Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bisnis Transportasi di Indonesia pada saat ini sedang meningkat pesat, bisnis jasa
transportasi tersebut banyak ragam nya mulai dari jasa penyewaan mobil, penyewaan bus atau
moda angkutan umum lainya . perkembangan industry jasa transportasi umumnya sangat cepat
pertumbuhan nya karena pelaku bisnis tidak memiliki hambatan yang besar untuk masuk ke
dalam industry . selain itu faktor tingkat pariwisata yang semakin meningkat pada kota-kota
besar seperti Bandung,Jogjakarta,Surabaya,Semarang mendorong pesatnya pertumbuhan jasa
angkutan transportasi.

Pada tugas kali ini kami akan membahas salah satu bisnis jasa transportasi secara lebih detail
yaitu bisnis penyewaan Bus Pariwisata . Bus adalah kendaran besar beroda yang digunakan
untuk membawa penumpang dalam jumlah banyak , bus berasal dari bahasa latin yaitu Omnibus
yang bearti kendaraan yang berhenti di semua perhentian . kami akan meneliti industry
penyewaan bus pariwisata di wilayah Kota Bandung , karena Kota Bandung merupakan salah
satu kota tujuan wisata.

Kami membahas isu ini karena sector pariwisata yang meningkat di kota bandung pada tahun
ini akibat berbagai peremajaan gedung heritage di kotabandung, fasilitas kota yang ramah bagi
para pelancong dan berbagai tempat wisata yang unik di banding kota lain.
maka penyewaan bus menjadi salah satu opsi yang menarik bagi para pelancong dengan
rombongan yang banyak untuk berjalan-jalan di kota bandung . oleh sebab itu di Bandung
banyak sekali PO Bus yang menyewakan bus nya dengan berbagai macam keunggulan dan
variasi masing masing perusahaan
1.2 Rumusan Masalah

Seiring bertumbuh nya industri ini maka masing-masing pemilik usaha atau perusahaan
otobis harus dapat mengetahui strategi,kekuatan dan keunggulan yang mereka miliki dan
pemilik perusahaan otobis harus tau keunggulan,kekuatan dan strategi competitor yang
terdapat pada industri ini , dari identifikasi permasalahan yang ada di latar belakang dapat
kita simpulkan bahwa rumusan masalah dari penelitian adalah sebagai berikut

1. Bagaimana kondisi persaingan di industri penyewaan bus pariwisata yang dihadapi


oleh perusahaan otobis ?

2. Bagaimana Structure, Conduct dan Performance yang digunakan oleh pemilik usaha
penyewaan bus pariwisata ?

3. Termasuk kedalam jenis pasar apakah industry ini ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari penjelasan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan diadakanya
penelitian ini aadalah

1. Menganalisis kondisi persaingan usaha penyewaan bus pariwisata di Kota Bandung

2. Merumuskan strategi pengembangan usaha . Structure , Conduct , Performance yang


sesuai untuk diterapkan oleh pemilik usaha penyewaan bus pariwsata

3. Menganalisis termasuk kedalam pasar apa industri ini


1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemilik usaha penyewaan bus pariwisata dapat memberikan masukan mengenai
strategi yang tepat agar dapat bersaing dengan para pesaing dan development usaha yang
baik.

2. Bagi mahasiswa dapat memberikan informasi dan referensi dalam pemilihan modal
transportasi umum.

3. Bagi peneliti , penerapan dari ilmu yang diperoleh kedalam dunia nyata khususnya
industri transportasi di kota bandung.
BAB 2

Landasan Teori

Structure , Conduct and Performance (scp) adalah suatu kerangka pemikaran dalam ekonomi
industry yang menjelaskan bagaimana struktur pasar mempengarhui perilaku dan strategi dari
pelaku perusahaan di pasar dan bagaimana dampaknya terhasap pasar tersbut . Teori ini
menejelaskan bagaimana struktur pasar dan jenis persaingan yang terjadi di dalamnya , kerangka
dari teori ini adalah

A. Structure
struktur pasar mempengaruhi perilaku perusahaan dan menimbulkan strategi untuk
mencapai kinerja yang baik . dengan meilhat struktur kekuatan atau keunggulan dari
perusahaan bisa diketahui lewat rasio konsentrasi pasar .
semakin tinggi konsentrasi pasar maka semakin rendah tingkat persaingan
semakin tinggi persaingan maka market power akan semakin kecil

Metode untuk mengukur besar konsentrasi pasar yaitu :

1. Concentration Ratio (CR)


concentration ratio di definisikan sebagai ukuran total market share dau n-perusahaan
dengan share terbesar.

Klasifikasi concentration ratio berada diantara 0-100


No concentration = 0% concentration atau pasar persaingan sempurna
low concentration= 0%-50% concentration pasar sempurna menuju monopoli
Medium concentration = 50%-80% merupakan struktur pasar oligopoly
High concentration = 80%-100% struktur pasar oligopoly menuju monopoli
Total concentration = 100% cocnentartion merupakan struktur pasar monopoli
2. Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
Mengukur besarnya suatu perusahaan dalam suatu industry dibandingkan dengan
seluruh perusahaan dalam industry . menghitung HHI dengan menjumlahkan kuadrat
market share dari semua perusahaan yang ada dalam industry . Nilai HHI dapat
mencapai 0 jika dalam suatu industry terdapat banyak perusahaan dengan market
share yang relatif kecil . dan mencapai 100 jika ada 1 perusahaan yang
mengendalikan market

B. Conduct
perilaku perusahaan terhadap pasa dalam menentukan harga , dalam penelitian inn kami
mencoba menggali informasi mengenai perilaku perusahaan penyewaan bus pariwisata
dalam menentukan harga, adanya strategi produk dan inovasi yang dilakukan . analisa ini
dilakukan dengan metode observasi :

1. Persaingan harga produk identik


2. Strategi promosi penjualan
3. Jenis produk yang ditawarkan

C. Perfomance
Performance dari industry penyewaan bus dapat dilihat dari beberpa kriteria yaitu
keuntungan yang di dapat ,efisiensi yang diukur dengan analisis price cost margin

Price cost margin salah satu indicator dari market power karena semakin besar selisih
antara harga yang ditetap dengan marginal cost smeakin besarnya market powernya.
BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tujuh PO (Perusahaan Otobus) yang menjalankan usaha
dibidang Pariwisata yang berlokasi di Kota Bandung. Yaitu:

1) PT Suryaputra Adipradana
2) PO Pakar Wisata
3) PO Qitarabu
4) PO Pakar Utama
5) PO Marjaya Trans
6) PO Ness Trans
7) PT Prima Lestari Wisata
3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh dari tangan pertama yaitu objek yang akan diteliti. Data primer dapat dikumpulkan
dengan beberapa cara diantaranya wawancara, observasi, atau kuisioner.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah kuisioner, observasi dan
wawancara. Dalam penelitian ini kami menggunakan teknik observasi. Kami melakukan
observasi dengan mengunjungi kantor atau pool bis pariwisata. Kemudian kami mewawancara
bagian marketingnya lalu membandingkan daftar harga yang di tawarkan dari tujuh perusahaan
otobus (PO) yang kami ambil sebagai sampel dengan memakai harga untuk Bandung City Tour.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Structure
Struktur pasar dalam industri dapat dilihat dari nilai Concentration Ratio sebagai ukuran
dari Market Share (MS) n perusahaan terbesar. Dengan menggunakan CR4, atau concentration
ratio dari 4 perusahaan dengan market share terbesar di PO Bis Pariwisata di Bandung, diketahui
bahwa

CRn = ∑ni ; i=1 si


CR4 = 84,257 %

Dengan klasifikasi concentration ratio yang telah dibahas sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa PO Bis Pariwisata di Bandung dengan CR4 bernilai 84,257 termasuk ke dalam kategori
pasar oligopoly cenderung monopoli.

Untuk mengukur besarnya suatu perusahaan dalam suatu industri digunakan pengukuran
Herfindahl-Hirschman Index atau HHI.
n
HHI  ( MS i2 ).100
i 1

Didapat nilai HHI pada PO Bis Pariwisata di Bandung sebesar 2319,61693. Artinya bahwa
terdapat konsentrasi yang tinggi di persaingan PO Bis Pariwisata di Bandung.

B. Conduct

Industri bus pariwisata memiliki persaingan yang tinggi. Dalam industri ini kiranya ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan yaitu, harga yang di keluarkan oleh perusahaan Otobus,
variasi produk yang ditawarkan, dan strategi promosi dari masing – masing perusahaan.
Dalam menentukan harga nya, perusahaan Otobus menyesuaikan dengan harga pasar
yang berlaku untuk armada keluaran tahun terbaru. Namun terdapat juga beberapa PO yang kami
observasi menetapkan harga dibawah harga pasar untuk mendapatkan konsumen terutama bagi
PO yang baru. Dalam memasarkan produk mereka, setiap PO kini menggunakan media internet
sebagai sarana promosi. Selain itu, beberapa PO menggunakan SDM yang good looking dan
melakukan promo – promo khusus pada musim tertentu. Kemudian “mouth to mouth” marketing
menjadi strategi yang penting karena dalam strategi tersebut membangun kepecayaan antara
konsumen dengan produsen.

Jenis produk yang ditawarkan setiap PO relatif sama, yaitu menggunakan armada terbaru
keluaran tahun 2013-2015 dengan produk dari karoseri terkenal asal Malang, Jawa Timur yaitu
Karoseri Adiputro dengan model Jetbus HD dan Jetbus2HD. PO Pariwisata di Bandung relatif
menggunakan chasis Hino baik model Hino RK8 dan Hino RN285, namun terdapat pula chasis
Mercedes Benz OH 1526 dan OH 1626. Selain itu untuk menambah kenyamanan diperjalanan,
mereka menambahkan piranti air suspension. Tak hanya eksterior yang ditawarkan oleh
produsen, interiornya dibuat nyaman dengan kursi yang bisa disesuaikan dengan permintaan
konsumen namun biasanya terdapat 43, 47, 52, dan 59 seat. Terdapat pula tambahan fasilitas
colokan, wifi on bus, toilet, smoking room, cool box, dan lainnya untuk menambah kenyamanan
dalam perjalanan. Untuk awak kabin, PO tidak sembarangan memilihnya, dipilih SDM yang
berpengalaman supaya tidak mengecewakan konsumennya.

Performance

 Price – Cost Margin (PCM)

𝑇𝑅−𝑇𝐶
PCM = 𝑇𝑅

Ket :
Nilai Tambah= TR –TC
Nilai Output= TR (Total Revenue)
Biaya input = TC (Total Cost)
 Efisiensi Internal atau Efisiensi-X

𝑇𝑅−𝑇𝐶
X-Eff = 𝑇𝐶

Ket :
Nilai Tambah= TR –TC
Nilai Output= TR (Total Revenue)
Biaya input = TC (Total Cost)

2. PO Pakar 4. PO Pakar
1. PO Suryaputra 3. PO Qitarabu
Wisata Utama

TR Rp87.500.000 Rp32.000.000 Rp22.800.000 Rp60.000.000


TC Rp19.500.000 Rp7.800.000 Rp6.240.000 Rp15.600.000
TR-TC Rp68.000.000 Rp24.200.000 Rp16.560.000 Rp44.400.000
X-Eff 3,487179487 3,102564103 2,653846154 2,846153846
PCM 0,777142857 0,75625 0,726315789 0,74

5. PO Marjaya 7. PT Prima
6. PO Ness Trans
Trans Lestari Wisata
TR Rp15.000.000 Rp18.000.000 Rp4.800.000
TC Rp4.680.000 Rp4.680.000 Rp1.560.000
TR-TC Rp10.320.000 Rp13.320.000 Rp3.240.000
X-Eff 2,205128205 2,846153846 2,076923077
PCM 0,688 0,74 0,675

Berdasarkan hasil penelitian kami, dapat disimpulkan bahwa PT Suryaputra Adipradana


memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk meningkatan rasio harga dan biaya produksi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai PCM dari PT Surya Adipradana sebesar 0.777142857 yang dimana
lebih tinggi nilainya dibanding bis pariwisata lainnya.
Dari data diatas pula, kami peneliti menemukan bahwa PT Surya Adipradana memiliki
nilai X-Eff sebesar 3.487179487, yang menunjukan bahwa kemampuan perusahaan dalam
mengeluarkan biaya operasionalnya adalah yang paling efisien dibanding PO bis pariwisata yang
terdapat di Bandung. Karena semakin efisien perusahaan maka akan semakin tinggi pula
keuntungan yang akan di terima oleh perusahaannya. Sementara nilai PCM dan X-Eff yang
paling kecil adalah PT Prima Lestari Wisata yaitu nilainya sebesar 0.675 dan 2.076923077. Jika
nilai PCM-nya rendah maka rasio harga dan biaya operasionalnya sangat kecil selain itu PT
Prima Lestari Wisata tidak efisien dalam mengatur biaya operasionalnya.
BAB V

KESIMPULAN
Dengan menggunakan pendekatan Structure,conduct,erformance dalam penelitian ini
untuk menjelaskan bagaimana struktur pasar mempengarhui perilaku perusahaan yang kami teliti
yaitu perusahaan penyewaan bus pariwisata di Kota Bandung dapat digolongkan ke pasar
oligopoly yang cenderung monopoly dengan klasifikasi concentration ratio Cr4 sebesar 84,257
%.

Melihat perilaku para perusahaan di pasar ini , tidak bisa dilepaskan dari perilaku
persaingan harga , strategi promosi perusahaan dan jenis produk yang ditawarkan . Kualitas
penawaran antar perusahaan menciptakan persaingan . namun dalam industri penyewaan bus
pariwisata di Kota Bandung PO bus Suryaputra memiliki kemampuan lebih tinggi dibanding
kompetitor lainya dalam meningkatan rasio harga dan biaya produksi . PO Suryaputra memiliki
nilai PCM lebih tinggi daripada yang lain memiliki efisiensi internal yang lebih baik di lihat dari
nilai X-EFF hal ini menunjukan bahwa PO Suryaputra berkemampuan menekan biaya produksi.

Hal ini bukan hal yang mengejutkan dimana PO Suryaputra salah satu pemain lama di
industri ini sejak tahun 1996 , hal yang cukup mengejutkan dialami oleh PO Pakar Utama
padahal PO Pakar utama merupakan pemaiin lama juga dengan mulai terjun ke dalam industri di
tahun yang sama dengan PO Suryaputra .
kemampuan PO Suryaputra yang sudah di jabarkan di atas menempatkan PO Suryaputra sebagai
Market Leader di industri penyewaan bus pariwisata di Kota Bandung.
Appendix

1. Surya Putra 25 unit jet 2. Pakar Wisata 10 unit jet


bus2 bus2
Omset sebulan ( 20 Hari Kerja Rp Rp
) 1.750.000.000 640.000.000
Rp Rp
Omset perhari (20 Hari Kerja)
87.500.000 32.000.000
Dengan armada keluaran
terbaru tahun 2013-2015,
Dengan armada keluaran tahun
Karoseri Adiputro
2014 dan 2015, menggunakan
Jetbus2HD/JetbusHD,
karoseri Adiputro
Dengan menggunakan
JetbusHD/Jetbus2HD, dengan
Chasis Mercedes Benz MB
Strategi Produk chasis pabrikan Hino RK8 dan
OH 1526/1626 dan Hino
Hino Rn285 dilengkapi dengan
RK8 dilengkapi Air
airsuspension dengan kabin
Suspension, dengan kabin
interior yang nyaman, serta kru
interior yang nyaman, serta
bis yang ramah dan handal
kru bis yang ramah dan
handal

segmentasi pasar dan harga


Strategi penetapan harga mengikuti harga pasar
pasar

Harga Sewa Bis Bandung


Rp3.500.000 Rp3.200.000
Citytour
Pakar Utama, SuryaPutra, Pakar
Pesaing Yang Dianggap Besar Pakar Utama
Wisata
4. Pakar Utama 20 unit jet
3. QitaRabu 8 unit jet bus2
bus2
Omset sebulan ( 20 Hari Kerja Rp Rp
) 456.000.000 1.200.000.000
Rp Rp
Omset perhari (20 Hari Kerja)
22.800.000 60.000.000
Dengan armada keluaran
Dengan armada keluaran
tahun 2013-2015,
terbaru tahun 2014,
menggunakan Karoseri
menggunakan bodi JetbusHD
Adiputro JetbusHD dan
dan Jetbus2HD, dengan
Strategi Produk Jetbus2HD, dengan chasis
chasis Hino RK8/MB OH
Hino RK8 dan Hino RN285,
1526, dengan kabin interior
dilengkapi dengan air
yang nyaman, serta kru bis
suspension, dan kabin yang
yang ramah dan handal
nyaman serta kru yang ramah
mengikuti harga pasar dan
Strategi penetapan harga mengikuti harga pasar
segmentasi pasar
Harga Sewa Bis Bandung
Rp2.850.000 Rp3.000.000
Citytour
Marjaya Trans, Ness Trans,
Pesaing Yang Dianggap Besar Suryaputra, Pakar Wisata
Pakar Wisata
5. Marjaya Trans 6 Unit 6. Ness Trans 6 unit
jetbus2 JetBus2
Omset sebulan ( 20 Hari
Rp 300.000.000 Rp 360.000.000
Kerja )
Omset perhari (20 Hari Kerja) Rp 15.000.000 Rp 18.000.000
Dengan armada keluaran
Dengan armada keluaran tahun
tahun 2010-2013,
2013-2015, buatan Karoseri
menggunakan JetbusHD,
adiputro Jetbus
menggunakan chasis Hino
Strategi Produk HD/Jetbus2HD, dengan chasis
RK8 dan Mercedes Benz MB
Hino RK8, disertai kabin
OH 1521, dengan interior
interior yang nyaman serta kru
yang nyaman dan kru yang
yang ramah dan handal
ramah dan handal
menetapkan harga dibawah
Strategi penetapan harga pasar untuk menjaring mengikuti haga pasaran
konsumen
Harga Sewa Bis Bandung
Rp2.500.000 Rp3.000.000
Citytour
Pesaing Yang Dianggap Qitarabu, Ness Trans, Pakar Qitarabu, Marjaya Trans,
Besar Wisata Pakar Wisata
7. PT Prima Lestari Wisata 2
Unit JetBus2
Omset sebulan ( 20 Hari Rp
Kerja ) 96.000.000
Rp
Omset perhari (20 Hari Kerja)
4.800.000
Menggunakan armada tahun
2012, Karoseri Adiputro
JetbusHD, Menggunakan chasis
Strategi Produk Mercedes Benz OH 1526,
dengan kabin interior yang
nyaman dan kru yang ramah dan
handal

menetapkan harga dibawah


Strategi penetapan harga harga pasar untuk menjaring
konsumen

Harga Sewa Bis Bandung


Rp2.400.000
Citytour
Pesaing Yang Dianggap
Marjaya Trans, Ness Trans
Besar

Anda mungkin juga menyukai