyatha
telah banyak ditemukan di California, Siberia, Spanyol, Australia, dan lain-lain.

2) Trilobita

Binatang Yang menjadi fosil penunjuk yang terpenting yang pada zaman
Kambrium adalah Trilobita, yaitu sebangsa jenis udang-udangan yang berkulit keras.

Batuan pada masa Kambrium bercirikan endapan gamping yang mengandung banyak
pirit, sedimen pasir, dan berlempung yang kaya akan fosil. Pada masa ini tidak
terdapat batas iklim yang nyata, jasad yang membentuk gamping memerlukan air
yang hangat. Jadi, pada saat itu iklimnya sedang, bahkan panas. Masa Kambrium
ditaksir lamanya 70 juta tahun.

Anggapan yang menyebabkan binatang-binatang yang dapat memfosil semakin


banyak dan ditemukan sebagian besar di daerah tertentu, misalnya Kanada Barat
sebagai berikut.

8|Page
a) Pada masa Kambrium, batu-batuan terkena pengaruh metamorfosa lebih kecil
sehingga lapisan-lapisan batu-batuan yang telah diendapkan dalam zaman geologi
yang lebih muda.

Contohnya lempung lemigrad untuk pembuatan barang-barang pecah-belah.

b) Setelah Prakambrium, beberapa kelompok binatang lebih banyak mempunyai


kerangka maka kemungkinan untuk memfosil lebih besar.

Dengan menggunakan fosil maka dapat diketahui 3 macam zaman Kambrium, yaitu
fauna Kambrium bawah, fauna Kambrium tengah, dan fauna Kambrium atas.

a) Fauna kambrium bawah

Masih bersifat kosmopolit, yaitu binatang-binatang masih terdapat di mana-mana di


dunia (Trilobit Olenellus).

b) Fauna kambrium tengah

Sudah terbagi menjadi daerah-daerah fauna pasifik dan Atlantik. Daerah Atlantik
sebagai fosil binatang Paradoxides (Pasifik Olenoides).

c) Fauna kambrium atas

Daerah fauna Pasifik bercirikan Diclocephalus dan terus menembus Eropa-Tiongkok-


Tibet sampai Spanyol. Daerah fauna Atlantik bercirikan Olenus.

9|Page
3. ZAMAN ORDOVISIUM

Zaman Ordovisium adalah zaman sekitar 500 – 440 juta tahun silam dengan kejadian
bumi kita ini tat kala itu diceritakan seperti ini,

 mulai meluapnya samudra dari zaman es,


 benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di
antaranya.

Sebagaimana dijelaskan dalam kutipan sejarah pembentukan bumi berdasarkan


zaman ordovisium ini yang dicirikan oleh munculnya,

 Ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan
bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti :
o Tetrakoral,
o Graptolit,
o Ekinoid (Landak Laut),
o Asteroid (Bintang Laut),
o Krinoid (Lili Laut) dan
o Bryozona.

 Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan


Brakiopoda mencari mangsa.
 Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan
 Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar.

10 | P a g e
Meluapnya samudra dari zaman es yang merupakan bagian peristiwa dari zaman ini
sedangkan Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang
berada di antaranya.

4. Zaman silur

Zaman ini ditandai dengan penyebaran binatang baru. Dan untuk lebih mengenal
zaman Silut tersebut, mari kita simak uraian di bawah ini. Pada zaman Silur,
penyebaran fauna lebih luas dibandingkan dengan masa Kambrium. Banyak
kelompok binatang baru muncul pada zaman Silur ini. Di antaranya yang terpenting
adalah Vertebrata atau binatang bertulang punggung. Graptalit adalah ciri fosil
penujuk pada masa Silur dan merupakan kumpulan/kalori binatang kecil yang disebut
Rabdosoma.

Sedimen pasir gamping, kebanyakan diendapkan pada tempat-tempat daerah yang


terangkat di dekatnya. Banyak binatang karang berkembang biak dengan baik
sehingga jasad-jasadnya meninggalkan lapisan batu gamping yang tebal.

Sedimen dengan ciri fasies Graptalit terbentuknya di lautan yang dalam, tetapi
kini ternyata kebanyakan di antara lempung-lempung itu diendapkan di lautan yang
dangkal, yang kadang-kadang tertutup oleh ganggang laut. Hal ini menyebabkan laut
berwarna hitam (Laut Hitam). Di Indonesia zaman Silur adalah zaman yang tertua

11 | P a g e
yang diketahui. Fosil Silur berupa koral bulat yang bernama Halisites, telah banyak
ditemukan orang dalam batu-batu lepas dalam suatu sungai di Papua.

Air hujan di Niagara terjadi pada endapan-endapan Silur. Iklim pada zaman Silur
di mana-mana mengalami panas yang hampir sama dengan masa Kambrium. Adanya
sisa evaporit-evaporit menunjukkan adanya iklim yang kering dan mungkin ada
suasana gurun.

5. DEVON

Zaman Devon merupakan zaman ditemukannya lapisan endapan daratan dan


beriklim panas. Untuk lebih jelasnya mari kita simak penjelasan dari zaman
Devon tersebut. Semoga bisa menjadi sebuah gambaran untuk dapat mengenal
zaman Devon. Zaman ini bercirikan munculnya tumbuh-tumbuhan darat dan
binatang bertulang punggung. Di laut dijumpai perkembangan luas kelompok-
kelompok binatang yang tidak bertulang punggung, seperti Amronit. Pada
dasarnya Devon terbagi atas 3 macam, yaitu Devon bawah, Devon tengah, dan
Devon atas.

Pada umumnya daerah Old Red Sandstone (ORS) terdiri atas Arkosa
Konglomerat, batu pasir, yang kesemuanya berasal dari perombakan pegunungan
Kaledonia. Daerah ORS ini meliputi daerah sekitar pegunungan Kaledonia,
Inggris, Skotlandia, Skandinavia, Spitsbergen, Grondalia, hingga jauh melampaui
dataran tinggi Rusia. Khusus di Grondalia, ORS berselang-seling dengan
endapan-endapan laut dangkal. Demikian pula di Tiongkok terdapat endapan

12 | P a g e
ORS, terutama di Kuangli (karena ada hubungan lautan pada saat benua Eropa
dan Asia masih bersatu).

Pada zaman Devon banyak ditemukan lapisan-lapisan endapan daratan yang


sungguh luas. Banyak di antaranya diendapkan dalam sungai atau dalam danau.
Dalam lapisan banyak ditemukan fosil-fosil ikan, demikian pula perkembangan
tumbuhan daratan baru berarti setelah zaman Devon.

Pada zaman Devon keadaan iklim sangat panas, dan di daerah tropika banyak
hujan disertai tumbuhan berkembang, mengakibatkan terjadinya tanah merah
yang bersifat laten. Di samping itu dengan adanya sungai-sungai dan danau-
danau, menunjukkan iklim yang agak lembab. Di beberapa tempat ditemukan
bekas-bekas yang menunjukkan adanya gletser-gletser besar. Bekas-bekas ini
ditemukan di Afrika Selatan, Grondalia, dan Amerika.

Di Indonesia zaman Devon hanya dapat ditunjukkan di beberapa tempat saja,


yaitu dengan adanya Heliolithes dan Tetracoralla. Clathrodyctyon daerah sungai
Telen di Kalimantan adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang telah terbukti
mempunyai batuan-batuan Devon.

6. KARBON

13 | P a g e
Zaman Karbon merupakan zaman yang mana keadaan iklim pada saat itu
tidak terlalu panas. Hal ini dibuktikan dengan adanya tumbuhan berdaun rindang.
Berikut adalah ulasan tentang zaman karbon semoga bermanfaat!! Zaman Karbon
adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung sejak akhir
periode Devon sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu hingga awal periode Perm
sekitar 299,0 ± 0,8 juta tahun yang lalu. Selain itu, karbon berasal dari kata Latin
untuk batubara, carbo.

Karbon berarti “batubara-bantalan”. Tempat tidur batubara banyak


mengandung bola batubara yang ditetapkan secara global selama periode ini,
maka nama itu. Karbon sering diperlakukan bukan sebagai dua periode geologi,
sebelumnya Mississippi dan kemudian Pennsylvania , khususnya di Amerika
Utara.

Kata “karbon” berasal dari bahasa latin yaitu Carbonium yang berarti arang.
Selama zaman ini diendapkan sistem karbon. Nama karbon diambil dari sifat
sistem tersebut yakni timbulnya sejumlah besar karbon bebas.

Sistem karbon untuk pertama kalinya dikenal di Eropa Barat yaitu di Prancis
yang oleh Omalius d’Halloy seorang ahli geologi Prancis telah disebut pula
sebagai Terrain Houller yang berarti daerah arang. Oleh sebab itu maka
terminologi zaman karbon digunakan di Eropa.

Zaman ini ditandai dengan timbulnya sejumlah besar karbon bebas di pelbagai
bagian dunia. Karbon atau Carbonium atau Arang ini amat berpengaruh pada
keadaan cuaca/iklim. Pada zaman Karbon ini terjadi pembentukan pegunungan;
hal-hal inilah yang menyebabkan zaman Karbon dapat dikenal dengan nyata.

Terjadinya batu bara sangat erat hubungannya dengan pengangkatan dan


pembentukan pegunungan. Adanya karang menunjukkan iklim sedang yang agak
panas; adanya sedimen Klasika yang berwarna merah dengan rekah kerut
menandakan iklim kering/arid.

Adanya tumbuh-tumbuhan dengan daun yang cukup rindang menunjukkan


adanya pelembagaan. Tidak adanya lingkaran tahun pada batang-batang serta
tumbuh terus, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang menyolok. Endapan
batu bara yang berwarna merah menunjukkan peninggalan yang kering dan
gersang.

14 | P a g e
Perkembangan naptelia, amfibia yang muncul pada zaman Devon mengalami
perkembangan pesat, demikian pula perkembangan serangga, lebah, dan lipan.
Serangga pada zaman ini ialah pemakan daging/bangkai. Pada tempat di mana
karbon diendapkan sebagai lapisan dasar laut, di sana dijumpai karang/koral
dalam jumlah yang besar. Perkembangan tumbuhan (paku/pakis, kawat/sumbar
batu) lebih nyata dibandingkan dengan binatang bertulang punggung.

7. PERM

Yang menandakan kehidupan pada zaman Perm ini diantaranya munculnya


reptil yang mirip mamalia, keadaan iklim yang tak menentu, dan merupakan masa
yang bisa menunjukan perbedaan antara zaman Paleozoikum dengan zaman
Mesozoikum. Berikut ini adalah gambaran kehidupan pada masa zaman perm.
Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung
antara 299,0 ± 0,8 hingga 251,0 ± 0,4 juta tahun yang lalu.

Periode ini merupakan periode terakhir dalam era Paleozoikum. Perm dibagi
menjadi tiga kala yaitu Lopongian, Guadalupian, dan Cisuralian. Pada periode
Permian, benua-benua bergerak lebih mendekat dibandingkan masa Karboniferus,
di mana bagian utara dan bagian selatan superbenua Laurasia dan Gondwana
mulai menyatu dan membentuk sebuah benua mahaluas yang disebut Pangaea.
Periode Permian merupakan periode final dari masa Paleozoikum dan diberi nama

15 | P a g e
sesuai nama sebuah provinsi, Perm, di Rusia, tempat di mana batu pada periode
ini dipelajari.

Pada zaman ini perkembangan reptilia yang mirip mamalia mulai meningkat
dan munculnya serangga modern, begitu juga tumbuhan Konifer dan Ginkgoc
primitive. Zaman ini diakhiri dengan kepunahan massal.

Lingkungan geografis periode Permian mencakup area luas daratan dan


lautan. Percobaan yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa kemungkinan
besar daerah bagian dalam daratan beriklim kering, dengan iklim yang sangat
fluktuatif, karena kurangnya daerah berair di daerah ini, dan hanya sebagian
daerah dari superbenua ini yang menerima curahan air hujan dalam setiap
tahunnya. Daerah lautan pada masa ini sendiri masih sedikit yang diketahui
seperti apa. Di bagian selatan superbenua tersebut terdapat daerah gletser yang
luas, terbukti dari pengecilan/pengurusan batu glasial dari tempat-tempat yang
sekarang disebut Afrika, Amerika Selatan, Antartika, dan tanah hasil penggerusan
angin mengindikasikan iklim yang sangat kering. Namun, ada indikasi pada masa
ini iklim di bumi berubah pada masa ini, daerah es berkurang ketika bagian dalam
benua menjadi semakin kering.

Perbedaan antara masa Paleozoikum dan Mesozoikum terjadi pada periode


akhir Permian yang ditandai dengan kepunahan besar-besaran yang pernah
tercatat di bumi. Hal tersebut memengaruhi banyak kelompok binatang di banyak
lingkungan dan ekosistem. Namun yang paling terpengaruh dari kepunahan
massal tersebut dirasakan oleh komunitas laut yang menyebabkan kepunahan
sampai 90-95% dari spesies laut. Di daratan kepunahan membuka jalan bagi
bentuk lain untuk mendominasi, dan membawa ke dalam masa yang dikenal
sebagai “Masa Dinosaurus”. Meski sebab dari kepunahan masal pada periode
Permian masih diperdebatkan, beberapa kemungkinan diformulasikan untuk
menjelaskan tahapan kejadian kepunahan. Peng-es-an, perubahan formasi
Pangaea, dan aktivitas gunung berapi merupakan beberapa teori di samping
kemungkinan teori dari luar angkasa, yaitu tumbukan meteor dan asteroid ke
bumi.

Di Indonesia peninggalan perm ditemukan di Timor pada lembah sungai Noil,


besi di Miaffo Timor Barat Daya berupa lapisan lava-lava bantal (kegiatan
vulkanik). Di Sumatera berupa gamping dan koral disertai dengan batuan dari

16 | P a g e
gunung berapi. Lapisan perm mengandung minyak, koalium (bahan porselin),
lempung keramik, besi, dan batu bara.

Era Perm ditandai dengan munculnya reptil2 primitis; amphibia berkurang;


dan serangga2 modern muncul. Iklim menjadi ekstrim. Trilobita punah, dan
reptilia hidup subur. Setelah era karbon dan Perm, kemudian muncul era Trias.
Perkembangan kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi
perubahan baik bagi jenis fauna terutama untuk golongan vertebrata maupun bagi
golongan invertebrata. Bagi golongan yang disebut terakhir meliputi filum
Brachiopoda dan filum Mollusca, serta filum Arthropoda. Bagi filum mollusca di
antaranya termasuk berasal dari kelas pelecypoda dan kelas Cephalopoda,
sedangkan bagi filum arthropoda khususnya yang termasuk pada kelas Crustacea.
Demikian pula bagi jenis flora menunjukkan adanya perkembangan yang pesat.
Bagi jenis vertebrata, khususnya yang termasuk reptilia, sudah mulai dikenal
Rutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai muncul, semula hidup dalam
lingkungan air kemudian mengadaptasikan dirinya dalam lingkungan darat, yang
kemudian punah pada zaman ini.

8. Trias

Zaman Trias berada sekitar 225 - 190 juta tahun yang lalu. Nama Trias
berasal dari Jerman dan mempunyai arti tiga (lapisan endapan). Zaman ini
adalah yang paling kering dan tidak subur, ditandai dengan jarangnya didapat
fosil hewan maupun tumbuhan. Fosil yang ditampilkan berasal dari Timor

17 | P a g e
yaitu Amonit (Moluska dari kelas Sefalopoda) antara lain: Joanites sp.,
Hypocladicites sp, Jovites sp., Indonesites sp.; serta beberapa fosil dari
Jerman yang di antaranya bergaris tengah 50 cm dan tebalnya 20 cm.

Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit


menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul
pada zaman ini. Reptilia Cynodont, yang menyerupai mamalia pemakan
daging, mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan
ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura.
Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua
Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan
mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.

Perkembangan kehidupan pada Zaman Trias menunjukkan banyak


terjadi perubahan baik jenis fauna terutama untuk golongan vertebrata
maupun bagi golongan invertebrata. Bagi golongan yang disebut terakhir
meliputi filum Brachiopoda dan filum Mollusca, serta filum Arthropoda. Bagi
filum mollusca di antaranya termasuk berasal dari kelas pelecypoda dan kelas
Cephalopoda, sedangkan bagi filum arthropoda khususnya yang termasuk
pada kelas Crustacea. Demikian pula bagi jenis flora menunjukkan adanya
perkembangan yang pesat. Bagi jenis vertebrata, khususnya yang termasuk
reptilia, sudah mulai dikenal Rutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai
muncul, semula hidup dalam lingkungan air kemudian mengadaptasikan
dirinya dalam lingkungan darat, yang kemudian punah pada zaman ini.

Selain itu, yang juga mulai muncul pada zaman ini antara lain adalah
yang termasuk keluarga dinosaurus adalah Anchisaurus, Cynognathus,
Thrinacodon, Placerias gigas dan Ichtyosaurus yang berkembang pada zaman
trias dan punah pada akhir zaman trias.

Yang termasuk kepada golongan invertebrata antara lain adalah


Brachiopoda, beberapa di antaranya telah terkhususkan sehingga dapat
dipergunakan sebagai fosil indek. Di samping itu, didapatkan pula
perkembangan yang baik dari kelas Cephalopoda dan kelas Pelecypoda,
beberapa di antaranya juga terkhususkan sehingga dapat dipergunakan sebagai
fosil indek. Rupa2nya iklim pada saat itu memungkinkan pertumbuhan bagi
filum Coelenrata, sehingga dapat membentuk suatu reef yang cukup luas.

18 | P a g e
Golongan Crustacea yang mewakili filum arthropoda antara lain
adalah Pemphix Sueri yang hingga kini diketahui merupakan jenis udang
tertua. Jenis flora diwakili oleh sigillaria dan lepidodendron sudah mulai
berkurang pada zaman trias, sebaliknya pada zaman ini mulai berkembang
dengan baik kelas Cycadeoideae yang termasuk kepada anggota filum
spermatophyta yang diwakili oleh sanmiguelia lewisi. sigillaria

Pada zaman ini, palung anambas semakin meluas dan menutupi


hampir seluruh malaysia, kalimantan dan sumatera. Jakarta tetap berada di
benua Aequinoctia.

9. Jura

Zaman Jura adalah zaman yang berada antara 144 hingga 206 juta
tahun yang lampau. Penelitian geologi telah menunjukkan bahwa sepanjang
Zaman Jura, sebagian besar Eropa Barat ditutupi oleh laut dangkal yang
hangat, dan sebagian besar fosil yang berasal dari mahluk-mahluk laut telah
diperoleh dari kawasan ini.

Secara khusus, sebagian lapisan fosil di Jerman telah memungkinkan


kita memeroleh informasi sangat rinci tentang bentuk kehidupan di zaman-

19 | P a g e
zaman Devon dan Jura. Lapangan fosil yang terpenting adalah formasi-
formasi Messel, Solnhofen dan Holzmaden serta fauna Hunsrückschiefer.

Pada zaman ini ditandai dengan :

 Banyaknya Amonit dan Belemnit.


 Jumlah reptilia meningkat.
 Dinosaurus mulai menguasai daratan
 Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan
 Pterosaurus merajai angkasa.
 Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa.
 Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya
berkembang.
 Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola
melimpah pada waktu ini.

Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika,


sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.

10. KAPUR

Zaman Kapur (Zaman Kretazius) berlangsung antara 135 - 65 juta


tahun yang lalu. Selama zaman Kapur berkembang bermacam-macam
kehidupan. Beberapa di antaranya merupakan kelanjutan dari zaman Yura, di
samping terdapat perkembangan kehidupan baru.

20 | P a g e
Di antara jenis-jenis yang menandai zaman Kapur antara lain adalah
anggota pilum Protozoa, khususnya dari ordo Foraminifera, pilum
Coelenterara, pilum Mollusca dan pilum Arthropoda. Di samping itu terdapat
pula perkembangan dari golongan Vertebrata yaitu genus Orbitolina
mempunyai peranan yang penting, bahkan berfungsi sebagai fosil penunjuk.

Di antara kelompok Dinosaurus yang terkhususkan pada zaman kapur


boleh dikatakan merupakan perkembangan yang ada pada zaman Yura.
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.
Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus,
Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Stegosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit,
mulai punah, sedangkan Ankylosaurus dijumpai pada akhir zaman Kapur
bersama dengan Tyrannosaurus, Trachydon, Triceratops, Struthiomimus, dan
Pterodon.

Di antara jenis-jenis tersebut Tyrannosaurus Rex merupakan jenis


yang terbesar yang pernah dikenal dengan panjang tubuh 15 meter dengan
tinggi kepala mencapai 7 meter. Di samping itu pada akhir zaman ini dikenal
Ornithomimus dimana padanya sudah tidak didapatkan gigi taring yang nyata
dan jenis Ceratopsia yang merupakan dinosaurus bertanduk.

Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak


bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari
Afrika menuju Asia. Zaman ini adalah zaman akhir dari kehidupan binatang-
binatang raksasa.

Golongan reptilia yang hidup di laut Elasmosaurus memegang peranan


pada zaman ini. Fosil binatang tersebut di daerah Niobrara Kansas, Amerika
dengan ukuran panjang antara 13 sampai 17 meter. Di tempat yang sama
didapatkan pula golongan Mosasaurus (sebangsa lumba2) dari jenis Clidates
yang mempunyai sirip dengan jari sebanyak 5 buah dengan panjang antara 4
sampai 5 meter, sedang yang terpanjang pernah didapatkan pula dengan
ukuran 12 meter. Pada zaman ini muncul pula kura2 dari jenis Archelon yang
fosilnya didapatkan pada serpih di Pierre, south Dakota dan Amerika dengan
panjang 4 meter dan lebar 4 meter yang merupakan ukuran terbesar yang

21 | P a g e
pernah di dapatkan, sedangkan di sungai pada zaman ini mulai muncul
Crocodiles (sebangsa buaya)
Golongan Reptilia terbang (Pterosaurs) muncul pula pada zaman ini.
Salah satu di antaranya yang terkenal adalah Pteranodon yang mempunyai
bentangan sayap 8 meter, dan fosilnya didapatkan pada batu gamping di
Niobrara, kansas, Amerika yang berumur Kapur. Seperti halnya jenis yang
muncul pada zaman Yura, Pteranodon inipun tidak mempunyai gigi.

Apabila pada zaman Yura muncul sebangsa Aves dari jenis


Archaeopteryx, maka pada zaman Kapur Hesperornis merupakan jenis burung
yang tidak dapat terbang. Fosil yang didapatkan merupakan Hesperornis
regalis, pada batu gamping Niobrara, Kansas, Amerika mempunyai panjang
tubuh 1,5 meter berumur kapur. Andromeda Magnolia Salix Ficus Sassafras
Palm
Perkembangan jenis fauna diimbangi pula dengan perkembangan jenis
flora. Pada zaman ini mulai terlihat dengan nyata perkembangan yang baik jenis
Angiosperm yang merupakan golongan tumbuhan tingkat tinggi dan telah
mempunyai bunga. Jenis flora yang berkembang pada zaman ini adalah
Andromeda, Magnolia, Salix, Populites, Ficus, Bitula, dan Sassafras serta Palm.
Selain jenis2 tersebut ada golongan Cycadeoidea yang bunganya tumbuh dari
tonjolan yang terdapat pada daun. Perkembangan jenis flora yang baik
memungkinkan terbentuknya endapan batu bara.

11. TERSIER

22 | P a g e
Zaman Tersier adalah zaman yang berlangsung sekitar 60 juta tahun
yang ditandai dengan munculnya beragam jenis binatang menyusui (mamalia)
termasuk primata seperti kera. Sedangkan jenis reptil raksasa lambat laun
lenyap.

 Zaman Paleosen

yaitu kala purba (palaios) yang tidak memiliki jenis bintang yang
hidup sekarang (cene = kainos), yang berlangsung sejak 65 hingga 54
juta tahun silam. Fosil yang sudah
ada ada pada jaman itu, yaitu Phaladomya sp.(kerang) dari Belgia.

23 | P a g e
 Zaman Eosen

yang berarti sangat sedikit, jenis fosil yang ditemukan sangat sedikit
dibanding dengan jenis hewan sekarang. Kala ini berlangsung sejak 54 hingga
38 juta tahun yang lalu. Fosil yang diperagakan yaitu: ikan air tawar
(Osphronemus goramy LACROIX) dari Sumatera Barat (Sipang,
Sawahlunto), kerang (Ostrea jogjakartaensis MARTIN) dan siput (Turiculla
plagiaria MARTIN) dari Yogyakarta (Nanggulan,
Kulonprogo), dan hewan laut bersel satu (Discocyclina omphalus FRICH)
dari
Jawa Tengah (Gunung Jiwo, Klaten).
Phaladomya sp

Osphronemus goramy LACROIX.

24 | P a g e
 Zaman Oligosen

Kala Oligosen, yang berarti hanya sedikit (oligos) kesamaannya


dengan hean sekarang. Kala ini berlangsung sejak 38 hingga 26 juta tahun
lalu. Fosil yang ditampilkan yaitu:
daun marga kamper
(Cinnamomum
sp.) dari Austria, kayu
Sequoia sp. dan kepiting
(Canser sp.) dari Jerman.
Canser sp
Zaman Miosen

yang berarti jumlah hewan laut masih kurang (meion)dibanding yang hidup
sekarang. Kala ini berlangsung sejak 26 hingga 5 juta tahun yang lalu. Fosil
yang sudah ada pada jaman itu yaitu: foraminifera besar Lepidocyclina sp.
(hewan laut satu sel) dari batu gamping Pandeglang, kerang Arca sp. (jenis
yang
kini dimakan), dan kayu marga ramin Gonystylus sp. dari berbagai daerah
Lepidocyclina sp.

25 | P a g e
 Zaman Pliosen

yang berarti mempunyai kesamaan lebih (pleion) dari 50% dari yang
hidup sekarang. Kala ini berlangsung sejak 5 hingga 1,8 juta tahun silam.
Fosil yang ditemukan adalah: bunga karang Fungia sp. dan Favia sp.,gigi ikan
hiu Isurus sp. pada bekas laut purba; kura-kura tawar Tronix sp.
pada bekas sungai atau danau purba;
gajah purba Matadon sp.
(dari Bumiayu) yang merajai
nusantara sewaktu masih menyatu
Isurus sp.
Berlangsung sekitar 60 juta tahun
Telah muncul berbagai jenis manusia purba
Terdapat banyak migrasi hewan ke seluruh bagian dunia untuk menyesuaikan
iklim

Orangutan mulai muncul pada masa Miosen. Daerah asalnya mungkin


dari Afrika. Saat itu Benua Afrika. Saat itu benua Afrika masih bersatu
dengan Jazirah, Arab. Daerah Afrika Timur belum gersang seperti sekarang.
Orangutan merupakan kera yang tinggal di pucuk-pucuk pohon besar.
Makanannya terutama buah dan daun-daunan. Mereka menyebar ke hutan di
Asia Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

26 | P a g e
Pada zaman Pliosen, yaitu sekitar 10 juta tahun yang lalu, hidup hewan yang
lebih besar daripada gorilla yang disebut dengan Giganthropus (kera manusia
raksasa). Hewan ini ditemukan di Bukit Siwalik di kaki Pegununggan
Himalaya dan Selat Himla (sebelah utara India). Giganthropus hidup
berkelompok, sehingga mereka dapat berkembang biak dan menyebar dari
Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Giganthropus akhirnya punah
karena sebab yang tidak jelas.
Selain Giganthropus, dari masa yang sama hidup makhluk lain yang disebut
dengan Australopithecus (manusia kera dari selatan). Ada sekitar 65 fosil
Australopithecus telah ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur.
Sedangkan di Kalimantan Barat dari kala Eosen Akhir ditemukan fosil
vertebrata yaitu Anthrcotherium dan Choeromus (sejenis babi hutan purba)
yang juga ditemukan di Asia Daratan. Penemuan fosil ini membuktikan
bahwa kala Eosen terakhir, Kalimantan Barat bergabung dengan Daratan
Asia.

12. KUARTER

Zaman Kuarter adalah zaman dimana adanya kehidupan manusia yang


lebih sempurna. Zaman kuarter merupakan zaman yang terpenting karena
mulai ada kehidupan manusia yang lebih sempurna. Zaman kuarter yang
dimulai sejak kira-kira 600 ribu tahun yang lalu ini terbagi menjadi zaman
Pleistosen (Dilluvium) dan Holosen (Alluvium). Kala Plistosen mulai sekitar

27 | P a g e
1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian
diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang.

Ciri-ciri Zaman Kuarter

a) Sudah terdapat manusia modern (Homo sapiens).


b) Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
c) Keadaan alam masih liar dan labil.
d) Bumi masih diselimuti es dan mencair pada akhir kala pleitosen.
e) Daratan di bumi mulai terpecah karena es mencair.
f) Manusia purba sudah punah.
g) Zaman kuarter sendiri juga terbagi menjadi zaman Holocen (Holosin)
dan zaman pleistocen.

Kala Pleistosen (Diluvium)


Kala Pleistosen, yang artinya sebagian besar (pleistos) kehidupan sama
dengan yang hidup sekarang. Kala ini berlangsung sejak 1,8 hingga 0,01 juta
tahun lalu. Fosil kala ini paling banyak diperagakan, yang antara lain:
a) Fosil gajah (Stegodon trigonocephalus MARTIN)
b) Kerbau (Bulbalus palaeokerabau FALCONER) dari Bumiayu
(Banyumas)
c) Banteng (Bibos sp.) dari Rembang
d) Harimau (Felis sp.) dari Watualang (Ngawi) yang berbentuk fragmen
e) Fosil manusia purba Homo erectus dari Sangiran (Solo)

Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara


sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Sedangkan daerah yang
jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun. Permukaan air laut
turun disertai dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat. Karena
adanya pergeseran bumi dan kerja gunung-gunung berapi, banyak hutan,
termasuk Indonesia menjadi kering, akibatnya muncul Paparan Sunda (Sunda
Plat) dan Paparan Sahul (Sahul Plat). Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan
Malaysia barat bergabung dengan Filipina dan Formossa, Taiwan dan
kemudian ke benua Asia. Bergitu pula Sulawesi melalui Minahasa, Pulau
Sangir terus ke Filipina. Antara Jawa Timur dengan Sulawesi Selatan
berhubungan melalui Nusa Tenggara.
Di permulaan zaman kwarter, muncul zaman es pertama suhu bumi
menurun dan gletser menutupi sebagian besar daratan Asia, akibatnya banyak
air laut yang terambil, permukaan laut menjadi turun. Pada waktu itu suhu
udara menurun dan gletser yang hanya terdapat di daerah-daerah kutub telah
meluas, sehingga daerah-daerah yang berdekatan dengan kutub utara ditutupi
oleh daratan-daratan es yang sangat luas, meliputi sebagian besar Eropa Utara,
Asia Utara, dan Amerika Utara. Oleh karena itu, zaman itu disebut zaman es.

28 | P a g e
Selama masa Divillum ini terjadi empat kali zaman es, yaitu : Gunz, Mindel,
Risz, dan Wurm. Masa di antara zaman es itu disebut zaman interglasial.
Zaman Interglasial adalah zaman diantara dua zaman es. Hal ini menyebabkan
banyak daratan terpisah oleh laut dan selat.
Sebagian laut Jawa kering dan timbullah Paparan Sunda yang
menghubungkan benua Asia, Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Iklim
cikal bakal kerajaan Banjar saat itu adalah tropis, dengan musim kering
menimbulkan padang-padang rumput dan jenis-jenis burung yang berpindah
dari daratan Asia. Musim kering ini disusul musim hujan yang membawa
akibat munculnya hutan-hutan lebat di benua Kalimantan.
Hujan lebat di masa pluvial menyebabkan banyaknya muncul sungai-
sungai. Walaupun Paparan Sunda ini kemudian tenggelam kembali, tetapi
sungai-sungai di daerah Kahayan, Barito, Sampit, sungai-sungai di Lampung,
sungai-sungai di Jawa bagian utara adalah cabang sungai besar di Laut Jawa
yang bermuara di sebelah utara Bali dulunya.
Melalui periode glasial I dengan timbulnya Paparan Sunda menjadi
jembatan yang memungkinkan terjadinya migrasi manusia dan hewan dari
daratan Asia ke banua Banjar.
Zaman permulaan plestosin tengah berjalan seiring dengan glasiasi
kedua daratan Asia, permukaan air laut turun sedalam 125 meter, sehingga
Paparan Sunda mencapai luas wilayah yang sangat besar dan sekali lagi Jawa,
Kalimantan dan Sumatera bersatu dengan daratan Malaya dan Asia, kembali
terjadi migrasi berbagai macam hewan yang akhirnya dikenal dengan istilah
fauna Sino Malayu, selain migrasi manusia tentunya. Setelah ribuan tahun
berjalan es menghilang lagi dan lautan kembali memisahkan pulau-pulau ini.
Setelah itu daratan ini akan mengalami dua kali lagi zaman glasial,
sampai keadaan seperti sekarang.
Pada kala Pleistosen ini hanya hewan berbulu tebal saja yang mampu
bertahan hidup. Salah satunya adalah Mammouth (gajah berbulu tebal).
Sedangkan hewan berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Perpindahan
binatang dari Asia Daratan ke Jawa, Sulawesi dan Filipina ada yang melalui
Malaysia (Jalan Barat), ada pula yang melalui Formosa, Filipina, ke
Kalimantan , Jawa dan Sulawesi (jalan timur). Garis Wallace adalah garis
antara selat makassar dan lombok yang merupakan batas antara dua jalan
penyeberangan binatang tersebut.
Selain itu juga, terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil Sinanthropus
pekinensis dalam jumlah besar di Peking (China) yang sejenis dengan
Pitecanthropus erectus dari Trinil, Ngawi, (Jawa Timur). Bukit lainnya adalah
ditemukannya alat-alat pacitan di China, Burma (Myanmar) dan Malaysia.
Sedangkan Homo wajakensis yang merupakan nenek moyang bangsa
Austrolid pada masa Pleitosen Tengah dan Pleitosen Atas menyebar dari Asia

29 | P a g e
ke selatan. Sebagian besar dari mereka sampai ke Benua Australia dan
menurunkan penduduk asli Australia yaitu suku Aborigin.

Ciri – ciri kala pleitosen


a) Berlangsung sekitar 18.000.000 tahun yang lalu.
b) Mulai muncul kehidupan.
c) Silih bergantinya zaman Glasial dan Interglasial. Zaman glasial adalah
zaman meluasnya lapisan es di kutub utara dan daerah yang jauh dari kutub
mengalami hujan lebat. Permukaan air laut turun dan naiknya daratan. Zaman
Interglasial adalah zaman zaman antara zaman glasial. Temperatur naik
sehingga lapisan di kutub utara mencair.
d) Hanya hewan berbulu tebal yang mampu bertahan dan hewan berbulu
tipis pindah ke daerah tropis.
e) Terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke Indonesia.

Zaman ini dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu sebagai berikut :


a. Lapisan atas atau lapisan Ngandong.
b. Lapisan tengah atau Lapisan Trinil.
c. Lapisan bawah atau lapisan Jetis

 Kala Holosen

Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai
sekitar 10.000 tahun radiokarbon, atau kurang lebih 11.430 ± 130 tahun kalender
yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala keempat dan

30 | P a g e
terakhir dari periode Neozoikum. Namanya berasal dari bahasa Yunani ὅλος
("holos") yang berarti keseluruhan dan καινή ("kai-ne") yang berarti baru atau
terakhir. Kala ini kadang disebut juga sebagai "Kala Alluvium". Kala Holosen
atau alluvium, yaitu kala manusia merajai dunia, yang baru mulai 0,01 juta (10
ribu) tahun silam. Dari kala ini diperagakan sejarah budaya manusia Zaman
Paleolitikum (Zaman Batu purba) sampai Zaman Neolitikum (Zaman Batu baru)
yang ditemukan di Punung (Pacitan, Jawa Timur) dan Dago (Bandung, Jawa
Barat).
Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap,
sehingga permukaan air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan
Sunda dan Paparan Sahul tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan
demikian muncullah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap, kemudian
muncul manusia cerdas (Homo sapiens) seperti manusia sekarang.

Ciri – ciri kala holosen:

a) Sebagian besar es di kutub lenyap dan permukaan air laut naik.


b) Daerah-daerah dataran rendah tergenang air dan menjadi laut transgresi
dan munculah pulau-pulau di Nusantara.
c) Hewan-hewan besar seperti mastodon, mammoth, sabre-tooth, glyptodon,
badak berbulu, dan giant sloth mulai menghilang.

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai