KATA PENGANTAR
Berdasarkan Surat Perjanjian/Kontrak Nomor : 65-N/K/PLLAP/VI/2009 tanggal 15
Juni 2009 dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor : 66-N/UM/PLLAP/
VI/2009 tgl 15 Juni 2009, tentang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Grand
Design Transportasi Kota Dumai Tahun Anggaran 2009, pada Satuan Kerja
Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan Direktorat Bina Sistem
Transportasi Perkotaan maka Tim Konsultan telah menyelesaikan Laporan Akhir
dan dicetak sebanyak 15 (lima belas) eksemplar.
Dalam melaksanakan kegiatan ini kami telah bekerja secara maksimal, dan kami
berharap Laporan Akhir ini telah memuat semua materi sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja serta saran;
masukan dan koreksi setelah dilaksanakannya pembahasan Draft Laporan Akhir
maupun asistensi.
Kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, kami
sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua masukan, saran
dan koreksi guna tercapainya hasil laporan yang maksimal.
Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan dan terima kasih.
Jakarta,
Desember 2009
Laporan Akhir
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ___________________________________________________ i
Daftar Isi _________________________________________________________ ii
Daftar Tabel ____________________________________________________ viii
Daftar Gambar ___________________________________________________ xi
Daftar Lampiran __________________________________________________ xv
1.
PENDAHULUAN
Laporan Akhir
ii
METODOLOGI PELAKSANAAN
Laporan Akhir
iii
KONDISI TRANSPORTASI
iv
vi
9.
Laporan Akhir
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Nilai Ekspor Kota Dumai Menurut Komoditi Tahun 2007 _______ 4-45
Laporan Akhir
viii
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10 Penumpang Angkutan Kota di Bundaran - Kilang Pertamina ____ 5-32
Tabel 5.11 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Sukajadi - Simp. Dock ____ 5-33
Tabel 5.12 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Dock - Simp. Sukajadi ____ 5-33
Tabel 5.13 Penumpang Angkutan Kota di Ramayana - Bundaran Polres ___ 5-34
Tabel 5.14 Penumpang Angkutan Kota di Bundaran Polres - Ramayana ___ 5-34
Tabel 5.15 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Ombak - Kelakap Tujuh ______ 5-35
Tabel 5.16 Penumpang Angkutan Kota di Kelakap Tujuh - Dumai _________ 5-35
Tabel 5.17 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Bukit Datuk - Pusat Kota _____ 5-36
Tabel 5.18 Penumpang Angkutan Kota di Pusat Kota - Jl. Bukit Datuk _____ 5-36
Tabel 5.19 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Bank Riau - Simp. Polres __ 5-37
Tabel 5.20 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Polres - Simp. Bank Riau __ 5-37
Tabel 5.21 Load Factor Angkutan Perkotaan Di Kota Dumai _____________ 5-38
Tabel 5.22 Fasilitas Pelabuhan Dumai ______________________________ 5-40
Tabel 5.23 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Umum Dumai___ 5-43
Tabel 5.24 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Khusus Dumai __ 5-43
Tabel 5.25 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Umum dan
Pelabuhan Khusus Dumai_______________________________ 5-44
Tabel 5.26 Realisasi Trafik Bongkar Muat Barang Berdasarkan
Jenis Perdagangan di Pelabuhan Dumai ___________________ 5-44
Laporan Akhir
ix
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
Tabel 6.6
Tabel 6.7
Tabel 6.8
Tabel 6.9
Tabel 6.10 Kinerja Ruas Jalan Pada Saat Jam Puncak _________________ 6-24
Tabel 6.11 Kondisi Volume Lalu Lintas Hasil Proyeksi hingga Tahun 2030
pada beberapa Ruas Jalan di Kota Dumai __________________ 6-26
Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4
Tabel 7.5
Tabel 8.1
Tabel 8.2
Tabel 8.3
Tabel 8.4
Laporan Akhir
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Kawasan Kerjasama Ekonomi Sub Regional IMS dan IMT ____ 4-3
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Polres Simpang Bank Riau _________________________________ 5-13
Gambar 5.9
Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Sukajadi Pasar Pulau Payung _________________________________ 5-14
Gambar 5.10 Pergerakan Lalu Lintas di Jalan Kelakap 7 - Jalan Ombak ____ 5-14
Gambar 5.11 Pergerakan Lalu Lintas di Jalan Ombak - Jalan Kelakap 7 ____ 5-15
Laporan Akhir
xi
Laporan Akhir
xii
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Gambar 6.4
Gambar 6.5
Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2010 ____ 6-7
Gambar 6.6
Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2015 ____ 6-8
Gambar 6.7
Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2020 ____ 6-9
Gambar 6.8
Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2030 ___ 6-10
Gambar 6.9
Peta Lokasi Survai Road Side Interview Angkutan Barang ____ 6-11
xiii
Gambar 7.2
Gambar 7.3
Gambar 7.4
Gambar 7.5
Gambar 8.1
Gambar 8.2
Gambar 8.3
Gambar 8.4
Gambar 8.5
Gambar 8.6
Gambar 8.7
Gambar 8.8
Gambar 8.9
Laporan Akhir
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Batas Wilayah Administrasi
2. Peta Jaringan Prasarana Transportasi Eksisting
3. Peta Pola Pergerakan Barang Eksternal Internal Eksisting
4. Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Dalam Kota
5. Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Luar
6. Peta Rencana Pengembangan Terminal Penumpang/Barang
7. Peta Rencana Jaringan Rel Kereta
8. Desire Line Pergerakan Orang 2010, 2015, 2020, dan 2030
9. Desire Line Pergerakan Barang 2010, 2015, 2020, dan 2030
10. Peta Trayek Koridor 1 Terminal AKAP Pelabuhan
11. Peta Trayek Koridor 2 Terminal Ro-Ro Bukit Datuk
12. Peta Trayek Feeder 1 Terminal AKAP Lubuk Gaung
13. Peta Trayek Feeder 2 Terminal Lepin Pelintung
14. Peta Trayek Feeder 1 Terminal AKAP Bukit Timah
15. Peta Trayek Feeder 2 Terminal Lepin Bukit Kapur
Laporan Akhir
xv
DRAFT
PERATURAN WALIKOTA DUMAI
NOMOR : .
TENTANG
GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI
WALIKOTA DUMAI,
Membaca:
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Menimbang :
a. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan tingkat pendapatan akan secara
dramatis mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan
perjalanan.
b. Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari
struktur perdesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan di masa
mendatang.
c. Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas
interaksi yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan
dalam mengantisipasi masalah yang timbul.
d. Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan di seluruh
kota Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
dan d, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Grand Design
Transportasi Kota Dumai
Mengingat
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Rencana
Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
6) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009.
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
SISTRANAS.
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Peraturan Walikota tentang Grand Design Transportasi Kota Dumai
Bab I
Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Grand Design Transportasi adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan, Prasarana Lalu Lintas
dan
Angkutan,
Kendaraan,
Pengemudi,
Pengguna
Jalan,
serta
pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas.
4. Jaringan Transportasi adalah serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan
yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan.
17. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
18. Alat
Pemberi
Isyarat
Lalu
Lintas
adalah
perangkat
elektronik
yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
19. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Bab II
Jaringan Lalu Lintas dan angkutan Jalan
Bagian I
Rencana Induk Jaringan LLAJ
Pasal 2
(1) Untuk mewujudkan Transportasi yang terpadu dilakukan pengembangan
Jaringan Transportasi untuk menghubungkan semua wilayah di daratan.
(2) Pengembangan Jaringan Transportasi berpedoman pada Grand Design
Transportasi sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 3
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai disusun secara berkala dengan
mempertimbangkan kebutuhan transportasi serta ruang kegiatan berskala kota.
(2) Proses penyusunan dan penetapan Grand design Transportasi Kota Dumai
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Grand Design Transportasi Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Grand Design Transportasi Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
Bagian II
Ruang Lalu Lintas
Paragraf I
Kelas Jalan
Pasal 4
(1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a. fungsi
dan
intensitas
Lalu
Lintas
guna
kepentingan
pengaturan
penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
Kendaraan Bermotor.
(2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton;
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton; dan
d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
(3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan
sumbu terberat kurang dari 8 ton.
Paragraf II
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan
Pasal 5
(1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan.
(3) Atas
pertimbangan
keselamatan
atau
pertimbangan
khusus
lainnya,
Pasal 6
(1) Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada
di Jalan dan di luar badan Jalan.
Bagian III
Terminal
Pasal 7
(1) Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan
diselenggarakan Terminal.
(2) Terminal berupa Terminal penumpang dan/atau Terminal barang.
Pasal 8
(1) Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe
B, dan tipe C.
(2) Setiap tipe dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas Kendaraan
yang dilayani.
Pasal 9
(1) Penentuan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan rencana
kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan
Jalan, jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i.
Bagian IV
Fasilitas Parkir
Pasal 10
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dapat dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
Bagian V
Fasilitas Pendukung
Pasal 11
(1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.
Pasal 12
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Pasal 13
(1) Pemerintah
dalam
melaksanakan
pembangunan,
pengelolaan,
dan
Bab III
Lalu Lintas
Bagian I
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Pasal 14
(1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas dalam rangka menjamin
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur
atau jalan khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas berdasarkan
peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;
Bagian II
Analisis Dampak Lalu Lintas
Pasal 15
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak
Lalu Lintas.
(2) Analisis dampak Lalu Lintas sekurang-kurangnya memuat:
a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.
Bagian III
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
Pasal 16
(1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan Ruang Lalu Lintas
dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas, diselenggarakan manajemen
kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria:
a. perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor dengan kapasitas
Jalan;
b. ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan
c. kualitas lingkungan.
(2) Manajemen kebutuhan Lalu Lintas dilaksanakan dengan cara:
a. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
10
Bab IV
Angkutan
Bagian I
Umum
Pasal 17
(1) Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa Sepeda
Motor, Mobil penumpang, atau bus.
(3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil
barang.
(4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:
a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan
prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;
b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
11
Bagian II
Angkutan Orang
Pasal 18
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek; dan
b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek.
Paragraf I
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
Pasal 19
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d. angkutan perkotaan; atau
e. angkutan perdesaan.
Pasal 20
Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek harus:
a. memiliki rute tetap dan teratur;
b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan penumpang di
Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan
c. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk
angkutan perkotaan dan perdesaan.
Pasal 21
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;
12
Pasal 22
(1) Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun dalam
bentuk rencana umum jaringan trayek.
(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi
dengan instansi terkait.
(3) Rencana umum jaringan trayek terdiri atas:
a. jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek perdesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)
tahun.
Pasal 23
(1) Jaringan trayek perkotaan disusun berdasarkan kawasan perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan ditetapkan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas
wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi; atau
c. Bupati atau Walikota untuk kawasan perkotaan yang berada dalam wilayah
kabupaten/kota.
Paragraf II
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek
13
Pasal 24
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. angkutan orang dengan tujuan tertentu;
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.
Pasal 25
(1) Angkutan orang dengan menggunakan taksi harus digunakan untuk pelayanan
angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
(2) Wilayah operasi dalam kawasan perkotaan dapat:
a. berada dalam wilayah kota;
b. berada dalam wilayah kabupaten;
c. melampaui wilayah kota atau wilayah kabupaten dalam 1 (satu) daerah
provinsi; atau
d. melampaui wilayah provinsi.
Pasal 26
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu dilarang menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar
pelayanan angkutan orang dalam trayek.
(2) Angkutan
orang
dengan
tujuan
tertentu
diselenggarakan
dengan
Pasal 27
(1) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata harus digunakan untuk pelayanan
angkutan wisata.
(2) Penyelenggaraan
angkutan
orang
untuk
keperluan
pariwisata
harus
menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda
khusus.
(3) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan
Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek kecuali di daerah yang belum
tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.
14
Pasal 28
(1) Angkutan di kawasan tertentu harus dilaksanakan melalui pelayanaan
angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.
(2) Angkutan orang di kawasan tertentu harus menggunakan mobil penumpang
umum.
Paragraf III
Angkutan Massal
Pasal 29
(1) Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis Jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di
kawasan perkotaan.
(2) Angkutan massal harus didukung dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan
massal; dan
d. angkutan pengumpan.
Bagian III
Angkutan Barang
Pasal 30
Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan barang umum; dan
b. angkutan barang khusus.
Paragraf 1
Angkutan Barang Umum
Pasal 31
Pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. prasarana Jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;
15
Paragraf II
Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat
Pasal 32
(1) Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus wajib:
a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan sifat dan bentuk
barang yang diangkut;
b. diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang diangkut;
c. memarkir Kendaraan di tempat yang ditetapkan;
d. membongkar dan memuat barang di tempat yang ditetapkan dan dengan
menggunakan alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut;
e. beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu Keamanan, Keselamatan,
Kelancaran, dan Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
f. mendapat rekomendasi dari instansi terkait.
(2) Kendaraan Bermotor Umum yang mengangkut alat berat dengan dimensi yang
melebihi dimensi yang ditetapkan harus mendapat pengawalan dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(3) Pengemudi dan pembantu Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum yang
mengangkut barang khusus wajib memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
sifat dan bentuk barang khusus yang diangkut.
Paragraf III
Pengawasan Muatan Barang
Pasal 33
(1) Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi Kendaraan,
dan kelas Jalan.
(2) Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan dilakukan pengawasan
muatan angkutan barang.
16
Bab V
Program-program Implementasi
Pasal 34
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai dituangkan dalam Program-program
implementasi:
a. Program Pengembangan Jaringan
b. Program Implementasi Pengembangan Lalu-Lintas
c. Program Pengembangan Angkutan
d. Program Pengembangan Sdm Dan Kelembagaan
e. Program Pengembangan Lingkungan
(2) Program Program Pengembangan Jaringan, sebagaimana disebutkan ayat 1
huruf a, terdiri dari:
a. Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
b. Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi
c. Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda
(3) Program Pengembangan Lalu-Lintas, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf b,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Angkutan Pribadi
b. Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor
c. Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas
d. Program Pengadaan Perlengkapan Jalan
(4) Program Pengembangan Angkutan, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf c,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang
b. Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang
(5) Program Pengembangan SDM Dan Kelembagaan, sebagaimana disebutkan
ayat 1 huruf d, terdiri dari:
17
Bab VI
Ketentuan Penutup
Pasal 35
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Dumai
Pada tanggal
Walikota Dumai
ttd
()
18
Tanggal :
19
A.1
Kegiatan
2011
Pembangunan Jalan Lingkar
- Pembangunan Jalan Lingkar Luar /By Pass
- Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai
Evaluasi Kinerja Jalan
Pelebaran Jalan pada Ruas jalan (V/C>0,85)
- Jalan Sultan Syarif Kasim
- Jalan Sultan hasanuddin
- Jalan Ratu Sima
- Jalan Jenderal Soedirman
Evaluasi Hierarki Jaringan Jalan
Pemenuhan spesifikasi jalan kota berdasarkan fungsi
Peningkatan struktur jalan pada jaringan lintas angkutan barang
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Pelaksana
Kementerian PU
Dinas PU Prop
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
V
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
20
Dinas PU Kota
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Kegiatan
2011
Studi Kinerja Ruas Jalan dan persimpangan
Studi Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Perkotaan
Studi Penataan Jaringan Prasarana Transportasi
Penataan Fungsi, dan Hirarki Jalan, Terminal dan Dermaga
Penataan Jaringan / Rute Layanan Angkutan Umum
Studi / Survei Asal dan tujuan (OD) perjalanan setiap 5 tahun
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
V
Pelaksana
Kegiatan
2011
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Kementerian Perhubungan
V
V
V
21
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
A.2
Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Pembangunan Jalur Khusus Angkutan Pribadi
Studi Penataan Sistem Perparkiran
Pembangunan jalur khusus sepeda motor
- Jalan Arteri Sekunder
- Jalan Kolektor Sekunder
Penataan on street parking
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
V
V
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Dinas PU Kota
V
V
V
V
V
V
22
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kegiatan
2011
Studi Penataan Lalu Lintas Kendaraan Tak Bermotor Kota Dumai
Penataan Lalu Lintas Lokal Kendaraan Tak Bermotor pada Jalan
Nasional dan Jalan Provinsi
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
23
Kegiatan
2011
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
Pembangunan Halte
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
V
V
V
V
24
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
Kementerian PU
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Kota
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
V
V
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Jalan dan Manajemen Lalu lintas
Studi Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Pengadaan Perlengkapan Jalan pada Jalan Nasional, Jalan Provinsi
dan Jalan Kota:
- Perlengkapan Rambu Lalu Lintas
- Perlengkapan Marka Jalan
- Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
- Perlengkapan Alat Pengendali Pengaman Pengguna Jalan
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
V
V
25
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian
Perhubungan, Dinas
Perhub. Provinsi ,
Dinas Perhubungan
Kota
A.3
Kegiatan
2011
Studi Sistem dan Pelayanan Angkutan Umum Kota Dumai
Penataan trayek angkutan umum (rerouting)
Koridor Utama (I dan II)
- Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
- Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
- Koridor Cabang (I dan II)
- Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
- Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung
Peningkatan kapasitas angkutan umum
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian Perhubungan/
Mitra Swasta
26
Kegiatan
2011
Studi Pengembangan Jaringan dan informasi Angkutan Barang
Studi Kelayakan Pengembangan Akses Angkutan Barang
Penataan Jaringan Lintas Angkutan Barang
Pembangunan Sub Terminal Angkutan Barang (berdasarkan FS
Angkutan Barang)
Pengembangan Sistem informasi angkutan barang
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
27
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
A.4
Kegiatan
2011
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
Kegiatan
2011
Penyusunan dan Penerbitan Perwako Grand Design
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan dan Tata Cara
Operasional Angkutan Umum Penumpang dan Barang
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
28
Kegiatan
2011
Penyusunan statistik perhubungan
Pemetaan jaringan transportasi dan fasilitas pendukung iya berbasis
GIS
Pengadaan Sistem Peralatan Database dan Informasi Dinas
Perhubungan
Pengadaan Sistem Informasi Transportasi Perkotaan
Studi dan perencanaan Sistim Informasi Fasilitas Lalu lintas dan
angkutan jalan berbasis GIS dan pembuatan rancangan Perda
Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pengadaan dan penerapan Sistim Informasi Fasilitas LLAJ berbasis
GIS
Sistim Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem Informasi Perizinan LLAJ
Pengelolaan Perparkiran dan Transit Angkutan Barang
Studi dan perencanaan Kartu Pintar Parkir (Smart Card Parking)
Pengadaan dan penerapan Kartu Pintar Parkir
Kajian Retribusi Angkutan Penumpang dan Barang
Studi Pengembangan Sistem Informasi Intermoda
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
29
A.5
Kegiatan
2011
Membuat master plan pengembangan teknologi transportasi ramah
lingkungan.
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Pelaksana
Jangka
Panjang
20212030
V
V
Walikota Dumai
ttd
()
30
Tahun
2015
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
16.913
29
270
1.790
19.002
69
656
157
279
1.160
51
13
7.313
1.786
312
9.474
432
109
1.331
41.095
13.156
56.123
1.625
611
1.010
12.552
40.208
56.007
19.090
1.417
9.653
55.860
55.745
141.766
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
21.406
42
341
2.264
24.054
115
1.257
260
463
2.095
65
19
9.550
2.294
401
12.328
537
156
1.680
51.026
16.342
69.742
2.017
874
1.273
15.562
49.871
69.599
24.141
2.348
12.504
69.484
69.342
177.818
Tahun
2020
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Tahun
2030
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
31
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
26.944
58
429
2.847
30.278
169
2.016
382
680
3.247
83
26
12.307
2.917
510
15.844
667
211
2.111
63.263
20.267
86.520
2.502
1.184
1.598
19.274
61.785
86.344
30.364
3.496
16.017
86.265
86.090
222.232
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
42.171
101
670
4.449
47.391
313
4.136
705
1.256
6.410
132
46
19.892
4.628
810
25.508
1.024
359
3.294
96.915
31.062
132.656
3.835
2.012
2.491
29.487
94.563
132.389
47.475
6.655
25.677
132.406
132.140
344.353
Asal
Tahun 2010
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Asal
Tahun 2015
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Bukit
Kapur
157
134
55
35
485
329
55
55
1.304
Medang
Kampai
39
73
13
103
99
223
13
13
576
Sungai
Sembilan
27
0
0
135
137
227
0
66
593
Dumai
Barat
137
91
330
88
50
124
44
44
908
Tujuan
Dumai
Timur
446
263
0
151
153
717
22
132
1.884
Bukit
Kapur
232
198
81
51
715
485
81
81
1.922
Medang
Kampai
57
108
19
152
146
328
19
19
849
Sungai
Sembilan
40
0
0
199
202
335
0
97
874
Dumai
Barat
202
133
487
130
74
182
65
65
1.338
Tujuan
Dumai
Timur
657
388
0
222
226
1.057
32
195
2.778
32
Riau
Sumbar
Sumut
76
518
297
123
751
23
0
0
1.789
0
0
0
0
23
23
0
0
46
0
30
84
21
223
0
0
0
358
Riau
Sumbar
Sumut
113
764
438
182
1.107
34
0
0
2.637
0
0
0
0
34
34
0
0
67
0
44
123
31
329
0
0
0
528
Grand
Total
883
1.110
779
656
1.921
1.665
134
310
7.457
Grand
Total
1.301
1.636
1.148
967
2.832
2.455
197
457
10.992
Asal
Tahun 2020
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Asal
Tahun 2030
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Bukit
Kapur
342
291
120
75
1.053
715
119
119
2.834
Bukit
Kapur
742
633
260
163
2.289
1.553
259
259
6.158
Medang
Kampai
84
159
28
224
215
484
28
28
1.251
Medang
Kampai
183
346
61
488
468
1.051
61
61
2.719
Tujuan
Dumai
Timur
969
572
0
327
333
1.559
48
287
4.095
Sungai
Sembilan
60
0
0
293
297
494
0
143
1.288
Dumai
Barat
298
197
717
191
109
269
96
96
1.972
Sungai
Sembilan
129
0
0
637
646
1.073
0
312
2.798
Tujuan
Dumai Dumai
Barat
Timur
647 2.105
427 1.244
1.559
0
416
711
238
724
584 3.387
208
104
208
623
4.285 8.897
33
Riau
Sumbar
Sumut
166
1.126
646
268
1.631
50
0
0
3.887
0
0
0
0
50
50
0
0
99
0
66
182
45
485
0
0
0
778
Riau
Sumbar
Sumut
361
2.447
1.404
582
3.545
108
0
0
8.447
0
0
0
0
108
108
0
0
215
0
142
395
99
1.053
0
0
0
1.690
Grand
Total
1.918
2.411
1.693
1.425
4.174
3.619
291
673
16.203
Grand
Total
4.167
5.240
3.678
3.096
9.070
7.864
631
1.462
35.209
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
DRAFT
PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI
NOMOR : .
TENTANG
GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DUMAI,
Membaca:
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Menimbang :
a. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan tingkat pendapatan akan secara
dramatis mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan
perjalanan.
b. Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari
struktur perdesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan di masa
mendatang.
c. Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas
interaksi yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan
dalam mengantisipasi masalah yang timbul.
d. Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan di seluruh
kota Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
dan d, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Grand Design
Transportasi Kota Dumai
Mengingat:
1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
2) Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Rencana
Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
6) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009.
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
SISTRANAS.
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI
dan
WALIKOTA KOTA DUMAI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG GRAND DESIGN TRANSPORTASI
KOTA DUMAI
Bab I
Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Grand Design Transportasi adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan, Prasarana Lalu Lintas
dan
Angkutan,
Kendaraan,
Pengemudi,
Pengguna
Jalan,
serta
pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas.
17. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
18. Alat
Pemberi
Isyarat
Lalu
Lintas
adalah
perangkat
elektronik
yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
19. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Bab II
Jaringan Lalu Lintas dan angkutan Jalan
Bagian I
Rencana Induk Jaringan LLAJ
Pasal 2
(1) Untuk mewujudkan Transportasi yang terpadu dilakukan pengembangan
Jaringan Transportasi untuk menghubungkan semua wilayah di daratan.
(2) Pengembangan Jaringan Transportasi berpedoman pada Grand Design
Transportasi sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 3
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai disusun secara berkala dengan
mempertimbangkan kebutuhan transportasi serta ruang kegiatan berskala kota.
(2) Proses penyusunan dan penetapan Grand design Transportasi Kota Dumai
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Grand Design Transportasi Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Grand Design Transportasi Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
4
dan
intensitas
Lalu
Lintas
guna
kepentingan
pengaturan
penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
Kendaraan Bermotor.
(2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton;
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton; dan
d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
(3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan
sumbu terberat kurang dari 8 ton.
Paragraf II
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan
Pasal 5
(1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan.
(3) Atas
pertimbangan
keselamatan
atau
pertimbangan
khusus
lainnya,
Bagian III
Terminal
Pasal 7
(1) Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan
diselenggarakan Terminal.
(2) Terminal berupa Terminal penumpang dan/atau Terminal barang.
Pasal 8
(1) Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe
B, dan tipe C.
(2) Setiap tipe dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas Kendaraan
yang dilayani.
Pasal 9
(1) Penentuan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan rencana
kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan
Jalan, jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i.
Bagian IV
Fasilitas Parkir
Pasal 10
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dapat dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
Bagian V
Fasilitas Pendukung
Pasal 11
(1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.
Pasal 12
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
dalam
melaksanakan
pembangunan,
pengelolaan,
dan
Bagian II
Angkutan Orang
Pasal 18
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek; dan
b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek.
Paragraf I
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
Pasal 19
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d. angkutan perkotaan; atau
e. angkutan perdesaan.
Pasal 20
Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek harus:
a. memiliki rute tetap dan teratur;
b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan penumpang di
Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan
c. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk
angkutan perkotaan dan perdesaan.
Pasal 21
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;
12
13
Pasal 24
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. angkutan orang dengan tujuan tertentu;
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.
Pasal 25
(1) Angkutan orang dengan menggunakan taksi harus digunakan untuk pelayanan
angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
(2) Wilayah operasi dalam kawasan perkotaan dapat:
a. berada dalam wilayah kota;
b. berada dalam wilayah kabupaten;
c. melampaui wilayah kota atau wilayah kabupaten dalam 1 (satu) daerah
provinsi; atau
d. melampaui wilayah provinsi.
Pasal 26
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu dilarang menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar
pelayanan angkutan orang dalam trayek.
(2) Angkutan
orang
dengan
tujuan
tertentu
diselenggarakan
dengan
angkutan
orang
untuk
keperluan
pariwisata
harus
menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda
khusus.
(3) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan
Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek kecuali di daerah yang belum
tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.
14
Pasal 28
(1) Angkutan di kawasan tertentu harus dilaksanakan melalui pelayanaan
angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.
(2) Angkutan orang di kawasan tertentu harus menggunakan mobil penumpang
umum.
Paragraf III
Angkutan Massal
Pasal 29
(1) Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis Jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di
kawasan perkotaan.
(2) Angkutan massal harus didukung dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan
massal; dan
d. angkutan pengumpan.
Bagian III
Angkutan Barang
Pasal 30
Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan barang umum; dan
b. angkutan barang khusus.
Paragraf 1
Angkutan Barang Umum
Pasal 31
Pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. prasarana Jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;
15
17
Menteri Perhubungan;
Gubernur Provinsi Riau;
Kepala Bappeda Provinsi Riau
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau;
Kepala Bappeda Kota Dumai;
Kepala Dinas Perhubungan Kota Dumai.
18
Tanggal :
GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI
19
A.1
Kegiatan
2011
Pembangunan Jalan Lingkar
- Pembangunan Jalan Lingkar Luar /By Pass
- Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai
Evaluasi Kinerja Jalan
Pelebaran Jalan pada Ruas jalan (V/C>0,85)
- Jalan Sultan Syarif Kasim
- Jalan Sultan hasanuddin
- Jalan Ratu Sima
- Jalan Jenderal Soedirman
Evaluasi Hierarki Jaringan Jalan
Pemenuhan spesifikasi jalan kota berdasarkan fungsi
Peningkatan struktur jalan pada jaringan lintas angkutan barang
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
20
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
V
Pelaksana
Kementerian PU
Dinas PU Prop
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Kegiatan
2011
Studi Kinerja Ruas Jalan dan persimpangan
Studi Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Perkotaan
Studi Penataan Jaringan Prasarana Transportasi
Penataan Fungsi, dan Hirarki Jalan, Terminal dan Dermaga
Penataan Jaringan / Rute Layanan Angkutan Umum
Studi / Survei Asal dan tujuan (OD) perjalanan setiap 5 tahun
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
Pelaksana
Kegiatan
2011
Studi Sistem Pengembangan Pemadu Moda Transportasi Kota
Dumai
Optimalisasi Terminal Penumpang AKAP Kelakap Tujuh
Optimalisasi Terminal Barang Mayang Mengurai
Pengembangan pemadu moda (udara-darat) di Bandara Pinang
Kampai
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Kementerian Perhubungan
V
V
V
21
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
V
A.2
Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Pembangunan Jalur Khusus Angkutan Pribadi
Studi Penataan Sistem Perparkiran
Pembangunan jalur khusus sepeda motor
- Jalan Arteri Sekunder
- Jalan Kolektor Sekunder
Penataan on street parking
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
22
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Dinas PU Kota
Kegiatan
2011
Studi Penataan Lalu Lintas Kendaraan Tak Bermotor Kota Dumai
Penataan Lalu Lintas Lokal Kendaraan Tak Bermotor pada Jalan
Nasional dan Jalan Provinsi
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
23
Jangka
Panjang
20212030
V
V
Kegiatan
2011
Pembangunan trotoar pada kawasan-kawasan Perkantoran dan Jasa
Kawasan Perkantoran
Kawasan Jasa
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
Pembangunan Halte
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
V
V
V
V
24
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
Kementerian PU
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Kota
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
V
V
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Jalan dan Manajemen Lalu lintas
Studi Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Pengadaan Perlengkapan Jalan pada Jalan Nasional, Jalan Provinsi
dan Jalan Kota:
- Perlengkapan Rambu Lalu Lintas
- Perlengkapan Marka Jalan
- Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
- Perlengkapan Alat Pengendali Pengaman Pengguna Jalan
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
25
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
A.3
Kegiatan
2011
Studi Sistem dan Pelayanan Angkutan Umum Kota Dumai
Penataan trayek angkutan umum (rerouting)
Koridor Utama (I dan II)
- Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
- Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
- Koridor Cabang (I dan II)
- Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
- Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung
Peningkatan kapasitas angkutan umum
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian Perhubungan/
Mitra Swasta
26
Kegiatan
2011
Studi Pengembangan Jaringan dan informasi Angkutan Barang
Studi Kelayakan Pengembangan Akses Angkutan Barang
Penataan Jaringan Lintas Angkutan Barang
Pembangunan Sub Terminal Angkutan Barang (berdasarkan FS
Angkutan Barang)
Pengembangan Sistem informasi angkutan barang
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
27
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub.
Kota/Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota
A.4
Kegiatan
2011
Pendidikan Penyuluhan Mekanik & Pengemudi Angkutan Penumpang
dan Barang
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
Kegiatan
2011
Penyusunan dan Penerbitan Perda Grand Design
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan dan Tata Cara
Operasional Angkutan Umum Penumpang dan Barang
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
28
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Kegiatan
2011
Penyusunan statistik perhubungan
Pemetaan jaringan transportasi dan fasilitas pendukung iya berbasis
GIS
Pengadaan Sistem Peralatan Database dan Informasi Dinas
Perhubungan
Pengadaan Sistem Informasi Transportasi Perkotaan
Studi dan perencanaan Sistim Informasi Fasilitas Lalu lintas dan
angkutan jalan berbasis GIS dan pembuatan rancangan Perda
Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pengadaan dan penerapan Sistim Informasi Fasilitas LLAJ berbasis
GIS
Sistim Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem Informasi Perizinan LLAJ
Pengelolaan Perparkiran dan Transit Angkutan Barang
Studi dan perencanaan Kartu Pintar Parkir (Smart Card Parking)
Pengadaan dan penerapan Kartu Pintar Parkir
Kajian Retribusi Angkutan Penumpang dan Barang
Studi Pengembangan Sistem Informasi Intermoda
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
29
V
V
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
A.5
Kegiatan
2011
Membuat master plan pengembangan teknologi transportasi ramah
lingkungan.
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Pelaksana
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
Walikota Dumai
ttd
()
30
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
16.913
29
270
1.790
19.002
69
656
157
279
1.160
51
13
7.313
1.786
312
9.474
432
109
1.331
41.095
13.156
56.123
1.625
611
1.010
12.552
40.208
56.007
19.090
1.417
9.653
55.860
55.745
141.766
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
21.406
42
341
2.264
24.054
115
1.257
260
463
2.095
65
19
9.550
2.294
401
12.328
537
156
1.680
51.026
16.342
69.742
2.017
874
1.273
15.562
49.871
69.599
24.141
2.348
12.504
69.484
69.342
177.818
Tahun
2020
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Tahun
2030
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
31
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
26.944
58
429
2.847
30.278
169
2.016
382
680
3.247
83
26
12.307
2.917
510
15.844
667
211
2.111
63.263
20.267
86.520
2.502
1.184
1.598
19.274
61.785
86.344
30.364
3.496
16.017
86.265
86.090
222.232
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
42.171
101
670
4.449
47.391
313
4.136
705
1.256
6.410
132
46
19.892
4.628
810
25.508
1.024
359
3.294
96.915
31.062
132.656
3.835
2.012
2.491
29.487
94.563
132.389
47.475
6.655
25.677
132.406
132.140
344.353
Asal
Tahun 2010
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Asal
Tahun 2015
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Bukit
Kapur
157
134
55
35
485
329
55
55
1.304
Medang
Kampai
39
73
13
103
99
223
13
13
576
Sungai
Sembilan
27
0
0
135
137
227
0
66
593
Dumai
Barat
137
91
330
88
50
124
44
44
908
Tujuan
Dumai
Timur
446
263
0
151
153
717
22
132
1.884
Bukit
Kapur
232
198
81
51
715
485
81
81
1.922
Medang
Kampai
57
108
19
152
146
328
19
19
849
Sungai
Sembilan
40
0
0
199
202
335
0
97
874
Dumai
Barat
202
133
487
130
74
182
65
65
1.338
Tujuan
Dumai
Timur
657
388
0
222
226
1.057
32
195
2.778
32
Riau
Sumbar
Sumut
76
518
297
123
751
23
0
0
1.789
0
0
0
0
23
23
0
0
46
0
30
84
21
223
0
0
0
358
Riau
Sumbar
Sumut
113
764
438
182
1.107
34
0
0
2.637
0
0
0
0
34
34
0
0
67
0
44
123
31
329
0
0
0
528
Grand
Total
883
1.110
779
656
1.921
1.665
134
310
7.457
Grand
Total
1.301
1.636
1.148
967
2.832
2.455
197
457
10.992
Asal
Tahun 2020
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Asal
Tahun 2030
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Bukit
Kapur
342
291
120
75
1.053
715
119
119
2.834
Bukit
Kapur
742
633
260
163
2.289
1.553
259
259
6.158
Medang
Kampai
84
159
28
224
215
484
28
28
1.251
Medang
Kampai
183
346
61
488
468
1.051
61
61
2.719
Tujuan
Dumai
Timur
969
572
0
327
333
1.559
48
287
4.095
Sungai
Sembilan
60
0
0
293
297
494
0
143
1.288
Dumai
Barat
298
197
717
191
109
269
96
96
1.972
Sungai
Sembilan
129
0
0
637
646
1.073
0
312
2.798
Tujuan
Dumai Dumai
Barat
Timur
647 2.105
427 1.244
1.559
0
416
711
238
724
584 3.387
208
104
208
623
4.285 8.897
33
Riau
Sumbar
Sumut
166
1.126
646
268
1.631
50
0
0
3.887
0
0
0
0
50
50
0
0
99
0
66
182
45
485
0
0
0
778
Riau
Sumbar
Sumut
361
2.447
1.404
582
3.545
108
0
0
8.447
0
0
0
0
108
108
0
0
215
0
142
395
99
1.053
0
0
0
1.690
Grand
Total
1.918
2.411
1.693
1.425
4.174
3.619
291
673
16.203
Grand
Total
4.167
5.240
3.678
3.096
9.070
7.864
631
1.462
35.209
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Laporan Akhir
Lampiran - 1
Laporan Akhir
Lampiran - 2
Laporan Akhir
Lampiran - 3
Laporan Akhir
Lampiran - 4
Laporan Akhir
Lampiran - 5
Laporan Akhir
Lampiran - 6
Laporan Akhir
Lampiran - 7
Laporan Akhir
Lampiran - 8
Laporan Akhir
Lampiran - 9
Laporan Akhir
Lampiran - 10
Laporan Akhir
Lampiran - 11
Laporan Akhir
Lampiran - 12
Laporan Akhir
Lampiran - 13
Laporan Akhir
Lampiran - 14
Laporan Akhir
Lampiran - 15
1. PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Rencana
Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
6) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009.
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
SISTRANAS.
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
9) Surat Walikota Dumai Nomor 050/DISHUB/852 Tanggal 13 Agustus 2008
perihal Permohonan Bantuan Studi Grand Design Transportasi kota Dumai.
1.1.2 Gambaran Umum
Kota merupakan suatu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
jasa, produksi, distribusi barang, serta menjadi pintu masuk atau simpul
transportasi bagi wilayah sekitarnya (hinterland). Fungsi utama suatu kota sangat
tergantung pada potensi wilayah hinterland dan karakteristik masyarakatnya.
Untuk menjalankan peran sebagai pusat kegiatan (baik pusat kegiatan nasional,
wilayah, maupun lokal), kota membutuhkan suatu sistem transportasi perkotaan
yang khusus yang berbeda dengan sistem transportasi antar kota.
Laporan Akhir
1-1
Laporan Akhir
1-2
1.2
pedoman-pedoman
yang
berkaitan
dengan
pengembangan
Laporan Akhir
1-3
Laporan Akhir
1-4
e. Melakukan
tahapan
sinkronisasi
dengan
mengadakan
Workshop/
Lokakarya/Focus Group Discussion (FGD) lintas instansi dan lintas sektor, baik
di pusat maupun di daerah. Dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan
kebutuhan dan biaya yang tersedia.
1.3
TAHAPAN KEGIATAN
1.4
Laporan Akhir
1-5
1.5
Laporan Akhir
1-6
kebijakan
pengembangan
jaringan
pelayanan
diarahkan
melalui
angkutan
perkotaan;
20) Pengembangan
angkutan
perkotaan
pemaduan
1-7
1.6
Laporan Akhir
1-8
Laporan Akhir
2-1
Pemberi
Isyarat
Lalu
Lintas
adalah
perangkat
elektronik
yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
20. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Laporan Akhir
2-2
21. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain
yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
22. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka
mewujudkan,
Jaringan
Lalu
Lintas
dan
Angkutan
Jalan
untuk
2-3
Pasal 17
(1) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
disusun secara berkala dengan mempertimbangkan kebutuhan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan serta ruang kegiatan berskala kabupaten/kota.
(2) Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten/Kota dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
(3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
memuat:
a. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan lingkup kabupaten/kota;
b. arah
dan
kebijakan
peranan
Lalu
Lintas
dan
Angkutan
Jalan
dan
intensitas
Lalu
Lintas
guna
kepentingan
pengaturan
penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
Kendaraan Bermotor.
(2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton;
Laporan Akhir
2-4
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton; dan
d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
(3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan
sumbu terberat kurang dari 8 ton.
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan
Pasal 21
(1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan.
(3) Atas
pertimbangan
keselamatan
atau
pertimbangan
khusus
lainnya,
2-5
2-6
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i.
Fasilitas Terminal
Pasal 38
(1) Setiap penyelenggara Terminal wajib menyediakan fasilitas Terminal yang
memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan.
(2) Fasilitas Terminal meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang.
(3) Untuk menjaga kondisi fasilitas Terminal, penyelenggara Terminal wajib
melakukan pemeliharaan.
Lingkungan Kerja Terminal
Pasal 39
(1) Lingkungan kerja Terminal merupakan daerah yang diperuntukkan bagi
fasilitas Terminal.
(2) Lingkungan kerja Terminal dikelola oleh penyelenggara Terminal dan
digunakan
untuk
pelaksanaan
pembangunan,
pengembangan,
dan
Laporan Akhir
2-7
Pasal 41
(1) Setiap penyelenggara Terminal wajib memberikan pelayanan jasa Terminal
sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
(2) Pelayanan jasa Terminal dikenakan retribusi yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.2.4 Fasilitas Parkir
Pasal 43
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dapat dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
Pasal 44
(1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.
2.1.2.5 Fasilitas Pendukung
Pasal 45
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Laporan Akhir
2-8
dalam
melaksanakan
pembangunan,
pengelolaan,
dan
Laporan Akhir
2-9
2-10
c. penyuluhan;
d. pelatihan; dan
e. bantuan teknis.
(5) Kegiatan pengawasan meliputi:
a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan;
b. tindakan korektif terhadap kebijakan; dan
c. tindakan penegakan hukum.
Pasal 95
(1) Penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas yang
berupa perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk diatur dengan:
a. Peraturan Menteri yang membidangi Sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan untuk jalan nasional;
b. Peraturan Daerah Provinsi untuk jalan provinsi;
c. Peraturan Daerah Kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa; atau
d. Peraturan Daerah Kota untuk jalan kota.
(2) Perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk harus dinyatakan dengan Rambu
Lalu Lintas, Marka Jalan, dan/atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
2.1.3.2 Analisis Dampak Lalu Lintas
Pasal 99
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak
Lalu Lintas.
(2) Analisis dampak Lalu Lintas sekurang-kurangnya memuat:
a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.
Laporan Akhir
2-11
Laporan Akhir
2-12
2-13
Pasal 144
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;
d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
e. kesesuaian dengan kelas jalan;
f. keterpaduan intramoda angkutan; dan
g. keterpaduan antarmoda angkutan.
Pasal 145
(1) Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun dalam
bentuk rencana umum jaringan trayek.
(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi
dengan instansi terkait.
(3) Rencana umum jaringan trayek terdiri atas:
a. jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek perdesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)
tahun.
Pasal 146
(1) Jaringan trayek perkotaan disusun berdasarkan kawasan perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan ditetapkan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas
wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi; atau
c. Bupati atau Walikota untuk kawasan perkotaan yang berada dalam wilayah
kabupaten/kota.
Laporan Akhir
2-14
orang
dengan
tujuan
tertentu
diselenggarakan
dengan
angkutan
orang
untuk
keperluan
pariwisata
harus
menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda
khusus.
Laporan Akhir
2-15
Laporan Akhir
2-16
Laporan Akhir
2-17
angkutan
umum
dalam
angkutan
multimoda
dilaksanakan
berdasarkan perjanjian yang dibuat antara badan hukum angkutan Jalan dan
badan hukum angkutan multimoda dan/atau badan hukum moda lain.
(3) Pelayanan angkutan multimoda harus terpadu secara sistem dan mendapat
izin dari Pemerintah
2.1.4.5 Pengawasan Muatan Barang
Pasal 169
(1) Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi Kendaraan,
dan kelas Jalan.
(2) Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan dilakukan pengawasan
muatan angkutan barang.
(3) Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat
penimbangan.
(4) Alat penimbangan terdiri atas:
a. alat penimbangan yang dipasang secara tetap; atau
b. alat penimbangan yang dapat dipindahkan.
Pasal 170
(1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dipasang pada lokasi tertentu.
(2) Penetapan lokasi, pengoperasian, dan penutupan alat penimbangan yang
dipasang secara tetap pada Jalan dilakukan oleh Pemerintah.
(3) Pengoperasian dan perawatan alat penimbangan yang dipasang secara tetap
dilakukan oleh unit pelaksana penimbangan yang ditunjuk oleh Pemerintah.
(4) Petugas alat penimbangan yang dipasang secara tetap wajib mendata jenis
barang yang diangkut, berat angkutan, dan asal tujuan.
Laporan Akhir
2-18
Pasal 171
(1) Alat penimbangan yang dapat dipindahkan digunakan dalam pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan dan penyidikan tindak pidana pelanggaran
muatan.
(2) Pengoperasian alat penimbangan untuk pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
Jalan dilakukan oleh petugas pemeriksa Kendaraan Bermotor.
(3) Pengoperasian alat penimbangan dilakukan bersama dengan petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2.1.4.6 Tarif Angkutan
Pasal 181
(1) Tarif angkutan terdiri atas tarif Penumpang dan tarif barang.
(2) Tarif Penumpang terdiri atas:
a. tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek; dan
b. tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.
Pasal 182
(1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek terdiri atas:
a. tarif kelas ekonomi; dan
b. tarif kelas nonekonomi.
(2) Penetapan tarif kelas ekonomi dilakukan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang melayani trayek
antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan, dan angkutan perdesaan
yang wilayah pelayanannya melampaui wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota dalam
provinsi serta angkutan perkotaan dan perdesaan yang melampaui batas
satu kabupaten/kota dalam satu provinsi;
c. Bupati untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota dalam
kabupaten serta angkutan perkotaan dan perdesaan yang wilayah
pelayanannya dalam kabupaten; dan
d. Walikota untuk angkutan orang yang melayani trayek angkutan perkotaan
yang wilayah pelayanannya dalam kota.
Laporan Akhir
2-19
(3) Tarif Penumpang angkutan orang dalam trayek kelas non ekonomi ditetapkan
oleh Perusahaan Angkutan Umum.
Pasal 183
(1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek dengan
menggunakan taksi ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum atas
persetujuan
Pemerintah
sesuai
dengan
kewenangan
masing-masing
2.2
2.2.1 Umum
Perencanaan di lingkungan Departemen Perhubungan merupakan proses yang
menyeluruh dan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain dari komponen dan
unsur-unsurnya dalam satu kesatuan sistem yang berkesinambungan dan
hasilnya dapat diukur secara rasional, kontekstual dan kuantitatif.
Dokumen-dokumen yang terkait dengan Perencanaan Perhubungan dapat
dibedakan menjadi:
1. Tatanan Makro Strategis Perhubungan terdiri dari perangkat perundangundangan di bidang transportasi dan tata ruang, serta dokumen Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS) yang merupakan penjabaran transportasi
secara sistemik, strategik, konsepsional, makro, dan filosofis;
2. Rencana Umum Pengembangan Perhubungan;
3. Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan;
Laporan Akhir
2-20
Pengembangan
Transportasi
Nasional; dan
Arah
Pengembangan
Transportasi Nasional;
1. Visi dan Misi Transportasi Nasional
Memuat rumusan umum mengenai keadaan transportasi nasional yang
diinginkan
dan
rumusan
umum
mengenai
upaya-upaya
yang
akan
Laporan Akhir
2-21
masing-masing moda;
c. Kebijakan umum dan Strategi Pengembangan transportasi nasional secara
kesisteman yang menyangkut pengembangan perangkat keras (hardware:
sarana dan prasarana), perangkat lunak (software: peraturan perundangan
dan kelembagaan), serta perangkat pikir (brainware: sumber daya
manusia) berdasarkan karakteristik geografis Indonesia; penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam transportasi; isu lingkungan hidup dan
penghematan energi; penetapan sistem jaringan transportasi yang terpadu
dan penetapan koridor transportasi nasional;
Jangkauan penggunaan dokumen SISTRANAS berlaku 25 tahun dengan
ketentuan ditinjau Wang setiap 5 tahun atau kurang dari 5 tahun bilamana
diperlukan. Penyusunan tinjau ulang dokumen Sistranas dan perwujudannya
diselesaikan paling lambat 1 tahun setelah pengesahan Undang-Undang Tata
Ruang Nasional dan lamanya penyusunan maksimal 1,5 tahun.
Penyusunan serta tinjau ulang dokumen Sistranas dan perwujudannya harus
memperhatikan perkembangan lingkungan strategic. Perwujudan SISTRANAS
dalam skala nasional, wilayah provinsi, dan kabupaten/kota terdiri dari:
1. Dokumen Tataran Transportasi Nasional menjelaskan tatanan transportasi
yang
terorganisasi
transportasi
kereta
secara
api.
kesisteman
transportasi
terdiri
sungai
dari
dan
transportasi
danau,
jalan,
transportasi
transportasi
yang
efektif
dan
efisien,
berfungsi
melayani
perpindahan prang dan atau barang antar pusat kegiatan nasional dan dari
pusat kegiatan nasional ke luar negeri atau sebaliknya.
Laporan Akhir
2-22
terorganisasi
transportasi
kereta
secara
api,
kesisteman
transportasi
terdiri
sungai
dari
dan
transportasi
danau,
jalan,
transportasi
Laporan Akhir
2-23
3. METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1
UMUM
Laporan Akhir
3-1
Kajian Peraturan
Studi Literatur
Laporan Pendahuluan
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
Keluaran
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota
Pengembangan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pengembangan Angkutan Perkotaan
Pemadu Moda Transportasi Perkotaan
Pengembangan Transportasi Berwawasan Lingkungan
Kebijakan Kendaraan Tidak Bermotor
Fasilitas Pejalan Kaki
Kebijakan Pemanfaatan Teknologi Modern
Pembinaan Pemerintah Daerah, BUMD, dan Swasta
Konsep Laporan Akhir
Naskah Akademis
Grand Design Transportasi Kota Dumai
Draft Peraturan Walikota
tentang
Grand Design Transportasi Kota Dumai
Laporan Akhir
3-2
3.2
PENGUMPULAN DATA
Kegiatan studi ini akan diawali dengan melakukan pengumpulan data sekunder
berupa studi-studi mengenai ruas jalan dan perangkat per Undang Undangan,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri yang ada kaitannya dengan masalah
terminal
khususnya
dengan
Penyusunan
Grand
Design
Pengembangan
Transportasi Perkotaan.
Di antara data-data sekunder tersebut adalah:
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
2. Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Rencana
Pembangunan Nasional.
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- 2025.
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
6. UU No. 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah
7. PP. No. 43 Tahun 1993, tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2008.
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS).
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau
12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Dumai
13. Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Provinsi Riau
14. Tataran Transportasi Lokal (Tatrlok) Kota Dumai
15. Kota Dumai dalam Angka, BPS
16. Studi-studi yang terkait dengan
tranportasi darat
Laporan Akhir
3-3
3.3
Dari kajian dan studi literatur yang dilakukan atas data-data sekunder yang
dikumpulkan, Konsultan berharap akan memperoleh:
1. Identifikasi permasalahan-permasalahan dalam penentuan tingkat pelayanan
jasa transportasi .
2. Identifikasi kawasan/wilayah dalam kota menurut fungsinya.
3. Identifikasi kawasan/wilayah dalam kota yang perlu direncanakan serta
dikembangkan.
4. Identifikasi sistem tranportasi kota, transfer point (titik perpindahan antar noda),
terminal dan lain-lain, serta outlet dari setiap kawasan yang sudah diidentifikasi.
5. Identifikasi rute yang paling efisien yang menghubungkan dua kota, dengan
mempertimbangkan moda transportasi lain di luar jalan raya terutama dalam
hal tingkat pelayanan yang dapat diberikan.
6. Kebijakan di bidang transportasi.
3.4
SURVAI LAPANGAN
Tahapan pada studi ini merupakan tahapan penting untuk dapat mengkaji,
mengevaluasi dan menganalisis permasalahan yang ada dari hasil data sekunder
maka perlu dilakukan survei langsung ke lokasi.
Adapun survei yang dilakukan sebagai berikut:
1. Survai Inventarisasi Prasarana Jalan.
2. Survai Volume Lalu Lintas.
3. Survai Inventarisasi Sarana dan Prasarana Angkutan Umum.
4. Survai Home Interview.
5. Survai Road Side Interview.
6. Survai Tata Guna Lahan.
7. Survai Persepsi Pengguna Jalan & Pengguna Angkutan Umum.
Dengan survey ini, Konsultan akan memperoleh antara data-data yang dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana infrastruktur transportasi yang ada
dikota yang ditinjau, bagaimana tingkat penggunaan jaringan transportasinya,
sarana dan prasarana angkutan umumnya.
Laporan Akhir
3-4
3.5
Dengan berbasis pada hasil data sekunder, kajian studi literatur, dan tinjauan
lapangan Konsultan dapat melakukan pengolahan data untuk di analisis. Adapun
kegiatan analisis meliputi:
1. Melakukan inventarisasi dan kajian terhadap dokumen-dokumen referensi
maupun studi-studi terdahulu yang berkaitan dengan studi ini;
2. Melakukan studi pustaka berkaitan dengan bidang pengembangan jaringan
transportasi, kajian dan analisis terhadap studi-studi yang berhubungan
dengan tata cara pengembangan transportasi perkotaan, peraturan-peraturan
maupun
pedoman-pedoman
yang
berkaitan
dengan
pengembangan
dan
sosio-budaya
yang
selalu
bergerak
dinamik
mencari
Laporan Akhir
3-5
angkutan
kawasan
perkotaan
dengan
diarahkan
sistem
melalui
transportasi
pemaduan
kota
dengan
3.6
KELUARAN
Laporan Akhir
3-6
Laporan Akhir
3-7
kebijakan
pengembangan
jaringan
pelayanan
diarahkan
melalui
angkutan
perkotaan;
20) Pengembangan
angkutan
perkotaan
pemaduan
Laporan Akhir
3-8
3.7
secara
geografis
dengan
sistem
jaringan
transportasi
yang
subjektif dan kualitatif. Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang
lain, begitu juga dengan pernyataan susah. Oleh karena itu, diperlukan kinerja
kuantitatif (terukur) yang dapat menyatakan aksesibilitas atau kemudahan.
Sedangkan mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak
yang biasanya dinyatakan dari kemampuannya membayar biaya transportasi. Ada
yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu
tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua
tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan,
aksesibilitas antara keduanya rendah. Jadi, tata guna lahan yang berbeda pasti
mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan
tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).
Laporan Akhir
3-9
Akan tetapi, peruntukan lahan tertentu seperti bandara, lokasinya tidak bisa
sembarangan dan biasanya terletak jauh di luar kota (karena ada batasan dari
segi keamanan, pengembangan wilayah, dan lain-lain). Dikatakan aksesibilitas ke
bandara tersebut pasti akan selalu rendah karena letaknya yang jauh di luar kota.
Namun, meskipun letaknya jauh, aksesibilitas ke bandara dapat ditingkatkan
dengan menyediakan sistem jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan
kecepatan tinggi sehingga waktu tempuhnya menjadi pendek.
Oleh sebab itu, penggunaan jarak sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan
orang dan mulai dirasakan bahwa penggunaan waktu tempuh merupakan kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan jarak dalam menyatakan aksesibilitas.
Dapat disimpulkan bahwa suatu tempat yang berjarak jauh belum tentu dapat
dikatakan mempunyai aksesibilitas rendah atau suatu tempat yang berjarak dekat
mempunyai aksesibilitas tinggi karena terdapat faktor lain dalam menentukan
aksesibilitas yaitu waktu tempuh.
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas (perumahan) dan
jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan). Beberapa jenis tata guna
lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah
sakit, dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi, kualitas pelayanan transportasi
pasti juga berbeda-beda; sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin
lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas)
maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan). Contohnya, pelayanan angkutan
umum biasanya lebih baik di pusat perkotaan dan pada beberapa jalan utama
transportasi dibandingkan dengan di daerah pinggiran kota.
Skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang
diterangkan mengenai aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kondisi Prasarana
Jarak
Sangat jelek
Sangat baik
Jauh
Aksesibilitas rendah
Aksesibilitas menengah
Dekat
Aksesibilitas menengah
Aksesibilitas tinggi
Laporan Akhir
3-10
Tabel 3.1 menggunakan faktor hubungan transportasi yang dapat diartikan dalam
beberapa hal. Suatu tempat dikatakan aksesibel jika sangat dekat dengan tempat
lainnya, dan tidak aksesibel jika berjauhan. Ini adalah konsep yang paling
sederhana; hubungan transportasi (aksesibilitas) dinyatakan dalam bentuk jarak
(km). Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar
tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi.
Sebaliknya,
jika
aktivitas
tersebut
saling
terpisah
jauh
dan
hubungan
3-11
Secara umum diakui bahwa sangat sulit menentukan hal ini, khususnya di negara
dunia ketiga. Beberapa penulis (seperti Atkins, 1984) berpendapat bahwa biaya
gabungan adalah ukuran yang tidak cocok digunakan dalam beberapa hal karena
tidak memperlihatkan perbedaan kepentingan antara waktu dan biaya secara
terpisah. Ini mungkin berlaku dalam mengukur aksesibilitas; waktu biasanya
merupakan ukuran yang terbaik, yang diatur berdasarkan setiap moda. Akhirnya,
hubungan transportasi dapat dinyatakan sebagai ukuran untuk memperlihatkan
mudah atau sukarnya suatu tempat dicapai, dinyatakan dalam bentuk hambatan
perjalanan. Semuanya selanjutnya dinyatakan dalam bentuk jarak, waktu, atau
biaya.
Untuk meningkatkan aksesibilitas tata guna lahan yang akan terhubungkan oleh
sistem jaringan transportasi, dilakukanlah investasi pembangunan sistem jaringan
transportasi. Tetapi, meskipun tata guna lahan itu sudah mempunyai aksesibilitas
yang tinggi karena terhubungkan oleh sistem jaringan transportasi yang baik,
belum tentu dapat menjamin mobilitas yang tinggi pula. Tidak akan ada artinya
membangun sistem jaringan transportasi jika tidak dapat dinikmati karena orang
tidak mampu membayar biaya transportasinya (tidak mempunyai mobilitas)
sehingga investasi yang dibenamkan menjadi tidak akan ada artinya (mubazir).
Kemampuan
khususnya
seseorang
di
membayar
Indonesia.
Karena
biaya
itu,
transportasi
dalam
sangat
bervariasi,
pengambilan
kebijakan,
Laporan Akhir
3-12
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah
kendaraan,
orang,
atau
angkutan
barang
per
satuan
waktu,
misalnya
3-13
Pemisahan Ruang
Jarak antara dua buah tata guna lahan merupakan batas pergerakan. Jarak
yang jauh atau biaya yang besar akan membuat pergerakan antara dua buah
tata guna lahan menjadi lebih sulit (aksesibilitas rendah). Oleh karena itu,
pergerakan arus lalulintas cenderung meningkat jika jarak antara kedua
zonanya semakin dekat. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang lebih
menyukai perjalanan pendek daripada perjalanan panjang. Pemisahan ruang
tidak hanya ditentukan oleh jarak, tetapi oleh beberapa ukuran lain, misalnya
hambatan perjalanan yang diukur dengan waktu dan biaya yang diperlukan.
Jauh
Interaksi
dapat diabaikan
Dekat
Intensitas
Tata Guna Lahan
Antara Dua Zona
Laporan Akhir
Interaksi rendah
Interaksi menengah
Interaksi rendah
Interaksi
menengah
Interaksi sangat
tinggi
KecilKecil
KecilBesar
BesarBesar
3-14
biasanya
berjalan
kaki
atau
menggunakan
kendaraan.
Jika
3-15
Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda saja disebut dengan captive
terhadap moda tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilih
biasanya yang mempunyai rute terpendek, tercepat, atau termurah, atau
kombinasi
dari
ketiganya.
Faktor
lain
yang
mempengaruhi
adalah
Laporan Akhir
3-16
LINGKUNGAN STRATEGIS
Laporan Akhir
4-1
4-2
Singapura
Thailand
Gambar 4.1 Kawasan Kerjasama Ekonomi Sub Regional IMS dan IMT
Laporan Akhir
4-3
ekonomi
perdagangan
lainnya
karena
forum
kerjasama
ini
Laporan Akhir
4-4
Kabupaten Karimun
Kabupaten Natuna
Kota Batam
Riau,
Laporan Akhir
4-5
Dalam
Laporan Akhir
4-6
Simpul transportasi laut Kota Dumai yang berdekatan dengan Selat Malaka dan
Selat Rupat berfungsi sebagai pintu gerbang pantai timur Pulau Sumatera dengan
jalur pelayaran Dumai - Batam, Dumai - Penang, Dumai - Medan, dan lain-lain.
Kota Dumai juga dilengkapi prasarana transportasi udara yaitu bandar udara
Pinang Kampai milik PT. Pertamina.
Industri hulu dan hilir di Kota Dumai berkembang pesat, karena Kota Dumai
berada di titik pemasaran yang strategis. Industri hulu melayani daerah belakang
(daerah-pengaruh), sedangkan industri hilir sangat didukung oleh lalu lintas
perairan internasional, khususnya pada jalur pelayaran Malaka.
Selain itu Kota Dumai juga merupakan sentra industri pengolahan yang
berkembang dan menjadi andalan Kota Dumai, diantaranya yaitu industri
pengolahan Crude Palm Oil (CPO), industri pengolahan kelapa sawit dan industri
pengolahan daging.
4.1.2.2 Kota Dumai Sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Mengingat posisi strategis Kota Dumai secara geografis yang berhadapan
langsung dengan negara Malaysia dan Singapura Kota Dumai ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Di Kota Dumai ditempatkan Pangkalan
Angkatan Laut TNI, yang memiliki armada laut cukup kuat di sepanjang pantai
timur Pulau Sumatera. Aksesibilitas pelayaran yang tinggi dari dan keluar wilayah
Indonesia membutuhkan pengamanan yang ketat, sebab Kota Dumai sebagai
salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga,
khususnya di teritorial perairan Indonesia bagian barat.
4.1.3 Kebijakan Pembangunan Kota Dumai
Dengan modalitas dan potensi strategis yang dimiliki Kota Dumai tersebut maka
agenda dan program pembangunan Kota Dumai diarahkan untuk bisa memenuhi
visi misi pembangunan sesuai yang diamanatkan. Sebagai bagian dari Provinsi
Riau maka kebijakan pembangunan Kota Dumai sejauh mungkin bisa seiring dan
bersinergi dengan Kebijakan pengembangan Provinsi Riau.
Laporan Akhir
4-7
(pertanian
tanaman
pangan,
perkebunan,
kehutanan,
dan
Laporan Akhir
4-8
deregulasi
peraturan
dan
ketetapan-ketetapan
yang
dapat
pengembangan
potensi
SDA
kelautan,
termasuk
pengembangan
Kota
Dumai
bidang
pembangunan
sektor
sasaran
penunjang
dari
adanya
arah
kebijakan
pembangunan
4-9
khusus
kebijakan
pembangunan
yang
tertuang
dalam
Rencana
Laporan Akhir
4-10
rehabilitasi/pemeliharaan
jalan
dan
jembatan
mencakup
percepatan
peningkatan
kesejahteraan
dan
peningkatan
Laporan Akhir
4-11
Sistranas
adalah
terwujudnya
transportasi
yang
handal
dan
Ketiga tataran transportasi tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan karena pelayanan perpindahan orang dan barang dari kota-kota
provinsi maupun kota-kota lokal ke kota-kota nasional dan sebaliknya tidak dapat
dilakukan oleh salah satu tataran transportasi saja, melainkan harus terpadu
bersama-sama dengan kedua tataran transportasi lainnya.
Laporan Akhir
4-12
Laporan Akhir
4-13
Keterkaitan antara faktor internal dan faktor eksternal tersebut dapat ditunjukkan
dalam empat kategori hubungan berikut:
Kekuatan, merupakan faktor-faktor internal yang dimiliki Kota Dumai yang bisa
dijadikan andalan dan merupakan keunggulan
Kelemahan, adalah kondisi internal Kota Dumai yang berpotensi bisa menjadi
sumber kegagalan dalam penyusunan dan penyelenggaraan Grand Design
Transportasi Kota Dumai.
Peluang, adalah kondisi eksternal (lingkungan strategis) dari Kota Dumai yang
dapat memberikan dampak positif bagi penyusunan dan penyelenggaraan
Grand Design Transportasi Kota Dumai jika bisa dimanfaatkan dengan baik.
Ancaman, yaitu kondisi eksternal (lingkungan strategis) dari Kota Dumai yang
dapat memberikan dampak negatif bagi penyusunan dan penyelenggaraan
Grand Design Transportasi Kota jika tidak mampu diantisipasi dengan baik.
Berdasarkan kondisi obyektif yang dimiliki oleh Kota Dumai , baik ditinjau dari
aspek geografis, kependudukan, peran kewilayahan, makro ekonomi, forum
kerjasama regional maupun aspek transportasi, maka dapat diidentifikasi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang dimiliki oleh daerah
ini. Secara singkat, kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut dapat
diuraikan di bawah ini.
4.1.5.1 Kekuatan
Modal yang dimiliki oleh Kota Dumai yang dapat dijadikan sebagai faktor penentu
keberhasilan dalam penyelenggaraan Grand Design Transportasi, adalah:
Laporan Akhir
4-14
1. Aspek Geografis:
Dengan posisi geografis yang strategis berada pada lintas perdagangan
dunia di Selat Malaka dan menjadi lingkar dekat negara-negara yang
tergabung dalam forum kerjasama regional seperti IMT-GT, IMS-GT, Sijori
dan Pan Beibuwan maka ini menjadi kekuatan tersendiri bagi Kota Dumai.
Kota Dumai menjadi pusat simpul pergerakan orang dan barang bagi
daerah-daerah di sekitarnya, dimana kota ini bisa menjadi outlet khususnya
dengan transportasi laut serta posisi Kota Dumai menjadi pusat Wilayah
Pembangunan
sehingga
akan
sangat
membantu
perannya
dalam
struktur
ruang,
Kota
Dumai
merupakan
pusat
Wilayah
Laporan Akhir
4-15
Laporan Akhir
4-16
6. Aspek Transportasi
Kota Dumai memiliki wilayah dan ruang yang masih cukup luas untuk bisa
dirancang dengan tatanan yang ideal dalam mengakomodasi kebutuhan
dan pengembangan sektor transportasi sehingga kondisi ini bisa dijadikan
andalan utama di dalam melayani arus barang dan penumpang.
Secara umum jaringan transportasi yang ada sudah cukup baik sehingga
akan mudah mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan tansportasi dan
pengembangannya ke depan guna mengemban peran geografisnya baik
dalam konstelasi lokal, regional maupun internasional.
4.1.5.2 Kelemahan
Kota Dumai juga dihadapkan pada beberapa kelemahan yang berpotensi menjadi
faktor penghambat dalam penyelenggaraan Grand Design Transportasi, antara
lain:
1. Aspek Geografis:
Potensi geografis yang strategis Kota Batam belum termanfaatkan dengan
baik akibat keterbatasan-keterbatasan aksesibilitas dari dan ke kota ini baik
dengan daerah-daerah dan kota-kota di sekitarnya maupun negara-negara
tetangga .
2. Aspek Kependudukan:
Masih rendahnya kualitas tenaga kerja di Kota Dumai sedangkan untuk
saat mendatang dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi untuk
mampu mendukung perkembangan Kota Dumai yang sangat pesat yang
salah satunya akan direncanakan sebagai pusat jasa dan perdagangan,
sehingga mampu bersaing dengan daerah lainnya.
3. Aspek Kewilayahan
Integrasi sistem perkotaan di Riau dimana Kota Dumai menjadi bagian dari
sistem di dalamnya
sebagai pusat Wilayah Pembangunan belum optimal. Hal ini tentu saja
berpengaruh pada penataan sistem jaringan atau hirarki transportasi serta
pelayanan barang dan penumpang.
Laporan Akhir
4-17
Pengembangan kawasan budidaya belum mengarah pada penataan pusatpusat produksi, sehingga penataan jaringan transportasi dan pelayanan
terhadap barang hasil produksi kawasan budidaya belum berjalan dengan
baik.
4. Aspek Makro Ekonomi:
Struktur ekonomi yang yang kurang seimbang antar sektor di dalamnya
dengan adanya konsentrasi pada satu atau dua sektor dominan akan
rentan terhadap kinerja ekonomi jika terjadi gangguan atau distorsi-distorsi
perekonomian, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada pergerakan
orang dan barang.
Terjadi ketimpangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Dumai, dimana sektor
primer seperti Sektor Pertanian (sekitar 4%) jauh tertinggal oleh sektorsektor lainnya diikuti oleh sektor penunjang yang penting seperti Listrik Gas
dan Air minum yang tumbuh hanya sekitar 3% dibanding sektor lainnya
rata-rata 8% hingga 9%.
Daya serap terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan asing
(PMA) masih relatif rendah dibanding potensi yang dimiliki, sehingga
penambahan produksi dan tenaga kerja juga rendah, yang pada gilirannya
bangkitan dan tarikan barang dan penumpang rendah pula.
5. Forum Kerjasama Regional
Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki Kota Dumai dalam memanfaatkan
forum-forum kerjasama regional merupakan kelemahan yang perlu
dibenahi. Hingga kini efektivitas forum-forum kerjasama tersebut masih
jauh dari yang diharapkan.
6. Aspek Transportasi:
Jaringan transportasi darat Kota Dumai sudah tidak memadai. Jaringan
jalan yang menghubungkan Kota Dumai dengan kota-kota lainnya di tingkat
regional masih tergolong rendah dan perlu ditingkatkan lagi baik kualitas
maupun fungsi jalannya, daya tampung dan daya dukungnya, yang
nantinya akan sangat berguna dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi daerahnya sendiri serta pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya.
Pergerakan penumpang dan barang dari dan ke Dumai melalui sistem
transportasi darat masih banyak terhambatan terutama dengan kota-kota di
sekitarnya seperti Duri dan Pekanbaru.
Laporan Akhir
4-18
Pinang
Kampai
sebagai
pusat
penyebaran
tersier
yang
Laporan Akhir
4-19
3. Aspek Kewilayahan
Sistem perkotaan dan sistem transportasi yang dikembangkan di level
provinsi dan nasional terintegrasi secara baik dengan sistem perkotaan dan
sistem transportasi di Kota Dumai, sehingga menjadi peluang baik untuk
terus berbenah tatanan transporasinya.
4. Aspek Makro Ekonomi:
Peluang untuk meningkatkan kapasitas ekonomi Kota Dumai masih sangat
terbuka.
Peningkatan
PDRB
dengan
mengangkat
sektor-sektor
ekonominya guna memberikan nilai tambah yang lebih banyak bisa digali
dengan mendorong peningkatan penanaman investasi baik Dalam Negeri
maupun PMA melalui pemanfaatan forum-forum kerjasama regional yang
diikuti.
Umumnya masyarakat di negara-negara tetangga sebagai sesama anggota
forum-forum kerjasama regional tersebut memiliki pendapatan perkapita
cukup tinggi, hal ini mendatangkan peluang bagi peningkatan ekonomi Kota
Dumai yang pada gilirannya dapat meningkatan pendapatan per kapita
masyarakat di daerah ini.
Relokasi industri dan ekspansi investasi oleh negara-negara tetangga
memberi peluang bagi peningkatan investasi di Kota Dumai.
5. Forum Kerjasama Regional:
Dalam konteks Forum Kerjasama Pan Beibuwan Koridor Nanning Singapura berpeluang akan mendorong peredaran sumberdaya dan unsur
produksi antar Negara sehingga membentuk koridor ekonomi lintas Negara
dengan
keunggulan
ekonomi
saling
melengkapi
serta
mendorong
4-20
Mudahnya
Laporan Akhir
4-21
2. Aspek Kependudukan
Pada kondisi Kota Dumai tidak bisa mengakomodasi kebutuhan dan
perkembangan sosial, ekonomi dan infrastruktur sektor transporasi
menjadikan kota ini kurang menarik dan tidak bisa bersaing dengan kota
dan daerah lainnya maka kota ini akan terancam tidak diminati penduduk
dan tenaga kerja berkualitas dari daerah lain.
3. Aspek Kewilayahan:
Pengembangan struktur ruang kota dan daerah-daerah lain jika tidak
mempertimbangkan dan mengintegrasikan Kota Dumai sebagai bagian dari
struktur ruangnya akan menjadi ancaman bagi perkembangan kota ini.
4. Aspek Makro Ekonomi:
Ketimpangan struktur, pertumbuhan antar sektor ekonomi dan redistribusi
pendapatan akan menimbulkan ancaman stagnasi dan konsentrasi pada
sektor dan kekuatan tertentu.
Kuatnya
daya
saing
produk-produk
negara-negara
anggota
forum
jaringan
transportasi
diantara
sesama
anggota
dengan
Laporan Akhir
4-22
Laporan Akhir
4-23
Tabel 4.1
No.
1.
Aspek
Geografis
Kekuatan
Dengan posisi geografis yang
strategis berada pada lintas
perdagangan dunia di Selat
Malaka dan menjadi lingkar
dekat negara-negara yang
tergabung
dalam
forum
kerjasama regional seperti
IMT-GT, IMS-GT, Sijori dan
Pan Beibuwan maka ini
menjadi kekuatan tersendiri
bagi Kota Dumai.
Kota Dumai menjadi pusat
simpul pergerakan orang dan
barang bagi daerah-daerah di
sekitarnya, dimana kota ini bisa
menjadi
outlet
khususnya
dengan transportasi laut serta
posisi Kota Dumai menjadi
pusat Wilayah Pembangunan
sehingga
akan
sangat
membantu perannya dalam
hubungan
antar
daerah
maupun
antar
negara
khususnya dalam aktivitas
ekonomi, perdagangan dan
investasi
dengan
daerahdaerah disekitarnya maupun
negara-negara anggota forumforum kerjasama regional yang
ada.
Laporan Akhir
Kelemahan
Potensi
geografis
yang
strategis Kota Batam belum
termanfaatkan dengan baik
akibat
keterbatasan
keterbatasan aksesibilitas dari
dan ke kota ini baik dengan
daerah-daerah dan kota-kota di
sekitarnya maupun negaranegara tetangga .
Peluang
Sebagai bagian dari forumforum kerjasama regional, Kota
Dumai berada posisi geografis
yang strategis, yakni dekat
dengan
negara-negara
anggota forum-forum tersebut
jika
dibandingkan
dengan
daerah-daerah atau kota-kota
lainnya, sehingga Kota Dumai
bisa mengambil peluang ini
untuk bisa berperan lebih
besar.
Ancaman
Dengan adanya pemekaran
Provinsi Riau menjadi dua
yakni
munculnya
Riau
Kepulauan dengan Batam
sebagai sentralnya hal ini
menjadi ancaman tersendiri
bagi Riau dan khsususnya
Kota Dumai.
Mudahnya
aksesibilitas dari dan ke Batam
bisa menyebabkan Kota Dumai
menjadi bukan pilihan utama.
Dengan kelengkapan sarana
prasarana dan infrastruktur
perekonomian
yang
dikembangkan
kota
atau
daerah lain yang secara
geografis bersaing dengan
posisi Kota Dumai maka akan
menjadikan Dumai menjadi
kota yang ditinggalkan dalam
kerjasama
antar
daerah
maupun kerjasama regional.
4-24
No.
Aspek
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
2.
Kependudukan
Tingkat
pertumbuhan
penduduk
Kota
Dumai
termasuk relitif tinggi bahkan
dalam beberapa tahun ratarata di atas 3 % dan
diperkirakan ke depan masih
akan mencapai di atas 2,5 %
per
tahun.
Pertumbuhan
sebesar ini cukup berarti dalam
mempengaruhi bangkitan dan
tarikan penumpang khususnya
dan barang umumnya.
Masih
rendahnya
kualitas
tenaga kerja di Kota Dumai
sedangkan
untuk
saat
mendatang dibutuhkan tenaga
kerja yang berkualitas tinggi
untuk mampu mendukung
perkembangan Kota Dumai
yang sangat pesat yang salah
satunya akan direncanakan
sebagai pusat
jasa
dan
perdagangan,
sehingga
mampu
bersaing
dengan
daerah lainnya.
Laporan Akhir
4-25
No.
Aspek
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
3.
Kewilayah-an
Laporan Akhir
Pengembangan
kawasan
budidaya belum mengarah
pada penataan pusat-pusat
produksi, sehingga penataan
jaringan
transportasi
dan
pelayanan terhadap barang
hasil
produksi
kawasan
budidaya
belum
berjalan
dengan baik
4-26
No.
Aspek
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
4.
Makro
Ekonomi
Ketimpangan
struktur,
pertumbuhan
antar
sektor
ekonomi
dan
redistribusi
pendapatan akan menimbulkan
ancaman
stagnasi
dan
konsentrasi pada sektor dan
kekuatan tertentu.
Laporan Akhir
Terjadi
ketimpangan
laju
pertumbuhan ekonomi Kota
Dumai, dimana sektor primer
seperti
Sektor
Pertanian
(sekitar 4%) jauh tertinggal
oleh
sektor-sektor
lainnya
diikuti oleh sektor penunjang
yang penting seperti Listrik
Gas dan Air minum yang
tumbuh hanya sekitar 3%
dibanding sektor lainnya ratarata 8% hingga 9%.
Daya
serap
terhadap
penanaman
modal
dalam
negeri (PMDN) dan asing
(PMA) masih relatif rendah
dibanding potensi yang dimiliki,
sehingga
penambahan
produksi dan tenaga kerja juga
rendah, yang pada gilirannya
bangkitan dan tarikan barang
dan penumpang rendah pula.
Umumnya
masyarakat
di
negara-negara
tetangga
sebagai
sesama
anggota
forum-forum
kerjasama
regional
tersebut
memiliki
pendapatan perkapita cukup
tinggi, hal ini mendatangkan
peluang
bagi
peningkatan
ekonomi Kota Dumai yang
pada
gilirannya
dapat
meningkatan pendapatan per
kapita masyarakat di daerah
ini.
4-27
No.
Aspek
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
5.
Forum
Kerjasama
Regional
Dalam
kerangka
Forum
Kerjasama Pan Beibuwan,
Kota Dumai termasuk lingkaran
dekat pada Koridor Nanning Singapura. Koridor ini dari
Semenanjung Indochina akan
melewati kota-kota di Vietnam,
Laos, Kamboja, Thailand dan
Malaysia sebelum mencapai
Singapura dengan wahana
kerata api dan jalan raya Pan
Asia. Pembangunan koridor ini
akan mendorong peredaran
sumberdaya
dan
unsur
produksi
antar
Negara
sehingga membentuk koridor
ekonomi lintas Negara dengan
keunggulan ekonomi saling
melengkapi serta mendorong
pembangunan
kawasan
perdagangan bebas AseanTiongkok
dan
untuk
meningkatkan
daya
saing
produk regional untuk pasar
internasional.
Keterbatasan
sumberdaya
yang dimiliki Kota Dumai dalam
memanfaatkan
forum-forum
kerjasama regional merupakan
kelemahan
yang
perlu
dibenahi.
Hingga
kini
efektivitas
forum-forum
kerjasama tersebut masih jauh
dari yang diharapkan.
Dalam
konteks
Forum
Kerjasama
Pan
Beibuwan
koridor Koridor Nanning Singapura berpeluang akan
mendorong
peredaran
sumberdaya
dan
unsur
produksi
antar
Negara
sehingga membentuk koridor
ekonomi lintas Negara dengan
keunggulan ekonomi saling
melengkapi serta mendorong
pembangunan
kawasan
perdagangan bebas AseanTiongkok
dan
untuk
meningkatkan
daya
saing
produk regional untuk pasar
internasional. Dalam kerangka
kerjasama
tersebut
Kota
Dumai lebih bisa mengambil
peran dan peluang dibanding
kota atau daerah lainnya.
Laporan Akhir
4-28
Walaupun
dalam
perkembangannya
setelah
adanya pemekaran wilayah
dengan munculnya Provinsi
Kepri
dan Batam sebagai
pemeran dalam forum ini tetapi
kerjasama
ekonomi,
perdagangan dan investasi
umumnya tidak linear. Dengan
demikian Kota Dumai tetap
berperan dalam forum ini
apalagi bersinergi dengan
forum-forum
kerjasama
regional lainnya, seperti IMTGT dan IMS-GT.
Laporan Akhir
4-29
No.
6.
Aspek
Transportasi
Kekuatan
Kota Dumai memiliki wilayah
dan ruang yang masih cukup
luas untuk bisa dirancang
dengan tatanan yang ideal
dalam
mengakomodasi
kebutuhan dan pengembangan
sektor transportasi sehingga
kondisi ini bisa dijadikan
andalan utama di dalam
melayani arus barang dan
penumpang.
Secara
umum
jaringan
transportasi yang ada sudah
cukup baik sehingga akan
mudah
mengakomodasi
kebutuhan-kebutuhan
tansportasi
dan
pengembangannya ke depan
guna
mengemban
peran
geografisnya
baik
dalam
konstelasi
lokal,
regional
maupun internasional.
Kelemahan
Jaringan transportasi darat
Kota Dumai sudah tidak
memadai. Jaringan jalan yang
menghubungkan Kota Dumai
dengan kota-kota lainnya di
tingkat
regional
masih
tergolong rendah dan perlu
ditingkatkan lagi baik kualitas
maupun fungsi jalannya, daya
tampung dan daya dukungnya,
yang nantinya akan sangat
berguna dalam mendorong laju
pertumbuhan
ekonomi
daerahnya
sendiri
serta
pertumbuhan ekonomi daerah
sekitarnya.
Pergerakan penumpang dan
barang dari dan ke Dumai
melalui sistem transportasi
darat
masih
banyak
terhambatan terutama dengan
kota-kota di sekitarnya seperti
Duri dan Pekanbaru.
Peluang
Sebagai pusat
dan simpul
pertumbuhan bagi daerahdaerah di sekitarnya, serta
perannya sebagai PKN dan
PKSN, Kota Dumai bisa
mengambil peluang bagi kota
ini dalam jangka panjang untuk
mengembangkan transportasi
berskala
nasional
dan
internasional.
Masuknya Kota Dumai dalam
tatranas maupun tatrawil bisa
memberikan peluang berupa
peningkatan alokasi anggaran
dari pemerintah pusat maupun
pemerintah
provinsi
untuk
pembangunan
sektor
transportasi di Kota Dumai.
Ancaman
Kerangka kerjasama pada
forum-forum
kerjasama
regional seperti IMT-GT, IMSGT, Sijori dan Pan Beibuwan
tidak berkembang dengan
efektif,
termasuk
jaringan
transportasi diantara sesama
anggota dengan meninggalkan
peran Kota Dumai maka
terancam tidak ada dampak
positif bagi perekonomian dan
pengembangan
sektor
transportasi di Kota Dumai.
Dengan
masih
banyak
terhambatnya
kelancaran
pergerakan orang dan barang
Kota Dumai dengan kota atau
daerah
di
sekitarnya
menjadikan
ancaman
perkembangan kota ini dalam
interaksi
sosial
ekonomi
dengan hinterlandnya.
Laporan Akhir
4-30
Terjadinya
penumpukan
barang di pelabuhan Kota
Dumai karena kapal yang
tersedia hanya kapal biasa
yang tidak dapat mengangkut
dalam jumlah besar. Oleh
karena itu dibutuhkan kapal
berukuran besar (RORO) yang
mampu membawa kontainer
sekaligus juga menyesuaikan
kapasitas dermaganya.
Bandara
Pinang
Kampai
sebagai pusat penyebaran
tersier yang merupakan satusatunya bandara di Kota
Dumai adalah
milik
PT.
Pertamina yang masih terbatas
untuk dapat dipakai umum
sehingga dapat menghambat
kelancaran
dalam
berhubungan dengan dunia
internasional.
Bandara
internasional yang terdekat
adalah Hang Nadim di Batam
dan Sultan Syarif Kasim II di
Pekanbaru.
Laporan Akhir
4-31
4.2
Kota Dumai memiliki 15 buah sungai yang bisa dilayari oleh kapal pompong,
sampan dan perahu yang bisa masuk sampai ke hulu sungai. Sungai Buluala,
Sungai Mesjid dan Sungai Senepis merupakan tiga sungai terpanjang di Kota
Dumai.
Kota Dumai memiliki 5 kabupaten hinterland yang sangat potensial, yaitu
Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Rokan Hulu, Siak Sri Indrapura dan Kampar.
Karakteristik wilayah kabupaten-kabupaten hinterland tersebut sangat menunjang
kegiatan jasa, perdagangan, transportasi, dan industri di Kota Dumai, apalagi
aktivitas Pelabuhan Samudera yang merupakan pintu gerbang bagian timur Pulau
Sumatera.
Laporan Akhir
4-32
Laporan Akhir
4-33
Saat ini perkembangan Pelabuhan Dumai semakin pesat dan menjadi gerbang
utama perekonomian Riau (www.inaport1.co.id, dalam Pra Revisi RTRW Kota
Dumai 2009).
Perusahaan pengelola kegiatan penambangan minyak selain PT. Caltex Pacific
Indonesia (CPI) yang merupakan pengelola swasta, kegiatan penambangan
minyak dan gas bumi milik negara dikelola oleh PT. Pertamina dan PT. CPI
bergerak di bidang penampungan minyak (Rencana Teknik Ruang Kota Dumai,
BWK B/ Pusat Kota, Fakta dan Analisa, 1991). Keberadaan kedua pengelola
minyak bumi tersebut memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan Kota
Dumai yaitu bertambahnya jumlah penduduk yang berdasarkan data tahun 1991,
pertumbuhan
penduduk
Kota
Dumai
selama
kurun
waktu
1986-1990
memperlihatkan angka yang cukup tinggi yakni rata-rata mencapai 8,75% per
tahun. Tingginya laju pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh tingginya laju
migrasi masuk (pendatang) terutama penduduk usia muda. Tingginya jumlah
pendatang tersebut tentunya berpengaruh terhadap permintaan penyediaan
permukiman. Akhirnya munculah kantong-kantong permukiman baru.
Pada perkembangannya pertumbuhan Kota Dumai meluas hingga berbentuk pola
semi radial dengan orientasi ke laut/selat dan Jalan Sudirman, yang ditunjukkan
dengan dibangunnya jalan yang menghubungkan Kota Dumai dengan kota-kota
lainnya. Berdasarkan Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah Propinsi Riau, Kota
Dumai berfungsi sebagai Pusat Utama Daerah Pembangunan III dengan wilayah
pengaruhnya meliputi Kota Duri, Rupat, Bengkalis dan Selat Panjang. Dengan
fungsinya tersebut, Kota Dumai berperan sebagai pusat pengumpul dan distribusi
barang-barang (Rencana Teknik Ruang Kota Dumai, BWK B/ Pusat Kota, Fakta
dan Analisa, 1991). Sektor ekonomi yang ada di Kota Dumai pada tahun 1991
meliputi sektor pertanian, perdagangan dan jasa, industri dan pertambangan.
Kota Dumai pada perkembangan terakhirnya menjadi Kota Pelabuhan Samudera
dengan pola permukiman berbentuk grid (kotak) dengan sumbu utama
perkembangan kotanya adalah Jalan Sudirman, Bukit Datuk, Pangkalan Raya
(Dock Yard), Sukajadi, Putri Tujuh, Sultan Syarif Kasim dan Jalan Datuk
Laksamana.
Laporan Akhir
4-34
Pada
tahun
1993/1994,
kegiatan
yang
banyak
berpengaruh
terhadap
Laporan Akhir
4-35
Saat ini Kota Dumai terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Timur,
Dumai Barat, Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai Sembilan. Jumlah
kelurahan yang ada sebanyak 30 kelurahan (RTRW Kota Dumai, 2001-2011).
Sebagai kota pelabuhan, Kota Dumai diperlengkapi dengan fasilitas pelabuhan
yang memadai selain juga telah diperlengkapi dengan jaringan transportasi darat
yang menghubungkan Kota Dumai dengan Kota Pekanbaru sebagai ibukota
Propinsi Riau dan kota-kota lainnya.
Sebagai Pusat Wilayah Pembangunan, Kota Dumai mempunyai 5 kabupaten
hinterland yang sangat potensial yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Rokan
Hulu, Siak Sri Indrapura dan Kampar. Karakteristik wilayah kabupaten hinterland
ini sangat menunjang kegiatan jasa, perdangan, transportasi, dan industri di Kota
Dumai, terlebih untuk aktifitas pelabuhan Samudera yang merupakan pintu
gerbang bagian timur Pulau Sumatera (RTRW Kota Dumai, 2001-2011).
4.3
KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kota Dumai menurut hasil sensus penduduk tahun 2000 (SP
2000) sebesar 173.188 jiwa dengan luas wilayah sebesar 1.727,38 km.
Kepadatan penduduk diKota Dumai tahun 2000 sebesar 100,26 jiwa per km.
Jumlah penduduk laki-laki 89.952 jiwa dan 83.236 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk Kota Dumai pada tahun 2007 sebesar 231.121 jiwa. Jumlah
penduduk laki-laki sebesar 115.902 jiwa dan penduduk perempuan sebesar
115.219 jiwa,dengan kepadatan penduduk sebesar 133.80 jiwa per km.
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Dumai Barat dengan jumlah
penduduk 87.320 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah adalah
Medang Kampai dengan jumlah penduduk 5.982 jiwa.
Laporan Akhir
4-36
Tabel 4.2
(Km2)
Jumlah
Penduduk
1.
Bukit Kapur
200
11,57
32.385
14,01
2.
Medang Kampai
373
21,59
5.982
2,59
3.
Sungai Sembilan
975
56,47
18.286
7,91
4.
Dumai Barat
120
6,95
87.320
37,78
5.
Dumai Timur
59
3,42
87.148
37,71
1.727,38
100,00
231.121
100,00
Jumlah
Luas
Jumlah
(Km2)
Penduduk
Densitas Penduduk
Km2
Ha
1.
Bukit Kapur
200
32.385
161,93
1,62
2.
Medang Kampai
373
5.982
16,04
0,16
3.
Sungai Sembilan
975
18.286
18,75
0,19
4.
Dumai Barat
120
87.320
727,67
7,28
5.
Dumai Timur
59
87.148
1.477,08
14,77
1.727,38
231.121
133,80
1,34
Jumlah
kecamatan-kecamatan
lainnya
dengan
wilayah
yang
lebih
luas
Laporan Akhir
4-37
Sungai Sembilan
7,9%
Medang Kampai
2,6%
Dumai Barat
37,8%
Bukit Kapur
14,0%
500.000
300.000
489.435
173.188
183.145
191.990
201.263
210.984
219.351
225.249
231.121
240.959
251.215
261.908
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
100.000
397.356
200.000
322.600
Jumlah Penduduk
400.000
0
2025
2020
2015
Tahun
Gambar 4.4 Data Penduduk Kota Dumai Tahun 2000 - 2007 beserta Proyeksi
Sumber: Dumai Dalam Angka 2007
Laporan Akhir
4-38
Struktur penduduk Kota Dumai dilihat dari kelompok umur nampak normal
sebagaimana umumnya daerah-daerah atau kota-kota di Indonesia yakni
berbentuk piramida, dimana jumlah penduduk terbesar adalah pada kelompok
umur 0-4 tahun, 5-9 tahun dan seterusnya semakin tinggi kelompok umur semakin
sedikit jumlah penduduknya.
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk
27.406
26.283
24.164
22.140
21.446
20.016
20.004
17.633
15.006
12.592
9.493
6.352
3.468
2.369
1.359
1.445
231.121
Pada Gambar 4.5. nampak bahwa pada kelompok umur muda paling tinggi
jumlahnya dan trennya menurun seiring dengan semakin tinggi kelompok umurnya.
5-9
10-14
30.000
Jumlah Penduduk
0-4
15-19
25.000
20-24
20.000
25-29
15.000
30-34
35-39
10.000
40-44
5.000
45-49
50-54
0
1
Kelompok Umur
55-59
60-64
65-69
70-74
Laporan Akhir
4-39
4.4
PEREKONOMIAN
perekonomian
yang
digunakan
untuk
mengenali
potensi
perekonomian Kota Dumai terdiri dari 9 (sembilan) sektor lapangan usaha, yaitu
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan pengolahan, listrik,
gas dan air minum, bangunan, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa nampak pada Tabel
berikut ini:
PDRB Kota Dumai Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut
Tabel 4.5
2005
2006*)
2007**)
120.273,44
125.381,38
130.644,34
7.720,87
8.445,12
9.261,75
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
68.971,22
75.599,27
82.363,37
11.315,07
11.688,73
12.133,71
5. BANGUNAN
240.574,06
260.397,36
283.099,67
6. PHR
370.500,88
418.473,79
461.473,84
299.379,33
322.338,80
350.046,31
30.776,14
33.060,16
36.138,39
220.305,85
242.389,15
265.505,75
1.369.816,86
1.497.773,76
1.630.667,13
Laporan Akhir
4-40
Secara umum nampak bahwa perekonomian Kota Dumai dari tahun 2005 hingga
tahun 2007 mengalami peningkatan berturut-turut tumbuh sebesar 9,34% dan
8,87%. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada perekonomian Kota
Dumai memiliki peran penting, bisa dilihat dari kontribusinya yang terbesar pada
PDRB. Pada tahun 2007 Sektor PHR menyumbang Rp. 461,47 miliar, angka ini
berarti 28,30% dari seluruh PDRB pada tahun yang bersangkutan. Disusul oleh
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menghasilkan nilai tambah sebesar
Rp. 350 miliar lebih pada tahunyang sama dan berkontribusi 21,47 terhadap
PDRB. Sektor primer yakni Sektor Pertanian kontribusinya relatif kecil yakni
Rp.130,6 miliar atau hanya 8,01% sebagaimana nampak pada Gambar berikut:
Pengangkutan
dan
Komunikasi
21,5%
Keuangan,
Persewaan,
dan Jasa
Perusahaan
2,2%
Jasa-jasa
16,3%
Pertanian,
Perkebunan,
Peternakan,
Kehutanan,
dan Perikanan
8,0%
Listrik, Gas,
dan Air Minum
0,7%
Industri
Pengolahan
5,1%
Bangunan
17,4%
Pertambangan
dan
Penggalian
0,6%
Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran
28,3%
Laporan Akhir
4-41
3.500
3.000
Milyar Rupiah
2.500
2.000
1.500
1.000
500
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
ADHK 2000 948,14 1.017,6 1.081,9 1.170,0 1.271,4 1.369,8 1.497,7 1.630,6
ADHB
Laporan Akhir
4-42
Tabel 4.6
Tahun
2002
Pertumbuhan
(%)
2003
2004
2005
2006
2007
8,14
8,67
7,74
9,34
8,87
Tabel 4.7
LAPANGAN USAHA
2005-2006
2006-2007
1. PERTANIAN
4,25
4,20
9,38
9,67
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
9,61
8,95
3,30
3,81
5. BANGUNAN
8,24
8,72
6. PHR
12,95
10,28
7,67
8,60
7,42
9,31
9. JASA - JASA
10,02
9,54
Laporan Akhir
4-43
TAHUN
2004
2005
2006
2007
Harga Konstan
5.890.517,03
6.244.862,62
6.649.413,58
7.055.469,34
Harga Berlaku
9.141.502,99
10.389.360,43
12.072.511,04
14.327.996,42
Laporan Akhir
4-44
Tabel 4.9
MINYAK MENTAH
MINYAK MENTAH
HASIL MINYAK
HASIL TAMBANG
BATU BARA
HASIL TAMBANG LAINNYA
BAUKSIT
HASIL PERTANIAN
KOPAL DAN LAIN-LAIN
IKAN LAINNYA (selain ikan tongkol, ubur-ubur,dll)
HASIL PERTANIAN LAINNYA
SAYUR-SAYURAN
BUAH-BUAHAN
KAYU MANIS DAN BUNGANYA
REMPAH-REMPAH LAINNYA
HASIL INDUSTRI
MINYAK KELAPA SAWIT
MINYAK BIJI KELAPA SAWIT
MINYAK NABATI LAINNYA
ASAM BERLEMAK LAINNYA (selain stearin)
HASIL INDUSTRI LAINNYA
LAINNYA (selain bungkil kelapa dan dedak/bekatul)
MARGARIN DAN LEMAK LAINNYA
KAYU OLAHAN LAINNYA (selain kayu lapis dan kayu
ROKOK DAN TEMBAKAU OLAHAN
AUDIO VISUAL
KAPAL LAUT DAN SEJENISNYA
PERLENGKAPAN OLAHRAGA DAN MAINAN
GLISEROL DAN LARUTAN ALKALI
MAKANAN OLAHAN LAINNYA
ALAT UKUR
LOGAM TIDAK MULIA LAINNYA
PUPUK
DAMAR TIRUAN, BAHAN PLASTIK
STEARIN
ALAT LISTRIK
AN ORGANIK
TEKSTIL LAINNYA (selain pakaian jadi dan kain tenun)
KAYU LAPIS
KOMPUTER DAN BAGIANNYA
BESI/BAJA
PAKAIAN JADI
FOTOGRAFI DAN OPTIK
FURNITURE DARI BAHAN LAINNYA (selain rotan)
ROTAN OLAHAN
ALAS KAKI (KULIT, KARET DAN KANVAS)
PRODUK KERAMIK
PESAWAT UDARA DAN BAGIANNYA
KACA DAN BARANG DARI KACA
Total Ekspor
Berat Bersih
(Kg)
Nilai (FOB US
$)
8.992.283.000
361.139.618
4.307.928.489
144.199.309
42.743.000
650.655
2.962.200
1.795.206
372.500
276.965
27.567.861
4.022.201
222.689
703.308
763.509
23.825
250 22
20.748.547
1.610.839
408.553
300.307
194.079
4.245
22
5.439.438.012
423.952.216
401.847.466
169.207.825
101.518.399
639.248.210
68.000.000
410.792.835
2.873.000
61.816
639.851
59.407
33.132.910
6.847.000
31.027
61.816
639.851
59.407
1.989.528
6.314
1.000.000
32.242
521.456
2.580
115.796
1.148
225
2.509
2.200
5
115
1
8
17.134.496.395
3.554.349.503
308.634.757
290.167.414
81.244.461
78.337.335
65.034.057
44.634.749
26.734.972
25.454.643
1.818.249
1.467.500
1.316.924
7.846.728
3.782.967
2.663.165
1.818.249
1.467.500
1.316.924
758.613
542.200
317.000
301.689
225.448
239.234
126.295
27.183
12.393
4.068
1.232
240
188
50
13
8.974.194.118
4-45
4.4.4 Investasi
Investasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
karena target pertumbuhan ekonomi akan selalu dibarengi dengan asumsi
kebutuhan besaran investasi. Di Kota Dumai tercatat selain ada Penanaman
Modal Dalam Negeri, di kota ini juga terdapat Penanaman Modal Asing (PMA).
PMDN merata terdapat di semua kecamatan dan PMA juga berada di semua
kecamatan, kecuali Kecamatan Bukit Kapur.
Tabel 4.10 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di
Kecamatan Dumai Timur Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah)
Bidang Usaha
Pabrik inti sawit, minyak goreng
danturunannya, tangki timbun
Tangki timbun CPO
Pabrik refenery CPO, tangki
timbun
CPO
Tangki timbun CPO dan PKO
Jasa penyimpanan tangki timbun
kelapa sawit
Developer dan perumahan
Jasa penyimpanan tangki timbun
klpa sawit (2x5000 ton)
Tangki timbun
JUMLAH
2003
2004
Tahun
2005
2006
209,3
2007
-
449,2
70
28
2008
51,6
6,9
18,3
28
279,3
449,2
76,8
12,7
19,2
31,9
2003
17,5
208,2
2004
Tahun
2005
2006
160
11,8
8,7
112
225,7
292,5
2008
2,4
2,4
Laporan Akhir
2007
18,2
50
68,2
4-46
2003
2004
Tahun
2005 2006
25
25
2007
2008
3.000
1.911
1.306
62
185
3.464
3.000
2003
2004
Tahun
2005 2006
51
51
2007
150
100
2008
250
2003
8,30
2004
9,60
8,30
9,60
Tahun
2005 2006
2007
2008
4,00
4,00
Laporan Akhir
4-47
organic,
pembangunan
sarana
dan
prasarana
kawasan
industri,
industriminyak inti sawit dan pabrik bio diesel tercatat PMA sebesar US
$ 19.652.174 pada tahun 2004, US $ 38.388.888 pada tahun 2006 dan US
$ 27.320 untuk tahun 2007 serta US $ 42.163.333 pada tahun 2008. Sedangkan
di Kecamatan Bukit Kapur tidak tercatat adanya PMA.
Laporan Akhir
4-48
5. KONDISI TRANSPORTASI
5.1
UMUM
Kota Dumai, secara geografis mempunya posisi yang sangat strategis, yaitu
secara langsung berhadapan dengan Selat Malaka, yan merupakan selat terpadat
di dunia yang menjadi jalur utama laut di Asia Tenggara dan berhadapan dengan
tiga negara maju di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura dan Tahiland.
Sementara itu dari sisi darat Dumai merupakan pintu keluar dan masuk komiditi
yang berasal dari Provinsi Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jambi.
Dukungan sektor transportasi terhadap fungsi dan peran Kota Dumai melibatkan
seluruh moda transportasi, baik transportasi darat, laut maupun udara.
5.1.1 Pergerakan Eksternal
Penggunaan transportasi darat sangat vital bagi pergerakan truk-truk barang yang
pengangkut produk kelapa sawit dan turunnya, dari daerah hinterland menuju
Kota Dumai, untuk diproses di Dumai atau langsung dikapalkan dari Pelabuhan
Dumai. Akses jalan utama didukung dengan jalan nasional Pekanbaru - Duri Dumai. Setiap truk yang masuk kota Dumai diwajibkan masuk di Terminal
Angkutan Barang di Bukit Jin, untuk dilakukan penimbangan dan pendataan,
sebelum masuk ke kota melewati Jalan Putri Tujuh menuju Pelabuhan Dumai.
Ke depan untuk mendukung pergerakan angkutan barang menuju Kota Dumai,
telah direncanakan pembangunan jalan tol dan jalan kereta api Pekanbaru - Duri Dumai. Sementara itu untuk pergerakan orang ke asal-tujuan eksternal, Kota
Dumai mempunyai Terminal AKAP di Kelakap Tujuh.
Laporan Akhir
5-1
Penggunaan transportasi laut merupakan ikon yang tidak bisa dipisahkan dari
Kota Dumai, karena dengan adanya pelabuhan umum dan pelabuhan khusus di
Kota Dumai kegiatan ekspor komoditas andalan ke bebagai negara bisa
dilaksanakan, terutama untuk produk migas, CPO dan produk lainnya. Sedangkan
untuk pergerakan orang ke tujuan domestik seperti Bengkalis, Batam, Tanjung
Balai Karimun dan Tanjung Pinang dilayanai dengan kapal cepat. Kapal cepat
juga digunakan untuk melayani pergerakan orang tujuan manca negara seperti ke
Malaysia dan Singapura.
Penggunaan moda transportasi udara untuk pergerakan eksternal dilayani oleh
bandara Pinang Kampai, meskipun masih dengan kapasitas terbatas.
5.1.2 Pergerakan Internal
Pergerakan orang dan barang di dalam Kota Dumai hanya dilakukan dengan
moda transportasi darat, dengan kapasitas jalan yang relatif sudah cukup
memadai, meskipun konsentrasi penduduk masih berpusat di Kecamatan Dumai
Timur dan Kecamatan Dumai Barat. Kendaraan pribadi yang dominan digunakan
adalah sepeda motor dan mobil penumpang, sedangkan angkutan umum yang
dikembangkan adalah angkutan kota yang melayani 16 trayek, dan becak, yang
keberdaannya kadang menimbulkan permasalahan dalam pengaturan dan
ketertiban lalu-lintas.
5.2
5.2.1 Jalan
Jaringan jalan terdiri atas jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.
a) Jaringan jalan primer, merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan.
b) Jaringan jalan sekunder, merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Laporan Akhir
5-2
Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan, jalan umum
dibedakan atas fungsi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan.
a) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
b) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pembagian setiap ruas jalan pada jaringan jalan primer terdiri dari:
a) jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional, atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;
b) jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan wilayah, atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal;
c) jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, dan
antarpusat kegiatan lingkungan.
d) jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
a) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
Laporan Akhir
5-3
b) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya
arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan perekonomian suatu
daerah. Di Kota Dumai pada tahun 2007 tercatat panjang jalan 1.268,136 km.
Tabel 5.1
Panjang
Jalan (Km)
22,500
8,501
3,553
2,604
36,450
73,608
Panjang
Jalan (Km)
29,828
12,416
18,817
5,400
23,150
33,851
123,462
Laporan Akhir
5-4
Tabel 5.3
No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Aspal
Dumai Timur
Dumai Barat
Bukit Kapur
Sungai Sembilan
Medang Kampai
Total
Tabel 5.4
66.373,41
176.976,00
50.188,00
3.850,00
1.635,00
299.022,41
Tanah
18.935,15
97.431,00
122.636,00
174.436,00
242.330,50
655.768,65
No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Dumai Timur
Dumai Barat
Bukit Kapur
Sungai Sembilan
Medang Kampai
Total
Baik
74.924,92
249.699,40
72.792,30
5.935,00
30.393,50
433.745,12
Kondisi Jalan
Sedang
12.647,21
54.462,10
106.954,00
63.664,00
34.919,50
272.646,81
Rusak
27.205,40
26.587,00
42.991,00
144.941,00
222.404,00
464.128,40
Total Panjang
(m)
114.777,53
330.748,50
222.737,30
214.540,00
287.717,00
1.170.520,33
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0
Dumai Timur
Dumai Barat
Bukit Kapur
Sungai Sembilan
Medang Kampai
Baik
74.924,92
249.699,40
72.792,30
5.935,00
30.393,50
Sedang
12.647,21
54.462,10
106.954,00
63.664,00
34.919,50
Rusak
27.205,40
26.587,00
42.991,00
144.941,00
222.404,00
Laporan Akhir
5-5
Laporan Akhir
5-6
Laporan Akhir
5-7
Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Mobil Barang
Mobil Bus
Sepeda Motor
Jumlah
Tahun
2005
2.194
4.281
3.674
39.640
49.789
2006
1.527
2.796
3.168
33.191
40.682
2007
2.783
5.543
5.687
55.546
69.559
Prosentase Kendaraan
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2005
2006
2007
Mobil Penumpang
4,41%
3,75%
4,00%
Mobil Barang
8,60%
6,87%
7,97%
Mobil Bus
7,38%
7,79%
8,18%
Sepeda Motor
79,62%
81,59%
79,85%
Laporan Akhir
5-8
Tahun
Bus/Kendaraan
Penumpang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
2004
32.400
39.201
233.518
308.812
2005
35.640
32.540
566.172
462.960
2006
25.941
28.351
198.161
204.216
2007
18.889
18.780
137.669
136.254
Sumber: Dumai Dalam Angka, 2007
Laporan Akhir
5-9
Sedangkan untuk angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek
yaitu:
a) Angkutan taksi, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum
yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang melayani
angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas;
b) Angkutan sewa, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum
yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dengan atau tanpa pengemudi,
dalam wilayah operasi yang tidak terbatas;
c) Angkutan pariwisata, angkutan dengan menggunakn bis umum yang
dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau
keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk
keperluan keluarga dan sosial lainnya;
d) Angkutan lingkungan, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang yang
dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu.
Pelayanan angkutan barang dengan kendaraan umum tidak dibatasi wilayah
pelayanannya. Demi keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan jalan dapat ditetapkan jaringan lintas untuk mobil barang
tertentu, baik kendaraan umum maupun kendaraan bukan umum. Dengan
ditetapkan jaringan lintas untuk mobil barang yang bersangkutan, maka mobil
barang dimaksud hanya diijinkan melalui lintasannya, misalnya mobil barang
pengangkut petikemas, mobil barang pengangkut bahan berbahaya dan beracun,
dan mobil barang pengangkut alat berat.
5.2.3 Jaringan Prasarana
Terminal penumpang menurut wilayah pelayanannya dikelompokkan menjadi:
a) terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota antarprovinsi, antarkota
dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan;
b) terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan;
c) terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan perdesaan.
Laporan Akhir
5-10
Laporan Akhir
5-11
Terminal
barang
dapat
pula
dikelompokkan
menurut
fungsi
pelayanan
penyebaran/distribusi menjadi:
a) Terminal utama, berfungsi melayani penyebaran antarpusat kegiatan nasional,
dari pusat kegiatan wilayah ke pusat kegiatan nasional, serta perpindahan
antarmoda;
b) Terminal lokal, berfungsi melayani penyebaran antarpusat kegiatan lokal.
Pada arteri selatan terdapat Terminal Barang Mayang Mengurai Tipe A yang
menjadi Gerbang Utama arus barang keluar masuk Kota Dumai.
Laporan Akhir
5-12
887
1.226
763
1.143
585
816
943
776
800
971
1.200
1.229
1.429
1.600
870
2.000
400
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Gambar 5.8 Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Polres - Simpang Bank Riau
Laporan Akhir
5-13
826
868
714
631
806
607
471
595
600
750
900
826
920
1.200
536
1.500
300
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Gambar 5.9 Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Sukajadi - Pasar Pulau Payung
748
720
634
676
712
411
383
510
359
400
386
600
638
800
583
1.000
200
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Laporan Akhir
5-14
327
263
337
220
232
277
306
279
300
279
290
327
400
225
500
200
100
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Dumai - Medan
Medan - Dumai
400
100
142
233
144
197
108
166
152
139
200
120
197
201
300
100
500
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Laporan Akhir
5-15
152
155
174
155
153
112
139
107
119
150
154
170
200
142
250
100
50
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Bundaran - Pertamina
Pertamina - Bundaran
604
525
599
444
420
531
688
507
600
565
680
900
783
1.200
1.054
1.500
300
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Laporan Akhir
5-16
Dumai - Pelintung
Pelintung - Dumai
400
199
74
89
103
101
86
100
73
154
200
162
194
259
300
150
500
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
988
995
950
1075
1190
999
1118
1.033
744
900
1090
1193
1.200
798
1.500
600
300
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Laporan Akhir
5-17
Dumai - Duri
Duri - Dumai
800
323
403
343
444
336
402
417
378
400
260
367
430
600
239
1.000
200
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
522
604
452
457
525
507
285
464
600
400
707
707
784
800
420
1.000
200
0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30
Waktu Survai
Laporan Akhir
5-18
Simpul Intermoda
: Pelabuhan
AK-03: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Pulau Payung - Dumai Square)
AK-05: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Jl. Sultan Hasanudin - Merdeka)
Gambar 5.19 Trayek AK-01: Terminal AKAP - Pelabuhan (via Pattimura - Datuk
Laksamana)
Laporan Akhir
5-19
Gambar 5.20 Trayek AK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Simpang Tetap
- Ramayana)
Gambar 5.21 Trayek AK-03: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Pulau Payung Dumai Square)
Laporan Akhir
5-20
Gambar 5.22 Trayek AK-04: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Sidorejo Dumai Square)
Gambar 5.23 Trayek AK-05: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Jl. Sultan
Hasanudin - Merdeka)
Laporan Akhir
5-21
Gambar 5.24 Trayek AK-06: Pelabuhan - Bukit Datuk (via Jl. P. Diponegoro Dumai Square)
Laporan Akhir
5-22
PK-01: Terminal AKAP - Mampu Jaya (via Purnama - Bangsal Aceh - Lubuk
Gaung - Penerbit
PK-02: Terminal Lepin - Bukit Timah (via Pulau Payung - Terminal AKAP)
PK-03: Terminal Lepin - Bukit Kapur (via Simpang Perwira - Simpang Murni)
Laporan Akhir
5-23
Gambar 5.27 Trayek PK-01: Terminal AKAP - Mampu Jaya (via Purnama Bangsal Aceh - Lubuk Gaung - Penerbit
Gambar 5.28 Trayek PK-02: Terminal Lepin - Bukit Timah (via Pulau Payung Terminal AKAP)
Laporan Akhir
5-24
Gambar 5.29 Trayek PK-03: Terminal Lepin - Bukit Kapur (via Simpang Perwira Simpang Murni)
Gambar 5.30 Trayek PK-04: Terminal Lepin - Pelintung (via Mundam - Teluk
Makmur - Guntung)
Laporan Akhir
5-25
Barang)
Gambar 5.31 Trayek BK-01: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Jl. Sultan
Hasanudin - Jl. Diponegoro - Putri Tujuh)
Laporan Akhir
5-26
Gambar 5.32 Trayek BK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Kantor
Walikota - Terminal Barang)
5.2.5.4 Trayek yang Pernah Ada (Bus Antar Simpul Intermoda)
Simpul Terminal
: Terminal AKAP
Simpul Intermoda
Nama Trayek
Laporan Akhir
5-27
Laporan Akhir
5-28
Gambar 5.35 Trayek AS-01: Purnama - Sungai Mesjid (via Terminal AKAP - Bukit
Timah)
Laporan Akhir
5-29
Gambar 5.36 Trayek AS-02: Terminal Lepin - SMAN 5 (via Teluk Makmur)
5.2.7 Penumpang Angkutan Kota
Hasil survai statis angkutan kota pada beberapa ruas jalan di kota Dumai
menunjukkan tingkat penggunaan angkutan kota yang masih rendah. Hasil survai
statis angkutan kota yang telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009 untuk
beberapa ruas jalan ditampilkan pada Tabel-tabel berikut ini.
Laporan Akhir
5-30
Tabel 5.7
Lokasi/Ruas
Soekarno-Hatta / Bagan Besar
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
4
12,1%
7
24,1%
6
20,7%
1
8%
5
15,2%
2
6,9%
4
13,8%
2
17%
1
3,0%
2
6,9%
1
3,4%
3
25%
7
21,2%
4
13,8%
4
13,8%
4
33%
5
15,2%
2
6,9%
0
0,0%
5
42%
2
6,1%
0
0,0%
3
10,3%
6
50%
1
3,0%
0
0,0%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
1
3,4%
2
6,9%
8
67%
2
6,1%
1
3,4%
1
3,4%
9
75%
0
0,0%
1
3,4%
1
3,4%
10
83%
1
3,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
1
3,4%
0
0,0%
12
100%
5
15,2%
8
27,6%
7
24,1%
Total Angkutan Kota
33
100,0%
29
100,0%
29
100,0%
Tabel 5.8
Lokasi/Ruas
Soekarno-Hatta / Dumai Kota
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
3
11,5%
0
0,0%
3
10,0%
1
8%
4
15,4%
2
8,3%
3
10,0%
2
17%
3
11,5%
1
4,2%
1
3,3%
3
25%
5
19,2%
5
20,8%
2
6,7%
4
33%
2
7,7%
2
8,3%
4
13,3%
5
42%
2
7,7%
3
12,5%
5
16,7%
6
50%
1
3,8%
3
12,5%
4
13,3%
7
58%
2
7,7%
4
16,7%
1
3,3%
8
67%
1
3,8%
1
4,2%
2
6,7%
9
75%
2
7,7%
1
4,2%
2
6,7%
10
83%
1
3,8%
1
4,2%
1
3,3%
11
92%
0
0,0%
1
4,2%
1
3,3%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
1
3,3%
Total Angkutan Kota
26
100,0%
24
100,0%
30
100,0%
Laporan Akhir
5-31
Tabel 5.9
Lokasi/Ruas
Pertamina - Bundaran
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
32
48,5%
39
46,4%
24
32,4%
1
8%
16
24,2%
16
19,0%
21
28,4%
2
17%
12
18,2%
14
16,7%
11
14,9%
3
25%
3
4,5%
6
7,1%
6
8,1%
4
33%
2
3,0%
3
3,6%
8
10,8%
5
42%
0
0,0%
2
2,4%
3
4,1%
6
50%
1
1,5%
2
2,4%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
1
1,2%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
1
1,2%
1
1,4%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
66
100,0%
84
100,0%
74
100,0%
Laporan Akhir
5-32
Laporan Akhir
5-33
Laporan Akhir
5-34
Laporan Akhir
5-35
Tabel 5.17 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Bukit Datuk - Pusat Kota
Lokasi/Ruas
Jl. Bukit Datuk - Pusat Kota
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
14
31,1%
14
28,0%
17
37,8%
1
8%
11
24,4%
8
16,0%
10
22,2%
2
17%
8
17,8%
15
30,0%
5
11,1%
3
25%
5
11,1%
3
6,0%
5
11,1%
4
33%
4
8,9%
4
8,0%
5
11,1%
5
42%
2
4,4%
4
8,0%
0
0,0%
6
50%
1
2,2%
0
0,0%
1
2,2%
7
58%
0
0,0%
1
2,0%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
1
2,2%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
1
2,2%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
1
2,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
45
100,0%
50
100,0%
45
100,0%
Tabel 5.18 Penumpang Angkutan Kota di Pusat Kota - Jl. Bukit Datuk
Lokasi/Ruas
Pusat Kota - Jl. Bukit Datuk
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
22
47,8%
24
52,2%
10
17,9%
1
8%
12
26,1%
9
19,6%
14
25,0%
2
17%
9
19,6%
8
17,4%
12
21,4%
3
25%
1
2,2%
2
4,3%
12
21,4%
4
33%
1
2,2%
3
6,5%
2
3,6%
5
42%
1
2,2%
0
0,0%
3
5,4%
6
50%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
7
58%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
46
100,0%
46
100,0%
56
100,0%
Laporan Akhir
5-36
Tabel 5.19 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Bank Riau - Simp. Polres
Lokasi/Ruas
Simp.Bank Riau - Simp.Polres
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
29
27,4%
77
41,8%
63
41,2%
1
8%
36
34,0%
43
23,4%
38
24,8%
2
17%
22
20,8%
26
14,1%
22
14,4%
3
25%
8
7,5%
20
10,9%
19
12,4%
4
33%
5
4,7%
11
6,0%
8
5,2%
5
42%
5
4,7%
3
1,6%
0
0,0%
6
50%
0
0,0%
1
0,5%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
2
1,1%
3
2,0%
8
67%
1
0,9%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
1
0,5%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
106
100,0%
184
100,0%
153
100,0%
Tabel 5.20 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Polres - Simp. Bank Riau
Lokasi/Ruas
Simp.Polres - Simp.Bank Riau
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
69
48,3%
33
18,1%
35
21,6%
1
8%
22
15,4%
45
24,7%
31
19,1%
2
17%
23
16,1%
42
23,1%
39
24,1%
3
25%
15
10,5%
23
12,6%
30
18,5%
4
33%
6
4,2%
19
10,4%
9
5,6%
5
42%
4
2,8%
10
5,5%
9
5,6%
6
50%
2
1,4%
6
3,3%
4
2,5%
7
58%
2
1,4%
3
1,6%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
3
1,9%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
1
0,6%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
1
0,5%
1
0,6%
Total Angkutan Kota
143
100,0%
182
100,0%
162
100,0%
Laporan Akhir
5-37
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Rata-rata Penumpang
5,4 0,45
29
148
5,1 0,43
26
99
3,8 0,32
24
126
5,3 0,44
30
150
5,0 0,42
3 Pertamina - Bundaran
68
63
0,9 0,08
84
113
1,3 0,11
74
118
1,6 0,13
4 Bundaran - Pertamina
92
161
124
1,2 0,10
75
100
1,3 0,11
44
81
1,8 0,15
46
116
2,5 0,21
23
46
2,0 0,17
46
112
2,4 0,20
46
124
2,7 0,22
23
49
2,1 0,18
149
226
246
262
2,0 0,16
122
96
303
233
1,8 0,15
48
39
0,8 0,07
69
95
1,4 0,11
57
107
1,9 0,16
55
108
2,0 0,16
68
159
2,3 0,19
51
85
1,7 0,14
45
74
1,6 0,14
50
102
2,0 0,17
45
78
1,7 0,14
46
42
0,9 0,08
46
43
0,9 0,08
56
123
2,2 0,18
106
157
244
192
1,3 0,11
143
183
393
350
2,2 0,18
Laporan Akhir
Load Factor
Jumlah Penumpang
157
Jumlah Angkot
Rata-rata Penumpang
29
Load Factor
Jumlah Penumpang
4,5 0,38
Jumlah Angkot
Rata-rata Penumpang
150
Load Factor
Jumlah Penumpang
33
Lokasi/Ruas
Jumlah Angkot
No
5-38
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
Load Factor
Laporan Akhir
5-39
5.3
Fasilitas
Kolam Pelabuhan/ Perairan Bandar
Uraian
o
o
01 44' 42 LU / 101 22' 13 BT
o
Alur Pelayaran
3
4
5
6
7
Lebar Alur
Luas Daerah Kerja Daratan
Luas Kolam
Kedalaman Kolam
Dermaga
Cargo
Multipurpose
Kapal Pandu
Kapal Tunda
8m
35 m
6 M/LWS
Beton
Kapal Ferry
20 m
10 m
0 M/LWS
Besi
Pelayaran Rakyat
75 m
4m
2 M/LWS
Beton/Kayu
8
9
Kapal
Terminal Penumpang
Dalam Negeri
Internasional
Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008
Laporan Akhir
5-40
Laporan Akhir
5-41
Laporan Akhir
5-42
Uraian
Sat.
I.
PELAYARAN L/N
1.
Kapal Asing
2.
Kapal Nasional
2004
2005
TAHUN
2006
2007
2008
Call
Grt
Call
Grt
943
4,663,361
1,348
334,550
799
4,266,251
1,590
378,017
1,084
5,482,273
1,313
279,652
981
5,552,266
1,066
213,748
828
5,583,779
1,208
248,330
Call
Grt
2,291
4,997,911
2,389
4,644,268
2,397
5,761,925
2,047
5,766,014
2,036
5,832,109
Call
Grt
Call
Grt
2,824
1,397,283
326
381,444
2,711
1,249,206
210
164,820
2,654
1,232,660
30
21,718
2,774
1,290,760
72
64,860
2,943
1,357,878
24
67,753
Jumlah - II
Call
Grt
3,150
1,778,727
2,921
1,414,026
2,684
1,254,378
2,846
1,355,620
2,967
1,425,631
Jumlah - I + II
Call
Grt
5,441
6,776,638
5,310
6,058,294
5,081
7,016,303
4,893
7,121,634
5,003
7,257,740
Jumlah - I
II.
PELAYARAN D/N
1.
Kapal Nasional
2.
Kapal Asing
Uraian
Sat.
I.
PELAYARAN L/N
1.
Kapal Asing
2.
Kapal Nasional
2004
2005
TAHUN
2006
7
2007
2008
Call
Grt
Call
Grt
285
12,123,905
-
256
11,572,402
-
221
9,719,644
-
221
10,288,647
-
118
5,084,342
-
Call
Grt
285
12,123,905
256
11,572,402
221
9,719,644
221
10,288,647
118
5,084,342
Call
Grt
Call
Grt
183
2,773,257
467
8,286,862
278
3,010,240
443
7,612,875
408
4,645,300
345
6,005,105
479
4,461,029
272
5,458,178
658
6,387,992
215
5,248,084
Jumlah - II
Call
Grt
650
11,060,119
721
10,623,115
753
10,650,405
751
9,919,207
873
11,636,076
Jumlah - I + II
Call
Grt
935
23,184,024
977
22,195,517
974
20,370,049
972
20,207,854
991
16,720,418
Jumlah - I
II.
PELAYARAN D/N
1.
Kapal Nasional
2.
Kapal Asing
Laporan Akhir
5-43
Uraian
Satuan
I.
PELAYARAN L/N
1.
Kapal Asing
2.
Kapal Nasional
2004
2005
TAHUN
2006
2007
2008
Call
Grt
Call
Grt
1,228
16,787,266
1,348
334,550
1,055
15,838,653
1,590
378,017
1,305
15,201,917
1,313
279,652
1,202
15,840,913
1,066
213,748
946
10,668,121
1,208
248,330
Call
Grt
2,576
17,121,816
2,645
16,216,670
2,618
15,481,569
2,268
16,054,661
2,154
10,916,451
Call
Grt
Call
Grt
3,007
4,170,540
793
8,668,306
2,989
4,259,446
653
7,777,695
3,062
5,877,960
375
6,026,823
3,253
5,751,789
344
5,523,038
3,601
7,745,870
239
5,315,837
Jumlah - II
Call
Grt
3,800
12,838,846
3,642
12,037,141
3,437
11,904,783
3,597
11,274,827
3,840
13,061,707
Jumlah - I + II
Call
Grt
6,376
29,960,662
6,287
28,253,811
6,055
27,386,352
5,865
27,329,488
5,994
23,978,158
Jumlah - I
II.
PELAYARAN D/N
1.
Kapal Nasional
2.
Kapal Asing
Uraian
Sat.
2004
2005
TAHUN
2006
7
2007
2008
I.
PELABUHAN UMUM
1.
Ekspor
Ton
4,130,476
4,460,435
5,255,373
4,379,377
5,404,818
2.
Impor
Ton
387,398
373,962
418,359
442,563
338,925
3.
AP. Muat
Ton
467,722
413,767
305,779
448,813
515,467
4.
AP. Bongkar
Ton
991,003
1,033,813
925,601
897,140
1,170,376
Ton
5,976,599
6,281,977
6,905,112
6,167,893
7,429,586
12,500,980
11,160,689
9,846,150
9,432,994
4,897,925
Jumlah - I
II.
PELABUHAN KHUSUS
1.
Ekspor
Ton
2.
Impor
Ton
99,339
164,175
138,933
54,986
2,845
3.
AP. Muat
Ton
14,312,120
13,421,619
13,222,311
12,680,427
16,566,406
4.
AP. Bongkar
Ton
1,078,556
1,017,046
908,951
1,377,222
1,212,449
Jumlah - II
Ton
27,990,995
25,763,529
24,116,345
23,545,629
22,679,624
Jumlah - I + II
Ton
33,967,594
32,045,506
31,021,457
29,713,522
30,109,210
Laporan Akhir
5-44
Sementara secara khusus, Tabel 5.27. menjelaskan komoditi andalan apa yang
dibongkar dan dimuat di pelabuhan umum Dumai. Komoditas CPO merupakan
77,03% dari komoditas yang dikapalkan di pelabuhan umum Dumai.
Tabel 5.27 Realisasi Bongkar Muat Barang Komoditi Andalan di Pelabuhan
Umum Dumai
No.
Jenis Barang
Sat.
TAHUN
2006
2004
2005
2007
2008
1.
Beras
Ton
62,666
50,429
60,838
55,238
83,581
2.
General Cargo
Ton
367,799
346,125
128,467
274,783
170,850
3.
Inti Sawit
Ton
15,933
4.
Palm Oil
Ton
4,421,628
4,718,582
5,495,769
4,826,915
5,739,706
5.
PKE/Ampas
Ton
473,832
454,625
443,047
359,512
773,944
6.
PKS/Cangkang
Ton
39,000
108,100
63,597
7.
Pupuk
Ton
552,057
604,116
651,359
549,486
486,899
8.
Semen
Ton
43,684
62,035
101,961
69,241
Ton
5,976,599
6,905,112
6,167,895
7,429,584
Jumlah - I
6,281,977
77,534
27,829
Laporan Akhir
5-45
Uraian
Sat.
I.
2004
2005
TAHUN
2006
2007
2008
PENUMPANG L/N
1.
Turun
Orang
147,003
137,945
149,026
196,352
160,676
2.
Naik
Orang
148,373
182,281
181,059
193,252
167,193
Orang
295,376
320,226
330,085
389,604
327,869
Jumlah - I
II.
PENUMPANG D/N
1.
Turun
Orang
260,527
219,417
173,573
185,860
200,362
2.
Naik
Orang
242,977
218,613
159,136
190,240
167,404
Jumlah - II
Orang
503,504
438,030
332,709
376,100
367,766
Jumlah : - Turun
Orang
407,530
357,362
322,599
382,212
361,038
- Naik
Orang
391,350
400,894
340,195
383,492
334,597
Orang
798,880
758,256
662,794
765,704
695,635
Jumlah - I s.d. II
5.4
Laporan Akhir
5-46
Laporan Akhir
5-47
Laporan Akhir
5-48
Laporan Akhir
5-49
Jumlah barang, bagasi dan pos paket yang dibongkar dan dimuat melalui Bandara
Pinang Kampai Dumai pada Tahun 2007 disampaikan pada Tabel 5.30.
Tabel 5.30 Jumlah Barang, Bagasi dan Pos Paket yang Dibongkar dan Dimuat
Melalui Bandara Pinang Kampai Dumai, Tahun 2007
Jenis
Barang
Bagasi
Paket Pos
B/M
Bongkar
Muat
Bongkar
Muat
Bongkar
Muat
Laporan Akhir
2005
180.513
7.784
378.835
332.224
2.864
2.385
2006
139.067
7.337
356.199
357.599
2.763
3.144
2007
128.798
24.274
420.211
386.545
1.805
1.387
5-50
5.5
Menerapkan
standar,
peraturan,
pedoman,
petunjuk
dan
prosedur
yang
terkait
dengan
penanganan
dan
pengelolaan
sektor
Jaringan Transportasi
Laporan Akhir
5-51
yang
sedemikian
cepat
membawa
dampak
terjadinya
5-52
Di beberapa koridor sistem jaringan jalan yang ada secara umum kurang
mendukung sistem pergerakan. Indikasi kinerjanya terlihat pada saat beban
volume lalu lintas yang tinggi, waktu perjalanan menjadi bertambah lama dan
kecepatan rendah.
Disfungsi fasilitas jalan yang mengakibatkan hambatan yang cukup tinggi dan
kapasitas ruas jalan menjadi menurun. Fasilitas jalan yang ada tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, misalnya penggunaan badan jalan untuk pejalan kaki,
PKL dan parkir.
Laporan Akhir
5-53
transportasi
perkotaan
ke
depan
dalam
penanganan
permasalahan
kecepatan
rata-rata
dan
bertambah
panjangnya
antrian
di
persimpangan, tidak hanya terjadi pada jalan jalan utama perkotaan tetapi
kemacetan lalu lintas juga cenderung merambah sampai ke kawasan pinggiran
kota yang merupakan pintu masuk dari kawasan pedesaan ke kawasan perkotaan.
Laporan Akhir
5-54
waktu perjalanan.
kemacetan,
dimana
kota-kota
yang
tingkat
kepemilikan
Laporan Akhir
5-55
penggunaan
Laporan Akhir
5-56
pemanfaatan
lahan.
Permasalahan
sering
muncul
akibat
5-57
Laporan Akhir
5-58
Banyaknya kendaraan umum yang kondisinya sudah tidak laik jalan. Kondisi
ini juga akan menjadi polutan bagi lingkungan akibat polusi udara yang
ditimbulkannya.
Laporan Akhir
5-59
tertatanya
mengakibatkan
jaringan
rendahnya
pelayanan
aksesibilitas
angkutan
sehingga
umum
dengan
masyarakat
baik
harus
melakukan beberapa kali perpindahan angkutan umum dari titik asal sampai ke
tujuan.
Laporan Akhir
5-60
Koordinasi antar instansi terkait yang masih belum baik karena memiliki
perbedaan kepentingan dan skala prioritas.
Laporan Akhir
5-61
Dengan
minimnya
fasilitas
perpindahan
dan
rendahnya
tingkat
dan
pengendalian
terhadap
kegiatan
pembangunan
yang
mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, serta harus
dapat melakukan upaya rehabilitasi sumber daya alam, seperti hutan, tanah dan
air yang mengalami degradasi, melalui pendekatan terpadu, sinergis dan
terkoordinasi, dengan melibatkan seluruh komponen yang terkait. Aspek-aspek
sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Kota Dumai, meliputi pengelolaan
hutan, sumber daya air, pertambangan dan sumber daya mineral serta pelestarian
lingkungan hidup.
Laporan Akhir
5-62
Masih
lemahnya
koordinasi
lintas
sektoral/bidang
dalam
pelaksanaan
Terbatasnya sarana dan prasarana kerja termasuk laboratorium yang diperlukan dalam melakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Mengembangkan
teknologi
transportasi
ramah
lingkungan
termasuk
Laporan Akhir
5-63
perkotaan
khususnya
di
kota-kota
besar
dan
metropolitan
umum
perkembangan
kondisi
transportasi
pembangunan
perkotaan
infrastruktur
di
transportasi
Indonesia
perkotaan
adalah
yang
5.6
Permasalahan transportasi di Kota Dumai saat ini dan akan tetap menjadi
permasalahan
di
masa
mendatang
adalah
terjadinya
ketidakseimbangan
Laporan Akhir
5-64
Kelambatan waktu dan alokasi dana APBN yang kurang memadai menyebabkan
perbaikan jalan menjadi tersendat-sendat, sehingga jalan yang rusak dan
berlubang, menjadi salah satu faktor penyebab kurang lancarnya akses jalan
menuju
pelabuhan.
Ke
depan
perlu
dicarikan
terobosan
mekanisme
Laporan Akhir
5-65
SISTEM ZONA
Zona Internal
Kode Zona
Nama Zona
01
Bukit Kapur
02
Medang Kampai
03
Sungai Sembilan
04
Dumai Barat
05
Dumai Timur
6.2
Zona Eksternal
Kode Zona
Nama Zona
11
Riau
12
Sumbar
13
Sumut
Kecamatan
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Kota Dumai
Bekerja
44.980
23.878
23.608
133.558
172.138
398.162
Sekolah
44.200
16.790
14.976
105.142
118.920
300.028
Belanja
15.548
15.312
5.202
61.608
94.309
191.979
Rekreasi
1.007
106
668
5.345
878
8.004
Laporan Akhir
Lain-lain
80
0
0
228
7
315
Total
105.815
56.086
44.454
305.881
386.252
898.488
6-1
Jumlah
Penduduk
2007
Jumlah
Penduduk
2009
Faktor
Ekspansi
617
170
376
1588
1616
32.385
5.982
18.286
87.320
87.148
35.203
6.503
19.877
94.918
94.731
57,06
38,25
52,86
59,77
58,62
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Tabel 6.4
No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Kota Dumai
Bekerja
6.468
2.302
3.146
20.121
25.433
57.469
Sekolah
6.356
1.619
1.995
15.840
17.570
43.380
Belanja
2.236
1.476
693
9.281
13.934
27.620
Rekreasi
145
10
89
805
130
1.179
Lain-lain
12
0
0
34
1
47
Total
15.216
5.407
5.923
46.081
57.068
129.696
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Bekerja
6.468
2.302
3.146
20.121
25.433
Sekolah
6.356
1.619
1.995
15.840
17.570
Belanja
2.236
1.476
693
9.281
13.934
Rekreasi
145
10
89
805
130
Lain-lain
12
34
6-2
Bangkitan
Bukit Kapur
14.509
13.899
35.203
Medang Kampai
5.869
7.522
6.503
Sungai Sembilan
6.077
5.154
19.877
Dumai Barat
48.325
41.209
94.918
Dumai Timur
60.634
67.632
94.731
Bangkitan
Bangkitan
Tarikan
Penduduk
Penduduk
1,000
Tarikan
Penduduk
Tarikan
1,000
0,976
0,923
1,000
Terlihat bahwa bangkitan dan tarikan berkorelasi sangat tinggi dengan penduduk
(mendekati 1,00)
Setelah didapatkan hasil korelasi yang tinggi, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis regresi untuk mendapatkan persamaan antara bangkitan dan
tarikan dengan penduduk.
Hasil analisis regresi untuk bangkitan dan tarikan dengan penduduk adalah
sebagai berikut:
Laporan Akhir
6-3
Bangkitan Vs Penduduk
Bangkitan
80.000
y = 0,596x - 2.883,327
R2 = 0,953
60.000
40.000
20.000
0
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
Penduduk
Tarikan Vs Penduduk
Tarikan
80.000
y = 0,590x - 2.585,793
R2 = 0,852
60.000
40.000
20.000
0
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
Penduduk
6.3
dihasilkan
pola
bangkitan
perjalanan
orang/hari
sebagaimana
ditampilkan pada Tabel 6.6 dan digambarkan secara tematis pada Gambar 6.2
sebagai berikut:
Laporan Akhir
6-4
Tabel 6.6
Zona Asal
Total
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Grand Total
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
77.932
1.042
312
2.084
7.602
88.972
624
46.080
364
2.446
13.336
62.850
0
0
27.872
3.960
2.916
34.748
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Grand
Total
1.168
2.214
10.350
185.920
55.100
254.752
13.097
6.668
3.060
100.690
298.583
422.098
92.821
56.004
41.958
295.100
377.537
863.420
Zona Asal
Total
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Grand Total
Bukit
Kapur
12.182
109
45
341
1.221
13.899
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
98
4.829
53
401
2.142
7.522
0
0
4.037
648
468
5.154
Dumai
Barat
183
232
1.499
30.446
8.849
41.209
Dumai
Timur
2.047
699
443
16.489
47.954
67.632
Grand
Total
14.509
5.869
6.077
48.325
60.634
135.415
Laporan Akhir
6-5
= tingkat pertumbuhan
Tergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan (E) dapat berupa
satu faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari
proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalulintas. Faktor tersebut dapat dihitung
untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian
digunakan untuk mendapatkan MAT.
Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metode
tanpa-batasan, metode dengan-satu-batasan, dan metode dengan-dua-batasan.
Urutan pengembangannya secara kronologis adalah metode seragam, metode
batasan-bangkitan, metode batasan-tarikan, metode rata-rata, metode Fratar,
metode Detroit, dan metode Furness.
Metode yang digunakan untuk analisis pergerakan angkutan penumpang adalah
Metode Furness.
Dengan mengasumsikan bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan berkorelasi
dengan jumlah penduduk, maka pertumbuhan bangkitan dan tarikan pergerakan
sama dengan pertumbuhan penduduk, yaiu sebesar 4,26%. Maka pola
pergerakan di Kota Dumai sampai Tahun 2030 dengan menggunakan Metode
Furness adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
6-6
Gambar 6.5 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2010
Laporan Akhir
6-7
Gambar 6.6 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2015
Laporan Akhir
6-8
Gambar 6.7 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2020
Laporan Akhir
6-9
Gambar 6.8 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2030
Laporan Akhir
6-10
Gambar 6.9 Peta Lokasi Survai Road Side Interview Angkutan Barang
Hasil survai yang telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009 untuk beberapa ruas
jalan telah dikompilasi dan dianalisis, sehingga menghasilkan pola distribusi
perjalanan angkutan barang dalam satuan kendaraan per hari sebagaimana
ditampilkan pada tabel berikut ini.
Laporan Akhir
6-11
Gambar 6.10 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang di Kota Dumai (kendaraan barang/hari)
Laporan Akhir
6-12
Tabel 6.8
Asal
Tahun 2009
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total
Medang
Kampai
36
68
12
96
92
206
12
12
533
Sungai
Sembilan
25
0
0
125
127
210
0
61
548
Dumai
Barat
127
84
305
81
47
114
41
41
840
Tujuan
Dumai
Timur
412
244
0
139
142
664
20
122
1.744
Riau
Sumbar
Sumut
71
480
275
114
695
21
0
0
1.655
0
0
0
0
21
21
0
0
42
0
28
78
19
206
0
0
0
331
Grand
Total
817
1.027
721
607
1.778
1.541
124
287
6.900
Laporan Akhir
6-13
= tingkat pertumbuhan
Tergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan (E) dapat berupa
satu faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari
proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalulintas. Faktor tersebut dapat dihitung
untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian
digunakan untuk mendapatkan MAT.
Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metode
tanpa-batasan, metode dengan-satu-batasan, dan metode dengan-dua-batasan.
Urutan pengembangannya secara kronologis adalah metode seragam, metode
batasan-bangkitan, metode batasan-tarikan, metode rata-rata, metode Fratar,
metode Detroit, dan metode Furness.
Metode yang digunakan untuk analisis pergerakan angkutan penumpang adalah
Metode Seragam
Dengan mengasumsikan bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan berkorelasi
dengan kondisi perekonomian (PDRB), maka pertumbuhan bangkitan dan tarikan
pergerakan sama dengan pertumbuhan PDRB, yaiu sebesar 8,07%. Maka pola
pergerakan di Kota Dumai sampai Tahun 2030 dengan menggunakan Metode
Seragam adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
6-14
Gambar 6.12 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2010
Laporan Akhir
6-15
Gambar 6.13 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2015
Laporan Akhir
6-16
Gambar 6.14 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2020
Laporan Akhir
6-17
Gambar 6.15 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2030
Laporan Akhir
6-18
6.4
Survai volume lalu lintas pada beberapa ruas jalan di kota Dumai juga dilakukan
untuk
mengetahui
komposisi
penggunaan
kendaraan
yang
juga
akan
Laporan Akhir
6-19
Tabel 6.9
Lokasi Survai
Nama Jalan
Dari
Ke
Simp.Polres
Simp.Bank Riau
Simp.Bank Riau
Simp.Polres
Jalan Diponegoro
Simp.Sukajadi
Psr.Pulau Payung
Jalan Diponegoro
Psr.Pulau Payung
Simp.bank riau
Jalan Sultan
Hasanuddin (d/h
Jalan Ombak)
Jl.Kelakap7
Jl.Ombak
Jalan Sultan
Hasanuddin (d/h
Jalan Ombak)
Sukajadi (Ombak)
Ombak (kelakap
tujuh)
Jl.Ombak
Klakap 7
Simp.kelakap7
Ombak
Laporan Akhir
Waktu
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Sepeda
Motor
1.370
1.858
1.559
72,3%
713
1.082
1.042
69,2%
725
1.298
1.195
72,2%
1.033
1.038
1.238
77,0%
552
793
858
75,4%
847
1.155
900
74,0%
188
68
204
40,6%
344
270
339
64,5%
Mobil
Pribadi
218
412
355
14,6%
246
292
198
18,4%
187
287
234
16,2%
177
171
169
12,1%
123
124
104
12,4%
90
203
221
12,8%
57
167
85
28,6%
43
66
75
12,5%
Jenis Kendaraan
Angkutan
umum
165
119
98
6,0%
79
100
76
6,3%
14
12
9
0,9%
8
8
8
0,6%
11
10
11
1,1%
8
7
37
1,3%
70
30
57
14,1%
57
37
58
10,2%
Angkutan
Barang
36
122
105
3,8%
34
68
75
4,2%
47
105
101
5,6%
48
76
97
5,1%
38
73
91
6,8%
39
101
110
6,2%
31
71
76
15,9%
47
50
78
11,7%
Tak
bermotor
69
74
74
3,3%
21
25
31
1,9%
86
79
52
5,3%
101
59
60
5,2%
59
28
28
4,3%
108
53
45
5,6%
6
1
2
0,8%
4
7
3
1,0%
Total
1.858
2.585
2.191
100,0%
1.093
1.567
1.422
100,0%
1.059
1.781
1.591
100,0%
1.367
1.352
1.572
100,0%
783
1.028
1.092
100,0%
1.092
1.519
1.313
100,0%
352
337
424
100,0%
495
430
553
100,0%
6-20
Tabel 6.12 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai (Lanjutan)
Lokasi Survai
Nama Jalan
Dari
Ke
Dumai
Medan
Medan
Dumai
Dumai
Lubuk Gaung
Lubuk Gaung
Dumai
Bundaran
Pertamina
Pertamina
Bundaran
Dumai
Pelintung
Pelintung
Dumai
Laporan Akhir
Waktu
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Sepeda
Motor
132
157
155
60,8%
224
141
162
68,0%
227
105
259
70,0%
211
219
188
76,7%
1.600
795
533
73,4%
1.210
420
661
68,9%
309
91
72
69,1%
177
179
290
77,6%
Mobil
Pribadi
39
40
53
18,0%
4
30
30
9,0%
15
23
13
7,0%
11
18
22
6,3%
156
108
96
9,9%
110
119
152
13,1%
22
25
15
11,9%
4
24
35
6,7%
Jenis Kendaraan
Angkutan
umum
2
3
20
3,0%
9
9
26
5,9%
11
13
3
3,8%
8
9
4
2,6%
92
88
34
5,6%
62
52
64
6,0%
8
1
1
1,2%
0
0
18
1,5%
Angkutan
Barang
16
61
62
17,6%
53
40
30
16,0%
49
51
39
18,2%
15
35
54
12,7%
105
109
132
10,6%
50
91
156
10,5%
31
34
24
17,4%
8
53
67
13,7%
Tak
bermotor
0
4
0
0,5%
10
0
0
1,1%
6
1
2
1,0%
6
3
5
1,8%
14
0
4
0,4%
31
13
9
1,6%
3
0
0
0,3%
3
0
1
0,6%
Total
189
265
290
100,0%
300
220
248
100,0%
308
193
316
100,0%
251
284
273
100,0%
1.967
1.100
799
100,0%
1.463
695
1.042
100,0%
373
151
112
100,0%
192
256
411
100,0%
6-21
Tabel 6.12 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai (Lanjutan)
Lokasi Survai
Nama Jalan
Dari
Ke
Jalan Jend.
Sudirman
Bundaran Polres
Ramayana
Jalan Jend.
Sudirman
Ramayana
Bundaran polres
Dumai
Duri
Dumai
Duri
Dumai
Bukit Datuk
Bukit Datuk
Dumai
Laporan Akhir
Waktu
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Sepeda
Motor
1.095
1.275
1.225
70,0%
1.879
1.699
1.559
75,8%
405
273
361
61,8%
455
356
381
66,8%
409
531
777
63,4%
821
423
572
59,6%
Mobil
Pribadi
237
293
309
16,3%
302
279
264
12,5%
34
62
70
9,7%
44
50
60
8,7%
167
134
220
20,0%
455
158
129
22,3%
Jenis Kendaraan
Angkutan
umum
99
115
99
6,1%
126
138
111
5,5%
39
27
49
6,7%
26
28
22
4,3%
12
81
34
4,7%
129
57
41
7,0%
Angkutan
Barang
41
103
81
4,3%
73
104
87
3,9%
49
165
152
21,5%
124
126
106
20,0%
30
130
125
10,0%
64
103
104
10,1%
Tak
bermotor
88
40
37
3,3%
80
31
46
2,3%
1
2
2
0,3%
0
1
2
0,2%
29
8
3
1,9%
7
5
15
1,0%
Total
1.560
1.826
1.751
100,0%
2.460
2.251
2.067
100,0%
528
529
634
100,0%
649
561
571
100,0%
647
884
1.159
100,0%
1.476
746
861
100,0%
6-22
61,5%
Soekarno-Hatta
21,2%
64,3%
9,2%
Jend. Sudirman
72,9%
Arifin Ahmad
73,4%
Putri Tujuh
Diponegoro
74,6%
13,8%
12,6%
Sepeda Motor
30%
Mobil Pribadi
6,5%
14,2%
70,8%
20%
16,8%
20,6%
74,7%
10%
15,5%
13,5%
Sultan Hasanuddin
0%
10,6%
6,7%
52,6%
15,6%
11,5%
64,4%
Ratu Sima
5,8%
9,3%
73,4%
Gatot Subroto
20,8%
14,4%
71,2%
10,1%
16,5%
40%
50%
Angkutan umum
60%
70%
80%
Angkutan Barang
5,4%
6,2%
90%
100%
Tak bermotor
Gambar 6.16 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai
Laporan Akhir
6-23
6.5
Untuk mengetahui kinerja dari ruas jalan di kota Dumai pada saat ini dilakukan
analisis data lalu lintas pada saat jam puncak. Kinerja jalan dikatakan baik jika
kapasitas dari jalan tersebut masih dapat menampung arus lalu lintas pada saat
jam puncak. Berikut ini disampaikan kinerja ruas jalan pada saat jam puncak.
Tabel 6.10 Kinerja Ruas Jalan Pada Saat Jam Puncak
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Jalan
2009
Total
Kendaraan
Total
smp
Co
FCW
FCSP
FCSF
FCCS
V/C
4152
3353
2293,8
1696,9
6600
6600
0,96
0,96
0,97
0,97
0,93
0,93
0,90
0,90
5.144
5.144
0,45
0,33
2611
977
590
581
3430
1334,2
665,4
378,7
345,6
1725,1
2900
2900
2900
2900
6600
0,87
0,87
0,87
0,87
0,96
0,94
0,94
0,94
0,94
0,97
0,88
0,88
0,88
0,88
0,93
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90
1.878
1.878
1.878
1.878
5.144
784
4286
439,5
2280,5
2900
6600
0,87
0,96
0,94
0,97
0,88
0,93
0,90
0,90
1.878
5.144
1283
2635
861,3
1698,3
2900
6600
0,87
0,96
0,94
0,97
0,88
0,93
0,90
0,90
1.878
5.144
0,71
0,35
0,20
0,18
0,34
0,23
0,44
0,46
0,33
Terlihat belum ada satupun V/C yang telah melewati 0,85, artinya belum
memerlukan penanganan (penanganan dilakukan jika V/C sudah mendekati 0.85).
Berdasarkan kondisi di atas, untuk memprediksi jalan-jalan yang akan melampaui
kapasitas dilakukan proyeksi hingga Tahun 2030 dengan mengasumsikan
pertumbuhan lalu lintas identik dengan pertumbuhan penduduk yaitu sebesar
4,26% per tahun. Hasil proyeksi menunjukan bahwa hanya 4 ruas yang
memerlukan pelebaran jalan, yaitu:
- Jalan Sultan Syarif Kasim,
Tahun 2025
Tahun 2015
Tahun 2030
Tahun 2025
Laporan Akhir
6-24
Laporan Akhir
6-25
Tabel 6.11 Kondisi Volume Lalu Lintas hasil Proyeksi hingga Tahun 2030 pada beberapa ruas Jalan di Kota Dumai
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Jalan
Jalan Sultan Syarif Kasim
Jalan Diponegoro
Jalan Sultan Hasanuddin
(d/h Jalan Ombak)
Jalan Ratu Sima
Jalan Gatot Subroto
Jalan Raja Ali Haji
Jalan Putri Tujuh
Jalan Arifin Ahmad
(d/h Jalan Pelintung)
Jalan Jend. Sudirman
Jalan Soekarno-Hatta
(d/h Jalan Pinang Kampai)
Jalan Raya Bukit Datuk
Laporan Akhir
Total
Kendaraan
2010
Total
smp
V/C
Total
Kendaraan
2015
Total
smp
5.144
5.144
4.329
3.496
2.392
1.769
0,46
0,34
5.333
4.307
1.878
1.878
1.878
1.878
5.144
2.722
1.019
615
606
3.576
1.391
694
395
360
1.799
0,74
0,37
0,21
0,19
0,35
1.878
5.144
817
4.469
458
2.378
1.878
5.144
1.338
2.747
898
1.771
V/C
Total
Kendaraan
2020
Total
smp
V/C
Total
Kendaraan
2025
Total
smp
2.946
2.180
0,57
0,42
6.570
5.306
3.354
1.255
758
746
4.406
1.714
855
486
444
2.216
0,91
0,46
0,26
0,24
0,43
0,24
0,46
1.007
5.505
565
2.929
0,48
0,34
1.648
3.384
1.106
2.181
V/C
Total
Kendaraan
2030
Total
smp
3.630
2.685
0,71
0,52
8.094
6.536
4.471
3.308
0,87
0,64
9.971
8.052
5.508
4.075
1,07
0,79
4.131
1.546
934
919
5.427
2.111
1.053
599
547
2.730
1,12
0,56
0,32
0,29
0,53
5.090
1.904
1.150
1.133
6.686
2.601
1.297
738
674
3.363
1,38
0,69
0,39
0,36
0,65
6.270
2.346
1.417
1.395
8.237
3.204
1.598
909
830
4.143
1,71
0,85
0,48
0,44
0,81
0,30
0,57
1.241
6.782
695
3.608
0,37
0,70
1.528
8.355
857
4.445
0,46
0,86
1.883
10.293
1.055
5.476
0,56
1,06
0,59
0,42
2.030
4.169
1.363
2.687
0,73
0,52
2.501
5.136
1.679
3.311
0,89
0,64
3.081
6.328
2.068
4.078
1,10
0,79
V/C
6-26
1,00
0,90
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Jalan Sultan
Syarif Kasim
Jalan
Diponegoro
Jalan Sultan
Hasanuddin
(d/h Jalan
Jalan Ratu
Sima
Jalan Gatot
Subroto
Jalan Putri
Tujuh
Jalan Arifin
Ahmad (d/h
Jalan
Jalan Jend.
Sudirman
Jalan
SoekarnoHatta (d/h
Jalan Raya
Bukit Datuk
2010
0,46
0,34
0,74
0,37
0,21
0,19
0,35
0,24
0,46
0,48
0,34
2015
0,57
0,42
0,91
0,46
0,26
0,24
0,43
0,30
0,57
0,59
0,42
2020
0,71
0,52
1,12
0,56
0,32
0,29
0,53
0,37
0,70
0,73
0,52
2025
0,87
0,64
1,38
0,69
0,39
0,36
0,65
0,46
0,86
0,89
0,64
2030
1,07
0,79
1,71
0,85
0,48
0,44
0,81
0,56
1,06
1,10
0,79
Gambar 6.18 Kondisi Volume Lalu Lintas hasil Proyeksi hingga Tahun 2030 pada beberapa ruas Jalan di Kota Dumai
Laporan Akhir
6-27
Keterangan:
PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2010
Laporan Akhir
6-28
Keterangan:
PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2015
Laporan Akhir
6-29
Keterangan:
PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2020
Laporan Akhir
6-30
Keterangan:
PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2030
Laporan Akhir
6-31
7.2
Laporan Akhir
7-1
Tabel 7.1
Moda
Arah Pengembangan
Sektor transportasi mampu berkembang mandiri berkelanjutan atas basis
mekanisme pasar
Jalan
Arah pengembangan moda jalan sebaiknya difokuskan pada
pengembangan infrastruktur dan kualitas layanan, dengan skema pasar.
Moda ini dapat berkembang secara mandiri berkelanjutan.
Laut
Arah pengembangan moda laut sebaiknya difokuskan pada
pengembangan infrastruktur pelabuhan dan fasilitas kepabeanan serta
kualitas pelayanan, dengan skema pasar. Moda ini dapat berkembang
secara mandiri berkelanjutan.
Udara Arah kebijakan yang perlu diambil adalah memberikan berbagai insentif
bagi perkembangan kualitas layanan penerbangan dan pembangunan
serta pengembangan infrastruktur perhubungan udara.
Sumber: Draft Tatranas.
BANDA ACEH
Sigli
Lhokseumawe
Meulaboh
Langsa
Takengon
MEDAN
Kutacane
Tapaktuan
Sidikalang
Kisaran
Rantauprapat
Sibolga
Dumai
Pd. sidempuan
PEKANBARU
Bukittinggi
Pariaman
PADANG
JAMBI
Muara Bungo
PANGKALPINANG
Legenda
: JALUR LINTAS TIMUR SUMATERA
BENGKULU
Tg. Bsr
PALEMBANG
Lahat
Liwa
Bakauheni
BANDAR LAMPUNG
Laporan Akhir
7-2
Laporan Akhir
7-3
Tabel 7.2
LINTAS
BESITANG - BANDA ACEH - ULEEULEE
BESITANG - RANTAUPRAPAT
RANTAUPRAPAT - DURI - DUMAI
DURI - PEKANBARU - MUARO
TELUK KUANTAN - MUARO BUNGO
JAMBI - BETUNG
BETUNG - SIMPANG
SIMPANG - TANJUNG API-API
KERTAPATI - SIMPANG - KM 3 - TARAHAN
KM 3 - BAKAUHENI
TELUK KUANTAN - MUAROBUNGO - JAMBI
TOTAL JALUR BARU
Tabel 7.3
JARAK
(KM)
484
283
246
397
370
188
65
87
407
70
370
2.277
PRIORITAS
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
BIAYA
(JUTA US$)
538
eksist
1.257
1.313
914
556
175
515
eksist
191
910
5.459
Moda
Arah Pengembangan
Sektor transportasi mampu berkembang, berkelanjutan dan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional dan regional
Jalan
Arah kebijakan pengembangan sistem jaringan jalan di Riau
difokuskan terhadap pengembangan kuantitas jaringan infrastruktur
dan kualitas layanan dengan peran pemerintah sepenuhnya atau
dalam bentuk subsidi secara terbatas
Kereta Api
Arah kebijakan difokuskan pada pembangunan jaringan kereta api
di Riau sebagai satu kesatuan dengan jaringan trans Sumatra
railways serta menghubungkan daerah sentra produksi ke outlet
pelabuhan dengan sepenuhnya atas pembiayaan pemerintah dan
peran pemerintah sebagai operator.
ASDP
Arah kebijakan pembangunan transportasi ASDP di Riau difokuskan
pada upaya merangkai pulau antar wilayah dan antar negara yang
memerlukan peran pemerintah secara intensif
Laut
Arah kebijakan difokuskan pada pengembangan infrastruktur
pelabuhan dan fasilitas pendukungnya dengan peran pemerintah
lebih besar untuk memperluas kuantitas infrastruktur dan kualitas
pelayanan
Udara
Arah kebijakan yang perlu diambil adalah fokus pada
pengembangan kuantitas dan kualitas infrastruktur transportasi
udara di Riau yang mampu menampung operasional pesawat
berbadan lebar
Sumber: Dinas Pehubungan Propinsi Riau.
Laporan Akhir
7-4
Laporan Akhir
7-5
FILIPINA, dan
NEGARA ASIA LAIN
SINGAPURA
MALAYSIA
THAILAND
Lhok
Seumawe
BITUNG
BELAWAN
Telukbayur
Ternate
Tarakan
Pontianak
DUMAI
BALIKPAPAN
Pantoloan
Kendari
Sampit
Ambon
MAKASSAR
Bengkulu
Biak
Jambi
Kumai
Jayapura
Banjarmasin
SORONG
Palembang
Panjang
TG. PRIOK
TG. EMAS
TG. PERAK
Benoa
Bima
Kupang
AUSTRALIA
SELANDIA BARU
Gambar 7.4 Strategi Pengembangan Jaringan Pelabuhan Kargo Konvensional di Indonesia Tahun 2025
Laporan Akhir
7-6
Laporan Akhir
7-7
Jika kita lihat di dalam Tatranas fungsi kota Dumai sangat penting dan merupakan
salah satu tujuan dan pintu masuk penumpang dan barang di daerah riau. Di kota
Dumai terdapat pelabuhan laut utama tersier yang berfungsi sebagai pelabuhan
Hud Internasional untuk barang dan terminal utama untuk penumpang. Untuk
menunjang fungsi tersebut selain jaringan jalan lintas timur sumatera,
juga
7.3
Posisi kota Dumai dalam tata ruang sebagai salah satu PKN diperkuat dengan
RTRWP Riau 2006-2025. Fungsi utama perkotaan sebagai:
a. Kawasan industri
b. Pusat perdagangan dan jasa
c. Pusat kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional,
angkutan CPO dan migas
d. Pusat pemerintahan Kota Dumai
Fungsi utama perkotaan tersebut harus ditunjang oleh sistem dan infrastruktur
transportasi yang baik. Pengembangan sistem transportasi di Propinsi Riau
didasarkan pola pengembangan wilayah sesuai dengan rencana pengembangan
wilayah yang telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi.
Dalam RTRWP Propinsi Riau disebutkan untuk menghubungkan Kota Dumai
dengan Pekanbaru dan kota-kota penting lainnya telah ada jaringan jalan arteri
primer dan dilengkapi dengan simpul berupa terminal penumpang kelas A dan
terminal barang utama. Kedua terminal tersbut telah ada di kota dumai. Di sisi
angkutan udara bandar Pinang Kampai di Dumai dijadikan sebagai pusat
penyeberangan tersier. Di sisi angkutan laut pelabuhan Dumai ditetapkan sebagai
Pelabuhan Hub Internasional untuk angkutan penumpang barang dan semi peti
kemas. Selain pelabuhan di Dumai, di kota dumai juga ditetapkan dua pelabuhan
pendukung lainnya yaitu Pelabuhan Lubuk Gaung untuk pelabuhan angkutan
barang dan Pelintung untuk pelabuhan khusus industri.
Laporan Akhir
7-8
7.4
Pengembangan
sistem
transportasi
di
Propinsi
Riau
didasarkan
pola
Laporan Akhir
7-9
Untuk kota dumai angkutan sungai memang tidak jadi prioritas pengembangan
dalam master plan transportasi riau, hal ini dikarenakan di dalam kota dumai
sendiri sungai yang bisa dilayari hanya pendek yang merupakan kawadan muara
dan tidak bisa menghubungkan ke daerah lain.
7.4.3 Moda Kereta Api
Rencana pengembangan jaringan jalan kereta api didasrkan pada rencana
pengembangan jaringan oleh kajian terdahulu antara lain Sumatera Railway
Development Project. Pengembangan jaringan jalan KA meliputi:
1. Rencana Jalur Lintas KA Rantau Prapat - Duri - Dumai
2. Rencana Jalur Lintas KA Duri - Pekanbaru - Bungo
3. Rencana Jalur Lintas KA Taluk Kuantan - Lubuk Jambi - Muaro Bungo.
4. Rencana Jalur Lintas KA Taluk KUantan - Cirenti - Kuala Enok
5. Rencana Jalur Lintas KA Dumai - Rengat - Jambi.
7.4.4 Moda Angkutan Laut
Arahan perencanaan lokasi pusat distribusi barang direkomendasikan disusun
secara hirarkis, yaitu menurut kelas pelabuhan pelayanan ekspor. Dalam
kaitannya dengan pengembangan jaringan ekonomi nasional direncanakan
Pelabuhan Dumai, Mengkapan Buton, dan Kuala Enok merupakan pintu masuk
koridor perdagangan nasional maupun internasional. Arahan hirarki simpul
pelayanan koleksi dan distribusi barang melalui pelabuhan adalah sebagai berikut:
1. Pelabuhan Dumai ditetapkan sebagai simpul utama bagi kegiatan koleksi dan
distribusi barang di propinsi Riau.
2. Pelabuhan Mengkapan Buton di Kabupaten Siak sebagai simpul kedua. Untuk
masa yangakan datang pelabuhan Mengkapan Buton diarahkan sebagai outlet
Propinsi Riau, menampung aliran barang ekspor dan Impor di Propinsi Riau
dari/menuju Pelabuhan Pekanbaru, Perawang, dan Buatan.
3. Pelabuhan Kuala Enok di Kabupaten Indragiri Hilir sebagai simpul ketiga.
Laporan Akhir
7-10
7.5
Laporan Akhir
7-11
arahan
pengembangan
tersebut
dapat
disusun
skenario-skenario
7-12
e. Dari hasil pemodelan nambak bahwa demand yang ada masih belum bisa
memanfaatkan prasaranan dengan optimal.
f. Biaya yang diperlukan lebih dari 120 triliun rupiah.
2. Skenario II, Pengembangan Bertahap. Pada skenario ini diharapkan pada
tahun 2030 kondisi jaringan transportasi di daerah riau adalah sebagai berikut:
a. Koridor pendukung pelabuhan ditangani dengan peningkatan jalan:
i) Koridor Pekanbaru-Dumai: dibangun highway sampai arus lalu lintas
mencapai besaran yang layak untuk jadi jalan tol
ii) Koridor Dumai-Sei Pakning: peningkatan jalan eksisting
iii) Koridor Pekanbaru-Buton: penyelesaian highway Perawang-Buton
iv) Koridor Rengat-Kuala Enok: peningkatan jalan eksisting
b. Kereta api dikembangkan secara bertahap sesuai prioritas nasional.
c. Angkutan sungai dikembangkan secara terbatas
d. Jaringan penyeberangan lintas pulau (khususnya di Kab. Bengkalis)
dikembangankan untuk merangkai pulau.
3. Skenario III, Optimalisasi jaringan eksisiting. Pada skenario ini pada tahun
2030 kondisi jaringan transportasi Riau diharapkan sebagai beikut:
a. Koridor pendukung pelabuhan dan penghubung PKN-PKW ditangani
dengan peningkatan jalan
b. Tidak semua bandara spoke dapat didarati SJ
c. Kereta api belum dikembangkan
d. Angkutan sungai dikembangkan secara terbatas
e. Jaringan penyeberangan lintas pulau (khususnya di Kab. Bengkalis)
7.5.2 Tahapan Pengembangan
1. Jangka Pendek (2009-2014): Tahap Pemulihan Pelayanan Transportasi
a. Strategi disusun dalam rangka untuk menjaga kondisi jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan transportasi di Provinsi Riau agar tidak turun
kualitas dan kuantitasnya, serta memulihkan kinerja pelayanan sistem
transportasi sampai dengan level yang memadai
b. Fokus kebijakan diarahkan untuk menjaga kondisi jaringan prasarana dan
jaringan pelayanan transportasi yang ada saat ini dan sangat vital bagi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
Laporan Akhir
7-13
ada,
khususnya:
pemeliharaan
prasarana
transportasi
dan
titik dan
ruas transportasi
yang
telah
berjalan
proses
kesenjangan
antar
wilayah
dengan
pemerataan
Laporan Akhir
7-14
b. Fokus
kebijakan
diarahkan
untuk
melakukan
ekspansi
kapasitas,
mendukung
perekonomian
dan
industri
melalui
simpul
7.6
Laporan Akhir
7-15
Kota Dumai yang berdekatan dengan Selat Malaka dan berada di koridor Selat
Rupat telah berfungsi sebagai pintu gerbang pantai timur Pulau Sumatera yang
tidak saja menjadi gerbang lalu lintas ekonomi Dumai - Batam, Dumai - Penang,
Dumai - Medan.
Sebagai pintu gerbang pelayaran internasional, Kota Dumai mampu berkembang
menjadi pusat pelayanan jasa perdagangan. Dengan posisinya yang strategis,
Kota Dumai sangat berpotensi menjadi pusat koleksi barang dan jasa dari wilayah
daerah-pengaruhnya (hinterland) dan sekaligus menjadi pusat distribusi barang
dan jasa ke daerah-daerah lainnya.
udara, Bandara Pinang Kampai di kota Dumai ini belum berfungsi secara optimal
bagi kepentingan publik.
Bentuk Kota Dumai yang polisentrik dibentuk berdasarkan fungsi yang ditetapkan
pada jaringan jalan yang dimanfaatkan untuk pergerakan regional dan lokal.
7.6.2 Pengembangan Struktur Jaringan Transportasi Regional
Sebagai Kota Orde II dalam sistem permukiman di Propinsi Riau dan Pusat
pelayanan Kawasan Andalan, Kota Dumai sudah seharusnya mempunyai
aksesibilitas yang tinggi, terutama untuk mengakomodasi interaksi antar kota-kota
di Pulau Sumatera sendiri dan terhadap Pulau Jawa. Representasi aksesibilitas
yang tinggi adalah keberadaan Selat Rupat dan Jaringan Jalan Pekanbaru - Duri Dumai.
Oleh karena itu, dalam rencana pengembangannya struktur jaringan infrastruktur
transportasi darat ini, direncanakan untuk dikembangkan sebagai berikut:
1. Menetapkan hirarki jaringan jalan Arteri Primer dan Jaringan jalan Arteri
Sekunder untuk memisahkan pergerakan regional dan lokal. Jalan Arteri
primer untuk melayani pergerakan antar kota yang memerlukan jalan yang bisa
ditempuh dengan kecepatan tinggi dan tidak terganggu secara signifikan oleh
angkutan ulang alik lokal perkotaan. Jaringan jalan arteri primer ini diarahkan
intervensinya terhadap jaringan jalan kota hanya sampai keterminal angkutan
antar kota (AKAP) dan Terminal Barang.
Laporan Akhir
7-16
Jalan
Tol
Pekan
baru-Duri-Dumai,
yang
juga
dapat
Laporan Akhir
7-17
9. Di dalam Kota dumai sendiri juga diperkukan ruas jalan tol menuju pelabuhan
kota Dumai untuk menyambung jalan tol Pekanbaru-Duri-Dumai, sehingga
kendaraan yang mempunyai tujuan akhir pelabuhan, keluar tol langsung
sampai ke pelabuhan.
10. Pengembangan jaringan rel kereta api lintas sumatera, yang terintegrasi
dengan Pelabuhan Samudera dan menyediakan stasiun kereta api yang dapat
diakses melalui pusat-pusat pergerakan juga, seperti Bandara, Permukiman,
Industri, dan Jasa serta Perdagangan.
11. Pengembangan Jalan Lingkar Luar Barat dan Timur, untuk melancarkan
pergerakan dari dan ke Kawasan Industri Lubuk Gaung kawasan industri
Pelintung, serta meningkatkan akses ke Kawasan Kota Baru di kelurahan Bukit
Timah (Kecamatan Bukit kapur).
Jalan lingkar luar ini dipersiapkan juga untuk mengantisipasi Trans asia yang
menghubungkan Dumai dengan Pulau Rupat sampai ke Malaisia dan Benua
Asia. Jalan lingkar ini dibuat dengan berintegrasi antara jaringan jalan, jaringan
jalan rel dan jaringan listrik tegangan tinggi serta jaringan utilitas lainnya. Jalan
lingkar luar ini sekaligus menjadi penghubung kawasan industri Lubuk Gaung
dan Pelintung yang memerlukan kualitas jalan yang baik dan mampu dilewati
oleh kendaraan bermuatan berat maka jalan lingkar luar ini harus setara
dengan jalan kelas I dengan DAMIJA 25m dan bisa dilewati dengan MST 20
ton.
12. Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Roro Dumai-Pulau Rupat, yang
akan meningkatkan peran Pulau Rupat sebagai kawasan Hiterland dari Dumai
dan untuk meningkatkan aksesibilitas Dumai serta menunjang mobilitas Dumai
Malaka yang selama ini di layani oleh kapal-kapal cepat.
Penyusunan Rencana Infrastruktur Transportasi khususnya perangkutan laut,
harus dengan pertimbangan kepentingan masa depan (long term period) dan
keunggulan terhadap:
1. Permintaan perangkutan Pelabuhan Dumai (Pelabuhan Samudera), yang
meliputi pergerakan orang dan barang (hasil hutan, pertanian, perkebunan)
dari wilayah hinterlandnya (Kabupaten Bengkalis, Rokan Ilir, Siak, dan
Kampar). Potential demand penumpang dari Propinsi Riau dan Kota Padang,
dan batu bara dari Kabupaten Bengkalis dan Kuansing.
Laporan Akhir
7-18
pertumbuhan
perekonomian
Kota
Dumai,
secara
langsung
dari
lambat untuk angkutan lokal yang ulang alik dan becak serta ojek, serta
pembangunan Halte dan Bus Stop di lokasi jalan-jalan utama dan dekat pusatpusat kegiatan serat pusat-pusat pemukiman.
5. Optimalisasi volume pergerakan lalu lintas, dengan menghilangkan hambatan
lalu lintas, baik dengan penertiban pedagang kaki lima (PKL), penetapan zona
bebas parkir pada ruas jalan.
6. Pengembangan dan perbaikan rambu dan marka agar optimal dan tepat dalam
pelaksanaannya.
Laporan Akhir
7-19
pelabuhan
perlu
dipadukan
dengan
kecenderungan
Laporan Akhir
7-20
7-21
Program Implementasi master plan infrastruktur Kota Dumai seperti berikut ini:
-
Pembangunan Halte bus dan bus stop di jalan - jalan utama dan dekat pusat
kegiatan
Pembuatan Stasiun
7.7
Laporan Akhir
7-22
pemukiman,
perdagangan
dan
pusat-pusat
pemukiman,
mutu
pelayanan
transportasi
kota.
Strategi
ini
berupa
Laporan Akhir
7-23
7.8
Laporan Akhir
7-24
Jalan yang dipersiapkan sebagai jalan arteri primer adalah Jalan Pekanbaru Dumai sampai simpang Jl. Perwira, Jl. Kelakap Tujuh menuju ke Jalan Dumai Medan. Perbaikan alinyemen dan konstruksi jalan pada ruas-ruas jalan
tersebut yang mempunyai fungsi untuk melayani pergerakan regional,
sehingga diharapkan dapat dilalui oleh kendaraan dengan tonase besar (< 10
ton / jalan Kelas I) dan dapat ditempuh dengan kecepatan kendaraan tetap
antara 40 - 60 km/jam.
2. Melihat lokasi keberadaan terminal AKAP dan Terminal Barang saat ini yang
dekat dengan pusat kota Dumai dan mengantisipasi perkembangan kota
Dumai serta sistim transportasinya dimasa akan datang, maka perlu difikirkan
untuk memidahkan Teminal tersebut lebih daerah pinggir kota Dumai.
Sehingga keberadaan Terminal tidak mejadi sumber kemacetan dan
permasalahan transportasi lainnya di masa datang. Pembangunan terminal
diarahkan berada di simpul-simpul jalan lingkar luar. Kelas terminal tersebut
harus memiliki klasifikasi yang sama dengan terminal sekarang, yaitu terminal
penumpang kelas A untuk Terminal AKAP dan terminal utama untuk terminal
barang dengan kemampuan 6.900 - 12.000 ton/hari. Sedangkan untuk didalam
kota sendiri juga disediakan terminal lokal (Terminal kelas C) untuk angkutan
lokal dan angkutan pengumpan ke terminal AKAP.
3. Mempertegas hirarki jaringan jalan sekunder (jalan dalam kota) dengan
membatasi jalan-jalan masuk ke jalan arteri sekunder. sehingga jalan arteri
sekunder benar-benar berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jika diperlukan
pada ruas jalan arteri sekunder di lokasi yang memungkinkan disediakan jalur
lambat untuk angkutan ulang alik lokal seperti angkot dan becak serta ojek.
Tabel 7.4
Jalan Arteri
Sekunder
Jl. Pinang Kampai
Jl. Soebrantas
Jl. Putri Tujuh
Jl. Sudirman
Jl. SS Kasim
Jl. Datuk Laksama
Jl. Bukit datuk
Jl. TPI
Laporan Akhir
Jalan Lokal
Sekunder
Jl. Ombak
Jl. Dock Yard
Jalan
jalan
Jl. Arifin ahmad
umum selain jalan
Jl. Budi Kemulyaan
Arteri
dan
Jl. Suka Jadi
Kolektor
Jl. Dari Putri Tujuh Menuju Pelintung Sekunder
Jl. Dari Purnama Menuju Lubuk Gaung
Jl. Perwira (Menuju Pelabuhan Pelindo)
7-25
7-26
Pola rencana sistem jaringan kereta api yang dipersiapkan adalah berupa
pembangunan baik prasarana maupun sarana. Prasarana perkeretaapian yang
dibutuhkan yaitu berupa pembangunan jaringan jalan rel, stasiun penumpang,
stasiun barang dan fasilitas pendukungnya. Jaringan jalan rel yang akan
dibangun di Kota Dumai mencapai panjang hampir sekitar 100 km. Jaringan
jalan rel Provinsi Riau yang dibangun menuju Kota Dumai berada pada
pengembangan ruas jalur kereta api Rantauprapat - Duri - Dumai.
Skenario Pola/Jaringan Jalan Rel
Memasuki wilayah Kota Dumai dimulai dari sebelah Selatan Kota Dumai,
tepatnya Kecamatan Bukit Kapur. Alinyemen jalan rel sejajar-berdampingan
dengan ruas jalan tol Pekanbaru - Dumai, ruas jalan rel ini akan terbagi dua,
dengan orientasi mengikuti pola jalan lingkar luar yang direncanakan.
Stasiun penumpang direncanakan terletak di Kecamatan Bukit Kapur,
penentuan lokasi ini mempertimbangkan beberapa aspek strategis, yaitu:
-
Akses yang mudah menuju stasiun, dapat diakses dari ruas jalan tol
Pekanbaru - Dumai.
7-27
7-28
pelabuhan
ini
juga
harus
mempertimbangkan
aktivitas
7-29
Kota Dumai sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan industri di Provinsi
Riau. Pelabuhan adalah infrastruktur utama pembangunan Kota Dumai, Rencana
pengembangan kawasan pelabuhan Pelindo diskenariokan pada 3 tahapan.
Pemerintah perlu mempersiapkan dan menetapkan regulasi-regulasi tentang
kepelabuhanan kaitannya dengan tata ruang laut. Langkah yang harus ditempuh
adalah dengan membatasi jumlah pelabuhan khusus.
Pengembangan infrastruktur kepelabuhanan lainnya yaitu alokasi lahan bagi
pengembangan pelabuhan khusus di Kawasan Industri Pelintung. Aktivitas
kepelabuhanan kedepan akan semakin meningkat, dibangunnya lintasan jalan rel
dan penghubung jalan lingkar luar yang langsung menuju Lubuk Gaung dan
Pelintung menjadi faktor peningkatan laju pergerakan barang. Akses-akses
penghubung ke kota maupun ke wilayah luar Kota Dumai memiliki simpul
pertemuan di kedua kawasan industri tersebut.
Pengembangan moda transportasi laut meliputi peningkatan kelas dermaga rakyat
untuk
pergerakan
penumpang.
Peningkatan
sejumlah
dermaga
tersebut
Laporan Akhir
7-30
antar-moda.
Pelayanan
pergerakan
penumpang
antar-moda
7.9
Berikut ini disampaikan identifikasi kondisi transportasi saat ini dan arahan
pengembangannya.
Laporan Akhir
7-31
Tabel 7.5
No.
1
Harapan Mendatang
Arahan Pengembangan
Pergerakan Angkutan barang dari Pergerakan angkutan barang dari Merekomendasikan penetapan kelas jalan
dan ke luar Kota Dumai menuju
dan ke luar Kota Dumai menuju Merekomendasikan jaringan lintas angkutan barang
Ruas-ruas
jalan
yang
dilalui Ruas-ruas
jalan
yang
jalan
dilalui Merekomendasikan trase pembangunan jalan lingkar/by
kendaraan
mengalami kerusakan.
dan/atau
cepat
terjadi
2
pembangunan
jalan
tol
Jalan
KA
Trayek angkutan umum belum Trayek angkutan umum memiliki Merekomendasikan penataan jaringan trayek angkutan
diklasifikasikan hirarki trayeknya.
Sarana angkutan umum masih
peningkatan
kapasitas
angkut untuk hirarki trayek yang Merekomendasikan rencana penerapan angkutan umum
rendah.
lebih tinggi.
Tingkat
isian
(load
rendah
70%.
Laporan Akhir
7-32
Tabel 7.5 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan (Lanjutan)
No.
3
Harapan Mendatang
kendaraan Pengoperasian
barang
Terminal
berfungsi
sebagai
pengawasan
terhadap
muatan
yang
Angkutan
di
terminal
Arahan Pengembangan
barang
antrian
melakukan
sebelum
Pelabuhan
menyebabkan
kapasitas
Dumai.
hingga
pengurangan
jalan
Dumai
barang
akibat
Penggunaan
mencapai
sepeda
60-70%
dari
sepeda
besar
motor
tidak
Sepeda
motor
Laporan Akhir
pergerakan
angkutan
fatalitas
mendominasi Penurunan
pelayanan
pengguna sepeda motor yang akan Merekomendasikan sistem park and ride pada beberapa
perbaikan
dan kecelakaan
7-33
Tabel 7.5 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan (Lanjutan)
No.
5
Tak
Harapan Mendatang
bermotor/Becak Angkutan
dikhususkan
permukiman.
Pergerakan
becak
Tak
Arahan Pengembangan
sebagai
angkutan
terkadang
fasilitas
pejalan
kaki
untuk
Parkir di badan jalan (on street Parkr di badan jalan harus pada Merekomendasikan lokasi-lokasi yang diarahkan untuk
parking) baik yang resmi maupun
tidak resmi.
Kemacetan yang ditimbulkan oleh
pergerakan parkir di lokasi-lokasi
tertentu.
di
badan
diperbolehkan
pada
jalan
on street parking.
tidak Merekomendasikan
lokasi-lokasi
berpotensi macet.
Terjadi keseimbangan lokasi parkir
sistem
pembatasan
dan
Laporan Akhir
7-34
Tabel 7.5 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan (Lanjutan)
No.
7
Harapan Mendatang
Arahan Pengembangan
kendaraan
malam
hari),
tidak
yang
didukung
oleh
didukung
kaki.
kemacetan
Belum ada program melegalkan/
mendukung kegiatan tersebut ke
arah kawasan bebas kendaraan
bermotor/citywalk
Laporan Akhir
7-35
UMUM
8.2
Laporan Akhir
8-1
Utara bisa langsung menuju kawasan industri dan tidak membebani jalan dalam
kota.
Laporan Akhir
8-2
Laporan Akhir
8-3
Laporan Akhir
8-4
Jl. Soebrantas
Jl. Sudirman
Jl. TPI
Jl. Ombak
Laporan Akhir
8-5
8.2.1.4 Terminal
Pengembangan terminal di Kota Dumai mengacu kepada arah pengembangan
jaringan jalan, dimana jaringan jalan lingkar dalam untuk mengakomodir
pergerakan angkutan penumpang dan jaringan jalan lingkar luar untuk
mengakomodir
angkutan
barang.
Pengembangan
terminal
juga
Nama Terminal
Katagori
1
2
3
4
5
6
Kelakap Tujuh
Lepin
Bukit Kapur
Lubuk Gaung
Pelintung
Bukit Jin
A
C
Utama
Bukit Kapur
Terminal Barang
Utama
Simpang Batang
Terminal Barang
Pembantu
Laporan Akhir
Keterangan
Dioperasikan
sampai jalan lingkar
luar terbangun dan
efektif berfungsi
Dioperasikan
setelah jalan lingkar
luar terbangun dan
efektif berfungsi
8-6
Terminal
AKAP
Kelakap
Tujuh
Terminal
Angkot
Lepin
Terminal
Barang Bukit
Jin
Laporan Akhir
8-7
Nama Stasiun
Jenis
Katagori
Keterangan
Bukit Kapur
Stasiun Penumpang
A (Kecil)
Bagan Besar
Gudang
cabang ke pelabuhan
Pelintung
Bukit Timah
Stasiun Penumpang
A (Kecil)
Dumai
Stasiun Penumpang
D (Besar)
Stasiun
Akhir,
diperlukan
sepur
simpang ke pelabuhan
Dumai
Laporan Akhir
8-8
Stasiun
Dumai
Stasiun
Bukit Timah
Stasiun
Bagan Besar
Stasiun
Bukit Kapur
Laporan Akhir
8-9
Nama Simpul
Pelabuhan Dumai
Simpul Intermoda
Jenis
Keterangan
Pelabuhan
Simpul
moda
transportasi
Internasional
Pelabuhan Ro-ro
Pelabuhan
Antar Simpul
Propinsi/Antar Negara
moda
transportasi
penumpang
dan
kendaraan
3
moda
transportasi
8.3
Laporan Akhir
8-10
Bundaran Meriam
Bundaran Polresta
Laporan Akhir
8-11
Jalan Sukajadi
Jalan Ombak II
Parkir di Ruang Milik Jalan pada umumnya telah dilengkapi dengan marka dan
rambu-rambu parkir. On street parking ada yang menggunakan metode parkir
menyudut dan parkir sejajar.
Implementasi UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ akan membawa konsekuensi
pelarangan parkir di badan Jalan Sutan Syarif Kasim dan Jalan Jenderal
Sudirman dan diperlukan kompenasi lokasi parkir baru di luar ruang milik jalan,
baik di taman parkir atau di gedung parkir. Kondisi ini diharapkan bisa diatasi
dengan penataan ulang hirarki jalan yang diusulkan pada pengembangan jaringan
jalan di Kota Dumai. Apabila telah ada pembangunan jalan lingkar luar dan terjadi
perubahan status jalan nasional/provinsi menjadi jalan kota, maka Jalan Sutan
Syarif Kasim dan Jalan Jenderal Sudirman diproyeksikan menjadi jalan kota dan
pada lokasi-lokasi tertentu sesuai peraturan bisa dipergunakan sebagai lokasi
parkir di ruang milik jalan, dengan memberikan kelengkapan rambu dan marka
yang sesuai peruntukannya.
Penanganan parkir di ruang milik jalan harus dilakukan secara terpadu dengan
parkir di luar ruang milik jalan (baik di taman parkir atau di gedung parkir),
sehingga parkir tidak menjadi penghambat dalam kelancaran lalu lintas.
Laporan Akhir
8-12
tingkat pejalan kaki tinggi seperti kawasan industri yang mempunyai tenaga kerja
yang cukup banyak.
Secara khusus di Kota Dumai juga perlu dikembangkan kawasan yang secara
khusus diperuntukkan untuk kawasan kuliner dan dipersiapkan pembangunan
trotoar yang lebar dan pada jam-jam tertentu (misalkan sore sampai tengah
malam) hanya pejalan kaki yang boleh masuk ke areal tersebut. Kawasan ini,
yang biasa disebut sebagai citywalk dikembangkan di Jl. Ombak dan Jl. Suka Jadi.
8.4
kenyamanan,
keterjangkauan,
kesetaraan
dan
keteraturan),
Laporan Akhir
8-13
Laporan Akhir
8-14
Berdasarkan tata ruang kota Dumai, maka pusat-pusat kegiatan utama adalah di
Dumai Barat dan Dumai Timur, dan arah pengembangan pusat pemukiman
adalah menuju arah Bukit Kapur dan arah pengembangan kawasan industri
adalah
Lubuk
Gaung
dan
Pelintung.
Diproyeksikan
pahwa
pergerakan
penumpang sebagian besar masih dominan di wilayah Dumai Barat dan Dumai
Timur, serta arah dari dua kecamatan ini ke Bukit Kapur.
Mempertimbangkan kondisi trayek eksisiting yang ada saat ini, maka bisa
disimpulkan juga bahwa simpul terminal yang dominan adalah Terminal AKAP
Kelakap Tujuh dan Terminal Lepin, dengan pergerakan ke luar pusat kota menuju
Bukit Kapur, Lubuk Gaung dan Pelintung.
Pola-pola trayek yang ada saat ini dan pernah ada secara kebijakan dan empiris
merupakan trayek yang bisa dipertimbangkan dalam penyusunan ulang trayek
angkutan umum dan mengelompokkan menjadi trayek utama dan trayek cabang.
Dumai Barat dan Dumai Timur menjadi pusat pergerakan penumpang (sesuai
hasil survey) dan pergerakan ke luar kecamatan tersebut menuju pusat
pengembangan kawasan industri, seperti Pelintung dan Lubuk Gaung, menjadi
pertimbangan utama dalam penentuan trayek utama dan trayek cabang. Berikut
ini adalah usulan trayek utama dan trayek cabang, sebagai cikal bakal dalam
pengaturan taryek di kota Dumai, dan prioritas dalam penggunaan bus ukuran
lebih besar, misalkan bus sedang dan bus besar.
Laporan Akhir
8-15
Pemda
Soekarno-Hatta
Bandara
HR
Perkantoran Pemda - Terminal Barang - Bandara SMAN 1 Bukit Jin - SMPN 3 Bukit Jin - STT Dumai
- Perkantoran Pemda Lama - Ramayana Terminal
Lepin
Pusat
Kota
(Sudirman)
Terminal Ro-Ro - Terminal AKAP - Ratu Sima Hasanudin - Diponegoro - SSK - Putri Tujuh - HR
Soebrantas - Sudirman - Bukit Datuk
Laporan Akhir
8-16
Laporan Akhir
8-17
Laporan Akhir
8-18
Laporan Akhir
8-19
Laporan Akhir
8-20
Laporan Akhir
8-21
Laporan Akhir
8-22
Laporan Akhir
8-23
BRT dioperasikan selama 17 jam, sejak jam 05.00 s/d 22.00 WIB.
Penumpang BRT harus membeli tiket di loket untuk bisa masuk ke ruang
tunggu halte.
Harga tiket berlaku sama untuk semua halte tujuan (jauh dekat sama).
Sebagai gambaran awal pengoperasian bus Trans-Dumai pada dua koridor utama,
yang masing-masing mempunyai jarak trayek 13 km
Estimasi penumpang yang bisa diangkut sebanyak 14.301 orang per hari.
Laporan Akhir
8-24
Tabel 8.4
Koridor 1
Koridor 2
Jumlah
17
17
13
0,6
0,6
21
13
25
25
40
28
16
18
5.110
3.264
20
13
24
15
35
35
70%
80%
403
508
7.927
6.375
14.301
466
375
841
34
39
8.5
Guna mewujudkan kondisi transportasi Kota Dumai seperti yang diharapkan perlu
didukung oleh SDM, organisasi dan kelembagaan yang memadai. Unsur-unsur
yang terlibat di dalamnya baik sebagai regulator, operator maupun pengguna
harus berfungsi dan berperan secara signifikan.
8.5.1 Regulator
Regulator sebagai pembina lalu lintas dan angkutan jalan serta transportasi pada
umumnya memiliki kewajiban mengembangkan sumber daya manusia untuk
menghasilkan petugas yang professional dan memiliki kompetensi di bidangnya.
Pengembangan SDM tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan.
Pembina di bidang peningkatan SDM dalam pendidikan dan latihan diemban oleh
Pemerintah (Kota), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Resort), dan Lembaga
swasta (terakreditasi)
Laporan Akhir
8-25
transportasi, regulator
transportasi
harus
selalu
merujuk
pada
dokumen
perencanaan
penyelenggaraan
trasnportasi
agar
tidak
menyimpang
dari
Laporan Akhir
8-26
8.5.2 Operator
Perusahaan Angkutan Umum memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, keamanan, keselamatan ketertiban dan kelancaran transportasi. Untuk
mewujudkan kondisi tersebut selain kepada para petugas di bidang lalu lintas dan
angkutan, Pemerintah Kota berkewajiban memberikan pembinaan di bidang
manajemen kepada Perusahaan Angkutan Umum.
Sebagai operator transportasi maka Perusahaan Angkutan Umum memiliki peran
penting dan kewajiban untuk mewujudkan tata penyelenggaraan transportasi
sebagaimana yang telah digariskan oleh pihak pembina atau regulator. Secara
umum bahwa operator wajib menaati peraturan dan ketentuan yang ada yakni
melaksanakan pengoperasian angkutan umum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Aspek keselamatan, kemananan,ketertiban penumpang maupun barang
serta kualitas layanan pada umumnya harus menjadi perhatian utama Perusahaan
Angkutan Umum sebagai operator. Pembekalan keterampilan dan kemampuan
pada awak angkutan khususnya kepada pengemudi menjadi tugas penting
operator.
Sehingga pengembangan bagi operator diarahkan:
8.5.3 Pengguna
Masyarakat pengguna berhak dan memiliki peran penting dalam penyelenggaraan
transportasi. Masyarakat
mewujudkan
transportasi
aman,
tertib
dan
lancar
serta
aspek
Laporan Akhir
8-27
Untuk bisa mewujudkan kondisi seperti yang diharapkan di atas maka arah
kebijakan dan pengembangannya diantaranya adalah:
Penciptaan forum lalu lintas yang terdiri atas instansi pembina, penyelenggara
akadiemisi dan unsur masyarakat pengguna
8.6
Kegiatan di bidang lalu lintas dan angkutan serta transportasi pada umumnya
haruslah senantiasa memperhatikan dan menjamin kelestarian lingkungan.
Dengan demikian maka perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan
pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan.
Dengan demikian maka pengembangan trasnportasi kota di bidang lingkungan
diarahkan:
persyaratan
ambang
batas
emisi
gas
buang
dan
Laporan Akhir
8-28
9. PROGRAM IMPLEMENTASI
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI
Berdasarkan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut ini
disampaikan Program-program implementasi Pengembangan Transportasi yang
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Jaringan
-
Laporan Akhir
9-1
9.1
Kegiatan
2011
Pembangunan Jalan Lingkar
- Pembangunan Jalan Lingkar Luar /By Pass
- Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai
Evaluasi Kinerja Jalan
Pelebaran Jalan pada Ruas jalan (V/C>0,85)
- Jalan Sultan Syarif Kasim
- Jalan Sultan hasanuddin
- Jalan Ratu Sima
- Jalan Jenderal Soedirman
Evaluasi Hierarki Jaringan Jalan
Pemenuhan spesifikasi jalan kota berdasarkan fungsi
Peningkatan struktur jalan pada jaringan lintas angkutan barang
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Laporan Akhir
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
V
Pelaksana
Kementerian PU
Dinas PU Prop
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
9-2
Kegiatan
2011
Studi Kinerja Ruas Jalan dan persimpangan
Studi Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Perkotaan
Studi Penataan Jaringan Prasarana Transportasi
Penataan Fungsi, dan Hirarki Jalan, Terminal dan Dermaga
Penataan Jaringan / Rute Layanan Angkutan Umum
Studi / Survei Asal dan tujuan (OD) perjalanan setiap 5 tahun
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
Pelaksana
Kegiatan
2011
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Kementerian Perhubungan
V
V
V
Laporan Akhir
Pelaksana
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
9-3
9.2
Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Pembangunan Jalur Khusus Angkutan Pribadi
Studi Penataan Sistem Perparkiran
Pembangunan jalur khusus sepeda motor
- Jalan Arteri Sekunder
- Jalan Kolektor Sekunder
Penataan on street parking
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Laporan Akhir
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Dinas PU Kota
9-4
Kegiatan
2011
Studi Penataan Lalu Lintas Kendaraan Tak Bermotor Kota Dumai
Penataan Lalu Lintas Lokal Kendaraan Tak Bermotor pada Jalan
Nasional dan Jalan Provinsi
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Laporan Akhir
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
V
Dinas Perhub. Kota
V
V
V
V
9-5
Kegiatan
2011
Pembangunan trotoar pada kawasan-kawasan Perkantoran dan Jasa
Kawasan Perkantoran
Kawasan Jasa
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
Laporan Akhir
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
Kementerian PU
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Kota
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
V
V
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota
9-6
Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Jalan dan Manajemen Lalu lintas
Studi Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Pengadaan Perlengkapan Jalan pada Jalan Nasional, Jalan Provinsi
dan Jalan Kota:
- Perlengkapan Rambu Lalu Lintas
- Perlengkapan Marka Jalan
- Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
- Perlengkapan Alat Pengendali Pengaman Pengguna Jalan
Laporan Akhir
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
9-7
9.3
Kegiatan
2011
Studi Sistem dan Pelayanan Angkutan Umum Kota Dumai
Penataan trayek angkutan umum (rerouting)
Koridor Utama (I dan II)
- Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
- Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
- Koridor Cabang (I dan II)
- Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
- Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung
Peningkatan kapasitas angkutan umum
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kementerian Perhubungan/
Mitra Swasta
Laporan Akhir
V
V
9-8
Kegiatan
2011
Studi Pengembangan Jaringan dan informasi Angkutan Barang
Studi Kelayakan Pengembangan Akses Angkutan Barang
Penataan Jaringan Lintas Angkutan Barang
Pembangunan Sub Terminal Angkutan Barang (berdasarkan FS
Angkutan Barang)
Pengembangan Sistem informasi angkutan barang
Laporan Akhir
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub.
Kota/Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota
9-9
9.4
Kegiatan
2011
Pendidikan Penyuluhan Mekanik & Pengemudi Angkutan Penumpang
dan Barang
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
V
V
Kegiatan
2011
Penyusunan dan Penerbitan Perda Grand Design
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan dan Tata Cara
Operasional Angkutan Umum Penumpang dan Barang
Laporan Akhir
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
Jangka
Panjang
20212030
Pelaksana
9-10
Kegiatan
2011
Penyusunan statistik perhubungan
Pemetaan jaringan transportasi dan fasilitas pendukung iya berbasis
GIS
Pengadaan Sistem Peralatan Database dan Informasi Dinas
Perhubungan
Pengadaan Sistem Informasi Transportasi Perkotaan
Studi dan perencanaan Sistim Informasi Fasilitas Lalu lintas dan
angkutan jalan berbasis GIS dan pembuatan rancangan Perda
Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pengadaan dan penerapan Sistim Informasi Fasilitas LLAJ berbasis
GIS
Sistim Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem Informasi Perizinan LLAJ
Pengelolaan Perparkiran dan Transit Angkutan Barang
Studi dan perencanaan Kartu Pintar Parkir (Smart Card Parking)
Pengadaan dan penerapan Kartu Pintar Parkir
Kajian Retribusi Angkutan Penumpang dan Barang
Studi Pengembangan Sistem Informasi Intermoda
Laporan Akhir
V
V
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V
Jangka
Panjang
20212030
V
V
V
V
Pelaksana
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
9-11
9.5
Kegiatan
2011
Membuat master plan pengembangan teknologi transportasi ramah
lingkungan.
Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
Laporan Akhir
V
V
V
Pelaksana
Jangka
Panjang
20212030
9-12