Anda di halaman 1dari 382

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

KATA PENGANTAR
Berdasarkan Surat Perjanjian/Kontrak Nomor : 65-N/K/PLLAP/VI/2009 tanggal 15
Juni 2009 dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor : 66-N/UM/PLLAP/
VI/2009 tgl 15 Juni 2009, tentang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Grand
Design Transportasi Kota Dumai Tahun Anggaran 2009, pada Satuan Kerja
Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan Direktorat Bina Sistem
Transportasi Perkotaan maka Tim Konsultan telah menyelesaikan Laporan Akhir
dan dicetak sebanyak 15 (lima belas) eksemplar.
Dalam melaksanakan kegiatan ini kami telah bekerja secara maksimal, dan kami
berharap Laporan Akhir ini telah memuat semua materi sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja serta saran;
masukan dan koreksi setelah dilaksanakannya pembahasan Draft Laporan Akhir
maupun asistensi.
Kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, kami
sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua masukan, saran
dan koreksi guna tercapainya hasil laporan yang maksimal.
Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan dan terima kasih.
Jakarta,

Desember 2009

PT. GAPURA NIRWANA AGUNG KONSULTAN,

Laporan Akhir

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ___________________________________________________ i
Daftar Isi _________________________________________________________ ii
Daftar Tabel ____________________________________________________ viii
Daftar Gambar ___________________________________________________ xi
Daftar Lampiran __________________________________________________ xv
1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ______________________________________________ 1-1


1.1.1 Dasar Hukum __________________________________________ 1-1
1.1.2 Gambaran Umum ______________________________________ 1-1
1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan ____________________________ 1-3
1.2 Kegiatan Yang Dilaksanakan ___________________________________ 1-3
1.3 Tahapan Kegiatan ___________________________________________ 1-5
1.4 Maksud dan Tujuan __________________________________________ 1-5
1.4.1 Maksud Kegiatan _______________________________________ 1-5
1.4.2 Tujuan Kegiatan ________________________________________ 1-5
1.5 Indikator Keluaran (Kualitatif dan Kuantitatif) _______________________ 1-6
1.5.1 Indikator Keluaran (Kualitatif)______________________________ 1-6
1.5.2 Indikator Keluaran (Kuantitatif) ____________________________ 1-8
1.6 Tempat Pelaksanaan Kegiatan _________________________________ 1-8
2.

REVIEW PERATURAN PERUNDANGAN

2.1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan _____________________________________________ 2-1
2.1.1 Ketentuan Umum ____________________________________________ 2-1

Laporan Akhir

ii

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2.1.2 Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ____________________ 2-3


2.1.3 Lalu Lintas ____________________________________________ 2-9
2.1.4 Angkutan ____________________________________________ 2-12
2.2 Review Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006
tentang Pedoman dan Proses Perencanaan Di Lingkungan
Departemen Perhubungan ____________________________________ 2-20
2.2.1 Umum ______________________________________________ 2-20
2.2.2 Tatanan Makro Strategis Perhubungan (TMSP) ______________ 2-21
3.

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Umum ____________________________________________________ 3-1


3.2 Pengumpulan Data __________________________________________ 3-3
3.3 Kajian Dan Studi Literatur _____________________________________ 3-4
3.4 Survai Lapangan ____________________________________________ 3-4
3.5 Pengolahan Data Dan Analisis _________________________________ 3-5
3.6 Keluaran __________________________________________________ 3-6
3.6.1 Keluaran (Kualitatif) _____________________________________ 3-6
3.6.2 Keluaran (Kuantitatif) ____________________________________ 3-9
3.7 Literatur mengenai Pola dan Karakteristik Perjalanan ________________ 3-9
3.7.1 Aksesibilitas dan Mobilitas ________________________________ 3-9
3.7.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ________________________ 3-12
3.7.3 Sebaran Pergerakan ___________________________________ 3-13
3.7.4 Pemilihan Moda Transportasi ____________________________ 3-15
3.7.5 Pemilihan Rute _______________________________________ 3-16
3.7.6 Arus Lalulintas Dinamis (Arus Pada Jaringan Jalan) ___________ 3-16
4.

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4.1 Lingkungan Strategis _________________________________________ 4-1


4.1.1 Peran Strategis Dalam Kerjasama Regional __________________ 4-1
4.1.2 Peran Kota Dumai dalam Kegiatan Nasional __________________ 4-6
4.1.3 Kebijakan Pembangunan Kota Dumai _______________________ 4-7
4.1.4 Kebijakan Transportasi Nasional __________________________ 4-12
4.1.5 Identifikasi Kondisi dan Potensi Sumberdaya Daerah __________ 4-13

Laporan Akhir

iii

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.2 Kondisi Geografis Wilayah ____________________________________ 4-32


4.2.1 Ruang Lingkup Wilayah _________________________________ 4-32
4.2.2 Bentuk dan Struktur Kota Dumai __________________________ 4-33
4.3 Kependudukan _____________________________________________ 4-36
4.4 Perekonomian _____________________________________________ 4-40
4.4.1 PDRB dan Struktur Ekonomi Wilayah ______________________ 4-40
4.4.2 PDRB Perkapita _______________________________________ 4-44
4.4.3 Perdagangan Luar Negeri _______________________________ 4-44
4.4.4 Investasi_____________________________________________ 4-46
5.

KONDISI TRANSPORTASI

5.1 Umum ____________________________________________________ 5-1


5.1.1 Pergerakan Eksternal ________________________________________ 5-1
5.1.2 Pergerakan Internal __________________________________________ 5-2
5.2 Kondisi Transportasi Darat ____________________________________ 5-2
5.2.1 Jalan ________________________________________________ 5-2
5.2.2 Jaringan Pelayanan _____________________________________ 5-8
5.2.3 Jaringan Prasarana ____________________________________ 5-10
5.2.4 Volume Lalu Lintas Di Kota Dumai ________________________ 5-12
5.2.5 Jaringan Trayek Angkutan Kota ___________________________ 5-19
5.2.6 Trayek Eksisting (Angkutan Sekolah) ______________________ 5-29
5.2.7 Penumpang Angkutan Kota ______________________________ 5-30
5.3 Kondisi Transportasi Laut ____________________________________ 5-40
5.3.1 Pelabuhan Dumai __________________________________________ 5-40
5.3.2 Lalu-lintas Barang dan Penumpang di Pelabuhan Dumai ____________ 5-43
5.4 Kondisi Transportasi Udara ___________________________________ 5-46
5.4.1 Bandar Udara ________________________________________ 5-46
5.4.2 Lalu-lintas di Bandara Pinang Kampai ______________________ 5-50
5.5 Kondisi Kelembagaan dan Lingkungan Transportasi Perkotaan _______ 5-51
5.5.1 Jaringan Transportasi Perkotaan __________________________ 5-52
5.5.2 Lalu Lintas Perkotaan __________________________________ 5-54
5.5.3 Sarana Angkutan Umum Perkotaan _______________________ 5-58
5.5.4 Transportasi Perkotaan Terpadu __________________________ 5-61
5.5.5 Lingkungan Transportasi Perkotaan _______________________ 5-62
Laporan Akhir

iv

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.6 Permasalahan Transportasi Saat Ini dan Mendatang _______________ 5-64


6.

POLA PERGERAKAN TRANSPORTASI

6.1 Sistem Zona ________________________________________________ 6-1


6.2 Pola Bangkitan Perjalanan _____________________________________ 6-1
6.3 Pola Distribusi Perjalanan _____________________________________ 6-4
6.3.1 Perjalanan Orang_______________________________________ 6-4
6.3.2 Perjalanan Barang _____________________________________ 6-11
6.4 Pola Penggunaan Moda _____________________________________ 6-19
6.5 Kondisi Arus Lalu Lintas _____________________________________ 6-24
7.

KONSEP ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

7.1 Kota Dumai Dalam RTRWN 2007-2027 __________________________ 7-1


7.2 Arah Pengembangan Transportasi Dalam Sistranas Dan Tatranas 2005 _ 7-1
7.3 RTRWP Propinsi Riau 2006 -20025 _____________________________ 7-8
7.4 Arah Pengembangan Sistem Transportasi Menurut Master Plan
Transportasi Riau 2020 _______________________________________ 7-9
7.4.1 Moda Jalan ___________________________________________ 7-9
7.4.2 Moda Angkutan Sungai __________________________________ 7-9
7.4.3 Moda Kereta Api ______________________________________ 7-10
7.4.4 Moda Angkutan Laut ___________________________________ 7-10
7.4.5 Moda Angkutan Udara __________________________________ 7-11
7.5 Arahan Pengembangan Transportasi Riau Menurut Review Tatrawil
Riau Tahun 2008 ___________________________________________ 7-11
7.5.1 Skenario Pengembangan _______________________________ 7-12
7.5.2 Tahapan Pengembangan _______________________________ 7-13
7.6 Master Plan Infrastruktut Kota Dumai Tahun 2006 _________________ 7-15
7.6.1 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi ___________ 7-15
7.6.2 Pengembangan Struktur Jaringan Transportasi Regional _______ 7-16
7.6.3 Pengembangan Struktur Jaringan Internal Kota ______________ 7-19
7.6.4 Pengembangan Prasarana Transportasi Laut ________________ 7-20
7.6.5 Prasarana Transportasi Udara____________________________ 7-21
7.7 Arah Pengembangan Transportasi Kota Dumai Menurut Tatralok Dumai
Tahun 2006 _______________________________________________ 7-22
Laporan Akhir

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7.7.1 Visi, Misi dan Strategi __________________________________ 7-22


7.7.2 Program Transportasi Kota Dumai ________________________ 7-23
7.8 Arah Pengembangan Transportasi Menurut Revisi RTRW Kota Dumai
Tahun 2006-2016___________________________________________ 7-24
7.8.1 Sistem Jaringan dan Prasarana Transportasi Darat ___________ 7-24
7.8.2 Prasarana Angkutan Sungai Dan Penyeberangan ____________ 7-27
7.8.3 Pengembangan Struktur Jaringan Internal Kota ______________ 7-28
7.8.4 Sistem Jaringan dan Prasarana Transportasi Laut dan Sungai ___ 7-29
7.8.5 Sistem Jaringan dan Prasarana Transportasi Udara ___________ 7-30
7.8.6 Optimalisasi Pelayanan Tranportasi Intermoda _______________ 7-31
7.9 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan _____________ 7-31
8.

ARAH PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

8.1 Umum ____________________________________________________ 8-1


8.2 Arah Pengembangan Jaringan/Ruang Lalu-Lintas __________________ 8-1
8.2.1 Jaringan Jalan _________________________________________ 8-1
8.2.2 Jaringan Kereta Api _____________________________________ 8-8
8.2.3 Simpul Intermoda ______________________________________ 8-10
8.3 Arah Pengembangan Lalu-Lintas_______________________________ 8-10
8.3.1 Pengembangan dan Perbaikan Perlengkapan Jalan ___________ 8-10
8.3.2 Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan ___________________________________ 8-11
8.3.3 Parkir di Ruang Milik Jalan (On-street Parking) _______________ 8-12
8.3.4 Fasilitas Pejalan Kaki (Pedestrianisasi) _____________________ 8-13
8.4 Arah Pengembangan Angkutan ________________________________ 8-13
8.4.1 Review Kebijakan Angkutan Umum ________________________ 8-13
8.4.2 Jenis Angkutan _______________________________________ 8-14
8.4.3 Restrukturisasi Trayek Angkutan Umum ____________________ 8-14
8.4.4 Pengembangan Trans-Dumai ____________________________ 8-24
8.5 Arah Pengembangan Organisasi Dan Kelembagaan _______________ 8-25
8.5.1 Regulator ____________________________________________ 8-25
8.5.2 Operator_____________________________________________ 8-27
8.5.3 Pengguna ___________________________________________ 8-27
8.6 Arah Pengembangan Lingkungan ______________________________ 8-28
Laporan Akhir

vi

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.

PROGRAM IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

9.1 Program Pengembangan Jaringan ______________________________ 9-2


9.1.1 Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 9-2
9.1.2 Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan
Transportasi ___________________________________________ 9-3
9.1.3 Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda _______ 9-3
9.2 Program Pengembangan Lalu-Lintas ____________________________ 9-4
9.2.1 Program Pengembangan Angkutan Pribadi___________________ 9-4
9.2.2 Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor _______________ 9-5
9.2.3 Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas __________ 9-6
9.2.4 Program Pengadaan Perlengkapan Jalan ____________________ 9-7
9.3 Program Pengembangan Angkutan ______________________________ 9-8
9.3.1 Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang _____ 9-8
9.3.2 Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal
Angkutan Barang _______________________________________ 9-9
9.4 Program Pengembangan Sdm Dan Kelembagaan _________________ 9-10
9.4.1 Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM
Transportasi Perkotaan _________________________________ 9-10
9.4.2 Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi
Grand Design_________________________________________ 9-10
9.4.3 Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan _____ 9-11
9.5 Program Pengembangan Lingkungan ___________________________ 9-12
9.5.1 Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan
Berwawasan Lingkungan ________________________________ 9-12

Laporan Akhir

vii

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1

Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas___________________________ 3-10

Tabel 3.2

Interaksi Antar Daerah _________________________________ 3-14

Tabel 4.1

Matriks Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (SWOT)


Kota Dumai __________________________________________ 4-24

Tabel 4.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Dumai Menurut


Kecamatan Tahun 2007 ________________________________ 4-37

Tabel 4.3

Densitas Penduduk Kota Dumai Menurut Kecamatan Tahun 2007 4-37

Tabel 4.4

Penduduk Kota Dumai Menurut Umur Tahun 2007 ___________ 4-39

Tabel 4.5

PDRB Kota Dumai Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000


Menurut Lapangan Usaha (000.000 Rupiah) Tahun 2005 - 2007 _ 4-40

Tabel 4.6

Pertumbuhan Ekonomi Kota Dumai Tahun 2000 - 2007


ADHK 2000 __________________________________________ 4-43

Tabel 4.7

Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Kota Dumai


Tahun 2005 - 2007 ____________________________________ 4-43

Tabel 4.8

PDRB Perkapita Kota Dumai (Milyar Rupiah) Tahun 2004-2007 _ 4-44

Tabel 4.9

Nilai Ekspor Kota Dumai Menurut Komoditi Tahun 2007 _______ 4-45

Tabel 4.10 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di


Kecamatan Dumai Timur Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah) ____ 4-46
Tabel 4.11 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di
Kecamatan Dumai Barat Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah) _____ 4-46
Tabel 4.12 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di
Kecamatan Sungai Sembilan Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah) _ 4-47
Tabel 4.13 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di
Kecamatan Medang Kampai Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah) __ 4-47

Laporan Akhir

viii

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 4.14 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di


Kecamatan Bukit Kapur Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah) _____ 4-47
Tabel 5.1

Ruas Jalan Nasional Di Kota Dumai ________________________ 5-4

Tabel 5.2

Ruas Jalan Provinsi Di Kota Dumai ________________________ 5-4

Tabel 5.3

Panjang Jalan Kota per Kecamatan berdasarkan Jenis


Permukaan Jalan di Kota Dumai Tahun 2008_________________ 5-5

Tabel 5.4

Panjang Jalan Kota per Kecamatan berdasarkan Kondisi Jalan


di Kota Dumai Tahun 2008 _______________________________ 5-5

Tabel 5.5

Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Di Kota Dumai ___________ 5-8

Tabel 5.6

Jumlah Kendaraan dan Penumpang Yang Keluar Masuk


Terminal Bus Dumai Tahun 2007 __________________________ 5-9

Tabel 5.7

Penumpang Angkutan Kota di Soekarno-Hatta / Bagan Besar ___ 5-31

Tabel 5.8

Penumpang Angkutan Kota di Soekarno-Hatta / Dumai Kota ____ 5-31

Tabel 5.9

Penumpang Angkutan Kota di Pertamina - Bundaran _________ 5-32

Tabel 5.10 Penumpang Angkutan Kota di Bundaran - Kilang Pertamina ____ 5-32
Tabel 5.11 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Sukajadi - Simp. Dock ____ 5-33
Tabel 5.12 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Dock - Simp. Sukajadi ____ 5-33
Tabel 5.13 Penumpang Angkutan Kota di Ramayana - Bundaran Polres ___ 5-34
Tabel 5.14 Penumpang Angkutan Kota di Bundaran Polres - Ramayana ___ 5-34
Tabel 5.15 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Ombak - Kelakap Tujuh ______ 5-35
Tabel 5.16 Penumpang Angkutan Kota di Kelakap Tujuh - Dumai _________ 5-35
Tabel 5.17 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Bukit Datuk - Pusat Kota _____ 5-36
Tabel 5.18 Penumpang Angkutan Kota di Pusat Kota - Jl. Bukit Datuk _____ 5-36
Tabel 5.19 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Bank Riau - Simp. Polres __ 5-37
Tabel 5.20 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Polres - Simp. Bank Riau __ 5-37
Tabel 5.21 Load Factor Angkutan Perkotaan Di Kota Dumai _____________ 5-38
Tabel 5.22 Fasilitas Pelabuhan Dumai ______________________________ 5-40
Tabel 5.23 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Umum Dumai___ 5-43
Tabel 5.24 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Khusus Dumai __ 5-43
Tabel 5.25 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Umum dan
Pelabuhan Khusus Dumai_______________________________ 5-44
Tabel 5.26 Realisasi Trafik Bongkar Muat Barang Berdasarkan
Jenis Perdagangan di Pelabuhan Dumai ___________________ 5-44
Laporan Akhir

ix

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.27 Realisasi Bongkar Muat Barang Komoditi Andalan di


Pelabuhan Umum Dumai _______________________________ 5-45
Tabel 5.28 Realisasi Trafik Turun Naik Penumpang di Pelabuhan Dumai ___ 5-46
Tabel 5.29 Jumlah Pesawat Dan Penumpang Yang Datang Dan Berangkat
melalui Bandara Pinang Kampai Dumai, Tahun 2007 _________ 5-50
Tabel 5.30 Jumlah Barang, Bagasi dan Pos Paket yang Dibongkar dan
Dimuat Melalui Bandara Pinang Kampai Dumai, Tahun 2007 ___ 5-50
Tabel 6.1

Sistem Zona Asal Tujuan Di Kota Dumai ____________________ 6-1

Tabel 6.2

Pola Bangkitan Perjalanan di Kota Dumai (orang/tahun) ________ 6-1

Tabel 6.3

Faktor Ekspansi Bangkitan Perjalanan ______________________ 6-2

Tabel 6.4

Pola Bangkitan Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari) __________ 6-2

Tabel 6.5

Analisis Korelasi antara Bangkitan dan Tarikan dengan Penduduk 6-3

Tabel 6.6

Pola Distribusi Perjalanan di Kota Dumai (orang/tahun) _________ 6-5

Tabel 6.7

Pola Distribusi Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari) __________ 6-5

Tabel 6.8

Pola Distribusi Perjalanan Angkutan Barang Gabungan ________ 6-13

Tabel 6.9

Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan


Di Kota Dumai ________________________________________ 6-20

Tabel 6.10 Kinerja Ruas Jalan Pada Saat Jam Puncak _________________ 6-24
Tabel 6.11 Kondisi Volume Lalu Lintas Hasil Proyeksi hingga Tahun 2030
pada beberapa Ruas Jalan di Kota Dumai __________________ 6-26
Tabel 7.1

Arah Pengembangan Transportasi Nasional Di Provinsi Riau


(termasuk Provinsi Kepri) pada Konsep Tatranas ______________ 7-2

Tabel 7.2

Arah Pengembangan Jalan Rel Di Pulau Sumatera Menurut


Tatranas Tahun 2005 ___________________________________ 7-4

Tabel 7.3

Arah Pengembangan Transportasi Nasional Di Provinsi Riau ____ 7-4

Tabel 7.4

Hirarki Jaringan jalan Sekunder __________________________ 7-25

Tabel 7.5

Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan _______ 7-32

Tabel 8.1

Arah Pengembangan Terminal ____________________________ 8-6

Tabel 8.2

Jenis dan Katagori Stasiun _______________________________ 8-8

Tabel 8.3

Simpul Intermoda _____________________________________ 8-10

Tabel 8.4

Perhitungan Jumlah Bus yang Dibutuhkan pada Koridor 1 dan 2 _ 8-25

Laporan Akhir

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1

Tahapan Pelaksanaan Penyusunan Grand Design Transportasi


Kota Dumai _________________________________________ 3-2

Gambar 4.1

Kawasan Kerjasama Ekonomi Sub Regional IMS dan IMT ____ 4-3

Gambar 4.2

Peta Administratif Kota Dumai _________________________ 4-33

Gambar 4.3

Prosentase Jumlah Penduduk per Kecamatan Di Kota Dumai _ 4-38

Gambar 4.4

Data Penduduk Kota Dumai Tahun 2000 - 2007 beserta


Proyeksi __________________________________________ 4-38

Gambar 4.5

Penduduk Kota Dumai Menurut Kelompok Umur ___________ 4-39

Gambar 4.6

Kontribusi Sektoral pada PDRB Tahun 2007 ______________ 4-41

Gambar 4.7

PDRB Kota Dumai (Milyar Rupiah) Tahun 2000-2007 _______ 4-42

Gambar 5.1

Kondisi Jalan Di Kota Dumai Tahun 2008 __________________ 5-5

Gambar 5.2

Jaringan Jalan Eksisting Di Kota Dumai ___________________ 5-6

Gambar 5.3

Kondisi Jaringan Jalan dan Persimpangan Di Kota Dumai _____ 5-7

Gambar 5.4

Prosentase kendaraan bermotor di Kota Dumai Tahun 2007 ___ 5-8

Gambar 5.5

Kondisi Terminal Angkutan Penumpang Di Kota Dumai ______ 5-11

Gambar 5.6

Kondisi Terminal Angkutan Barang Di Kota Dumai __________ 5-12

Gambar 5.7

Lokasi Survai Volume Lalu Lintas _______________________ 5-13

Gambar 5.8

Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Polres Simpang Bank Riau _________________________________ 5-13

Gambar 5.9

Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Sukajadi Pasar Pulau Payung _________________________________ 5-14

Gambar 5.10 Pergerakan Lalu Lintas di Jalan Kelakap 7 - Jalan Ombak ____ 5-14
Gambar 5.11 Pergerakan Lalu Lintas di Jalan Ombak - Jalan Kelakap 7 ____ 5-15

Laporan Akhir

xi

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.12 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Medan ________________ 5-15


Gambar 5.13 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Lubuk Gaung ___________ 5-16
Gambar 5.14 Pergerakan Lalu Lintas di Bundaran - Pertamina ___________ 5-16
Gambar 5.15 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Pelintung ______________ 5-17
Gambar 5.16 Pergerakan Lalu Lintas di Bundaran Polres - Ramayana _____ 5-17
Gambar 5.17 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Duri __________________ 5-18
Gambar 5.18 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Bukit Datuk _____________ 5-18
Gambar 5.19 Trayek AK-01: Terminal AKAP - Pelabuhan
(via Pattimura - Datuk Laksamana) ______________________ 5-19
Gambar 5.20 Trayek AK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin
(via Simpang Tetap - Ramayana) _______________________ 5-20
Gambar 5.21 Trayek AK-03: Terminal AKAP - Terminal Lepin
(via Pulau Payung - Dumai Square) _____________________ 5-20
Gambar 5.22 Trayek AK-04: Terminal AKAP - Terminal Lepin
(via Sidorejo - Dumai Square) __________________________ 5-21
Gambar 5.23 Trayek AK-05: Terminal AKAP - Terminal Lepin
(via Jl. Sultan Hasanudin - Merdeka) ____________________ 5-21
Gambar 5.24 Trayek AK-06: Pelabuhan - Bukit Datuk
(via Jl. P. Diponegoro - Dumai Square) ___________________ 5-22
Gambar 5.25 Trayek AK-07: Pelabuhan - Bumiayu
(via Ramayana - Dumai Square) ________________________ 5-22
Gambar 5.26 Trayek AK-08: Pelabuhan - Jayamukti
(via RSUD - Ramayana) ______________________________ 5-23
Gambar 5.27 Trayek PK-01: Terminal AKAP - Mampu Jaya
(via Purnama - Bangsal Aceh - Lubuk Gaung - Penerbit _____ 5-24
Gambar 5.28 Trayek PK-02: Terminal Lepin - Bukit Timah
(via Pulau Payung - Terminal AKAP) ____________________ 5-24
Gambar 5.29 Trayek PK-03: Terminal Lepin - Bukit Kapur
(via Simpang Perwira - Simpang Murni) __________________ 5-25
Gambar 5.30 Trayek PK-04: Terminal Lepin - Pelintung
(via Mundam - Teluk Makmur - Guntung) _________________ 5-25
Gambar 5.31 Trayek BK-01: Terminal AKAP - Terminal Lepin
(via Jl. Sultan Hasanudin - Jl. Diponegoro - Putri Tujuh)______ 5-26

Laporan Akhir

xii

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.32 Trayek BK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin


(via Kantor Walikota - Terminal Barang) __________________ 5-27
Gambar 5.33 Trayek KH-01: Terminal AKAP - Pelabuhan _______________ 5-28
Gambar 5.34 Trayek KH-02: Terminal AKAP - Bandara _________________ 5-28
Gambar 5.35 Trayek AS-01: Purnama - Sungai Mesjid
(via Terminal AKAP - Bukit Timah) ______________________ 5-29
Gambar 5.36 Trayek AS-02: Terminal Lepin - SMAN 5
(via Teluk Makmur) __________________________________ 5-30
Gambar 5.37 Load Factor Angkutan Perkotaan Di Kota Dumai ___________ 5-39
Gambar 5.38 Kondisi Pelabuhan Dumai Di Kota Dumai _________________ 5-41
Gambar 5.39 Rencana Pengembangan Pelabuhan Dumai ______________ 5-42
Gambar 5.40 Rencana Pelabuhan di Kawasan Terminal Agribisnis ________ 5-42
Gambar 5.41 Rute Penyeberangan di Pelabuhan Dumai, Kota Dumai _____ 5-47
Gambar 5.42 Rute Penerbangan di Bandara Pinang Kampai, Kota Dumai __ 5-48
Gambar 5.43 Kondisi Bandar Udara Pinang Kampai, Kota Dumai _________ 5-49
Gambar 6.1

Pola Bangkitan Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari) ________ 6-2

Gambar 6.2

Analisis Regresi Bangkitan Vs Penduduk __________________ 6-4

Gambar 6.3

Analisis Regresi Tarikan Vs Penduduk ____________________ 6-4

Gambar 6.4

Pola Distribusi Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari) ________ 6-5

Gambar 6.5

Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2010 ____ 6-7

Gambar 6.6

Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2015 ____ 6-8

Gambar 6.7

Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2020 ____ 6-9

Gambar 6.8

Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2030 ___ 6-10

Gambar 6.9

Peta Lokasi Survai Road Side Interview Angkutan Barang ____ 6-11

Gambar 6.10 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang di Kota Dumai


(kendaraan barang/hari) ______________________________ 6-12
Gambar 6.11 Pola Distribusi Perjalanan Angkutan Barang Gabungan ______ 6-13
Gambar 6.12 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai
Tahun 2010 ________________________________________ 6-15
Gambar 6.13 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai
Tahun 2015 ________________________________________ 6-16
Gambar 6.14 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai
Tahun 2020 ________________________________________ 6-17
Laporan Akhir

xiii

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.15 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai


Tahun 2030 ________________________________________ 6-18
Gambar 6.16 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan
Di Kota Dumai ______________________________________ 6-23
Gambar 6.17 Volume Lalu Lintas Pada Jam Puncak (smp/jam) ___________ 6-25
Gambar 6.18 Kondisi Volume Lalu Lintas hasil Proyeksi hingga Tahun 2030
pada beberapa ruas Jalan di Kota Dumai _________________ 6-27
Gambar 6.19 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2010 _______________ 6-28
Gambar 6.20 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2015 _______________ 6-29
Gambar 6.21 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2020 _______________ 6-30
Gambar 6.22 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2020 _______________ 6-31
Gambar 7.1

Arah Pengembangan Transportasi Jalan Di Pulau Sumatera


Menurut Tatranas 2005 ________________________________ 7-2

Gambar 7.2

Arah Pengembangan Transportasi Jalan Rel Di Pulau Sumatera


Menurut Tatranas 2005 ________________________________ 7-3

Gambar 7.3

Tatanan Kepelabuhan Nasional Tahun 2025 _______________ 7-5

Gambar 7.4

Strategi Pengembangan Jaringan Pelabuhan Kargo


Konvensional di Indonesia Tahun 2025 ___________________ 7-6

Gambar 7.5

Konsep Pengembangan Pelabuhan Penumpang ____________ 7-7

Gambar 8.1

Jaringan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai _________________ 8-3

Gambar 8.2

Rencana Jaringan Jalan Lingkar Luar Kota Dumai ___________ 8-4

Gambar 8.3

Arah Pengembangan Terminal __________________________ 8-7

Gambar 8.4

Rencana Jaringan Jalan Rel Kereta Api ___________________ 8-9

Gambar 8.5

Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan __________________ 8-17

Gambar 8.6

Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk __________________ 8-18

Gambar 8.7

Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung _________________ 8-20

Gambar 8.8

Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung ____________________ 8-21

Gambar 8.9

Feeder 3: Terminal Lepin - Bukit Kapur __________________ 8-22

Gambar 8.10 Feeder 4: Terminal AKAP - Bukit Timah __________________ 8-23

Laporan Akhir

xiv

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Batas Wilayah Administrasi
2. Peta Jaringan Prasarana Transportasi Eksisting
3. Peta Pola Pergerakan Barang Eksternal Internal Eksisting
4. Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Dalam Kota
5. Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Luar
6. Peta Rencana Pengembangan Terminal Penumpang/Barang
7. Peta Rencana Jaringan Rel Kereta
8. Desire Line Pergerakan Orang 2010, 2015, 2020, dan 2030
9. Desire Line Pergerakan Barang 2010, 2015, 2020, dan 2030
10. Peta Trayek Koridor 1 Terminal AKAP Pelabuhan
11. Peta Trayek Koridor 2 Terminal Ro-Ro Bukit Datuk
12. Peta Trayek Feeder 1 Terminal AKAP Lubuk Gaung
13. Peta Trayek Feeder 2 Terminal Lepin Pelintung
14. Peta Trayek Feeder 1 Terminal AKAP Bukit Timah
15. Peta Trayek Feeder 2 Terminal Lepin Bukit Kapur

Laporan Akhir

xv

DRAFT
PERATURAN WALIKOTA DUMAI
NOMOR : .

TENTANG
GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Membaca:
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Menimbang :
a. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan tingkat pendapatan akan secara
dramatis mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan
perjalanan.
b. Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari
struktur perdesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan di masa
mendatang.
c. Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas
interaksi yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan
dalam mengantisipasi masalah yang timbul.
d. Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan di seluruh
kota Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
dan d, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Grand Design
Transportasi Kota Dumai

Mengingat

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan.
2) Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Rencana

Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
6) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009.
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
SISTRANAS.
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Peraturan Walikota tentang Grand Design Transportasi Kota Dumai

Bab I
Umum

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Grand Design Transportasi adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan, Prasarana Lalu Lintas
dan

Angkutan,

Kendaraan,

Pengemudi,

Pengguna

Jalan,

serta

pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas.
4. Jaringan Transportasi adalah serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan
yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan.

5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan


intermoda yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut,
pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal,
dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan
dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
tenaga manusia dan/atau hewan.
10. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk
angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
11. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung.
12. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
13. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
14. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
16. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.

17. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
18. Alat

Pemberi

Isyarat

Lalu

Lintas

adalah

perangkat

elektronik

yang

menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
19. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.

Bab II
Jaringan Lalu Lintas dan angkutan Jalan

Bagian I
Rencana Induk Jaringan LLAJ

Pasal 2
(1) Untuk mewujudkan Transportasi yang terpadu dilakukan pengembangan
Jaringan Transportasi untuk menghubungkan semua wilayah di daratan.
(2) Pengembangan Jaringan Transportasi berpedoman pada Grand Design
Transportasi sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 3
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai disusun secara berkala dengan
mempertimbangkan kebutuhan transportasi serta ruang kegiatan berskala kota.
(2) Proses penyusunan dan penetapan Grand design Transportasi Kota Dumai
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Grand Design Transportasi Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Grand Design Transportasi Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

(3) Grand Design Tranportasi Kota Dumai memuat:


a. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan;
b. arah dan kebijakan peranan transportasi Kota Dumai dalam keseluruhan
moda transportasi;
c. rencana lokasi dan kebutuhan simpul Kota Dumai; dan
d. rencana kebutuhan ruang lalu lintas Kota Dumai.

Bagian II
Ruang Lalu Lintas

Paragraf I
Kelas Jalan

Pasal 4
(1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a. fungsi

dan

intensitas

Lalu

Lintas

guna

kepentingan

pengaturan

penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
Kendaraan Bermotor.
(2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton;
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton; dan

d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
(3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan
sumbu terberat kurang dari 8 ton.

Paragraf II
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan

Pasal 5
(1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan.
(3) Atas

pertimbangan

keselamatan

atau

pertimbangan

khusus

lainnya,

Pemerintah Daerah dapat menetapkan batas kecepatan paling tinggi setempat


yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.
(4) Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan dengan
batas absolut 60 kilometer per jam dalam kondisi arus bebas.

Pasal 6
(1) Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada
di Jalan dan di luar badan Jalan.

Bagian III
Terminal

Pasal 7
(1) Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan
diselenggarakan Terminal.
(2) Terminal berupa Terminal penumpang dan/atau Terminal barang.

Pasal 8
(1) Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe
B, dan tipe C.
(2) Setiap tipe dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas Kendaraan
yang dilayani.

Pasal 9
(1) Penentuan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan rencana
kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan
Jalan, jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i.

kelestarian lingkungan hidup.

Bagian IV
Fasilitas Parkir

Pasal 10
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dapat dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.

Bagian V
Fasilitas Pendukung

Pasal 11
(1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.

Pasal 12
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.

(2) Penyediaan fasilitas pendukung diselenggarakan oleh:


a. Pemerintah untuk jalan nasional;
b. Pemerintah Provinsi untuk jalan provinsi;
c. Pemerintah Kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa;
d. Pemerintah Kota untuk jalan kota; dan
e. badan usaha jalan tol untuk jalan tol.

Pasal 13
(1) Pemerintah

dalam

melaksanakan

pembangunan,

pengelolaan,

dan

pemeliharaan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat


bekerja sama dengan pihak swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan,
serta spesifikasi teknis fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bab III
Lalu Lintas

Bagian I
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Pasal 14
(1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas dalam rangka menjamin
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur
atau jalan khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas berdasarkan
peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;

f. pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;


g. pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau
h. perlindungan terhadap lingkungan.

Bagian II
Analisis Dampak Lalu Lintas

Pasal 15
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak
Lalu Lintas.
(2) Analisis dampak Lalu Lintas sekurang-kurangnya memuat:
a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.

Bagian III
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

Pasal 16
(1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan Ruang Lalu Lintas
dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas, diselenggarakan manajemen
kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria:
a. perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor dengan kapasitas
Jalan;
b. ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan
c. kualitas lingkungan.
(2) Manajemen kebutuhan Lalu Lintas dilaksanakan dengan cara:
a. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu;

10

b. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada koridor atau kawasan


tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
c. pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor pada koridor atau kawasan tertentu
pada waktu dan jalan tertentu;
d. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan
klasifikasi fungsi jalan;
e. pembatasan ruang Parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang
Parkir maksimal; dan/atau
f. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor Umum pada koridor
atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu.

Bab IV
Angkutan

Bagian I
Umum

Pasal 17
(1) Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa Sepeda
Motor, Mobil penumpang, atau bus.
(3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil
barang.
(4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:
a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan
prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;
b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

11

Bagian II
Angkutan Orang

Pasal 18
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek; dan
b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek.

Paragraf I
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek

Pasal 19
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d. angkutan perkotaan; atau
e. angkutan perdesaan.

Pasal 20
Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek harus:
a. memiliki rute tetap dan teratur;
b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan penumpang di
Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan
c. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk
angkutan perkotaan dan perdesaan.

Pasal 21
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;

12

d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;


e. kesesuaian dengan kelas jalan;
f. keterpaduan intramoda angkutan; dan
g. keterpaduan antarmoda angkutan.

Pasal 22
(1) Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun dalam
bentuk rencana umum jaringan trayek.
(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi
dengan instansi terkait.
(3) Rencana umum jaringan trayek terdiri atas:
a. jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek perdesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)
tahun.

Pasal 23
(1) Jaringan trayek perkotaan disusun berdasarkan kawasan perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan ditetapkan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas
wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi; atau
c. Bupati atau Walikota untuk kawasan perkotaan yang berada dalam wilayah
kabupaten/kota.

Paragraf II
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek

13

Pasal 24
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. angkutan orang dengan tujuan tertentu;
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.

Pasal 25
(1) Angkutan orang dengan menggunakan taksi harus digunakan untuk pelayanan
angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
(2) Wilayah operasi dalam kawasan perkotaan dapat:
a. berada dalam wilayah kota;
b. berada dalam wilayah kabupaten;
c. melampaui wilayah kota atau wilayah kabupaten dalam 1 (satu) daerah
provinsi; atau
d. melampaui wilayah provinsi.

Pasal 26
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu dilarang menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar
pelayanan angkutan orang dalam trayek.
(2) Angkutan

orang

dengan

tujuan

tertentu

diselenggarakan

dengan

menggunakan mobil penumpang umum atau mobil bus umum.

Pasal 27
(1) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata harus digunakan untuk pelayanan
angkutan wisata.
(2) Penyelenggaraan

angkutan

orang

untuk

keperluan

pariwisata

harus

menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda
khusus.
(3) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan
Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek kecuali di daerah yang belum
tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.

14

Pasal 28
(1) Angkutan di kawasan tertentu harus dilaksanakan melalui pelayanaan
angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.
(2) Angkutan orang di kawasan tertentu harus menggunakan mobil penumpang
umum.

Paragraf III
Angkutan Massal

Pasal 29
(1) Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis Jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di
kawasan perkotaan.
(2) Angkutan massal harus didukung dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan
massal; dan
d. angkutan pengumpan.

Bagian III
Angkutan Barang

Pasal 30
Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan barang umum; dan
b. angkutan barang khusus.

Paragraf 1
Angkutan Barang Umum

Pasal 31
Pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. prasarana Jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;

15

b. tersedia pusat distribusi logistik dan/atau tempat untuk memuat dan


membongkar barang; dan
c. menggunakan mobil barang.

Paragraf II
Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat

Pasal 32
(1) Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus wajib:
a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan sifat dan bentuk
barang yang diangkut;
b. diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang diangkut;
c. memarkir Kendaraan di tempat yang ditetapkan;
d. membongkar dan memuat barang di tempat yang ditetapkan dan dengan
menggunakan alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut;
e. beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu Keamanan, Keselamatan,
Kelancaran, dan Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
f. mendapat rekomendasi dari instansi terkait.
(2) Kendaraan Bermotor Umum yang mengangkut alat berat dengan dimensi yang
melebihi dimensi yang ditetapkan harus mendapat pengawalan dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(3) Pengemudi dan pembantu Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum yang
mengangkut barang khusus wajib memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
sifat dan bentuk barang khusus yang diangkut.

Paragraf III
Pengawasan Muatan Barang

Pasal 33
(1) Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi Kendaraan,
dan kelas Jalan.
(2) Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan dilakukan pengawasan
muatan angkutan barang.

16

(3) Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat


penimbangan.
(4) Alat penimbangan terdiri atas:
a. alat penimbangan yang dipasang secara tetap; atau
b. alat penimbangan yang dapat dipindahkan.

Bab V
Program-program Implementasi

Pasal 34
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai dituangkan dalam Program-program
implementasi:
a. Program Pengembangan Jaringan
b. Program Implementasi Pengembangan Lalu-Lintas
c. Program Pengembangan Angkutan
d. Program Pengembangan Sdm Dan Kelembagaan
e. Program Pengembangan Lingkungan
(2) Program Program Pengembangan Jaringan, sebagaimana disebutkan ayat 1
huruf a, terdiri dari:
a. Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
b. Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi
c. Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda
(3) Program Pengembangan Lalu-Lintas, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf b,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Angkutan Pribadi
b. Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor
c. Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas
d. Program Pengadaan Perlengkapan Jalan
(4) Program Pengembangan Angkutan, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf c,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang
b. Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang
(5) Program Pengembangan SDM Dan Kelembagaan, sebagaimana disebutkan
ayat 1 huruf d, terdiri dari:

17

a. Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM Transportasi Perkotaan


b. Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi Grand Design
c. Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan
(6) Program Pengembangan Lingkungan, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf e,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan Berwawasan
(7) Rincian program-program implementasi sebagaimana disebutkan pada ayat 2,
ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6, disampaikan pada bagian Lampiran.

Bab VI
Ketentuan Penutup

Pasal 35
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Dumai
Pada tanggal

Walikota Dumai

ttd
()

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada :


1. Menteri Perhubungan;
2. Gubernur Provinsi Riau;
3. Kepala Bappeda Provinsi Riau
4. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau;
5. Kepala Bappeda Kota Dumai;
6. Kepala Dinas Perhubungan Kota Dumai.

18

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA


Nomor

Tanggal :

GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI

19

A.1

PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN

A.1.1 Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kegiatan
2011
Pembangunan Jalan Lingkar
- Pembangunan Jalan Lingkar Luar /By Pass
- Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai
Evaluasi Kinerja Jalan
Pelebaran Jalan pada Ruas jalan (V/C>0,85)
- Jalan Sultan Syarif Kasim
- Jalan Sultan hasanuddin
- Jalan Ratu Sima
- Jalan Jenderal Soedirman
Evaluasi Hierarki Jaringan Jalan
Pemenuhan spesifikasi jalan kota berdasarkan fungsi
Peningkatan struktur jalan pada jaringan lintas angkutan barang
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

Pelaksana

Kementerian PU
Dinas PU Prop
V

V
V

Jangka
Panjang
20212030

V
V
V
V
V

Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota

20

Dinas PU Kota

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi

A.1.2 Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi

Kegiatan
2011
Studi Kinerja Ruas Jalan dan persimpangan
Studi Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Perkotaan
Studi Penataan Jaringan Prasarana Transportasi
Penataan Fungsi, dan Hirarki Jalan, Terminal dan Dermaga
Penataan Jaringan / Rute Layanan Angkutan Umum
Studi / Survei Asal dan tujuan (OD) perjalanan setiap 5 tahun

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030
V

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota

V
V
V
V

Pelaksana

A.1.3 Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda

Kegiatan
2011

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Studi Sistem Pengembangan Pemadu Moda Transportasi Kota Dumai

Pelaksana

Kementerian Perhubungan

Optimalisasi Terminal Penumpang AKAP Kelakap Tujuh


Optimalisasi Terminal Barang Mayang Mengurai
Pengembangan pemadu moda (udara-darat) di Bandara Pinang
Kampai

V
V
V

Pengembangan pemadu moda (laut-darat) Di Pelabuhan Dumai

Pengembangan pemadu moda (penyeberangan-darat) Di Pelabuhan


RORO

Pengembangan pemadu moda (KA-darat)

21

Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan

A.2

PROGRAM PENGEMBANGAN LALU-LINTAS

A.2.1 Program Pengembangan Angkutan Pribadi

Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Pembangunan Jalur Khusus Angkutan Pribadi
Studi Penataan Sistem Perparkiran
Pembangunan jalur khusus sepeda motor
- Jalan Arteri Sekunder
- Jalan Kolektor Sekunder
Penataan on street parking
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

V
V
V
V

Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
Dinas PU Kota

V
V
V
V
V
V

22

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

A.2.2 Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor

Kegiatan
2011
Studi Penataan Lalu Lintas Kendaraan Tak Bermotor Kota Dumai
Penataan Lalu Lintas Lokal Kendaraan Tak Bermotor pada Jalan
Nasional dan Jalan Provinsi
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


V
V
V
V
V
Dinas Perhub. Kota
V
V
V
V
V
V

23

A.2.3 Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas

Kegiatan
2011

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Pembangunan trotoar pada kawasan-kawasan Perkantoran dan Jasa


Kawasan Perkantoran
Kawasan Jasa

V
V

V
V

Pembangunan Lajur Sepeda


Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
Pembangunan Tempat Penyeberangan Pejalan Kaki
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

Pembangunan Halte
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

Pembangunan Fasilitas Khusus Bagi Penyandang Cacat dan Manula


Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

V
V

V
V

24

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhubungan Kota


Dinas Perhubungan Kota

V
V

Kementerian PU
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Kota

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

V
V

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

A.2.4 Program Pengadaan Perlengkapan Jalan

Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Jalan dan Manajemen Lalu lintas
Studi Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Pengadaan Perlengkapan Jalan pada Jalan Nasional, Jalan Provinsi
dan Jalan Kota:
- Perlengkapan Rambu Lalu Lintas
- Perlengkapan Marka Jalan
- Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
- Perlengkapan Alat Pengendali Pengaman Pengguna Jalan

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

V
V
V
V

25

V
V
V
V

V
V
V
V

V
V
V
V

Kementerian
Perhubungan, Dinas
Perhub. Provinsi ,
Dinas Perhubungan
Kota

A.3

PROGRAM PENGEMBANGAN ANGKUTAN

A.3.1 Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang

Kegiatan
2011
Studi Sistem dan Pelayanan Angkutan Umum Kota Dumai
Penataan trayek angkutan umum (rerouting)
Koridor Utama (I dan II)
- Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
- Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
- Koridor Cabang (I dan II)
- Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
- Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung
Peningkatan kapasitas angkutan umum

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

- Pengoperasian Bus Kecil pada Trayek Ranting dan Cabang

Dinas Perhub. Kota/Mitra


Swasta

- Pengoperasian Bus Sedang pada trayek utama

Kementerian Perhubungan/
Mitra Swasta

- Pengoperasian Bus Besar pada Trayek Utama

- Peningkatan Kenyamanan Angkutan Umum pada Koridor Utama


dan Koridor Cabang (Non AC AC)

26

Dinas Perhub. Kota/


Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota/
Mitra Swasta

A.3.2 Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang

Kegiatan
2011
Studi Pengembangan Jaringan dan informasi Angkutan Barang
Studi Kelayakan Pengembangan Akses Angkutan Barang
Penataan Jaringan Lintas Angkutan Barang
Pembangunan Sub Terminal Angkutan Barang (berdasarkan FS
Angkutan Barang)
Pengembangan Sistem informasi angkutan barang

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V

V
V
V
V

27

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub.
Kota/Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota

A.4

PROGRAM PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN

A.4.1 Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM Transportasi Perkotaan

Kegiatan
2011

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Pendidikan Penyuluhan Mekanik & Pengemudi Angkutan Penumpang


dan Barang

Pelatihan Organisasi dan Manajemen Angkutan Umum

Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Instansi / Lembaga Pengelola


Transportasi Perkotaan

Penyelenggaraan Pendidikan SDM Pengelola/petugas Sektor


Perhubungan

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Pelatihan dan sertifikasi Pengelola parkir

Dinas Perhub. Kota,


Organda
Dinas Perhub. Kota,
Organda
Dinas Perhub. Kota,
Polri, Lembaga
Swasta
Dinas Perhub. Kota,
Polri, Lembaga
Swasta
Dinas Perhub. Kota

Pelatihan dan sertifikasi Juru parkir

Dinas Perhub. Kota

V
V

A.4.2 Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi Grand Design

Kegiatan
2011
Penyusunan dan Penerbitan Perwako Grand Design
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan dan Tata Cara
Operasional Angkutan Umum Penumpang dan Barang

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


V

28

Dinas Perhub. Kota

A.4.3 Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan

Kegiatan
2011
Penyusunan statistik perhubungan
Pemetaan jaringan transportasi dan fasilitas pendukung iya berbasis
GIS
Pengadaan Sistem Peralatan Database dan Informasi Dinas
Perhubungan
Pengadaan Sistem Informasi Transportasi Perkotaan
Studi dan perencanaan Sistim Informasi Fasilitas Lalu lintas dan
angkutan jalan berbasis GIS dan pembuatan rancangan Perda
Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pengadaan dan penerapan Sistim Informasi Fasilitas LLAJ berbasis
GIS
Sistim Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem Informasi Perizinan LLAJ
Pengelolaan Perparkiran dan Transit Angkutan Barang
Studi dan perencanaan Kartu Pintar Parkir (Smart Card Parking)
Pengadaan dan penerapan Kartu Pintar Parkir
Kajian Retribusi Angkutan Penumpang dan Barang
Studi Pengembangan Sistem Informasi Intermoda

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030
V
V

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V

V
V

V
V

29

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota

A.5

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

A.5.1 Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan Berwawasan Lingkungan

Kegiatan
2011
Membuat master plan pengembangan teknologi transportasi ramah
lingkungan.

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

Penyusunan aturan, standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur


di bidang penyelenggaraan transportasi perkotaan berwawasan
lingkungan

Pengembangan Penggunaan Energi BBG

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota,


Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perhub. Kota,
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perhub. Kota,
Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Perhub. Kota

Penerapan teknologi pemantau kualitas udara


Penerapan uji emisi dan kebisingan
Penerapan Budaya Efisiensi Energi (car free day, kendaraan tidak
bermotor, city walk)
Pengembangan Penggunaan Energi Bio Cell
Studi Transportasi Tata Guna Lahan (Bersifat tentatif tergantung
berubahan tata guna lahan)
Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan transportasi perkotaan
berwawasan lingkungan.

Jangka
Panjang
20212030

V
V

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

Walikota Dumai

ttd
()

30

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA

Prakiraan Perpindahan Orang Menurut Asal Tujuan Perjalanan (Orang/Hari)


Tahun
2010
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total

Tahun
2015
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

16.913

29

270

1.790

19.002

69

656

157

279

1.160

51

13

7.313

1.786

312

9.474

432

109

1.331

41.095

13.156

56.123

1.625

611

1.010

12.552

40.208

56.007

19.090

1.417

9.653

55.860

55.745

141.766

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

21.406

42

341

2.264

24.054

115

1.257

260

463

2.095

65

19

9.550

2.294

401

12.328

537

156

1.680

51.026

16.342

69.742

2.017

874

1.273

15.562

49.871

69.599

24.141

2.348

12.504

69.484

69.342

177.818

Tahun
2020
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total

Tahun
2030
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total

31

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

26.944

58

429

2.847

30.278

169

2.016

382

680

3.247

83

26

12.307

2.917

510

15.844

667

211

2.111

63.263

20.267

86.520

2.502

1.184

1.598

19.274

61.785

86.344

30.364

3.496

16.017

86.265

86.090

222.232

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

42.171

101

670

4.449

47.391

313

4.136

705

1.256

6.410

132

46

19.892

4.628

810

25.508

1.024

359

3.294

96.915

31.062

132.656

3.835

2.012

2.491

29.487

94.563

132.389

47.475

6.655

25.677

132.406

132.140

344.353

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA

Prakiraan Perpindahan Barang Menurut Asal Tujuan Perjalanan (Kendaraan/Hari)

Asal

Tahun 2010
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Asal

Tahun 2015
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Bukit
Kapur
157
134
55
35
485
329
55
55
1.304

Medang
Kampai
39
73
13
103
99
223
13
13
576

Sungai
Sembilan
27
0
0
135
137
227
0
66
593

Dumai
Barat
137
91
330
88
50
124
44
44
908

Tujuan
Dumai
Timur
446
263
0
151
153
717
22
132
1.884

Bukit
Kapur
232
198
81
51
715
485
81
81
1.922

Medang
Kampai
57
108
19
152
146
328
19
19
849

Sungai
Sembilan
40
0
0
199
202
335
0
97
874

Dumai
Barat
202
133
487
130
74
182
65
65
1.338

Tujuan
Dumai
Timur
657
388
0
222
226
1.057
32
195
2.778

32

Riau

Sumbar

Sumut

76
518
297
123
751
23
0
0
1.789

0
0
0
0
23
23
0
0
46

0
30
84
21
223
0
0
0
358

Riau

Sumbar

Sumut

113
764
438
182
1.107
34
0
0
2.637

0
0
0
0
34
34
0
0
67

0
44
123
31
329
0
0
0
528

Grand
Total
883
1.110
779
656
1.921
1.665
134
310
7.457

Grand
Total
1.301
1.636
1.148
967
2.832
2.455
197
457
10.992

Asal

Tahun 2020
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Asal

Tahun 2030
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Bukit
Kapur
342
291
120
75
1.053
715
119
119
2.834

Bukit
Kapur
742
633
260
163
2.289
1.553
259
259
6.158

Medang
Kampai
84
159
28
224
215
484
28
28
1.251

Medang
Kampai
183
346
61
488
468
1.051
61
61
2.719

Tujuan
Dumai
Timur
969
572
0
327
333
1.559
48
287
4.095

Sungai
Sembilan
60
0
0
293
297
494
0
143
1.288

Dumai
Barat
298
197
717
191
109
269
96
96
1.972

Sungai
Sembilan
129
0
0
637
646
1.073
0
312
2.798

Tujuan
Dumai Dumai
Barat
Timur
647 2.105
427 1.244
1.559
0
416
711
238
724
584 3.387
208
104
208
623
4.285 8.897

33

Riau

Sumbar

Sumut

166
1.126
646
268
1.631
50
0
0
3.887

0
0
0
0
50
50
0
0
99

0
66
182
45
485
0
0
0
778

Riau

Sumbar

Sumut

361
2.447
1.404
582
3.545
108
0
0
8.447

0
0
0
0
108
108
0
0
215

0
142
395
99
1.053
0
0
0
1.690

Grand
Total
1.918
2.411
1.693
1.425
4.174
3.619
291
673
16.203

Grand
Total
4.167
5.240
3.678
3.096
9.070
7.864
631
1.462
35.209

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

DRAFT
PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI
NOMOR : .
TENTANG
GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DUMAI,
Membaca:
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Menimbang :
a. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan tingkat pendapatan akan secara
dramatis mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan
perjalanan.
b. Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari
struktur perdesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan di masa
mendatang.
c. Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas
interaksi yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan
dalam mengantisipasi masalah yang timbul.
d. Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan di seluruh
kota Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
dan d, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Grand Design
Transportasi Kota Dumai
Mengingat:
1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.

2) Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Rencana

Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
6) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009.
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
SISTRANAS.
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI
dan
WALIKOTA KOTA DUMAI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG GRAND DESIGN TRANSPORTASI
KOTA DUMAI
Bab I
Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Grand Design Transportasi adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan, Prasarana Lalu Lintas
dan

Angkutan,

Kendaraan,

Pengemudi,

Pengguna

Jalan,

serta

pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas.

4. Jaringan Transportasi adalah serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan


yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan.
5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan
intermoda yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut,
pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal,
dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan
dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
tenaga manusia dan/atau hewan.
10. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk
angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
11. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung.
12. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
13. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
14. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
16. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
3

17. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
18. Alat

Pemberi

Isyarat

Lalu

Lintas

adalah

perangkat

elektronik

yang

menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
19. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Bab II
Jaringan Lalu Lintas dan angkutan Jalan
Bagian I
Rencana Induk Jaringan LLAJ
Pasal 2
(1) Untuk mewujudkan Transportasi yang terpadu dilakukan pengembangan
Jaringan Transportasi untuk menghubungkan semua wilayah di daratan.
(2) Pengembangan Jaringan Transportasi berpedoman pada Grand Design
Transportasi sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 3
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai disusun secara berkala dengan
mempertimbangkan kebutuhan transportasi serta ruang kegiatan berskala kota.
(2) Proses penyusunan dan penetapan Grand design Transportasi Kota Dumai
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Grand Design Transportasi Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Grand Design Transportasi Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
4

(3) Grand Design Tranportasi Kota Dumai memuat:


a. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan;
b. arah dan kebijakan peranan transportasi Kota Dumai dalam keseluruhan
moda transportasi;
c. rencana lokasi dan kebutuhan simpul Kota Dumai; dan
d. rencana kebutuhan ruang lalu lintas Kota Dumai.
Bagian II
Ruang Lalu Lintas
Paragraf I
Kelas Jalan
Pasal 4
(1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a. fungsi

dan

intensitas

Lalu

Lintas

guna

kepentingan

pengaturan

penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
Kendaraan Bermotor.
(2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton;
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton; dan

d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
(3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan
sumbu terberat kurang dari 8 ton.
Paragraf II
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan
Pasal 5
(1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan.
(3) Atas

pertimbangan

keselamatan

atau

pertimbangan

khusus

lainnya,

Pemerintah Daerah dapat menetapkan batas kecepatan paling tinggi setempat


yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.
(4) Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan dengan
batas absolut 60 kilometer per jam dalam kondisi arus bebas.
Pasal 6
(1) Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada
di Jalan dan di luar badan Jalan.

Bagian III
Terminal
Pasal 7
(1) Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan
diselenggarakan Terminal.
(2) Terminal berupa Terminal penumpang dan/atau Terminal barang.
Pasal 8
(1) Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe
B, dan tipe C.
(2) Setiap tipe dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas Kendaraan
yang dilayani.
Pasal 9
(1) Penentuan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan rencana
kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan
Jalan, jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i.

kelestarian lingkungan hidup.

Bagian IV
Fasilitas Parkir
Pasal 10
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dapat dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
Bagian V
Fasilitas Pendukung
Pasal 11
(1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.
Pasal 12
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.

(2) Penyediaan fasilitas pendukung diselenggarakan oleh:


a. Pemerintah untuk jalan nasional;
b. Pemerintah Provinsi untuk jalan provinsi;
c. Pemerintah Kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa;
d. Pemerintah Kota untuk jalan kota; dan
e. badan usaha jalan tol untuk jalan tol.
Pasal 13
(1) Pemerintah

dalam

melaksanakan

pembangunan,

pengelolaan,

dan

pemeliharaan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat


bekerja sama dengan pihak swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan,
serta spesifikasi teknis fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bab III
Lalu Lintas
Bagian I
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Pasal 14
(1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas dalam rangka menjamin
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur
atau jalan khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas berdasarkan
peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;
9

f. pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;


g. pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau
h. perlindungan terhadap lingkungan.
Bagian II
Analisis Dampak Lalu Lintas
Pasal 15
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak
Lalu Lintas.
(2) Analisis dampak Lalu Lintas sekurang-kurangnya memuat:
a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.
Bagian III
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
Pasal 16
(1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan Ruang Lalu Lintas
dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas, diselenggarakan manajemen
kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria:
a. perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor dengan kapasitas
Jalan;
b. ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan
c. kualitas lingkungan.
(2) Manajemen kebutuhan Lalu Lintas dilaksanakan dengan cara:
a. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
10

b. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada koridor atau kawasan


tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
c. pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor pada koridor atau kawasan tertentu
pada waktu dan jalan tertentu;
d. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan
klasifikasi fungsi jalan;
e. pembatasan ruang Parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang
Parkir maksimal; dan/atau
f. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor Umum pada koridor
atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu.
Bab IV
Angkutan
Bagian I
Umum
Pasal 17
(1) Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa Sepeda
Motor, Mobil penumpang, atau bus.
(3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil
barang.
(4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:
a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan
prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;
b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
11

Bagian II
Angkutan Orang
Pasal 18
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek; dan
b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek.
Paragraf I
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
Pasal 19
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d. angkutan perkotaan; atau
e. angkutan perdesaan.
Pasal 20
Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek harus:
a. memiliki rute tetap dan teratur;
b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan penumpang di
Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan
c. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk
angkutan perkotaan dan perdesaan.
Pasal 21
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;
12

d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;


e. kesesuaian dengan kelas jalan;
f. keterpaduan intramoda angkutan; dan
g. keterpaduan antarmoda angkutan.
Pasal 22
(1) Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun dalam
bentuk rencana umum jaringan trayek.
(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi
dengan instansi terkait.
(3) Rencana umum jaringan trayek terdiri atas:
a. jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek perdesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)
tahun.
Pasal 23
(1) Jaringan trayek perkotaan disusun berdasarkan kawasan perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan ditetapkan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas
wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi; atau
c. Bupati atau Walikota untuk kawasan perkotaan yang berada dalam wilayah
kabupaten/kota.
Paragraf II
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek

13

Pasal 24
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. angkutan orang dengan tujuan tertentu;
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.
Pasal 25
(1) Angkutan orang dengan menggunakan taksi harus digunakan untuk pelayanan
angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
(2) Wilayah operasi dalam kawasan perkotaan dapat:
a. berada dalam wilayah kota;
b. berada dalam wilayah kabupaten;
c. melampaui wilayah kota atau wilayah kabupaten dalam 1 (satu) daerah
provinsi; atau
d. melampaui wilayah provinsi.
Pasal 26
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu dilarang menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar
pelayanan angkutan orang dalam trayek.
(2) Angkutan

orang

dengan

tujuan

tertentu

diselenggarakan

dengan

menggunakan mobil penumpang umum atau mobil bus umum.


Pasal 27
(1) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata harus digunakan untuk pelayanan
angkutan wisata.
(2) Penyelenggaraan

angkutan

orang

untuk

keperluan

pariwisata

harus

menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda
khusus.
(3) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan
Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek kecuali di daerah yang belum
tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.
14

Pasal 28
(1) Angkutan di kawasan tertentu harus dilaksanakan melalui pelayanaan
angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.
(2) Angkutan orang di kawasan tertentu harus menggunakan mobil penumpang
umum.
Paragraf III
Angkutan Massal
Pasal 29
(1) Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis Jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di
kawasan perkotaan.
(2) Angkutan massal harus didukung dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan
massal; dan
d. angkutan pengumpan.
Bagian III
Angkutan Barang
Pasal 30
Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan barang umum; dan
b. angkutan barang khusus.
Paragraf 1
Angkutan Barang Umum
Pasal 31
Pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. prasarana Jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;
15

b. tersedia pusat distribusi logistik dan/atau tempat untuk memuat dan


membongkar barang; dan
c. menggunakan mobil barang.
Paragraf II
Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat
Pasal 32
(1) Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus wajib:
a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan sifat dan bentuk
barang yang diangkut;
b. diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang diangkut;
c. memarkir Kendaraan di tempat yang ditetapkan;
d. membongkar dan memuat barang di tempat yang ditetapkan dan dengan
menggunakan alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut;
e. beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu Keamanan, Keselamatan,
Kelancaran, dan Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
f. mendapat rekomendasi dari instansi terkait.
(2) Kendaraan Bermotor Umum yang mengangkut alat berat dengan dimensi yang
melebihi dimensi yang ditetapkan harus mendapat pengawalan dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(3) Pengemudi dan pembantu Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum yang
mengangkut barang khusus wajib memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
sifat dan bentuk barang khusus yang diangkut.
Paragraf III
Pengawasan Muatan Barang
Pasal 33
(1) Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi Kendaraan,
dan kelas Jalan.
(2) Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan dilakukan pengawasan
muatan angkutan barang.
16

(3) Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat


penimbangan.
(4) Alat penimbangan terdiri atas:
a. alat penimbangan yang dipasang secara tetap; atau
b. alat penimbangan yang dapat dipindahkan.
Bab V
Program-program Implementasi
Pasal 34
(1) Grand Design Transportasi Kota Dumai dituangkan dalam Program-program
implementasi:
a. Program Pengembangan Jaringan
b. Program Pengembangan Lalu-Lintas
c. Program Pengembangan Angkutan
d. Program Pengembangan SDM Dan Kelembagaan
e. Program Pengembangan Lingkungan
(2) Program Pengembangan Jaringan, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf a,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
b. Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi
c. Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda
(3) Program Pengembangan Lalu-Lintas, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf b,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Angkutan Pribadi
b. Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor
c. Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas
d. Program Pengadaan Perlengkapan Jalan
(4) Program Pengembangan Angkutan, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf c,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang
b. Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang

17

(5) Program Pengembangan SDM Dan Kelembagaan, sebagaimana disebutkan


ayat 1 huruf d, terdiri dari:
a. Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM Transportasi Perkotaan
b. Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi Grand Design
c. Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan
(6) Program Pengembangan Lingkungan, sebagaimana disebutkan ayat 1 huruf e,
terdiri dari:
a. Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan Berwawasan
(7) Rincian program-program implementasi sebagaimana disebutkan pada ayat 2,
ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6, disampaikan pada bagian Lampiran.
Bab VI
Ketentuan Penutup
Pasal 35
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Dumai
Pada tanggal
Walikota Dumai
ttd
()
Diundangkan di Dumai
Pada tanggal
Sekretaris Daerah Kota Dumai
ttd
()
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menteri Perhubungan;
Gubernur Provinsi Riau;
Kepala Bappeda Provinsi Riau
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau;
Kepala Bappeda Kota Dumai;
Kepala Dinas Perhubungan Kota Dumai.

18

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH


Nomor

Tanggal :
GRAND DESIGN TRANSPORTASI KOTA DUMAI

19

A.1

PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN

A.1.1 Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kegiatan
2011
Pembangunan Jalan Lingkar
- Pembangunan Jalan Lingkar Luar /By Pass
- Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai
Evaluasi Kinerja Jalan
Pelebaran Jalan pada Ruas jalan (V/C>0,85)
- Jalan Sultan Syarif Kasim
- Jalan Sultan hasanuddin
- Jalan Ratu Sima
- Jalan Jenderal Soedirman
Evaluasi Hierarki Jaringan Jalan
Pemenuhan spesifikasi jalan kota berdasarkan fungsi
Peningkatan struktur jalan pada jaringan lintas angkutan barang
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

20

Jangka
Panjang
20212030

V
V
V
V
V

Pelaksana

Kementerian PU
Dinas PU Prop

Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota

Dinas PU Kota

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi

A.1.2 Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi

Kegiatan
2011
Studi Kinerja Ruas Jalan dan persimpangan
Studi Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Perkotaan
Studi Penataan Jaringan Prasarana Transportasi
Penataan Fungsi, dan Hirarki Jalan, Terminal dan Dermaga
Penataan Jaringan / Rute Layanan Angkutan Umum
Studi / Survei Asal dan tujuan (OD) perjalanan setiap 5 tahun

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030
V

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota

V
V
V

Pelaksana

A.1.3 Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda

Kegiatan
2011
Studi Sistem Pengembangan Pemadu Moda Transportasi Kota
Dumai
Optimalisasi Terminal Penumpang AKAP Kelakap Tujuh
Optimalisasi Terminal Barang Mayang Mengurai
Pengembangan pemadu moda (udara-darat) di Bandara Pinang
Kampai

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Kementerian Perhubungan
V
V
V

Pengembangan pemadu moda (laut-darat) Di Pelabuhan Dumai

Pengembangan pemadu moda (penyeberangan-darat) Di Pelabuhan


RORO

Pengembangan pemadu moda (KA-darat)

21

Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
V

Dinas Perhub. Kota,


Kementerian Perhubungan

A.2

PROGRAM PENGEMBANGAN LALU-LINTAS

A.2.1 Program Pengembangan Angkutan Pribadi

Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Pembangunan Jalur Khusus Angkutan Pribadi
Studi Penataan Sistem Perparkiran
Pembangunan jalur khusus sepeda motor
- Jalan Arteri Sekunder
- Jalan Kolektor Sekunder
Penataan on street parking
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota

22

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

Dinas PU Kota

A.2.2 Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor

Kegiatan
2011
Studi Penataan Lalu Lintas Kendaraan Tak Bermotor Kota Dumai
Penataan Lalu Lintas Lokal Kendaraan Tak Bermotor pada Jalan
Nasional dan Jalan Provinsi
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V

V
V

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

V
V

V
V
V
V

23

Jangka
Panjang
20212030

V
V

Dinas Perhub. Kota

A.2.3 Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas

Kegiatan
2011
Pembangunan trotoar pada kawasan-kawasan Perkantoran dan Jasa
Kawasan Perkantoran
Kawasan Jasa

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V

V
V

Pembangunan Lajur Sepeda


Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
Pembangunan Tempat Penyeberangan Pejalan Kaki
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

Pembangunan Halte
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

Pembangunan Fasilitas Khusus Bagi Penyandang Cacat dan Manula


Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

V
V

V
V

24

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhubungan Kota


Dinas Perhubungan Kota

V
V

Kementerian PU
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Kota

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

V
V

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

A.2.4 Program Pengadaan Perlengkapan Jalan

Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Jalan dan Manajemen Lalu lintas
Studi Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Pengadaan Perlengkapan Jalan pada Jalan Nasional, Jalan Provinsi
dan Jalan Kota:
- Perlengkapan Rambu Lalu Lintas
- Perlengkapan Marka Jalan
- Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
- Perlengkapan Alat Pengendali Pengaman Pengguna Jalan

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

V
V
V
V

25

V
V
V
V

V
V
V
V

V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


Kementerian
Perhubungan Dinas
Perhub. Provinsi
Dinas Perhubungan
Kota

A.3

PROGRAM PENGEMBANGAN ANGKUTAN

A.3.1 Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang

Kegiatan
2011
Studi Sistem dan Pelayanan Angkutan Umum Kota Dumai
Penataan trayek angkutan umum (rerouting)
Koridor Utama (I dan II)
- Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
- Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
- Koridor Cabang (I dan II)
- Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
- Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung
Peningkatan kapasitas angkutan umum

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

- Pengoperasian Bus Kecil pada Trayek Ranting dan Cabang

Dinas Perhub. Kota/Mitra


Swasta

- Pengoperasian Bus Sedang pada trayek utama

Kementerian Perhubungan/
Mitra Swasta

- Pengoperasian Bus Besar pada Trayek Utama

- Peningkatan Kenyamanan Angkutan Umum pada Koridor Utama


dan Koridor Cabang (Non AC AC)

26

Dinas Perhub. Kota/


Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota/
Mitra Swasta

A.3.2 Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang

Kegiatan
2011
Studi Pengembangan Jaringan dan informasi Angkutan Barang
Studi Kelayakan Pengembangan Akses Angkutan Barang
Penataan Jaringan Lintas Angkutan Barang
Pembangunan Sub Terminal Angkutan Barang (berdasarkan FS
Angkutan Barang)
Pengembangan Sistem informasi angkutan barang

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V

27

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub.
Kota/Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota

A.4

PROGRAM PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN

A.4.1 Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM Transportasi Perkotaan

Kegiatan
2011
Pendidikan Penyuluhan Mekanik & Pengemudi Angkutan Penumpang
dan Barang

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Pelatihan dan sertifikasi Pengelola parkir

Dinas Perhub. Kota,


Organda
Dinas Perhub. Kota,
Organda
Dinas Perhub. Kota,
Polri, Lembaga
Swasta
Dinas Perhub. Kota,
Polri, Lembaga
Swasta
Dinas Perhub. Kota

Pelatihan dan sertifikasi Juru parkir

Dinas Perhub. Kota

Pelatihan Organisasi dan Manajemen Angkutan Umum

Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Instansi / Lembaga Pengelola


Transportasi Perkotaan

Penyelenggaraan Pendidikan SDM Pengelola/petugas Sektor


Perhubungan

V
V

A.4.2 Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi Grand Design

Kegiatan
2011
Penyusunan dan Penerbitan Perda Grand Design
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan dan Tata Cara
Operasional Angkutan Umum Penumpang dan Barang

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V

28

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

A.4.3 Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan

Kegiatan
2011
Penyusunan statistik perhubungan
Pemetaan jaringan transportasi dan fasilitas pendukung iya berbasis
GIS
Pengadaan Sistem Peralatan Database dan Informasi Dinas
Perhubungan
Pengadaan Sistem Informasi Transportasi Perkotaan
Studi dan perencanaan Sistim Informasi Fasilitas Lalu lintas dan
angkutan jalan berbasis GIS dan pembuatan rancangan Perda
Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pengadaan dan penerapan Sistim Informasi Fasilitas LLAJ berbasis
GIS
Sistim Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem Informasi Perizinan LLAJ
Pengelolaan Perparkiran dan Transit Angkutan Barang
Studi dan perencanaan Kartu Pintar Parkir (Smart Card Parking)
Pengadaan dan penerapan Kartu Pintar Parkir
Kajian Retribusi Angkutan Penumpang dan Barang
Studi Pengembangan Sistem Informasi Intermoda

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030
V
V

29

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

V
V

Pelaksana

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota

A.5

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

A.5.1 Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan Berwawasan Lingkungan

Kegiatan
2011
Membuat master plan pengembangan teknologi transportasi ramah
lingkungan.

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

Penyusunan aturan, standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur


di bidang penyelenggaraan transportasi perkotaan berwawasan
lingkungan

Pengembangan Penggunaan Energi BBG

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota,


Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perhub. Kota,
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perhub. Kota,
Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Perhub. Kota

Penerapan teknologi pemantau kualitas udara


Penerapan uji emisi dan kebisingan
Penerapan Budaya Efisiensi Energi (car free day, kendaraan tidak
bermotor, city walk)
Pengembangan Penggunaan Energi Bio Cell
Studi Transportasi Tata Guna Lahan (Bersifat tentatif tergantung
berubahan tata guna lahan)
Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan transportasi perkotaan
berwawasan lingkungan.

Jangka
Panjang
20212030

V
V
V

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

Walikota Dumai
ttd
()

30

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA

Prakiraan Perpindahan Orang Menurut Asal Tujuan Perjalanan (Orang/Hari)


Tahun
2010
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Tahun
2015
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

16.913

29

270

1.790

19.002

69

656

157

279

1.160

51

13

7.313

1.786

312

9.474

432

109

1.331

41.095

13.156

56.123

1.625

611

1.010

12.552

40.208

56.007

19.090

1.417

9.653

55.860

55.745

141.766

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

21.406

42

341

2.264

24.054

115

1.257

260

463

2.095

65

19

9.550

2.294

401

12.328

537

156

1.680

51.026

16.342

69.742

2.017

874

1.273

15.562

49.871

69.599

24.141

2.348

12.504

69.484

69.342

177.818

Tahun
2020
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total
Tahun
2030
Bukit
Kapur
Medang
Kampai
Sungai
Sembilan
Dumai
Barat
Dumai
Timur
Total

31

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

26.944

58

429

2.847

30.278

169

2.016

382

680

3.247

83

26

12.307

2.917

510

15.844

667

211

2.111

63.263

20.267

86.520

2.502

1.184

1.598

19.274

61.785

86.344

30.364

3.496

16.017

86.265

86.090

222.232

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Total

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

42.171

101

670

4.449

47.391

313

4.136

705

1.256

6.410

132

46

19.892

4.628

810

25.508

1.024

359

3.294

96.915

31.062

132.656

3.835

2.012

2.491

29.487

94.563

132.389

47.475

6.655

25.677

132.406

132.140

344.353

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA

Prakiraan Perpindahan Barang Menurut Asal Tujuan Perjalanan (Kendaraan/Hari)

Asal

Tahun 2010
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Asal

Tahun 2015
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Bukit
Kapur
157
134
55
35
485
329
55
55
1.304

Medang
Kampai
39
73
13
103
99
223
13
13
576

Sungai
Sembilan
27
0
0
135
137
227
0
66
593

Dumai
Barat
137
91
330
88
50
124
44
44
908

Tujuan
Dumai
Timur
446
263
0
151
153
717
22
132
1.884

Bukit
Kapur
232
198
81
51
715
485
81
81
1.922

Medang
Kampai
57
108
19
152
146
328
19
19
849

Sungai
Sembilan
40
0
0
199
202
335
0
97
874

Dumai
Barat
202
133
487
130
74
182
65
65
1.338

Tujuan
Dumai
Timur
657
388
0
222
226
1.057
32
195
2.778

32

Riau

Sumbar

Sumut

76
518
297
123
751
23
0
0
1.789

0
0
0
0
23
23
0
0
46

0
30
84
21
223
0
0
0
358

Riau

Sumbar

Sumut

113
764
438
182
1.107
34
0
0
2.637

0
0
0
0
34
34
0
0
67

0
44
123
31
329
0
0
0
528

Grand
Total
883
1.110
779
656
1.921
1.665
134
310
7.457

Grand
Total
1.301
1.636
1.148
967
2.832
2.455
197
457
10.992

Asal

Tahun 2020
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Asal

Tahun 2030
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Bukit
Kapur
342
291
120
75
1.053
715
119
119
2.834

Bukit
Kapur
742
633
260
163
2.289
1.553
259
259
6.158

Medang
Kampai
84
159
28
224
215
484
28
28
1.251

Medang
Kampai
183
346
61
488
468
1.051
61
61
2.719

Tujuan
Dumai
Timur
969
572
0
327
333
1.559
48
287
4.095

Sungai
Sembilan
60
0
0
293
297
494
0
143
1.288

Dumai
Barat
298
197
717
191
109
269
96
96
1.972

Sungai
Sembilan
129
0
0
637
646
1.073
0
312
2.798

Tujuan
Dumai Dumai
Barat
Timur
647 2.105
427 1.244
1.559
0
416
711
238
724
584 3.387
208
104
208
623
4.285 8.897

33

Riau

Sumbar

Sumut

166
1.126
646
268
1.631
50
0
0
3.887

0
0
0
0
50
50
0
0
99

0
66
182
45
485
0
0
0
778

Riau

Sumbar

Sumut

361
2.447
1.404
582
3.545
108
0
0
8.447

0
0
0
0
108
108
0
0
215

0
142
395
99
1.053
0
0
0
1.690

Grand
Total
1.918
2.411
1.693
1.425
4.174
3.619
291
673
16.203

Grand
Total
4.167
5.240
3.678
3.096
9.070
7.864
631
1.462
35.209

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Laporan Akhir

Lampiran - 15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

1. PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

1.1.1 Dasar Hukum


1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
2) Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Rencana

Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
6) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN Tahun 2004-2009.
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang
SISTRANAS.
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
9) Surat Walikota Dumai Nomor 050/DISHUB/852 Tanggal 13 Agustus 2008
perihal Permohonan Bantuan Studi Grand Design Transportasi kota Dumai.
1.1.2 Gambaran Umum
Kota merupakan suatu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
jasa, produksi, distribusi barang, serta menjadi pintu masuk atau simpul
transportasi bagi wilayah sekitarnya (hinterland). Fungsi utama suatu kota sangat
tergantung pada potensi wilayah hinterland dan karakteristik masyarakatnya.
Untuk menjalankan peran sebagai pusat kegiatan (baik pusat kegiatan nasional,
wilayah, maupun lokal), kota membutuhkan suatu sistem transportasi perkotaan
yang khusus yang berbeda dengan sistem transportasi antar kota.

Laporan Akhir

1-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Sistem transportasi perkotaan yang dibutuhkan adalah sistem transportasi yang


mampu memperlancar pergerakan orang dan atau barang untuk keluar/masuk
kawasan perkotaan maupun yang melayani aktifitas masyarakat di dalam
kawasan perkotaan sendiri.
Dengan semakin berkembangnya suatu kota, dimana harga lahan di pusat kota
cenderung semakin mahal, maka mulai bermunculan pusat-pusat permukiman
dan pusat kegiatan di pinggiran kota (sub urban). Tingginya ketergantungan
masyarakat yang tinggal di sub urban dengan aktivitas di pusat kota yang jaraknya
relatif jauh berdampak pada perubahan pola perjalanan masyarakat harian. Jarak
perjalanan yang jauh, waktu tempuh yang semakin panjang, pelayanan angkutan
umum yang terbatas, dan kemacetan pada jam puncak menjadi hal yang selalu
dihadapi masyarakat kota sehari-hari.
Di sisi lain, perkembangan kota yang cenderung tidak terencana (urban sprawl)
dan ketidakkonsistenan dalam melaksanakan rencana induk pembangunan kota
(RTRW) serta perubahan pola pemanfaatan lahan yang begitu cepat belum
mampu diantisipasi dengan penataan sistem jaringan transportasi. Kondisi ini
berdampak pada ketidakseimbangan antara kesediaan (prasarana) dengan
permintaan perjalanan akibat pengembangan kawasan yang begitu cepat.
Di sisi lain pemberlakuan otonomi daerah sejak Tahun 1999 mempunyai dampak
terhadap pengelolaan sektor transportasi di daerah. Dengan persepsi dan
pemahaman yang berbeda-beda tentang transportasi perkotaan, banyak daerah
yang memandang transportasi perkotaan sebagai sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) bukan sebagai tugas untuk melayani masyarakat. Hal yang sama
juga terjadi pada operator dan masyarakat umum yang melihat transportasi
perkotaan sebagai sumber kehidupan.
Setiap kota, sesuai dengan skala wilayah dan penduduknya, setting tata ruangnya
dan karakter fisik, sosial, dan ekonominya, akan memiliki jenis dan skala
permasalahan transportasi yang berbeda-beda.

Laporan Akhir

1-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Oleh karena itu dalam menyusun rencana pengembangan transportasi perkotaan


untuk suatu wilayah perkotaan diperlukan pemahaman yang baik mengenai
karakteristik wilayah perkotaan yang bersangkutan. Dengan pemahaman tersebut,
diharapkan bahwa rencana penyediaan jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan dapat dilakukan secara efisien (dari sisi biaya/investasi) dan efektif
(dari sisi kinerja) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Beberapa kondisi yang menuntut perlunya suatu penyusunan Grand Design
Transportasi Kota Dumai yang terpadu. Kondisi dimaksud meliputi:
1. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan tingkat pendapatan akan secara
dramatis mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan
perjalanan.
2. Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari
struktur perdesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan di masa
mendatang.
3. Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas
interaksi yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan
dalam mengantisipasi masalah yang timbul.
4. Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan di seluruh
kota Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan.

1.2

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

a. Melakukan inventarisasi dan kajian terhadap dokumen-dokumen, referensi,


maupun studi-studi terdahulu yang berkaitan dengan studi ini.
b. Melakukan studi pustaka berkaitan dengan bidang pengembangan jaringan
transportasi, kajian dan analisis terhadap studi-studi yang berhubungan
dengan tata cara pengembangan transportasi perkotaan, peraturan-peraturan,
maupun

pedoman-pedoman

yang

berkaitan

dengan

pengembangan

transportasi di Kota Dumai secara terpadu.


c. Identifikasi umum berkaitan dengan kondisi eksisting dan permasalahan yang
ada. Identifikasi umum di bidang transportasi di Kota Dumai dilakukan untuk
mengamati semua komponen yang membentuk sistem transportasi perkotaan.

Laporan Akhir

1-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Identifikasi dilakukan tidak hanya potensinya saja tetapi termasuk pula


keterbatasan dan kendala yang timbul (identifikasi problem dan aset).
Identifikasi umum dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan instansiinstansi terkait dan para stakeholder, dan dari referensi ilmiah, serta opini
akademis yang ada. Sehingga dapat diinventarisasi variabel, parameter teknis,
ekonomi, dan sosial budaya yang selalu bergerak dinamik mencari
keseimbangan baru.
d. Perumusan Kerangka Dasar Kebijakan Transportasi di Kota Dumai dengan
arah kebijakan meliputi:
1) Pembangunan transportasi di Kota Dumai yang berkelanjutan yang meliputi
pengembangan transportasi perkotaan berwawasan lingkungan dan
berbasis wilayah dan penerapan teknologi angkutan jalan yang ramah
lingkungan;
2) Pembangunan transportasi umum di Kota Dumai yang terpadu dan
terjangkau berbasis masyarakat dan wilayah;
3) Peningkatan pelayanan dan kelancaran angkutan jalan khususnya
angkutan umum dan barang di Kota Dumai;
4) Pembinaan peran pemerintah daerah, BUMD/BUMN, dan partisipasi
swasta dalam pengembangan transportasi di Kota Dumai;
5) Pembangunan angkutan umum di Kota Dumai yang diarahkan pada
pemulihan kondisi pelayanan armada dengan kapasitas besar, sesuai
dengan standar pelayanan minimal;
6) Pengembangan angkutan umum di Kota Dumai yang diarahkan melalui
pemaduan pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota
dengan memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat;
7) Arah transportasi di Kota Dumai di wilayah aglomerasi;
8) Sebagai landasan pengembangan transportasi antar moda di Kota Dumai;
9) Mendukung pengembangan transportasi di Kota Dumai yang berkelanjutan
terutama penggunaan transportasi umum massal di perkotaan yang padat,
terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat, dan terpadu dengan
pengembangan wilayah;

Laporan Akhir

1-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

e. Melakukan

tahapan

sinkronisasi

dengan

mengadakan

Workshop/

Lokakarya/Focus Group Discussion (FGD) lintas instansi dan lintas sektor, baik
di pusat maupun di daerah. Dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan
kebutuhan dan biaya yang tersedia.

1.3

TAHAPAN KEGIATAN

Tahapan Kegiatan Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai meliputi:


1) Pengumpulan data sekunder
2) Kajian dan studi literatur
3) Pengumpulan data primer (Survai lapangan)
4) Pengolahan data dan analisa
5) Penyusunan Grand Design

1.4

MAKSUD DAN TUJUAN

1.4.1 Maksud Kegiatan


Maksud Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai adalah sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor keterbatasan dan kendala yang menyebabkan
tidak efektif dan efisien pelaksanaan pengembangan transportasi di Kota
Dumai.
2) Membantu Pemerintah Kota Dumai untuk mengembangkan kerangka dasar
kebijakan transportasi perkotaan yang dapat menjawab keterbatasan dan
kendala tersebut, mudah diimplementasikan dan berfungsi pada setiap strata
pemerintah.
1.4.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan yang hendak dicapai adalah Menyusun Dokumen Naskah Akademis
Grand Design Transportasi Kota Dumai yang berisi tentang Permasalahan,
Kebijakan dan Penetapan Strategi serta Program Aksi/Implementasi yang
berkaitan dengan Transportasi Perkotaan di Kota Dumai.

Laporan Akhir

1-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

1.5

INDIKATOR KELUARAN (KUALITATIF DAN KUANTITATIF)

1.5.1 Indikator Keluaran (Kualitatif)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Grand Design Transportasi
Kota Dumai adalah sebagai berikut:
1) Data-data tentang jaringan transportasi, jaringan pelayanan angkutan umum,
kinerja jaringan transportasi, dan tata guna lahan di Kota Dumai;
2) Hasil pemodelan di Kota Dumai;
3) Tahapan pengembangan jaringan transportasi di Kota Dumai;
4) Perkiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan
di Kota Dumai;
5) Arah dan kebijakan perananan transportasi dalam keseluruhan moda
transportasi di Kota Dumai;
6) Rencana lokasi dan kebutuhan simpul di Kota Dumai;
7) Rencana kebutuhan ruang lalu lintas di Kota Dumai;
8) Penyusunan jaringan lintas angkutan barang di Kota Dumai;
9) Arah kebijakan dan langkah-langkah kebijakan pengembangan transportasi di
Kota Dumai;
10) Optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada terhadap kondisi
transportasi yang ada dan alternatif yang akan dikembangkan;
11) Permasalahan yang berkaitan dengan transportasi di Kota Dumai;
12) Pola transportasi di Kota Dumai berdasarkan:
-

Skenario modal share;

Jaringan transportasi (fisik/prasarana dan pola pelayanan);

Jenis moda yang melayani.

13) Rumusan Grand Design Transportasi di Kota Dumai:


-

Penentuan area kebijakan pengembangan transportasi di Kota Dumai;

Penentuan kebijakan transportasi di Kota Dumai menurut kebutuhan.

14) Kebijakan transportasi di Kota Dumai dengan arah kebijakan meliputi:


-

Pembangunan transportasi di Kota Dumai yang berkelanjutan yang meliputi


pengembangan transportasi perkotaan berwawasan lingkungan dan
berbasis wilayah dan penerapan teknologi angkutan jalan yang ramah
lingkungan;

Laporan Akhir

1-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pembangunan transportasi umum di Kota Dumai yang terpadu dan


terjangkau berbasis masyarakat dan wilayah;

Peningkatan pelayanan dan kelancaran angkutan jalan khususnya


angkutan umum dan barang di Kota Dumai;

Pembinaan peran pemerintah daerah, BUMD/BUMN dan partisipasi swasta


dalam pengembangan transportasi di Kota Dumai;

Pembangunan angkutan umum di Kota Dumai diarahkan pada pemulihan


kondisi pelayanan armada dengan kapasitas besar, sesuai dengan standar
pelayanan minimal;

Pengembangan angkutan umum di Kota Dumai diarahkan melalui


pemaduan pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota
dengan memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat;

Arah transportasi di Kota Dumai;

Sebagai landasan pengembangan transportasi antar moda pada kawasan


tertentu diarahkan untuk menjalin keterhubungan pusat kota dengan outlet
seperti bandar udara dan pelabuhan laut di Kota Dumai;

Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan terutama


penggunaan transportasi umum massal di perkotaan yang padat,
terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat dan terpadu dengan
pengembangan wilayah.

15) Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada pemulihan kondisi


pelayanan armada bus kota, sesuai dengan standar pelayanan minimal;
16) Pola pengembangan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;
17) Arah pengembangan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;
18) Struktur dan elemen pengembangan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;
19) Pokok-pokok

kebijakan

pengembangan

jaringan

pelayanan

diarahkan

melalui

angkutan

perkotaan;
20) Pengembangan

angkutan

perkotaan

pemaduan

pengembangan kawasan dgn sistem transportasi kota. Pengembangan


transportasi perkotaan juga memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat.
21) Pola dan kebijakan pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas
untuk kota raya dan besar;
22) Pola dan kebijakan untuk mendorong pengembangan pembangunan angkutan
tidak bermotor, pejalan kaki, dan sepeda;
Laporan Akhir

1-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

23) Kebijakan pengembangan transportasi perkotaan di Kota Dumai;


24) Strategi pengembangan transportasi perkotaan di Kota Dumai;
25) Program implemetasi pengembangan transportasi perkotaan (kegiatan, waktu
pelaksanaan dan perkiraan pembiayaan) di Kota Dumai;
26) Tahapan implementasi pengembangan transportasi perkotaan di Kota Dumai;
27) Naskah Akademis tentang Grand Design Pengembangan Transportasi
Perkotaan;
28) Draft Peraturan Walikota Dumai tentang Grand Design Transportasi Kota
Dumai.
Rumusan yang mencakup substansi transportasi perkotaan (namun tidak dibatasi),
antara lain:
1) Kebijakan pokok, memuat hal-hal umum yang berkaitan dengan semua
elemen sistem transportasi perkotaan, ditambah dengan bidang Kelembagaan,
Peran Serta Masyarakat, dan Investasi.
2) Kebijakan teknis memuat: Perencanaan Transportasi Perkotaan, Angkutan
Umum, Manajemen Lalu Lintas dengan memperhatikan kriteria seperti
Lingkungan, Keselamatan, dan sebagainya yang dipandang perlu.
1.5.2 Indikator Keluaran (Kuantitatif)
1) Naskah Akademis tentang Grand Design Transportasi Kota Dumai;
2) Draft Peraturan Walikota Dumai tentang Grand Design Transportasi Kota
Dumai.

1.6

TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai dilaksanakan


dengan lokasi di Kota Dumai.

Laporan Akhir

1-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2. REVIEW PERATURAN PERUNDANGAN


2.1

UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN

2.1.1 Ketentuan Umum


Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna
Jalan, serta pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
4. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/atau
ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan
intermoda yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut,
pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.
6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal,
dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan
dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.

Laporan Akhir

2-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh


tenaga manusia dan/atau hewan.
10. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk
angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
11. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung.
12. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
13. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
14. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
16. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak
ditinggalkan pengemudinya.
17. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
18. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
19. Alat

Pemberi

Isyarat

Lalu

Lintas

adalah

perangkat

elektronik

yang

menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada
ruas Jalan.
20. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
Laporan Akhir

2-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

21. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain
yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
22. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka

mewujudkan,

mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan


kelancaran Lalu Lintas.
23. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terbebasnya
setiap orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan
hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas.
24. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan
terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang
disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.
25. Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas
yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap
Pengguna Jalan.
26. Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan berlalu
lintas dan penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di
Jalan.
2.1.2 Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
2.1.2.1 Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 14
(1) Untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu dilakukan
pengembangan

Jaringan

Lalu

Lintas

dan

Angkutan

Jalan

untuk

menghubungkan semua wilayah di daratan.


(2) Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berpedoman pada
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan
kebutuhan.
(3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdiri atas:
a. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional;
b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan
c. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota.
Laporan Akhir

2-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pasal 17
(1) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
disusun secara berkala dengan mempertimbangkan kebutuhan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan serta ruang kegiatan berskala kabupaten/kota.
(2) Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten/Kota dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
(3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
memuat:
a. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan lingkup kabupaten/kota;
b. arah

dan

kebijakan

peranan

Lalu

Lintas

dan

Angkutan

Jalan

kabupaten/kota dalam keseluruhan moda transportasi;


c. rencana lokasi dan kebutuhan Simpul kabupaten/kota; dan
d. rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas kabupaten/kota.
2.1.2.2 Ruang Lalu Lintas
Kelas Jalan
Pasal 19
(1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a. fungsi

dan

intensitas

Lalu

Lintas

guna

kepentingan

pengaturan

penggunaan Jalan dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi
Kendaraan Bermotor.
(2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan terdiri atas:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton;

Laporan Akhir

2-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton; dan
d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
(3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan
sumbu terberat kurang dari 8 ton.
Penggunaan dan Perlengkapan Jalan
Pasal 21
(1) Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi ditentukan berdasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas hambatan.
(3) Atas

pertimbangan

keselamatan

atau

pertimbangan

khusus

lainnya,

Pemerintah Daerah dapat menetapkan batas kecepatan paling tinggi setempat


yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.
(4) Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan dengan
batas absolut 60 kilometer per jam dalam kondisi arus bebas.
Pasal 25
(1) Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
Laporan Akhir

2-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;


f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada
di Jalan dan di luar badan Jalan.
2.1.2.3 Terminal
Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe Terminal
Pasal 33
(1) Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan
diselenggarakan Terminal.
(2) Terminal berupa Terminal penumpang dan/atau Terminal barang.
Pasal 34
(1) Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe
B, dan tipe C.
(2) Setiap tipe dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas Kendaraan
yang dilayani.
Penetapan Lokasi Terminal
Pasal 37
(1) Penentuan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan rencana
kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Penetapan lokasi Terminal dilakukan dengan memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan
Jalan, jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
Laporan Akhir

2-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

f. permintaan angkutan;
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i.

kelestarian lingkungan hidup.

Fasilitas Terminal
Pasal 38
(1) Setiap penyelenggara Terminal wajib menyediakan fasilitas Terminal yang
memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan.
(2) Fasilitas Terminal meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang.
(3) Untuk menjaga kondisi fasilitas Terminal, penyelenggara Terminal wajib
melakukan pemeliharaan.
Lingkungan Kerja Terminal
Pasal 39
(1) Lingkungan kerja Terminal merupakan daerah yang diperuntukkan bagi
fasilitas Terminal.
(2) Lingkungan kerja Terminal dikelola oleh penyelenggara Terminal dan
digunakan

untuk

pelaksanaan

pembangunan,

pengembangan,

dan

pengoperasian fasilitas Terminal.


Pembangunan dan Pengoperasian Terminal
Pasal 40
(1) Pembangunan Terminal harus dilengkapi dengan:
a. rancang bangun;
b. buku kerja rancang bangun;
c. rencana induk Terminal;
d. analisis dampak Lalu Lintas; dan
e. analisis mengenai dampak lingkungan.
(2) Pengoperasian Terminal meliputi kegiatan:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan; dan
c. pengawasan operasional Terminal.

Laporan Akhir

2-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pasal 41
(1) Setiap penyelenggara Terminal wajib memberikan pelayanan jasa Terminal
sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
(2) Pelayanan jasa Terminal dikenakan retribusi yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.2.4 Fasilitas Parkir
Pasal 43
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dapat dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.
Pasal 44
(1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.
2.1.2.5 Fasilitas Pendukung
Pasal 45
(1) Fasilitas pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi:
a. trotoar;
b. lajur sepeda;
c. tempat penyeberangan Pejalan Kaki;
d. Halte; dan/atau
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Laporan Akhir

2-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

(2) Penyediaan fasilitas pendukung diselenggarakan oleh:


a. Pemerintah untuk jalan nasional;
b. Pemerintah Provinsi untuk jalan provinsi;
c. Pemerintah Kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa;
d. Pemerintah Kota untuk jalan kota; dan
e. badan usaha jalan tol untuk jalan tol.
Pasal 46
(1) Pemerintah

dalam

melaksanakan

pembangunan,

pengelolaan,

dan

pemeliharaan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat


bekerja sama dengan pihak swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan,
serta spesifikasi teknis fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.1.3 Lalu Lintas
2.1.3.1 Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Pasal 93
(1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas dalam rangka menjamin
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur
atau jalan khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas berdasarkan
peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;
f. pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
g. pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau
h. perlindungan terhadap lingkungan.

Laporan Akhir

2-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

(3) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas meliputi kegiatan:


a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. perekayasaan;
d. pemberdayaan; dan
e. pengawasan.
Pasal 94
(1) Kegiatan perencanaan meliputi:
a. identifikasi masalah Lalu Lintas;
b. inventarisasi dan analisis situasi arus Lalu Lintas;
c. inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang dan barang;
d. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung jalan;
e. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung Kendaraan;
f. inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan Kecelakaan Lalu Lintas;
g. inventarisasi dan analisis dampak Lalu Lintas;
h. penetapan tingkat pelayanan; dan
i.

penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan Jalan dan


gerakan Lalu Lintas.

(2) Kegiatan pengaturan meliputi:


a. penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas
pada jaringan Jalan tertentu; dan
b. pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan
yang telah ditetapkan.
(3) Kegiatan perekayasaan meliputi:
a. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan serta perlengkapan
Jalan yang tidak berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan;
b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan
Jalan yang berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan; dan
c. optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas dalam rangka meningkatkan
ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
(4) Kegiatan pemberdayaan meliputi pemberian:
a. arahan;
b. bimbingan;
Laporan Akhir

2-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

c. penyuluhan;
d. pelatihan; dan
e. bantuan teknis.
(5) Kegiatan pengawasan meliputi:
a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan;
b. tindakan korektif terhadap kebijakan; dan
c. tindakan penegakan hukum.
Pasal 95
(1) Penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas yang
berupa perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk diatur dengan:
a. Peraturan Menteri yang membidangi Sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan untuk jalan nasional;
b. Peraturan Daerah Provinsi untuk jalan provinsi;
c. Peraturan Daerah Kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa; atau
d. Peraturan Daerah Kota untuk jalan kota.
(2) Perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk harus dinyatakan dengan Rambu
Lalu Lintas, Marka Jalan, dan/atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
2.1.3.2 Analisis Dampak Lalu Lintas
Pasal 99
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis dampak
Lalu Lintas.
(2) Analisis dampak Lalu Lintas sekurang-kurangnya memuat:
a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.

Laporan Akhir

2-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2.1.3.3 Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas


Pasal 133
(1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan Ruang Lalu Lintas
dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas, diselenggarakan manajemen
kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria:
a. perbandingan volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor dengan kapasitas
Jalan;
b. ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum; dan
c. kualitas lingkungan.
(2) Manajemen kebutuhan Lalu Lintas dilaksanakan dengan cara:
a. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan pada koridor atau
kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
b. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada koridor atau kawasan
tertentu pada waktu dan jalan tertentu;
c. pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor pada koridor atau kawasan tertentu
pada waktu dan jalan tertentu;
d. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan
klasifikasi fungsi jalan;
e. pembatasan ruang Parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang
Parkir maksimal; dan/atau
f. pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor Umum pada koridor
atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu.
2.1.4 Angkutan
2.1.4.1 Angkutan Orang dan Barang
Pasal 137
(1) Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa Sepeda
Motor, Mobil penumpang, atau bus.
(3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil
barang.
(4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:

Laporan Akhir

2-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan


prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;
b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2.1.4.2 Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
Pasal 140
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek; dan
b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam trayek.
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
Pasal 142
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d. angkutan perkotaan; atau
e. angkutan perdesaan.
Pasal 143
Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek harus:
a. memiliki rute tetap dan teratur;
b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan penumpang di
Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan
c. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk
angkutan perkotaan dan perdesaan.
Laporan Akhir

2-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pasal 144
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;
d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
e. kesesuaian dengan kelas jalan;
f. keterpaduan intramoda angkutan; dan
g. keterpaduan antarmoda angkutan.
Pasal 145
(1) Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun dalam
bentuk rencana umum jaringan trayek.
(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi
dengan instansi terkait.
(3) Rencana umum jaringan trayek terdiri atas:
a. jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek perdesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)
tahun.
Pasal 146
(1) Jaringan trayek perkotaan disusun berdasarkan kawasan perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan ditetapkan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas
wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk kawasan perkotaan yang melampaui batas wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi; atau
c. Bupati atau Walikota untuk kawasan perkotaan yang berada dalam wilayah
kabupaten/kota.
Laporan Akhir

2-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek


Pasal 151
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek terdiri atas:
a. angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. angkutan orang dengan tujuan tertentu;
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.
Pasal 152
(1) Angkutan orang dengan menggunakan taksi harus digunakan untuk pelayanan
angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
(2) Wilayah operasi dalam kawasan perkotaan dapat:
a. berada dalam wilayah kota;
b. berada dalam wilayah kabupaten;
c. melampaui wilayah kota atau wilayah kabupaten dalam 1 (satu) daerah
provinsi; atau
d. melampaui wilayah provinsi.
Pasal 153
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu dilarang menaikkan dan/atau
menurunkan Penumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar
pelayanan angkutan orang dalam trayek.
(2) Angkutan

orang

dengan

tujuan

tertentu

diselenggarakan

dengan

menggunakan mobil penumpang umum atau mobil bus umum.


Pasal 154
(1) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata harus digunakan untuk pelayanan
angkutan wisata.
(2) Penyelenggaraan

angkutan

orang

untuk

keperluan

pariwisata

harus

menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda
khusus.

Laporan Akhir

2-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

(3) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan


Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek kecuali di daerah yang belum
tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.
Pasal 155
(1) Angkutan di kawasan tertentu harus dilaksanakan melalui pelayanaan
angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.
(2) Angkutan orang di kawasan tertentu harus menggunakan mobil penumpang
umum.
Angkutan Massal
Pasal 158
(1) Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis Jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di
kawasan perkotaan.
(2) Angkutan massal harus didukung dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan
massal; dan
d. angkutan pengumpan.
2.1.4.3 Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor Umum
Pasal 160
Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri atas:
a. angkutan barang umum; dan
b. angkutan barang khusus.
Angkutan Barang Umum
Pasal 161
Pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. prasarana Jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;

Laporan Akhir

2-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

b. tersedia pusat distribusi logistik dan/atau tempat untuk memuat dan


membongkar barang; dan
c. menggunakan mobil barang.
Angkutan Barang Khusus dan Alat Berat
Pasal 162
(1) Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus wajib:
a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan sifat dan bentuk
barang yang diangkut;
b. diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang diangkut;
c. memarkir Kendaraan di tempat yang ditetapkan;
d. membongkar dan memuat barang di tempat yang ditetapkan dan dengan
menggunakan alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut;
e. beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu Keamanan, Keselamatan,
Kelancaran, dan Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
f. mendapat rekomendasi dari instansi terkait.
(2) Kendaraan Bermotor Umum yang mengangkut alat berat dengan dimensi yang
melebihi dimensi yang ditetapkan harus mendapat pengawalan dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(3) Pengemudi dan pembantu Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum yang
mengangkut barang khusus wajib memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
sifat dan bentuk barang khusus yang diangkut.
Pasal 163
(1) Pemilik, agen ekspedisi muatan angkutan barang, atau pengirim yang
menyerahkan barang khusus wajib memberitahukan kepada pengelola
pergudangan dan/atau penyelenggara angkutan barang sebelum barang
dimuat ke dalam Kendaraan Bermotor Umum.
(2) Penyelenggara angkutan barang yang melakukan kegiatan pengangkutan
barang khusus wajib menyediakan tempat penyimpanan serta bertanggung
jawab terhadap penyusunan sistem dan prosedur penanganan barang khusus
dan/atau berbahaya selama barang tersebut belum dimuat ke dalam
Kendaraan Bermotor Umum.

Laporan Akhir

2-17

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2.1.4.4 Angkutan Multimoda


Pasal 165
(1) Angkutan umum di Jalan yang merupakan bagian angkutan multimoda
dilaksanakan oleh badan hukum angkutan multimoda.
(2) Kegiatan

angkutan

umum

dalam

angkutan

multimoda

dilaksanakan

berdasarkan perjanjian yang dibuat antara badan hukum angkutan Jalan dan
badan hukum angkutan multimoda dan/atau badan hukum moda lain.
(3) Pelayanan angkutan multimoda harus terpadu secara sistem dan mendapat
izin dari Pemerintah
2.1.4.5 Pengawasan Muatan Barang
Pasal 169
(1) Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi Kendaraan,
dan kelas Jalan.
(2) Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan dilakukan pengawasan
muatan angkutan barang.
(3) Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat
penimbangan.
(4) Alat penimbangan terdiri atas:
a. alat penimbangan yang dipasang secara tetap; atau
b. alat penimbangan yang dapat dipindahkan.
Pasal 170
(1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dipasang pada lokasi tertentu.
(2) Penetapan lokasi, pengoperasian, dan penutupan alat penimbangan yang
dipasang secara tetap pada Jalan dilakukan oleh Pemerintah.
(3) Pengoperasian dan perawatan alat penimbangan yang dipasang secara tetap
dilakukan oleh unit pelaksana penimbangan yang ditunjuk oleh Pemerintah.
(4) Petugas alat penimbangan yang dipasang secara tetap wajib mendata jenis
barang yang diangkut, berat angkutan, dan asal tujuan.

Laporan Akhir

2-18

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pasal 171
(1) Alat penimbangan yang dapat dipindahkan digunakan dalam pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan dan penyidikan tindak pidana pelanggaran
muatan.
(2) Pengoperasian alat penimbangan untuk pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
Jalan dilakukan oleh petugas pemeriksa Kendaraan Bermotor.
(3) Pengoperasian alat penimbangan dilakukan bersama dengan petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2.1.4.6 Tarif Angkutan
Pasal 181
(1) Tarif angkutan terdiri atas tarif Penumpang dan tarif barang.
(2) Tarif Penumpang terdiri atas:
a. tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek; dan
b. tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.
Pasal 182
(1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek terdiri atas:
a. tarif kelas ekonomi; dan
b. tarif kelas nonekonomi.
(2) Penetapan tarif kelas ekonomi dilakukan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang melayani trayek
antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan, dan angkutan perdesaan
yang wilayah pelayanannya melampaui wilayah provinsi;
b. Gubernur untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota dalam
provinsi serta angkutan perkotaan dan perdesaan yang melampaui batas
satu kabupaten/kota dalam satu provinsi;
c. Bupati untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota dalam
kabupaten serta angkutan perkotaan dan perdesaan yang wilayah
pelayanannya dalam kabupaten; dan
d. Walikota untuk angkutan orang yang melayani trayek angkutan perkotaan
yang wilayah pelayanannya dalam kota.

Laporan Akhir

2-19

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

(3) Tarif Penumpang angkutan orang dalam trayek kelas non ekonomi ditetapkan
oleh Perusahaan Angkutan Umum.
Pasal 183
(1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek dengan
menggunakan taksi ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum atas
persetujuan

Pemerintah

sesuai

dengan

kewenangan

masing-masing

berdasarkan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.


(2) Tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek dengan tujuan
tertentu, pariwisata, dan di kawasan tertentu ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Pengguna Jasa dan Perusahaan Angkutan Umum.
Pasal 184
Tarif angkutan barang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Pengguna
Jasa dan Perusahaan Angkutan Umum.

2.2

REVIEW PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 31 TAHUN


2006 TENTANG PEDOMAN DAN PROSES PERENCANAAN DI
LINGKUNGAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

2.2.1 Umum
Perencanaan di lingkungan Departemen Perhubungan merupakan proses yang
menyeluruh dan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain dari komponen dan
unsur-unsurnya dalam satu kesatuan sistem yang berkesinambungan dan
hasilnya dapat diukur secara rasional, kontekstual dan kuantitatif.
Dokumen-dokumen yang terkait dengan Perencanaan Perhubungan dapat
dibedakan menjadi:
1. Tatanan Makro Strategis Perhubungan terdiri dari perangkat perundangundangan di bidang transportasi dan tata ruang, serta dokumen Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS) yang merupakan penjabaran transportasi
secara sistemik, strategik, konsepsional, makro, dan filosofis;
2. Rencana Umum Pengembangan Perhubungan;
3. Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan;

Laporan Akhir

2-20

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4. Pedoman dan Standardisasi Teknis Pengembangan Perhubungan sebagai


instrumen untuk menyusun Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan,
5. Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan meliputi dokumen rencana
jangka panjang. Dokumen rencana strategis dan dokumen rencana kerja
sebagai acuan dalam impIementasi penyelenggaraan transportasi yang
komprehensif, integral dan rasional
2.2.2 Tatanan Makro Strategis Perhubungan (TMSP)
Tatanan Makro Strategis Perhubungan digunakan sebagai panduan nasional
dalam pengembangan perhubungan yang bersifat normatif, tercantum perangkat
peraturan perundang-undangan di bidang transportasi dan tata ruang, serta dalam
Dokumen Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS).
Substansi dokumen SISTRANAS sekurang-kurangnya terdiri dari: Visi dan Misi
Transportasi Nasional; Pola Dasar Pengembangan Transportasi Nasional; Pola
Umum

Pengembangan

Transportasi

Nasional; dan

Arah

Pengembangan

Transportasi Nasional;
1. Visi dan Misi Transportasi Nasional
Memuat rumusan umum mengenai keadaan transportasi nasional yang
diinginkan

dan

rumusan

umum

mengenai

upaya-upaya

yang

akan

dilaksanakan untuk mencapai keadaan transportasi nasional yang diinginkan.


2. Pola Dasar Pengembangan Transportasi Nasional:
Sekurang-kurangnya memuat penjelasan tentang konsepsi dan hirarki
Transportasi Nasional.
3. Pola Umum Pengembangan Transportasi Nasional sekurang-kurangnya terdiri
dari:
a. Jaringan Pelayanan Transportasi Nasional;
b. Jaringan Prasarana Transportasi Nasional;
c. Sarana angkutan dan keselamatan.

Laporan Akhir

2-21

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4. Arah Pengembangan Transportasi Nasional sekurang-kurangnya terdiri dari:


a. Peran dan keterpaduan antar moda;
b. Arah pengembangan masing-masing

moda sesuai dengan karakteristik

masing-masing moda;
c. Kebijakan umum dan Strategi Pengembangan transportasi nasional secara
kesisteman yang menyangkut pengembangan perangkat keras (hardware:
sarana dan prasarana), perangkat lunak (software: peraturan perundangan
dan kelembagaan), serta perangkat pikir (brainware: sumber daya
manusia) berdasarkan karakteristik geografis Indonesia; penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam transportasi; isu lingkungan hidup dan
penghematan energi; penetapan sistem jaringan transportasi yang terpadu
dan penetapan koridor transportasi nasional;
Jangkauan penggunaan dokumen SISTRANAS berlaku 25 tahun dengan
ketentuan ditinjau Wang setiap 5 tahun atau kurang dari 5 tahun bilamana
diperlukan. Penyusunan tinjau ulang dokumen Sistranas dan perwujudannya
diselesaikan paling lambat 1 tahun setelah pengesahan Undang-Undang Tata
Ruang Nasional dan lamanya penyusunan maksimal 1,5 tahun.
Penyusunan serta tinjau ulang dokumen Sistranas dan perwujudannya harus
memperhatikan perkembangan lingkungan strategic. Perwujudan SISTRANAS
dalam skala nasional, wilayah provinsi, dan kabupaten/kota terdiri dari:
1. Dokumen Tataran Transportasi Nasional menjelaskan tatanan transportasi
yang

terorganisasi

transportasi

kereta

secara
api.

kesisteman

transportasi

terdiri

sungai

dari
dan

transportasi
danau,

jalan,

transportasi

penyeberangan, transportasi laut. transportasi udara dan transportasi pipa


yang masing-masing terdiri dari dan prasarana yang saling berinteraksi dengan
dukuncip- perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem
pelayanan

transportasi

yang

efektif

dan

efisien,

berfungsi

melayani

perpindahan prang dan atau barang antar pusat kegiatan nasional dan dari
pusat kegiatan nasional ke luar negeri atau sebaliknya.

Laporan Akhir

2-22

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2. Dokumen Tataran Transportasi Wilayah menjelaskan tatanan transportasi


yang

terorganisasi

transportasi

kereta

secara
api,

kesisteman

transportasi

terdiri

sungai

dari
dan

transportasi
danau,

jalan,

transportasi

penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa


yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi
dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan prang dan atau barang antar pusat kegiatan wilayah dan dan
pusat kegiatan wilayah ke pusat kegiatan nasional atau sebaliknya.
3. Dokumen Tataran Transportasi Lokal menjelaskan tatanan transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi
sungai dan danau, transportasi kereta api, transportasi penyeberangan,
transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa yang masing-masing
terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi dengan dukungan
perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan prang
dan atau barang antar pusat kegiatan lokal dan dari pusat kegiatan lokal ke
pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan nasional atau sebaliknya.

Laporan Akhir

2-23

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

3. METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1

UMUM

Tahapan Kegiatan Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai adalah:


1. Persiapan
2. Kajian Peraturan dan Studi Literatur
3. Pengumpulan data primer dan data sekunder
4. Analisis Data
5. Penyusunan Naskah Akademis dan Draft Peraturan Walikota tentang Grand
Design Transportasi Kota Dumai.

Laporan Akhir

3-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai


Persiapan

Kajian Peraturan

Studi Literatur
Laporan Pendahuluan

Pengumpulan Data
Data Primer

Data Sekunder

Pengolahan Data dan


Identifikasi Masalah
Laporan Sementara
Analisis Data
Analisis Data jaringan LLAJ:
Rencana Induk Jaringan LLAJ,
Ruang Lalu Lintas,
Terminal,
Fasilitas Parkir,
Fasilitas Pendukung

Analisis Data Lalu Lintas:


Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,
Analisis Dampak Lalu Lintas,
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

Analisis Data Angkutan:


Angkutan Orang,
Angktan Barang,
Angkutan Multimoda,
Pengawasan Muatan,
Tarif Angkutan

Keluaran
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota
Pengembangan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pengembangan Angkutan Perkotaan
Pemadu Moda Transportasi Perkotaan
Pengembangan Transportasi Berwawasan Lingkungan
Kebijakan Kendaraan Tidak Bermotor
Fasilitas Pejalan Kaki
Kebijakan Pemanfaatan Teknologi Modern
Pembinaan Pemerintah Daerah, BUMD, dan Swasta
Konsep Laporan Akhir
Naskah Akademis
Grand Design Transportasi Kota Dumai
Draft Peraturan Walikota
tentang
Grand Design Transportasi Kota Dumai
Laporan Akhir

Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Penyusunan Grand Design Transportasi


Kota Dumai
Laporan Akhir

3-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

3.2

PENGUMPULAN DATA

Kegiatan studi ini akan diawali dengan melakukan pengumpulan data sekunder
berupa studi-studi mengenai ruas jalan dan perangkat per Undang Undangan,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri yang ada kaitannya dengan masalah
terminal

khususnya

dengan

Penyusunan

Grand

Design

Pengembangan

Transportasi Perkotaan.
Di antara data-data sekunder tersebut adalah:
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
2. Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Rencana

Pembangunan Nasional.
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- 2025.
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
6. UU No. 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah
7. PP. No. 43 Tahun 1993, tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2008.
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS).
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Departemen Perhubungan.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau
12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Dumai
13. Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Provinsi Riau
14. Tataran Transportasi Lokal (Tatrlok) Kota Dumai
15. Kota Dumai dalam Angka, BPS
16. Studi-studi yang terkait dengan

pengembangan kinerja jasa layanan

tranportasi darat

Laporan Akhir

3-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

3.3

KAJIAN DAN STUDI LITERATUR

Dari kajian dan studi literatur yang dilakukan atas data-data sekunder yang
dikumpulkan, Konsultan berharap akan memperoleh:
1. Identifikasi permasalahan-permasalahan dalam penentuan tingkat pelayanan
jasa transportasi .
2. Identifikasi kawasan/wilayah dalam kota menurut fungsinya.
3. Identifikasi kawasan/wilayah dalam kota yang perlu direncanakan serta
dikembangkan.
4. Identifikasi sistem tranportasi kota, transfer point (titik perpindahan antar noda),
terminal dan lain-lain, serta outlet dari setiap kawasan yang sudah diidentifikasi.
5. Identifikasi rute yang paling efisien yang menghubungkan dua kota, dengan
mempertimbangkan moda transportasi lain di luar jalan raya terutama dalam
hal tingkat pelayanan yang dapat diberikan.
6. Kebijakan di bidang transportasi.

3.4

SURVAI LAPANGAN

Tahapan pada studi ini merupakan tahapan penting untuk dapat mengkaji,
mengevaluasi dan menganalisis permasalahan yang ada dari hasil data sekunder
maka perlu dilakukan survei langsung ke lokasi.
Adapun survei yang dilakukan sebagai berikut:
1. Survai Inventarisasi Prasarana Jalan.
2. Survai Volume Lalu Lintas.
3. Survai Inventarisasi Sarana dan Prasarana Angkutan Umum.
4. Survai Home Interview.
5. Survai Road Side Interview.
6. Survai Tata Guna Lahan.
7. Survai Persepsi Pengguna Jalan & Pengguna Angkutan Umum.
Dengan survey ini, Konsultan akan memperoleh antara data-data yang dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana infrastruktur transportasi yang ada
dikota yang ditinjau, bagaimana tingkat penggunaan jaringan transportasinya,
sarana dan prasarana angkutan umumnya.

Laporan Akhir

3-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

3.5

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Dengan berbasis pada hasil data sekunder, kajian studi literatur, dan tinjauan
lapangan Konsultan dapat melakukan pengolahan data untuk di analisis. Adapun
kegiatan analisis meliputi:
1. Melakukan inventarisasi dan kajian terhadap dokumen-dokumen referensi
maupun studi-studi terdahulu yang berkaitan dengan studi ini;
2. Melakukan studi pustaka berkaitan dengan bidang pengembangan jaringan
transportasi, kajian dan analisis terhadap studi-studi yang berhubungan
dengan tata cara pengembangan transportasi perkotaan, peraturan-peraturan
maupun

pedoman-pedoman

yang

berkaitan

dengan

pengembangan

transportasi perkotaan secara terpadu;


3. Identifikasi Umum Berkaitan dengan kondisi eksisting dan permasalahan yang
ada; Identifikasi umum di bidang transportasi perkotaan dilakukan untuk
mengamati semua komponen yang membentuk sistem transportasi perkotaan.
Identifikasi dilakukan tidak hanya potensinya saja tetapi termasuk pula
keterbatasan dan kendala yang timbul (identifikasi problem dan aset).
Identifikasi umum dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan instansiinstansi terkait dan para stakeholder, dan dari referensi ilmiah serta opini
akademis yang ada. Sehingga dapat diinventarisasi variabel, parameter teknis,
ekonomi,

dan

sosio-budaya

yang

selalu

bergerak

dinamik

mencari

keseimbangan baru. Untuk masing-masing kategori perkotaan.


4. Perumusan Kerangka Dasar Kebijakan Transportasi Perkotaan dengan arah
kebijakan meliputi:
Pembangunan Transportasi Perkotaan yang berkelanjutan yang meliputi
Pengembangan transportasi perkotaan berwawasan lingkungan dan
berbasis wilayah dan Penerapan teknologi angkutan jalan yang ramah
lingkungan;
Pembangunan transportasi umum perkotaan yang terpadu dan terjangkau
berbasis masyarakat dan wilayah;
Peningkatan pelayanan dan kelancaran angkutan jalan khususnya
angkutan umum dan barang,
Pembinaan peran pemerintah daerah, BUMD/BUMN dan partisipasi
svvasta dalam pengembangan transportasi perkotaan,

Laporan Akhir

3-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada pemulihan kondisi


pelayanan armada dengan kapasitas besar, sesuai dengan standar
pelayanan minimal;
Pengembangan
pengembangan

angkutan
kawasan

perkotaan
dengan

diarahkan

sistem

melalui

transportasi

pemaduan

kota

dengan

memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat


Arah transportasi perkotaan di wilayah aglomerasi.
Sebagai landasan pengembangan transportasi antar moda pada kawasan
tertentu diarahkan untuk menjalin keterhubungan pusat kota dengan outlet
seperti bandar udara dan pelabuhan laut.
Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan terutama
penggunaan transportasi umum massal di perkotaan yang padat,
terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat dan terpadu dengan
pengembangan wilayah.
5. Perumusan kebijakan pengembangan transportasi perkotaan;
6. Perumusan strategi pengembangan transportasi perkotaan;
7. Perumusan program implementasi pengembangan transportasi perkotaan;
8. Perumusan tahapan implementasi pengembangan transportasi perkotaan;
9. Penyusunan draft peraturan Walikota tentang Grand Design Transportasi Kota
Dumai.

3.6

KELUARAN

3.6.1 Keluaran (Kualitatif)


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Grand Design Transportasi
Kota Dumai adalah sebagai berikut:
1) Data-data tentang jaringan transportasi, jaringan pelayanan angkutan umum,
kinerja jaringan transportasi, dan tata guna lahan di Kota Dumai;
2) Hasil pemodelan di Kota Dumai;
3) Tahapan pengembangan jaringan transportasi di Kota Dumai;
4) Perkiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan
di Kota Dumai;
5) Arah dan kebijakan perananan transportasi dalam keseluruhan moda
transportasi di Kota Dumai;

Laporan Akhir

3-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6) Rencana lokasi dan kebutuhan simpul di Kota Dumai;


7) Rencana kebutuhan ruang lalu lintas di Kota Dumai;
8) Penyusunan jaringan lintas angkutan barang di Kota Dumai;
9) Arah kebijakan dan langkah-langkah kebijakan pengembangan transportasi di
Kota Dumai;
10) Optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada terhadap kondisi
transportasi yang ada dan alternatif yang akan dikembangkan;
11) Permasalahan yang berkaitan dengan transportasi di Kota Dumai;
12) Pola transportasi di Kota Dumai berdasarkan:
-

Skenario modal share;

Jaringan transportasi (fisik/prasarana dan pola pelayanan);

Jenis moda yang melayani.

13) Rumusan Grand Design Transportasi di Kota Dumai:


-

Penentuan area kebijakan pengembangan transportasi di Kota Dumai;

Penentuan kebijakan transportasi di Kota Dumai menurut kebutuhan.

14) Kebijakan transportasi di Kota Dumai dengan arah kebijakan meliputi:


-

Pembangunan transportasi di Kota Dumai yang berkelanjutan yang meliputi


pengembangan transportasi perkotaan berwawasan lingkungan dan
berbasis wilayah dan penerapan teknologi angkutan jalan yang ramah
lingkungan;

Pembangunan transportasi umum di Kota Dumai yang terpadu dan


terjangkau berbasis masyarakat dan wilayah;

Peningkatan pelayanan dan kelancaran angkutan jalan khususnya


angkutan umum dan barang di Kota Dumai;

Pembinaan peran pemerintah daerah, BUMD/BUMN dan partisipasi swasta


dalam pengembangan transportasi di Kota Dumai;

Pembangunan angkutan umum di Kota Dumai diarahkan pada pemulihan


kondisi pelayanan armada dengan kapasitas besar, sesuai dengan standar
pelayanan minimal;

Pengembangan angkutan umum di Kota Dumai diarahkan melalui


pemaduan pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota
dengan memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat;

Arah transportasi di Kota Dumai;

Laporan Akhir

3-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Sebagai landasan pengembangan transportasi antar moda pada kawasan


tertentu diarahkan untuk menjalin keterhubungan pusat kota dengan outlet
seperti bandar udara dan pelabuhan laut di Kota Dumai;

Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan terutama


penggunaan transportasi umum massal di perkotaan yang padat,
terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat dan terpadu dengan
pengembangan wilayah.

15) Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada pemulihan kondisi


pelayanan armada bus kota, sesuai dengan standar pelayanan minimal;
16) Pola pengembangan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;
17) Arah pengembangan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;
18) Struktur dan elemen pengembangan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;
19) Pokok-pokok

kebijakan

pengembangan

jaringan

pelayanan

diarahkan

melalui

angkutan

perkotaan;
20) Pengembangan

angkutan

perkotaan

pemaduan

pengembangan kawasan dgn sistem transportasi kota. Pengembangan


transportasi perkotaan juga memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat.
21) Pola dan kebijakan pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas
untuk kota raya dan besar;
22) Pola dan kebijakan untuk mendorong pengembangan pembangunan angkutan
tidak bermotor, pejalan kaki, dan sepeda;
23) Kebijakan pengembangan transportasi perkotaan di Kota Dumai;
24) Strategi pengembangan transportasi perkotaan di Kota Dumai;
25) Program implemetasi pengembangan transportasi perkotaan (kegiatan, waktu
pelaksanaan dan perkiraan pembiayaan) di Kota Dumai;
26) Tahapan implementasi pengembangan transportasi perkotaan di Kota Dumai;
27) Naskah Akademis tentang Grand Design Pengembangan Transportasi
Perkotaan;
28) Draft Peraturan Walikota Dumai tentang Grand Design Transportasi Kota
Dumai.

Laporan Akhir

3-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Rumusan yang mencakup substansi transportasi perkotaan (namun tidak dibatasi),


antara lain:
1) Kebijakan pokok, memuat hal-hal umum yang berkaitan dengan semua
elemen sistem transportasi perkotaan, ditambah dengan bidang Kelembagaan,
Peran Serta Masyarakat, dan Investasi.
2) Kebijakan teknis memuat: Perencanaan Transportasi Perkotaan, Angkutan
Umum, Manajemen Lalu Lintas dengan memperhatikan kriteria seperti
Lingkungan, Keselamatan, dan sebagainya yang dipandang perlu.
3.6.2 Keluaran (Kuantitatif)
1) Naskah Akademis tentang Grand Design Transportasi Kota Dumai;
2) Draft Peraturan Walikota Dumai tentang Grand Design Transportasi Kota
Dumai.

3.7

LITERATUR MENGENAI POLA DAN KARAKTERISTIK PERJALANAN

3.7.1 Aksesibilitas dan Mobilitas


Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna
lahan

secara

geografis

dengan

sistem

jaringan

transportasi

yang

menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau


kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan
mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan
transportasi.

Pernyataan mudah atau susah merupakan hal yang sangat

subjektif dan kualitatif. Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang
lain, begitu juga dengan pernyataan susah. Oleh karena itu, diperlukan kinerja
kuantitatif (terukur) yang dapat menyatakan aksesibilitas atau kemudahan.
Sedangkan mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak
yang biasanya dinyatakan dari kemampuannya membayar biaya transportasi. Ada
yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu
tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua
tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan,
aksesibilitas antara keduanya rendah. Jadi, tata guna lahan yang berbeda pasti
mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan
tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).

Laporan Akhir

3-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Akan tetapi, peruntukan lahan tertentu seperti bandara, lokasinya tidak bisa
sembarangan dan biasanya terletak jauh di luar kota (karena ada batasan dari
segi keamanan, pengembangan wilayah, dan lain-lain). Dikatakan aksesibilitas ke
bandara tersebut pasti akan selalu rendah karena letaknya yang jauh di luar kota.
Namun, meskipun letaknya jauh, aksesibilitas ke bandara dapat ditingkatkan
dengan menyediakan sistem jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan
kecepatan tinggi sehingga waktu tempuhnya menjadi pendek.
Oleh sebab itu, penggunaan jarak sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan
orang dan mulai dirasakan bahwa penggunaan waktu tempuh merupakan kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan jarak dalam menyatakan aksesibilitas.
Dapat disimpulkan bahwa suatu tempat yang berjarak jauh belum tentu dapat
dikatakan mempunyai aksesibilitas rendah atau suatu tempat yang berjarak dekat
mempunyai aksesibilitas tinggi karena terdapat faktor lain dalam menentukan
aksesibilitas yaitu waktu tempuh.
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas (perumahan) dan
jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan). Beberapa jenis tata guna
lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah
sakit, dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi, kualitas pelayanan transportasi
pasti juga berbeda-beda; sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin
lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas)
maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan). Contohnya, pelayanan angkutan
umum biasanya lebih baik di pusat perkotaan dan pada beberapa jalan utama
transportasi dibandingkan dengan di daerah pinggiran kota.
Skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang
diterangkan mengenai aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1

Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas

Kondisi Prasarana
Jarak

Sangat jelek

Sangat baik

Jauh

Aksesibilitas rendah

Aksesibilitas menengah

Dekat

Aksesibilitas menengah

Aksesibilitas tinggi

Laporan Akhir

3-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 3.1 menggunakan faktor hubungan transportasi yang dapat diartikan dalam
beberapa hal. Suatu tempat dikatakan aksesibel jika sangat dekat dengan tempat
lainnya, dan tidak aksesibel jika berjauhan. Ini adalah konsep yang paling
sederhana; hubungan transportasi (aksesibilitas) dinyatakan dalam bentuk jarak
(km). Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar
tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi.
Sebaliknya,

jika

aktivitas

tersebut

saling

terpisah

jauh

dan

hubungan

transportasinya jelek, maka aksesibilitas rendah. Beberapa kombinasi di


antaranya mempunyai aksesibilitas menengah.
Seperti telah dijelaskan, jarak merupakan peubah yang tidak begitu cocok dan
diragukan. Jika sistem transportasi antara kedua buah tempat diperbaiki
(disediakan jalan baru atau pelayanan bus baru), maka hubungan transportasi
dapat dikatakan akan lebih baik karena waktu tempuhnya akan lebih singkat. Hal
ini sudah jelas berkaitan dengan kecepatan sistem jaringan transportasi tersebut.
Oleh karena itu, waktu tempuh menjadi ukuran yang lebih baik dan sering
digunakan untuk aksesibilitas. Selanjutnya, misalkan terdapat pelayanan bus yang
baik antara dua tempat dalam suatu daerah perkotaan. Akan tetapi, bagi orang
miskin yang tidak mampu membeli karcis, aksesibilitas antara kedua lokasi
tersebut tetap rendah. Jadi, biaya perjalanan (Rp) menjadi ukuran yang lebih baik
untuk aksesibilitas dibandingkan dengan jarak dan waktu tempuh. Mobil pribadi
hanya akan dapat memperbaiki aksesibilitas dalam hal waktu bagi orang yang
mampu membeli atau menggunakan mobil. Dengan alasan di atas, moda dan
jumlah transportasi yang tersedia dalam suatu kota merupakan hal yang penting
untuk menerangkan aksesibilitas. Beberapa moda transportasi lebih cepat (waktu
tempuh berkurang) dibandingkan dengan moda lain, dan mungkin juga ada yang
lebih mahal.
Sudah cukup umum dalam beberapa kasus, terutama di negara Barat, untuk
menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi,
yang biasa disebut biaya gabungan. Biaya ini dinyatakan dalam bentuk nilai uang
(Rp) yang terdiri dari jumlah biaya perjalanan dan nilai waktu perjalanan. Sudah
tentu, diperlukan cara tersendiri untuk menyatakan waktu dalam bentuk uang, dan
beberapa penelitian telah dikembangkan untuk tujuan ini.
Laporan Akhir

3-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Secara umum diakui bahwa sangat sulit menentukan hal ini, khususnya di negara
dunia ketiga. Beberapa penulis (seperti Atkins, 1984) berpendapat bahwa biaya
gabungan adalah ukuran yang tidak cocok digunakan dalam beberapa hal karena
tidak memperlihatkan perbedaan kepentingan antara waktu dan biaya secara
terpisah. Ini mungkin berlaku dalam mengukur aksesibilitas; waktu biasanya
merupakan ukuran yang terbaik, yang diatur berdasarkan setiap moda. Akhirnya,
hubungan transportasi dapat dinyatakan sebagai ukuran untuk memperlihatkan
mudah atau sukarnya suatu tempat dicapai, dinyatakan dalam bentuk hambatan
perjalanan. Semuanya selanjutnya dinyatakan dalam bentuk jarak, waktu, atau
biaya.
Untuk meningkatkan aksesibilitas tata guna lahan yang akan terhubungkan oleh
sistem jaringan transportasi, dilakukanlah investasi pembangunan sistem jaringan
transportasi. Tetapi, meskipun tata guna lahan itu sudah mempunyai aksesibilitas
yang tinggi karena terhubungkan oleh sistem jaringan transportasi yang baik,
belum tentu dapat menjamin mobilitas yang tinggi pula. Tidak akan ada artinya
membangun sistem jaringan transportasi jika tidak dapat dinikmati karena orang
tidak mampu membayar biaya transportasinya (tidak mempunyai mobilitas)
sehingga investasi yang dibenamkan menjadi tidak akan ada artinya (mubazir).
Kemampuan
khususnya

seseorang
di

membayar

Indonesia.

Karena

biaya
itu,

transportasi
dalam

sangat

bervariasi,

pengambilan

kebijakan,

pengembangan sistem jaringan transportasi harus diarahkan bukan saja pada


peningkatan aksesibilitasnya tetapi harus pula dapat menjamin setiap orang
mampu membayar biaya transportasinya dengan menyediakan banyak alternatif
sistem jaringan transportasi.
3.7.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan
lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan
lalulintas.

Laporan Akhir

3-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Bangkitan lalulintas ini mencakup:

lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi

lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.

Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah
kendaraan,

orang,

atau

angkutan

barang

per

satuan

waktu,

misalnya

kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau


kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari
untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan pergerakan.
Bangkitan dan tarikan lalulintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna
lahan:
1) Jenis Tata Guna Lahan
Jenis tata guna lahan yang berbeda (permukiman, pendidikan, dan komersial)
mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda:
a) jumlah arus lalulintas;
b) jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, mobil);
c) lalulintas pada waktu tertentu (pertokoan menghasilkan arus lalulintas di
sepanjang hari).
2) Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan
Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi
juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah,
semakin tinggi pergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya. Salah satu
ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.
3.7.3 Sebaran Pergerakan
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari lima tahap yang menghubungkan interaksi
antara tata guna lahan, jaringan tranportasi, dan arus lalulintas. Pola spasial arus
lalulintas adalah fungsi dari tata guna lahan dan sistem jaringan transportasi. Pola
sebaran arus lalulintas antara zona asal i ke zona tujuan d adalah hasil dari dua
hal yang terjadi secara bersamaan, yaitu lokasi dan intensitas tata guna lahan
yang akan menghasilkan arus lalulintas, dan pemisahan ruang, interaksi antara
dua buah tata guna lahan yang akan menghasilkan pergerakan manusia dan/atau
barang. Contoh, pergerakan dari rumah ke tempat bekerja yang terjadi setiap hari.
Laporan Akhir

3-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pemisahan Ruang
Jarak antara dua buah tata guna lahan merupakan batas pergerakan. Jarak
yang jauh atau biaya yang besar akan membuat pergerakan antara dua buah
tata guna lahan menjadi lebih sulit (aksesibilitas rendah). Oleh karena itu,
pergerakan arus lalulintas cenderung meningkat jika jarak antara kedua
zonanya semakin dekat. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang lebih
menyukai perjalanan pendek daripada perjalanan panjang. Pemisahan ruang
tidak hanya ditentukan oleh jarak, tetapi oleh beberapa ukuran lain, misalnya
hambatan perjalanan yang diukur dengan waktu dan biaya yang diperlukan.

Intensitas Tata Guna Lahan


Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tata guna lahan, makin tinggi pula tingkat
kemampuannya dalam menarik lalulintas. Contohnya, pasar swalayan menarik
arus pergerakan lalulintas lebih banyak dibandingkan dengan rumah sakit
untuk luas lahan yang sama (lihat Tabel 3.2) karena aktivitas di pasar
swalayan lebih tinggi per satuan luas lahan dibandingkan dengan di rumah
sakit.

Pemisahan Ruang Dan Intensitas Tata Guna Lahan


Daya tarik suatu tata guna lahan akan berkurang dengan meningkatnya jarak
(dampak pemisahan ruang). Tata guna lahan cenderung menarik pergerakan
lalulintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan dari tempat yang
lebih jauh.
Pergerakan lalulintas yang dihasilkan juga akan lebih banyak yang berjarak
pendek daripada yang berjarak jauh. Interaksi antardaerah sebagai fungsi dari
intensitas setiap daerah dan jarak antara kedua daerah tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Jarak

Interaksi Antar Daerah

Jauh

Interaksi
dapat diabaikan

Dekat

Intensitas
Tata Guna Lahan
Antara Dua Zona

Laporan Akhir

Interaksi rendah

Interaksi menengah

Interaksi rendah

Interaksi
menengah

Interaksi sangat
tinggi

KecilKecil

KecilBesar

BesarBesar

3-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Jaringan transportasi dapat menyediakan sarana untuk memecahkan masalah


jarak tersebut (misalnya perbaikan sistem jaringan transportasi akan mengurangi
waktu tempuh dan biaya sehingga membuat seakan-akan jarak antara kedua tata
guna lahan atau aktivitas tersebut menjadi semakin dekat).
Sistem transportasi dapat mengurangi hambatan pergerakan dalam ruang, tetapi
tidak mengurangi jarak. Jarak hanya bisa diatasi dengan memperbaiki sistem
jaringan transportasi. Oleh karena itu, jumlah pergerakan lalulintas antara dua
buah tata guna lahan tergantung dari intensitas kedua tata guna lahan dan
pemisahan ruang (jarak, waktu, dan biaya) antara kedua zonanya. Sehingga, arus
lalulintas antara dua buah tata guna lahan mempunyai korelasi positif dengan
intensitas tata guna lahan dan korelasi negatif dengan jarak.
3.7.4 Pemilihan Moda Transportasi
Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, seseorang akan
memutuskan bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan. Dalam kebanyakan
kasus, pilihan pertama adalah dengan menggunakan telepon (atau pos) karena
hal ini akan dapat menghindari terjadinya perjalanan. Akan tetapi, sering interaksi
mengharuskan terjadinya perjalanan.
Dalam kasus ini, keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda. Secara
sederhana moda berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan. Pilihan
pertama

biasanya

berjalan

kaki

atau

menggunakan

kendaraan.

Jika

menggunakan kendaraan, pilihannya adalah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda


motor, mobil) atau angkutan umum (bus, becak dan lain-lain). Jika angkutan
umum yang digunakan, jenisnya bermacam-macam oplet, becak, dan lain-lain.
Dalam beberapa kasus, mungkin terdapat sedikit pilihan atau tidak ada pilihan
sama sekali. Orang miskin mungkin tidak mampu membeli sepeda atau
membayar biaya transportasi sehingga mereka biasanya berjalan kaki. Sementara
itu, keluarga berpenghasilan kecil yang tidak mempunyai mobil atau sepeda motor
biasanya menggunakan angkutan umum. Selanjutnya, seandainya keluarga
tersebut mempunyai sepeda, jika harus berpergian jauh tentu menggunakan
angkutan umum.
Laporan Akhir

3-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda saja disebut dengan captive
terhadap moda tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilih
biasanya yang mempunyai rute terpendek, tercepat, atau termurah, atau
kombinasi

dari

ketiganya.

Faktor

lain

yang

mempengaruhi

adalah

ketidaknyamanan dan keselamatan. Hal seperti ini harus dipertimbangkan dalam


pemilihan moda.
3.7.5 Pemilihan Rute
Semua yang telah diterangkan dalam pemilihan moda juga dapat digunakan untuk
pemilihan rute. Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda
transportas. Dalam kasus ini, pemilihan moda dan rute dilakukan bersama-sama.
Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang akan memilih moda
transportasinya dulu, baru rutenya.
Seperti pemilihan moda, pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek,
tercepat, dan termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai
informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat
menentukan rute yang terbaik.
3.7.6 Arus Lalulintas Dinamis (Arus Pada Jaringan Jalan)
Arus lalulintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus lalulintas
meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu tempuh pasti bertambah. Arus
maksimum yang dapat melewati suatu ruas jalan biasa disebut kapasitas ruas
jalan tersebut. Arus maksimum yang dapat melewati suatu titik (biasanya pada
persimpangan dengan lampu lalulintas biasa disebut arus jenuh.
Kapasitas ruas jalan perkotaan biasanya dinyatakan dengan kendaraan (atau
dalam Satuan Mobil Penumpang/SMP) per jam. Hubungan antara arus dengan
waktu tempuh (atau kecepatan) tidaklah linear. Penambahan kendaraan tertentu
pada saat arus rendah akan menyebabkan penambahan waktu tempuh yang kecil
jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat arus tinggi.

Laporan Akhir

3-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


4.1

LINGKUNGAN STRATEGIS

4.1.1 Peran Strategis Dalam Kerjasama Regional


Kota Dumai memiliki keunggulan dan daya tarik yang menjadikan Kota ini bernilai
strategis. Dari sudut pandang geografis, dalam konstelasi kepulauan di Indonesia
Kota Dumai merupakan sebuah Kota yang berada

di Pesisir Pantai Timur

Sumatera menghadap ke arah Selat Malaka yang merupakan lintas pelayaran


tersibuk di dunia. Kota ini berada pada selat jalur lintas perdagangan dunia yang
menjadi highway laut di Asia Tenggara dan berhadapan dengan tiga negara yang
cukup maju perekonomiannya di Asia yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand.
4.1.1.1 Kerjasama Ekonomi Sub Regional Indonesia-Malaysia-Singapura
Growth Triangle (KESR IMS-GT) dan Kerja Sama Ekonomi Sub
Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (KESR IMTGT).
Dalam forum kerjasama bangsa-bangsa di Asia Tenggara, maka Provinsi Riau
dan khususnya Kota Dumai memiliki peran penting mengingat posisi geografisnya
yang bersentuhan langsung dengan tiga diantara negara anggota ASEAN tersebut.
Bahkan dari sisi etnis merupakan suku bangsa yang masih serumpun dengan
Malaysia, Singapura dan Thailand Selatan. Dengan kondisi tersebut mendorong
Kota Dumai untuk bisa mengambil manfaat forum kerjasama tersebut dengan
kelebihan kedekatannya baik dari sisi geografis maupun sisi etnis kebudayaannya
dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya dan tentunya untuk dikembangkan
untuk bidang lainnya seperti ekonomi, perdagangan dan investasi.

Laporan Akhir

4-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pada forum kerjasama lingkup ASEAN tersebut telah dibentuk Kerjasama


Ekonomi Sub Regional Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle (KESR
IMS-GT) dan Kerja Sama Ekonomi Sub Regional Indonesia-Malaysia-Thailand
Growth Triangle (KESR IMT-GT). Provinsi Riau mengambil peran dan bagian
yang sangat penting dalam KESR IMS-GT sejak dibentuk pada 17 Desember
1994, sementara untuk KESR IMT-GT Provinsi Riau baru mengikutinya pada 20
Maret 1997.
Kebijakan KESR IMS-GT dan IMT-GT di wilayah Riau diarahkan pada upayaupaya sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterkaitan dan keterpaduan dalam penyusunan programprogram KESR, meliputi, (keterkaitan dan keterpaduan antar sektor, antar
lembaga, inter dan intra wilayah, pendanaan dan penjadwalan, serta link and
match dengan program dari negara/provinsi lain.
2. Merumuskan kembali konsep keterkaitan dan keterpaduan program KESR
antar provinsi terkait sehingga terwujud kesepakatan dalam bentuk dokumen
kerja program KESR.
3. Melanjutkan upaya deregulasi dan debirokratisasi secara menyeluruh dengan
memperbesar peran Pemerintah Daerah dalam kerangka otonomi daerah.
4. Melakukan pendataan yang akurat menyangkut potensi dan peluang
kerjasama yang ada disetiap provinsi terkait, untuk ditawarkan kepada dunia
usaha di negara lain peserta KESR.
5. Menerbitkan perangkat hukum dan peraturan pelaksanaannya di daerah untuk
mendukung pelaksanaan program KESR, utamanya yang berkaitan perijinan
pemanfaatan lahan.
6. Meningkatkan upaya-upaya promosi investasi dan informasi kebijakan
penanaman modal di provinsi terkait melalui sistem jaringan komunikasi
internet dan sistem promosi terpadu.
Kerjasama ekonomi Sub Regional (KESR) merupakan kegiatan ekonomi lintas
batas yang secara intensif dan ekstensif memanfaatkan komplementaritas
ekonomi sub-wilayah yang berbatasan untuk mempercepat pembangunan
ekonomi mulai arus masuk investasi, pengembangan sumber daya alam,
pengembangan infrastruktur dan industri bagi kepentingan ekspor.
Laporan Akhir

4-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Selain diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, kerjasama


sub regional juga diarahkan untuk mempercepat upaya pemerataan. Untuk itu
pada tahun 1995 dibentuk kawasan sub regional Indonesia, Malaysia, Singapore
Growth Triangle (IMS-GT). Wilayah yang tercakup dalam kerjasama ekonomi sub
regional tersebut adalah sebagai berikut:

Indonesia: Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera


Selatan, dan Kalimantan Barat

Malaysia: Negara Bagian Johor, dan Penang

Singapura

Untuk kerjasama Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT),


wilayah yang tercakup dalam kerjasama ekonomi sub regional ini adalah:

Indonesia: Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera


Selatan, dan Kalimantan Barat

Malaysia: Negara Bagian Johor, dan Penang

Thailand

Gambar 4.1 Kawasan Kerjasama Ekonomi Sub Regional IMS dan IMT

Laporan Akhir

4-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.1.1.2 Forum Kerjasama Sijori (Singapura - Johor - Riau)


Forum kerjasama Sijori (Singapura - Johor - Riau) merupakan salah satu forum
kerjasama yang telah lama dirintis oleh anggotanya yang lebih spesifik yakni ;
Singapura, Kesultanan Johor dan Riau. Selain kerjasama dibidang ekonomi dan
perdagangan, forum Sijori ini diperluas dan dipercepat kerjasamanya di bidang
kebudayaan, pendidikan dan sebagainya bahkan pada perluasan lapangan kerja.
Tahun 1997 ada rencana besar membangun jembatan penghubung Singapura Johor - Riau (Sijori), tetapi rencana ini batal karena terjadinya krisis moneter dan
ekonomi. Sekarang dengan adanya kemajuan teknologi karbon komposit ringan,
kabel fiber optic, rorbot bawah laut raksasa, pemantauan/ monitoring dan
sebagainya maka biaya pembangunan dan pemeliharaan dapat ditekan drastis.
Pembangunan jembatan tersebut diharapkan akan membawa manfaat dengan
melibatkan Riau dalam hal ini Batam dalam perjanjian perdagangan bebas AS Singapura sehingga produksi pabrik di Riau bisa diekspor bebas bea masuk di AS.
Selain itu kerjasama ini diharapkan akan banyak menambah lapangan kerja
dengan banyaknya pengunjung dari Singapura dan Malaysia ke Riau.
Rencana pembangunan jembatan tersebut tidak akan mengganggu pelayaran
karena tinggi jembatan melebihi tinggi kapal. Dengan kehadiran jembatan juga
diharapkan mengurangi pembajakan di Selat Malaka. Pembangunan jembatan
juga memungkinkan tanker / kapal barang raksasa akan berlabuh di pantai barat
Sumatera dan barang atau minyak dibawa menggunakan KA kargo / pipa ke
pantai timur dan Semenanjung Malaya / Singapura. Dengan demikian Kota Dumai
bisa mengambil peran dalam forum kerjasama ini baik dari supplay minyak /
energi, pemasok kebutuhan Batam, ketenaga kerjaan, destinasi pariwisata,
sebagai daerah penghubung Pantai Barat Sumatera dan Pantai Timur serta
peran-peran

ekonomi

perdagangan

lainnya

karena

forum

kerjasama

ini

bersentuhan langsung dan spesifik tiga wilayah.

Laporan Akhir

4-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pada tanggal 25 Oktober 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2002


tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Riau, meliputi kabupaten:

Kabupaten Kepulauan Riau

Kabupaten Karimun

Kabupaten Natuna

Kota Batam

Kota Tanjung Pinang

Dengan adanya pemekaran daerah Propinsi Riau menjadi 2 propinsi berpengaruh


pada wilayah kerjasama dengan negara-negara lain. Kerjasama Ekonomi Sub
Regional Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle (KESR IMS-GT) dan
Kerja Sama Ekonomi Sub Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle
(KESR IMT-GT) melingkupi Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Riau,

Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, sedangkan


untuk kerjasama SIJORI (Singapura-Johor-Riau) adalah dengan Propinsi
Kepulauan Riau. Walaupun demikian Kota Dumai tetap bisa mengambil peran
sebagaimana disebutkan di atas dalam forum kerjasama Sijori ini.
Dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau maka lokasi penting dan strategis
dalam perdagangan internasional yaitu Kota Batam menjadi andalan Propinsi
Kepulauan Riau.
Oleh karena itu, Propinsi Riau perlu menetapkan suatu kota dari bagian
wilayahnya untuk disiapkan menjadi kota andalan, yaitu Kota Dumai. Untuk
menyiapkan Kota Dumai menjadi kota andalan bagi Propinsi Riau, perlu dilakukan
restrukturisasi di segala bidang sehingga Kota Dumai mampu mengemban
tugasnya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), pusat jasa dan perdagangan
serta sebagai pintu gerbang internasional.

Laporan Akhir

4-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.1.2 Peran Kota Dumai dalam Kegiatan Nasional


Kota Dumai dipersiapkan menjadi kota andalan bagi Propinsi Riau.

Dalam

kebijakan nasional penetapan Wilayah Pembangunan dan hirarki kota, dalam


revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kota Dumai ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN). Sehingga dengan demikian Kota Dumai diharapkan mampu mengemban
tugasnya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) tersebut dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), pusat jasa,
perdagangan serta sebagai pintu gerbang internasional.
4.1.2.1 Kota Dumai Sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kota Dumai telah ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sejak
dibentuknya Provinsi Kepulauan Riau, Kota Dumai berperan sebagai gerbang laut
utama khususnya di kawasan Indonesia bagian barat. Potensi Kota Dumai
tersebut memiliki dampak positif dalam mendorong perkembangan daerahnya.
Sebagai pintu gerbang pelayaran internasional, Kota Dumai mampu berkembang
menjadi pusat pelayanan jasa perdagangan. Dengan posisinya yang strategis,
Kota Dumai sangat berpotensi menjadi pusat koleksi barang dan jasa dari wilayah
daerah-pengaruhnya (hinterland) dan sekaligus menjadi pusat distribusi barang
dan jasa ke daerah-daerah lainnya.
Kota Dumai berada dalam simpul transportasi nasional. Kota Dumai mempunyai
daerah-pengaruh tidak hanya kawasan di sekitar Kota Dumai tetapi juga mampu
melayani koridor jalan lintas timur Sumatera yaitu ke utara sampai Rantau Prapat
Sumatera Utara, ke selatan sampai dengan di Pekanbaru, ke barat sampai di Duri
dan wilayah-wilayah barat. Jalur darat yang menghubungkan Dumai-Pekanbaru
telah siap dilengkapi dengan prasarana berupa jalan tol baru, mengingat
pentingnya peranan Kota Pekanbaru khususnya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW). Jalur pelayanan angkutan regional darat saat ini melayani hubungan
antara Dumai - Pekanbaru dengan kota-kota lain di Propinsi Riau, serta kota-kota
lain di luar propinsi (pergerakan antarpropinsi).

Laporan Akhir

4-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Simpul transportasi laut Kota Dumai yang berdekatan dengan Selat Malaka dan
Selat Rupat berfungsi sebagai pintu gerbang pantai timur Pulau Sumatera dengan
jalur pelayaran Dumai - Batam, Dumai - Penang, Dumai - Medan, dan lain-lain.
Kota Dumai juga dilengkapi prasarana transportasi udara yaitu bandar udara
Pinang Kampai milik PT. Pertamina.
Industri hulu dan hilir di Kota Dumai berkembang pesat, karena Kota Dumai
berada di titik pemasaran yang strategis. Industri hulu melayani daerah belakang
(daerah-pengaruh), sedangkan industri hilir sangat didukung oleh lalu lintas
perairan internasional, khususnya pada jalur pelayaran Malaka.
Selain itu Kota Dumai juga merupakan sentra industri pengolahan yang
berkembang dan menjadi andalan Kota Dumai, diantaranya yaitu industri
pengolahan Crude Palm Oil (CPO), industri pengolahan kelapa sawit dan industri
pengolahan daging.
4.1.2.2 Kota Dumai Sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Mengingat posisi strategis Kota Dumai secara geografis yang berhadapan
langsung dengan negara Malaysia dan Singapura Kota Dumai ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Di Kota Dumai ditempatkan Pangkalan
Angkatan Laut TNI, yang memiliki armada laut cukup kuat di sepanjang pantai
timur Pulau Sumatera. Aksesibilitas pelayaran yang tinggi dari dan keluar wilayah
Indonesia membutuhkan pengamanan yang ketat, sebab Kota Dumai sebagai
salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga,
khususnya di teritorial perairan Indonesia bagian barat.
4.1.3 Kebijakan Pembangunan Kota Dumai
Dengan modalitas dan potensi strategis yang dimiliki Kota Dumai tersebut maka
agenda dan program pembangunan Kota Dumai diarahkan untuk bisa memenuhi
visi misi pembangunan sesuai yang diamanatkan. Sebagai bagian dari Provinsi
Riau maka kebijakan pembangunan Kota Dumai sejauh mungkin bisa seiring dan
bersinergi dengan Kebijakan pengembangan Provinsi Riau.

Laporan Akhir

4-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Kebijakan pengembangan Provinsi Riau dalam kurun RTRWP 2001-2015 perlu


dirumuskan sebagai pedoman arah dan landasan dalam penyusunan substansisubstansi rencana tata ruang wilayah. Kebijakan tersebut merupakan penjabaran
dari arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah jangka panjang maupun
jangka pendek yang telah ditetapkan dalam Pola Dasar Pembangunan Kota,
disesuaikan dengan lingkup dan bidang kegiatan pengembangan.
Mengacu pada arah kebijakan dan strategi pembangunan kota dimaksud di
bidang pengembangan ekonomi dirumuskan pengembangan wilayah Riau dalam
kurun RTRWP 2001-2015 sebagai berikut:
1. Melanjutkan dan mempercepat upaya-upaya pemulihan ekonomi untuk
mewujudkan dan kondisi lebih siap membangun perekonomian wilayah,
terutama dalam rangka membangkitkan kembali sektor riil di daerah.
2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat, dengan penekanan pada
potensi sektor/ subsektor wilayah secara terpadu dan sinergi antar sektor
maupun antar wilayah.
3. Meningkatkan laju pertumbuhan dan pemerataan ekonomi wilayah untuk
menciptakan kerja dan peluang berusaha yang seluas-luasnya, dan untuk
mengurangi kesenjangan perkembangan antar kawasan di dalam wilayah
melalui perwujudan perekonomian daerah yang lebih efisien, produktif,
kompetitif, tanggap terhadap dinamika pasar, dan berorientasi global.
4. Melaksanakan program restrukturisasi ekonomi untuk mewujudkan struktur
perekonomian wilayah yang kuat dan tangguh, serta memiliki daya saing kuat
di era global dengan mengembangkan sektor/ subsektor ekonomi basis tahan
krisis

(pertanian

tanaman

pangan,

perkebunan,

kehutanan,

dan

pertambangan) serta industri manufaktur, termasuk di dalamnya industri,


industri pengolahan hasil perikanan, dan industri kecil (home industry).
5. Mengembangkan dan memberdayakan usaha kecil dan menengah serta
koperasi agar efisien, produktif, dan berdaya saing dengan menciptakan iklim
berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya, melalui
peningkatan keterkaitan dan kemitraan usaha saling menguntungkan dengan
usaha-usaha besar yang telah berkembang.

Laporan Akhir

4-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6. Meningkatkan keterbukaan pemerintah dalam pengelolaan usaha, melanjutkan


langkah

deregulasi

peraturan

dan

ketetapan-ketetapan

yang

dapat

menghambat investasi, distribusi dan perdagangan untuk memperlancar roda


perekonomian di daerah.
7. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan segenap potensi SDA
yang ada di wilayah daratan, pesisir, dan lautan sehingga mampu memberi
nilai tambah ekonomi yang tinggi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup seluruh rakyat.
8. Meningkatkan

pengembangan

potensi

SDA

kelautan,

termasuk

pengamanannya untuk keperluan ekspor melalui peningkatan investasi,


penerapan teknologi tepat guna, manajemen terpadu, serta peningkatan
kualitas SDM dan pengembangan budaya maritim.
9. Meningkatkan pengembangan potensi kepariwisataan di daerah, baik yang
berbasis pada obyek wisata alam, sejarah dan budaya, maupun obyek wisata
binaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah dan sebagai
penghasil devisa negara.
10. Mengembangkan ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber
daya bahan pangan bagi penyediaan kebutuhan sembilan bahan pokok dalam
jumlah yang cukup dan pada tingkat harga yang terjangkau oleh rakyat dalam
kerangka menumbuhkan kemandirian dan mengurangi ketergantungan pada
impor bahan dari luar negeri.
Kebijakan

pengembangan

Kota

Dumai

bidang

pembangunan

sektor

perekonomian yang terkait dengan pembangunan infrastruktur sektor transportasi


tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Dumai 2006 -2010 yakni; Program peningkatan pelayanan ketersediaan
infrastruktur sosial ekonomi dan akses transportasi pasar hasil-hasil pertanian.
Adapun

sasaran

penunjang

dari

adanya

arah

kebijakan

pembangunan

infrastruktur sektor trasnportasi tersebut adalah guna mencapai terwujudnya


peningkatan pelayanan ketersediaan akses infrastruktur sarana prasarana
transportasi bersama-sama dengan akses energi tenaga listrik, air bersih yang
terjangkau kawasan pusat kegiatan agribisnis, agroindustri, kawasan basis industri
rumah tangga dan kawasan pemasaran produk.
Laporan Akhir

4-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Program pembangunan Kawasan Industri yang merupakan salah satu agenda


utama pembangunan di Kota Dumai tidak terlepas dan akan terintegrasi dengan
program pembangunan bidang infrastruktur khususnya sektor transportasi,
dimana sektor ini akan menjadi unsur vital dalam upaya pengembangan sebuah
kawasan indsustri.
Dalam program pembangunan Kawasan Industri yakni Program pembangunan
jaringan infrastruktur penunjang kawasan industri ditujukan diantaranya untuk
memenuhi sasaran-sasaran yakni ;
a. Menyediakan prasarana dan sarana penunjang pembangunan kawasan
industri Kota Dumai sehingga mampu memberikan pelayanan terbaik kepada
para investor.
b. Mengembangkan promosi untuk menarik investor dengan melengkapi
kawasan industri dengan fasilitas yang memadai.
Dari sasaran tersebut maka keberadaan akan sebuah program kegiatan
pembangunan infrastruktur sektor transporasi akan sangat mendukung Program
peningkatan pelayanan ketersediaan infrastruktur pada pengembangan sebuah
Kawasan Industri. Dengan demikian akan menjadi sisi daya tarik bagi investor
untuk menanamkan investasinya di Kawasan Industri yang memberikan banyak
kemudahan dalam hal ini fasilitas dan sarana prasarana penunjang operasional
kebutuhan transportasi di Kawasan Industri.
Secara

khusus

kebijakan

pembangunan

yang

tertuang

dalam

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2006 -2010


Dalam bidang Pengembangan Infrastruktur sektor transportasi diarahkan untuk:
a. Mempercepat pembangunan dan kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan prasarana
dan sarana transportasi yang memiliki multiplier efek yang tinggi meliputi
transportasi antar pulau, transportasi dari kantong-kantong produksi di daerah
pemasaran dan transportasi kawasan tertinggal.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dalam bidang transportasi
melalui perbaikan, perluasan dan penambahan prasarana dan sarana
transportasi dengan fasilitas pendukung lainnya.

Laporan Akhir

4-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

c. Mengembangkan fasilitas pelabuhan yang diperlukan untuk memperlancar


arus barang keluar/masuk dari/ke Kota Dumai.
Dari arah kebijakan pembangunan bidang pengembangan infrastruktur sektor
transportasi tersebut diimplementasikan dalam program pembangunan:
1. Prasarana Jalan
Program

rehabilitasi/pemeliharaan

jalan

dan

jembatan

mencakup

rehabilitasi/ pemeliharaan rutin dan berkala sistem jaringan jalan terutama


pada ruas-ruas yang merupakan jalur utama perekonomian dan memiliki
prioritas tinggi
Program peningkatan/pembangunan jalan dan jembatan
2. Angkutan Darat
Program penataan sistem transportasi wilayah (lokal)
Program peningkatan keselamatan transportasi jalan
Program peningkatan pelayanan angkutan umum
3. Angkutan Udara
Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana transportasi udara
Program pembangunan prasarana transportasi udara
4. Angkutan Laut
Program peningkatan fasilitas pelayanan angkutan laut.
Program peningkatan keselamatan pelayaran.
Program pembinaan pelayaran rakyat.
Program peningkatan pembangunan pelabuhan Dumai.
Sasaran yang hendak dicapai dari program kegiatan pembangunan infrastruktur
sektor transporasi tersebut adalah ;
a. Mendukung

percepatan

peningkatan

kesejahteraan

dan

peningkatan

pelayanan kepada masyarakat.


b. Penyediaan fasilitas fisik yang dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat dalam bentuk kelancaran angkutan, aksesbilitas serta keamanan
dan kenyamanan.
c. Mendukung optimalisasi penggarapan potensi daerah.

Laporan Akhir

4-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.1.4 Kebijakan Transportasi Nasional


Arah kebijakan pembangunan bidang infrastruktur sektor transportasi di atas
diselaraskan dengan kebijakan transportasi nasional yang dituangkan dalam
bentuk Sistem Tataran Transportasi Nasional (Sistranas) yakni sebuah tatanan
transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan,
transportasi kereta api (jalan rel), transportasi sungai dan danau, transportasi
penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, serta transportasi pipa.
Kecuali transportasi pipa, setiap jenis transportasi lainnya terdiri dari sarana dan
prasarana, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan
perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif
dan efisien, terpadu, dan harmonis, yang berfungsi melayani perpindahan orang
dan/atau barang antarsimpul atau kabupaten nasional dan dari simpul atau
kabupaten nasional ke luar negeri dan sebaliknya, yang terus berkembang secara
dinamis.
Tujuan

Sistranas

adalah

terwujudnya

transportasi

yang

handal

dan

berkemampuan tinggi dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika


pembangunan, meningkatkan keselamatan, meningkatkan mobilitas manusia,
barang dan jasa, mendorong pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, menjaga
kelestarian lingkungan hidup, serta lebih memantapkan keamanan nasional dalam
rangka perwujudan Wawasan Nusantara.
Dilihat dari lingkup wilayah pelayanannya, sistranas diwujudkan ke dalam tiga
tataran transportasi, yaitu:

Tataran Transportasi Nasional (Tatranas)

Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)

Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)

Ketiga tataran transportasi tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan karena pelayanan perpindahan orang dan barang dari kota-kota
provinsi maupun kota-kota lokal ke kota-kota nasional dan sebaliknya tidak dapat
dilakukan oleh salah satu tataran transportasi saja, melainkan harus terpadu
bersama-sama dengan kedua tataran transportasi lainnya.

Laporan Akhir

4-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Tatranas memiliki hubungan yang


erat dengan pengembangan wilayah secara nasional, sehingga keterkaitannya
dengan RTRWN merupakan salah satu prinsip dari pengembangan Tatranas. Hal
ini pun menjadi perhatian dalam pengembangan Tatrawil dan Tatralok serta
turunan ke bawahnya dimana masing-masing berkaitan erat dengan RTRWP
(Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi) dan RTRWK (Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota).
Berdasarkan tinjauan terhadap Tatranas, maka nampak bahwa dalam rencana
pengembangan Sistranas, Kota Dumai sebagai simpul dan jaringan pergerakan
orang dan barang baik bersifat regional dimana Kota Dumai sebagai salah satu
Pusat Wilayah Pembangunan yakni WP III,

bersifat nasional, Kota Dumai

ditetapkan sebagai PKN sehingga Kota Dumai diharapkan mampu mengemban


tugasnya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yakni sebagai simpul
pergerakan orang dan barang nasional. Dalam tataran nasional dan dalam
hubungan internasional dengan ditetapkannya Kota Dumai sebagai PKSN (Pusat
Kegiatan Strategis Nasional tersebut dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), pusat
jasa, perdagangan serta sebagai pintu gerbang internasional nampak sekali
bahwa peran strategis Kota Dumai khususnya sebagai bagian dari Sistranas
sangat menonjol.
4.1.5 Identifikasi Kondisi dan Potensi Sumberdaya Daerah
Pemilihan strategi untuk mengimplemantasikan sebuah kebijakan perlu didukung
oleh pertimbangan-pertimbangan berdasar kondisi obyektif suatu daerah.
Perumusan strategi pembangunan perlu menilik potensi sumber daya yang dimiliki
oleh daerah yang bersangkutan. Perlu menakar kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang merupakan komponen analisis strategi yang secara langsung
dan tidak langsung akan mempengaruhi tujuan dari kebijakan suatu daerah.
Kekuatan (striength) dan kelemahan (weakness) merupakan faktor internal yang
memberikan pengaruh langsung, sedangkan peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) merupakan faktor eksternal yang mendatangkan pengaruh tidak langsung.

Laporan Akhir

4-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Keterkaitan antara faktor internal dan faktor eksternal tersebut dapat ditunjukkan
dalam empat kategori hubungan berikut:

Memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang.

Memanfaatkan kekuatan untuk mengantisipasi ancaman.

Menghilangkan kelemahan untuk meraih peluang.

Menghilangkan kelemahan untuk mengantisipasi ancaman.

Dalam konteks perencanaan, pembangunan, dan penyelenggaraan Grand Design


Transportasi Kota Dumai keempat faktor tersebut dapat didefinisikan sebagai
berikut:

Kekuatan, merupakan faktor-faktor internal yang dimiliki Kota Dumai yang bisa
dijadikan andalan dan merupakan keunggulan

dalam penyusunan dan

penyelenggaraan Grand Design Transportasi Kota Dumai.

Kelemahan, adalah kondisi internal Kota Dumai yang berpotensi bisa menjadi
sumber kegagalan dalam penyusunan dan penyelenggaraan Grand Design
Transportasi Kota Dumai.

Peluang, adalah kondisi eksternal (lingkungan strategis) dari Kota Dumai yang
dapat memberikan dampak positif bagi penyusunan dan penyelenggaraan
Grand Design Transportasi Kota Dumai jika bisa dimanfaatkan dengan baik.

Ancaman, yaitu kondisi eksternal (lingkungan strategis) dari Kota Dumai yang
dapat memberikan dampak negatif bagi penyusunan dan penyelenggaraan
Grand Design Transportasi Kota jika tidak mampu diantisipasi dengan baik.

Berdasarkan kondisi obyektif yang dimiliki oleh Kota Dumai , baik ditinjau dari
aspek geografis, kependudukan, peran kewilayahan, makro ekonomi, forum
kerjasama regional maupun aspek transportasi, maka dapat diidentifikasi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang dimiliki oleh daerah
ini. Secara singkat, kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut dapat
diuraikan di bawah ini.
4.1.5.1 Kekuatan
Modal yang dimiliki oleh Kota Dumai yang dapat dijadikan sebagai faktor penentu
keberhasilan dalam penyelenggaraan Grand Design Transportasi, adalah:

Laporan Akhir

4-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

1. Aspek Geografis:
Dengan posisi geografis yang strategis berada pada lintas perdagangan
dunia di Selat Malaka dan menjadi lingkar dekat negara-negara yang
tergabung dalam forum kerjasama regional seperti IMT-GT, IMS-GT, Sijori
dan Pan Beibuwan maka ini menjadi kekuatan tersendiri bagi Kota Dumai.
Kota Dumai menjadi pusat simpul pergerakan orang dan barang bagi
daerah-daerah di sekitarnya, dimana kota ini bisa menjadi outlet khususnya
dengan transportasi laut serta posisi Kota Dumai menjadi pusat Wilayah
Pembangunan

sehingga

akan

sangat

membantu

perannya

dalam

hubungan antar daerah maupun antar negara khususnya dalam aktivitas


ekonomi, perdagangan dan investasi dengan daerah-daerah disekitarnya
maupun negara-negara anggota forum-forum kerjasama regional yang ada.
2. Aspek Kependudukan
Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Dumai termasuk relitif tinggi bahkan
dalam beberapa tahun rata-rata di atas 3 % dan diperkirakan ke depan
masih akan

mencapai rata-rata di atas 2,5 % per tahun. Pertumbuhan

sebesar ini cukup berarti dalam mempengaruhi bangkitan dan tarikan


penumpang khususnya dan barang umumnya.
Dengan melihat peran penting kota Dumai dalam konteks perekonomian
regional maupun internasional maka dalam perkembangannya kota ini akan
memiliki daya tarik bagi tenaga kerja yang berasal dari luar, sehingga
kondisi seperti ini akan lebih menggairahkan perekonomian dan Sektor
Transportasi yang akan berpengaruh pada pergerakan orang dan barang.
3. Aspek Kewilayahan:
Dalam

struktur

ruang,

Kota

Dumai

merupakan

pusat

Wilayah

Pembangunan yang saling berinteraksi dengan kota-kota hinterland di


sekitarnya sehingga berperan sebagai pusat-pusat bangkitan dan tarikan
barang dan penumpang.
Menilik posisi dan peran Kota Dumai sebagai salah satu gerbang di
Kawasan Indonesia Barat khususnya transportasi laut dan merupakan kota
penting dalam forum kerjasama ekonomi regional seperti IMT-GT, IMS-GT,
Sijori dan Pan Beibuwan sehingga berpengaruh pada bangkitan-tarikan
orang dan barang pada lintas perdagangan regional dan internasional.

Laporan Akhir

4-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4. Aspek Makro Ekonomi:


Struktur ekonomi Kota Dumai mencerminkan sebuah kota yang sangat kuat
didukung oleh Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) yang
memiliki kontribusi terhadap PDRB kurang lebih sebesar 28%. Kondisi ini
menjadi kekuatan Kota Dumai untuk bisa menata Sektor Transportasinya
untuk

mengakomodasi kebutuhan dan pengembangan ke depan akan

pergerakan orang dan barang.


Sektor transportasi selama ini sudah cukup signifikan dalam menghidupkan
perekonomian Kota Dumai. Ditilik dari kontribusinya terhadap PDRB, sektor
ini menempati urutan kedua terbesar setelah Sektor PHR. Dengan
kontribusi sebesar 21% maka menjadi modal penting bagi pengembangan
sektor yang bersangkutan ke depan khususnya dalam pelayanan lalu lintas
orang dan barang.
5. Forum Kerjasama Regional:
Dalam kerangka Forum Kerjasama Pan Beibuwan, Kota Dumai termasuk
lingkaran dekat pada Koridor Nanning - Singapura. Koridor ini dari
Semenanjung Indochina akan melewati kota-kota di Vietnam, Laos,
Kamboja, Thailand dan Malaysia sebelum mencapai Singapura dengan
wahana kerata api dan jalan raya Pan Asia. Pembangunan koridor ini akan
mendorong peredaran sumberdaya dan unsur produksi antar Negara
sehingga membentuk koridor ekonomi lintas Negara dengan keunggulan
ekonomi saling melengkapi serta mendorong pembangunan kawasan
perdagangan bebas Asean-Tiongkok dan untuk meningkatkan daya saing
produk regional untuk pasar internasional.
Sebagai anggota yang spesifik Forum Kerjasama Regional yakni
Singapura-Johor-Riau, maka daerah-daerah di Riau termasuk Kota Dumai
menjadikannya sebagai kekuatan. Walaupun dalam perkembangannya
setelah adanya pemekaran wilayah dengan munculnya Provinsi Kepri dan
Batam sebagai pemeran dalam forum ini tetapi kerjasama ekonomi,
perdagangan dan investasi umumnya tidak linear. Dengan demikian Kota
Dumai tetap berperan dalam forum ini apalagi bersinergi dengan forumforum kerjasama regional lainnya, seperti IMT-GT dan IMS-GT.

Laporan Akhir

4-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6. Aspek Transportasi
Kota Dumai memiliki wilayah dan ruang yang masih cukup luas untuk bisa
dirancang dengan tatanan yang ideal dalam mengakomodasi kebutuhan
dan pengembangan sektor transportasi sehingga kondisi ini bisa dijadikan
andalan utama di dalam melayani arus barang dan penumpang.
Secara umum jaringan transportasi yang ada sudah cukup baik sehingga
akan mudah mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan tansportasi dan
pengembangannya ke depan guna mengemban peran geografisnya baik
dalam konstelasi lokal, regional maupun internasional.
4.1.5.2 Kelemahan
Kota Dumai juga dihadapkan pada beberapa kelemahan yang berpotensi menjadi
faktor penghambat dalam penyelenggaraan Grand Design Transportasi, antara
lain:
1. Aspek Geografis:
Potensi geografis yang strategis Kota Batam belum termanfaatkan dengan
baik akibat keterbatasan-keterbatasan aksesibilitas dari dan ke kota ini baik
dengan daerah-daerah dan kota-kota di sekitarnya maupun negara-negara
tetangga .
2. Aspek Kependudukan:
Masih rendahnya kualitas tenaga kerja di Kota Dumai sedangkan untuk
saat mendatang dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi untuk
mampu mendukung perkembangan Kota Dumai yang sangat pesat yang
salah satunya akan direncanakan sebagai pusat jasa dan perdagangan,
sehingga mampu bersaing dengan daerah lainnya.
3. Aspek Kewilayahan
Integrasi sistem perkotaan di Riau dimana Kota Dumai menjadi bagian dari
sistem di dalamnya

belum berjalan dengan baik, sehingga perannya

sebagai pusat Wilayah Pembangunan belum optimal. Hal ini tentu saja
berpengaruh pada penataan sistem jaringan atau hirarki transportasi serta
pelayanan barang dan penumpang.

Laporan Akhir

4-17

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pengembangan kawasan budidaya belum mengarah pada penataan pusatpusat produksi, sehingga penataan jaringan transportasi dan pelayanan
terhadap barang hasil produksi kawasan budidaya belum berjalan dengan
baik.
4. Aspek Makro Ekonomi:
Struktur ekonomi yang yang kurang seimbang antar sektor di dalamnya
dengan adanya konsentrasi pada satu atau dua sektor dominan akan
rentan terhadap kinerja ekonomi jika terjadi gangguan atau distorsi-distorsi
perekonomian, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada pergerakan
orang dan barang.
Terjadi ketimpangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Dumai, dimana sektor
primer seperti Sektor Pertanian (sekitar 4%) jauh tertinggal oleh sektorsektor lainnya diikuti oleh sektor penunjang yang penting seperti Listrik Gas
dan Air minum yang tumbuh hanya sekitar 3% dibanding sektor lainnya
rata-rata 8% hingga 9%.
Daya serap terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan asing
(PMA) masih relatif rendah dibanding potensi yang dimiliki, sehingga
penambahan produksi dan tenaga kerja juga rendah, yang pada gilirannya
bangkitan dan tarikan barang dan penumpang rendah pula.
5. Forum Kerjasama Regional
Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki Kota Dumai dalam memanfaatkan
forum-forum kerjasama regional merupakan kelemahan yang perlu
dibenahi. Hingga kini efektivitas forum-forum kerjasama tersebut masih
jauh dari yang diharapkan.
6. Aspek Transportasi:
Jaringan transportasi darat Kota Dumai sudah tidak memadai. Jaringan
jalan yang menghubungkan Kota Dumai dengan kota-kota lainnya di tingkat
regional masih tergolong rendah dan perlu ditingkatkan lagi baik kualitas
maupun fungsi jalannya, daya tampung dan daya dukungnya, yang
nantinya akan sangat berguna dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi daerahnya sendiri serta pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya.
Pergerakan penumpang dan barang dari dan ke Dumai melalui sistem
transportasi darat masih banyak terhambatan terutama dengan kota-kota di
sekitarnya seperti Duri dan Pekanbaru.
Laporan Akhir

4-18

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Volume kendaraan sudah mencapai batas jenuh daya tampung (kapasitas)


jalan. Dalam sistranas, saat ini pemerintah Kota Dumai berencana
menghidupkan kembali jalur kereta api Pekan Baru - Duri - Dumai - Rantau
Prapat untuk angkutan barang/ kargo.
Terjadinya penumpukan barang di pelabuhan Kota Dumai karena kapal
yang tersedia hanya kapal biasa yang tidak dapat mengangkut dalam
jumlah besar. Oleh karena itu dibutuhkan kapal berukuran besar (RORO)
yang mampu membawa kontainer sekaligus juga menyesuaikan kapasitas
dermaganya.
Bandara

Pinang

Kampai

sebagai

pusat

penyebaran

tersier

yang

merupakan satu-satunya bandara di Kota Dumai adalah milik PT.


Pertamina yang masih mempunyai kapasitas terbatas untuk secara dipakai
umum sehingga dapat menghambat kelancaran dalam berhubungan
dengan dunia internasional. Bandara internasional yang terdekat adalah
Hang Nadim di Batam dan Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
4.1.5.3 Peluang
Di samping kekuatan dan kelemahan, Kota Dumai juga memiliki peluang-peluang
yang berpotensi menjadi faktor pendorong positif dalam penyelenggaraan Grand
Design Transportasi, antara lain:
1. Aspek Geografis:
Sebagai bagian dari forum-forum kerjasama regional, Kota Dumai berada
pada posisi geografis yang strategis, yakni dekat dengan negara-negara
anggota forum-forum tersebut jika dibandingkan dengan daerah-daerah
atau kota-kota lainnya, sehingga Kota Dumai bisa mengambil peluang ini
untuk bisa berperan lebih besar.
2. Aspek Kependudukan:
Dengan daya tarik yang dimiliki oleh Kota Dumai terutama potensi dan
perkembangan perekonomian ke depan berpotensi menarik masuknya
penduduk dan tenaga kerja berkualitas dari daerah lain ke Kota ini.

Laporan Akhir

4-19

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

3. Aspek Kewilayahan
Sistem perkotaan dan sistem transportasi yang dikembangkan di level
provinsi dan nasional terintegrasi secara baik dengan sistem perkotaan dan
sistem transportasi di Kota Dumai, sehingga menjadi peluang baik untuk
terus berbenah tatanan transporasinya.
4. Aspek Makro Ekonomi:
Peluang untuk meningkatkan kapasitas ekonomi Kota Dumai masih sangat
terbuka.

Peningkatan

PDRB

dengan

mengangkat

sektor-sektor

ekonominya guna memberikan nilai tambah yang lebih banyak bisa digali
dengan mendorong peningkatan penanaman investasi baik Dalam Negeri
maupun PMA melalui pemanfaatan forum-forum kerjasama regional yang
diikuti.
Umumnya masyarakat di negara-negara tetangga sebagai sesama anggota
forum-forum kerjasama regional tersebut memiliki pendapatan perkapita
cukup tinggi, hal ini mendatangkan peluang bagi peningkatan ekonomi Kota
Dumai yang pada gilirannya dapat meningkatan pendapatan per kapita
masyarakat di daerah ini.
Relokasi industri dan ekspansi investasi oleh negara-negara tetangga
memberi peluang bagi peningkatan investasi di Kota Dumai.
5. Forum Kerjasama Regional:
Dalam konteks Forum Kerjasama Pan Beibuwan Koridor Nanning Singapura berpeluang akan mendorong peredaran sumberdaya dan unsur
produksi antar Negara sehingga membentuk koridor ekonomi lintas Negara
dengan

keunggulan

ekonomi

saling

melengkapi

serta

mendorong

pembangunan kawasan perdagangan bebas Asean-Tiongkok dan untuk


meningkatkan daya saing produk regional untuk pasar internasional. Dalam
kerangka kerjasama tersebut Kota Dumai lebih bisa mengambil peran dan
peluang dibanding kota atau daerah lainnya.
Kota Dumai sebagai pemeran penting dalam Forum Kerjasama IMT-GT
dan IMS-GT akan bisa mengambil manfaat terlebih jika interaksi diantara
anggota dipermudah dengan pembangunan prasarana sarana transportasi.
Selain itu dinamika kerjasama forum ini khususnya dalam bidang ekonomi,
perdagangan dan investasi bisa diharapkan akan terus berkembang
bersama dengan forum-forum kerjasama regional lainnya seperti Sijori.
Laporan Akhir

4-20

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Dalam Forum Kerjasama Singapura-Johor-Riau (Sijori) ini secara tidak


langsung Kota Dumai bisa mengambil peluang bersama-sama Batam dan
daerah Riau lainnya.
Sebagai bagian dari forum-forum kerjasama regional, Kota Dumai sangat
berpeluang untuk meningkatkan perekonomian melalui perdagangan luar
negeri, investasi dan pariwisata.
6. Aspek Transportasi:
Sebagai pusat dan simpul pertumbuhan bagi daerah-daerah di sekitarnya,
serta perannya sebagai PKN dan PKSN, Kota Dumai bisa mengambil
peluang bagi kota ini dalam jangka panjang untuk mengembangkan
transportasi berskala nasional dan internasional.
Masuknya Kota Dumai dalam tatranas maupun tatrawil bisa memberikan
peluang berupa peningkatan alokasi anggaran dari pemerintah pusat
maupun pemerintah provinsi untuk pembangunan sektor transportasi di
Kota Dumai.
4.1.5.4 Ancaman
Meskipun Kota Dumai memiliki berbagai peluang, namun kota ini juga dihadapkan
pada berbagai ancaman yang berpotensi menjadi faktor penghambat dalam
penyelenggaraan Grand Design Transportasi Kota Dumai, antara lain:
1. Aspek Geografis:
Dengan adanya pemekaran Provinsi Riau menjadi dua yakni munculnya
Riau Kepulauan dengan Batam sebagai sentralnya hal ini menjadi
ancaman tersendiri bagi Riau dan khsususnya Kota Dumai.

Mudahnya

aksesibilitas dari dan ke Batam bisa menyebabkan Kota Dumai menjadi


bukan pilihan utama.
Dengan kelengkapan sarana prasarana dan infrastruktur perekonomian
yang dikembangkan kota atau daerah lain yang secara geografis bersaing
dengan posisi Kota Dumai maka akan menjadikan Dumai menjadi kota
yang ditinggalkan dalam kerjasama antar daerah maupun kerjasama
regional.

Laporan Akhir

4-21

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2. Aspek Kependudukan
Pada kondisi Kota Dumai tidak bisa mengakomodasi kebutuhan dan
perkembangan sosial, ekonomi dan infrastruktur sektor transporasi
menjadikan kota ini kurang menarik dan tidak bisa bersaing dengan kota
dan daerah lainnya maka kota ini akan terancam tidak diminati penduduk
dan tenaga kerja berkualitas dari daerah lain.
3. Aspek Kewilayahan:
Pengembangan struktur ruang kota dan daerah-daerah lain jika tidak
mempertimbangkan dan mengintegrasikan Kota Dumai sebagai bagian dari
struktur ruangnya akan menjadi ancaman bagi perkembangan kota ini.
4. Aspek Makro Ekonomi:
Ketimpangan struktur, pertumbuhan antar sektor ekonomi dan redistribusi
pendapatan akan menimbulkan ancaman stagnasi dan konsentrasi pada
sektor dan kekuatan tertentu.
Kuatnya

daya

saing

produk-produk

negara-negara

anggota

forum

kerjasama regional bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Kota Dumai .


Iklim dan kemudahan berinvestasi dan berusaha di kawasan lain dengan
sarana prasarana transportasi dan infrastruktur yang lebih lengkap bisa
menghambat peningkatan investasi di Kota Dumai.
5. Forum Kerjasama Regional
Pada tataran implementasi dengan tidak diikutsertakannya Kota Dumai
dalam kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi pada forum-forum
kerjasama regional menjadi ancaman bagi Kota Dumai. Dengan tidak
efektifnya peran keanggotaan Kota Dumai dalam forum-forum kerjasama
regional maka kota ini tidak bisa mengambil manfaat apapun bagi
pembangunan daerah dan masyarakatnya.
6. Aspek Transportasi:
Kerangka kerjasama pada forum-forum kerjasama regional seperti IMT-GT,
IMS-GT, Sijori dan Pan Beibuwan tidak berkembang dengan efektif,
termasuk

jaringan

transportasi

diantara

sesama

anggota

dengan

meninggalkan peran Kota Dumai maka terancam tidak memperoleh


dampak positif bagi perekonomian dan pengembangan sektor transportasi
di Kota Dumai.

Laporan Akhir

4-22

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Dengan masih banyak terhambatnya kelancaran pergerakan orang dan


barang Kota Dumai dengan kota atau daerah di sekitarnya menjadikan
ancaman perkembangan kota ini dalam interaksi sosial ekonomi dengan
hinterlandnya.
4.1.5.5 Matriks SWOT
Berdasarkan hasil identifikasi sumberdaya baik faktor internal dan faktor eksternal
di atas, maka kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Kota
Dumai dapat diringkaskan dalam bentuk matriks SWOT, seperti tampak pada
Tabel 4.1. berikut

Laporan Akhir

4-23

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 4.1
No.
1.

Aspek
Geografis

Matriks Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (SWOT) Kota Dumai

Kekuatan
Dengan posisi geografis yang
strategis berada pada lintas
perdagangan dunia di Selat
Malaka dan menjadi lingkar
dekat negara-negara yang
tergabung
dalam
forum
kerjasama regional seperti
IMT-GT, IMS-GT, Sijori dan
Pan Beibuwan maka ini
menjadi kekuatan tersendiri
bagi Kota Dumai.
Kota Dumai menjadi pusat
simpul pergerakan orang dan
barang bagi daerah-daerah di
sekitarnya, dimana kota ini bisa
menjadi
outlet
khususnya
dengan transportasi laut serta
posisi Kota Dumai menjadi
pusat Wilayah Pembangunan
sehingga
akan
sangat
membantu perannya dalam
hubungan
antar
daerah
maupun
antar
negara
khususnya dalam aktivitas
ekonomi, perdagangan dan
investasi
dengan
daerahdaerah disekitarnya maupun
negara-negara anggota forumforum kerjasama regional yang
ada.

Laporan Akhir

Kelemahan
Potensi
geografis
yang
strategis Kota Batam belum
termanfaatkan dengan baik
akibat
keterbatasan
keterbatasan aksesibilitas dari
dan ke kota ini baik dengan
daerah-daerah dan kota-kota di
sekitarnya maupun negaranegara tetangga .

Peluang
Sebagai bagian dari forumforum kerjasama regional, Kota
Dumai berada posisi geografis
yang strategis, yakni dekat
dengan
negara-negara
anggota forum-forum tersebut
jika
dibandingkan
dengan
daerah-daerah atau kota-kota
lainnya, sehingga Kota Dumai
bisa mengambil peluang ini
untuk bisa berperan lebih
besar.

Ancaman
Dengan adanya pemekaran
Provinsi Riau menjadi dua
yakni
munculnya
Riau
Kepulauan dengan Batam
sebagai sentralnya hal ini
menjadi ancaman tersendiri
bagi Riau dan khsususnya
Kota Dumai.
Mudahnya
aksesibilitas dari dan ke Batam
bisa menyebabkan Kota Dumai
menjadi bukan pilihan utama.
Dengan kelengkapan sarana
prasarana dan infrastruktur
perekonomian
yang
dikembangkan
kota
atau
daerah lain yang secara
geografis bersaing dengan
posisi Kota Dumai maka akan
menjadikan Dumai menjadi
kota yang ditinggalkan dalam
kerjasama
antar
daerah
maupun kerjasama regional.

4-24

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

No.

Aspek

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

2.

Kependudukan

Tingkat
pertumbuhan
penduduk
Kota
Dumai
termasuk relitif tinggi bahkan
dalam beberapa tahun ratarata di atas 3 % dan
diperkirakan ke depan masih
akan mencapai di atas 2,5 %
per
tahun.
Pertumbuhan
sebesar ini cukup berarti dalam
mempengaruhi bangkitan dan
tarikan penumpang khususnya
dan barang umumnya.

Masih
rendahnya
kualitas
tenaga kerja di Kota Dumai
sedangkan
untuk
saat
mendatang dibutuhkan tenaga
kerja yang berkualitas tinggi
untuk mampu mendukung
perkembangan Kota Dumai
yang sangat pesat yang salah
satunya akan direncanakan
sebagai pusat
jasa
dan
perdagangan,
sehingga
mampu
bersaing
dengan
daerah lainnya.

Dengan daya tarik yang dimiliki


oleh Kota Dumai terutama
potensi dan perkembangan
perekonomian
ke
depan
berpotensi menarik masuknya
penduduk dan tenaga kerja
berkualitas dari daerah lain ke
Kota ini.

Pada kondisi Kota Dumai tidak


bisa
mengakomodasi
kebutuhan dan perkembangan
sosial,
ekonomi
dan
infrastruktur sektor transporasi
menjadikan kota ini kurang
menarik
dan
tidak
bisa
bersaing dengan kota dan
daerah lainnya maka kota ini
akan terancam tidak diminati
penduduk dan tenaga kerja
berkualitas dari daerah lain.

Dengan melihat peran penting


kota Dumai dalam konteks
perekonomian
regional
maupun internasional maka
dalam perkembangannya kota
ini akan memiliki daya tarik
bagi tenaga kerja yang berasal
dari luar, sehingga kondisi
seperti
ini
akan
lebih
menggairahkan perekonomian
dan Sektor Transportasi yang
akan
berpengaruh
pada
pergerakan orang dan barang.

Laporan Akhir

4-25

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

No.

Aspek

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

3.

Kewilayah-an

Dalam struktur ruang, Kota


Dumai
merupakan
pusat
Wilayah Pembangunan yang
saling berinteraksi dengan
kota-kota
hinterland
di
sekitarnya sehingga berperan
sebagai pusat-pusat bangkitan
dan
tarikan
barang
dan
penumpang.

Integrasi sistem perkotaan di


Riau dimana Kota Dumai
menjadi bagian dari sistem di
dalamnya
belum berjalan
dengan
baik,
sehingga
perannya
sebagai
pusat
Wilayah Pembangunan belum
optimal. Hal ini tentu saja
berpengaruh pada penataan
sistem jaringan atau hirarki
transportasi serta pelayanan
barang dan penumpang.

Sistem perkotaan dan sistem


transportasi
yang
dikembangkan di level provinsi
dan
nasional
terintegrasi
secara baik dengan sistem
perkotaan
dan
sistem
transportasi di Kota Dumai,
sehingga menjadi pelang baik
untuk terus berbenah tatanan
transporasinya.

Pengembangan struktur ruang


kota dan daerah-daerah lain
jika tidak mempertimbangkan
dan mengintegrasikan Kota
Dumai sebagai bagian dari
struktur
ruangnya
akan
menjadi
ancaman
bagi
perkembangan kota ini.

Menilik posisi dan peran Kota


Dumai sebagai salah satu
gerbang di Kawasan Indonesia
Barat khususnya transportasi
laut dan merupakan kota
penting
dalam
forum
kerjasama ekonomi regional
seperti IMT-GT, IMS-GT, Sijori
dan Pan Beibuwan sehingga
berpengaruh pada bangkitantarikan orang dan barang pada
lintas perdagangan regional
dan internasional.

Laporan Akhir

Pengembangan
kawasan
budidaya belum mengarah
pada penataan pusat-pusat
produksi, sehingga penataan
jaringan
transportasi
dan
pelayanan terhadap barang
hasil
produksi
kawasan
budidaya
belum
berjalan
dengan baik

4-26

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

No.

Aspek

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

4.

Makro
Ekonomi

Struktur ekonomi Kota Dumai


mencerminkan sebuah kota
yang sangat kuat didukung
oleh Sektor Perdagangan Hotel
dan Restoran (PHR) yang
memiliki kontribusi terhadap
PDRB kurang lebih sebesar
28%. Kondisi ini menjadi
kekuatan Kota Dumai untuk
bisa
menata
Sektor
Transportasinya
untuk
mengakomodasi
kebutuhan
dan pengembangan ke depan
akan pergerakan orang dan
barang.

Struktur ekonomi yang yang


kurang seimbang antar sektor
di dalamnya dengan adanya
konsentrasi pada satu atau dua
sektor dominan akan rentan
terhadap kinerja ekonomi jika
terjadi gangguan atau distorsidistorsi perekonomian, yang
pada
gilirannya
akan
berpengaruh pada pergerakan
orang dan barang.

Peluang untuk meningkatkan


kapasitas ekonomi Kota Dumai
masih
sangat
terbuka.
Peningkatan PDRB dengan
mengangkat
sektor-sektor
ekonominya guna memberikan
nilai tambah yang lebih banyak
bisa digali dengan mendorong
peningkatan
penanaman
investasi baik Dalam Negeri
maupun
PMA
melalui
pemanfaatan
forum-forum
kerjasama
regional
yang
diikuti.

Ketimpangan
struktur,
pertumbuhan
antar
sektor
ekonomi
dan
redistribusi
pendapatan akan menimbulkan
ancaman
stagnasi
dan
konsentrasi pada sektor dan
kekuatan tertentu.

Sektor transportasi selama ini


sudah cukup signifikan dalam
menghidupkan perekonomian
Kota
Dumai.
Ditilik
dari
kontribusinya terhadap PDRB,
sektor ini menempati urutan
kedua terbesar setelah Sektor
PHR.
Dengan
kontribusi
sebesar 21% maka menjadi
modal
penting
bagi
pengembangan sektor yang
bersangkutan
ke
depan
khususnya dalam pelayanan
lalu lintas orang dan barang.

Laporan Akhir

Terjadi
ketimpangan
laju
pertumbuhan ekonomi Kota
Dumai, dimana sektor primer
seperti
Sektor
Pertanian
(sekitar 4%) jauh tertinggal
oleh
sektor-sektor
lainnya
diikuti oleh sektor penunjang
yang penting seperti Listrik
Gas dan Air minum yang
tumbuh hanya sekitar 3%
dibanding sektor lainnya ratarata 8% hingga 9%.
Daya
serap
terhadap
penanaman
modal
dalam
negeri (PMDN) dan asing
(PMA) masih relatif rendah
dibanding potensi yang dimiliki,
sehingga
penambahan
produksi dan tenaga kerja juga
rendah, yang pada gilirannya
bangkitan dan tarikan barang
dan penumpang rendah pula.

Umumnya
masyarakat
di
negara-negara
tetangga
sebagai
sesama
anggota
forum-forum
kerjasama
regional
tersebut
memiliki
pendapatan perkapita cukup
tinggi, hal ini mendatangkan
peluang
bagi
peningkatan
ekonomi Kota Dumai yang
pada
gilirannya
dapat
meningkatan pendapatan per
kapita masyarakat di daerah
ini.

Kuatnya daya saing produkproduk negara-negara anggota


forum kerjasama regional bisa
menghambat
pertumbuhan
ekonomi Kota Dumai .
Iklim
dan
kemudahan
berinvestasi dan berusaha di
kawasan lain dengan sarana
prasarana transportasi dan
infrastruktur yang lebih lengkap
bisa menghambat peningkatan
investasi di Kota Dumai.

Relokasi industri dan ekspansi


investasi oleh negara-negara
tetangga memberi peluang
bagi peningkatan investasi di
Kota Dumai.

4-27

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

No.

Aspek

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

5.

Forum
Kerjasama
Regional

Dalam
kerangka
Forum
Kerjasama Pan Beibuwan,
Kota Dumai termasuk lingkaran
dekat pada Koridor Nanning Singapura. Koridor ini dari
Semenanjung Indochina akan
melewati kota-kota di Vietnam,
Laos, Kamboja, Thailand dan
Malaysia sebelum mencapai
Singapura dengan wahana
kerata api dan jalan raya Pan
Asia. Pembangunan koridor ini
akan mendorong peredaran
sumberdaya
dan
unsur
produksi
antar
Negara
sehingga membentuk koridor
ekonomi lintas Negara dengan
keunggulan ekonomi saling
melengkapi serta mendorong
pembangunan
kawasan
perdagangan bebas AseanTiongkok
dan
untuk
meningkatkan
daya
saing
produk regional untuk pasar
internasional.

Keterbatasan
sumberdaya
yang dimiliki Kota Dumai dalam
memanfaatkan
forum-forum
kerjasama regional merupakan
kelemahan
yang
perlu
dibenahi.
Hingga
kini
efektivitas
forum-forum
kerjasama tersebut masih jauh
dari yang diharapkan.

Dalam
konteks
Forum
Kerjasama
Pan
Beibuwan
koridor Koridor Nanning Singapura berpeluang akan
mendorong
peredaran
sumberdaya
dan
unsur
produksi
antar
Negara
sehingga membentuk koridor
ekonomi lintas Negara dengan
keunggulan ekonomi saling
melengkapi serta mendorong
pembangunan
kawasan
perdagangan bebas AseanTiongkok
dan
untuk
meningkatkan
daya
saing
produk regional untuk pasar
internasional. Dalam kerangka
kerjasama
tersebut
Kota
Dumai lebih bisa mengambil
peran dan peluang dibanding
kota atau daerah lainnya.

Pada tataran implementasi


dengan tidak diikutsertakannya
Kota Dumai dalam kerjasama
ekonomi, perdagangan dan
investasi pada forum-forum
kerjasama regional menjadi
ancaman bagi Kota Dumai.
Dengan tidak efektifnya peran
keanggotaan
Kota
Dumai
dalam forum-forum kerjasama
regional maka kota ini tidak
bisa
mengambil
manfaat
apapun bagi pembangunan
daerah dan masyarakatnya.

Sebagai anggota yang spesifik


Forum Kerjasama Regional
yakni
Singapura-Johor-Riau,
maka daerah-daerah di Riau
termasuk
Kota
Dumai
menjadikan
nya
sebagai
kekuatan.

Laporan Akhir

Kota Dumai sebagai pemeran


penting
dalam
Forum
Kerjasama IMT-GT dan IMSGT akan bisa mengambil
manfaat terlebih jika interaksi
diantara anggota dipermudah
dengan
pembangunan
prasarana sarana transportasi.

4-28

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Walaupun
dalam
perkembangannya
setelah
adanya pemekaran wilayah
dengan munculnya Provinsi
Kepri
dan Batam sebagai
pemeran dalam forum ini tetapi
kerjasama
ekonomi,
perdagangan dan investasi
umumnya tidak linear. Dengan
demikian Kota Dumai tetap
berperan dalam forum ini
apalagi bersinergi dengan
forum-forum
kerjasama
regional lainnya, seperti IMTGT dan IMS-GT.

Laporan Akhir

Selain itu dinamika kerjasama


forum ini khususnya dalam
bidang ekonomi, perdagangan
dan investasi bisa diharapkan
akan
terus
berkembang
bersama dengan forum-forum
kerjasama regional lainnya
seperti Sijori. Dalam Forum
Kerjasama Singapura-JohorRiau (Sijori) ini secara tidaka
langsung Kota Dumai bisa
mengambil peluang bersamasama Batam dan daerah Riau
lainnya.
Sebagai bagian dari forumforum kerjasama regional, Kota
Dumai
sangat
berpeluang
untuk
meningkatkan
perekonomian
melalui
perdagangan
luar
negeri,
investasi dan pariwisata.

4-29

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

No.
6.

Aspek
Transportasi

Kekuatan
Kota Dumai memiliki wilayah
dan ruang yang masih cukup
luas untuk bisa dirancang
dengan tatanan yang ideal
dalam
mengakomodasi
kebutuhan dan pengembangan
sektor transportasi sehingga
kondisi ini bisa dijadikan
andalan utama di dalam
melayani arus barang dan
penumpang.
Secara
umum
jaringan
transportasi yang ada sudah
cukup baik sehingga akan
mudah
mengakomodasi
kebutuhan-kebutuhan
tansportasi
dan
pengembangannya ke depan
guna
mengemban
peran
geografisnya
baik
dalam
konstelasi
lokal,
regional
maupun internasional.

Kelemahan
Jaringan transportasi darat
Kota Dumai sudah tidak
memadai. Jaringan jalan yang
menghubungkan Kota Dumai
dengan kota-kota lainnya di
tingkat
regional
masih
tergolong rendah dan perlu
ditingkatkan lagi baik kualitas
maupun fungsi jalannya, daya
tampung dan daya dukungnya,
yang nantinya akan sangat
berguna dalam mendorong laju
pertumbuhan
ekonomi
daerahnya
sendiri
serta
pertumbuhan ekonomi daerah
sekitarnya.
Pergerakan penumpang dan
barang dari dan ke Dumai
melalui sistem transportasi
darat
masih
banyak
terhambatan terutama dengan
kota-kota di sekitarnya seperti
Duri dan Pekanbaru.

Peluang
Sebagai pusat
dan simpul
pertumbuhan bagi daerahdaerah di sekitarnya, serta
perannya sebagai PKN dan
PKSN, Kota Dumai bisa
mengambil peluang bagi kota
ini dalam jangka panjang untuk
mengembangkan transportasi
berskala
nasional
dan
internasional.
Masuknya Kota Dumai dalam
tatranas maupun tatrawil bisa
memberikan peluang berupa
peningkatan alokasi anggaran
dari pemerintah pusat maupun
pemerintah
provinsi
untuk
pembangunan
sektor
transportasi di Kota Dumai.

Ancaman
Kerangka kerjasama pada
forum-forum
kerjasama
regional seperti IMT-GT, IMSGT, Sijori dan Pan Beibuwan
tidak berkembang dengan
efektif,
termasuk
jaringan
transportasi diantara sesama
anggota dengan meninggalkan
peran Kota Dumai maka
terancam tidak ada dampak
positif bagi perekonomian dan
pengembangan
sektor
transportasi di Kota Dumai.
Dengan
masih
banyak
terhambatnya
kelancaran
pergerakan orang dan barang
Kota Dumai dengan kota atau
daerah
di
sekitarnya
menjadikan
ancaman
perkembangan kota ini dalam
interaksi
sosial
ekonomi
dengan hinterlandnya.

Selain itu, volume kendaraan


sudah mencapai batas jenuh
daya
tampung
(kapasitas)
jalan. Dalam sistranas, saat ini
pemerintah
Kota
Dumai
berencana
menghidupkan
kembali jalur kereta api Pekan
Baru - Duri - Dumai - Rantau
Prapat untuk angkutan barang/
kargo.

Laporan Akhir

4-30

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Terjadinya
penumpukan
barang di pelabuhan Kota
Dumai karena kapal yang
tersedia hanya kapal biasa
yang tidak dapat mengangkut
dalam jumlah besar. Oleh
karena itu dibutuhkan kapal
berukuran besar (RORO) yang
mampu membawa kontainer
sekaligus juga menyesuaikan
kapasitas dermaganya.
Bandara
Pinang
Kampai
sebagai pusat penyebaran
tersier yang merupakan satusatunya bandara di Kota
Dumai adalah
milik
PT.
Pertamina yang masih terbatas
untuk dapat dipakai umum
sehingga dapat menghambat
kelancaran
dalam
berhubungan dengan dunia
internasional.
Bandara
internasional yang terdekat
adalah Hang Nadim di Batam
dan Sultan Syarif Kasim II di
Pekanbaru.

Sumber: Hasil Analisis, diolah dari berbagai sumber (2009).

Laporan Akhir

4-31

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.2

KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH

4.2.1 Ruang Lingkup Wilayah


Kota Dumai terletak pada posisi antara 0102736,8 LU - 0201548,8 LU dan
10100038,5 BT - 10105154,2 BT. Kota Dumai mempunyai luas 1.727,38 Km2
memiliki 5 kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Timur, Dumai Barat, Bukit Kapur,
Medang Kampai dan Sungai Sembilan. dan 32 kelurahan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut (sumber: Dumai Dalam Angka, 2007):

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Rupat.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten


Bengkalis.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan


Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan


Bangko, Kabupaten Rokan Hilir.

Kota Dumai memiliki 15 buah sungai yang bisa dilayari oleh kapal pompong,
sampan dan perahu yang bisa masuk sampai ke hulu sungai. Sungai Buluala,
Sungai Mesjid dan Sungai Senepis merupakan tiga sungai terpanjang di Kota
Dumai.
Kota Dumai memiliki 5 kabupaten hinterland yang sangat potensial, yaitu
Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Rokan Hulu, Siak Sri Indrapura dan Kampar.
Karakteristik wilayah kabupaten-kabupaten hinterland tersebut sangat menunjang
kegiatan jasa, perdagangan, transportasi, dan industri di Kota Dumai, apalagi
aktivitas Pelabuhan Samudera yang merupakan pintu gerbang bagian timur Pulau
Sumatera.

Laporan Akhir

4-32

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 4.2 Peta Administratif Kota Dumai


4.2.2 Bentuk dan Struktur Kota Dumai
Keberadaan Kota Dumai wujud awal berdirinya sebagaimana digambarkan dalam
Pra Revisi RTRW Kota Dumai 2009 berupa kota linier yang aktifitas penduduknya
berada di sepanjang pantai (selat) yang aktifitas utamanya berkaitan dengan laut
yaitu pemanfaatan hasil laut dan pelabuhan. Pola permukiman penduduknya juga
berbentuk linier memanjang di sepanjang pantai (Revisi RUTR Kota Dumai BWK
B/Pusat Kota, Buku Rencana, 1993/1994). Kota Dumai, dalam Revisi RUTR Kota
Dumai bagian BWK B/Pusat Kota, Buku Rencana, 1993/1994 disebut sebagai
Kota Pantai/Kota Pelabuhan, pada mulanya merupakan tempat persinggahan
para nelayan yang kemudian berkembang menjadi perkampungan masyarakat
yang mencari nafkah dengan bercocok tanam.
Pada masa penjajahan Jepang, Dumai dijadikan tempat pendaratan kapal-kapal
mereka dan tempat domisili para romusha guna mencari sumber-sumber minyak
di Riau. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia pencaharian sumber minyak
dilanjutkan oleh Standart Oil Company of California (Socal) yang sekarang dikenal
dengan PT. Caltex Pacific Indonesia. Dengan ditemukannya sumber minyak, pada
tahun 1957 perusahaan tersebut membangun fasilitas dermaga yang selesai
setahun kemudian.

Laporan Akhir

4-33

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Saat ini perkembangan Pelabuhan Dumai semakin pesat dan menjadi gerbang
utama perekonomian Riau (www.inaport1.co.id, dalam Pra Revisi RTRW Kota
Dumai 2009).
Perusahaan pengelola kegiatan penambangan minyak selain PT. Caltex Pacific
Indonesia (CPI) yang merupakan pengelola swasta, kegiatan penambangan
minyak dan gas bumi milik negara dikelola oleh PT. Pertamina dan PT. CPI
bergerak di bidang penampungan minyak (Rencana Teknik Ruang Kota Dumai,
BWK B/ Pusat Kota, Fakta dan Analisa, 1991). Keberadaan kedua pengelola
minyak bumi tersebut memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan Kota
Dumai yaitu bertambahnya jumlah penduduk yang berdasarkan data tahun 1991,
pertumbuhan

penduduk

Kota

Dumai

selama

kurun

waktu

1986-1990

memperlihatkan angka yang cukup tinggi yakni rata-rata mencapai 8,75% per
tahun. Tingginya laju pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh tingginya laju
migrasi masuk (pendatang) terutama penduduk usia muda. Tingginya jumlah
pendatang tersebut tentunya berpengaruh terhadap permintaan penyediaan
permukiman. Akhirnya munculah kantong-kantong permukiman baru.
Pada perkembangannya pertumbuhan Kota Dumai meluas hingga berbentuk pola
semi radial dengan orientasi ke laut/selat dan Jalan Sudirman, yang ditunjukkan
dengan dibangunnya jalan yang menghubungkan Kota Dumai dengan kota-kota
lainnya. Berdasarkan Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah Propinsi Riau, Kota
Dumai berfungsi sebagai Pusat Utama Daerah Pembangunan III dengan wilayah
pengaruhnya meliputi Kota Duri, Rupat, Bengkalis dan Selat Panjang. Dengan
fungsinya tersebut, Kota Dumai berperan sebagai pusat pengumpul dan distribusi
barang-barang (Rencana Teknik Ruang Kota Dumai, BWK B/ Pusat Kota, Fakta
dan Analisa, 1991). Sektor ekonomi yang ada di Kota Dumai pada tahun 1991
meliputi sektor pertanian, perdagangan dan jasa, industri dan pertambangan.
Kota Dumai pada perkembangan terakhirnya menjadi Kota Pelabuhan Samudera
dengan pola permukiman berbentuk grid (kotak) dengan sumbu utama
perkembangan kotanya adalah Jalan Sudirman, Bukit Datuk, Pangkalan Raya
(Dock Yard), Sukajadi, Putri Tujuh, Sultan Syarif Kasim dan Jalan Datuk
Laksamana.
Laporan Akhir

4-34

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pada

tahun

1993/1994,

kegiatan

yang

banyak

berpengaruh

terhadap

perkembangan Kota Dumai adalah kegiatan Pelabuhan Samudera, Dock Yard,


Pergudangan Kelapa Sawit, Pertamina/CPI dan kegiatan lain yang menjadi
bangkitannya. Berdasarkan data tahun 1993/1994, Kota Dumai baru terdiri dari 2
kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur yang masing-masing
terdiri dari 6 kelurahan (Revisi RUTR Kota Dumai BWK B/Pusat Kota, Buku
Rencana, 1993/1994).
Pengembangan bentuk dan struktur Kota Dumai lebih didominasi oelh kegiatan
pertambangan minyak dan gas bumi oleh PT. Pertamina dan PT. CPI. Arah
perkembangan Kota Dumai hanya mengembangkan sisa lahan di luar lahan
ekplorasi minyak dan gas bumi.
Dalam hal perwilayahan pembangunan Kota Dumai merupakan Pusat Wilayah
Pembangunan III di Propinsi Riau yang memiliki 6 Wilayah Pembangunan (WP)
dimana Kabupaten Bengkalis masuk dalam Wilayah Pembangunan III.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 1997/1998, Kota Dumai lebih
dikenal masyarakat luas dibandingkan dengan Kabupaten Bengkalis sendiri. Hal
ini disebabkan karena posisi Kota Dumai lebih memiliki akses yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan Kabupaten Bengkalis seperti memiliki pelabuhan laut
dengan orientasi regional yang melayani bongkar muat untuk barang-barang
dalam negeri maupun barang-barang luar negeri, memiliki bandar udara Pinang
Kampai, serta memiliki akses yang baik terhadap wilayah daratan lainnya yang
terdapat di Kabupaten Bengkalis. Selain keuntungan dari segi kemudahan akses,
Kota Dumai berpotensi besar dalam ketersediaan sumber daya alam minyak dan
gas bumi (Revisi RTRW Kabupaten Bengkalis, Buku Rencana, 1997/1998).
Pemekaran wilayah kecamatan-kecamatan di Kota Dumai sejak tahun 1996
diperluas dengan ditambahkannya satu kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Kapur.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999, Kota Dumai merupakan
salah satu kota hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis.

Laporan Akhir

4-35

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Saat ini Kota Dumai terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Timur,
Dumai Barat, Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai Sembilan. Jumlah
kelurahan yang ada sebanyak 30 kelurahan (RTRW Kota Dumai, 2001-2011).
Sebagai kota pelabuhan, Kota Dumai diperlengkapi dengan fasilitas pelabuhan
yang memadai selain juga telah diperlengkapi dengan jaringan transportasi darat
yang menghubungkan Kota Dumai dengan Kota Pekanbaru sebagai ibukota
Propinsi Riau dan kota-kota lainnya.
Sebagai Pusat Wilayah Pembangunan, Kota Dumai mempunyai 5 kabupaten
hinterland yang sangat potensial yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Rokan
Hulu, Siak Sri Indrapura dan Kampar. Karakteristik wilayah kabupaten hinterland
ini sangat menunjang kegiatan jasa, perdangan, transportasi, dan industri di Kota
Dumai, terlebih untuk aktifitas pelabuhan Samudera yang merupakan pintu
gerbang bagian timur Pulau Sumatera (RTRW Kota Dumai, 2001-2011).

4.3

KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Kota Dumai menurut hasil sensus penduduk tahun 2000 (SP
2000) sebesar 173.188 jiwa dengan luas wilayah sebesar 1.727,38 km.
Kepadatan penduduk diKota Dumai tahun 2000 sebesar 100,26 jiwa per km.
Jumlah penduduk laki-laki 89.952 jiwa dan 83.236 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk Kota Dumai pada tahun 2007 sebesar 231.121 jiwa. Jumlah
penduduk laki-laki sebesar 115.902 jiwa dan penduduk perempuan sebesar
115.219 jiwa,dengan kepadatan penduduk sebesar 133.80 jiwa per km.
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Dumai Barat dengan jumlah
penduduk 87.320 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah adalah
Medang Kampai dengan jumlah penduduk 5.982 jiwa.

Laporan Akhir

4-36

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 4.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Dumai Menurut


Kecamatan Tahun 2007
Luas
Kecamatan

(Km2)

Jumlah

Penduduk

1.

Bukit Kapur

200

11,57

32.385

14,01

2.

Medang Kampai

373

21,59

5.982

2,59

3.

Sungai Sembilan

975

56,47

18.286

7,91

4.

Dumai Barat

120

6,95

87.320

37,78

5.

Dumai Timur

59

3,42

87.148

37,71

1.727,38

100,00

231.121

100,00

Jumlah

Sumber: Dumai Dalam Angka 2007


Penyebaran penduduk Kota Dumai tidak terdistribusi merata antar kecamatan.
Penduduk banyak terkonsentrasi di Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan
Dumai Barat. Kecamatan Dumai Timur yang hanya memiliki luas 59 km2 dihuni
oleh 87.148 jiwa sehingga kecamatan ini merupakan kecamatan dengan
penduduk terpadat. Sementara itu Kecamatan Sungai Sembilan yang luas
wilayahnya 975 km2 hanya dihuni oleh sekitar 18.286 jiwa dan Kecamatan
Medang Kampai dengan luas wilayah 373 km2 didiami oleh kurang dari 6000 jiwa
sehingga kecamatan ini merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya.
Tabel 4.3

Densitas Penduduk Kota Dumai Menurut Kecamatan Tahun 2007


Kecamatan

Luas

Jumlah

(Km2)

Penduduk

Densitas Penduduk
Km2

Ha

1.

Bukit Kapur

200

32.385

161,93

1,62

2.

Medang Kampai

373

5.982

16,04

0,16

3.

Sungai Sembilan

975

18.286

18,75

0,19

4.

Dumai Barat

120

87.320

727,67

7,28

5.

Dumai Timur

59

87.148

1.477,08

14,77

1.727,38

231.121

133,80

1,34

Jumlah

Sumber: Dumai Dalam Angka 2007


Dari Gambar 4.3. di bawah ini nampak bahwa ada dua kecamatan yang banyak
jumlah penduduknya yakni Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Dumai Barat.
Sedang

kecamatan-kecamatan

lainnya

dengan

wilayah

yang

lebih

luas

penduduknya relatif jarang.

Laporan Akhir

4-37

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Prosentase Jumlah Penduduk per Kecamatan


Dumai Timur
Di Kota Dumai Tahun 2007
37,7%

Sungai Sembilan
7,9%
Medang Kampai
2,6%

Dumai Barat
37,8%

Bukit Kapur
14,0%

Gambar 4.3 Prosentase Jumlah Penduduk per Kecamatan Di Kota Dumai


Jika kita ikuti perkembangan jumlah penduduk Kota Dumai dari tahun ke tahun
relatif mengalami kenaikan, sebagaimana pada Gambar 4.4 berikut ini.

Data Penduduk Kota Dumai 2000-2007


beserta Proyeksi Tahun 2025

500.000

300.000
489.435

173.188

183.145

191.990

201.263

210.984

219.351

225.249

231.121

240.959

251.215

261.908

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

100.000

397.356

200.000
322.600

Jumlah Penduduk

400.000

0
2025

2020

2015

Tahun

Gambar 4.4 Data Penduduk Kota Dumai Tahun 2000 - 2007 beserta Proyeksi
Sumber: Dumai Dalam Angka 2007

Laporan Akhir

4-38

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Struktur penduduk Kota Dumai dilihat dari kelompok umur nampak normal
sebagaimana umumnya daerah-daerah atau kota-kota di Indonesia yakni
berbentuk piramida, dimana jumlah penduduk terbesar adalah pada kelompok
umur 0-4 tahun, 5-9 tahun dan seterusnya semakin tinggi kelompok umur semakin
sedikit jumlah penduduknya.
Tabel 4.4

Penduduk Kota Dumai Menurut Umur Tahun 2007


Kelompok Umur
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Jumlah

Jumlah Penduduk
27.406
26.283
24.164
22.140
21.446
20.016
20.004
17.633
15.006
12.592
9.493
6.352
3.468
2.369
1.359
1.445
231.121

Sumber: Dumai Dalam Angka 2007

Pada Gambar 4.5. nampak bahwa pada kelompok umur muda paling tinggi
jumlahnya dan trennya menurun seiring dengan semakin tinggi kelompok umurnya.

Penduduk Menurut Kelompok Umur

5-9
10-14

30.000
Jumlah Penduduk

0-4

15-19

25.000

20-24

20.000

25-29

15.000

30-34
35-39

10.000

40-44

5.000

45-49
50-54

0
1
Kelompok Umur

55-59
60-64
65-69
70-74

Gambar 4.5 Penduduk Kota Dumai Menurut Kelompok


Umur
75+

Laporan Akhir

4-39

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.4

PEREKONOMIAN

4.4.1 PDRB dan Struktur Ekonomi Wilayah


Dalam konteks pembangunan ekonomi wilayah, besaran barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) menjadi salah satu indikator kemampuan dan kapasitas perekonomian
daerah yang bersangkutan. Sedangkan pendapatan perkapita masyarakat dan
jumlah penduduk bisa digunakan untuk menggambarkan kekuatan demand-nya.
Dengan kata lain PDRB adalah cerminan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu wilayah. Sedangkan tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk bisa menjadi indikator untuk mengukur daya beli dan tingkat permintaan
masyarakatnya. Dari PDRB ini pula bisa dilihat struktur perekonomian atau
peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan dominasi perekonomian suatu daerah.
Sektor-sektor

perekonomian

yang

digunakan

untuk

mengenali

potensi

perekonomian Kota Dumai terdiri dari 9 (sembilan) sektor lapangan usaha, yaitu
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan pengolahan, listrik,
gas dan air minum, bangunan, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa nampak pada Tabel
berikut ini:
PDRB Kota Dumai Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut

Tabel 4.5

Lapangan Usaha (000.000 Rupiah) Tahun 2005 - 2007


LAPANGAN USAHA
1. PERTANIAN

2005

2006*)

2007**)

120.273,44

125.381,38

130.644,34

2. PERTAMB. DAN PENGGL

7.720,87

8.445,12

9.261,75

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

68.971,22

75.599,27

82.363,37

4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM

11.315,07

11.688,73

12.133,71

5. BANGUNAN

240.574,06

260.397,36

283.099,67

6. PHR

370.500,88

418.473,79

461.473,84

7. PENGANGKUTAN DAN KOM

299.379,33

322.338,80

350.046,31

30.776,14

33.060,16

36.138,39

220.305,85

242.389,15

265.505,75

1.369.816,86

1.497.773,76

1.630.667,13

8. KEU, SEWA & JASA PRSH


9. JASA - JASA
TOTAL PDRB
Sumber: Dumai Dalam Angka 2007

Catatan/Note: *)= Angka Perbaikan/ Revised Figures

Laporan Akhir

4-40

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Secara umum nampak bahwa perekonomian Kota Dumai dari tahun 2005 hingga
tahun 2007 mengalami peningkatan berturut-turut tumbuh sebesar 9,34% dan
8,87%. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada perekonomian Kota
Dumai memiliki peran penting, bisa dilihat dari kontribusinya yang terbesar pada
PDRB. Pada tahun 2007 Sektor PHR menyumbang Rp. 461,47 miliar, angka ini
berarti 28,30% dari seluruh PDRB pada tahun yang bersangkutan. Disusul oleh
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menghasilkan nilai tambah sebesar
Rp. 350 miliar lebih pada tahunyang sama dan berkontribusi 21,47 terhadap
PDRB. Sektor primer yakni Sektor Pertanian kontribusinya relatif kecil yakni
Rp.130,6 miliar atau hanya 8,01% sebagaimana nampak pada Gambar berikut:

Kontribusi Sektoral pada PDRB Kota Dumai


Tahun 2007

Pengangkutan
dan
Komunikasi
21,5%

Keuangan,
Persewaan,
dan Jasa
Perusahaan
2,2%

Jasa-jasa
16,3%
Pertanian,
Perkebunan,
Peternakan,
Kehutanan,
dan Perikanan
8,0%

Listrik, Gas,
dan Air Minum
0,7%

Industri
Pengolahan
5,1%

Bangunan
17,4%

Pertambangan
dan
Penggalian
0,6%

Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran
28,3%

Gambar 4.6 Kontribusi Sektoral pada PDRB Tahun 2007


Sumber: diolah dari Dumai Dalam Angka Tahun 2007

Laporan Akhir

4-41

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Perkembangan perekonomian Kota Dumai dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan. Pada tahun 2000 berdasar harga konstan kota ini menghasilkan
PDRB Rp. 948,14 miliar naik menjadi Rp. 1,018 triliun pada tahun berikutnya.
Hingga tahun 2007 perekonomian Kota Dumai menghasilkan Rp. 1,63 triliun.

Pertumbuhan PDRB Kota Dumai Tahun 2000-2007

3.500

3.000

Milyar Rupiah

2.500

2.000

1.500

1.000

500

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

ADHK 2000 948,14 1.017,6 1.081,9 1.170,0 1.271,4 1.369,8 1.497,7 1.630,6
ADHB

948,14 1.225,2 1.419,4 1.697,2 1.973,1 2.278,9 2.710,3 3.311,5

Gambar 4.7 PDRB Kota Dumai (Milyar Rupiah) Tahun 2000-2007


Sumber:Dumai Dalam Angka 2007
Jika dilihat pertumbuhan perekonomian Kota Dumai dalam kurun waktu tahun
2000 hingga 2007 nampak pada Tabel 4.6. berikut:

Laporan Akhir

4-42

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pertumbuhan Ekonomi Kota Dumai Tahun 2000 - 2007 ADHK 2000

Tabel 4.6

Tahun

2002

Pertumbuhan
(%)

2003

2004

2005

2006

2007

8,14

8,67

7,74

9,34

8,87

Sumber: diolah dari Dumai Dalam Angka 2007


Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai relatif tinggi sepanjang periode 2000 - 2007.
Bahkan Sejak tahun 2003 hingga 2007 kecuali tahun 2005 pertumbuhan
ekonomiKota Dumai di atas 8%, bahkan tahun 2006 perekonomian kota ini
mencapai 9,34%. Maka bisa dikatakan bahwa kinerja perekonomian Kota Dumai
cukup baik karena dari tahun ke tahun sektor-sektor ekonominya tumbuhdi atas
rata-rata nasional.
Jika dicermati lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak semua sektor ekonomi Kota
Dumai mengalami pertumbuhan yang tinggi. Dari sembilan sektor ekonomi yang
ada terdapat dua sektor yang mengalami pertumbuhan yang rendah khususnya
pada kurun 2005 - 2007 yakni Sektor Pertanian dan Sektor Listrik Gas dan Air
Minum. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jauh di bawah rata-rata sektor
lainnya yakni tumbuh 4,20% - 4,25 untuk pertanian dan 3,30%- 3,81% untuk Listrk
Gas dan Air Minium.
Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Kota Dumai Tahun 2005 - 2007

Tabel 4.7

LAPANGAN USAHA

2005-2006

2006-2007

1. PERTANIAN

4,25

4,20

2. PERTAMB. DAN PENGGL

9,38

9,67

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

9,61

8,95

4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM

3,30

3,81

5. BANGUNAN

8,24

8,72

6. PHR

12,95

10,28

7. PENGANGKUTAN DAN KOM

7,67

8,60

8. KEU, SEWA & JASA PRSH

7,42

9,31

9. JASA - JASA

10,02

9,54

Sumber: diolah dari Dumai Dalam Angka 2007

Laporan Akhir

4-43

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.4.2 PDRB Perkapita


Sampai saat ini memang belum ada alat yang dapat untuk mengukur kemakmuran
suatu masyarakat, namun demikian angka-angka Pendapatan Regional dapat
menggambarkan produk yang dihasilkan oleh unit-unit ekonomi pada suatu
daerah, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemajuan ekonomi suatu daerah.
Untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah tidak hanya
cukup memperhatikan PDRB nya saja akan tetapi perlu juga dilihat perkembangan
PDRB per kapita. Dari data angka-angka PDRB per kapita Kota Dumai berdasar
atas harga berlaku tercatat Rp. 9,1 juta pada tahun 2004 dan berangsur-angsur
mengalami pertumbuhan hingga pada tahun 2007 mencapai Rp. 14,3 juta. Tetapi
jika diperhitungkan unsur inflatoir dengan menggunakan dasar harga konstan
tahun 2000 maka PDRB perkapita kota ini pada tahun 2004 menunjukkan angka
Rp. 5,9 juta dan Rp. 7,1 juta pada tahun 2007. Seperti nampak pada Tabel 4.8.
berikut ;
Tabel 4.8

PDRB Perkapita Kota Dumai (Milyar Rupiah) Tahun 2004-2007

TAHUN

2004

2005

2006

2007

Harga Konstan

5.890.517,03

6.244.862,62

6.649.413,58

7.055.469,34

Harga Berlaku

9.141.502,99

10.389.360,43

12.072.511,04

14.327.996,42

Sumber: BPS Kota Dumai


4.4.3 Perdagangan Luar Negeri
Statistik perdagangan luar negeri meliputi barang yang di ekspor ke luar negeri
dan yang di impor dari luar negeri melalui wilayah Kota Dumai. Salah satu sumber
alam yang cukup berperan menunjang ekspor Kota Dumai adalah minyak bumi
dan hasil tambang lainnya. Nilai ekspor Dumai pada tahun 2007 adalah sebesar
US $ 8.974,194 juta. Nilai ekspor terbesar Kota Dumai yaitu US $ 2.508,582 juta
diekspor ke Jepang, US $ 1.119,046 juta ke India, Korea Selatan US $ 979,139
juta dan sisanya di ekspor ke negaranegara lain. Sementara nilai impor Kota
Dumai terbesar pada tahun 2007 berasal dari China US $ 70,834 juta, Canada US
$ 66,998 juta, dan sisanya dari negara-negara lainnya.

Laporan Akhir

4-44

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 4.9

Nilai Ekspor Kota Dumai Menurut Komoditi Tahun 2007


Komoditi

MINYAK MENTAH
MINYAK MENTAH
HASIL MINYAK
HASIL TAMBANG
BATU BARA
HASIL TAMBANG LAINNYA
BAUKSIT
HASIL PERTANIAN
KOPAL DAN LAIN-LAIN
IKAN LAINNYA (selain ikan tongkol, ubur-ubur,dll)
HASIL PERTANIAN LAINNYA
SAYUR-SAYURAN
BUAH-BUAHAN
KAYU MANIS DAN BUNGANYA
REMPAH-REMPAH LAINNYA
HASIL INDUSTRI
MINYAK KELAPA SAWIT
MINYAK BIJI KELAPA SAWIT
MINYAK NABATI LAINNYA
ASAM BERLEMAK LAINNYA (selain stearin)
HASIL INDUSTRI LAINNYA
LAINNYA (selain bungkil kelapa dan dedak/bekatul)
MARGARIN DAN LEMAK LAINNYA
KAYU OLAHAN LAINNYA (selain kayu lapis dan kayu
ROKOK DAN TEMBAKAU OLAHAN
AUDIO VISUAL
KAPAL LAUT DAN SEJENISNYA
PERLENGKAPAN OLAHRAGA DAN MAINAN
GLISEROL DAN LARUTAN ALKALI
MAKANAN OLAHAN LAINNYA
ALAT UKUR
LOGAM TIDAK MULIA LAINNYA
PUPUK
DAMAR TIRUAN, BAHAN PLASTIK
STEARIN
ALAT LISTRIK
AN ORGANIK
TEKSTIL LAINNYA (selain pakaian jadi dan kain tenun)
KAYU LAPIS
KOMPUTER DAN BAGIANNYA
BESI/BAJA
PAKAIAN JADI
FOTOGRAFI DAN OPTIK
FURNITURE DARI BAHAN LAINNYA (selain rotan)
ROTAN OLAHAN
ALAS KAKI (KULIT, KARET DAN KANVAS)
PRODUK KERAMIK
PESAWAT UDARA DAN BAGIANNYA
KACA DAN BARANG DARI KACA
Total Ekspor

Sumber: Dumai Dalam Angka 2007N


Laporan Akhir

Berat Bersih
(Kg)

Nilai (FOB US
$)

8.992.283.000
361.139.618

4.307.928.489
144.199.309

42.743.000
650.655
2.962.200

1.795.206
372.500
276.965

27.567.861
4.022.201
222.689
703.308
763.509
23.825
250 22

20.748.547
1.610.839
408.553
300.307
194.079
4.245
22

5.439.438.012
423.952.216
401.847.466
169.207.825
101.518.399
639.248.210
68.000.000
410.792.835
2.873.000
61.816
639.851
59.407
33.132.910
6.847.000
31.027
61.816
639.851
59.407
1.989.528
6.314
1.000.000
32.242
521.456
2.580
115.796
1.148
225
2.509
2.200
5
115
1
8
17.134.496.395

3.554.349.503
308.634.757
290.167.414
81.244.461
78.337.335
65.034.057
44.634.749
26.734.972
25.454.643
1.818.249
1.467.500
1.316.924
7.846.728
3.782.967
2.663.165
1.818.249
1.467.500
1.316.924
758.613
542.200
317.000
301.689
225.448
239.234
126.295
27.183
12.393
4.068
1.232
240
188
50
13
8.974.194.118

4-45

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4.4.4 Investasi
Investasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
karena target pertumbuhan ekonomi akan selalu dibarengi dengan asumsi
kebutuhan besaran investasi. Di Kota Dumai tercatat selain ada Penanaman
Modal Dalam Negeri, di kota ini juga terdapat Penanaman Modal Asing (PMA).
PMDN merata terdapat di semua kecamatan dan PMA juga berada di semua
kecamatan, kecuali Kecamatan Bukit Kapur.
Tabel 4.10 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di
Kecamatan Dumai Timur Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah)
Bidang Usaha
Pabrik inti sawit, minyak goreng
danturunannya, tangki timbun
Tangki timbun CPO
Pabrik refenery CPO, tangki
timbun
CPO
Tangki timbun CPO dan PKO
Jasa penyimpanan tangki timbun
kelapa sawit
Developer dan perumahan
Jasa penyimpanan tangki timbun
klpa sawit (2x5000 ton)
Tangki timbun
JUMLAH

2003

2004

Tahun
2005
2006

209,3

2007
-

449,2

70
28

2008

51,6

6,9
18,3

28

279,3

449,2

76,8

12,7
19,2
31,9

Sumber: diolah dari Data Statistik Investasi Kota Dumai 2008

Tabel 4.11 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di


Kecamatan Dumai Barat Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah)
Bidang Usaha
Sludge treatment
Peti Kemas
Pengolahan Cheep Wood
Industri Perakitan komputer
Properti
Developer, plasa dan hotel
Asphalt mixing plant
Developer dan perumahan
Pembangunan plasa
JUMLAH

2003
17,5
208,2

2004

Tahun
2005
2006

160
11,8
8,7
112

225,7

292,5

2008

2,4

2,4

Sumber: diolah dari Data Statistik Investasi Kota Dumai 2008

Laporan Akhir

2007

18,2
50
68,2

4-46

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 4.12 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di


Kecamatan Sungai Sembilan Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah)
Bidang Usaha
Jasa Pelayaran
PKS 45 ton/jam
Perkebunan kelapa sawit
Mining steel dan shipyard
Perkebunan kelapa sawit
JUMLAH

2003

2004

Tahun
2005 2006
25

25

Sumber: diolah dari Data Statistik Investasi Kota Dumai 2008

2007

2008

3.000

1.911
1.306
62
185
3.464

3.000

Tabel 4.13 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di


Kecamatan Medang Kampai Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah)
Bidang Usaha
Jasa pengolahan dan pemanfaatan limbah
Dermaga pelabuhan khusus
Pelabuhan Bongkar Muat
JUMLAH

2003

2004

Tahun
2005 2006

Sumber: diolah dari Data Statistik Investasi Kota Dumai 2008

51
51

2007
150
100

2008

250

Tabel 4.14 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negari Di


Kecamatan Bukit Kapur Tahun 2003 - 2008 (Miliar rupiah)
Bidang Usaha
Developer dan perumahan
Property
Pergudangan pupuk
JUMLAH

2003
8,30

2004
9,60

8,30

9,60

Tahun
2005 2006

2007

2008

4,00
4,00

Sumber: diolah dari Data Statistik Investasi Kota Dumai 2008


Sementara untuk Penanaman Modal Asing (PMA) di Kota Dumai menurut catatan
statistic di Kecamatan Dumai Timur sebesar US $ 24.864.680 pada tahun 2004
dan US $ 6.400.000.000 pada tahun 2007 untuk bidang investasiyang sama
dengan PMDN. PMA di Kecamatan Dumai Barat berupa tangki timbun
investasinya sebesar US $1.479.452 untuk tahun 2004 dan pada tahun 2005
sebesar US $ 1.350.000 pada bidang yang sama. Di Kecamatan Sungai Sembilan
tercatat PMA tahun 2003 US $ 47.555.555, tahun 2004 US $ 27.000.000 dan
sebesar US $ 215.344.444 pada tahun 2006 untuk bidang investasi bio diesel,
industri minyak makan dan nabati, dan industri kimia dasar organic.

Laporan Akhir

4-47

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Penanaman Modal Asing di Kecamatan Medang Kampai berupa industri pupuk


buatan, perdagangan impor, industri minyak makan dan nabati, industri kimia
dasar

organic,

pembangunan

sarana

dan

prasarana

kawasan

industri,

industriminyak inti sawit dan pabrik bio diesel tercatat PMA sebesar US
$ 19.652.174 pada tahun 2004, US $ 38.388.888 pada tahun 2006 dan US
$ 27.320 untuk tahun 2007 serta US $ 42.163.333 pada tahun 2008. Sedangkan
di Kecamatan Bukit Kapur tidak tercatat adanya PMA.

Laporan Akhir

4-48

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5. KONDISI TRANSPORTASI
5.1

UMUM

Kota Dumai, secara geografis mempunya posisi yang sangat strategis, yaitu
secara langsung berhadapan dengan Selat Malaka, yan merupakan selat terpadat
di dunia yang menjadi jalur utama laut di Asia Tenggara dan berhadapan dengan
tiga negara maju di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura dan Tahiland.
Sementara itu dari sisi darat Dumai merupakan pintu keluar dan masuk komiditi
yang berasal dari Provinsi Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jambi.
Dukungan sektor transportasi terhadap fungsi dan peran Kota Dumai melibatkan
seluruh moda transportasi, baik transportasi darat, laut maupun udara.
5.1.1 Pergerakan Eksternal
Penggunaan transportasi darat sangat vital bagi pergerakan truk-truk barang yang
pengangkut produk kelapa sawit dan turunnya, dari daerah hinterland menuju
Kota Dumai, untuk diproses di Dumai atau langsung dikapalkan dari Pelabuhan
Dumai. Akses jalan utama didukung dengan jalan nasional Pekanbaru - Duri Dumai. Setiap truk yang masuk kota Dumai diwajibkan masuk di Terminal
Angkutan Barang di Bukit Jin, untuk dilakukan penimbangan dan pendataan,
sebelum masuk ke kota melewati Jalan Putri Tujuh menuju Pelabuhan Dumai.
Ke depan untuk mendukung pergerakan angkutan barang menuju Kota Dumai,
telah direncanakan pembangunan jalan tol dan jalan kereta api Pekanbaru - Duri Dumai. Sementara itu untuk pergerakan orang ke asal-tujuan eksternal, Kota
Dumai mempunyai Terminal AKAP di Kelakap Tujuh.

Laporan Akhir

5-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Penggunaan transportasi laut merupakan ikon yang tidak bisa dipisahkan dari
Kota Dumai, karena dengan adanya pelabuhan umum dan pelabuhan khusus di
Kota Dumai kegiatan ekspor komoditas andalan ke bebagai negara bisa
dilaksanakan, terutama untuk produk migas, CPO dan produk lainnya. Sedangkan
untuk pergerakan orang ke tujuan domestik seperti Bengkalis, Batam, Tanjung
Balai Karimun dan Tanjung Pinang dilayanai dengan kapal cepat. Kapal cepat
juga digunakan untuk melayani pergerakan orang tujuan manca negara seperti ke
Malaysia dan Singapura.
Penggunaan moda transportasi udara untuk pergerakan eksternal dilayani oleh
bandara Pinang Kampai, meskipun masih dengan kapasitas terbatas.
5.1.2 Pergerakan Internal
Pergerakan orang dan barang di dalam Kota Dumai hanya dilakukan dengan
moda transportasi darat, dengan kapasitas jalan yang relatif sudah cukup
memadai, meskipun konsentrasi penduduk masih berpusat di Kecamatan Dumai
Timur dan Kecamatan Dumai Barat. Kendaraan pribadi yang dominan digunakan
adalah sepeda motor dan mobil penumpang, sedangkan angkutan umum yang
dikembangkan adalah angkutan kota yang melayani 16 trayek, dan becak, yang
keberdaannya kadang menimbulkan permasalahan dalam pengaturan dan
ketertiban lalu-lintas.

5.2

KONDISI TRANSPORTASI DARAT

5.2.1 Jalan
Jaringan jalan terdiri atas jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.
a) Jaringan jalan primer, merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan.
b) Jaringan jalan sekunder, merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Laporan Akhir

5-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan, jalan umum
dibedakan atas fungsi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan.
a) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
b) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pembagian setiap ruas jalan pada jaringan jalan primer terdiri dari:
a) jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional, atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;
b) jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan wilayah, atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal;
c) jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, dan
antarpusat kegiatan lingkungan.
d) jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
a) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.

Laporan Akhir

5-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

b) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya
arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan perekonomian suatu
daerah. Di Kota Dumai pada tahun 2007 tercatat panjang jalan 1.268,136 km.
Tabel 5.1

Ruas Jalan Nasional Di Kota Dumai

Nama Ruas Jalan Nasional


Jalan Dumai - Duri perbatasan
Jalan Pinang Kampai
Jalan Putri Tujuh
Jalan Datuk Laksmana
Jalan Dumai - Simpang Batang
Total
Tabel 5.2

Panjang
Jalan (Km)
22,500
8,501
3,553
2,604
36,450
73,608

Ruas Jalan Provinsi Di Kota Dumai

Nama Ruas Jalan Provinsi


Jalan Dumai - Pelintung
Jalan Pelintung - Selenseng
Jalan Selenseng - Sepahat
Jalan Lingkar Dalam Kota
Jalan Dumai - Basilam Baru
Jalan Basilam Baru - Batu Teriti
Total

Panjang
Jalan (Km)
29,828
12,416
18,817
5,400
23,150
33,851
123,462

Untuk data-data jalan perkotaan berdasarkan jenis permukaan jalan dan


kondisinya ditampilkan pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 sebagai berikut.

Laporan Akhir

5-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.3

Panjang Jalan Kota per Kecamatan berdasarkan Jenis Permukaan


Jalan di Kota Dumai Tahun 2008

No
1
2
3
4
5

Kecamatan

Aspal

Dumai Timur
Dumai Barat
Bukit Kapur
Sungai Sembilan
Medang Kampai
Total

Tabel 5.4

Jenis Permukaan Jalan


Paving
Beton
Kerikil
Block
27.523,27
365,70
1.580,00
35.081,30
398,00
20.862,20
10.464,30
0,00
39.449,00
3.285,00
0,00
32.969,00
24.097,50
0,00
19.654,00
100.451,37
763,70
114.514,20

66.373,41
176.976,00
50.188,00
3.850,00
1.635,00
299.022,41

Tanah
18.935,15
97.431,00
122.636,00
174.436,00
242.330,50
655.768,65

Panjang Jalan Kota per Kecamatan berdasarkan Kondisi Jalan di


Kota Dumai Tahun 2008

No
1
2
3
4
5

Kecamatan
Dumai Timur
Dumai Barat
Bukit Kapur
Sungai Sembilan
Medang Kampai
Total

Baik
74.924,92
249.699,40
72.792,30
5.935,00
30.393,50
433.745,12

Kondisi Jalan
Sedang
12.647,21
54.462,10
106.954,00
63.664,00
34.919,50
272.646,81

Rusak
27.205,40
26.587,00
42.991,00
144.941,00
222.404,00
464.128,40

Total Panjang
(m)
114.777,53
330.748,50
222.737,30
214.540,00
287.717,00
1.170.520,33

Kondisi Jalan Kota Di Kota Dumai Tahun 2008


300.000

Panjang Jalan (m)

250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0

Dumai Timur

Dumai Barat

Bukit Kapur

Sungai Sembilan

Medang Kampai

Baik

74.924,92

249.699,40

72.792,30

5.935,00

30.393,50

Sedang

12.647,21

54.462,10

106.954,00

63.664,00

34.919,50

Rusak

27.205,40

26.587,00

42.991,00

144.941,00

222.404,00

Gambar 5.1 Kondisi Jalan Di Kota Dumai Tahun 2008

Laporan Akhir

5-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.2 Jaringan Jalan Eksisting Di Kota Dumai

Laporan Akhir

5-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.3 Kondisi Jaringan Jalan dan Persimpangan Di Kota Dumai

Laporan Akhir

5-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.2.2 Jaringan Pelayanan


Apabila prasarana jalan diibaratkan sebagai urat nadi maka prasarana
pengangkutan adalah ibarat darah yang mengalir melalui urat nadi tersebut. Pada
tahun 2007 tercatat 69.559 buah kendaraan bermotor yang terdiri dari mobil
penumpang 2.783 buah, mobil bus 5.687 buah, mobil beban 5.543 buah dan
sepeda.
Tabel 5.5

Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Di Kota Dumai

Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Mobil Barang
Mobil Bus
Sepeda Motor
Jumlah

Tahun
2005
2.194
4.281
3.674
39.640
49.789

2006
1.527
2.796
3.168
33.191
40.682

2007
2.783
5.543
5.687
55.546
69.559

Prosentase Kendaraan Bermotor yang Terdaftar


Di Polres Kota Dumai Tahun 2005-2007
100%

Prosentase Kendaraan

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

2005

2006

2007

Mobil Penumpang

4,41%

3,75%

4,00%

Mobil Barang

8,60%

6,87%

7,97%

Mobil Bus

7,38%

7,79%

8,18%

Sepeda Motor

79,62%

81,59%

79,85%

Gambar 5.4 Prosentase kendaraan bermotor di Kota Dumai Tahun 2007

Laporan Akhir

5-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dikelompokkan menurut


wilayah pelayanan dan operasi pelayanan.
1) Menurut wilayah pelayanannya, angkutan penumpang dengan kendaraan
umum, terdiri dari angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota
antarprovinsi, angkutan kota, angkutan perdesaan, angkutan perbatasan,
angkutan khusus, angkutan taksi, angkutan sewa, angkutan pariwisata dan
angkutan lingkungan.
2) Menurut sifat operasi pelayanannya, angkutan penumpang dengan kendaraan
umum di atas dapat dilaksanakan dalam trayek dan tidak dalam trayek.
Angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek yaitu:
a) Angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), angkutan dari satu kota ke kota lain
yang melalui antardaerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari satu daerah
provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek;
b) Angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan dari satu kota ke kota
lain yang melalui antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi
dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek;
c) Angkutan kota, angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah
kota dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum
yang terikat dalam trayek;
d) Angkutan khusus, angkutan yang mempunyai asal dan/atau tujuan tetap, yang
melayani antarjemput penumpang umum, antarjemput karyawan, permukiman,
dan simpul yang berbeda.
Tabel 5.6

Jumlah Kendaraan dan Penumpang Yang Keluar Masuk Terminal


Bus Dumai Tahun 2007

Tahun

Bus/Kendaraan
Penumpang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
2004
32.400
39.201
233.518
308.812
2005
35.640
32.540
566.172
462.960
2006
25.941
28.351
198.161
204.216
2007
18.889
18.780
137.669
136.254
Sumber: Dumai Dalam Angka, 2007

Laporan Akhir

5-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Sedangkan untuk angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek
yaitu:
a) Angkutan taksi, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum
yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang melayani
angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas;
b) Angkutan sewa, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum
yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dengan atau tanpa pengemudi,
dalam wilayah operasi yang tidak terbatas;
c) Angkutan pariwisata, angkutan dengan menggunakn bis umum yang
dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau
keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk
keperluan keluarga dan sosial lainnya;
d) Angkutan lingkungan, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang yang
dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu.
Pelayanan angkutan barang dengan kendaraan umum tidak dibatasi wilayah
pelayanannya. Demi keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan jalan dapat ditetapkan jaringan lintas untuk mobil barang
tertentu, baik kendaraan umum maupun kendaraan bukan umum. Dengan
ditetapkan jaringan lintas untuk mobil barang yang bersangkutan, maka mobil
barang dimaksud hanya diijinkan melalui lintasannya, misalnya mobil barang
pengangkut petikemas, mobil barang pengangkut bahan berbahaya dan beracun,
dan mobil barang pengangkut alat berat.
5.2.3 Jaringan Prasarana
Terminal penumpang menurut wilayah pelayanannya dikelompokkan menjadi:
a) terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota antarprovinsi, antarkota
dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan;
b) terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan;
c) terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan perdesaan.

Laporan Akhir

5-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Selanjutnya masing-masing tipe tersebut dapat dibagi dalam beberapa kelas


sesuai dengan kapasitas terminal dan volume kendaraan umum yang dilayani.
Pada Arteri Utara, Pemerintah Kota Dumai telah membangun Terminal Akap
Kelakap 7 Tipe A yang menjadi gerbang utama penumpang yang melalui jalur
darat.

Gambar 5.5 Kondisi Terminal Angkutan Penumpang Di Kota Dumai

Laporan Akhir

5-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Terminal

barang

dapat

pula

dikelompokkan

menurut

fungsi

pelayanan

penyebaran/distribusi menjadi:
a) Terminal utama, berfungsi melayani penyebaran antarpusat kegiatan nasional,
dari pusat kegiatan wilayah ke pusat kegiatan nasional, serta perpindahan
antarmoda;
b) Terminal lokal, berfungsi melayani penyebaran antarpusat kegiatan lokal.
Pada arteri selatan terdapat Terminal Barang Mayang Mengurai Tipe A yang
menjadi Gerbang Utama arus barang keluar masuk Kota Dumai.

Gambar 5.6 Kondisi Terminal Angkutan Barang Di Kota Dumai


5.2.4 Volume Lalu Lintas Di Kota Dumai
Hasil survai volume lalu lintas pada beberapa ruas jalan di kota Dumai
menunjukkan tingkat penggunaan jalan yang masih rendah. Hasil survai volume
lalu lintas yang telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009 untuk beberapa ruas
jalan ditampilkan pada Gambar-gambar berikut ini.

Laporan Akhir

5-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.7 Lokasi Survai Volume Lalu Lintas

Simpang Polres - Simpang Bank Riau


Simpang Bank Riau - Simpang Polres

887

1.226
763

1.143

585

816

943
776

800

971

1.200

1.229

1.429

1.600

870

Volume Lalu Lntas (smp)

2.000

400

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.8 Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Polres - Simpang Bank Riau

Laporan Akhir

5-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Simpang Sukajadi - Pasar Pulau Payung


Pasar Pulau Payung - Simpang Sukajadi

826

868
714

631

806

607
471

595

600

750

900

826

920

1.200

536

Volume Lalu Lntas (smp)

1.500

300

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.9 Pergerakan Lalu Lintas di Simpang Sukajadi - Pasar Pulau Payung

Jalan Kelakap 7 - Jalan Ombak


Jalan Ombak - Jalan Kelakap 7

748

720
634

676

712

411

383

510
359

400

386

600

638

800

583

Volume Lalu Lntas (smp)

1.000

200

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.10 Pergerakan Lalu Lintas di Jalan Kelakap 7 - Jalan Ombak

Laporan Akhir

5-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Jalan Ombak - Jalan Kelakap 7


Jalan Kelakap 7 - Jalan Ombak

327

263

337

220

232

277

306

279

300

279

290

327

400

225

Volume Lalu Lntas (smp)

500

200

100

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.11 Pergerakan Lalu Lintas di Jalan Ombak - Jalan Kelakap 7

Dumai - Medan

Medan - Dumai

400

100

142

233
144

197
108

166

152

139

200

120

197

201

300

100

Volume Lalu Lntas (smp)

500

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.12 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Medan

Laporan Akhir

5-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Dumai - Lubuk Gaung


Lubuk Gaung - Dumai

152

155

174
155

153
112

139
107

119

150

154

170

200

142

Volume Lalu Lntas (smp)

250

100

50

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.13 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Lubuk Gaung

Bundaran - Pertamina
Pertamina - Bundaran

604

525

599
444

420

531

688
507

600

565

680

900

783

1.200

1.054

Volume Lalu Lntas (smp)

1.500

300

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.14 Pergerakan Lalu Lintas di Bundaran - Pertamina

Laporan Akhir

5-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Dumai - Pelintung

Pelintung - Dumai

400

199
74

89

103

101

86

100

73

154

200

162

194

259

300

150

Volume Lalu Lntas (smp)

500

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.15 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Pelintung

Bundaran Polres - Ramayana


Ramayana - Bundaran Polres

988

995

950

1075

1190
999

1118

1.033

744

900

1090

1193

1.200

798

Volume Lalu Lntas (smp)

1.500

600

300

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.16 Pergerakan Lalu Lintas di Bundaran Polres - Ramayana

Laporan Akhir

5-17

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Dumai - Duri

Duri - Dumai

800

323

403

343

444
336

402

417

378

400

260

367

430

600

239

Volume Lalu Lntas (smp)

1.000

200

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.17 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Duri

Dumai - Bukit Datuk

Bukit Datuk - Dumai

522

604
452

457

525

507
285

464

600

400

707

707

784

800

420

Volume Lalu Lntas (smp)

1.000

200

0
06.30 - 07.30 07.30 - 08.30 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 15.30 - 16.30 16.30 - 17.30

Waktu Survai

Gambar 5.18 Pergerakan Lalu Lintas di Dumai - Bukit Datuk

Laporan Akhir

5-18

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.2.5 Jaringan Trayek Angkutan Kota


5.2.5.1 Trayek Eksisting di Pusat Kota (Dumai Barat dan Dumai Timur)
Simpul Terminal

: Terminal AKAP dan Terminal Lepin

Simpul Intermoda

: Pelabuhan

Simpul Pemukiman : Bukit Datuk, Jaya Mukti, Bumiayu


Nama Trayek

AK-01: Terminal AKAP - Pelabuhan (via Pattimura - Datuk Laksamana)

AK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Simpang Tetap - Ramayana)

AK-03: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Pulau Payung - Dumai Square)

AK-04: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Sidorejo - Dumai Square)

AK-05: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Jl. Sultan Hasanudin - Merdeka)

AK-06: Pelabuhan - Bukit Datuk (via Jl. P. Diponegoro - Dumai Square)

AK-07: Pelabuhan - Bumiayu (via Ramayana - Dumai Square)

AK-08: Pelabuhan - Jayamukti (via RSUD - Ramayana)

Gambar 5.19 Trayek AK-01: Terminal AKAP - Pelabuhan (via Pattimura - Datuk
Laksamana)

Laporan Akhir

5-19

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.20 Trayek AK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Simpang Tetap
- Ramayana)

Gambar 5.21 Trayek AK-03: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Pulau Payung Dumai Square)

Laporan Akhir

5-20

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.22 Trayek AK-04: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Sidorejo Dumai Square)

Gambar 5.23 Trayek AK-05: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Jl. Sultan
Hasanudin - Merdeka)

Laporan Akhir

5-21

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.24 Trayek AK-06: Pelabuhan - Bukit Datuk (via Jl. P. Diponegoro Dumai Square)

Gambar 5.25 Trayek AK-07: Pelabuhan - Bumiayu (via Ramayana - Dumai


Square)

Laporan Akhir

5-22

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.26 Trayek AK-08: Pelabuhan - Jayamukti (via RSUD - Ramayana)


5.2.5.2 Trayek Eksisting di Pusat Kota - Luar Kota
Simpul Terminal

: Terminal AKAP dan Terminal Lepin

Simpul Pemukiman : Mampu Jaya, Bukit Timah, Bukit Kapur, Pelintung


Nama Trayek

PK-01: Terminal AKAP - Mampu Jaya (via Purnama - Bangsal Aceh - Lubuk
Gaung - Penerbit

PK-02: Terminal Lepin - Bukit Timah (via Pulau Payung - Terminal AKAP)

PK-03: Terminal Lepin - Bukit Kapur (via Simpang Perwira - Simpang Murni)

PK-04: Terminal Lepin - Pelintung (via Mundam - Teluk Makmur - Guntung)

Laporan Akhir

5-23

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.27 Trayek PK-01: Terminal AKAP - Mampu Jaya (via Purnama Bangsal Aceh - Lubuk Gaung - Penerbit

Gambar 5.28 Trayek PK-02: Terminal Lepin - Bukit Timah (via Pulau Payung Terminal AKAP)

Laporan Akhir

5-24

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.29 Trayek PK-03: Terminal Lepin - Bukit Kapur (via Simpang Perwira Simpang Murni)

Gambar 5.30 Trayek PK-04: Terminal Lepin - Pelintung (via Mundam - Teluk
Makmur - Guntung)

Laporan Akhir

5-25

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.2.5.3 Trayek yang Pernah Ada di Pusat Kota (Bus Kota)


Simpul Terminal

: Terminal AKAP dan Terminal Lepin

Simpul Pemukiman : Kantor Walikota, Terminal Barang


Nama Trayek

BK-01: Terminal AKAP - Terminal Lepin

(via Jl. Sultan Hasanudin - Jl.

Diponegoro - Putri Tujuh)

BK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin

(via Kantor Walikota - Terminal

Barang)

Gambar 5.31 Trayek BK-01: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Jl. Sultan
Hasanudin - Jl. Diponegoro - Putri Tujuh)

Laporan Akhir

5-26

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.32 Trayek BK-02: Terminal AKAP - Terminal Lepin (via Kantor
Walikota - Terminal Barang)
5.2.5.4 Trayek yang Pernah Ada (Bus Antar Simpul Intermoda)
Simpul Terminal

: Terminal AKAP

Simpul Intermoda

: Pelabuhan dan Bandara

Nama Trayek

KH-01: Terminal AKAP - Pelabuhan

KH-02: Terminal AKAP - Bandara

Laporan Akhir

5-27

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.33 Trayek KH-01: Terminal AKAP - Pelabuhan

Gambar 5.34 Trayek KH-02: Terminal AKAP - Bandara

Laporan Akhir

5-28

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.2.6 Trayek Eksisting (Angkutan Sekolah)


Simpul Terminal

: Terminal AKAP dan Terminal Lepin

Simpul Pemukiman : Purnama, Sungai Mesjid, Bukit Timah,


SMAN 6, Teluk Makmur
Nama Trayek

AS-01: Purnama - Sungai Mesjid (via Terminal AKAP - Bukit Timah)

AS-02: Terminal Lepin - SMAN 5 (via Teluk Makmur)

Gambar 5.35 Trayek AS-01: Purnama - Sungai Mesjid (via Terminal AKAP - Bukit
Timah)

Laporan Akhir

5-29

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.36 Trayek AS-02: Terminal Lepin - SMAN 5 (via Teluk Makmur)
5.2.7 Penumpang Angkutan Kota
Hasil survai statis angkutan kota pada beberapa ruas jalan di kota Dumai
menunjukkan tingkat penggunaan angkutan kota yang masih rendah. Hasil survai
statis angkutan kota yang telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009 untuk
beberapa ruas jalan ditampilkan pada Tabel-tabel berikut ini.

Laporan Akhir

5-30

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.7

Penumpang Angkutan Kota di Soekarno-Hatta / Bagan Besar

Lokasi/Ruas
Soekarno-Hatta / Bagan Besar
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
4
12,1%
7
24,1%
6
20,7%
1
8%
5
15,2%
2
6,9%
4
13,8%
2
17%
1
3,0%
2
6,9%
1
3,4%
3
25%
7
21,2%
4
13,8%
4
13,8%
4
33%
5
15,2%
2
6,9%
0
0,0%
5
42%
2
6,1%
0
0,0%
3
10,3%
6
50%
1
3,0%
0
0,0%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
1
3,4%
2
6,9%
8
67%
2
6,1%
1
3,4%
1
3,4%
9
75%
0
0,0%
1
3,4%
1
3,4%
10
83%
1
3,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
1
3,4%
0
0,0%
12
100%
5
15,2%
8
27,6%
7
24,1%
Total Angkutan Kota
33
100,0%
29
100,0%
29
100,0%

Tabel 5.8

Penumpang Angkutan Kota di Soekarno-Hatta / Dumai Kota

Lokasi/Ruas
Soekarno-Hatta / Dumai Kota
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
3
11,5%
0
0,0%
3
10,0%
1
8%
4
15,4%
2
8,3%
3
10,0%
2
17%
3
11,5%
1
4,2%
1
3,3%
3
25%
5
19,2%
5
20,8%
2
6,7%
4
33%
2
7,7%
2
8,3%
4
13,3%
5
42%
2
7,7%
3
12,5%
5
16,7%
6
50%
1
3,8%
3
12,5%
4
13,3%
7
58%
2
7,7%
4
16,7%
1
3,3%
8
67%
1
3,8%
1
4,2%
2
6,7%
9
75%
2
7,7%
1
4,2%
2
6,7%
10
83%
1
3,8%
1
4,2%
1
3,3%
11
92%
0
0,0%
1
4,2%
1
3,3%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
1
3,3%
Total Angkutan Kota
26
100,0%
24
100,0%
30
100,0%

Laporan Akhir

5-31

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.9

Penumpang Angkutan Kota di Pertamina - Bundaran

Lokasi/Ruas
Pertamina - Bundaran
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
32
48,5%
39
46,4%
24
32,4%
1
8%
16
24,2%
16
19,0%
21
28,4%
2
17%
12
18,2%
14
16,7%
11
14,9%
3
25%
3
4,5%
6
7,1%
6
8,1%
4
33%
2
3,0%
3
3,6%
8
10,8%
5
42%
0
0,0%
2
2,4%
3
4,1%
6
50%
1
1,5%
2
2,4%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
1
1,2%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
1
1,2%
1
1,4%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
66
100,0%
84
100,0%
74
100,0%

Tabel 5.10 Penumpang Angkutan Kota di Bundaran - Kilang Pertamina


Lokasi/Ruas
Bundaran - Kilang Pertamina
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
27
29,3%
51
50,5%
29
38,7%
1
8%
23
25,0%
18
17,8%
26
34,7%
2
17%
23
25,0%
12
11,9%
6
8,0%
3
25%
3
3,3%
8
7,9%
3
4,0%
4
33%
7
7,6%
10
9,9%
4
5,3%
5
42%
3
3,3%
0
0,0%
5
6,7%
6
50%
3
3,3%
0
0,0%
2
2,7%
7
58%
2
2,2%
0
0,0%
0
0,0%
8
67%
1
1,1%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
2
2,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
92
100,0%
101
100,0%
75
100,0%

Laporan Akhir

5-32

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.11 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Sukajadi - Simp. Dock


Lokasi/Ruas
Simp.Sukajadi-Simp.Dock
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
9
20,5%
14
30,4%
7
30,4%
1
8%
12
27,3%
2
4,3%
4
17,4%
2
17%
10
22,7%
9
19,6%
3
13,0%
3
25%
5
11,4%
7
15,2%
4
17,4%
4
33%
6
13,6%
6
13,0%
3
13,0%
5
42%
2
4,5%
2
4,3%
1
4,3%
6
50%
0
0,0%
2
4,3%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
3
6,5%
1
4,3%
8
67%
0
0,0%
1
2,2%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
44
100,0%
46
100,0%
23
100,0%

Tabel 5.12 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Dock - Simp. Sukajadi


Lokasi/Ruas
Simp.Dock-Simp.Sukajadi
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
1
8%
15
32,6%
12
26,1%
8
34,8%
2
17%
13
28,3%
17
37,0%
7
30,4%
3
25%
8
17,4%
5
10,9%
6
26,1%
4
33%
6
13,0%
4
8,7%
1
4,3%
5
42%
2
4,3%
4
8,7%
1
4,3%
6
50%
1
2,2%
1
2,2%
0
0,0%
7
58%
1
2,2%
3
6,5%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
46
100,0%
46
100,0%
23
100,0%

Laporan Akhir

5-33

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.13 Penumpang Angkutan Kota di Ramayana - Bundaran Polres


Lokasi/Ruas
Ramayana - Bundaran Polres
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
46
30,9%
61
33,9%
46
34,6%
1
8%
43
28,9%
45
25,0%
32
24,1%
2
17%
33
22,1%
46
25,6%
25
18,8%
3
25%
9
6,0%
11
6,1%
8
6,0%
4
33%
12
8,1%
12
6,7%
8
6,0%
5
42%
1
0,7%
3
1,7%
4
3,0%
6
50%
3
2,0%
1
0,6%
2
1,5%
7
58%
1
0,7%
1
0,6%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
1
0,8%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
1
0,7%
0
0,0%
7
5,3%
Total Angkutan Kota
149
100,0%
180
100,0%
133
100,0%

Tabel 5.14 Penumpang Angkutan Kota di Bundaran Polres - Ramayana


Lokasi/Ruas
Bundaran Polres - Ramayana
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
55
45,1%
54
33,3%
41
31,5%
1
8%
53
43,4%
42
25,9%
32
24,6%
2
17%
7
5,7%
19
11,7%
25
19,2%
3
25%
2
1,6%
18
11,1%
10
7,7%
4
33%
3
2,5%
10
6,2%
9
6,9%
5
42%
1
0,8%
6
3,7%
6
4,6%
6
50%
1
0,8%
5
3,1%
2
1,5%
7
58%
0
0,0%
1
0,6%
1
0,8%
8
67%
0
0,0%
5
3,1%
3
2,3%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
1
0,6%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
1
0,6%
1
0,8%
Total Angkutan Kota
122
100,0%
162
100,0%
130
100,0%

Laporan Akhir

5-34

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.15 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Ombak - Kelakap Tujuh


Lokasi/Ruas
Jl.Ombak - Kelakap Tujuh
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
28
58,3%
33
48,5%
32
56,1%
1
8%
11
22,9%
11
16,2%
6
10,5%
2
17%
5
10,4%
10
14,7%
4
7,0%
3
25%
1
2,1%
9
13,2%
3
5,3%
4
33%
0
0,0%
1
1,5%
6
10,5%
5
42%
3
6,3%
2
2,9%
0
0,0%
6
50%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
7
58%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
3
5,3%
11
92%
0
0,0%
1
1,5%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
1
1,5%
2
3,5%
Total Angkutan Kota
48
100,0%
68
100,0%
57
100,0%

Tabel 5.16 Penumpang Angkutan Kota di Kelakap Tujuh - Dumai


Lokasi/Ruas
Kelakap Tujuh - Dumai
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
15
27,3%
14
20,6%
18
35,3%
1
8%
15
27,3%
18
26,5%
6
11,8%
2
17%
11
20,0%
13
19,1%
12
23,5%
3
25%
4
7,3%
9
13,2%
8
15,7%
4
33%
3
5,5%
6
8,8%
5
9,8%
5
42%
1
1,8%
2
2,9%
1
2,0%
6
50%
3
5,5%
1
1,5%
1
2,0%
7
58%
1
1,8%
1
1,5%
0
0,0%
8
67%
1
1,8%
1
1,5%
0
0,0%
9
75%
1
1,8%
1
1,5%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
2
2,9%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
55
100,0%
68
100,0%
51
100,0%

Laporan Akhir

5-35

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.17 Penumpang Angkutan Kota di Jl. Bukit Datuk - Pusat Kota
Lokasi/Ruas
Jl. Bukit Datuk - Pusat Kota
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
14
31,1%
14
28,0%
17
37,8%
1
8%
11
24,4%
8
16,0%
10
22,2%
2
17%
8
17,8%
15
30,0%
5
11,1%
3
25%
5
11,1%
3
6,0%
5
11,1%
4
33%
4
8,9%
4
8,0%
5
11,1%
5
42%
2
4,4%
4
8,0%
0
0,0%
6
50%
1
2,2%
0
0,0%
1
2,2%
7
58%
0
0,0%
1
2,0%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
1
2,2%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
1
2,2%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
1
2,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
45
100,0%
50
100,0%
45
100,0%

Tabel 5.18 Penumpang Angkutan Kota di Pusat Kota - Jl. Bukit Datuk
Lokasi/Ruas
Pusat Kota - Jl. Bukit Datuk
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
22
47,8%
24
52,2%
10
17,9%
1
8%
12
26,1%
9
19,6%
14
25,0%
2
17%
9
19,6%
8
17,4%
12
21,4%
3
25%
1
2,2%
2
4,3%
12
21,4%
4
33%
1
2,2%
3
6,5%
2
3,6%
5
42%
1
2,2%
0
0,0%
3
5,4%
6
50%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
7
58%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
1
1,8%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
46
100,0%
46
100,0%
56
100,0%

Laporan Akhir

5-36

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.19 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Bank Riau - Simp. Polres
Lokasi/Ruas
Simp.Bank Riau - Simp.Polres
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
29
27,4%
77
41,8%
63
41,2%
1
8%
36
34,0%
43
23,4%
38
24,8%
2
17%
22
20,8%
26
14,1%
22
14,4%
3
25%
8
7,5%
20
10,9%
19
12,4%
4
33%
5
4,7%
11
6,0%
8
5,2%
5
42%
5
4,7%
3
1,6%
0
0,0%
6
50%
0
0,0%
1
0,5%
0
0,0%
7
58%
0
0,0%
2
1,1%
3
2,0%
8
67%
1
0,9%
0
0,0%
0
0,0%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
1
0,5%
0
0,0%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Total Angkutan Kota
106
100,0%
184
100,0%
153
100,0%

Tabel 5.20 Penumpang Angkutan Kota di Simp. Polres - Simp. Bank Riau
Lokasi/Ruas
Simp.Polres - Simp.Bank Riau
Waktu Survai
06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Load Factor
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Penumpang
Angkot
Angkot
Angkot
0
0%
69
48,3%
33
18,1%
35
21,6%
1
8%
22
15,4%
45
24,7%
31
19,1%
2
17%
23
16,1%
42
23,1%
39
24,1%
3
25%
15
10,5%
23
12,6%
30
18,5%
4
33%
6
4,2%
19
10,4%
9
5,6%
5
42%
4
2,8%
10
5,5%
9
5,6%
6
50%
2
1,4%
6
3,3%
4
2,5%
7
58%
2
1,4%
3
1,6%
0
0,0%
8
67%
0
0,0%
0
0,0%
3
1,9%
9
75%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
10
83%
0
0,0%
0
0,0%
1
0,6%
11
92%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
12
100%
0
0,0%
1
0,5%
1
0,6%
Total Angkutan Kota
143
100,0%
182
100,0%
162
100,0%

Rekapitulasi Load Factor Angkutan Perkotaan di Kota Dumai berdasarkan hasil


survai, ditampilkan pada Tabel 5.21 dan dilustrasikan pada Gambar 5.19 sebagai
berikut.

Laporan Akhir

5-37

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.21 Load Factor Angkutan Perkotaan Di Kota Dumai


06.30 - 08.30

09.30 - 11.30

15.00 - 17.00
Rata-rata Penumpang

5,4 0,45

29

148

5,1 0,43

2 Soekarno-Hatta / Dumai Kota

26

99

3,8 0,32

24

126

5,3 0,44

30

150

5,0 0,42

3 Pertamina - Bundaran

68

63

0,9 0,08

84

113

1,3 0,11

74

118

1,6 0,13

4 Bundaran - Pertamina

92

161

1,8 0,15 101

124

1,2 0,10

75

100

1,3 0,11

5 Jl.Budi Kemuliaan / Simp.Sukajadi - Simp.Dock

44

81

1,8 0,15

46

116

2,5 0,21

23

46

2,0 0,17

6 Jl.Budi Kemuliaan / Simp.Dock - Simp.Sukajadi

46

112

2,4 0,20

46

124

2,7 0,22

23

49

2,1 0,18

7 PLN Sudirman / Ramayana - Bundaran Polres

149

226

1,5 0,13 180

246

1,4 0,11 133

262

2,0 0,16

8 PLN Sudirman / Bundaran Polres - Ramayana

122

96

0,8 0,07 162

303

1,9 0,16 130

233

1,8 0,15

48

39

0,8 0,07

69

95

1,4 0,11

57

107

1,9 0,16

10 Kelakap Tujuh - Dumai

55

108

2,0 0,16

68

159

2,3 0,19

51

85

1,7 0,14

11 Jl. Bukit Datuk- Dumai

45

74

1,6 0,14

50

102

2,0 0,17

45

78

1,7 0,14

12 Jl.Raya Bukit Datuk / Pusat Kota-Bukit datuk

46

42

0,9 0,08

46

43

0,9 0,08

56

123

2,2 0,18

13 Jl.S.S.Kasyim / Simp.Bank Riau - Simp.Polres

106

157

1,5 0,12 184

244

1,3 0,11 152

192

1,3 0,11

14 Jl.S.S.Kasyim / Simp.Polres - Simp.Bank Riau

143

183

1,3 0,11 182

393

2,2 0,18 162

350

2,2 0,18

9 Jl.Ombak - Kelakap Tujuh

Laporan Akhir

Load Factor

Jumlah Penumpang

157

Jumlah Angkot

Rata-rata Penumpang

29

Load Factor

Jumlah Penumpang

4,5 0,38

Jumlah Angkot

Rata-rata Penumpang

150

Load Factor

Jumlah Penumpang

33

Lokasi/Ruas

Jumlah Angkot

1 Soekarno-Hatta / Bagan Besar

No

5-38

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Load Factor Angkutan Perkotaan Di Kota Dumai


Nama Jalan

06.30 - 08.30
09.30 - 11.30
15.00 - 17.00

Jl.S.S.Kasyim / Simp.Polres - Simp.Bank Riau


Jl.S.S.Kasyim / Simp.Bank Riau - Simp.Polres
Jl.Raya Bukit Datuk / Pusat Kota-Bukit datuk
Jl. Bukit Datuk- Dumai
Kelakap Tujuh - Dumai
Jl.Ombak - Kelakap Tujuh
PLN Sudirman / Bundaran Polres - Ramayana
PLN Sudirman / Ramayana - Bundaran Polres
Jl.Budi Kemuliaan / Simp.Dock - Simp.Sukajadi
Jl.Budi Kemuliaan / Simp.Sukajadi - Simp.Dock
Bundaran - Pertamina
Pertamina - Bundaran
Soekarno-Hatta / Dumai Kota
Soekarno-Hatta / Bagan Besar
0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

0,40

0,45

0,50

Load Factor

Gambar 5.37 Load Factor Angkutan Perkotaan Di Kota Dumai

Laporan Akhir

5-39

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.3

KONDISI TRANSPORTASI LAUT

5.3.1 Pelabuhan Dumai


Pelabuhan Dumai merupakan salah satu Pelabuhan Utama di Propinsi Riau
mempunyai letak geografis yang menguntungkan karena merupakan pelabuhan
alam yang dilindungi oleh beberapa pulau antara lain Pulau Rupat , Pulau Payung
dan Pulau Rampang sehingga mempunyai perairan yang cukup dalam dan tenang
dari terpaan ombak serta iklim yang cukup menunjang sepanjang tahun.
Untuk Hidrografi, sepanjang dermaga pelabuhan tidak terdapat endapan lumpur,
dikarenakan pelabuhan adalah pelabuhan alam degan kedalaman 8-12 MLWS
dan untuk pasang surut pada bulan Mei pasang tertinggi rata-rata 28 Dm dan
pasang terendah 7 Dm. Untuk arus memiliki kecepatan 3-4 Mil/jam.
Fasilitas Pelabuhan Dumai bisa dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22 Fasilitas Pelabuhan Dumai
No
1

Fasilitas
Kolam Pelabuhan/ Perairan Bandar

Uraian
o
o
01 44' 42 LU / 101 22' 13 BT
o

01 44' 20 LU / 101 26' 50 BT


01 42' 20 LU / 101 30' 50 BT
01 39' 14 LU / 101 30' 50 BT
2

Alur Pelayaran

3
4
5
6
7

Lebar Alur
Luas Daerah Kerja Daratan
Luas Kolam
Kedalaman Kolam
Dermaga
Cargo
Multipurpose
Kapal Pandu

55 mil, terdiri dari


22 mil melalui Selat Bengkalis
33 mil melalui Selat Rupat
Minimum 255 meter dan maksimum 1,7 km
106,29 Ha
3.238,87 Ha
6 - 10 M/LWS
Panjang
Lebar
Kedalamam
Konstruksi
348 m
16 m
9 M/LWS
Besi/Beton
400 m
25 m
10 M/LWS
Beton
34 m
6m
7 M/LWS
Beton

Kapal Tunda

8m

35 m

6 M/LWS

Beton

Kapal Ferry

20 m

10 m

0 M/LWS

Besi

Pelayaran Rakyat

75 m

4m

2 M/LWS

Beton/Kayu

8
9

Kapal
Terminal Penumpang
Dalam Negeri
Internasional
Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008

Laporan Akhir

6 kapal tunda, 6 kapal pandu dan 2 kepil


Luas
Konstruksi
Kapasitas
2
700 m
Baja Beton
500 orang
2
1.060 m
Baja Beton
550 orang

5-40

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pelabuhan yang dikelola pemerintah merupakan pelabuhan penumpang dan


pelabuhan barang. Disamping itu terdapat pula beberapa dermaga kecil yang
dikelola oleh Pemda dan masyarakat sebanyak 8 unit.

Gambar 5.38 Kondisi Pelabuhan Dumai Di Kota Dumai


Rencana pengembangan Pelabuhan Dumai bisa dilihat pada Gambar 5.21
dimana pelabuhan dibagi ke dalam tiga zona, yaitu zona penumpang, zona
general cargo dan zona minyak kelapa sawit.

Laporan Akhir

5-41

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.39 Rencana Pengembangan Pelabuhan Dumai


Kota Dumai juga mempunyai beberapa pelabuhan khusus, yaitu:

Pelabuhan khusus PT Kawasan Industri Dumai di Kecamatan Medang


Kampai

Pelabuhan khusus PT Patra Dock di Kecamatan Dumai Barat

Pelabuhan khusus PT Semen Padang di Kecamatan Sungai Sembilan

Pelabuhan khusus PT Sari Dumai Sejati di Kecamatan Sungai Sembilan

Pelabuhan khusus perikanan di Kecamatan Dumai Barat

Sedangkan pelabuhan yang sedang dikembangkan adalah:

Pelabuhan penumpang dan pelabuhan ro-ro di kawasan Terminal


Agribisnis

Pelabuhan khusus Pemda di Pelintung

Gambar 5.40 Rencana Pelabuhan di Kawasan Terminal Agribisnis

Laporan Akhir

5-42

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.3.2 Lalu-lintas Barang dan Penumpang di Pelabuhan Dumai


5.3.2.1 Kunjungan Kapal
Sebagai pelabuhan yang mempunyai posisi strategis, Pelabuhan Dumai tahun
2008 mencatat kunjungan kapal sebanyak 5994 kali, dimana pelayaran dalam
negeri sebanyak 2154 kapal dan pelayaran luar negeri 3840 kapal. Kunjungan
kapal di pelabuhan umum meliputi 83,47% dari keseluruhan kunjungan kapal ke
Pelabuhan Dumai. Realisasi trafik kunjungan kapal di pelabuhan umum,
pelabuhan khusus dan total keduanya bisa dilihat di Tabel 5.23 - Tabel 5.25.
Tabel 5.23 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Umum Dumai
No.

Uraian

Sat.

I.

PELAYARAN L/N

1.

Kapal Asing

2.

Kapal Nasional

2004

2005

TAHUN
2006

2007

2008

Call
Grt
Call
Grt

943
4,663,361
1,348
334,550

799
4,266,251
1,590
378,017

1,084
5,482,273
1,313
279,652

981
5,552,266
1,066
213,748

828
5,583,779
1,208
248,330

Call
Grt

2,291
4,997,911

2,389
4,644,268

2,397
5,761,925

2,047
5,766,014

2,036
5,832,109

Call
Grt
Call
Grt

2,824
1,397,283
326
381,444

2,711
1,249,206
210
164,820

2,654
1,232,660
30
21,718

2,774
1,290,760
72
64,860

2,943
1,357,878
24
67,753

Jumlah - II

Call
Grt

3,150
1,778,727

2,921
1,414,026

2,684
1,254,378

2,846
1,355,620

2,967
1,425,631

Jumlah - I + II

Call
Grt

5,441
6,776,638

5,310
6,058,294

5,081
7,016,303

4,893
7,121,634

5,003
7,257,740

Jumlah - I
II.

PELAYARAN D/N

1.

Kapal Nasional

2.

Kapal Asing

Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008

Tabel 5.24 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Khusus Dumai


No.

Uraian

Sat.

I.

PELAYARAN L/N

1.

Kapal Asing

2.

Kapal Nasional

2004

2005

TAHUN
2006
7

2007

2008

Call
Grt
Call
Grt

285
12,123,905
-

256
11,572,402
-

221
9,719,644
-

221
10,288,647
-

118
5,084,342
-

Call
Grt

285
12,123,905

256
11,572,402

221
9,719,644

221
10,288,647

118
5,084,342

Call
Grt
Call
Grt

183
2,773,257
467
8,286,862

278
3,010,240
443
7,612,875

408
4,645,300
345
6,005,105

479
4,461,029
272
5,458,178

658
6,387,992
215
5,248,084

Jumlah - II

Call
Grt

650
11,060,119

721
10,623,115

753
10,650,405

751
9,919,207

873
11,636,076

Jumlah - I + II

Call
Grt

935
23,184,024

977
22,195,517

974
20,370,049

972
20,207,854

991
16,720,418

Jumlah - I
II.

PELAYARAN D/N

1.

Kapal Nasional

2.

Kapal Asing

Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008

Laporan Akhir

5-43

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.25 Realisasi Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Umum dan


Pelabuhan Khusus Dumai
No

Uraian

Satuan

I.

PELAYARAN L/N

1.

Kapal Asing

2.

Kapal Nasional

2004

2005

TAHUN
2006

2007

2008

Call
Grt
Call
Grt

1,228
16,787,266
1,348
334,550

1,055
15,838,653
1,590
378,017

1,305
15,201,917
1,313
279,652

1,202
15,840,913
1,066
213,748

946
10,668,121
1,208
248,330

Call
Grt

2,576
17,121,816

2,645
16,216,670

2,618
15,481,569

2,268
16,054,661

2,154
10,916,451

Call
Grt
Call
Grt

3,007
4,170,540
793
8,668,306

2,989
4,259,446
653
7,777,695

3,062
5,877,960
375
6,026,823

3,253
5,751,789
344
5,523,038

3,601
7,745,870
239
5,315,837

Jumlah - II

Call
Grt

3,800
12,838,846

3,642
12,037,141

3,437
11,904,783

3,597
11,274,827

3,840
13,061,707

Jumlah - I + II

Call
Grt

6,376
29,960,662

6,287
28,253,811

6,055
27,386,352

5,865
27,329,488

5,994
23,978,158

Jumlah - I
II.

PELAYARAN D/N

1.

Kapal Nasional

2.

Kapal Asing

Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008


5.3.2.2 Bongkat Muat Barang
Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Dumai setiap tahun sudah mencapai
angka 30 juta ton, dimana yang dilakukan di pelabuhan umum pada tahun 2008
mencapai 7,4 juta ton, dan di pelabuhan khusus 22,6 juta. Realisasi trafik bongkar
muat barang berdasarkan jenis perdagangan di Pelabuhan Dumai ditampilkan di
Tabel 5.26.
Tabel 5.26 Realisasi Trafik Bongkar Muat Barang Berdasarkan Jenis
Perdagangan di Pelabuhan Dumai
No.

Uraian

Sat.

2004

2005

TAHUN
2006
7

2007

2008

I.

PELABUHAN UMUM

1.

Ekspor

Ton

4,130,476

4,460,435

5,255,373

4,379,377

5,404,818

2.

Impor

Ton

387,398

373,962

418,359

442,563

338,925

3.

AP. Muat

Ton

467,722

413,767

305,779

448,813

515,467

4.

AP. Bongkar

Ton

991,003

1,033,813

925,601

897,140

1,170,376

Ton

5,976,599

6,281,977

6,905,112

6,167,893

7,429,586

12,500,980

11,160,689

9,846,150

9,432,994

4,897,925

Jumlah - I
II.

PELABUHAN KHUSUS

1.

Ekspor

Ton

2.

Impor

Ton

99,339

164,175

138,933

54,986

2,845

3.

AP. Muat

Ton

14,312,120

13,421,619

13,222,311

12,680,427

16,566,406

4.

AP. Bongkar

Ton

1,078,556

1,017,046

908,951

1,377,222

1,212,449

Jumlah - II

Ton

27,990,995

25,763,529

24,116,345

23,545,629

22,679,624

Jumlah - I + II

Ton

33,967,594

32,045,506

31,021,457

29,713,522

30,109,210

Catatan: Komoditas di Peabuhan Khusus adalah Migas


Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008

Laporan Akhir

5-44

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Sementara secara khusus, Tabel 5.27. menjelaskan komoditi andalan apa yang
dibongkar dan dimuat di pelabuhan umum Dumai. Komoditas CPO merupakan
77,03% dari komoditas yang dikapalkan di pelabuhan umum Dumai.
Tabel 5.27 Realisasi Bongkar Muat Barang Komoditi Andalan di Pelabuhan
Umum Dumai
No.

Jenis Barang

Sat.

TAHUN
2006

2004

2005

2007

2008

1.

Beras

Ton

62,666

50,429

60,838

55,238

83,581

2.

General Cargo

Ton

367,799

346,125

128,467

274,783

170,850

3.

Inti Sawit

Ton

15,933

4.

Palm Oil

Ton

4,421,628

4,718,582

5,495,769

4,826,915

5,739,706

5.

PKE/Ampas

Ton

473,832

454,625

443,047

359,512

773,944

6.

PKS/Cangkang

Ton

39,000

108,100

63,597

7.

Pupuk

Ton

552,057

604,116

651,359

549,486

486,899

8.

Semen

Ton

43,684

62,035

101,961

69,241

Ton

5,976,599

6,905,112

6,167,895

7,429,584

Jumlah - I

6,281,977

77,534

27,829

Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008


5.3.2.3 Turun Naik Penumpang
Pelayanan transportasi laut untuk penumpang mempunyai pelayanan domestik
dan internasional. Pelayanan domestik dilakukan dengan kapal cepat untuk tujuan
Batam, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun dan Bengkalis. Sedangkan untuk
tujuan internasional adalah ke Malaysia dan Singapura. Kapal Pelni untuk tujuan
Jakarta menyinggahi Pelabuhan Dumai sekali dalam seminggu.
Tabel 5.28 memberikan gambaran bahwa jumlah penumpang untuk trayek dalam
negeri hampir sama dengan jumlah penumpang untuk trayek internasional. Hal ini
memberikan indikasi bahwa Dumai memang merupakan pintu gerbang untuk
perjalanan internasional, terutama menuju Malaka di Malaysia dan menuju
Singapura.

Laporan Akhir

5-45

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 5.28 Realisasi Trafik Turun Naik Penumpang di Pelabuhan Dumai


No.

Uraian

Sat.

I.

2004

2005

TAHUN
2006

2007

2008

PENUMPANG L/N

1.

Turun

Orang

147,003

137,945

149,026

196,352

160,676

2.

Naik

Orang

148,373

182,281

181,059

193,252

167,193

Orang

295,376

320,226

330,085

389,604

327,869

Jumlah - I
II.

PENUMPANG D/N

1.

Turun

Orang

260,527

219,417

173,573

185,860

200,362

2.

Naik

Orang

242,977

218,613

159,136

190,240

167,404

Jumlah - II

Orang

503,504

438,030

332,709

376,100

367,766

Jumlah : - Turun

Orang

407,530

357,362

322,599

382,212

361,038

- Naik

Orang

391,350

400,894

340,195

383,492

334,597

Orang

798,880

758,256

662,794

765,704

695,635

Jumlah - I s.d. II

Sumber: PT Pelindo Cabang Dumai, 2008

5.4

KONDISI TRANSPORTASI UDARA

5.4.1 Bandar Udara


Bandara Pinang Kampai di Dumai mempunyai panjang lintasan 1800 meter dan
lebar 30 meter, sehingga dapat melayani pesawat sejenis Fokker 28 dan Fokker
100. Transportasi udara di Dumai dilayani oleh PT Pelita Air Service untuk rute
Jakarta dan kota lainnya. Pertamina dan PT CPI menggunakanpesawat Fokker 28
sebanyak 6 kali sebulan dan Fokker 1000 sebanyak 25 kali sebulan. Saat ini
beroperasi juga Merpati Airlines dan PT Riau Airlines (RAL) untuk tujuan
Pekanbaru dan Jakarta.

Laporan Akhir

5-46

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.41 Rute Penyeberangan di Pelabuhan Dumai, Kota Dumai

Laporan Akhir

5-47

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.42 Rute Penerbangan di Bandara Pinang Kampai, Kota Dumai

Laporan Akhir

5-48

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 5.43 Kondisi Bandar Udara Pinang Kampai, Kota Dumai

Laporan Akhir

5-49

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.4.2 Lalu-lintas di Bandara Pinang Kampai


Jumlah pesawat dan penumpang yang datang dan berangkat melalui Bandara
Pinang Kampai Dumai pada Tahun 2007 disampaikan pada Tabel 5.29.
Tabel 5.29 Jumlah pesawat dan penumpang yang datang dan berangkat melalui
Bandara Pinang Kampai Dumai, Tahun 2007
Pesawat (unit)
Penumpang (orang)
Datang Berangkat Datang Berangkat Transit
Januari
54
54
2.570
2.327
908
Februari
53
53
1.936
2.008
1.064
Maret
62
62
2.243
2.258
987
April
72
72
2.303
2.419
1.149
Mei
69
69
2.392
2.644
940
Juni
67
67
2.845
3.045
550
Juli
89
89
4.027
4.189
1.231
Agustus
74
74
2.635
2.856
1.117
September
72
72
2.252
2.284
934
Oktober
82
82
3.127
3.729
511
November
73
73
2.283
2.671
845
Desember
83
83
2.841
2.673
1.262
Jumlah
850
850 31.097
33.103 11.498
2006
759
759 30.007
30.684 14.967
2005
775
775 26.629
26.422 16.828
2004
1.028
1.028
29.230 39.941
39.765
Sumber: Dumai Dalam Angka 2008
Bulan

Jumlah barang, bagasi dan pos paket yang dibongkar dan dimuat melalui Bandara
Pinang Kampai Dumai pada Tahun 2007 disampaikan pada Tabel 5.30.
Tabel 5.30 Jumlah Barang, Bagasi dan Pos Paket yang Dibongkar dan Dimuat
Melalui Bandara Pinang Kampai Dumai, Tahun 2007
Jenis
Barang
Bagasi
Paket Pos

B/M
Bongkar
Muat
Bongkar
Muat
Bongkar
Muat

Sumber: Dumai Dalam Angka 2008

Laporan Akhir

2005
180.513
7.784
378.835
332.224
2.864
2.385

2006
139.067
7.337
356.199
357.599
2.763
3.144

2007
128.798
24.274
420.211
386.545
1.805
1.387

5-50

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.5

KONDISI KELEMBAGAAN DAN LINGKUNGAN TRANSPORTASI


PERKOTAAN

Kebutuhan akan layanan transportasi dalam mendukung aktivitas masyarakat


perkotaan senantiasa dinamis seiring dengan perkembangan wilayah perkotaan
yang bersangkutan baik dinamika internal maupun dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitarnya. Pemerintah Kota Dumai khususnya instansi atau dinasdinas yang ada di dalamnya yang terkait dengan layanan publik di sektor
transportasi memiliki kepentingan dalam upaya pemenuhan kebutuhan di sektor
ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Secara umum pengelolaan kebutuhan publik di sektor perhubungan di wilayah
perkotaan menyangkut tugas-tugas:

Menyusun perumusan kebijakan sektor transportasi perkotaan.

Menerapkan

standar,

peraturan,

pedoman,

petunjuk

dan

prosedur

penyelenggaraan transportasi perkotaan.

Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap pelaku sektor


transportasi.

Melaksanakan, mengawasi dan melakukan evaluasi teknis dari program


kegiatan penyelanggaraan sektor perhubungan di wilayahnya.

Tugas-tugas di sektor transportasi perkotaan tersebut dijalankan dengan


semangat kerangka otonomi daerah disuaikan dan berpedoman pada ketentuan,
aturan dan kebijakan pada hirarki yang di atasnya.
Aspek-aspek

yang

terkait

dengan

penanganan

dan

pengelolaan

sektor

transportasi di perkotaan antara lain menyangkut:

Jaringan Transportasi

Lalu Lintas Perkotaan

Sarana Angkutan Perkotaan

Keterpaduan Moda Transportasi Perkotaan

Lingkungan Transportasi Perkotaan

Laporan Akhir

5-51

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.5.1 Jaringan Transportasi Perkotaan


5.5.1.1 Kondisi Umum
Kota sebagai pusat aktivitas masyarakat memiliki peranan penting dalam
menyediakan layanan jasa bagi pergerakan orang dan barang dalam sistem
produksi dan distribusi serta menjadi simpul pada jaringan transportasi. sangat
menentukan fungsi utama kota tersebut. Sistem transportasi yang baik sangat
dibutuhkannya untuk menjalankan peranannya sebagai pusat aktivitas. Sistem
transportasi Kota diharapkan mampu menciptakan suatu mobilitas penumpang
dan barang yang menerus, baik dalam kota maupun antar kota, sehingga
memberikan manfaat pada publik antara lain berupa penghematan biaya
transportasi serta waktu perjalanan.
Seiring dengan perkembangan Kota Dumai, sebagaimana kecenderungan pada
kota-kota pada umumnya harga lahan di pusat kota cenderung semakin mahal.
Pusat-pusat permukiman dan pusat kegiatan pun mulai bermunculan di pinggiran
kota (sub urban). Pola perjalanan masyarakat menunjukkan perubahan dengan
tingginya ketergantungan masyarakat sub urban terhadap aktivitas di pusat
perkotaan yang jaraknya relatif jauh. Jauhnya jarak perjalanan, lamanya waktu
tempuh, terbatasnya layanan angkutan umum, serta kemacetan pada jam-jam
puncak selalu dialami masyarakat tiap hari. Arah kecenderungan perkembangan
kota yang demikian perlu diantisipasi sejak dini.
Pada umumnya perkembangan kota yang cenderung kurang terencana,
kekurangkonsistenan dalam pelaksanaan rencana induk pembangunan kota
(RTRW), serta pola pemanfaatan lahan yang berubah begitu cepat belum mampu
diantisipasi dengan penataan sistem jaringan transportasi. Pengembangan
kawasan

yang

sedemikian

cepat

membawa

dampak

terjadinya

ketidakseimbangan antara permintaan dengan ketersediaan transportasi.


Otonomi daerah yang di dalamnya termasuk

pengelolaan sektor transportasi

perlu dimaknai sebagaimana tujuan awal diberlakukannya. Terdapat perbedaan


paradigma berpikir, beberapa daerah masih memiliki pandangan bahwa
transportasi perkotaan merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD),
padahal seharusnya tidaklah demikian.
Laporan Akhir

5-52

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Transportasi perkotaan seharusnya dipandang sebagai bagian dari tugas untuk


melayani masyarakat. Demikian halnya dengan operator dan masyarakat umum,
mereka juga memandang transportasi perkotaan sebagai sumber kehidupan.
Permasalahan transportasi yang dihadapi suatu kota belum tentu sama dengan
permasalahan transportasi yang dihadapi kota lainnya, baik jenis maupun skala
permasalahannya. Permasalahan yang ada pada suatu kota tergantung pada
skala wilayah dan penduduk, setting tata ruang, serta karakter fisik, sosial dan
ekonominya. Maka dari itu, diperlukan pemahaman yang baik mengenai
karakteristik kota yang bersangkutan dalam menyusun rencana pengembangan
sistem transportasi perkotaan, sehingga penyediaan jaringan prasarana dan
layanan dapat dilakukan dengan efisien dari segi biaya, serta efektif dari segi
kinerja.
5.5.1.2 Fenomena Umum Permasalahan Jaringan Transportasi Perkotaan:

Di beberapa koridor sistem jaringan jalan yang ada secara umum kurang
mendukung sistem pergerakan. Indikasi kinerjanya terlihat pada saat beban
volume lalu lintas yang tinggi, waktu perjalanan menjadi bertambah lama dan
kecepatan rendah.

Disfungsi fasilitas jalan yang mengakibatkan hambatan yang cukup tinggi dan
kapasitas ruas jalan menjadi menurun. Fasilitas jalan yang ada tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, misalnya penggunaan badan jalan untuk pejalan kaki,
PKL dan parkir.

Minimnya jaringan jalan di kawasan perkotaan untuk mengoperasikan


angkutan umum terutama yang berkapasitas besar. Beberapa kasus di kota
besar jaringan jalan yang ada kondisinya tidak memungkinkan untuk dibuat
jalur khusus untuk angkutan umum bus, karena sulit dilakukan pelebaran jalan.

Arti pentingnya keterpaduan pengelolaan transportasi perkotaan masih terlihat


lemah dipahami oleh sebagian Pemerintah Kota yang wilayahnya tumbuh
menjadi kawasan perkotaan aglomerasi. Masing-masing cenderung menyusun
perencanaan transportasi tanpa koordinasi yang baik.

Evaluasi terhadap pengelolaan sektor transportasi kurang optimal akibat


minimnya data yang terkait, sehingga tidak mendukung akurasi perencanaan

Laporan Akhir

5-53

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

transportasi

perkotaan

ke

depan

dalam

penanganan

permasalahan

transportasi yang ada.


5.5.2 Lalu Lintas Perkotaan
5.5.2.1 Kondisi Umum
Secara umum lalu lintas di wilayah perkotaan dibagi menjadi 2 jenis, yakni lalu
lintas dalam kota dan lalu lintas menerus. Lalu lintas dalam kota pada umumnya
merupakan pergerakan bangkitan dan tarikan orang atau barang dari dan ke
pusat-pusat kegiatan dengan skala pelayanan perkotaan. Sedangkan lalu lintas
menerus merupakan pergerakan bangkitan dan tarikan orang atau barang dari
dan ke pusat-pusat kegiatan dengan skala pelayanan regional dan nasional.
Lalu lintas dalam kota bercirikan pergerakan orang atau barang dengan jarak
pendek yang bersifat harian untuk memenuhi aktivitas sehari-hari. Dilihat dari
maksud perjalanannya lalu lintas dalam kota ini bisa terdiri dari satu maksud
perjalanan atau lebih. Lalu lintas dalam kota pada umumnya memanfaatkan jalan
dengan status jalan propinsi dan/atau jalan kota/kabupaten, baik jalan arteri
sekunder maupun kolektor sekunder. Sedangkan lalu lintas menerus umumnya
merupakan pergerakan jarak jauh, bukan perjalanan harian, maksud perjalanan
pada umumnya hanya terdiri satu, serta memanfaatkan jalan arteri primer dan
kolektor primer dengan status jalan nasional.
Antara lalu lintas dalam kota dengan lalu lintas menerus pada pelaksanaannya
sulit dipisahkan dalam pemanfaatan prasarana jalan. Salah satu penyebab
terjadinya kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan adalah bercampurnya lalu
lintas dalam kota dan lalu lintas menerus ini sebagian akibat dari keterbatasan
prasarana jalan, lalu lintas dalam kota banyak memanfaatkan jalan arteri primer
dan jalan kolektor primer yang seharusnya diperuntukkan bagi lalu lintas menerus,
di samping faktor-faktor lainnya.Kemacetan lalu lintas yang diindikasikan dengan
rendahnya

kecepatan

rata-rata

dan

bertambah

panjangnya

antrian

di

persimpangan, tidak hanya terjadi pada jalan jalan utama perkotaan tetapi
kemacetan lalu lintas juga cenderung merambah sampai ke kawasan pinggiran
kota yang merupakan pintu masuk dari kawasan pedesaan ke kawasan perkotaan.

Laporan Akhir

5-54

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.5.2.2 Fenomena Umum Permasalahan Lalu Lintas Transportasi Perkotaan


Permasalahan lalu lintas perkotaan yang sangat aktual di lapangan adalah
masalah kemacetan. Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir telah terjadi
penurunan kecepatan rata-rata di beberapa perkotaan. Sebagai contoh untuk kota
metropolitan (DKI Jakarta) bila pada tahun 1995 kecepatan rata-rata sebesar 38,3
km/jam, maka pada tahun 2002 menjadi 34,5 km/jam dan pada tahun 2009
menjadi lebih rendah lagi. Untuk saat ini barangkali kota Dumai belum mencapai
tingkat kemacetan sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar dan padat
penduduknya, namun ke depan perlu dilakukan langkah antisipasi akan kondisi
tersebut.
Banyak hal yang menghambat kinerja lalu lintas di perkotaan yang menyebabkan
kemacetan. Diantara penyebab kemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan
adalah:

Mobilitas penduduk yang semakin tinggi meningkatkan permintaan perjalanan.


Bertambah tingginya permintaan perjalanan mengakibatkan volume lalu lintas
semakin tinggi sehingga rasio antara volume dan kapasitas jalan yang tersedia
akan sernakin besar. Di kota-kota yang sudah sedemikian tinggi aktivitas sosial
ekonominya kondisi tersebut diperburuk dengan kecenderungan waktu
melakukan perjalanan/pegerakan yang sama yaitu pada pagi dan sore hari.
Volume lalu lintas yang cendei-ung meningkat dengan kapasitas jalan yang
terbatas mengakibatkan terjadinya bertambah lamanya

waktu perjalanan.

Diantara faktor penyebab meningkatnya permintaan perjalanan antara lain


adalah semakin tingginya aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya di luar rumah, sernakin jauhnya jarak antara tempat tinggal
dengan tempat aktivitas dan meningkatnya tingkat kepemilikan kendaraan
bermotor. Dengan semakin meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
cenderung akan dibarengi peningkatan kepemilikan kendaraan. Kondisi ini bila
tidak ada upaya manejemen lalu lintas yang terpadu di khawatirkan berdampak
pada peningkatan kemacetan sebagaimana yang terjadi selama ini. Hal mana
peningkatan kepemilikan kendaraan di perkotaan hanya akan menghasilkan
peningkatan

kemacetan,

dimana

kota-kota

yang

tingkat

kepemilikan

kendaraannya tinggi mempunyai tingkat kemacetan yang tinggi.

Laporan Akhir

5-55

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Rendahnya disiplin pelaku lalu lintas pengguna jalan.


Fenomena yang sangat umum terjadi pada lalu lintas kota-kota di Indonesia
adalah rendahnya disiplin berlalu lintas pengguna jalan baik pengemudi
angkutan pribadi (beroda empat maupun roda dua), pengemudi angkutan
umum dan pejalan kaki masih rendah. Contoh budaya berlalu lintas yang
kurang disiplin misalnya kendaraan yang menerobos lampu isyarat merah,
berputar arah tidak pada lokasi yang ditentukan, angkutan umum berhenti
menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, parkir di
tempat yang dilarang untuk parkir, serta pejalan kaki menyeberang jalan tidak
pada tempat yang ditentukan, akan mengakibatkan bertambahnya hambatanhambatan perjalanan baik hambatan samping maupun tundaan di jalan yang
pada akhirnya berdampak pada penurunan kecepatan rata-rata kendaraan.
Budaya berlalu lintas yang masih bermasalah tersebut dipengaruhi oleh
banyak faktor apalagi jika terjadi di negara yang sedang berkembang selain
faktor aturan, kelangkapan fasilitas karena minimnya pendanaan dan faktor
individual lainnya maka ekonomi, kesejahteraan dan tingkat kemiskinan cukup
berpengaruh. Rendahnya disiplin berlalu lintas secara umum disebabkan oleh
2 (dua) faktor yaitu faktor internal individu (persepsi yang dipengaruhi
pendidikan, motivasi, kepribadian dan pengalaman) dan faktor eksternal yakni
faktor-faktor yang datangnya dari luar/lingkungan (antara lain kontrol
masyarakat, ketersediaan fasilitas, dan penegakan hukum).

Rendahnya kualitas layanan dan fasilitas angkutan umum.


Kualitas layanan angkutan umum yang masih jauh dari harapan merupakan
sisi yang turut berkontribusi terhadap masalah kinerja lalu lintas di perkotaan.
Rendahnya kinerja layanan angkutan umum ini membuat

penggunaan

angkutan pribadi (mobil dan sepeda motor) lebih menarik dibandingkan


dengan angkutan umum. Ini terbukti berdasarkan hasil survai di Kota Dumai
penggunaan sepeda motor mencapai sekitar 60%. Terbatasnya kapasitas jalan
yang tersedia mengakibatkan volume kendaraan yang mampu ditampung juga
terbatas. Untuk mengakomodasi permintaan perjalanan yang tinggi di
perkotaan, khususnya untuk kelompok berpendapatan menengah kebawah,
penyediaan angkutan umum menjadi kebutuhan yang mendesak.

Laporan Akhir

5-56

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Penggunaan angkutan urnum lebih efisien dibandingkan dengan angkutan


pribadi dalam pernakaian ruang jalan, karena dengan pemakaian ruang jalan
yang sama antara angkutan umum dan angkutan pribadi, kapasitas
penumpang yang dapat diangkut dengan angkutan umum lebih besar
dibandingkan dengan kapasitas angkut dengan angkutan pribadi. Pada
pertengahan era tahun 1990 - 2000 aktivitas lalu lintas di perkotaan terutama
untuk kota kecil dan sedang 50% lebih didominasi oleh sepeda motor
sedangkan untuk kota besar dan metropolitan aktivitas lalu lintas didominasi
oleh kendaraan pribadi. Peran angkutan umum di perkotaan hanya dibawah
15% bahkan untuk kota sedang dan besar perannya hanya 7-8% dari total
aktivitas lalu lintas. Dengan komposisi aktifitas lalu lintas ini maka beban lalu
lintas di ruas jalan semakin tinggi sementara kapasitas angkut tidak meningkat
secara signifikant.Rendahnya kapasitas angkut tersebut terutama disebabkan
oleh masih dominannya penggunaan angkutan umum berkapasitas kecil
(kapasitas 8-12 orang) di hampir semua kota. Dari kota-kota di Indonesia,
tercatat hanya 15 kota yang mengoperasikan angkutan umum berkapasitas
besar (bus besar dan bus sedang) yaitu DKI Jakarta, Surabaya, Bandung,
Semarang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Padang, Yogyakarta, Makassar,
Denpasar, Menado, Batam, Solo dan Jember, sementara penggunaan kereta
api sebagai angkutan umum perkotaan hanya terbatas di DKI Jakarta,
Surabaya dan Bandung.

Perubahan tata guna lahan tidak komprehensif.


Perkembangan aktifitas perkotaan yang pesat senantiasa selalu diikuti dengan
perubahan

pemanfaatan

lahan.

Permasalahan

sering

muncul

akibat

pernanfaatan lahan sering tidak sesuai dengan peruntukan yang telah


ditetapkan. Adanya perubahan peruntukan seringkali hanya diikuti dengan
perubahan terhadap rencana tata ruang yang ada. Namun dalam perubahan
rencana tata ruang seringkali tidak diikuti dengan perubahan rencana jaringan
transportasinya. Kondisi ini mengakibatkan jaringan transportasi yang ada
tidak mampu menampung beban pergerakan yang dibangkitkan oleh sistem
kegiatan baru. Ketidakseimbangan antara prasarana dan sarana ini pada
gilirannya berdampak pada rendahnya kinerja transportasi berupa rendahnya
kecepatan rata-rata sehingga memperpanjang waktu tempuh perjalanan.
Laporan Akhir

5-57

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Penyalahgunaan pemanfaatan jalan dan fasilitas LLAJ di luar kepentingan lalu


lintas. Penyediaan jalan dan fasilitas LLAJ oleh pemerintah untuk kepentingan
lalu lintas agar arus lalu lintas yang lancar dan terhindar dari kecelakaan sering
tidak menemui sasaran akibat terjadinya penyalahgunaan terhadap fungsinya.
Jalan dan fasilitas LLAJ yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan lalu lintas,
pedagang kaki lima, akan berakibat pada tidak optimalnya pemanfaatan
prasarana seperti berkurangnya lebar efektif jalan, meningkatnya hambatan
samping dan menurunnya tingkat keselamatan pengguna jalan. Pemanfaatan
jalan untuk kegiatan di luar kepentingan lalu lintas mengakibatkan bottleneck
arus lalu lintas yang berdampak pada penurunan kecepatan dan bertambah
panjang antrian kendaraan.

5.5.3 Sarana Angkutan Umum Perkotaan


5.5.3.1 Kondisi Umum
Sarana angkutan umum perkotaan memegang peranan yang sangat penting
untuk mendukung pergerakan masyarakat sehari-hari, dan menjadikannya
sebagai aspek yang sangat strategis serta diharapkan mampu mengakomodir
seluruh kegiatan masyarakat. Akan tetapi dalam mewujudkan hal tersebut
dijumpai beberapa kendala, yakni rendahnya tingkat penggunaan kendaraan
umum dibandingkan penggunaaan kendaran pribadi di kawasan perkotaan. Hal ini
menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi
masih cukup tinggi, serta di sisi lain kualitas pelayanan angkutan umum perkotaan
terlihat masih rendah. Dapat diasumsikan bahwa angkutan umum cenderung
hanya diminati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Sementara itu kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi lebih memilih untuk
menggunakan kendaraan pribadi untuk memenuhi kebutuhan perjalanan seperti
yang diharapkan. Rendahnya penggunaan angkutan umum di Kota Dumai
diindikasikan oleh rendahnya tingkat load factor (LF) yang kurang dari 50%.
Pengguna utama angkutan umum sebagian besar berasal dari kelompok
masyarakat menengah ke bawah, dan hanya sebagian kecil dari kelompok
masyarakat menengah ke atas. Hal ini terkadang berimplikasi pada kurangnya
niat pemerintah dan swasta untuk memperbaiki layanan angkutan umum.

Laporan Akhir

5-58

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Hanya 6 dari 10 kota metropolitan yang menggunakan kendaraan berkapasitas


besar sebagai angkutan umum perkotaannya, selebihnya didominasi oleh
kendaraan berkapasitas kecil (MPU). Angkutan umum dengan kendaraan
berkapasitas kecil juga banyak dijumpai pada kota-kota dengan kategori kota
besar, kota sedang, dan kota kecil. Pada armada dengan kapasitas besar, jumlah
armadanya cenderung menurun dan kemudian digantikan oleh armada dengan
kapasitas kecil.
Penjualan kendaraan baru roda empat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ratarata berkisar antara 300.000 hingga 550.000 kendaraan per tahun. Dari jumlah ini,
penjualan kendaraan bus hanya sekitar 1500 unit per tahun. Sementara itu
penjualan sepeda motor menunjukkan peningkatan terbesar yakni mencapai
jumlah lebih dari 1 juta unit per tahun.
Layanan angkutan kota diselenggarakan dalam jaringan trayek utama, cabang
dan ranting, serta trayek langsung, dimana masing-masing trayek ini memiliki ciri
layanan yang berbeda, baik jenis armada maupun sistem operasinya. Akan tetapi
hampir di seluruh kota ciri-ciri tersebut tidak dapat dikenali, dan semuanya
beroperasi secara tak terkendali. Bahkan di beberapa kota termasuk Dumai
pengoperasian angkutan umum kota banyak keluar dari trayek yang telah
ditetapkan dengan berbagai alasan diantaranya minimnya jumlah penumpang
pada trayek aslinya. Izin trayek yang berkaitan dengan penyelenggaraan angkutan
kota diberikan oleh Pemerintah setempat. Namun, dalam penyelenggaraan
pemberian izin angkutan kota mengalami beberapa kendala, yaitu:
5.5.3.2 Fenomena Umum Permasalahan Angkutan Perkotaan
Permasalahan angkutan umum perkotaan yang sering mengemuka antara lain
adalah:

Rendahnya tingkat kedisiplinan para pengemudi angkutan umum yang


menaikkan/menurunkan penumpang disembarang tempat dan juga kurangnya
kesadaran dalam mengindahkan aturan lalin.

Banyaknya kendaraan umum yang kondisinya sudah tidak laik jalan. Kondisi
ini juga akan menjadi polutan bagi lingkungan akibat polusi udara yang
ditimbulkannya.

Laporan Akhir

5-59

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Rendahnya kualitas pelayanan angkutan umum perkotaan. Penumpang tidak


dapat merasakan kenyamanan baik ketika berada dalam, angkutan umum
maupun prasarana angkutan umum. Indikator yang dapat digunakan untuk
menilai kualitas pelayanan angkutan umum diantaranya:

Tingginya load factor angkutan telah melebihi kapasitas kendaraan, atau


sebaliknya load factor yang terlalu rendah menyebabkan angkutan umum
banyak menghabiskan waktu untuk ngetem menunggu penumpang lainnya.
Kondisi ini membuat penumpang banyak kehilangan waktu.

Rendahnya tingkat aksesibilitas angkutan umum yang diindikasikan dengan


masih banyaknya bagian dari kawasan perkotaan yang belum dilayani oleh
angkutan umum. Salah satu indikator tingkat aksesibilitas masyarakat
terhadap angkutan umum adalah rasio antara panjang jalan yang dilayani
trayek dengan total panjang jalan. Semakin tinggi angka rasio maka
semakin tinggi tingkat aksesibilitas terhadap angkutan umum.

Lamanya waktu tunggu angkutan (head way) merupakan indikator


pelayanan yang paling penting bagi penumpang angkutan umum karena
berkaitan dengan kepastian mendapatkan pelayanan.

Panjangnya waktu perjalanan angkutan umum. Belum tertatanya jaringan


pelayanan angkutan umum berdasarkan hirarki pelayanan merupakan
salah satu faktor penyebab panjangnya trayek angkutan dan tumpang
tindih trayek. Trayek yang terlalu panjang mengakibatkan waktu tempuh
semakin panjang akibat dari semakin banyaknya tempat pemberhetian
yang harus dilalui.

Kurangnya keamanan dan kenyamanan di dalam angkutan umum


berkaitan dengan suasana yang diterima penumpang selama di dalam
angkutan umum baik oleh faktor sarana angkutan, penumpang dan
pengemudi angkutan umum.

Biaya transportasi yang tinggi. Tingginya biaya transportasi yang harus


ditanggung oleh masyarakat akibat dari beberapa faktor yang kurang tertata.
Tidak

tertatanya

mengakibatkan

jaringan
rendahnya

pelayanan
aksesibilitas

angkutan
sehingga

umum

dengan

masyarakat

baik
harus

melakukan beberapa kali perpindahan angkutan umum dari titik asal sampai ke
tujuan.

Laporan Akhir

5-60

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Hal ini mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan menggunakan angkutan


umum lebih besar. Semakin besar tingkat perpindahan moda, biaya yang
dikeluarkan semakin besar.

paradigma Pemerintah Daerah yang menjadikan pengurusan izin angkutan


menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) sehingga sering
terjadi jumlah angkutan umum perkotaan menjadi tidak terkendali yang
imbasnya dirasakan baik oleh masyarakat pengguna jasa, para operator
maupun kinerja lalu lintas secara keseluruhan ;

Maraknya pungutan liar (pungli) di jalan yang sangat membebani para


pengemudi angkutan perkotaan sehingga menggangu sisi keuangan dan
operasional angkutan umum.

5.5.4 Transportasi Perkotaan Terpadu


5.5.4.1 Kondisi Saat Ini
Masyarakat perkotaan dalam melakukan aktifitas sehari-hari terutama pengguna
angkutan umum sering melakukan pergantian moda, baik dengan moda yang
sama (intramoda) maupun dengan moda yang berbeda (intermoda). Banyaknya
perpindahan moda seiring dengan kecenderungan umum jumlah perjalanan
diperlukan suatu sistem perpindahan moda yang memadai dari segi sarana
prasarana (fasilitas) serta dari tingkat pelayanannya. Untuk mengintegrasikan
pelayanan antar moda, pemerintah harus menyediakan fasilitas yang mampu
memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada pengguna jasa pelayanan
angkutan umum, khususnya yang melakukan perpindahan moda.
5.5.4.2 Fenomena Umum Permasalahan Keterpaduan Moda Perkotaan
Permasalahan yang sering mengemuka dalam transportasi perkotaan adalah issu
keterpaduan moda yang dirasakan banyak menghambat perjalanan masyarakat
dalam aktivitas sehari-hari, baik dari sisi biaya maupun waktu serta kenyamanan.
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya hambatan dalam
upaya memadukan pelayanan antar moda transportasi perkotaan, antara lain:

Koordinasi antar instansi terkait yang masih belum baik karena memiliki
perbedaan kepentingan dan skala prioritas.

Minimnya fasilitas perpindahan antar moda transportasi yang memadai.

Laporan Akhir

5-61

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Rendahnya integrasi pelayanan angkutan umum di perkotaan yang cenderung


parsial dan berdiri sendiri-sendiri.

Salah satu akibat dari buruknya keterpaduan pelayanan transportasi umum di


perkotaan adalah waktu dan biaya perjalanan menjadi tinggi, dan dampak
psikologis dari perjalanan yang melelahkan pada para pengguna jasa angkutan
umum.

Dengan

minimnya

fasilitas

perpindahan

dan

rendahnya

tingkat

pelayananan keterpaduan antar moda transportasi perkotaan mengakibatkan


pelaku perjalanan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, sehingga
cenderung meningkatkan volume lalu lintas di perkotaan, menurunnya tingkat
keselamatan lalu lintas, dan pemborosan penggunaan bahan bakar.
5.5.5 Lingkungan Transportasi Perkotaan
Kekayaan sumberdaya alam, sesuai amanat Undang Undang Dasar, harus
dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian
fungsi lingkungan hidupnya, sehingga sumberdaya alam dapat digunakan secara
efektif sebagai modal pertumbuhan ekonomi dan sekaligus sebagai penopang
sistim kehidupan. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, daerah diberi
kewenangan yang lebih luas untuk dapat melakukan pengelolaan sumber alam
dan lingkungan hidup secara bertanggung jawab, sesuai dengan tuntutan dan
kondisi spasial daerah.
Tanggung jawab ke depan terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkungan hidup bagi daerah adalah melakukan optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya alam, yang harus selalu diikuti oleh kegiatan
pengawasan

dan

pengendalian

terhadap

kegiatan

pembangunan

yang

mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, serta harus
dapat melakukan upaya rehabilitasi sumber daya alam, seperti hutan, tanah dan
air yang mengalami degradasi, melalui pendekatan terpadu, sinergis dan
terkoordinasi, dengan melibatkan seluruh komponen yang terkait. Aspek-aspek
sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Kota Dumai, meliputi pengelolaan
hutan, sumber daya air, pertambangan dan sumber daya mineral serta pelestarian
lingkungan hidup.

Laporan Akhir

5-62

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

5.5.5.1 Permasalahan Umum Pengelolaan Lingkungan Sumberdaya Alam


Masalah yang dihadapi di dalam peningkatan perbaikan dan pengembangan
pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup adalah:

Masih banyaknya kebijakan pemerintah pusat yang bersifat sentralistik dalam


hal pengelolaan sumberdaya alam.

Masih

lemahnya

koordinasi

lintas

sektoral/bidang

dalam

pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup.

Terbatasnya sumberdaya manusia aparatur yang diperlukan untuk melakukan


pemantauan dan pengelolaan serta penegakan hukum dan kebijakan lingkungan hidup.

Terbatasnya sarana dan prasarana kerja termasuk laboratorium yang diperlukan dalam melakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Terbatasnya peran dan koordinasi kelembagaan pengelolaan lingkungan serta


belum efektifnya penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan.

Belum optimalnya kegiatan pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat,


pengusaha dan stakeholders tentang pentingnya pengelolaan lingkungan
hidup.

5.5.5.2 Lingkungan Transportasi Perkotaan


Aspek lingkungan senantiasa mendapat porsi perhatian yang cukup tinggi pada
setiap rencana pembangunan. RPJMN terakhir di bidang transportasi mengacu
pada 2 (dua) program, yakni program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana
dan fasilitas LLAJ, serta program pembangunan prasarana dan fasilitas LLAJ.
Realisasi program pembangunan prasarana dan fasilitas LLAJ salah satunya
adalah dengan pembangunan transportasi berkelanjutan di wilayah perkotaan.
Pelaksanaan pembangunan transportasi yang berkelanjutan di wilayah perkotaan
ini antara lain ditempuh dengan cara:

Mengembangkan tatanan transportasi perkotaan yang berwawasan lingkungan


dan berbasis wilayah.

Mengembangkan

teknologi

transportasi

ramah

lingkungan

termasuk

penggunaan energi alternatif.

Menerapkan teknologi angkutan jalan yang ramah lingkungan.

Laporan Akhir

5-63

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pengurangan dampak trasnportasi merupakan salah satu prioritas pembangunan


transportasi

perkotaan

khususnya

di

kota-kota

besar

dan

metropolitan

sebagaimana sasaran kebijakan transportasi perkotaan berdasar KM 41 Tahun


2005 tentang Rencana Strategis Departemen Perhubungan, Tahun 2005-2009.
Gambaran

umum

perkembangan

kondisi

transportasi

pembangunan

perkotaan

infrastruktur

di

transportasi

Indonesia
perkotaan

adalah
yang

sedemikian lambat dengan kualias infrastruktur transportasi cenderung menurun


dan bahkan beralih fungsi. Di lain pihak, tingginya angka kecelakaan lalu lintas
dan kemacetan dengan berbagai sebab, antara lain karena rendahnya disiplin
pengemudi, kurangnya fasilitas prasarana lalu lintas, serta keengganan sebagian
dari masyarakat untuk menggunakan angkutan umum akibat buruknya kondisi
layanan dan teknis angkutan umum. Kondisi ini berkontribusi besar terhadap
rendahnya minat masyarakat dalam menggunakan angkutan umum dan mereka
yang berpenghasilan cukup lebih cenderung memilih menggunakan kendaraan
pribadi. Penggunaan angkutan umum lebih dikarenakan dan didorong oleh
kenyataan rendahnya daya beli masyarakat. Penggunaan kendaraan pribadi
dalam tingkat tertentu menjadi pemicu tingginya jumlah kendaraan serta jumlah
penggunaan bahan bakar yang pada gilirannya akan memperburuk kondisi
lingkungan transportasi perkotaan.

5.6

PERMASALAHAN TRANSPORTASI SAAT INI DAN MENDATANG

Permasalahan transportasi di Kota Dumai saat ini dan akan tetap menjadi
permasalahan

di

masa

mendatang

adalah

terjadinya

ketidakseimbangan

percepatan antara pertumbuhan pergerakan barang yang memerlukan pelayanan


Pelabuhan Dumai dengan daya dukung jalan yang menghubungkan pusat-pusat
produksi barang untuk tujuan ekspor dan antar pulau.
Jalan yang digunakan masih menggunakan jalan yang melintas di dalam kota
Dumai yang berstatus jalan nasional. Permasalahan timbul, karena jalan harus
menanggung beban truk-truk pengangkut produk kelapa sawit dan turunannya,
sehingga cepat menimbulkan kerusakan. Karena jalan berstatus jalan nasional,
maka penganggarannya harus melalui APBN.

Laporan Akhir

5-64

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Kelambatan waktu dan alokasi dana APBN yang kurang memadai menyebabkan
perbaikan jalan menjadi tersendat-sendat, sehingga jalan yang rusak dan
berlubang, menjadi salah satu faktor penyebab kurang lancarnya akses jalan
menuju

pelabuhan.

Ke

depan

perlu

dicarikan

terobosan

mekanisme

penganggaran yang mempermudah upaya perbaikan jalan. Upaya lain adalah


mempercepat realisasi pembangunan jalan tol Pekanbaru - Dumai, yang
memberikan akses baru menuju pelabuhan tanpa harus bercampur dengan
jaringan jalan di dalam perkotaan.
Permasalahan lain yang perlu diperbaiki di Dumai adalah belum optimalnya trayek
angkutan umum, sehingga trayek yang ada belum menarik masyarakat untuk
menggunakannya. Hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya pilihan masyarakat
untuk memiliki dan menggunakan sepeda motor untuk melaksanakan aktivitas
sehari-hari. Pada jarak dekat angkutan umum juga bersaing dengan becak, yang
bisa melewati jalan dengan tanpa pola trayek, dan bahkan kadang melanggar
ketentuan dengan melawan arus. Kedepan penataan jaringan angkutan umum
dan penertiban becak akan menjadi agenda yang sangat penting. Dalam hal ini
termasuk mengatasi masalah parkir di badan jalan yang di masa mendatang,
ketika kebutuhan ruang lalu-lintas semakin tinggi akan menjadi permasalahan
yang cukup pelik.

Laporan Akhir

5-65

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6. POLA PERGERAKAN TRANSPORTASI


6.1

SISTEM ZONA

Dalam melakukan proses pembangunan pemodelan transportasi perlu dilakukan


pembagian zona sesuai dengan area studi, dimana untuk studi ini akan ditentukan
pembagian zona yang didasarkan wilayah administrasi kecamatan dan simpulsimpul transportasi utama di Kota Dumai. Adapun pembagian zona untuk Kota
Dumai adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1

Sistem Zona Asal Tujuan Di Kota Dumai

Zona Internal
Kode Zona
Nama Zona
01
Bukit Kapur
02
Medang Kampai
03
Sungai Sembilan
04
Dumai Barat
05
Dumai Timur

6.2

Zona Eksternal
Kode Zona
Nama Zona
11
Riau
12
Sumbar
13
Sumut

POLA BANGKITAN PERJALANAN

Survai Wawancara rumah tangga pada masing-masing zona/kecamatan di Kota


Dumai dilakukan untuk mengetahui pola bangkitan perjalanan. Hasil survai
wawancara rumah tangga yang telah diolah, ditampilkan pada Tabel berikut ini.
Tabel 6.2
No
1
2
3
4
5

Pola Bangkitan Perjalanan di Kota Dumai (orang/tahun)

Kecamatan
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Kota Dumai

Bekerja
44.980
23.878
23.608
133.558
172.138
398.162

Sekolah
44.200
16.790
14.976
105.142
118.920
300.028

Belanja
15.548
15.312
5.202
61.608
94.309
191.979

Rekreasi
1.007
106
668
5.345
878
8.004

Sumber: Hasil pengolahan data wawancara rumah tangga

Laporan Akhir

Lain-lain
80
0
0
228
7
315

Total
105.815
56.086
44.454
305.881
386.252
898.488

6-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Untuk mendapatkan data pola bangkitan perjalanan orang/hari perlu dilakukan


ekspansi dari data tersebut dengan menggunakan faktor ekspansi sebagai berikut:
Tabel 6.3
Kecamatan

Faktor Ekspansi Bangkitan Perjalanan


Jumlah
Responden

Jumlah
Penduduk
2007

Jumlah
Penduduk
2009

Faktor
Ekspansi

617
170
376
1588
1616

32.385
5.982
18.286
87.320
87.148

35.203
6.503
19.877
94.918
94.731

57,06
38,25
52,86
59,77
58,62

Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur

Sehingga dihasilkan pola bangkitan perjalanan orang/hari sebagai berikut:


Pola Bangkitan Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari)

Tabel 6.4
No
1
2
3
4
5

Kecamatan
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Kota Dumai

Bekerja
6.468
2.302
3.146
20.121
25.433
57.469

Sekolah
6.356
1.619
1.995
15.840
17.570
43.380

Belanja
2.236
1.476
693
9.281
13.934
27.620

Rekreasi
145
10
89
805
130
1.179

Sumber: Hasil pengolahan data wawancara rumah tangga

Lain-lain
12
0
0
34
1
47

Total
15.216
5.407
5.923
46.081
57.068
129.696

Bangkitan Perjalanan (orang/hari)

30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0

Bukit Kapur

Medang Kampai

Sungai Sembilan

Dumai Barat

Dumai Timur

Bekerja

6.468

2.302

3.146

20.121

25.433

Sekolah

6.356

1.619

1.995

15.840

17.570

Belanja

2.236

1.476

693

9.281

13.934

Rekreasi

145

10

89

805

130

Lain-lain

12

34

Gambar 6.1 Pola Bangkitan Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari)


Laporan Akhir

6-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Analisis Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Orang dilakukan dalam 2 tahapan,


yaitu:
- analisis korelasi antara bangkitan dan tarikan dengan penduduk
- analisis regresi untuk mendapatkan persamaan antara bangkitan dan tarikan
dengan penduduk.
Hasil analisis korelasi disampaikan sebagai berikut:
Tabel 6.5

Analisis Korelasi antara bangkitan dan tarikan dengan penduduk


Zona

Bangkitan

Bukit Kapur

14.509

13.899

35.203

Medang Kampai

5.869

7.522

6.503

Sungai Sembilan

6.077

5.154

19.877

Dumai Barat

48.325

41.209

94.918

Dumai Timur

60.634

67.632

94.731

Bangkitan
Bangkitan

Tarikan

Penduduk

Penduduk

1,000

Tarikan
Penduduk

Tarikan

1,000
0,976

0,923

1,000

Terlihat bahwa bangkitan dan tarikan berkorelasi sangat tinggi dengan penduduk
(mendekati 1,00)
Setelah didapatkan hasil korelasi yang tinggi, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis regresi untuk mendapatkan persamaan antara bangkitan dan
tarikan dengan penduduk.
Hasil analisis regresi untuk bangkitan dan tarikan dengan penduduk adalah
sebagai berikut:

Laporan Akhir

6-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Bangkitan Vs Penduduk

Bangkitan

80.000

y = 0,596x - 2.883,327
R2 = 0,953

60.000
40.000
20.000
0
0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

Penduduk

Gambar 6.2 Analisis Regresi Bangkitan Vs Penduduk

Tarikan Vs Penduduk

Tarikan

80.000

y = 0,590x - 2.585,793
R2 = 0,852

60.000
40.000
20.000
0
0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

Penduduk

Gambar 6.3 Analisis Regresi Tarikan Vs Penduduk

6.3

POLA DISTRIBUSI PERJALANAN

6.3.1 Perjalanan Orang


6.3.1.1 Hasil Survai Wawancara Rumah Tangga
Survai Wawancara rumah tangga pada masing-masing zona/kecamatan di Kota
Dumai dilakukan pula untuk mengetahui pola distribusi perjalanan. Hasil survai
wawancara rumah tangga yang telah diolah, ditampilkan pada Tabel 6.5 berikut
ini.
Untuk mendapatkan data pola distribusi perjalanan orang/hari perlu dilakukan
ekspansi dari data tersebut dengan menggunakan faktor ekspansi di atas,
sehingga

dihasilkan

pola

bangkitan

perjalanan

orang/hari

sebagaimana

ditampilkan pada Tabel 6.6 dan digambarkan secara tematis pada Gambar 6.2
sebagai berikut:

Laporan Akhir

6-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 6.6

Pola Distribusi Perjalanan di Kota Dumai (orang/tahun)


Zona Tujuan

Zona Asal

Total
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Grand Total

Bukit
Kapur

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

77.932
1.042
312
2.084
7.602
88.972

624
46.080
364
2.446
13.336
62.850

0
0
27.872
3.960
2.916
34.748

Dumai
Barat

Dumai
Timur

Grand
Total

1.168
2.214
10.350
185.920
55.100
254.752

13.097
6.668
3.060
100.690
298.583
422.098

92.821
56.004
41.958
295.100
377.537
863.420

Sumber: Hasil pengolahan data wawancara rumah tangga


Tabel 6.7

Pola Distribusi Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari)


Zona Tujuan

Zona Asal

Total
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Grand Total

Bukit
Kapur
12.182
109
45
341
1.221
13.899

Medang
Kampai

Sungai
Sembilan

98
4.829
53
401
2.142
7.522

0
0
4.037
648
468
5.154

Dumai
Barat
183
232
1.499
30.446
8.849
41.209

Sumber: Hasil pengolahan data wawancara rumah tangga

Dumai
Timur
2.047
699
443
16.489
47.954
67.632

Grand
Total
14.509
5.869
6.077
48.325
60.634
135.415

Gambar 6.4 Pola Distribusi Perjalanan di Kota Dumai (orang/hari)

Laporan Akhir

6-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6.3.1.2 Metoda Analisis Distribusi Perjalanan Penumpang


Beberapa metode telah dikembangkan oleh para peneliti, dan setiap metode
berasumsi bahwa pola pergerakan pada saat sekarang dapat diproyeksikan ke
masa mendatang dengan menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang berbedabeda.
Semua metode mempunyai persamaan umum seperti berikut:
Tid = tid .E
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d
tid = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d
E

= tingkat pertumbuhan

Tergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan (E) dapat berupa
satu faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari
proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalulintas. Faktor tersebut dapat dihitung
untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian
digunakan untuk mendapatkan MAT.
Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metode
tanpa-batasan, metode dengan-satu-batasan, dan metode dengan-dua-batasan.
Urutan pengembangannya secara kronologis adalah metode seragam, metode
batasan-bangkitan, metode batasan-tarikan, metode rata-rata, metode Fratar,
metode Detroit, dan metode Furness.
Metode yang digunakan untuk analisis pergerakan angkutan penumpang adalah
Metode Furness.
Dengan mengasumsikan bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan berkorelasi
dengan jumlah penduduk, maka pertumbuhan bangkitan dan tarikan pergerakan
sama dengan pertumbuhan penduduk, yaiu sebesar 4,26%. Maka pola
pergerakan di Kota Dumai sampai Tahun 2030 dengan menggunakan Metode
Furness adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir

6-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.5 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2010

Laporan Akhir

6-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.6 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2015

Laporan Akhir

6-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.7 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2020

Laporan Akhir

6-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.8 Desire Line Pergerakan Orang Di Kota Dumai Tahun 2030

Laporan Akhir

6-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6.3.2 Perjalanan Barang


6.3.2.1 Hasil Survai Wawancara Tepi Jalan
Survai wawancara tepi jalan pada beberapa ruas jalan di kota Dumai dilakukan
untuk mengetahui pola distribusi perjalanan angkutan barang. Hasil survai
wawancara tepi jalan dilakukan terhadap mobil barang.

Gambar 6.9 Peta Lokasi Survai Road Side Interview Angkutan Barang
Hasil survai yang telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009 untuk beberapa ruas
jalan telah dikompilasi dan dianalisis, sehingga menghasilkan pola distribusi
perjalanan angkutan barang dalam satuan kendaraan per hari sebagaimana
ditampilkan pada tabel berikut ini.

Laporan Akhir

6-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.10 Volume Lalu Lintas Angkutan Barang di Kota Dumai (kendaraan barang/hari)

Laporan Akhir

6-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 6.8

Asal

Tahun 2009
Bukit Kapur
Medang Kampai
Sungai Sembilan
Dumai Barat
Dumai Timur
Riau
Sumbar
Sumut
Grand Total

Pola Distribusi Perjalanan Angkutan Barang Gabungan


Bukit
Kapur
145
124
51
32
449
304
51
51
1.207

Medang
Kampai
36
68
12
96
92
206
12
12
533

Sungai
Sembilan
25
0
0
125
127
210
0
61
548

Dumai
Barat
127
84
305
81
47
114
41
41
840

Tujuan
Dumai
Timur
412
244
0
139
142
664
20
122
1.744

Sumber: Hasil pengolahan data wawancara tepi jalan

Riau

Sumbar

Sumut

71
480
275
114
695
21
0
0
1.655

0
0
0
0
21
21
0
0
42

0
28
78
19
206
0
0
0
331

Grand
Total
817
1.027
721
607
1.778
1.541
124
287
6.900

Gambar 6.11 Pola Distribusi Perjalanan Angkutan Barang Gabungan

Laporan Akhir

6-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6.3.2.2 Metoda Analisis Distribusi Perjalanan Penumpang


Beberapa metode telah dikembangkan oleh para peneliti, dan setiap metode
berasumsi bahwa pola pergerakan pada saat sekarang dapat diproyeksikan ke
masa mendatang dengan menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang berbedabeda.
Semua metode mempunyai persamaan umum seperti berikut:
Tid = tid .E
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d
tid = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d
E

= tingkat pertumbuhan

Tergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan (E) dapat berupa
satu faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari
proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalulintas. Faktor tersebut dapat dihitung
untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian
digunakan untuk mendapatkan MAT.
Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metode
tanpa-batasan, metode dengan-satu-batasan, dan metode dengan-dua-batasan.
Urutan pengembangannya secara kronologis adalah metode seragam, metode
batasan-bangkitan, metode batasan-tarikan, metode rata-rata, metode Fratar,
metode Detroit, dan metode Furness.
Metode yang digunakan untuk analisis pergerakan angkutan penumpang adalah
Metode Seragam
Dengan mengasumsikan bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan berkorelasi
dengan kondisi perekonomian (PDRB), maka pertumbuhan bangkitan dan tarikan
pergerakan sama dengan pertumbuhan PDRB, yaiu sebesar 8,07%. Maka pola
pergerakan di Kota Dumai sampai Tahun 2030 dengan menggunakan Metode
Seragam adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir

6-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.12 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2010

Laporan Akhir

6-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.13 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2015

Laporan Akhir

6-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.14 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2020

Laporan Akhir

6-17

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.15 Desire Line Pergerakan Angkutan Barang Di Kota Dumai Tahun 2030

Laporan Akhir

6-18

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6.4

POLA PENGGUNAAN MODA

Survai volume lalu lintas pada beberapa ruas jalan di kota Dumai juga dilakukan
untuk

mengetahui

komposisi

penggunaan

kendaraan

yang

juga

akan

menggambarkan pola penggunaan moda di kota Dumai. menunjukkan tingkat


penggunaan jalan yang masih rendah. Hasil survai volume lalu lintas yang telah
dilakukan pada Bulan Agustus 2009 untuk beberapa ruas jalan ditampilkan pada
Gambar-gambar berikut ini.

Laporan Akhir

6-19

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 6.9

Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai

Lokasi Survai
Nama Jalan

Dari

Ke

Jalan Sultan Syarif


Kasim

Simp.Polres

Simp.Bank Riau

Jalan Sultan Syarif


Kasim

Simp.Bank Riau

Simp.Polres

Jalan Diponegoro

Simp.Sukajadi

Psr.Pulau Payung

Jalan Diponegoro

Psr.Pulau Payung

Simp.bank riau

Jalan Sultan
Hasanuddin (d/h
Jalan Ombak)

Jl.Kelakap7

Jl.Ombak

Jalan Sultan
Hasanuddin (d/h
Jalan Ombak)

Sukajadi (Ombak)

Ombak (kelakap
tujuh)

Jalan Ratu Sima

Jl.Ombak

Klakap 7

Jalan Ratu Sima

Simp.kelakap7

Ombak

Laporan Akhir

Waktu
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata

Sepeda
Motor
1.370
1.858
1.559
72,3%
713
1.082
1.042
69,2%
725
1.298
1.195
72,2%
1.033
1.038
1.238
77,0%
552
793
858
75,4%
847
1.155
900
74,0%
188
68
204
40,6%
344
270
339
64,5%

Mobil
Pribadi
218
412
355
14,6%
246
292
198
18,4%
187
287
234
16,2%
177
171
169
12,1%
123
124
104
12,4%
90
203
221
12,8%
57
167
85
28,6%
43
66
75
12,5%

Jenis Kendaraan
Angkutan
umum
165
119
98
6,0%
79
100
76
6,3%
14
12
9
0,9%
8
8
8
0,6%
11
10
11
1,1%
8
7
37
1,3%
70
30
57
14,1%
57
37
58
10,2%

Angkutan
Barang
36
122
105
3,8%
34
68
75
4,2%
47
105
101
5,6%
48
76
97
5,1%
38
73
91
6,8%
39
101
110
6,2%
31
71
76
15,9%
47
50
78
11,7%

Tak
bermotor
69
74
74
3,3%
21
25
31
1,9%
86
79
52
5,3%
101
59
60
5,2%
59
28
28
4,3%
108
53
45
5,6%
6
1
2
0,8%
4
7
3
1,0%

Total
1.858
2.585
2.191
100,0%
1.093
1.567
1.422
100,0%
1.059
1.781
1.591
100,0%
1.367
1.352
1.572
100,0%
783
1.028
1.092
100,0%
1.092
1.519
1.313
100,0%
352
337
424
100,0%
495
430
553
100,0%

6-20

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 6.12 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai (Lanjutan)
Lokasi Survai
Nama Jalan

Dari

Ke

Jalan Gatot Subroto

Dumai

Medan

Jalan Gatot Subroto

Medan

Dumai

Jalan Raja Ali Haji

Dumai

Lubuk Gaung

Jalan Raja Ali Haji

Lubuk Gaung

Dumai

Jalan Putri Tujuh

Bundaran

Pertamina

Jalan Putri Tujuh

Pertamina

Bundaran

Jalan Arifin Ahmad


(d/h Jalan
Pelintung)

Dumai

Pelintung

Jalan Arifin Ahmad


(d/h Jalan
Pelintung)

Pelintung

Dumai

Laporan Akhir

Waktu
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata

Sepeda
Motor
132
157
155
60,8%
224
141
162
68,0%
227
105
259
70,0%
211
219
188
76,7%
1.600
795
533
73,4%
1.210
420
661
68,9%
309
91
72
69,1%
177
179
290
77,6%

Mobil
Pribadi
39
40
53
18,0%
4
30
30
9,0%
15
23
13
7,0%
11
18
22
6,3%
156
108
96
9,9%
110
119
152
13,1%
22
25
15
11,9%
4
24
35
6,7%

Jenis Kendaraan
Angkutan
umum
2
3
20
3,0%
9
9
26
5,9%
11
13
3
3,8%
8
9
4
2,6%
92
88
34
5,6%
62
52
64
6,0%
8
1
1
1,2%
0
0
18
1,5%

Angkutan
Barang
16
61
62
17,6%
53
40
30
16,0%
49
51
39
18,2%
15
35
54
12,7%
105
109
132
10,6%
50
91
156
10,5%
31
34
24
17,4%
8
53
67
13,7%

Tak
bermotor
0
4
0
0,5%
10
0
0
1,1%
6
1
2
1,0%
6
3
5
1,8%
14
0
4
0,4%
31
13
9
1,6%
3
0
0
0,3%
3
0
1
0,6%

Total
189
265
290
100,0%
300
220
248
100,0%
308
193
316
100,0%
251
284
273
100,0%
1.967
1.100
799
100,0%
1.463
695
1.042
100,0%
373
151
112
100,0%
192
256
411
100,0%

6-21

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 6.12 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai (Lanjutan)
Lokasi Survai
Nama Jalan

Dari

Ke

Jalan Jend.
Sudirman

Bundaran Polres

Ramayana

Jalan Jend.
Sudirman

Ramayana

Bundaran polres

Jalan SoekarnoHatta (d/h Jalan


Pinang Kampai)

Dumai

Duri

Jalan SoekarnoHatta (d/h Jalan


Pinang Kampai)

Dumai

Duri

Jalan Raya Bukit


Datuk

Dumai

Bukit Datuk

Jalan Raya Bukit


Datuk

Bukit Datuk

Dumai

Laporan Akhir

Waktu
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata
Puncak Pagi
Puncak Siang
Puncak Sore
Prosentase Rata-rata

Sepeda
Motor
1.095
1.275
1.225
70,0%
1.879
1.699
1.559
75,8%
405
273
361
61,8%
455
356
381
66,8%
409
531
777
63,4%
821
423
572
59,6%

Mobil
Pribadi
237
293
309
16,3%
302
279
264
12,5%
34
62
70
9,7%
44
50
60
8,7%
167
134
220
20,0%
455
158
129
22,3%

Jenis Kendaraan
Angkutan
umum
99
115
99
6,1%
126
138
111
5,5%
39
27
49
6,7%
26
28
22
4,3%
12
81
34
4,7%
129
57
41
7,0%

Angkutan
Barang
41
103
81
4,3%
73
104
87
3,9%
49
165
152
21,5%
124
126
106
20,0%
30
130
125
10,0%
64
103
104
10,1%

Tak
bermotor
88
40
37
3,3%
80
31
46
2,3%
1
2
2
0,3%
0
1
2
0,2%
29
8
3
1,9%
7
5
15
1,0%

Total
1.560
1.826
1.751
100,0%
2.460
2.251
2.067
100,0%
528
529
634
100,0%
649
561
571
100,0%
647
884
1.159
100,0%
1.476
746
861
100,0%

6-22

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pola Penggunaan Moda Pada Beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai


Raya Bukit Datuk

61,5%

Soekarno-Hatta

21,2%

64,3%

9,2%

Jend. Sudirman

72,9%

Arifin Ahmad

73,4%

Putri Tujuh

Diponegoro

74,6%

13,8%
12,6%

Sepeda Motor

30%

Mobil Pribadi

6,5%

14,2%

70,8%
20%

16,8%

20,6%
74,7%

10%

15,5%

13,5%

Sultan Hasanuddin

0%

10,6%

6,7%

52,6%

Sultan Syarif Kasim

15,6%

11,5%

64,4%

Ratu Sima

5,8%

9,3%

73,4%

Gatot Subroto

20,8%
14,4%

71,2%

Raja Ali Haji

10,1%

16,5%
40%

50%

Angkutan umum

60%

70%

80%

Angkutan Barang

5,4%
6,2%
90%

100%

Tak bermotor

Gambar 6.16 Pola Penggunaan Moda pada beberapa Ruas Jalan Di Kota Dumai

Laporan Akhir

6-23

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

6.5

KONDISI ARUS LALU LINTAS

Untuk mengetahui kinerja dari ruas jalan di kota Dumai pada saat ini dilakukan
analisis data lalu lintas pada saat jam puncak. Kinerja jalan dikatakan baik jika
kapasitas dari jalan tersebut masih dapat menampung arus lalu lintas pada saat
jam puncak. Berikut ini disampaikan kinerja ruas jalan pada saat jam puncak.
Tabel 6.10 Kinerja Ruas Jalan Pada Saat Jam Puncak
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama Jalan

2009
Total
Kendaraan

Jalan Sultan Syarif Kasim


Jalan Diponegoro
Jalan Sultan Hasanuddin
(d/h Jalan Ombak)
Jalan Ratu Sima
Jalan Gatot Subroto
Jalan Raja Ali Haji
Jalan Putri Tujuh
Jalan Arifin Ahmad
(d/h Jalan Pelintung)
Jalan Jend. Sudirman
Jalan Soekarno-Hatta
(d/h Jalan Pinang Kampai)
Jalan Raya Bukit Datuk

Total
smp

Co

FCW

FCSP

FCSF

FCCS

V/C

4152
3353

2293,8
1696,9

6600
6600

0,96
0,96

0,97
0,97

0,93
0,93

0,90
0,90

5.144
5.144

0,45
0,33

2611
977
590
581
3430

1334,2
665,4
378,7
345,6
1725,1

2900
2900
2900
2900
6600

0,87
0,87
0,87
0,87
0,96

0,94
0,94
0,94
0,94
0,97

0,88
0,88
0,88
0,88
0,93

0,90
0,90
0,90
0,90
0,90

1.878
1.878
1.878
1.878
5.144

784
4286

439,5
2280,5

2900
6600

0,87
0,96

0,94
0,97

0,88
0,93

0,90
0,90

1.878
5.144

1283
2635

861,3
1698,3

2900
6600

0,87
0,96

0,94
0,97

0,88
0,93

0,90
0,90

1.878
5.144

0,71
0,35
0,20
0,18
0,34
0,23
0,44
0,46
0,33

Terlihat belum ada satupun V/C yang telah melewati 0,85, artinya belum
memerlukan penanganan (penanganan dilakukan jika V/C sudah mendekati 0.85).
Berdasarkan kondisi di atas, untuk memprediksi jalan-jalan yang akan melampaui
kapasitas dilakukan proyeksi hingga Tahun 2030 dengan mengasumsikan
pertumbuhan lalu lintas identik dengan pertumbuhan penduduk yaitu sebesar
4,26% per tahun. Hasil proyeksi menunjukan bahwa hanya 4 ruas yang
memerlukan pelebaran jalan, yaitu:
- Jalan Sultan Syarif Kasim,

Tahun 2025

- Jalan Sultan Hasanuddin,

Tahun 2015

- Jalan Ratu Sima

Tahun 2030

- Jalan Jenderal Sudirman.

Tahun 2025

Laporan Akhir

6-24

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 6.17 Volume Lalu Lintas Pada Jam Puncak (smp/jam)

Laporan Akhir

6-25

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 6.11 Kondisi Volume Lalu Lintas hasil Proyeksi hingga Tahun 2030 pada beberapa ruas Jalan di Kota Dumai
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama Jalan
Jalan Sultan Syarif Kasim
Jalan Diponegoro
Jalan Sultan Hasanuddin
(d/h Jalan Ombak)
Jalan Ratu Sima
Jalan Gatot Subroto
Jalan Raja Ali Haji
Jalan Putri Tujuh
Jalan Arifin Ahmad
(d/h Jalan Pelintung)
Jalan Jend. Sudirman
Jalan Soekarno-Hatta
(d/h Jalan Pinang Kampai)
Jalan Raya Bukit Datuk

Sumber: Hasil Analisis

Laporan Akhir

Total
Kendaraan

2010
Total
smp

V/C

Total
Kendaraan

2015
Total
smp

5.144
5.144

4.329
3.496

2.392
1.769

0,46
0,34

5.333
4.307

1.878
1.878
1.878
1.878
5.144

2.722
1.019
615
606
3.576

1.391
694
395
360
1.799

0,74
0,37
0,21
0,19
0,35

1.878
5.144

817
4.469

458
2.378

1.878
5.144

1.338
2.747

898
1.771

V/C

Total
Kendaraan

2020
Total
smp

V/C

Total
Kendaraan

2025
Total
smp

2.946
2.180

0,57
0,42

6.570
5.306

3.354
1.255
758
746
4.406

1.714
855
486
444
2.216

0,91
0,46
0,26
0,24
0,43

0,24
0,46

1.007
5.505

565
2.929

0,48
0,34

1.648
3.384

1.106
2.181

V/C

Total
Kendaraan

2030
Total
smp

3.630
2.685

0,71
0,52

8.094
6.536

4.471
3.308

0,87
0,64

9.971
8.052

5.508
4.075

1,07
0,79

4.131
1.546
934
919
5.427

2.111
1.053
599
547
2.730

1,12
0,56
0,32
0,29
0,53

5.090
1.904
1.150
1.133
6.686

2.601
1.297
738
674
3.363

1,38
0,69
0,39
0,36
0,65

6.270
2.346
1.417
1.395
8.237

3.204
1.598
909
830
4.143

1,71
0,85
0,48
0,44
0,81

0,30
0,57

1.241
6.782

695
3.608

0,37
0,70

1.528
8.355

857
4.445

0,46
0,86

1.883
10.293

1.055
5.476

0,56
1,06

0,59
0,42

2.030
4.169

1.363
2.687

0,73
0,52

2.501
5.136

1.679
3.311

0,89
0,64

3.081
6.328

2.068
4.078

1,10
0,79

V/C

6-26

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

1,00

Volume Lalu lintas/Kapasitas Jalan (V/C)

0,90
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Jalan Sultan
Syarif Kasim

Jalan
Diponegoro

Jalan Sultan
Hasanuddin
(d/h Jalan

Jalan Ratu
Sima

Jalan Gatot
Subroto

Jalan Raja Ali


Haji

Jalan Putri
Tujuh

Jalan Arifin
Ahmad (d/h
Jalan

Jalan Jend.
Sudirman

Jalan
SoekarnoHatta (d/h

Jalan Raya
Bukit Datuk

2010

0,46

0,34

0,74

0,37

0,21

0,19

0,35

0,24

0,46

0,48

0,34

2015

0,57

0,42

0,91

0,46

0,26

0,24

0,43

0,30

0,57

0,59

0,42

2020

0,71

0,52

1,12

0,56

0,32

0,29

0,53

0,37

0,70

0,73

0,52

2025

0,87

0,64

1,38

0,69

0,39

0,36

0,65

0,46

0,86

0,89

0,64

2030

1,07

0,79

1,71

0,85

0,48

0,44

0,81

0,56

1,06

1,10

0,79

Gambar 6.18 Kondisi Volume Lalu Lintas hasil Proyeksi hingga Tahun 2030 pada beberapa ruas Jalan di Kota Dumai

Laporan Akhir

6-27

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Keterangan:

V/C < 0,50


0,50 < V/C < 0,85
0,85 < V/C

PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2010

Gambar 6.19 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2010

Laporan Akhir

6-28

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Keterangan:

V/C < 0,50


0,50 < V/C < 0,85
0,85 < V/C

PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2015

Gambar 6.20 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2015

Laporan Akhir

6-29

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Keterangan:

V/C < 0,50


0,50 < V/C < 0,85
0,85 < V/C

PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2020

Gambar 6.21 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2020

Laporan Akhir

6-30

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Keterangan:

V/C < 0,50


0,50 < V/C < 0,85
0,85 < V/C

PETA
V/C RUAS JALAN DI KOTA DUMAI
TAHUN 2030

Gambar 6.22 V/C Ruas Jalan Di Kota Dumai Tahun 2020

Laporan Akhir

6-31

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7. KONSEP ARAHAN PENGEMBANGAN


TRANSPORTASI
7.1

KOTA DUMAI DALAM RTRWN 2007-2027

Dalam RTRWN dinyatakan bahwa Dumai merupakan kota dalam kawasan


andalan Duri - Dumai dan sekitarnya di Propinsi Riau dan Kota Dumai dinyatakan
sebagai PKN dan PKSN dengan sektor unggulkan Industri, Perikanan dan
Perkebunan. Pelabuhan Dumai ditetapkan sebagai simpul transportasi laut
internasional. Sedangkan Bandar udara Pinang kampai ditetapkan sebagai pusat
penyeberangan tersier.

7.2

ARAH PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DALAM SISTRANAS DAN


TATRANAS 2005

Didalam Sitranas dimuat arah pengembangan transportasi nasional di setiap


propinsi. Untuk daerah Riau ada usulan perubahan arah pengembangan
Transportasi Nasional khususnya untuk daerah Riau sebagai mana di sampaikan
oleh Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Riau pada seminar sosialisasi Tatranas
Di Pekanbaru pada Tahun 2007.

Laporan Akhir

7-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 7.1

Arah Pengembangan Transportasi Nasional Di Provinsi Riau


(termasuk Provinsi Kepri) pada Konsep Tatranas

Moda
Arah Pengembangan
Sektor transportasi mampu berkembang mandiri berkelanjutan atas basis
mekanisme pasar
Jalan
Arah pengembangan moda jalan sebaiknya difokuskan pada
pengembangan infrastruktur dan kualitas layanan, dengan skema pasar.
Moda ini dapat berkembang secara mandiri berkelanjutan.
Laut
Arah pengembangan moda laut sebaiknya difokuskan pada
pengembangan infrastruktur pelabuhan dan fasilitas kepabeanan serta
kualitas pelayanan, dengan skema pasar. Moda ini dapat berkembang
secara mandiri berkelanjutan.
Udara Arah kebijakan yang perlu diambil adalah memberikan berbagai insentif
bagi perkembangan kualitas layanan penerbangan dan pembangunan
serta pengembangan infrastruktur perhubungan udara.
Sumber: Draft Tatranas.

BANDA ACEH

Sigli
Lhokseumawe

Meulaboh

Langsa

Takengon

MEDAN

Kutacane

Tapaktuan

Sidikalang

Kisaran
Rantauprapat

Sibolga

Dumai

Pd. sidempuan

PEKANBARU
Bukittinggi
Pariaman

PADANG

JAMBI
Muara Bungo

PANGKALPINANG

Legenda
: JALUR LINTAS TIMUR SUMATERA

BENGKULU

Tg. Bsr

: JALUR LINTAS TENGAH SUMATERA

: JALUR LINTAS BARAT SUMATERA

PALEMBANG

Lahat

Liwa
Bakauheni

BANDAR LAMPUNG

Gambar 7.1 Arah Pengembangan Transportasi Jalan Di Pulau Sumatera


Menurut Tatranas 2005

Laporan Akhir

7-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 7.2 Arah Pengembangan Transportasi Jalan Rel Di Pulau Sumatera


Menurut Tatranas 2005

Laporan Akhir

7-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 7.2

Arah Pengembangan Jalan Rel Di Pulau Sumatera Menurut Tatranas


Tahun 2005

LINTAS
BESITANG - BANDA ACEH - ULEEULEE
BESITANG - RANTAUPRAPAT
RANTAUPRAPAT - DURI - DUMAI
DURI - PEKANBARU - MUARO
TELUK KUANTAN - MUARO BUNGO
JAMBI - BETUNG
BETUNG - SIMPANG
SIMPANG - TANJUNG API-API
KERTAPATI - SIMPANG - KM 3 - TARAHAN
KM 3 - BAKAUHENI
TELUK KUANTAN - MUAROBUNGO - JAMBI
TOTAL JALUR BARU

Tabel 7.3

JARAK
(KM)
484
283
246
397
370
188
65
87
407
70
370
2.277

PRIORITAS
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

BIAYA
(JUTA US$)
538
eksist
1.257
1.313
914
556
175
515
eksist
191
910
5.459

Arah Pengembangan Transportasi Nasional Di Provinsi Riau


(termasuk Provinsi Kepri) (Usulan Perubahan dari Dinas
Perhubungan Riau)

Moda
Arah Pengembangan
Sektor transportasi mampu berkembang, berkelanjutan dan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional dan regional
Jalan
Arah kebijakan pengembangan sistem jaringan jalan di Riau
difokuskan terhadap pengembangan kuantitas jaringan infrastruktur
dan kualitas layanan dengan peran pemerintah sepenuhnya atau
dalam bentuk subsidi secara terbatas
Kereta Api
Arah kebijakan difokuskan pada pembangunan jaringan kereta api
di Riau sebagai satu kesatuan dengan jaringan trans Sumatra
railways serta menghubungkan daerah sentra produksi ke outlet
pelabuhan dengan sepenuhnya atas pembiayaan pemerintah dan
peran pemerintah sebagai operator.
ASDP
Arah kebijakan pembangunan transportasi ASDP di Riau difokuskan
pada upaya merangkai pulau antar wilayah dan antar negara yang
memerlukan peran pemerintah secara intensif
Laut
Arah kebijakan difokuskan pada pengembangan infrastruktur
pelabuhan dan fasilitas pendukungnya dengan peran pemerintah
lebih besar untuk memperluas kuantitas infrastruktur dan kualitas
pelayanan
Udara
Arah kebijakan yang perlu diambil adalah fokus pada
pengembangan kuantitas dan kualitas infrastruktur transportasi
udara di Riau yang mampu menampung operasional pesawat
berbadan lebar
Sumber: Dinas Pehubungan Propinsi Riau.

Laporan Akhir

7-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

PELB. UTAMA PRIMER

PELB. PENGUMPAN REGIONAL

PELB. UTAMA SEKUNDER


PELB. PENGUMPAN LOKAL
PELB. UTAMA TERSIER
Gambar 7.3 Tatanan Kepelabuhan Nasional Tahun 2025

Laporan Akhir

7-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

FILIPINA, dan
NEGARA ASIA LAIN

SINGAPURA
MALAYSIA
THAILAND

Domestic Hub / Terminal Internasional

Terminal Cargo Konvensional Utama

Lhok
Seumawe

BITUNG

BELAWAN
Telukbayur

Ternate

Tarakan
Pontianak

DUMAI

BALIKPAPAN

Pantoloan

Kendari

Sampit
Ambon

MAKASSAR
Bengkulu

Biak

Jambi

Kumai

Jayapura

Banjarmasin
SORONG

Palembang
Panjang
TG. PRIOK

TG. EMAS

TG. PERAK

Benoa

Bima
Kupang

: Major Cargo Flow


: Minor Cargo Flow

AUSTRALIA
SELANDIA BARU

Gambar 7.4 Strategi Pengembangan Jaringan Pelabuhan Kargo Konvensional di Indonesia Tahun 2025

Laporan Akhir

7-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 7.5 Konsep Pengembangan Pelabuhan Penumpang

Laporan Akhir

7-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Jika kita lihat di dalam Tatranas fungsi kota Dumai sangat penting dan merupakan
salah satu tujuan dan pintu masuk penumpang dan barang di daerah riau. Di kota
Dumai terdapat pelabuhan laut utama tersier yang berfungsi sebagai pelabuhan
Hud Internasional untuk barang dan terminal utama untuk penumpang. Untuk
menunjang fungsi tersebut selain jaringan jalan lintas timur sumatera,

juga

dikembangkan jalan rel yang menuju ke Dumai dengan prioritas sedang.

7.3

RTRWP PROPINSI RIAU 2006 -20025

Posisi kota Dumai dalam tata ruang sebagai salah satu PKN diperkuat dengan
RTRWP Riau 2006-2025. Fungsi utama perkotaan sebagai:
a. Kawasan industri
b. Pusat perdagangan dan jasa
c. Pusat kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional,
angkutan CPO dan migas
d. Pusat pemerintahan Kota Dumai
Fungsi utama perkotaan tersebut harus ditunjang oleh sistem dan infrastruktur
transportasi yang baik. Pengembangan sistem transportasi di Propinsi Riau
didasarkan pola pengembangan wilayah sesuai dengan rencana pengembangan
wilayah yang telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi.
Dalam RTRWP Propinsi Riau disebutkan untuk menghubungkan Kota Dumai
dengan Pekanbaru dan kota-kota penting lainnya telah ada jaringan jalan arteri
primer dan dilengkapi dengan simpul berupa terminal penumpang kelas A dan
terminal barang utama. Kedua terminal tersbut telah ada di kota dumai. Di sisi
angkutan udara bandar Pinang Kampai di Dumai dijadikan sebagai pusat
penyeberangan tersier. Di sisi angkutan laut pelabuhan Dumai ditetapkan sebagai
Pelabuhan Hub Internasional untuk angkutan penumpang barang dan semi peti
kemas. Selain pelabuhan di Dumai, di kota dumai juga ditetapkan dua pelabuhan
pendukung lainnya yaitu Pelabuhan Lubuk Gaung untuk pelabuhan angkutan
barang dan Pelintung untuk pelabuhan khusus industri.

Laporan Akhir

7-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7.4

ARAH PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI MENURUT MASTER


PLAN TRANSPORTASI RIAU 2020

Pengembangan

sistem

transportasi

di

Propinsi

Riau

didasarkan

pola

pengebangan wilayah sesuai dengan rencana pengembangan wilayah yang telah


ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi. Dasar pengembangan
sistem tranportasi haruslah dapat memenuhi beberapa substansi anatara lain:
1. mendukung perkembangan dan pengembangan wilayah
2. menstimulasi kawasan kurang berkembang
3. Integrasi antar sub wilayah dengan seluruh wilayah di propinsi Riau secara
sistematis
4. Integrasi Propinsi Riau dengan kawasan lain sisekitarnya.
7.4.1 Moda Jalan
Rencana pengembangan moda jalan lebih didasarkan pada kondisi eksisting
penyediaan jaringan jalan di Propinsi Riau. Program pengembangan yang dikaji
difokuskan pada peningkatan kapasitas pelayanan jaringan jalan sesui dengan
program jalan yang umum digunakan pelebaran jalan. Peningkatan jalan,
pembangunan jalan dan akses ke prasarana wilayah yang dikembangkan.
7.4.2 Moda Angkutan Sungai
Arahan pengembangan angkutan sungai dan penyeberangan intra propinsi Riau
dan antar Propinsi Riau dengan daerah lain yang lebih luas adalah:
1. memindahkan Pelabuhan Pekanbaru ke daerah Perawang
2. Pengembangan terminal dan dermaga Sungai Pakning sebagai dermaga
penyeberangan Pekanbaru - Batam dengan lintasan penyeberangan yang
dapat dikembangankan antara Pekanbaru - Bengkalis - Sungai Pakning Tanjung Balai -Batam
3. Pengembangan angkutan penyeberangan Kuala Enok / Tembilahan - Pulau
Singkep - Pulau Lingga - Tanjung Pinang (Pulau Bintan) untuk mengakomodir
pusat-pusat kegiatan di wilayah selatan Propinsi Riau meliputi Teluk Kuantan,
Rengat, Tembilahan yang sebagian daerahnya di bagian pesisir relatif
mempunyai akses yang rendah ke Pekanbaru, serta cenderung dapat
berorientasi secara lansung baik ke Tanjung Pinang maupun ke Batam.

Laporan Akhir

7-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Untuk kota dumai angkutan sungai memang tidak jadi prioritas pengembangan
dalam master plan transportasi riau, hal ini dikarenakan di dalam kota dumai
sendiri sungai yang bisa dilayari hanya pendek yang merupakan kawadan muara
dan tidak bisa menghubungkan ke daerah lain.
7.4.3 Moda Kereta Api
Rencana pengembangan jaringan jalan kereta api didasrkan pada rencana
pengembangan jaringan oleh kajian terdahulu antara lain Sumatera Railway
Development Project. Pengembangan jaringan jalan KA meliputi:
1. Rencana Jalur Lintas KA Rantau Prapat - Duri - Dumai
2. Rencana Jalur Lintas KA Duri - Pekanbaru - Bungo
3. Rencana Jalur Lintas KA Taluk Kuantan - Lubuk Jambi - Muaro Bungo.
4. Rencana Jalur Lintas KA Taluk KUantan - Cirenti - Kuala Enok
5. Rencana Jalur Lintas KA Dumai - Rengat - Jambi.
7.4.4 Moda Angkutan Laut
Arahan perencanaan lokasi pusat distribusi barang direkomendasikan disusun
secara hirarkis, yaitu menurut kelas pelabuhan pelayanan ekspor. Dalam
kaitannya dengan pengembangan jaringan ekonomi nasional direncanakan
Pelabuhan Dumai, Mengkapan Buton, dan Kuala Enok merupakan pintu masuk
koridor perdagangan nasional maupun internasional. Arahan hirarki simpul
pelayanan koleksi dan distribusi barang melalui pelabuhan adalah sebagai berikut:
1. Pelabuhan Dumai ditetapkan sebagai simpul utama bagi kegiatan koleksi dan
distribusi barang di propinsi Riau.
2. Pelabuhan Mengkapan Buton di Kabupaten Siak sebagai simpul kedua. Untuk
masa yangakan datang pelabuhan Mengkapan Buton diarahkan sebagai outlet
Propinsi Riau, menampung aliran barang ekspor dan Impor di Propinsi Riau
dari/menuju Pelabuhan Pekanbaru, Perawang, dan Buatan.
3. Pelabuhan Kuala Enok di Kabupaten Indragiri Hilir sebagai simpul ketiga.

Laporan Akhir

7-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7.4.5 Moda Angkutan Udara


Pengembangan prasarana angkutan udara difokuskan pada pengebangan
Bandara eksisting yang ada khusunya Badara Sutan Syarif Kasim II di Pekanbaru
dan Pinang Kampai di Dumai. Sedangkan 4 bandara lainnya belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk penerbangan berjadwal yang statusnya merupakan bandara
khusus. Rencana pemindahan Bandara SSK II perlu dilakukan kajian yang lebih
mendalam terutama tentang menentuan lokasi bandara baru. Dalam master plan
transportasi Propinsi Riau tahun 2020 juga tergambar pentingnya kota Dumai di
wilayah propinsi riau. Hal ini telihat dari arah pengembangan transportasi yang
mecoba menghubungkan kota Pekanbaru dengan kota Dumai dengan jaringan
jalan berupa jalan tol dan jalan rel.

7.5

ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI RIAU MENURUT REVIEW


TATRAWIL RIAU TAHUN 2008

Berdasarkan konsep pengembangan jaringan transportasi yang ditujukan untuk


mengelaborasi karakteristik pergerakan serta pertimbangan tata ruang dan
kewilayahan, maka arah pengembangan jaringan transportasi di Provinsi Riau
direkomendasikan untuk:
-

Mengembangkan simpul-simpul transportasi untuk ekspor-impor

Mengembangkan jaringan yang cocok untuk pergerakan barang dengan


pelayanan yang memadai untuk pergerakan orang

Mengembangkan jaringan transportasi yang dapat memperkecil kesenjangan

Meningkatkan integrasi antarmoda

Secara lebih spesifik, arah pengembangannya adalah sebagai berikut:


1. Jaringan Expor-Impor dan Transportasi Barang
a. Pintu gerbang ekspor-impor adalah di arah timur, dengan mengembangkan
sistem pelabuhan, dengan lokasi dan peruntukan:
i) Dumai: pelabuhan multipurpose
ii) Sei Pakning: pelabuhan curah cair/minyak bumi
iii) Buton: pelabuhan cargo, petikemas dan curah kering
iv) Kuala Enok: pelabuhan CPO
b. Di sisi barat, jalan ditingkatkan sebagai pintu gerbang Prov. Riau

Laporan Akhir

7-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2. Pengembangan sistem pelabuhan pada sisi timur tersebut didukung dengan


pengembangan koridor utama:
a. Koridor Pekanbaru-Dumai
b. Koridor Dumai-Sei Pakning
c. Koridor Pekanbaru-Buton
d. Koridor Rengat-Kuala Enok
3. Transportasi Penumpang
a. Sistem bandara di Provinsi Riau tetap menggunakan SSK II sebagai hub,
dengan bandara-bandara di kabupaten/kota lain sebagai spoke/pengumpan
(bukan pure hub-spoke)
b. Di wilayah perkotaan mulai dirintis SAUM
4. Transportasi untuk Memperkecil Kesenjangan:
a. Angkutan sungai, ditingkatkan penyediaan prasarananya. Sungai-sungai
kecil untuk pergerakan orang dan barang terbatas
b. Jaringan penyeberangan lintas pulau (khususnya di Kab. Bengkalis)
c. Pengembangan jaringan jalan pesisir, dan lingkar selatan
7.5.1 Skenario Pengembangan
Dari

arahan

pengembangan

tersebut

dapat

disusun

skenario-skenario

pengembangan yang merupakan detail dari arahan pengembangan diatas. Detail


tersebut adalah sebagai berikut:
1. Skenario I Pengembangan Jaringan Transportasi untuk mencapai kondisi
Ultimate. Pada kondisi ini pada tahun 2030 diharapkan :
a. semua system jaringan transportasi telah dibangun dan beroperasi dengan
baik.
b. Koridor pendukung pelabuhan dilayani oleh jaringan jalan tol, Highway dan
jaringan jalan kereta api.
c. Pelabuhan Dumai, Buton dan Kuala Enok menjadi pintu keluar masuk
barang dari dan ke daerah Riau.
d. Bandara SSK menjadi Hub utama dan diharap bisa beroperasi secara
optimal sampai masa layannya. Sebelum habis masa layannya, bandara
pengganti telah disiapkan dan bisa melayani pesawat berbadan lebar.
Sedangkan bandara yang lainnya diarahkan menjadi spoke dan diharapkan
dapat didarati oleh Pesawat jet kecil .
Laporan Akhir

7-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

e. Dari hasil pemodelan nambak bahwa demand yang ada masih belum bisa
memanfaatkan prasaranan dengan optimal.
f. Biaya yang diperlukan lebih dari 120 triliun rupiah.
2. Skenario II, Pengembangan Bertahap. Pada skenario ini diharapkan pada
tahun 2030 kondisi jaringan transportasi di daerah riau adalah sebagai berikut:
a. Koridor pendukung pelabuhan ditangani dengan peningkatan jalan:
i) Koridor Pekanbaru-Dumai: dibangun highway sampai arus lalu lintas
mencapai besaran yang layak untuk jadi jalan tol
ii) Koridor Dumai-Sei Pakning: peningkatan jalan eksisting
iii) Koridor Pekanbaru-Buton: penyelesaian highway Perawang-Buton
iv) Koridor Rengat-Kuala Enok: peningkatan jalan eksisting
b. Kereta api dikembangkan secara bertahap sesuai prioritas nasional.
c. Angkutan sungai dikembangkan secara terbatas
d. Jaringan penyeberangan lintas pulau (khususnya di Kab. Bengkalis)
dikembangankan untuk merangkai pulau.
3. Skenario III, Optimalisasi jaringan eksisiting. Pada skenario ini pada tahun
2030 kondisi jaringan transportasi Riau diharapkan sebagai beikut:
a. Koridor pendukung pelabuhan dan penghubung PKN-PKW ditangani
dengan peningkatan jalan
b. Tidak semua bandara spoke dapat didarati SJ
c. Kereta api belum dikembangkan
d. Angkutan sungai dikembangkan secara terbatas
e. Jaringan penyeberangan lintas pulau (khususnya di Kab. Bengkalis)
7.5.2 Tahapan Pengembangan
1. Jangka Pendek (2009-2014): Tahap Pemulihan Pelayanan Transportasi
a. Strategi disusun dalam rangka untuk menjaga kondisi jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan transportasi di Provinsi Riau agar tidak turun
kualitas dan kuantitasnya, serta memulihkan kinerja pelayanan sistem
transportasi sampai dengan level yang memadai
b. Fokus kebijakan diarahkan untuk menjaga kondisi jaringan prasarana dan
jaringan pelayanan transportasi yang ada saat ini dan sangat vital bagi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
Laporan Akhir

7-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

c. Kegiatan utama adalah untuk optimalisasi fungsi dari sistem transportasi


yang

ada,

khususnya:

pemeliharaan

prasarana

transportasi

dan

pelaksanaan manajemen transportasi,


d. Beberapa

titik dan

ruas transportasi

yang

telah

berjalan

proses

perencanaan dan pembangunannya, kemungkinan besar sudah dapat


beroperasi dalam tahapan ini
2. Jangka Menengah (2015-2019): Tahap Pemantapan Kinerja Pelayanan
Transportasi
a. Strategi disusun dalam rangka untuk secara bertahap memantapkan kinerja
pelayanan jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi di
Provinsi Riau untuk dapat mengimbangi perubahan pola dan besar
permintaan perjalanan orang dan barang sesuai dengan rencana
pengembangan wilayah yang ada,
b. Fokus kebijakan diarahkan untuk menghasilkan struktur dasar dari jaringan
prasarana dan jaringan pelayanan sebagai pembentuk dan pengakomodasi
tata ruang di Provinsi Riau,
c. Kegiatan utama adalah melakukan pengembangan jaringan prasarana dan
jaringan pelayanan transportasi yang strategis dan diprioritaskan untuk
mewujudkan dukungan terhadap rencana tata ruang wilayah, terutama
untuk:
i) Mengakomodasi kebutuhan mobilitas barang dan penumpang untuk
menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terutama yang
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan, pusat permukiman, dan
kawasan industri
ii) Mengurangi

kesenjangan

antar

wilayah

dengan

pemerataan

aksesibilitas wilayah khususnya untuk wilayah terpencil,


3. Jangka Panjang (2019-2029): Tahap Peningkatan Pelayanan Transportasi
a. Strategi disusun dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan transportasi di Provinsi Riau sehingga mampu menjadi tulang
punggung dalam meningkatkan daya saing perekonomian wilayah di masa
datang dengan memperhatikan kelestarian lingkungan,

Laporan Akhir

7-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

b. Fokus

kebijakan

diarahkan

untuk

melakukan

ekspansi

kapasitas,

peningkatan kualitas layanan, dan aplikasi teknologi pada jaringan


prasarana dan jaringan pelayanan transportasi di Provinsi Riau sehingga
tercipta sistem transportasi multimoda untuk angkutan barang dan orang
yang efisien dan berdaya saing, efektif dan merata, serta ramah lingkungan,
c. Kegiatan utamanya adalah melakukan pengembangan jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan transportasi yang berkapasitas massal untuk
barang dan penumpang untuk meningkatkan kualitas pelayanan, terutama
untuk:
i) Menyempurnakan hubungan Provinsi Riau dengan wilayah eksternal
dalam

mendukung

perekonomian

dan

industri

melalui

simpul

(pelabuhan, pergudangan) untuk transportasi barang yang handal


ii) Memantapkan pemerataan aksesibilitas semua wilayah terhadap
prasarana jalan dan angkutan umum untuk meningkatkan level
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh,

7.6

MASTER PLAN INFRASTRUKTUT KOTA DUMAI TAHUN 2006

7.6.1 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi


Kota Dumai berada dalam simpul transportasi nasional. Kota Dumai mempunyai
daerah-pengaruh tidak hanya kawasan di sekitar Kota Dumai tetapi juga mampu
melayani koridor jalan lintas timur Sumatera yaitu ke utara sampai Rantau Prapat
Sumatera Utara, ke selatan sampai dengan di Pekanbaru, ke barat sampai di Duri
dan wilayah-wilayah barat.
Pelayanan angkutan regional darat saat ini telah melayani hubungan antara
Dumai - Pekanbaru dengan kota-kota lain di Propinsi Riau, serta kota-kota lain di
luar propinsi (pergerakan antar propinsi).Jalur darat yang menghubungkan DumaiPekanbaru telah siap dilengkapi dengan prasarana berupa jalan tol baru,
mengingat pentingnya peranan Kota Dumai terhadap kepentingan kota Pekanbaru
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) lainnya di Provinsi Riau.

Laporan Akhir

7-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Kota Dumai yang berdekatan dengan Selat Malaka dan berada di koridor Selat
Rupat telah berfungsi sebagai pintu gerbang pantai timur Pulau Sumatera yang
tidak saja menjadi gerbang lalu lintas ekonomi Dumai - Batam, Dumai - Penang,
Dumai - Medan.
Sebagai pintu gerbang pelayaran internasional, Kota Dumai mampu berkembang
menjadi pusat pelayanan jasa perdagangan. Dengan posisinya yang strategis,
Kota Dumai sangat berpotensi menjadi pusat koleksi barang dan jasa dari wilayah
daerah-pengaruhnya (hinterland) dan sekaligus menjadi pusat distribusi barang
dan jasa ke daerah-daerah lainnya.

Akan tetapi dari sub sektor perangkutan

udara, Bandara Pinang Kampai di kota Dumai ini belum berfungsi secara optimal
bagi kepentingan publik.
Bentuk Kota Dumai yang polisentrik dibentuk berdasarkan fungsi yang ditetapkan
pada jaringan jalan yang dimanfaatkan untuk pergerakan regional dan lokal.
7.6.2 Pengembangan Struktur Jaringan Transportasi Regional
Sebagai Kota Orde II dalam sistem permukiman di Propinsi Riau dan Pusat
pelayanan Kawasan Andalan, Kota Dumai sudah seharusnya mempunyai
aksesibilitas yang tinggi, terutama untuk mengakomodasi interaksi antar kota-kota
di Pulau Sumatera sendiri dan terhadap Pulau Jawa. Representasi aksesibilitas
yang tinggi adalah keberadaan Selat Rupat dan Jaringan Jalan Pekanbaru - Duri Dumai.
Oleh karena itu, dalam rencana pengembangannya struktur jaringan infrastruktur
transportasi darat ini, direncanakan untuk dikembangkan sebagai berikut:
1. Menetapkan hirarki jaringan jalan Arteri Primer dan Jaringan jalan Arteri
Sekunder untuk memisahkan pergerakan regional dan lokal. Jalan Arteri
primer untuk melayani pergerakan antar kota yang memerlukan jalan yang bisa
ditempuh dengan kecepatan tinggi dan tidak terganggu secara signifikan oleh
angkutan ulang alik lokal perkotaan. Jaringan jalan arteri primer ini diarahkan
intervensinya terhadap jaringan jalan kota hanya sampai keterminal angkutan
antar kota (AKAP) dan Terminal Barang.

Laporan Akhir

7-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2. Menetapkan Terminal Penumpang AKAP yang baru dan Terminal Barang


Yang Baru agar tidak dekat dengan pusat kota agar tidak menjadi sumber
kemacetan dan permasalahan transportasi lainnya di masa datang. Lokasi
terminal harus disimpul-simpul jalan lingkar luar. Kelas
Terminal Penumpang Klas A untuk Terminal AKAP dan terminal Utama untuk
terminal barang dengan kemampuan 6.900 - 12.000 ton/ hari.
3. Menetapkan Jaringan Jalan Arteri Primer, dengan dua jalur dengan Ramija: 25
m, meliputi:
a. Jalan Pekanbaru-Dumai sampai Simpang Jl. Perwira,
b. Jl. Perwira,
c. Jl. Kelakap Tujuh menuju ke Jalan Dumai - Medan.
4. Perbaikan alinyemen dan Konstruksi jalan pada ruas-ruas jalan tersebut yang
mempunyai fungsi untuk melayani pergerakan regional, Sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan dengan tonase besar (< 10 ton / jalan Kelas I) dan dapat
ditempuh dengan kecepatan kendaraan tetap antara 40 - 60 km/jam.
5. Menetapkan Terminal Angkutan Umum dalam kota sebagai Terminal klas C
untuk angkutan lokal dan angkutan pengumpan ke terminal AKAP.
6. Menetapkan hirarki jaringan Jalan dalam Kota dengan membatasi jalan-jalan
masuk ke jalan Arteri sekunder. sehingga jalan arteri sekunder berfungsi
optimal, menyediakan jalur lambat untuk angkutan ulang alik lokal seperti
angkot dan becak serta ojek.
7. Pembangunan Jalan Lingkar

(By Pass) dengan Ramija: 25 meter untuk

pemisahan pergerakan regional dan lokal. Sehingga perangkutan yang


menghubungkan Kota Dumai (Pelabuhan Samudera) dengan Bandar Udara,
serta daerah diluar dumai seperti Duri, Pekanbaru, Medan, dan daerah-daerah
di Propinsi Riau lainnya dapat terseparasi dengan benar.
8. Pembangunan

Jalan

Tol

Pekan

baru-Duri-Dumai,

yang

juga

dapat

dimanfaatkan oleh Kabupaten yang merupakan hinterland dari Dumai, yaitu


Bengkalis, Rokan Hulu, dan Siak Sri Indrapura, dan Kabupaten Kampar.
Sehingga diharapkan dengan adanya pembangunan jalan tol ini dapat
merangsang (trigger) produksi dan distribusi komoditas-komoditas unggulan
baik yang terdapat di hinterland Dumai, maupun di Propinsi Riau.

Laporan Akhir

7-17

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9. Di dalam Kota dumai sendiri juga diperkukan ruas jalan tol menuju pelabuhan
kota Dumai untuk menyambung jalan tol Pekanbaru-Duri-Dumai, sehingga
kendaraan yang mempunyai tujuan akhir pelabuhan, keluar tol langsung
sampai ke pelabuhan.
10. Pengembangan jaringan rel kereta api lintas sumatera, yang terintegrasi
dengan Pelabuhan Samudera dan menyediakan stasiun kereta api yang dapat
diakses melalui pusat-pusat pergerakan juga, seperti Bandara, Permukiman,
Industri, dan Jasa serta Perdagangan.
11. Pengembangan Jalan Lingkar Luar Barat dan Timur, untuk melancarkan
pergerakan dari dan ke Kawasan Industri Lubuk Gaung kawasan industri
Pelintung, serta meningkatkan akses ke Kawasan Kota Baru di kelurahan Bukit
Timah (Kecamatan Bukit kapur).
Jalan lingkar luar ini dipersiapkan juga untuk mengantisipasi Trans asia yang
menghubungkan Dumai dengan Pulau Rupat sampai ke Malaisia dan Benua
Asia. Jalan lingkar ini dibuat dengan berintegrasi antara jaringan jalan, jaringan
jalan rel dan jaringan listrik tegangan tinggi serta jaringan utilitas lainnya. Jalan
lingkar luar ini sekaligus menjadi penghubung kawasan industri Lubuk Gaung
dan Pelintung yang memerlukan kualitas jalan yang baik dan mampu dilewati
oleh kendaraan bermuatan berat maka jalan lingkar luar ini harus setara
dengan jalan kelas I dengan DAMIJA 25m dan bisa dilewati dengan MST 20
ton.
12. Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Roro Dumai-Pulau Rupat, yang
akan meningkatkan peran Pulau Rupat sebagai kawasan Hiterland dari Dumai
dan untuk meningkatkan aksesibilitas Dumai serta menunjang mobilitas Dumai
Malaka yang selama ini di layani oleh kapal-kapal cepat.
Penyusunan Rencana Infrastruktur Transportasi khususnya perangkutan laut,
harus dengan pertimbangan kepentingan masa depan (long term period) dan
keunggulan terhadap:
1. Permintaan perangkutan Pelabuhan Dumai (Pelabuhan Samudera), yang
meliputi pergerakan orang dan barang (hasil hutan, pertanian, perkebunan)
dari wilayah hinterlandnya (Kabupaten Bengkalis, Rokan Ilir, Siak, dan
Kampar). Potential demand penumpang dari Propinsi Riau dan Kota Padang,
dan batu bara dari Kabupaten Bengkalis dan Kuansing.
Laporan Akhir

7-18

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

2. Waktu tempuh pergerakan dari Propinisi Riau ke luar melalui Pelabuhan


Dumai lebih singkat dibandingkan melalui pintu gerbang yang lain.
3. Tingginya aktivitas regional, seperti pelabuhan, pergudangan, industri, dan
stockpile yang dibarengi dengan tradisi atau hubungan dengan kabupatenkabupaten di Propinsi Riau yang sudah kuat.
7.6.3 Pengembangan Struktur Jaringan Internal Kota
Percepatan

pertumbuhan

perekonomian

Kota

Dumai,

secara

langsung

menyebabkan kebutuhan perumahan serta fasilitas umum dan sosial, yang


memberikan tekanan kepada struktur kota. Oleh karena itu, pengembangan
struktur kota perlu menambahkan pola jalan radial untuk mengurangi tekanan
pada pusat kota, terutama volume pergerakan dari luar (regional) dan

dari

komponen ruang di dalam kota sendiri (lokal).


Beberapa rencana pengembangan jaringan jalan di dalam Kota Dumai ini meliputi:
1. Restrukturisasi jaringan jalan yang melayani pergerakan regional dan lokal
khususnya di Kecamatan Dumai barat, Kecamatan Dumai Timur, dan
Kecamatan Bukit Kapur, dan mengatur kembali alinyemen jalan sehingga
menjadi satu kesatuan fungsi yang jelas.
2. Pembangunan Inner Ring Road untuk menstrukturkan jaringan jalan dan
mengoptimalkan pergerakan/mobilitas penduduk.
3. Optimalisasi jaringan pergerakan dengan menerapkan pola grid pada jaringan
jalan eksisting di kecamatan Sei Sembilan, dan dengan perbaikan geometrik
jalan dan pemulusan alinyemen jalan
4. Perbaikan geometrik jalan dan pemulusan alinyemen jalan utama kota yang
menghubungkan pergerakan regional dengan lokal.

Juga disediakan jalur

lambat untuk angkutan lokal yang ulang alik dan becak serta ojek, serta
pembangunan Halte dan Bus Stop di lokasi jalan-jalan utama dan dekat pusatpusat kegiatan serat pusat-pusat pemukiman.
5. Optimalisasi volume pergerakan lalu lintas, dengan menghilangkan hambatan
lalu lintas, baik dengan penertiban pedagang kaki lima (PKL), penetapan zona
bebas parkir pada ruas jalan.
6. Pengembangan dan perbaikan rambu dan marka agar optimal dan tepat dalam
pelaksanaannya.
Laporan Akhir

7-19

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7.6.4 Pengembangan Prasarana Transportasi Laut


Dari laporan pelabuhan laut Dumai pada tahun 2004 menunjukkan bahwa pada
bulan Januari sampai Desember diketahui jumlah bongkar-muat tertinggi pada
bulan November sebesar 1.645.485 ton dan pada bulan Desember meng-alami
penurunan menjadi 1.295.579 ton, barang bongkar puncak tertinggi terjadi pada
bulan Juni sebanyak 80.342 ton dan mengalami penurunan pada bulan Desember
menjadi 52.258 ton.
Untuk jenis penumpang luar negeri berangkat dan atau datang ke Dumai
mengalami peningkatan pada bulan Desember tahun 2004, yakni berangkat
sebanyak 16.645 orang dan datang sebanyak 26.664 orang, Secara keseluruhan
pada tahun 2004, jumlah penumpang yang berangkat sebanyak 148.373 orang
dan penumpang yang datang sebanyak 147.003 orang.
Pertumbuhan permintaan angkutan laut (barang maupun penumpang) yang
memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dan fungsi Kota Dumai
sebagai kota pelabuhan internasional menyebabkan perlu adanya peningkatan
fasilitas yang harus disediakan. Peningkatan fasilitas yang harus disediakan juga
akan berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Oleh karena itu dalam rencana
pengembangan

pelabuhan

perlu

dipadukan

dengan

kecenderungan

perkembangan wilayah sekitarnya dan disesuaikan dengan peraturan-peraturan


yang mengatur tentang kawasan pelabuhan dan daerah sekitarnya.
Penyusunan rencana infrastruktur transportasi dengan pertimbangan kepentingan
masa depan (long term period) dan keunggulan terhadap:
1. Eksternal demand yang tinggi terhadap Dumai (Pelabuhan Samudera), yang
meliputi pergerakan orang dan barang (hasil hutan, pertanian, perkebunan
(real demand) dari wilayah hinterlandnya (Kabupaten Bengkalis, Rokan Ilir,
Siak, dan Kampar). Potential demand penumpang dari Provinsi Riau dan Kota
Padang, dan batu bara dari Kabupaten Bengkalis dan Kuansing.
2. Waktu tempuh pergerakan dari Propinisi Riau ke luar melalui Pelabuhan
Dumai lebih singkat dibandingkan melalui pintu gerbang yang lain (misal
Pelabuhan Kuala Enok).

Laporan Akhir

7-20

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

3. Tingginya aktivitas regional, seperti pelabuhan, pergudangan, industri, dan


stockpile yang dibarengi dengan tradisi atau hubungan dengan kabupatenkabupaten di Provinsi Riau yang sudah kuat.
4. Saat ini akses jalan utama menuju pelabuhan melalui Jalan Putri Tujuh. Lalu
lintas angkutan truk bercampur dengan lalu lintas lokal/kota di jalan itu,
sehingga kesemrawutan lalu-lintas terjadi. Untuk masa-masa yang akan
datang perlu dipikirkan perbaikan akses ke pelabuhan Internasional tersebut,
untuk memisahkan arus lalulintas regional dengan lokal, atau membuat
jaringan jalan baru yang mendukung pelabuhan tersebut. Pembangunan dan
pengoperasian Pelabuhan Roro Dumai - Pulau Rupat, pembangunan roro ini
akan meningkatkan peran Pulau Rupat sebagai kawasan Hiterland dari Dumai.
5. Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Roro Dumai Malaka untuk
meningkatkan aksesibilitas Dumai serta menunjang mobilitas Dumai Malaka
yang selama ini di layani oleh kapal-kapal cepat.
7.6.5 Prasarana Transportasi Udara
Frekuensi pesawat udara yang datang dan berangkat pada tahun 2004 tidak
mengalami perubahan yakni sebanyak 1.028 penerbangan. Hal ini disebabkan
jumlah penumpang yang datang dan berangkat naiknya tidak signifikan,
peningkatan penumpang datang yang terjadi pada bulan Juli sebanyak 3.629
orang atau 12,38 persen dan bulan November yang datang sebanyak 3.587 orang
atau 12,23 persen, dan penumpang berangkat yang mencapai puncaknya terjadi
pada bulan September sebanyak 6.831 orang atau 19,55 persen dan transit
terjadi pada bulan September sebanyak 19.050 orang atau, 47,91 persen, hal ini
disebabkan dikarenakan bulan libur sekolah dan menyambut lebaran.
Sebagai kota pelabuhan internasional, Dumai mempunyai prospek pertumbuhan
kota yang baik, untuk itu perlu dipikirkan peningkatan bandara disertai dengan
peningkatan fasilitas yang harus disediakan. Selain itu, perlu peningkatan kelas
bandara. Upaya ini akan mempengaruhi perkembangan ruang wilayah sekitar
bandara; oleh karena itu dalam rencana pengembangan bandara perlu dipadukan
dengan dengan perkembangan wilayah sekitarnya dan disesuaikan dengan
peraturan-peraturan yang mengatur tentang kawasan bandara dan daerah
sekitarnya.
Laporan Akhir

7-21

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Program Implementasi master plan infrastruktur Kota Dumai seperti berikut ini:
-

Pemantapan Jaringan Jalan yang ada

Pembangunan Halte bus dan bus stop di jalan - jalan utama dan dekat pusat
kegiatan

Pengembangan dan perbaikan rambu

Pembangunan jalan lingkar dalam

Pembangunan Jalan alternatif Duri - Pekanbaru

Pembangunan Jalan Akses Ke jalan tol Pekanbaru - Dumai

Pembangunan Jalan Akses

Pembuatan Jalan Rel Kereta Api

Pembuatan Stasiun

Pemantapan Hirarki Jalan

7.7

ARAH PENGEMBANGAN TRANSPORTASI KOTA DUAI MENURUT


TATRALOK DUMAI TAHUN 2006

7.7.1 Visi, Misi dan Strategi


Visi Taralok Dumai
Mewujudkan sistem transportasi yang aman, nyaman, cepat, lancar, tertib, teratur
dan efisien dalam mendukung stabilitas, pemerataan dan pertumbuhan ekonomi
Kota dumai sebagi pusat pelayanan Kawasan Pantai Timur Sumatera
Misi Tatralok Dumai
Adapun misi tataran transportasi lokal Kota Dumai adalah:
1. Meningkatkan transportasi darat, laut dan udara dengan pengembangan
fasilitas jalan, sungai dan penyeberangan, lalu lintas pelabuhan laut dan
bendar udara.
2. Memberikan pelayanan padamasyarakat untuk mendapatkan jasa transportasi
yang tertib, teratur, tepat waktu, bersih dan nyaman serta bertanggung jawab
terhadap keselamatan dan keamanan jasa transporasi.
3. Terciptanya keterpaduan antar dan intra moda transportasi secara jaringan
maupun operasinya sedemikian sehingga membentuk rantai transportasi
intermoda yang efisien.

Laporan Akhir

7-22

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4. meningkatkan pembangunan transportasi dengan prioritas pada upaya


peningkatan prasarana dan sarana keamanan arus lalu lintas terutama pada
pusat-pusat

pemukiman,

perdagangan

dan

pusat-pusat

pemukiman,

perdagangan dan pusat keramaian lainnya serta pengembangan kawasan


terisolir.
5. Meningkatkan efisiensi pergerakan penumpang dan barang di intra dan antar
pulau dengan perspektif kompetisi dan integrasi semua moda.
Strategi Tatralok Kota Dumai
Strategi yang akan diusulkan dalam pengembangan transportasi Kota dumai ini
dapat digolongkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:
1. Penataan hirarki jaringan transportasi. Stategi ini berupa penanganan jangka
pendek hingga menengah.
2. Pengembangan kapasitas jaringan transportasi.
3. Peningkatan

mutu

pelayanan

transportasi

kota.

Strategi

ini

berupa

penanganan jangka menengah hingga jangka panjang.


7.7.2 Program Transportasi Kota Dumai
1. Penataan Hirarki Jaringan Transportasi
Penataan hirarki jaringan transportasi dimaksudkan agar apat terciptanya
penataan hirarki jaringan jalan yang mantap, terpadu dan sinergis untuk semua
jaringan transportasi dalam mendukung pengembangan Kota dumai yang semakin
intensif. Berdasarkan strategi tersebut, maka program yang akan dilaksanakan
adalah:
-

Pelengkapan perangkat regulasi Tataran Transportasi Lokal (tatralok) Kota


Dumai

Perencanaan pengembangan transportasi.

Penanganan masalah transportasi

2. Penataan Hirarki Jaringan Transportasi


Strategi ini dimaksudkan agar terjadinya peningkatan kapasitas jaringan
transportasi yang meliputi jaringan prasarana dan jaringan pelayanan, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi ekonomi dan aksesibilitas transportasi Kota Dumai.

Laporan Akhir

7-23

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Program-program turunan dari strategi ini adalah:


-

Implementasi pengembangan jaringan perkotaan

Implementasi pengembangan jaringan lintas kota

3. Peningkatan Mutu Pelayanan Transportasi Kota


Penerapan strategi ini diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan standar
pelayanan transportasi di Kota Dumai dengan cara peningkatan kualitas sumber
daya manusia, pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dan peningkatan
sumber pendapatan melalui pemberdayaan potensi yang ada, serta tetap
memperhatikan dampak lingkungan. Strategi ini menghasilkan tiga proram, yaitu:
-

Peningkatan kualitas SDM, teknologi dan sumber pendanaan

Pemanfaatan sistem informasi

Peningkatan keselamatan transportasi dan pencegahan dampak lingkungan.

7.8

ARAH PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MENURUT REVISI RTRW


KOTA DUMAI TAHUN 2006-2016

7.8.1 Sistem Jaringan dan Prasarana Transportasi Darat


Pengembangan Struktur Jaringan Regional
Sebagai Kota Orde II dan termasuk kelompok kota orde I dalam sistem
permukiman di Propinsi Riau dan Pusat pelayanan Kawasan Andalan, Kota Dumai
sudah seharusnya mempunyai aksesibilitas yang tinggi, terutama untuk
mengakomodasi interaksi antar kota-kota di Pulau Sumatera sendiri dan terhadap
Pulau Jawa. Representasi aksesibilitas yang tinggi adalah keberadaan Selat
Rupat dan Jaringan Jalan Pekanbaru - Duri - Dumai.
Prasarana Jalan
1. Jalan arteri primer dipersiapkan sebagai jalur pergerakan antar kota yang
memerlukan jalan yang bisa ditempuh dengan kecepatan tinggi dan tidak
terganggu secara signifikan oleh perangkutan lokal perkotaan. Jaringan jalan
arteri primer yang berintegrasi dengan jaringan jalan kota hanya sampai keterminal angkutan antar kota (AKAP) dan terminal barang. Posisi terminal
AKAP dan terminal barang yang berada cukup dekat dengan pusat kota, perlu
diantisipasi dengan mempersiapkan jalan arteri primer dua jalur ROW 25 meter.

Laporan Akhir

7-24

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Jalan yang dipersiapkan sebagai jalan arteri primer adalah Jalan Pekanbaru Dumai sampai simpang Jl. Perwira, Jl. Kelakap Tujuh menuju ke Jalan Dumai Medan. Perbaikan alinyemen dan konstruksi jalan pada ruas-ruas jalan
tersebut yang mempunyai fungsi untuk melayani pergerakan regional,
sehingga diharapkan dapat dilalui oleh kendaraan dengan tonase besar (< 10
ton / jalan Kelas I) dan dapat ditempuh dengan kecepatan kendaraan tetap
antara 40 - 60 km/jam.
2. Melihat lokasi keberadaan terminal AKAP dan Terminal Barang saat ini yang
dekat dengan pusat kota Dumai dan mengantisipasi perkembangan kota
Dumai serta sistim transportasinya dimasa akan datang, maka perlu difikirkan
untuk memidahkan Teminal tersebut lebih daerah pinggir kota Dumai.
Sehingga keberadaan Terminal tidak mejadi sumber kemacetan dan
permasalahan transportasi lainnya di masa datang. Pembangunan terminal
diarahkan berada di simpul-simpul jalan lingkar luar. Kelas terminal tersebut
harus memiliki klasifikasi yang sama dengan terminal sekarang, yaitu terminal
penumpang kelas A untuk Terminal AKAP dan terminal utama untuk terminal
barang dengan kemampuan 6.900 - 12.000 ton/hari. Sedangkan untuk didalam
kota sendiri juga disediakan terminal lokal (Terminal kelas C) untuk angkutan
lokal dan angkutan pengumpan ke terminal AKAP.
3. Mempertegas hirarki jaringan jalan sekunder (jalan dalam kota) dengan
membatasi jalan-jalan masuk ke jalan arteri sekunder. sehingga jalan arteri
sekunder benar-benar berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jika diperlukan
pada ruas jalan arteri sekunder di lokasi yang memungkinkan disediakan jalur
lambat untuk angkutan ulang alik lokal seperti angkot dan becak serta ojek.
Tabel 7.4
Jalan Arteri
Sekunder
Jl. Pinang Kampai
Jl. Soebrantas
Jl. Putri Tujuh
Jl. Sudirman
Jl. SS Kasim
Jl. Datuk Laksama
Jl. Bukit datuk
Jl. TPI

Laporan Akhir

Hirarki Jaringan jalan Sekunder

Jalan Kolektor Sekunder

Jalan Lokal
Sekunder

Jl. Ombak
Jl. Dock Yard
Jalan
jalan
Jl. Arifin ahmad
umum selain jalan
Jl. Budi Kemulyaan
Arteri
dan
Jl. Suka Jadi
Kolektor
Jl. Dari Putri Tujuh Menuju Pelintung Sekunder
Jl. Dari Purnama Menuju Lubuk Gaung
Jl. Perwira (Menuju Pelabuhan Pelindo)

7-25

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

4. Peningkatan dan Perbaikan Jaringan Jalan Lingkar Dalam Kota,


Pembangunan Jalan Lingkar (By Pass) yang mempunyai lebar ROW 25 meter
ini sangat membantu pemisahan pergerakan regional dan lokal yang selama
ini bercampur pada ruas Jalan Jendral Sudirman dan Sultan Syarif Kasim,
yang mana jalan tersebut selama ini menghubungkan Kota Dumai (Pelabuhan
Samudera) dengan Bandar Udara, serta daerah diluar Dumai seperti Duri,
Pekanbaru, Medan, dan daerah-daerah di Propinsi Riau lainnya. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan dan dipelihara kapasitas jalan yang sudah ada.
5. Pengembangan Jalan Lingkar Luar Barat - Timur
Jalan Lingkar ini berfungsi untuk mela pergerakan dari Kelurahan Lubuk
Gaung yang rencananya akan dikembangkan menjadi kawasan industri dan
Kelurahan Pelintung yang rencananya menjadi kawasan industrial estate
dengan Kawasan Kota Baru di kelurahan Bukit Timah (Kecamatan Bukit kapur).
Jika dilihat dari tingkat kepentingan, maka rencana jalan ini akan sangat
bermanfaat pada saat komponen-komponen ruang yang akan dihubungkan
sudah berfungsi dengan baik. Jalan lingkar luar ini dipersiapkan juga untuk
mengantisipasi Trans Asia yang menghubungkan Dumai dengan Pulau Rupat
sampai ke Malaysia dan Benua Asia. Jalan lingkar ini dibuat dengan
berintegrasi antara jaringan jalan, jaringan jalan rel dan jaringan listrik
tegangan tinggi serta jaringan utilitas lainnya. Jalan lingkar luar ini sekaligus
menjadi penghubung kawasan industri Lubuk Gaung dan Pelintung yang
memerlukan kualitas jalan yang baik dan mampu dilewati oleh kendaraan
bermuatan berat, maka jalan lingkar luar ini harus setara dengan jalan kelas I
dengan ROW 25 m dan bisa dilewati dengan MST 20 ton.
Prasarana Jalan Rel
1. Pengembangan jaringan rel kereta api lintas Sumatera
Dengan adanya rencana pembangunan jaringan rel kereta api Trans-Sumatera,
maka akses rel kereta api dapat dimanfaatkan dengan mengembangkan
jaringan rel kereta api ke Pelabuhan Samudera dan menyediakan stasiun
kereta api yang dapat diakses melalui pusat-pusat pergerakan juga, seperti
bandara, permukiman, industri, dan jasa serta perdagangan. Dengan
dibangunnya jalan rel, diharapkan mampu mengurangi beban jalan pada ruas
Pekanbaru - Duri - Dumai khususnya bagi mobilitas angkutan barang.
Laporan Akhir

7-26

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pola rencana sistem jaringan kereta api yang dipersiapkan adalah berupa
pembangunan baik prasarana maupun sarana. Prasarana perkeretaapian yang
dibutuhkan yaitu berupa pembangunan jaringan jalan rel, stasiun penumpang,
stasiun barang dan fasilitas pendukungnya. Jaringan jalan rel yang akan
dibangun di Kota Dumai mencapai panjang hampir sekitar 100 km. Jaringan
jalan rel Provinsi Riau yang dibangun menuju Kota Dumai berada pada
pengembangan ruas jalur kereta api Rantauprapat - Duri - Dumai.
Skenario Pola/Jaringan Jalan Rel
Memasuki wilayah Kota Dumai dimulai dari sebelah Selatan Kota Dumai,
tepatnya Kecamatan Bukit Kapur. Alinyemen jalan rel sejajar-berdampingan
dengan ruas jalan tol Pekanbaru - Dumai, ruas jalan rel ini akan terbagi dua,
dengan orientasi mengikuti pola jalan lingkar luar yang direncanakan.
Stasiun penumpang direncanakan terletak di Kecamatan Bukit Kapur,
penentuan lokasi ini mempertimbangkan beberapa aspek strategis, yaitu:
-

Stasiun yang berfungsi sebagai titik pengumpul dari awal masuknya


jalur jalan rel yang menuju ke Kota Dumai

Memudahkan pengawasan terhadap arus keluar-masuk kereta angkut


barang di Kota Dumai.

Mempunyai jangkauan efektif, memudahkan penumpang yang berasal


dari Kabupaten Bengkalis (perbatasan) maupun Kabupaten Rokan Hilir
(perbatasan) untuk dapat memanfaatkan stasiun di Kecamatan Bukit
Kapur ini.

Berada pada bagian kawasan pengembangan kota

Akses yang mudah menuju stasiun, dapat diakses dari ruas jalan tol
Pekanbaru - Dumai.

7.8.2 Prasarana Angkutan Sungai Dan Penyeberangan


1. Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan RORO Dumai - Pulau Rupat,
pembangunan RORO ini akan meningkatkan peran Pulau Rupat sebagai
kawasan Hinterland dari Dumai.
2. Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Roro Dumai - Malaka untuk
meningkatkan aksesibilitas Dumai serta menunjang mobilitas Dumai - Malaka
yang selama ini di layani oleh kapal-kapal cepat.
Laporan Akhir

7-27

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7.8.3 Pengembangan Struktur Jaringan Internal Kota


Tingginya permintaan terhadap ruang yang direpresentasikan oleh meningkatnya
aktivitas perekonomian Kota Dumai dan kebutuhan akan perumahan serta fasilitas
umum dan sosial secara tidak langsung memberikan tekanan kepada struktur kota
yang sekarang dalam melakukan ekstensifikasi lahan. Oleh karena itu,
pengembangan struktur kota perlu direncanakan pola jalan radial yang akan
mengurangi tekanan pada kawasan pusat kota, terutama volume pergerakan dari
luar (regional) dan dari komponen ruang di dalam kota sendiri (lokal).
Oleh karena itu, perlu beberapa rencana terhadap jaringan jalan di dalam kota,
yaitu:
1. Khususnya di Kecamatan Dumai Barat, Kecamatan Dumai Timur, dan
Kecamatan Bukit Kapur, diperlukan upaya:
a. Restrukturisasi jaringan jalan yang melayani pergerakan regional dan lokal;
b. Mengubah alinyemen yang jelas sehingga menjadi satu kesatuan fungsi
yang jelas;
c. Pembangunan inner ring road merupakan alternatif yang baik untuk
menstrukturkan jaringan jalan dan mengoptimalkan pergerakan/mobilitas
penduduk.
2. Sedangkan di Kecamatan Sei Sembilan, pengoptimalan jaringan pergerakan
dilakukan dengan menerapkan pola grid pada jaringan jalan eksisting
3. Perbaikan geometrik jalan dan pemulusan alinyemen jalan utama kota yang
menghubungkan pergerakan regional dengan lokal, seperti Jalan Sutan Syarif
Kasim, Jend Sudirman, Sukajadi, Pattimura, dan lain-lain. Selain itu juga
disediakan jalur lambat untuk angkutan lokal yang ulang alik dan becak serta
ojek.
4. Pembangunan Halte dan Bus Stop di lokasi jalan-jalan utama dan dekat pusatpusat kegiatan serta pusat-pusat pemukiman.
5. Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menggunakan badan jalan untuk
berjualan dan penetapan zona bebas parkir pada ruas jalan yang mempunyai
peran vital untuk mengantisipasi meningkatnya volume pergerakan lalu lintas.
6. Menertibkan Angkutan Sewa, yang dalam pelaksanaannya menyimpang dari
peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Karena dari kegiatan ataupun
penyimpangan fungsi tersebut berdampak pada stagnanya atau rusaknya
trayek angkutan umum dalam kota.
Laporan Akhir

7-28

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

7. Mengaktifkan dan mengembalikan jaringan trayek dan moda angkutan dalam


kota sesuai dengan rutenya, serta menertibkan kendaraan Angkutan Antar
Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) supaya
masuk ke dalam terminal sekaligus trayeknya yang tertib, rapih dan disiplin
melalui penyediaan sarana yang memadai.
8. Mengembangkan jaringan jalan dan moda angkutan umum dengan kawasan
operasi terbatas atau hanya melayani kebutuhan perumahan seperti becak
yang tertib, rapi dan disiplin melalui penyediaan prasarana yang memadai.
9. Pengembangan dan perbaikan rambu dan marka agar optimal dan tepat dalam
pelaksanaannya.
7.8.4 Sistem Jaringan dan Prasarana Transportasi Laut dan Sungai
Pelabuhan Dumai adalah salah satu pintu gerbang pantai timur Pulau Sumatera
dengan jalur pelayaran seperti Dumai-Batam, Dumai-Penang, Dumai-Medan, dan
lain-lain. Sebagai Kota Pelabuhan, kegiatan bongkar-muat barang dan naikturunnya penumpang sudah berlangsung sejak lama, apalagi Kota Dumai terletak
di pinggir Selat Rupat yang merupakan jalur pelayaran nasional dan internasional,
oleh karena itu, pelabuhan ini berskala nasional.
Kawasan pelabuhan di daerah perkotaan Dumai berdekatan dengan kawasan
yang memiliki fungsi mix use. Jalur pelayaran saat ini terbatas dari Pelintung
sampai dengan Pulau Mampu. Besarnya timbunan pasir di sebelah barat Pulau
Ruapt membatasi alur pelayaran disekitar perairan tersebut, terlebih dengan
kedalaman laut yang terlalu dangkal. Tata guna laut di Kota Dumai harus
memperhatikan fungsi-fungsi lain yang dikembangkan di perairan Selat Rupat.
Pengembangan

pelabuhan

ini

juga

harus

mempertimbangkan

aktivitas

perekonomian yang ada di dalamnya. Perencanaan pengembangan yang harus


diakomodasikan adalah terminal peti kemas, pergudangan barang perdagangan,
pelabuhan penumpang, industri CPO, dan industri lainnya. Sehingga, dalam
pengembangan pelabuhan juga harus dilakukan penataan sirkulasi kegiatankegiatan di atas, seperti pemisahan sirkulasi keluar-masuk barang ekspor-impor,
perdagangan antar pulau, dan perdagangan intra-pulau, batu bara, komoditas
industri, dan penumpang yang menggunakan pelabuhan secara terpisah.
Laporan Akhir

7-29

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Kota Dumai sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan industri di Provinsi
Riau. Pelabuhan adalah infrastruktur utama pembangunan Kota Dumai, Rencana
pengembangan kawasan pelabuhan Pelindo diskenariokan pada 3 tahapan.
Pemerintah perlu mempersiapkan dan menetapkan regulasi-regulasi tentang
kepelabuhanan kaitannya dengan tata ruang laut. Langkah yang harus ditempuh
adalah dengan membatasi jumlah pelabuhan khusus.
Pengembangan infrastruktur kepelabuhanan lainnya yaitu alokasi lahan bagi
pengembangan pelabuhan khusus di Kawasan Industri Pelintung. Aktivitas
kepelabuhanan kedepan akan semakin meningkat, dibangunnya lintasan jalan rel
dan penghubung jalan lingkar luar yang langsung menuju Lubuk Gaung dan
Pelintung menjadi faktor peningkatan laju pergerakan barang. Akses-akses
penghubung ke kota maupun ke wilayah luar Kota Dumai memiliki simpul
pertemuan di kedua kawasan industri tersebut.
Pengembangan moda transportasi laut meliputi peningkatan kelas dermaga rakyat
untuk

pergerakan

penumpang.

Peningkatan

sejumlah

dermaga

tersebut

diantaranya adalah pengembangan dermaga TPI .


7.8.5 Sistem Jaringan dan Prasarana Transportasi Udara
Pengembangan Bandar Udara Pinang Kampai direncanakan peningkatannya dari
1800m x 30m hingga 2250m x 45m. Dengan alternatif penempatan sisi darat di
dua lokasi yang berbeda. Pengembangan bandara ini juga menyangkut
peningkatanan pelayanan terhadap publik (umum) dari segi kualitas penyediaan
fasilitas bandara. Maintenance bandara juga menjadi program peningkatan kinerja
bandar udara Pinang Kampai. Status yang akan ditingkatkan dari khusus ke
umum (terbatas) hingga ke umum menuntut adanya pembagian peran dalam
pengelolaan bandara antara pemerintah Kota Dumai dengan PT. Pertamina.
Pengembangan bandara harus dibatasi pada pelayanan rute penerbangannya.
Pemindahan Bandara Sultan Syarif Kasim II ke Kecamatan Pinggir, Kabupaten
Bengkalis akan mengurangi jumlah pengguna jasa bandara Pinang Kampai ini.
Derajat jangkauan kedua bandara ini cukup berdekatan dan skala pelayanan SSK
II jauh lebih besar dibandingkan Pinang Kampai.

Laporan Akhir

7-30

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Pola pemanfaatan ruang disekitar bandara yaitu kawasan pergudangan, kawasan


terminal barang, kawasan industri chevron/caltex, kawasan wisata dan kawasan
permukiman baru di wilayah Kecamatan Bukit Kapur.
7.8.6 Optimalisasi Pelayanan Tranportasi Intermoda
Pergerakan Penumpang
Pelayanan transportasi yang dikembangkan diharapkan mampu memberikan
kemudahan bagi masyarakat Kota Dumai. Hal ini diimplementasikan pada sistem
perpindahan

antar-moda.

Pelayanan

pergerakan

penumpang

antar-moda

kedepan ditingkatkan melalui penambahan fasilitas baik berupa sarana maupun


prasaranannya.
Pergerakan Komoditas
Pergerakan barang/komoditas yang direncanakan yaitu dengan pola berikut:
1. Eksternal - Eksternal
a. Bahan mentah via Pelabuhan Dumai ekspor bahan mentah
b. Bahan jadi dari dari luar kota via Pelabuhan Dumai Ekspor
2. Eksternal Internal Eksternal
a. Bahan mentah gudang (sortir packing) ekspor bahan mentah + value
added
b. Bahan mentah pabrik (proses jadi bahan jadi) ekspor pelabuhan
Dumai/pelabuhan khusus
3. Eksternal Internal
a. Bahan mentah
b. Bahan jadi konsumsi lokal
c. Bahan jadi

7.9

IDENTIFIKASI KONDISI SAAT INI DAN ARAHAN PENGEMBANGAN

Berikut ini disampaikan identifikasi kondisi transportasi saat ini dan arahan
pengembangannya.

Laporan Akhir

7-31

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 7.5
No.
1

Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan

Identifikasi Kondisi Saat Ini

Harapan Mendatang

Arahan Pengembangan

Pergerakan Angkutan barang dari Pergerakan angkutan barang dari Merekomendasikan penetapan kelas jalan
dan ke luar Kota Dumai menuju

dan ke luar Kota Dumai menuju Merekomendasikan jaringan lintas angkutan barang

Pelabuhan Dumai melewati ruas-

Pelabuhan Dumai tidak bercampur Merekomendasikan peningkatan kekuatan struktural

ruas jalan dalam kota.

dengan lalu lintas dalam kota.

Ruas-ruas

jalan

yang

dilalui Ruas-ruas

jalan

yang

jalan
dilalui Merekomendasikan trase pembangunan jalan lingkar/by

angkutan barang masih ada yang

angkutan barang didesain sehingga

belum mampu menampung MST

mampu menampung MST 8 ton Merekomendasikan

kendaraan 8 ton, sehingga cepat

kendaraan

mengalami kerusakan.

memperbaiki kerusakan jalan yang Merekomendasikan

dan/atau

cepat

terjadi
2

pass (RTRW Riau)


trase

pembangunan

jalan

tol

Pekanbaru-Duri-Dumai (RTRW Riau)


pembangunan

Jalan

KA

Pekanbaru-Duri-Dumai (RTRW Riau)

Trayek angkutan umum belum Trayek angkutan umum memiliki Merekomendasikan penataan jaringan trayek angkutan
diklasifikasikan hirarki trayeknya.
Sarana angkutan umum masih

hirarki berdasarkan jaringan jalan


yang dilayani.

menggunakan kendaraan mobil Adanya

peningkatan

umum berdasarkan hirarki jalan dan hirarki trayek.


Merekomendasikan peningkatan kapasitas angkutan

kapasitas

umum beserta tahapan implementasi.

penumpang umum berkapasitas

angkut untuk hirarki trayek yang Merekomendasikan rencana penerapan angkutan umum

rendah.

lebih tinggi.

Tingkat

isian

(load

factor) Adanya peningkatan tingkat isian

angkutan umum masih sangat

agar mencapai load factor minimal

rendah

70%.

Laporan Akhir

massal (sejenis BRT) pada koridor utama dan sistem


operasinya, beserta tahapan implementasi

7-32

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 7.5 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan (Lanjutan)
No.
3

Identifikasi Kondisi Saat Ini


Penimbangan
angkutan

Harapan Mendatang

kendaraan Pengoperasian

barang

barang Merekomendasikan upaya penegakan hukum di terminal

Terminal

berfungsi

sebagai

pengawasan

Angkutan Barang di Bukit Kapur

terhadap

muatan

yang

juga sebagai sumber PAD.

melintasi jaringan jalan di Kota

Angkutan

di

terminal

Arahan Pengembangan

barang

antrian

melakukan

sebelum

Pelabuhan
menyebabkan
kapasitas

akan Merekomendasikan sistem informasi/ komunikasi antara

Dumai.

hingga

pengurangan
jalan

terminal angkutan barang dan Pelabuhan Dumai


Merekomendasikan pengaturan jadwal keberangkatan

masuk Angkutan barang yang telah tiba di

Dumai

barang

angkutan barang menuju Pelabuhan Dumai

Pelabuhan Dumai dapat langsung Merekomendasikan sistem intermoda truk-kapal.


ditangani.

akibat

penggunaan ruas jalan.


4

Penggunaan
mencapai

sepeda

60-70%

dari

motor Pengguna sepeda motor sebagian Merekomendasikan


total

pergerakan lalu lintas.


Pergerakan
sebagian

sepeda
besar

beralih ke moda angkutan umum.


Adanya tempat parkir khusus untuk

motor
tidak

Sepeda

motor

menggunakan angkutan umum

Laporan Akhir

pergerakan

angkutan

umum yang secara hirarki dapat menjangkau seluruh


wilayah dan biaya yang terjangkau.

fatalitas

shelter yang dilalui trayek utama.

sepeda Merekomendasikan pemisahan lajur khusus sepeda

motor pada lajur khusus.

mendominasi Penurunan

jumlah kecelakaan yang terjadi .

pelayanan

pengguna sepeda motor yang akan Merekomendasikan sistem park and ride pada beberapa

mengindahkan penggunaan lajur Pemisahan


sebelah kiri (tidak teratur)

perbaikan

motor pada beberapa ruas yang berpotensi kemacetan


kecelakaan

dan kecelakaan

yang melibatkan sepeda motor.

7-33

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 7.5 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan (Lanjutan)
No.
5

Identifikasi Kondisi Saat Ini


Angkutan

Tak

Harapan Mendatang

bermotor/Becak Angkutan

sebagai angkutan lokal, bebas

dikhususkan

beroperasi di jalan-jalan utama.

permukiman.

Pergerakan

becak

Tak

Arahan Pengembangan

bermotor/Becak Merekomendasikan lokasi-lokasi pengendalian becak

sebagai

angkutan

sebagai angkutan umum.


Merekomendasikan

terkadang

fasilitas

pejalan

kaki

untuk

mengurangi penggunaan kendaraan jarak dekat.

melawan arah, pada ruas-ruas


jalan yang lebar.
6

Parkir di badan jalan (on street Parkr di badan jalan harus pada Merekomendasikan lokasi-lokasi yang diarahkan untuk
parking) baik yang resmi maupun
tidak resmi.
Kemacetan yang ditimbulkan oleh
pergerakan parkir di lokasi-lokasi
tertentu.

tempat-tempat yang ditentukan.


Parkir

di

badan

diperbolehkan

pada

jalan

on street parking.

tidak Merekomendasikan

lokasi-lokasi

berpotensi macet.
Terjadi keseimbangan lokasi parkir

sistem

pembatasan

dan

pengendalian parkir bagi pengguna angkutan pribadi


untuk mendukung penggunaan angkutan umum yang
telah/akan tertata dengan baik.

di badan jalan dengan di luar badan


jalan (gedung parkir atau taman
parkir)

Laporan Akhir

7-34

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 7.5 Identifikasi Kondisi Saat ini dan Arahan Pengembangan (Lanjutan)
No.
7

Identifikasi Kondisi Saat Ini

Harapan Mendatang

Penggunaan badan jalan pada Terwujudnya

Arahan Pengembangan

kawasan-kawasan Merekomendasikan kawasan-kawasan yang berpotensi

kawasan-kawasan tertentu dan

tersebut menjadi kawasan bebas

mendorong tumbuhnya ekonomi masyarakat dengan

waktu-waktu tertentu (seperti di

kendaraan

penyusunan program citywalk unuk kawasan-kawasan

Jalan Ombak untuk wisata kuliner

prasarana parkir terpadu.

malam

hari),

tidak

yang

didukung

oleh

tersebut pada waktu-waktu tertentu.

didukung

Merekomendasikan konsep remote parking pada lokasi-

fasilitas parkir yang memadai,

lokasi tersebut dan juga pembangunan fasilitas pejalan

sehingga juga berdampak pada

kaki.

kemacetan
Belum ada program melegalkan/
mendukung kegiatan tersebut ke
arah kawasan bebas kendaraan
bermotor/citywalk

Laporan Akhir

7-35

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8. ARAH PENGEMBANGAN TRANSPORTASI


8.1

UMUM

Berdasarkan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut ini


disampaikan Arah Pengembangan Transportasi yang dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Arah Pengembangan Jaringan/Ruang Lalu Lintas
2. Arah Pengembangan Lalu Lintas
3. Arah pengembangan Angkutan
4. Arah pengembangan Organisasi dan Kelembagaan
5. Arah Pengembangan Lingkungan

8.2

ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN/RUANG LALU-LINTAS

8.2.1 Jaringan Jalan


8.2.1.1 Peningkatan dan Perbaikan Jaringan Jalan Lingkar Dalam Kota
Jaringan jalan yang masuk dalam Jalan Lingkar Dalam Kota adalah Jl. Pinang
Kampai (Soekarno-Hatta), Jl. Arifin Ahmad, Jl. Putri Tujuh, Jl. Datuk Laksamana,
Jl. PPI Purnama dan Jl. Gatot Subroto, yang secara menerus menghubungkan
pusat-pusat kegiatan utama di Kota Dumai, yaitu Kantor Walikota Dumai, Bandara
Pinang Kampai, Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Ro-ro, Terminal AKAP Kelakap
Tujuh dan kembali ke Kantor Walikota Dumai.
8.2.1.2 Pengembangan Jalan Lingkar Luar Kota Dumai
Jaringan Jalan Lingkar Luar Kota Dumai direncanakan untuk memberikan akses
jalan dari arah eksternal untuk menuju kawasan pengembangan industri baru di
Lubuk Gaung (Kecamatan Sei Sembilan) dan Pelinting (Kecamatan Medang
Kampai), sehingga arus barang yang berasal dari arah Duri dan arah Sumatera

Laporan Akhir

8-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Utara bisa langsung menuju kawasan industri dan tidak membebani jalan dalam
kota.

Laporan Akhir

8-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.1 Jaringan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai

Laporan Akhir

8-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.2 Rencana Jaringan Jalan Lingkar Luar Kota Dumai

Laporan Akhir

8-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.2.1.3 Penataan Ulang Hirarki Jaringan Jalan


Dalam konsep penataan hirarki jaringan jalan di Kota Dumai, maka jaringan jalan
arteri primer yang berintegrasi dengan jaringan jalan kota diusulkan hanya sampai
ke terminal angkutan antar kota (AKAP) dan terminal barang. Hirarki jaringan
jalan sekunder (jalan dalam kota) kemudian ditata ulang, dengan asumsi bahwa
fungsi jalan arteri primer sudah dialihkan ke jalan lingkar luar.
Jalan yang dipersiapkan sebagai jalan arteri primer adalah:

Jalan Pekanbaru - Dumai sampai simpang Jl. Perwira

Jl. Kelakap Tujuh menuju ke Jalan Dumai - Medan

Jalan yang dipersiapkan sebagai jalan arteri sekunder adalah:

Jl. Pinang Kampai

Jl. Soebrantas

Jl. Putri Tujuh

Jl. Sudirman

Jl. Sutan Syarif Kasim

Jl. Datuk Laksama

Jl. Bukit datuk

Jl. TPI

Jalan yang dipersiapkan sebagai jalan arteri sekunder adalah:

Jl. Ombak

Jl. Dock Yard

Jl. Arifin Ahmad

Jl. Budi Kemulyaan

Jl. Suka Jadi

Jl. Dari Putri Tujuh Menuju Pelintung

Jl. Dari Purnama Menuju Lubuk Gaung

Jl. Perwira (Menuju Pelabuhan Pelindo)

Laporan Akhir

8-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.2.1.4 Terminal
Pengembangan terminal di Kota Dumai mengacu kepada arah pengembangan
jaringan jalan, dimana jaringan jalan lingkar dalam untuk mengakomodir
pergerakan angkutan penumpang dan jaringan jalan lingkar luar untuk
mengakomodir

angkutan

barang.

Pengembangan

terminal

juga

mempertimbangkan keterpaduan dengan jaringan transportasi udara, laut dan


kereta api.
Pengembangan terminal diarahkan sebagai berikut:
Pengembangan dan optimalisasi terminal penumpang meliputi Terminal AKAP

(Kelas A) di Kelakap Tujuh dan terminal dalam kota (Kelas C) di Lepin.


Pengembangan dan optimalisasi terminal barang dilakukan dengan mengikuti

perkembangan pembangunan jaringan jalan lingkar luar. Untuk jangka


menengah, maka terminal barang di Bukit Jin masih dioperasikan dan
dioptimalkan, sedangkan untuk jangka panjang terminal utama untuk terminal
barang dengan kemampuan 6.900 - 12.000 ton/hari digeser ke ke arah jalan
lingkar luar di Kecamatan Bukit Kapur.
Tabel 8.1
No.

Nama Terminal

Arah Pengembangan Terminal


Jenis

Katagori

1
2
3
4
5
6

Kelakap Tujuh
Lepin
Bukit Kapur
Lubuk Gaung
Pelintung
Bukit Jin

Terminal Penumpang AKAP


Terminal Penumpang Dalam Kota
Sub Terminal Penumpang
Sub Terminal Penumpang
Sub Terminal Penumpang
Terminal Barang

A
C
Utama

Bukit Kapur

Terminal Barang

Utama

Simpang Batang

Terminal Barang

Pembantu

Laporan Akhir

Keterangan

Dioperasikan
sampai jalan lingkar
luar terbangun dan
efektif berfungsi
Dioperasikan
setelah jalan lingkar
luar terbangun dan
efektif berfungsi

8-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Terminal
AKAP
Kelakap
Tujuh
Terminal
Angkot
Lepin

Terminal
Barang Bukit
Jin

Gambar 8.3 Arah Pengembangan Terminal

Laporan Akhir

8-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.2.2 Jaringan Kereta Api


8.2.2.1 Jaringan Jalan Kereta Api
Jaringan jalan kereta api di Kota Dumai merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pengembangan jaringan kereta api di Pulau Sumatera. Jaringan jalan kereta
api yang masuk kota Dumai direncanakan dari arah Rantau Prapat (Sumatera
Utara) menembus kota Dumai dari arah Bukit Kapur, Bagan Besar, Bukit Timah
menuju ke pusat kota dan pelabuhan Dumai.
8.2.2.2 Stasiun Kereta Api
Jumlah stasiun kereta api yang berada di Kota Dumai direncanakan sebanyak 4
stasiun, yaitu stasiun Bukit Kapur, Bagan Besar, Bukit Timah dan Dumai.
Tabel 8.2
No.

Nama Stasiun

Jenis dan Katagori Stasiun

Jenis

Katagori

Keterangan

Bukit Kapur

Stasiun Penumpang

A (Kecil)

Bagan Besar

Stasiun Penumpang/ B (Sedang)

Disiapkan rencana lintas

Gudang

cabang ke pelabuhan
Pelintung

Bukit Timah

Stasiun Penumpang

A (Kecil)

Dumai

Stasiun Penumpang

D (Besar)

Stasiun

Akhir,

diperlukan

sepur

simpang ke pelabuhan
Dumai

Laporan Akhir

8-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Stasiun
Dumai

Stasiun
Bukit Timah

Stasiun
Bagan Besar

Stasiun
Bukit Kapur

Gambar 8.4 Rencana Jaringan Jalan Rel Kereta Api

Laporan Akhir

8-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.2.3 Simpul Intermoda


Sistem jaringan transportasi jalan di Kota Dumai dikembangkan secara terpadu
dengan simpul-simpul transportasi lainnya, baik dengan pelabuhan laut, bandara
maupun rencana pengembangan kereta api, sehingga pergerakan orang dan
barang bisa diselenggarakan dengan efektif dan efisien.
Tabel 8.3
No.
1

Nama Simpul
Pelabuhan Dumai

Simpul Intermoda
Jenis

Keterangan

Pelabuhan

Simpul

moda

transportasi

Internasional

darat dan transportasi laut


untuk penumpang dan barang
asal dan tujuan domestik dan
internasional

Pelabuhan Ro-ro

Pelabuhan

Antar Simpul

Propinsi/Antar Negara

moda

transportasi

darat dan transportasi laut


untuk

penumpang

dan

kendaraan
3

Bandara Pinang Kampai

Bandara Bukan Pusat Simpul


Penyebaran

moda

transportasi

darat dan transportasi udara


untuk penumpang dan barang
asal dan tujuan domestik

8.3

ARAH PENGEMBANGAN LALU-LINTAS

8.3.1 Pengembangan dan Perbaikan Perlengkapan Jalan


Pengembangan dan perbaikan marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
(APILL), alat pengendali dan pengaman pengguna jalan serta fasilitas pendukung
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya memperlancar arus lalu-lintas
dan menjamin keselamatan lalu-lintas.

Laporan Akhir

8-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Persimpangan di Kota Dumai yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan


penggunaan APILL untuk adalah:
1. Persimpangan Dengan APILL (yang perlu dioptimalkan penggunaannya).
-

Persimpangan Ombak - Sukajadi (Simpang 3 dengan APILL)

Persimpangan Polres (Simpang 4 dengan APILL)

Persimpangan Sukajadi (Simpang 4 dengan APILL)

Persimpangan Bumi Ayu (Simpang 4 dengan APILL)

Persimpangan Ombak - Tegallega (Simpang 4 dengan APILL)

Persimpangan Subrantas (Simpang 3 tanpa APILL)

Persimpangan Meriam (Simpang 5 tanpa APILL)

Persimpangan Kelakap 7 - By Pass Terminal AKAP (Simpang 3 dengan


APILL)

Persimpangan Perwira - Bagan Besar (Simpang 3 dengan APILL)

2. Persimpangan Tanpa APILL (yang perlu ditingkatkan dengan pemasangan


APILL)
-

Persimpangan Pasar Payung (Simpang 3 tanpa APILL)

Persimpangan Purnama (Simpang 3 tanpa APILL)

Persimpangan Pasar Dock (Simpang 4 tanpa APILL)

Persimpangan Bukit Timah (Pos Retribusi) (Simpang 4 tanpa APILL)

3. Persimpangan menggunakan Bundaran


-

Bundaran Bank Riau (Bundaran BPD)

Bundaran Depan Pelabuhan

Bundaran Meriam

Bundaran Polresta

8.3.2 Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan
Penggunaan teknologi maju dalam pengaturan lalu-lintas dengan menerapkan
area traffic control system - ATCS perlu diagendakan untuk jangka menengah.

Laporan Akhir

8-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.3.3 Parkir di Ruang Milik Jalan (On-street Parking)


Pasal 43 UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ menyebutkan bahwa Fasilitas
Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu
pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan
Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan. Berdasarkan ketentuan ini, maka
seluruh on street parking yang berada pada Jalan Nasional dan Provinsi harus
ditiadakan.
On Street Parking eksisiting terdapat pada sepanjang ruas jalan:

Jalan Sultan Syarif Kasim

Jalan Sukajadi

Jalan Ombak II

Jalan Jenderal Sudirman

Parkir di Ruang Milik Jalan pada umumnya telah dilengkapi dengan marka dan
rambu-rambu parkir. On street parking ada yang menggunakan metode parkir
menyudut dan parkir sejajar.
Implementasi UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ akan membawa konsekuensi
pelarangan parkir di badan Jalan Sutan Syarif Kasim dan Jalan Jenderal
Sudirman dan diperlukan kompenasi lokasi parkir baru di luar ruang milik jalan,
baik di taman parkir atau di gedung parkir. Kondisi ini diharapkan bisa diatasi
dengan penataan ulang hirarki jalan yang diusulkan pada pengembangan jaringan
jalan di Kota Dumai. Apabila telah ada pembangunan jalan lingkar luar dan terjadi
perubahan status jalan nasional/provinsi menjadi jalan kota, maka Jalan Sutan
Syarif Kasim dan Jalan Jenderal Sudirman diproyeksikan menjadi jalan kota dan
pada lokasi-lokasi tertentu sesuai peraturan bisa dipergunakan sebagai lokasi
parkir di ruang milik jalan, dengan memberikan kelengkapan rambu dan marka
yang sesuai peruntukannya.
Penanganan parkir di ruang milik jalan harus dilakukan secara terpadu dengan
parkir di luar ruang milik jalan (baik di taman parkir atau di gedung parkir),
sehingga parkir tidak menjadi penghambat dalam kelancaran lalu lintas.

Laporan Akhir

8-12

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Sistem penyelenggaraan parkir di Kota Dumai dilakukan secara lebih profesional


di masa depan, dengan menerapkan teknologi modern dalam pelaksanaanya,
seperti penggunaan smart card, kartu deposit parkir, kartu langganan parkir dan
pengelola parkir yang terdidik dan profesional.
8.3.4 Fasilitas Pejalan Kaki (Pedestrianisasi)
Pengembangan dan optimalisasi fasilitas untuk pejalan kaki dalam bentuk
pembangunan trotoar dilakukan pada jalan-jalan utama yang berada di pusat kota
yang mempunyai pola penggunaan lahan antara lain untuk perkantoran,
pertokoan, pendidikan dan aktivitas sosial,

serta jalan-jalan yang mempunyai

tingkat pejalan kaki tinggi seperti kawasan industri yang mempunyai tenaga kerja
yang cukup banyak.
Secara khusus di Kota Dumai juga perlu dikembangkan kawasan yang secara
khusus diperuntukkan untuk kawasan kuliner dan dipersiapkan pembangunan
trotoar yang lebar dan pada jam-jam tertentu (misalkan sore sampai tengah
malam) hanya pejalan kaki yang boleh masuk ke areal tersebut. Kawasan ini,
yang biasa disebut sebagai citywalk dikembangkan di Jl. Ombak dan Jl. Suka Jadi.

8.4

ARAH PENGEMBANGAN ANGKUTAN

8.4.1 Review Kebijakan Angkutan Umum


Review kebijakan angkutan umum perlu dilakukan secara berkala untuk
mengetahui kinerja angkutan umum eksisiting, terutama kesesuaian dengan
standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan ( yang meliputi aspek keamanan,
keselamatan,

kenyamanan,

keterjangkauan,

kesetaraan

dan

keteraturan),

efektivitas jaringan trayek, jangkauan daerah layanan, kompetensi dengan


penggunaan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) dan kendaraan tidak
bermotor (becak), dan kemudian memberikan kesimpulan dan rekomendasi untuk
perbaikan-perbaikan ke depan.

Laporan Akhir

8-13

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.4.2 Jenis Angkutan


Pemilihan kapasitas angkutan umum antara lain dipengaruhi oleh jumlah
penumpang yang harus dilayani dan kondisi fisik jaringan jalan yang dilalui. Pada
trayek utama, yang diprediksi mempunyai jumlah penumpang yang banyak dan
kondisi jalan yang lebar dan baik seukutan Kota Dumai, maka kapasitas bus yang
digunakan adalah bus sedang (jangka pendek dan menengah) dan bus besar
(jangka panjang). Pada trayek cabang digunakan bus kecil atau bus sedang.
Sedangkan pada trayek ranting digunakan mobil kapasitas kecil.
8.4.3 Restrukturisasi Trayek Angkutan Umum
Kota Dumai mempunyai permasalahan yang cukup menarik terkait dengan
pengelolaan angkutan umum. Berdasarkan survey yang telah dilakukan konsultan,
maka diperoleh bahwa load factor angkutan kota masih cukup rendah, yaitu
kurang dari 50%. Rendahnya tingkat isian angkutan kota ini, apabila tidak
dilakukan suatu penyempurnaan dalam pengelolaan angkutan umum diprediksi
akan mempunyai kecenderungan yang sama di masa mendatang. Salah satu
penyebab utama mengapa angkutan umum mempunyai tingkat load factor rendah
adalah terus meningkatnya kepemilikan dan penggunaan sepeda motor dari tahun
ke tahun. Akan tetapi bertambahnya sepeda motor di jalan raya akan
menimbulkan permasalahan ketidakteraturan dan bahkan kemacetan di kemudian
hari. Oleh sebab itu, maka perencanaan pelayanan angkutan umum yang baik
harus tetap dilakukan.
Salah satu hal yang mendesak untuk dilakukan adalah menata ulang trayek
angkutan umum dengan menentukan hirarki trayek secara lebih dini, sehingga
mempunyai daya antisipasif yang baik di masa datang. Ketika terjadi
perkembangan kota Dumai semakin ramai, penduduk semakin bertambah,
aktivitas di kawasan industri semakin berkembang, penggunaan sepeda motor
perlu pengendalian yang serius, maka penyediaan angkutan umum yang baik
akan menjadi jawaban yang berharga di masa datang.
Pertimbangan dalam melakukan restrukturisasi trayek angkutan penumpang
adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir

8-14

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tata ruang wilayah (menghubungkan semua pusat kegiatan utama di Kota


Dumai).

Tingkat permintaan jasa angkutan (mempunyai demand yang tinggi dan


mempertimbangkan pola rute angkutan umum eksisting).

Kemampuan penyediaan jasa angkutan

Ketersediaan jaringan lalu-lintas dan angkutan jalan (mempertimbangkan


kondisi jaringan jalan eksisting dan rencana ke depan).

Kesesuaian dengan kelas jalan.

Keterpaduan intramoda angkutan dan antarmoda angkutan.

Berdasarkan tata ruang kota Dumai, maka pusat-pusat kegiatan utama adalah di
Dumai Barat dan Dumai Timur, dan arah pengembangan pusat pemukiman
adalah menuju arah Bukit Kapur dan arah pengembangan kawasan industri
adalah

Lubuk

Gaung

dan

Pelintung.

Diproyeksikan

pahwa

pergerakan

penumpang sebagian besar masih dominan di wilayah Dumai Barat dan Dumai
Timur, serta arah dari dua kecamatan ini ke Bukit Kapur.
Mempertimbangkan kondisi trayek eksisiting yang ada saat ini, maka bisa
disimpulkan juga bahwa simpul terminal yang dominan adalah Terminal AKAP
Kelakap Tujuh dan Terminal Lepin, dengan pergerakan ke luar pusat kota menuju
Bukit Kapur, Lubuk Gaung dan Pelintung.
Pola-pola trayek yang ada saat ini dan pernah ada secara kebijakan dan empiris
merupakan trayek yang bisa dipertimbangkan dalam penyusunan ulang trayek
angkutan umum dan mengelompokkan menjadi trayek utama dan trayek cabang.
Dumai Barat dan Dumai Timur menjadi pusat pergerakan penumpang (sesuai
hasil survey) dan pergerakan ke luar kecamatan tersebut menuju pusat
pengembangan kawasan industri, seperti Pelintung dan Lubuk Gaung, menjadi
pertimbangan utama dalam penentuan trayek utama dan trayek cabang. Berikut
ini adalah usulan trayek utama dan trayek cabang, sebagai cikal bakal dalam
pengaturan taryek di kota Dumai, dan prioritas dalam penggunaan bus ukuran
lebih besar, misalkan bus sedang dan bus besar.

Laporan Akhir

8-15

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.4.3.1 Usulan Trayek Utama


Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
Rute

Pemda

Soekarno-Hatta

Bandara

HR

Subrantas - Terminal Lepin - Sudirman - Datuk


Laksamana
Melayani Pusat Kegiatan

Perkantoran Pemda - Terminal Barang - Bandara SMAN 1 Bukit Jin - SMPN 3 Bukit Jin - STT Dumai
- Perkantoran Pemda Lama - Ramayana Terminal

Lepin

Pusat

Kota

(Sudirman)

Pelabuhan (Datuk Laksamana)


Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
Rute

Terminal Ro-Ro - Terminal AKAP - Ratu Sima Hasanudin - Diponegoro - SSK - Putri Tujuh - HR
Soebrantas - Sudirman - Bukit Datuk

Melayani Pusat Kegiatan

Terminal Ro-Ro dan Pusat Agrobisnis - Terminal


AKAP - Pertokoan - Pertokoan - Pertokoan Perkantoran/RSUD - Pertamina - Terminal Lepin Pemukiman Bukit Datuk

Laporan Akhir

8-16

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.5 Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan

Laporan Akhir

8-17

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.6 Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk

Laporan Akhir

8-18

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.4.3.2 Usulan Trayek Cabang


Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
Rute

Terminal AKAP - Purnama - Bangsal Aceh - Lubuk


Gaung

Melayani Pusat Kegiatan

Terminal AKAP - Terminal Ro-Ro - Pemukiman Kawasan Industri Lubuk Gaung

Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung


Rute

Terminal Lepin - Mundam - Teluk Makmur Guntung - Pelintung

Melayani Pusat Kegiatan

Terminal Lepin - Pemukiman - Kawasan Wisata


Teluk Makmur - Kawasan Industri Pelintung

Feeder 3: Terminal Lepin - Bukit Kapur


Rute

Terminal Lepin - Pinang Kampai - Bukit Kapur

Melayani Pusat Kegiatan

Terminal Lepin - Pemukiman - Bukit Kapur

Feeder 4: Terminal AKAP - Bukit Timah


Rute

Terminal AKAP - Gatot Subroto - Bukit Timah

Melayani Pusat Kegiatan

Terminal AKAP - Pemukiman - Bukit Timah

Laporan Akhir

8-19

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.7 Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung

Laporan Akhir

8-20

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.8 Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung

Laporan Akhir

8-21

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.9 Feeder 3: Terminal Lepin - Bukit Kapur

Laporan Akhir

8-22

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Gambar 8.10 Feeder 4: Terminal AKAP - Bukit Timah

Laporan Akhir

8-23

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.4.4 Pengembangan Trans-Dumai


Pada trayek utama (Koridor 1: Terminal AKAP - Pelabuhan Via Kantor Walikota
dan Koridor 2: Terminal AKAP - Bukit Datuk), maka pada jangka menengah perlu
dikembangkan pengoperasian angkutan umum Trans-Dumai dengan konsep bus
rapid transit (BRT) dengan bus lane system, dimana bus menggunakan lajur yang
masih bisa bercampur dengan kendaraan lain akan tetapi penumpang harus naik
dan turun pada halte khusus yang dilengkapi dengan sistem tiket yang terpadu.
Pengoperasian BRT diformulasikan untuk bisa menjadi wahana masyarakat untuk
bisa tertib dan disiplin dalam menggunakan moda transportasi umum. Dengan
kompensasi headway yang teratur, waktu tempuh yang terprediksi, bus AC yang
nyaman dan aman, serta tarif yang terjangkau, maka sistem pengoperasian BRT
akan dikondisikan sedemikian rupa agar pengguna bisa antri membeli tiket
dengan tertib dan teratur, antri naik ke bus dan turun dari bus dengan teratur dan
besikap disiplin dan menghargai antar penumpang, antara lain tidak merokok di
halte dan di dalam bus, memberikan prioritas tempat duduk kepada orang tua,
orang sakit/cacat dan wanita.
Skenario pengoperasian yang akan dilakukan adalah:

BRT dioperasikan selama 17 jam, sejak jam 05.00 s/d 22.00 WIB.

Penumpang BRT harus membeli tiket di loket untuk bisa masuk ke ruang
tunggu halte.

Harga tiket berlaku sama untuk semua halte tujuan (jauh dekat sama).

Penumpang antri menunggu bus yang akan datang setiap 5 menit .

Sebagai gambaran awal pengoperasian bus Trans-Dumai pada dua koridor utama,
yang masing-masing mempunyai jarak trayek 13 km

dan 8 km dan apabila

diasumsikan headway didesain setiap 5 menit, maka secara keseluruhan:

Dibutuhkan 39 bus sedang berpendingin udara (koridor 1 sebanyak 24 bus dan


koridor 2 sebanyak 14 bus).

Dibutuhkan 34 halte (koridor 1 sebanyak 21 halte dan koridor 2 sebanyak 13


halte).

Estimasi penumpang yang bisa diangkut sebanyak 14.301 orang per hari.

Laporan Akhir

8-24

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Tabel 8.4

Perhitungan Jumlah Bus yang Dibutuhkan pada Koridor 1 dan 2


Rincian

Koridor 1

Koridor 2

Jumlah

Jam Operasi (jam)

17

17

Jarak 1 way (km)

13

Rata-rata jarak antar halte (km)

0,6

0,6

Jumlah halte (unit)

21

13

Waktu operasi per-bulan (hari)

25

25

Waktu perjalanan 1 way (menit)

40

28

16

18

5.110

3.264

20

13

Jumlah Bis Rencana (unit)

24

15

Kapasitas penuh per bus sedang (orang)

35

35

70%

80%

403

508

7.927

6.375

14.301

466

375

841

Headway rencana (menit)


Jumlah trip per hari
Total jarak tempuh/hari (km-bis)
Jumlah bis (unit)
Bus cadangan (unit)

Asumsi load factor (%)


Estimasi Jumlah pnp per bis per hari (orang)
Estimasi jumlah pnp per hari (orang)
Estimasi Rata-rata jumlah pnp per jam

34

39

Sumber: Hasil Analisis, 2009

8.5

ARAH PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN

Guna mewujudkan kondisi transportasi Kota Dumai seperti yang diharapkan perlu
didukung oleh SDM, organisasi dan kelembagaan yang memadai. Unsur-unsur
yang terlibat di dalamnya baik sebagai regulator, operator maupun pengguna
harus berfungsi dan berperan secara signifikan.
8.5.1 Regulator
Regulator sebagai pembina lalu lintas dan angkutan jalan serta transportasi pada
umumnya memiliki kewajiban mengembangkan sumber daya manusia untuk
menghasilkan petugas yang professional dan memiliki kompetensi di bidangnya.
Pengembangan SDM tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan.
Pembina di bidang peningkatan SDM dalam pendidikan dan latihan diemban oleh
Pemerintah (Kota), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Resort), dan Lembaga
swasta (terakreditasi)
Laporan Akhir

8-25

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Dalam melakukan pembinaan dalam penyelenggarakan

transportasi, regulator

harus senantiasa memperhatikan aspek-aspek kualitas pelayanan, keamanan,


keselamatan ketertiban dan kelancaran transportasi. Guna menciptakan kondisi
transportasi yang diinginkan tersebut maka regulator perlu mendesain tata kelola
dan sistem transportasi ke depan hingga jangka waktu tertentu baik perancangan
untuk jangka pendek, menengah hingga jangka panjang. Dengan adanya
perencanaan transportasi perkotaan semacam grand design transportasi kota
dimaksudkan agar tidak terjadi bias dalam penataan sistem dan arah
pengembangan transportasinya. Perencanaan dan Penyusunan grand design
transportasi kota tersebut melibatkan unsur-unsur terkait

sesuai bidang dan

kewenangannya. Bidang yang menyangkut masalah ruang lalu lintas jalan


misalnya maka melibatkan instansi PU, baik pusat, provinsi atau kota disesuaikan
kebutuhan dan relevansinya. Sepanjang menyangkut masalah perencanaan tata
ruang kota maka melibatkan Bappeko. Penyusunan dokumen perencanaan /
desain

transportasi

harus

selalu

merujuk

pada

dokumen

perencanaan

pembangunan lainnya yang ada di atasnya.


Pelaksanaan

penyelenggaraan

trasnportasi

agar

tidak

menyimpang

dari

perencanaan maka perlu adanya evaluasi dan pengawasan. Sehingga regulator


sebagai pembina transportasi perlu menerapkan penegakan hukum dalam
pengembangan, pengendalian dan pengawasan operasional transportasi.
Dengan demikian maka pengembangan dari sisi regulator transportasi diarahkan
untuk:

Pengembangkan sumber daya manusia untuk menghasilkan petugas yang


professional dan memiliki kompetensi di bidangnya.

Mendesain dan menerbitkan dokumen tata kelola dan sistem transportasi


perkotaan ke depan hingga jangka waktu tertentu baik perancangan untuk
jangka pendek, menengah hingga jangka panjang

Koordinasi antar lembaga dan instansi dalam dalam Perencanaan dan


Penyusunan grand design transportasi kota.

Penerapkan penegakan hukum dalam pengembangan, pengendalian dan


pengawasan operasional transportasi.

Laporan Akhir

8-26

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

8.5.2 Operator
Perusahaan Angkutan Umum memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, keamanan, keselamatan ketertiban dan kelancaran transportasi. Untuk
mewujudkan kondisi tersebut selain kepada para petugas di bidang lalu lintas dan
angkutan, Pemerintah Kota berkewajiban memberikan pembinaan di bidang
manajemen kepada Perusahaan Angkutan Umum.
Sebagai operator transportasi maka Perusahaan Angkutan Umum memiliki peran
penting dan kewajiban untuk mewujudkan tata penyelenggaraan transportasi
sebagaimana yang telah digariskan oleh pihak pembina atau regulator. Secara
umum bahwa operator wajib menaati peraturan dan ketentuan yang ada yakni
melaksanakan pengoperasian angkutan umum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Aspek keselamatan, kemananan,ketertiban penumpang maupun barang
serta kualitas layanan pada umumnya harus menjadi perhatian utama Perusahaan
Angkutan Umum sebagai operator. Pembekalan keterampilan dan kemampuan
pada awak angkutan khususnya kepada pengemudi menjadi tugas penting
operator.
Sehingga pengembangan bagi operator diarahkan:

Melaksanakan pengoperasian angkutan umum sesuai dengan ketentuan yang


berlaku.

Pengelolaan manajemen pengoperasian angkutan umum secara profesional

Peningkatan kemampuan pengemudi angkutan umum.

8.5.3 Pengguna
Masyarakat pengguna berhak dan memiliki peran penting dalam penyelenggaraan
transportasi. Masyarakat
mewujudkan

transportasi

berpartisipasi dengan turut memantau dalam upaya


yang

aman,

tertib

dan

lancar

serta

aspek

keselamatannya. Guna penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis


dibidang transportasi masyarakat pengguna dikondisikan untuk bisa memberikan
gagasan dan masukan kepada Pembina dan penyelenggara transportasi.

Laporan Akhir

8-27

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

Untuk bisa mewujudkan kondisi seperti yang diharapkan di atas maka arah
kebijakan dan pengembangannya diantaranya adalah:

Sosialisasi berlalu-lintas yang baik.

Sosialisasi budaya tertib berlalu-lintas.

Penciptaan forum lalu lintas yang terdiri atas instansi pembina, penyelenggara
akadiemisi dan unsur masyarakat pengguna

8.6

ARAH PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

Kegiatan di bidang lalu lintas dan angkutan serta transportasi pada umumnya
haruslah senantiasa memperhatikan dan menjamin kelestarian lingkungan.
Dengan demikian maka perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan
pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan.
Dengan demikian maka pengembangan trasnportasi kota di bidang lingkungan
diarahkan:

Penerapan ketentuan setiap kendaraan bermotor yng beroperasi di jalan wajib


memenuhi

persyaratan

ambang

batas

emisi

gas

buang

dan

kebisingan.sehingga perlu dilakukan pengujian emisi gas buang secara


berkala.

Pengawasan oleh pemerintah terhadap kepatuhan pengguna jalan untuk


menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Pembinaan dan pengawasan terhadap Perusahaan Angkutan Umum, pemilik


dan pengemudi kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan.

Sosialisi secara kontinyu tentang kelestarian lingkungan di bidang lalu lintas


dan angkutan jalan.

Perusahaan angkutan umum dituntut untuk menyediakan kendaraan/sarana


lalu lintas dan angkutan jalan yang ramah lingkungan.

Pengujian kelaikan teknis berkala angkutan umum secara profersional dan


akuntable.

Secara bertahap diarahkan penggunaan energi alternatif (CNG) untuk


angkutan umum

Laporan Akhir

8-28

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9. PROGRAM IMPLEMENTASI
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI
Berdasarkan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut ini
disampaikan Program-program implementasi Pengembangan Transportasi yang
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Jaringan
-

Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi

Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda

2. Program Pengembangan Lalu-Lintas


-

Program Pengembangan Angkutan Pribadi

Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor

Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas

Program Pengadaan Perlengkapan Jalan

3. Program Pengembangan Angkutan


-

Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang

Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang

4. Program Pengembangan Sdm Dan Kelembagaan


-

Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM Transportasi Perkotaan

Program Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi Grand Design

Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan

5. Program Pengembangan Lingkungan


-

Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan Berwawasan


Lingkungan

Laporan Akhir

9-1

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.1

PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN

9.1.1 Program Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kegiatan
2011
Pembangunan Jalan Lingkar
- Pembangunan Jalan Lingkar Luar /By Pass
- Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Kota Dumai
Evaluasi Kinerja Jalan
Pelebaran Jalan pada Ruas jalan (V/C>0,85)
- Jalan Sultan Syarif Kasim
- Jalan Sultan hasanuddin
- Jalan Ratu Sima
- Jalan Jenderal Soedirman
Evaluasi Hierarki Jaringan Jalan
Pemenuhan spesifikasi jalan kota berdasarkan fungsi
Peningkatan struktur jalan pada jaringan lintas angkutan barang
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Laporan Akhir

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V

Jangka
Panjang
20212030

V
V
V
V
V

Pelaksana

Kementerian PU
Dinas PU Prop

Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota

Dinas PU Kota

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU
Kementerian PU

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi

9-2

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.1.2 Program Penataan dan Penanganan Masalah Jaringan Transportasi

Kegiatan
2011
Studi Kinerja Ruas Jalan dan persimpangan
Studi Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Perkotaan
Studi Penataan Jaringan Prasarana Transportasi
Penataan Fungsi, dan Hirarki Jalan, Terminal dan Dermaga
Penataan Jaringan / Rute Layanan Angkutan Umum
Studi / Survei Asal dan tujuan (OD) perjalanan setiap 5 tahun

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030
V

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota

V
V
V

Pelaksana

9.1.3 Program Pengembangan Terminal dan Shelter Intermoda

Kegiatan
2011

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Studi Sistem Pengembangan Pemadu Moda Transportasi Kota Dumai


Optimalisasi Terminal Penumpang AKAP Kelakap Tujuh
Optimalisasi Terminal Barang Mayang Mengurai
Pengembangan pemadu moda (udara-darat) di Bandara Pinang
Kampai

Kementerian Perhubungan
V
V
V

Pengembangan pemadu moda (laut-darat) Di Pelabuhan Dumai

Pengembangan pemadu moda (penyeberangan-darat) Di Pelabuhan


RORO

Pengembangan pemadu moda (KA-darat)

Laporan Akhir

Pelaksana

Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Kota,
Kementerian Perhubungan

9-3

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.2

PROGRAM PENGEMBANGAN LALU-LINTAS

9.2.1 Program Pengembangan Angkutan Pribadi

Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Pembangunan Jalur Khusus Angkutan Pribadi
Studi Penataan Sistem Perparkiran
Pembangunan jalur khusus sepeda motor
- Jalan Arteri Sekunder
- Jalan Kolektor Sekunder
Penataan on street parking
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Laporan Akhir

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas PU Kota
Dinas PU Kota
Dinas PU Kota

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

V
V
V
V
V
V

Dinas PU Kota

9-4

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.2.2 Program Pengendalian Angkutan Tak Bermotor

Kegiatan
2011
Studi Penataan Lalu Lintas Kendaraan Tak Bermotor Kota Dumai
Penataan Lalu Lintas Lokal Kendaraan Tak Bermotor pada Jalan
Nasional dan Jalan Provinsi
Jalan Nasional
- Jalan Dumai - Duri perbatasan
- Jalan Pinang Kampai
- Jalan Putri Tujuh
- Jalan Datuk Laksmana
- Jalan Dumai - Simpang Batang
Jalan Provinsi
- Jalan Dumai - Pelintung
- Jalan Pelintung - Selenseng
- Jalan Selenseng - Sepahat
- Jalan Lingkar Dalam Kota
- Jalan Dumai - Basilam Baru
- Jalan Basilam Baru - Batu Teriti

Laporan Akhir

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


V
V
V
V

V
V

V
Dinas Perhub. Kota

V
V

V
V

9-5

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.2.3 Program Implemetasi Fasilitas Pendukung Lalu Lintas

Kegiatan
2011
Pembangunan trotoar pada kawasan-kawasan Perkantoran dan Jasa
Kawasan Perkantoran
Kawasan Jasa

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V

V
V

Pembangunan Lajur Sepeda


Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
Pembangunan Tempat Penyeberangan Pejalan Kaki
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
Pembangunan Halte
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota
Pembangunan Fasilitas Khusus Bagi Penyandang Cacat dan Manula
Jalan Nasional
Jalan Propinsi
Jalan Kota

Laporan Akhir

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhubungan Kota


Dinas Perhubungan Kota

V
V

Kementerian PU
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Kota

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

V
V

Kementerian Perhubungan
Dinas Perhub. Provinsi
Dinas Perhub. Kota

9-6

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.2.4 Program Pengadaan Perlengkapan Jalan

Kegiatan
2011
Studi Kebutuhan Jalan dan Manajemen Lalu lintas
Studi Kebutuhan Perlengkapan Jalan
Pengadaan Perlengkapan Jalan pada Jalan Nasional, Jalan Provinsi
dan Jalan Kota:
- Perlengkapan Rambu Lalu Lintas
- Perlengkapan Marka Jalan
- Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
- Perlengkapan Alat Pengendali Pengaman Pengguna Jalan

Laporan Akhir

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

V
V
V
V

V
V
V
V

V
V
V
V

V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


Kementerian
Perhubungan, Dinas
Perhub. Provinsi,
Dinas Perhubungan
Kota

9-7

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.3

PROGRAM PENGEMBANGAN ANGKUTAN

9.3.1 Program Pengembangan Pelayanan Angkutan Penumpang

Kegiatan
2011
Studi Sistem dan Pelayanan Angkutan Umum Kota Dumai
Penataan trayek angkutan umum (rerouting)
Koridor Utama (I dan II)
- Koridor 1: Kantor Walikota - Pelabuhan
- Koridor 2: Terminal Ro-Ro - Bukit Datuk
- Koridor Cabang (I dan II)
- Feeder 1: Terminal AKAP - Lubuk Gaung
- Feeder 2: Terminal Lepin - Pelintung
Peningkatan kapasitas angkutan umum

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

- Pengoperasian Bus Kecil pada Trayek Ranting dan Cabang

Dinas Perhub. Kota/Mitra


Swasta

- Pengoperasian Bus Sedang pada trayek utama

Kementerian Perhubungan/
Mitra Swasta

- Pengoperasian Bus Besar pada Trayek Utama


- Peningkatan Kenyamanan Angkutan Umum pada Koridor Utama
dan Koridor Cabang (Non AC AC)

Laporan Akhir

V
V

Dinas Perhub. Kota/


Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota/
Mitra Swasta

9-8

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.3.2 Program Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang

Kegiatan
2011
Studi Pengembangan Jaringan dan informasi Angkutan Barang
Studi Kelayakan Pengembangan Akses Angkutan Barang
Penataan Jaringan Lintas Angkutan Barang
Pembangunan Sub Terminal Angkutan Barang (berdasarkan FS
Angkutan Barang)
Pengembangan Sistem informasi angkutan barang

Laporan Akhir

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub.
Kota/Mitra Swasta
Dinas Perhub. Kota

9-9

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.4

PROGRAM PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN

9.4.1 Program Peningkatan Kapasitas dan Kualitas SDM Transportasi Perkotaan

Kegiatan
2011
Pendidikan Penyuluhan Mekanik & Pengemudi Angkutan Penumpang
dan Barang

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Pelatihan dan sertifikasi Pengelola parkir

Dinas Perhub. Kota,


Organda
Dinas Perhub. Kota,
Organda
Dinas Perhub. Kota,
Polri, Lembaga
Swasta
Dinas Perhub. Kota,
Polri, Lembaga
Swasta
Dinas Perhub. Kota

Pelatihan dan sertifikasi Juru parkir

Dinas Perhub. Kota

Pelatihan Organisasi dan Manajemen Angkutan Umum

Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Instansi / Lembaga Pengelola


Transportasi Perkotaan

Penyelenggaraan Pendidikan SDM Pengelola/petugas Sektor


Perhubungan

V
V

9.4.2 Penyusunan dan Perlengkapan Perangkat Regulasi Grand Design

Kegiatan
2011
Penyusunan dan Penerbitan Perda Grand Design
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan dan Tata Cara
Operasional Angkutan Umum Penumpang dan Barang

Laporan Akhir

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V

Jangka
Panjang
20212030

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

9-10

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.4.3 Program Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Pendanaan

Kegiatan
2011
Penyusunan statistik perhubungan
Pemetaan jaringan transportasi dan fasilitas pendukung iya berbasis
GIS
Pengadaan Sistem Peralatan Database dan Informasi Dinas
Perhubungan
Pengadaan Sistem Informasi Transportasi Perkotaan
Studi dan perencanaan Sistim Informasi Fasilitas Lalu lintas dan
angkutan jalan berbasis GIS dan pembuatan rancangan Perda
Fasilitas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pengadaan dan penerapan Sistim Informasi Fasilitas LLAJ berbasis
GIS
Sistim Informasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem Informasi Perizinan LLAJ
Pengelolaan Perparkiran dan Transit Angkutan Barang
Studi dan perencanaan Kartu Pintar Parkir (Smart Card Parking)
Pengadaan dan penerapan Kartu Pintar Parkir
Kajian Retribusi Angkutan Penumpang dan Barang
Studi Pengembangan Sistem Informasi Intermoda

Laporan Akhir

V
V

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020
V
V
V
V
V
V

Jangka
Panjang
20212030
V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

V
V

Pelaksana

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V

V
V

V
V

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota
Dinas Perhub. Kota

9-11

Penyusunan Grand Design Transportasi Kota Dumai

9.5

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

9.5.1 Program Pengembangan Tatanan Transportasi Perkotaan Berwawasan Lingkungan

Kegiatan
2011
Membuat master plan pengembangan teknologi transportasi ramah
lingkungan.

Waktu Pelaksanaan
Jangka
Jangka Pendek
Menengah
20162012 2013 2014 2015
2020

Penyusunan aturan, standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur


di bidang penyelenggaraan transportasi perkotaan berwawasan
lingkungan

Dinas Perhub. Kota

Penerapan teknologi pemantau kualitas udara


Penerapan uji emisi dan kebisingan

Laporan Akhir

Dinas Perhub. Kota,


Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perhub. Kota,
Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Perhub. Kota,
Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Perhub. Kota

V
V
V

Pelaksana

Dinas Perhub. Kota

Pengembangan Penggunaan Energi BBG

Penerapan Budaya Efisiensi Energi (car free day, kendaraan tidak


bermotor, city walk)
Pengembangan Penggunaan Energi Bio Cell
Studi Transportasi Tata Guna Lahan (Bersifat tentatif tergantung
berubahan tata guna lahan)
Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan transportasi perkotaan
berwawasan lingkungan.

Jangka
Panjang
20212030

Dinas Perhub. Kota

Dinas Perhub. Kota


Dinas Perhub. Kota

9-12

Anda mungkin juga menyukai