1102016173
Sistem kardiovaskular
Tali pusat terdiri dari satu vena dan 2 arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang
menyalurkan darah kea rah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai berikut. Setalah melewati
dinding abdomen, pembuluh vena umbilical mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi
2, yaitu sinus porta ke kanan- memasok darah ke hati- dan ductus venosus yang berdiameter
lebih besar, akan bergabung dengan vena cava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang
masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen seperti arteri meski bercampur sedikit
dengan darah dari vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada septum , masuk ke
atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiriakan menuju aorta dan seluruh tubuh. Darah
yang berisi banyak oksigen itu terutama akan memperdarahi organ vital jantung dan otak.
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena cava memungkinkan sebagian besar darah
bersih dariduktus venosus langsung akan mengalir kearah foramen ovale. Sebaliknya, sebgaian
kecilakan mengalir ke ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir kearah paru. Karena paru belum berkembang,
sebagain besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan ke aorta
melalui suatu pembuluh ductus arteriosus. Darah itu akan bergabung di aorta desending,
bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilical, ductus venosus, dan ductus arteriosus
akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan
paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar oksigen pada sirkulasi paru dan
vena pulmonalis, ductus arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada minggu ke-2.
Pada situasi diamana kadar oksigen kurang yaitu pada gagal nafas, ductus akan relative
membuka.
Sistem respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada 34 minggu secara
regular gerakan nafas adalah 40-60/menit dan diantara jeda adalah periode apnea. Cairan
ketuban akan masuk sampai bronkioli, sementara didalam alveolus terdapat cairan alveoli.
Gerakna napas janin dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan penigkatan kadar glukosa.
Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi napas. Pada aterm normal, gerak
nafas akan berkurang dan dapat apnea selama 2jam. Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang
mengandung sel tipe I dan II. Sel tipe II membuat skresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting
untuk fungsi pengembangan nafas. Surfaktan yang utam ialah sfinngomielin dan lesitin serta
fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol akan memuncak pada 32
minggu,sekalipun sudah dihasilkan sejak 24 minggu.
Sistem saraf
Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan berlanjut sampai usia bayi
1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia 10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi kaki
sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat pada 4 bulan. Janin sudah dapat menelan
pad 10 minggu sedangkan gerak respirasi pada 14-16 minggu.
Sistem ginjal
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan kopuskel ginjal di zona jukstaglomerularis yang
berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna pada minggu ke-36. Pada janin hanya 2% dari
curah jantung mengalir ke ginjal, mengingat sebagian besar sisa metabolism dialirkan ke
plasenta. Sementara itu, tubuli juga mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi penuh. Urin
janin menyumbang cukup banyak pada volume cairan amnion.bila terdapat kondisi
oligohiromion itu merupakan pertanda penuruna fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi.
Sistem gastrointestinal
Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilasi baru nyata pada periode neonatal.
Janin meminum air ketuban dan akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan
amnion yang ditelan akan menghasilkan meconium didalam usus. Meconium ini akan tetap
tersimpan sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stress, akan tampak cairan amnion
bercampur meconium.
Pembentukan kelamin
Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Apabila terdapat kromosom Y , akan terbentuk
testis. Selbenih primordial yang berasal dari yolk sac bermigrasi ke lekukan bakal gonad.
Perkembangan testis diatur oleh gen testis determinating factor(TDF) atau disebut sex
determining region(SRY). Sel sertoli pada testis mengeluarkan zat mullerian inhibiting
substance yang berfungsi represi ductus muller. Testosterone diproduksi oleh testis akibat
rangsangan HCG dan LH. Sebaliknya ,apabila tidak terdapat testis , akan terbentuk gonad dan
fenotip perempuan. Pada kondisi janin perempuan, akibat terpapar androgen berlebihan, akan
timbul genital ambiguitas; misalnya pada hyperplasia adrenal, luteoma,arenoblastoma atau ibu
memakai steroid.