Anda di halaman 1dari 17

GEOKRONOLOGI

(Devonian, Carboniferous, Permian)

Disusun oleh :

Ariq Haykal Yusuf (072001900009)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2021
PENDAHULUAN
Geokronologi
Geokronologi adalah ilmu dalam geologi untuk menentukan umur absolut batuan, fosil,
dan sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu yang melekat dalam metode yang
digunakan. Berbagai macam metode penentuan umur digunakan oleh ahli geologi untuk
mencapai hal tersebut. Geokronologi absolut dapat dicapai melalui isotop radioaktif, sedangkan
geokronologi relatif disediakan oleh alat seperti palaeomagnetisme dan rasio isotop stabil.
Dengan menggabungkan beberapa indikator geokronologis (dan biostratigrafi), ketepatan usia
pemulihan dapat ditingkatkan.
Geokronologi berbeda penggunaannya dengan biostratigrafi, yang merupakan ilmu
untuk menempatkan batuan sedimen dalam suatu periode geoogi tertentu melalui pendeskripsian,
pengkatalogan dan pembandingan kumpulan fosil flora dan fauna. Biostratigrafi tidak secara
langsung memberikan suatu penentuan umur absolut dari batuan, hanya menempatkannya dalam
suatu interval waktu di mana kumpulan fosil tersebut telah diketahui pernah hidup bersama.
Sebagai contoh, dengan referensi pada skala waktu Geologi, Permian Atas (Lopingian)
berlangsung sejak 270,6 +/- 0,7 Ma sampai antara sekitar 250,1 +/- 0,4 Ma (Triassik tertua yang
diketahui) dan 260,4 +/- 0,7 Ma (Lopingian termuda yang diketahui) – sebuah kekosongan dalam
kumpulan fosil yang sudah ditentukan umurnya, diketahui hampir mencapai 10 Ma. Sementara
umur biostratigrafi dari lapisan Permian Atas dapat menunjukkan Lopingian, penentuan umur
sebenarnya dari lapisan tersebut dapat berada di manapun antara 270 sampai 251 Ma.
Pada sisi lain, sebuah granite yang ditentukan berumur 259,5 +/- 0,5 Ma dapat secara
beralasan disebut “Permian”, atau lebih tepatnya, telah mengintrusi pada waktu Permian. Ilmu
geokronologi merupakan alat utama yang digunakan dalam bidang kronostratigrafi, yang
berusaha untuk mendapatkan umur absolut untuk semua kumpulan fosil dan menentukan sejarah
geologi Bumi serta bagian luar permukaan bumi.
Periode Devonian
Pada Geokronologi para geologis mempelajari skala waktu geologi dimana untuk
menentukan umur absolut dan umur relatif yang dimana salah satunya yang akan dibahas adalah
periode Devonian, Carboniferous dan Permian. Periode Devonian merupakan periode keempat di
Era Paleozoikum yang terjadi dari 419.2 juta sampai 358.9 juta tahun yang lalu. Periode
Devonian ini didahului oleh Periode Silur dan diikuti oleh Periode Karbon. Pada periode ini
sering dikenal dengan zaman ikan karena pada periode ini diketahui melimpahnya akan ikan,
meskipun peristiwa penting lainnya juga terjadi pada periode ini seperti evolusi tumbuhan,
serangga yang muncul pertama kali dan hewan lainnya. Hutan dan organisme laut bercangkang
melingkar yang dikenal sebagai ammonites pertama kali muncul di awal Devonian.
Pada akhir periode ini amfibi berkaki empat pertama muncul, menunjukkan kolonisasi
tanah oleh vertebrata. Selama Periode Devon, Amerika Utara, Greenland, dan Eropa bersatu
menjadi satu daratan Belahan Bumi Utara, sebuah superbenua kecil yang disebut Laurussia dan
pada periode ini Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika bergabung ke dalam
Benua Gondwana di belahan bumi selatan dimana bagian dari benua ini juga sering tertutup oleh
air laut. Pada Periode Devonian ini 85% dunia di tutupi oleh lautan dan pada akhir Devonian
lautan mengalami penurunan oksigen terlarut yang menyebabkan kepunahan spesies terutama
hewan laut. Lalu kepunahan ini diikuti oleh periode diversifikasi spesies, karena keturunan
organisme yang masih hidup mengisi habitat yang ditinggalkan.
Periode Carboniferous
Selanjutnya ada Periode Carboniferous. Periode Carboniferous merupakan periode
kelima di Era Paleozoikum yang terjadi dari 358.9 juta sampai dengan 298.9 juta tahun yang
lalu. Periode Carboniferous ini didahului oleh Periode Devonian dan diikuti oleh Periode
Permian. Periode ini menjadi periode terpanjang di Era Paleozoikum yaitu sekitar 60 juta tahun
lamanya dan merupakan periode terpanjang kedua di Eon Phanerozoikum. Istilah
”Carboniferous” berasal dari Inggris yang mengacu pada kekayaan akan deposit batu bara yang
terjadi pada periode ini.
Deposit batubara ini terjadi di seluruh Eropa utara, Asia, dan Amerika Utara bagian
barat tengah dan timur. Periode Carboniferous secara resminya dibagi menjadi dua subdivisi
utama yaitu Subperiode Mississipian selama 358.9 – 323.2 juta tahun yang lalu (Early
Carboniferous) dan Subperiode Pennsylvanian selama 323.2 – 298.9 juta tahun yang lalu (Late
Carboniferous. Pembagian ini dibuat untuk membedakan lapisan bantalan batubara di
Pennsylvanian dari sebagian besar batu kapur Mississippian, dan merupakan hasil dari stratigrafi
yang berbeda di benua yang berbeda. Selain memiliki keadaan yang ideal untuk pembentukan
batubara, beberapa peristiwa biologis, geologis dan iklim utama terjadi selama periode ini.
Secara biologis yang terjadi pada Periode Karbon ini adanya evolusioner telur amniot
yang memungkinkan adanya eksploitasi tanah oleh tetrapoda atau hewan vertebrata berkaki
empat. Pada akhir Periode Karbon tumbukan Benua Gondwana dan Benua Laurassia
menghasilkan sabuk Gunung Appalachian di Amerika Utara bagian timur dan Pegunungan
Hercynian di Inggris. Secara iklim memiliki kecenderungan menunjukan suhu yang ringan
selama Periode Karbon, sebagaimana dibuktikan oleh penurunan lycopod, serangga besar dan
peningkatan jumlah pohon pakis.

Periode Permian
Periode Permian merupakan periode terakhir di Era Paleozoic yang terjadi selama
298.9 juta tahun sampai dengan 252.2 juta tahun yang lalu, periode ini juga menunjukan sebagai
akhir dari Era Paleozoic. Periode ini berjalan dari akhir Periode Karbon hingga awal Periode
Triassic. Pada awal periode ini peristiwa glasiasi meluas dan sabuk iklim latitudinal sangat
berkembang. Sepanjang masa Permian iklim menghangat dan pada akhir periode kondisi panas
yang diikuti dengan kekeringan menyebar luas sehingga menyebabkan krisis pada kehidupan
laut dan daratan di Periode Permian ini. Terjadinya pergeseran iklim yang sangat signifikan ini
dipicu oleh berkumpulnya benua – benua yang lebih kecil menjadi superbenua yaitu Pangea.
Sebagian besar daratan Bumi bergabung menjadi satu yaitu Pangea yang dikelilingi oleh lautan
dunia yang sangat luas disebut dengan Panthalassa.
Selama Periode Permian ini tumbuhan darat menunjukan keanekaragamannya dan
serangga berevolusi dengan cepat saat mereka mengikuti tumbuhan ke habitat yang baru. Selain
itu beberapa garis keturunan reptile penting pertama kali muncul pada periode ini, termasuk yang
yang akhirnya memunculkan mamalia di Era Mesozoikum. Pada akhir Permian telah terjadi
kepunahan massal terbesar dalam sejara Bumi. Kepunahan massal ini sangat parah sehingga
hanya 10 persen atau kurang dari spesies yang ada selama masa keanekaragaman hayati
maksimum di Permian bertahan hingga akhir periode.
Batuan Permian cukup umum ditemukan di semua benua saat ini, namun beberapa
telah berpindah jarak yang cukup jauh dari garis lintang aslinya dari pengendapan oleh
transportasi tektonik yang terjadi selama Era Mesozoikum dan Kenozoikum. Beberapa batuan
yang berasal dari Periode Permian terbaru terkenal dengan fossilnya, seperti pada lempeng di
Russia berisi kumpulan fauna vertebrata serta fossil serangga dan tumbuhan.
PEMBAHASAN
PERIODE DEVONIAN
1. Paleogeography
Keadaan geografi fisik Periode Devonian dapat direkonstruksi menggunakan bukti dari
paleomagnetisme, paleoklimat, paleobiogeografi, dan peristiwa tektonik. Perubahan signifikan
dalam geografi selama Periode Devonian ini cukup signifikan, seperti daratan dunia
dikumpulkan menjadi dua superbenua Gondwana dan Laurassia. Massa daratan yang luas ini
terletak relatif dekat satu sama lain dalam satu belahan bumi, sementara lautan luas menutupi
seluruh dunia. Superkontinen ini dikelilingi di semua sisi oleh zona subduksi. Dengan
berkembangnya zona subduksi antara Gondwana dan Euramerica, sebuah tabrakan besar terjadi
yang akan menyatukan keduanya untuk membentuk satu-satunya bdi dunia yaitu Pangaea. Selain
pola perubahan global, banyak aktivitas penting regional juga terjadi. Benua Amerika Utara dan
Eropa bertabrakan, menghasilkan intrusi granit besar-besaran dan peninggian Pegunungan
Appalachian di Amerika Utara bagian timur. Erosi hebat dari pegunungan yang baru terangkat
ini menghasilkan sejumlah besar sedimen, yang diendapkan di dataran rendah yang luas dan laut
dangkal di dekatnya.
Adanya sebaran fossil ikan nonmarine dan invertebrata laut menunjukkan bahwa
Eropa, Siberia, dan kepulauan Arktik Kanada terhubung dan membentuk sebagian besar
Laurussia. Selama Periode Devonian Asia terdiri dari banyak lempeng mikro yang terpisah dan
sekarang bergabung menjadi satu. Dari jumlah tersebut, Siberia dan Kazakhstania mulai menyatu
selama akhir Devon dan kemudian bergabung dengan Laurussia, membentuk Pegunungan Ural
di sepanjang pertemuan lempeng. Pada dasarnya Laurassia memiliki iklim yang tropis atau
subtropis yang selama Periode Devon iklimnya agak berubah Karenna daratan ini bermigrasi ke
utara selama Devon Akhir dan Zaman Karbon Awal.
Pada Devonian benua bagian selatan bergabung dengan superbenua Gondwana
sepanjang garis batas landas kontinen. Beberapa hasil interpretasi menghasilkan lautan luas yang
memisahkan dua daratan besar ini, tetapi settings ini dianggap tidak mungkin karena adanya
bukti dari karang, brakiopoda dan amon yang serupa di Amerika Utara bagian timur, Maroko,
dan Spanyol. Bedasarkan kesamaan fossil, beberapa peneliti menyatakan menempatkan Afrika
Utara berdekatan dengan pesisir timur Amerika Utara selama periode ini. Permyataan posisi
mikrokontinen yang kemudian bersatu untuk membentuk Asia agak tidak pasti, tetapi banyak
dari mikrokontinem tersebut kemungkinan menempel atau berdekatan dengan margin utara
Gondwana dan bermigrasi ke utara untuk menyatu dengan kawasan Asia yang berkembang di
beberapa titik selama Fanerozoikum

2. Iklim Purba
Sebagian besar lingkungan yang ada saat ini diwakili selama Periode Devon,
bahwasanya es di kutub memang ada dengan ukurannya yang jauh lebih kecil daripada sekarang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bumi lebih hangat selama Periode Devon daripada
saat ini. Iklim hangat yang merata merupakan hal yang umum seperti yang ditunjukkan oleh
distribusi luas cekungan evaporit di Belahan Bumi Utara, oleh endapan batubara di Arktik
Kanada dan Spitsbergen, dan oleh kondisi gurun yang luas dan terumbu karbonat. Karena iklim
yang hangat tersebut, pada periode ini gletser dan penurunan permukaan laut telah memicu
terjadinya kepunahan massal, karena bukti menunjukkan spesies laut air hangat paling
terpengaruh. Dampak meteorit juga menjadi salah satu penyebab atas kepunahan massal, atau
perubahan karbon dioksida di atmosfer. Bahkan dapat dibayangkan bahwa evolusi dan
penyebaran hutan dan tanaman pertama dengan sistem akar kompleks yang mungkin telah
mengubah iklim global. Dan pada periode ini menyebabkan hewan vertebrata pindah ke darat.
3. Kehidupan Laut
Periode Devonian adalah waktu pembentukan karang yang luas di perairan dangkal
yang mengelilingi setiap benua dan memisahkan Gondwana dari Euramerica. Ekosistem terumbu
karang mengandung banyak brakiopoda, trilobita, tabulata dan karang tanduk. Placoderms atau
yang lebih di kenal dengan ikan lapis baja mengalami diversifikasi luas dan menjadi predator
laut yang dominan. Placoderms memiliki rahang sederhana tetapi bukan gigi asli. Sebaliknya,
mulut mereka berisi struktur tulang yang digunakan untuk menghancurkan mangsanya. Beberapa
Placoderms memiliki panjang hingga 33 kaki atau sekitar 10 meter. Ikan bertulang rawan seperti
hiu dan pari biasa ditemukan pada akhir Devonian. Lapisan Devonian juga mengandung fosil
amonit pertama.
Pada pertengahan Devon, catatan fosil menunjukkan bukti bahwa ada dua kelompok
ikan baru yang memiliki tulang, gigi, sirip, dan insang sejati. Ikan bersirip Ray merupakan nenek
moyang sebagian besar ikan modern. Seperti ikan modern, pasangan sirip perut dan sirip dada
mereka ditopang oleh beberapa tulang tipis panjang yang ditenagai oleh otot yang sebagian besar
berada di dalam mocong. Ikan bersirip lobus lebih umum selama Devonian daripada sirip Ray,
tetapi sebagian besar mati. Coelacanth dan beberapa spesies lungfish adalah satu-satunya ikan
bersirip lobus yang tersisa saat ini. Ikan bersirip lobus memiliki sirip dada dan sirip perut
berdaging yang mengartikulasikan ke bahu atau panggul oleh satu tulang (humerus atau tulang
paha), yang ditenagai oleh otot di dalam sirip itu sendiri. Beberapa spesies mampu menghirup
udara melalui spirakel di tengkorak. Ikan bersirip lobus adalah nenek moyang yang diterima dari
semua tetrapoda.
4. Tanaman Periode Devonian
Lycophytes, ekor kuda, dan pakis tumbuh menjadi ukuran besar dan membentuk hutan
pertama di Bumi. Pada akhir Devonian, Progymnospermae seperti Archaeopteris adalah pohon
pertama yang berhasil tumbuh. Archaeopteris bisa tumbuh hingga 98 kaki atau 30 meter dengan
diameter batang lebih dari 3 kaki. Archaeopteris memiliki batang kayu lunak yang mirip dengan
tumbuhan runjung modern yang tumbuh di cincin berurutan dan tidak memiliki daun sejati tetapi
struktur seperti pakis yang terhubung langsung ke cabang (tidak memiliki batang daun sejati).
Ada bukti bahwa mereka gugur dengan bukti fosil yang paling umum adalah cabang yang
rontok. Reproduksi dilakukan dengan spora jantan dan betina yang diterima sebagai prekursor
tanaman berbiji. Pada akhir Periode Devon, proliferasi tanaman meningkatkan kandungan
oksigen di atmosfer secara signifikan, yang penting untuk perkembangan hewan darat. Pada saat
yang sama karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca, telah habis dari tingkat sebelumnya. Ini
mungkin telah berkontribusi pada pendinginan iklim dan peristiwa kepunahan di akhir Devonian.
5. Hewan pada Periode Devonian
Kaki seribu, lipan, dan arakhnida terus berdiversifikasi selama Periode Devon.
Serangga paling awal yang diketahui pada periode ini adalah Rhyniella praecusor yang
merupakan heksapoda yang tidak dapat terbang dengan antena dan tubuh yang tersegmentasi.
Fosil Rhyniella berusia antara 412 juta dan 391 juta tahun. Tetrapoda yang paling awal diketahui
adalah Tiktaalik rosae yang berasal dari pertengahan Devon. Makhluk fosil ini dianggap sebagai
penghubung antara ikan bersirip lobus dan amfibi awal. Tiktaalik mungkin sebagian besar hidup
di dasar muara air dangkal. Ia memiliki panggul seperti ikan, tetapi tungkai belakangnya lebih
besar dan lebih kuat daripada yang di depan, menunjukkan ia mampu mendorong dirinya sendiri
di luar lingkungan perairan. Ia memiliki kepala seperti buaya, leher yang dapat digerakkan, dan
lubang hidung untuk menghirup udara.
6. Kepunahan Massal di Periode Devonian
Penutupan Periode Devonian dianggap sebagai yang kedua dari "lima besar" peristiwa
kepunahan massal dalam sejarah Bumi. Pada dasarnya satu peristiwa, diketahui memiliki dua
minimal peristiwa terjadinya penipisan spesies yang berkepanjangan dan beberapa periode yang
lebih pendek. Peristiwa Kellwasser pada akhir Devonian tengah sebagian besar bertanggung
jawab atas matinya terumbu karang besar, ikan tanpa rahang, dan trilobita. Peristiwa Hangeberg
di Batas Devonian/Karbon membunuh Placoderm dan sebagian besar amon awal. Penyebab
kepunahan masih belum jelas pastinya tetapi mungkin terkait dengan pendinginan iklim dari
penipisan CO2 yang disebabkan oleh hutan pertama. Meskipun hingga 70 persen spesies
invertebrata mati, tumbuhan dan hewan darat sebagian besar tidak terpengaruh oleh peristiwa
kepunahan ini.
PERIODE CARBONIFEROUS
1. Paleogeography
Dunia Karbon Awal (Mississippian) dicirikan oleh Benua Laurussia dengan
serangkaian blok kratonik kecil yang menempati Belahan Bumi Utara, dan Gondwana, sebuah
daratan besar yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika, Antartika, Australia, dan anak benua
India yang saat ini ada di belahan bumi selatan. Jika diibaratkan dengan saat ini daratan utama
Laurassia terdiri dari Amerika Utara, Eropa Barat dan Balto – Skandinavia. Sebagian besar
Laurussia terletak di dekat paleoequator, sedangkan kraton Siberia, Kazakhstania, dan sebagian
besar Cina ada sebagai benua terpisah yang menempati posisi di garis lintang tinggi. Selama
periode ini, Laut Tethys memisahkan batas selatan benua Batu Pasir Merah Tua yang merupakan
Gondwana.
Pada Zaman Karbon Akhir (Pennsylvania), pergerakan lempeng telah membawa
sebagian besar Laurussia berkontak dengan Gondwana dan menutup Tethys. Laurussia dan
Gondwana menjadi menyatu oleh orogeni Appalachian-Hercynian (peristiwa pembangunan
gunung), yang berlanjut hingga Periode Permian. Pada periode ini laut dangkal menempati batas
landas kontinen yang mengelilingi benua. Kemungkinanan daerah pinggiran benua pada Periode
Karbon menjadi interior benua saat ini dan palung yang lebih dalam (geosinklin) terbentang ke
arah laut dan jejak sedimennya sekarang dicirikan oleh pegunungan.
2. Iklim Purba
Selama Periode Karbon ini, iklim di berbagai daratan dikendalikan oleh posisi garis
lintangnya. Karena pola angin yang berlaku di Bumi pada saat ini dan pada saat Periode Karbon
mirip, sehingga kondisi tropis mencirikan daerah khatulistiwa dimana adanya garis lintang
sedang yang menyebabkan iklim kering dan garis lintang yang lebih tinggi menyebabkan iklim
lebih dingin dan lembab. Daerah yang lebih basah di blok benua lain di lintang yang lebih tinggi
di Belahan Bumi Utara mulai membentuk rawa batubara selama periode ini. Sebaliknya,
sebagian besar Gondwana berada di bawah 30° Lintang Selatan dan mengalami kondisi yang
lebih dingin sehingga memungkinkan terbentuknya gletser kontinental. Tetapi pada pada
Belahan Bumi Utara yang memiliki posisi di garis lintang tinggi tidak terjadi glasiasi kontinental,
yang kemungkinan disebabkan karena daratannya yang terlalu kecil untuk menopang gletser
yang besar.
3. Invertebrata
Pada Periode Karbon ini memiliki invertebrata laut yang beragam, terutama organisme
pembentuk terumbu, seperti karang tabulasi dan stromatoporoid terbatas. Akibatnya, terumbu
Karbon kurang berkembang karena kurangnya pembangun kerangka. Invertebrata yang hidup di
laut benthic atau dasar laut, didominasi oleh crinoid yang merupakan sekelompok echinodermata
bertangkai (invertebrata yang dicirikan oleh penutup atau kulit yang keras dan berduri) yang
masih hidup hari ini. Hewan – hewan ini tumbuh dalam jumlah besar sehingga mempengaruhi
arus bawah dan sirkulasi air dan sisa – sisa dari hewan ini mengandung kalsium karbonat
menjadi bahan pembentukan batuan yang signifikan. Selain itu invertebrate seperti blastoid juga
mencirikan dari endapan Karbon.
Pada Karbon Akhir (Pennsylvania) kelompok dari protozoa (organisem eukariotik
bersel tunggal) yang dinamakan dengan fusulinid muncul dan mendominasi. Fusulinid ini
dicirikan dengan cangkang yang melingkar rapat dan hidup bebas di dasar laut.
Beberapa organisme benthic yang umum ditemukan pada masa Paleozoikum awal dan
tengah mulai menurun selama Periode Karbon, seperti trilobite, karang rugose, dan spons. Pada
Lingkungan pelagis, atau kolom air, dihuni oleh banyak cephalopoda. Ini termasuk nautiloid
lurus dan melingkar, ammonoid, dan cumi-cumi pertama. Adapun Graptolite meluas di Periode
Karbon, tetapi mereka punah selama Mississippian.
Pada Karbon akhir (Pennsylvania), capung dan lalat capung berlimpah dan telah
mencapai ukuran besar, dengan beberapa nenek moyang paling awal capung modern yaitu
Protodonata yang memiliki lebar sayap sekitar 70 cm. Pada saat ini juga nenek moyang serangga
berbentuk belalang, jangkrik, dan kalajengking muncul pertama kali dengan ukuran yang besar
4. Amfibi dan Reptil Pertama
Pada Periode Karbon merupakan puncak dari perkembangan amfibi dan munculnya
reptile. Diantara amfibi tersebut diwakili dengan anggota ordo Embolomeri dan anggota dari
famili Eryopoidae. Bentuk-bentuk ini memiliki tengkorak besar, batang kecil, dan anggota badan
kekar. Mereka berasal dari crossopterygians yang muncul di Devon dari pengaturan air tawar.
Kelompok lain yang memiliki bentuk tidak biasa adalah Lepospondylian yang
menyerupai amfibi tetapi tidak termasuk dalam kelas dalam klasifikasi terbaru. Kelompok ini
berisi berbagai macam bentuk semiakuatik seperti Ophiderpeton menyerupai ular, Keraterpeton
memiliki tanduk, dan mikrosaur seperti Asaphestera.
Perkembangan reptil ditandai dengan perbaikan sistem reproduksi terestrial selama
Periode Karbon. Reptil paling awal yang muncul adalah Captorhinid Hylonomus, ditemukan di
tunggul pohon lycopod Pennsylvania di Nova Scotia. Hewan ini berukuran kecil dengan ukuran
kurang dari 0.3 meter yang sekarang telah diawetkan setelah terperangkap di ronga pohon yang
telah membusuk.

5. Kepunahan Massal di Periode Karbon


Sebelum akhir Periode Karbon, peristiwa kepunahan terjadi. Di darat, peristiwa ini
disebut sebagai Carboniferous Rainforest Collapse (CRC). Hutan hujan tropis yang luas tiba-tiba
runtuh saat iklim berubah dari panas dan lembab menjadi dingin dan gersang. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh glasiasi yang intens dan penurunan permukaan laut.
Kondisi iklim yang baru tidak mendukung bagi pertumbuhan hutan hujan dan hewan di
dalamnya. Hutan hujan menyusut menjadi pulau-pulau terpencil, dikelilingi oleh habitat kering
musiman. Hutan likopsid yang menjulang tinggi dengan campuran vegetasi yang heterogen
digantikan oleh flora yang didominasi oleh tumbuhan paku-pakuan.
Amfibi dan vertebrata yang dominan pada periode ini kesulitan untuk melalui peristiwa
kepunahan tersebut. Seperti pada reptil yang terus melakukan diversifikasi karena cara tersebut
merupakan salah satu kunci yang memungkinkan untuk mereka bertahan hidup di habitat yang
lebih kering, khususnya mereka yang memiliki sisik dimana lebih menyukai daerah perairan.
PERIODE PERMIAN
1. Paleogeography
Selama Periode Permian awal Gondwana barat laut bertabrakan dan bergabung dengan
Laurassia selatan, sehingga menghasilkan pegunungan Allegenian yang akan menjadi wilayah
Amerika Utara. Penggabungan Pangea selesai terjadi ketika pertengahan Periode Permian awal.
Di pinggiran Pangea adalah Cathaysia, sebuah wilayah yang membentang di luar tepi timur
Angara dan terdiri dari daratan Cina Utara dan Selatan. Cathaysia terletak di Samudra
Panthalassic barat dan di ujung timur Laut Tethys. Benua Cimmeria terbelah dari Gondwana dan
bergerak ke utara ke Laurasia, menyebabkan Samudra Paleo-Tethys menyusut. Sebuah samudra
baru tumbuh di ujung selatannya yaitu Samudra Neotethys dimana samudra yang akan
mendominasi sebagian besar di Era Mesozoikum.
Pegunungan Pangea Tengah, yang mulai terbentuk karena tumbukan Laurasia dan
Gondwana selama Karbon, mencapai ketinggian maksimumnya selama Permian awal sekitar 295
juta tahun yang lalu, sebanding dengan Himalaya saat ini, tetapi menjadi sangat terkikis saat
Permian berkembang.
2. Iklim Purba
Penggabungan berbagai daratan besar ke superbenua Pangea menyebabkan pemanasan
global dan perkembangan iklim kering hingga gersang selama Periode Permian. Tetapi pada saat
arus permukaan laut yang hangat dibelokkan ke daerah yang lebih dekat ke kutub, air dingin
berkembang di sepanjang pantai barat Pangea. Pada saat pertengahan Permian iklim umumnya
lebih hangat dan lembab, sedangkan pada Permian akhir memiliki iklim yang umumnya panas
dan dan kering sehingga membuat pada waktu ini gurun menjadi tersebar luas di berbagai daerah
tropis dan subtropis.
Terjadinya orogenesis yang membentuk pegunungan tinggi saat pembentukan Pangea
mempengaruhi iklim dimana aliran atmosfer timur-barat di daerah beriklim sedang dan memiliki
posisi di lintang yang lebih tinggi terganggu oleh dua rangkaian pegunungan tinggi, yang dimana
berorientasi dengan timur-barat dan satu lagi mengalir ke utara-selatan yang mengalihkan udara
laut yang hangat ke lintang yang lebih tinggi.
3. Hewan Darat
Dua kelompok penting hewan darat yang mendominasi di Periode Permian ada dua
yaitu Synapsids dan Sauropsids. Synapsids memiliki tengkorak dengan bukaan temporal tunggal
dan dianggap sebagai garis keturunan yang akhirnya mengarah ke mamalia. Sedangkan
Sauropsida memiliki dua bukaan tengkorak dan merupakan nenek moyang reptil, termasuk
dinosaurus dan burung. Pada awal Permian, tampak bahwa Synapsid merupakan kelompok
hewan darat yang dominan dan sangat beragam. Synapsids paling awal dan paling primitif
adalah Pelycosaurs yang termasuk predator puncak, genus yang dikenal sebagai Dimetrodon.
Hewan ini memiliki tubuh seperti kadal dan memiliki sirip seperti layar yang bertulang besar di
punggungnya yang mungkin digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
Genus Synapsids lainnya, Lystrosaurus, adalah herbivora kecil - panjangnya sekitar 3 kaki
(hampir 1 meter) - yang tampak seperti persilangan antara kadal dan kuda nil. Lystosaurus
memiliki wajah datar dengan dua gading dan memiliki ciri khas dengan kaki miring dari tubuh.
Pada akhir Permian, Pelycosaurs digantikan oleh garis keturunan baru yang dikenal
sebagai Therapsids. Hewan-hewan ini jauh lebih mirip dengan mamalia. Kaki mereka berada di
bawah tubuh mereka, memberi mereka posisi tubuh lebih tegak seperti mamalia berkaki empat.
Mereka memiliki rahang yang lebih kuat dan diferensiasi gigi yang lebih banyak. Tengkorak
fosil menunjukkan bukti kumis, yang menunjukkan bahwa beberapa spesies memiliki bulu dan
endotermik.
Pada akhir Permian, Synapsids terbesar punah sehingga meninggalkan rantai
ekosistem. Kelompok hewan darat kedua, kelompok Sauropsid, lebih berhasil melewati
kepunahan Permian dan dengan cepat melakukan diversifikasi untuk mengisi rantai ekosistem
tersebut. Garis keturunan Sauropsid memunculkan dinosaurus yang akan mendominasi Era
Mesozoikum.
4. Tanaman
Pada akhir Periode Karbon, di daratan hutan rawa raksasa mulai mongering, sehingga
pada Periode Permian ini tumbuhan berlumut yang bergantung pada spora untuk reproduksi
digantikan oleh tumbuhan berbiji pertama yaitu gymnospermae. Gymnospermae adalah
tumbuhan vaskular, mampu mengangkut air secara internal. Gymnospermae telah mengekspos
benih yang berkembang pada sisik kerucut dan dibuahi ketika serbuk sari disaring dan mendarat
langsung di benih. Tumbuhan runjung hari ini adalah gymnospermae, seperti juga telapak tangan
pendek seperti sikas dan gingko.
5. Kepunahan Massal di Periode Permian
Periode Permian berakhir dengan peristiwa kepunahan massal terbesar dalam sejarah
Bumi, hanya dalam sekejap waktu mayoritas spesies yang di hidup di planet ini musnah.
Beberapa hipotesa memperkirakan bahwa lebih dari 95 persen spesies laut punah dan lebih dari
70 persen hewan darat juga punah. Lapisan fosil di Pegunungan Alpen Italia menunjukkan
bahwa tanaman terkena hal yang sama yang sama kerasnya dengan spesies hewan. Fosil dari
Permian akhir menunjukkan bahwa hutan konifer besar menyelimuti wilayah tersebut. Lapisan-
lapisan ini diikuti oleh fosil-fosil Trias awal yang menunjukkan sedikit tanda-tanda keberadaan
tumbuhan tetapi sebaliknya dipenuhi dengan sisa-sisa fosil jamur yang mungkin berkembang
biak di atas pohon-pohon yang membusuk.
Beberapa menunjukkan bukti aktivitas gunung berapi di Siberia dan Cina (daerah di
bagian utara Pangea berbentuk "C"). Serangkaian letusan besar ini pada awalnya akan
menyebabkan pendinginan cepat suhu global yang menyebabkan peningkatan glasiasi, serta
serangkaian letusan gunung berapi tersebut memompa begitu banyak puing ke atmosfer sehingga
sinar matahari yang masuk ke atmosfer terhalang, menyebabkan penurunan suhu yang signifikan
dan mencegah fotosintesis tanaman, yang menyebabkan rantai makanan runtuh. “Musim dingin
nuklir” ini akan menyebabkan kematian organisme fotosintesis, dasar dari sebagian besar rantai
makanan. Penurunan permukaan laut dan dampak vulkanik akan menjelaskan bukti tingkat
karbon dioksida yang jauh lebih tinggi di lautan, yang mungkin telah menyebabkan runtuhnya
ekosistem laut. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka menjadi akhir dari Era Paleozoik.
Sumber
https://en.wikipedia.org/wiki/Geochronology diakses pada 18 Oktober 2021
https://ucmp.berkeley.edu/devonian/devonian.php diakses pada 18 Oktober 2021
https://www.britannica.com/science/Devonian-Period/Plants diakses pada 18 Oktober 2021
https://www.livescience.com/43596-devonian-period.html diakses pada 18 Oktober 2021
https://id.wikipedia.org/wiki/Geokronologi diakses pada 18 Oktober 2021
https://en.wikipedia.org/wiki/Carboniferous diakses pada 19 Oktober 2021
https://www.britannica.com/science/Carboniferous-Period diakses pada 19 Oktober 2021
https://ucmp.berkeley.edu/carboniferous/carboniferous.php diakses pada 20 Oktober 2021
https://www.livescience.com/43219-permian-period-climate-animals-plants.html diakses pada 21
Oktober 2021
https://www.nationalgeographic.com/science/article/permian diakses pada 21 Oktober 2021
https://www.britannica.com/science/Permian-Period diakses pada 21 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai