Disusun oleh :
Periode Permian
Periode Permian merupakan periode terakhir di Era Paleozoic yang terjadi selama
298.9 juta tahun sampai dengan 252.2 juta tahun yang lalu, periode ini juga menunjukan sebagai
akhir dari Era Paleozoic. Periode ini berjalan dari akhir Periode Karbon hingga awal Periode
Triassic. Pada awal periode ini peristiwa glasiasi meluas dan sabuk iklim latitudinal sangat
berkembang. Sepanjang masa Permian iklim menghangat dan pada akhir periode kondisi panas
yang diikuti dengan kekeringan menyebar luas sehingga menyebabkan krisis pada kehidupan
laut dan daratan di Periode Permian ini. Terjadinya pergeseran iklim yang sangat signifikan ini
dipicu oleh berkumpulnya benua – benua yang lebih kecil menjadi superbenua yaitu Pangea.
Sebagian besar daratan Bumi bergabung menjadi satu yaitu Pangea yang dikelilingi oleh lautan
dunia yang sangat luas disebut dengan Panthalassa.
Selama Periode Permian ini tumbuhan darat menunjukan keanekaragamannya dan
serangga berevolusi dengan cepat saat mereka mengikuti tumbuhan ke habitat yang baru. Selain
itu beberapa garis keturunan reptile penting pertama kali muncul pada periode ini, termasuk yang
yang akhirnya memunculkan mamalia di Era Mesozoikum. Pada akhir Permian telah terjadi
kepunahan massal terbesar dalam sejara Bumi. Kepunahan massal ini sangat parah sehingga
hanya 10 persen atau kurang dari spesies yang ada selama masa keanekaragaman hayati
maksimum di Permian bertahan hingga akhir periode.
Batuan Permian cukup umum ditemukan di semua benua saat ini, namun beberapa
telah berpindah jarak yang cukup jauh dari garis lintang aslinya dari pengendapan oleh
transportasi tektonik yang terjadi selama Era Mesozoikum dan Kenozoikum. Beberapa batuan
yang berasal dari Periode Permian terbaru terkenal dengan fossilnya, seperti pada lempeng di
Russia berisi kumpulan fauna vertebrata serta fossil serangga dan tumbuhan.
PEMBAHASAN
PERIODE DEVONIAN
1. Paleogeography
Keadaan geografi fisik Periode Devonian dapat direkonstruksi menggunakan bukti dari
paleomagnetisme, paleoklimat, paleobiogeografi, dan peristiwa tektonik. Perubahan signifikan
dalam geografi selama Periode Devonian ini cukup signifikan, seperti daratan dunia
dikumpulkan menjadi dua superbenua Gondwana dan Laurassia. Massa daratan yang luas ini
terletak relatif dekat satu sama lain dalam satu belahan bumi, sementara lautan luas menutupi
seluruh dunia. Superkontinen ini dikelilingi di semua sisi oleh zona subduksi. Dengan
berkembangnya zona subduksi antara Gondwana dan Euramerica, sebuah tabrakan besar terjadi
yang akan menyatukan keduanya untuk membentuk satu-satunya bdi dunia yaitu Pangaea. Selain
pola perubahan global, banyak aktivitas penting regional juga terjadi. Benua Amerika Utara dan
Eropa bertabrakan, menghasilkan intrusi granit besar-besaran dan peninggian Pegunungan
Appalachian di Amerika Utara bagian timur. Erosi hebat dari pegunungan yang baru terangkat
ini menghasilkan sejumlah besar sedimen, yang diendapkan di dataran rendah yang luas dan laut
dangkal di dekatnya.
Adanya sebaran fossil ikan nonmarine dan invertebrata laut menunjukkan bahwa
Eropa, Siberia, dan kepulauan Arktik Kanada terhubung dan membentuk sebagian besar
Laurussia. Selama Periode Devonian Asia terdiri dari banyak lempeng mikro yang terpisah dan
sekarang bergabung menjadi satu. Dari jumlah tersebut, Siberia dan Kazakhstania mulai menyatu
selama akhir Devon dan kemudian bergabung dengan Laurussia, membentuk Pegunungan Ural
di sepanjang pertemuan lempeng. Pada dasarnya Laurassia memiliki iklim yang tropis atau
subtropis yang selama Periode Devon iklimnya agak berubah Karenna daratan ini bermigrasi ke
utara selama Devon Akhir dan Zaman Karbon Awal.
Pada Devonian benua bagian selatan bergabung dengan superbenua Gondwana
sepanjang garis batas landas kontinen. Beberapa hasil interpretasi menghasilkan lautan luas yang
memisahkan dua daratan besar ini, tetapi settings ini dianggap tidak mungkin karena adanya
bukti dari karang, brakiopoda dan amon yang serupa di Amerika Utara bagian timur, Maroko,
dan Spanyol. Bedasarkan kesamaan fossil, beberapa peneliti menyatakan menempatkan Afrika
Utara berdekatan dengan pesisir timur Amerika Utara selama periode ini. Permyataan posisi
mikrokontinen yang kemudian bersatu untuk membentuk Asia agak tidak pasti, tetapi banyak
dari mikrokontinem tersebut kemungkinan menempel atau berdekatan dengan margin utara
Gondwana dan bermigrasi ke utara untuk menyatu dengan kawasan Asia yang berkembang di
beberapa titik selama Fanerozoikum
2. Iklim Purba
Sebagian besar lingkungan yang ada saat ini diwakili selama Periode Devon,
bahwasanya es di kutub memang ada dengan ukurannya yang jauh lebih kecil daripada sekarang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bumi lebih hangat selama Periode Devon daripada
saat ini. Iklim hangat yang merata merupakan hal yang umum seperti yang ditunjukkan oleh
distribusi luas cekungan evaporit di Belahan Bumi Utara, oleh endapan batubara di Arktik
Kanada dan Spitsbergen, dan oleh kondisi gurun yang luas dan terumbu karbonat. Karena iklim
yang hangat tersebut, pada periode ini gletser dan penurunan permukaan laut telah memicu
terjadinya kepunahan massal, karena bukti menunjukkan spesies laut air hangat paling
terpengaruh. Dampak meteorit juga menjadi salah satu penyebab atas kepunahan massal, atau
perubahan karbon dioksida di atmosfer. Bahkan dapat dibayangkan bahwa evolusi dan
penyebaran hutan dan tanaman pertama dengan sistem akar kompleks yang mungkin telah
mengubah iklim global. Dan pada periode ini menyebabkan hewan vertebrata pindah ke darat.
3. Kehidupan Laut
Periode Devonian adalah waktu pembentukan karang yang luas di perairan dangkal
yang mengelilingi setiap benua dan memisahkan Gondwana dari Euramerica. Ekosistem terumbu
karang mengandung banyak brakiopoda, trilobita, tabulata dan karang tanduk. Placoderms atau
yang lebih di kenal dengan ikan lapis baja mengalami diversifikasi luas dan menjadi predator
laut yang dominan. Placoderms memiliki rahang sederhana tetapi bukan gigi asli. Sebaliknya,
mulut mereka berisi struktur tulang yang digunakan untuk menghancurkan mangsanya. Beberapa
Placoderms memiliki panjang hingga 33 kaki atau sekitar 10 meter. Ikan bertulang rawan seperti
hiu dan pari biasa ditemukan pada akhir Devonian. Lapisan Devonian juga mengandung fosil
amonit pertama.
Pada pertengahan Devon, catatan fosil menunjukkan bukti bahwa ada dua kelompok
ikan baru yang memiliki tulang, gigi, sirip, dan insang sejati. Ikan bersirip Ray merupakan nenek
moyang sebagian besar ikan modern. Seperti ikan modern, pasangan sirip perut dan sirip dada
mereka ditopang oleh beberapa tulang tipis panjang yang ditenagai oleh otot yang sebagian besar
berada di dalam mocong. Ikan bersirip lobus lebih umum selama Devonian daripada sirip Ray,
tetapi sebagian besar mati. Coelacanth dan beberapa spesies lungfish adalah satu-satunya ikan
bersirip lobus yang tersisa saat ini. Ikan bersirip lobus memiliki sirip dada dan sirip perut
berdaging yang mengartikulasikan ke bahu atau panggul oleh satu tulang (humerus atau tulang
paha), yang ditenagai oleh otot di dalam sirip itu sendiri. Beberapa spesies mampu menghirup
udara melalui spirakel di tengkorak. Ikan bersirip lobus adalah nenek moyang yang diterima dari
semua tetrapoda.
4. Tanaman Periode Devonian
Lycophytes, ekor kuda, dan pakis tumbuh menjadi ukuran besar dan membentuk hutan
pertama di Bumi. Pada akhir Devonian, Progymnospermae seperti Archaeopteris adalah pohon
pertama yang berhasil tumbuh. Archaeopteris bisa tumbuh hingga 98 kaki atau 30 meter dengan
diameter batang lebih dari 3 kaki. Archaeopteris memiliki batang kayu lunak yang mirip dengan
tumbuhan runjung modern yang tumbuh di cincin berurutan dan tidak memiliki daun sejati tetapi
struktur seperti pakis yang terhubung langsung ke cabang (tidak memiliki batang daun sejati).
Ada bukti bahwa mereka gugur dengan bukti fosil yang paling umum adalah cabang yang
rontok. Reproduksi dilakukan dengan spora jantan dan betina yang diterima sebagai prekursor
tanaman berbiji. Pada akhir Periode Devon, proliferasi tanaman meningkatkan kandungan
oksigen di atmosfer secara signifikan, yang penting untuk perkembangan hewan darat. Pada saat
yang sama karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca, telah habis dari tingkat sebelumnya. Ini
mungkin telah berkontribusi pada pendinginan iklim dan peristiwa kepunahan di akhir Devonian.
5. Hewan pada Periode Devonian
Kaki seribu, lipan, dan arakhnida terus berdiversifikasi selama Periode Devon.
Serangga paling awal yang diketahui pada periode ini adalah Rhyniella praecusor yang
merupakan heksapoda yang tidak dapat terbang dengan antena dan tubuh yang tersegmentasi.
Fosil Rhyniella berusia antara 412 juta dan 391 juta tahun. Tetrapoda yang paling awal diketahui
adalah Tiktaalik rosae yang berasal dari pertengahan Devon. Makhluk fosil ini dianggap sebagai
penghubung antara ikan bersirip lobus dan amfibi awal. Tiktaalik mungkin sebagian besar hidup
di dasar muara air dangkal. Ia memiliki panggul seperti ikan, tetapi tungkai belakangnya lebih
besar dan lebih kuat daripada yang di depan, menunjukkan ia mampu mendorong dirinya sendiri
di luar lingkungan perairan. Ia memiliki kepala seperti buaya, leher yang dapat digerakkan, dan
lubang hidung untuk menghirup udara.
6. Kepunahan Massal di Periode Devonian
Penutupan Periode Devonian dianggap sebagai yang kedua dari "lima besar" peristiwa
kepunahan massal dalam sejarah Bumi. Pada dasarnya satu peristiwa, diketahui memiliki dua
minimal peristiwa terjadinya penipisan spesies yang berkepanjangan dan beberapa periode yang
lebih pendek. Peristiwa Kellwasser pada akhir Devonian tengah sebagian besar bertanggung
jawab atas matinya terumbu karang besar, ikan tanpa rahang, dan trilobita. Peristiwa Hangeberg
di Batas Devonian/Karbon membunuh Placoderm dan sebagian besar amon awal. Penyebab
kepunahan masih belum jelas pastinya tetapi mungkin terkait dengan pendinginan iklim dari
penipisan CO2 yang disebabkan oleh hutan pertama. Meskipun hingga 70 persen spesies
invertebrata mati, tumbuhan dan hewan darat sebagian besar tidak terpengaruh oleh peristiwa
kepunahan ini.
PERIODE CARBONIFEROUS
1. Paleogeography
Dunia Karbon Awal (Mississippian) dicirikan oleh Benua Laurussia dengan
serangkaian blok kratonik kecil yang menempati Belahan Bumi Utara, dan Gondwana, sebuah
daratan besar yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika, Antartika, Australia, dan anak benua
India yang saat ini ada di belahan bumi selatan. Jika diibaratkan dengan saat ini daratan utama
Laurassia terdiri dari Amerika Utara, Eropa Barat dan Balto – Skandinavia. Sebagian besar
Laurussia terletak di dekat paleoequator, sedangkan kraton Siberia, Kazakhstania, dan sebagian
besar Cina ada sebagai benua terpisah yang menempati posisi di garis lintang tinggi. Selama
periode ini, Laut Tethys memisahkan batas selatan benua Batu Pasir Merah Tua yang merupakan
Gondwana.
Pada Zaman Karbon Akhir (Pennsylvania), pergerakan lempeng telah membawa
sebagian besar Laurussia berkontak dengan Gondwana dan menutup Tethys. Laurussia dan
Gondwana menjadi menyatu oleh orogeni Appalachian-Hercynian (peristiwa pembangunan
gunung), yang berlanjut hingga Periode Permian. Pada periode ini laut dangkal menempati batas
landas kontinen yang mengelilingi benua. Kemungkinanan daerah pinggiran benua pada Periode
Karbon menjadi interior benua saat ini dan palung yang lebih dalam (geosinklin) terbentang ke
arah laut dan jejak sedimennya sekarang dicirikan oleh pegunungan.
2. Iklim Purba
Selama Periode Karbon ini, iklim di berbagai daratan dikendalikan oleh posisi garis
lintangnya. Karena pola angin yang berlaku di Bumi pada saat ini dan pada saat Periode Karbon
mirip, sehingga kondisi tropis mencirikan daerah khatulistiwa dimana adanya garis lintang
sedang yang menyebabkan iklim kering dan garis lintang yang lebih tinggi menyebabkan iklim
lebih dingin dan lembab. Daerah yang lebih basah di blok benua lain di lintang yang lebih tinggi
di Belahan Bumi Utara mulai membentuk rawa batubara selama periode ini. Sebaliknya,
sebagian besar Gondwana berada di bawah 30° Lintang Selatan dan mengalami kondisi yang
lebih dingin sehingga memungkinkan terbentuknya gletser kontinental. Tetapi pada pada
Belahan Bumi Utara yang memiliki posisi di garis lintang tinggi tidak terjadi glasiasi kontinental,
yang kemungkinan disebabkan karena daratannya yang terlalu kecil untuk menopang gletser
yang besar.
3. Invertebrata
Pada Periode Karbon ini memiliki invertebrata laut yang beragam, terutama organisme
pembentuk terumbu, seperti karang tabulasi dan stromatoporoid terbatas. Akibatnya, terumbu
Karbon kurang berkembang karena kurangnya pembangun kerangka. Invertebrata yang hidup di
laut benthic atau dasar laut, didominasi oleh crinoid yang merupakan sekelompok echinodermata
bertangkai (invertebrata yang dicirikan oleh penutup atau kulit yang keras dan berduri) yang
masih hidup hari ini. Hewan – hewan ini tumbuh dalam jumlah besar sehingga mempengaruhi
arus bawah dan sirkulasi air dan sisa – sisa dari hewan ini mengandung kalsium karbonat
menjadi bahan pembentukan batuan yang signifikan. Selain itu invertebrate seperti blastoid juga
mencirikan dari endapan Karbon.
Pada Karbon Akhir (Pennsylvania) kelompok dari protozoa (organisem eukariotik
bersel tunggal) yang dinamakan dengan fusulinid muncul dan mendominasi. Fusulinid ini
dicirikan dengan cangkang yang melingkar rapat dan hidup bebas di dasar laut.
Beberapa organisme benthic yang umum ditemukan pada masa Paleozoikum awal dan
tengah mulai menurun selama Periode Karbon, seperti trilobite, karang rugose, dan spons. Pada
Lingkungan pelagis, atau kolom air, dihuni oleh banyak cephalopoda. Ini termasuk nautiloid
lurus dan melingkar, ammonoid, dan cumi-cumi pertama. Adapun Graptolite meluas di Periode
Karbon, tetapi mereka punah selama Mississippian.
Pada Karbon akhir (Pennsylvania), capung dan lalat capung berlimpah dan telah
mencapai ukuran besar, dengan beberapa nenek moyang paling awal capung modern yaitu
Protodonata yang memiliki lebar sayap sekitar 70 cm. Pada saat ini juga nenek moyang serangga
berbentuk belalang, jangkrik, dan kalajengking muncul pertama kali dengan ukuran yang besar
4. Amfibi dan Reptil Pertama
Pada Periode Karbon merupakan puncak dari perkembangan amfibi dan munculnya
reptile. Diantara amfibi tersebut diwakili dengan anggota ordo Embolomeri dan anggota dari
famili Eryopoidae. Bentuk-bentuk ini memiliki tengkorak besar, batang kecil, dan anggota badan
kekar. Mereka berasal dari crossopterygians yang muncul di Devon dari pengaturan air tawar.
Kelompok lain yang memiliki bentuk tidak biasa adalah Lepospondylian yang
menyerupai amfibi tetapi tidak termasuk dalam kelas dalam klasifikasi terbaru. Kelompok ini
berisi berbagai macam bentuk semiakuatik seperti Ophiderpeton menyerupai ular, Keraterpeton
memiliki tanduk, dan mikrosaur seperti Asaphestera.
Perkembangan reptil ditandai dengan perbaikan sistem reproduksi terestrial selama
Periode Karbon. Reptil paling awal yang muncul adalah Captorhinid Hylonomus, ditemukan di
tunggul pohon lycopod Pennsylvania di Nova Scotia. Hewan ini berukuran kecil dengan ukuran
kurang dari 0.3 meter yang sekarang telah diawetkan setelah terperangkap di ronga pohon yang
telah membusuk.