Anda di halaman 1dari 20

1.

MM anatomi mata
1.1 Makroskopis

Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas
orbita, dimana organ ini dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-
otot okular serta tulang (os sphenoidale, zygomaticum, frontale,
ethmoidale, lacrimale, dan maxilla). Selain itu, ada pula struktur
aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti otot-otot, fascia, alis,
kelopak mata, konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter transversal dan
antero-posterior daripada diameter vertikal. Pada wanita, ketiga diameter
tersebut lebih kecil daripada laki-laki. Diameter antero-posterior pada bayi
baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas berkisar 20-21 mm. Bola
mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan dari jaringan
tersebut oleh kantung membranosa tipis, fascia bulbi.

Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah:
(1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di
bagian depan;
(2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di
bagian depan terdapat badan siliaris dan iris
(3) tunika nervosa, retina.
Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke
Tunika fibrosa ( tunica fibrosa oculi ) anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris.
Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada
berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular,
seperenam bagian anterior dan transparan. berada di aqueous humor antara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah
Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan
merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian anterior
mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan
di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior
menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh
dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior
langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di
junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction belakang bagian perifer iris, dan di depan ligament suspensori lensa dan
terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada prosesus siliaris.
potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft),
dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya Tunika nervosa ( Tunica interna)
dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular. Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek
Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur eksternal ditangkap.
pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya
meninges serebral menuju pleksus vena sklera. Kornea merupakan bagian dengan membran hialoid
proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina
permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris,
anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina
berbeda pada setiap individu. berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di
belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina dan pars
Tunika vaskular ( tunica vasculosa oculi ) iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik
Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval
badan siliaris serta iris di kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea
bagian depan. sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat
Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk
memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid nervus optikus (opticdisk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah
dengan lingkaran iris. Iris adalah diafrgama sirkular di belakang kornea, discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap
dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil. cahaya, dan dinamakan blind spot.
Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua
atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini Media Refraksi
lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan. Media refraksi: kornea, aqueous humor, crystalline lens, vitreous
Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina body.
serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan
iris. Aqueous humor ( humor aqueus )
Aqueous humor mengisi ruang anterior dan posterior bola mata. Apparatus lakrimal terdiri dari (a) kelenjar lakrimal, yang
Kuantitas aqueous humor sedikit, memiliki reaksi alkalin, dan sebagian mensekresikan air mata, dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan
besar terdiri dari air, kurang dariseperlimanya berupa zat padat, utamanya cairan ke permukaan mata; (b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal,
klorida sodium. dan duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.
Lacrimal gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa
Vitreous body ( corpus vitreum ) lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os frontal. Berbentuk oval,
Vitreous body membentuk sekitar empat perlima bola mata. Zat kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua
seperti agar-agar ini mengisi ruangan yang dibentuk oleh retina. bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars
Transparan, konsistensinya seperti jeli tipis, dan tersusun atas cairan palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek
albuminus terselubungi oleh membrane transparan tipis, membran menyamping di bawah konjungtiva.
hyaloid. Membran hyaloid membungkus badan vitreous. Porsi di bagian Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang
depan ora serrata tebal karena adanya serat radial dan dinamakn zonula sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales,
siliaris (zonule of Zinn). Disini tampak beberapa jaringan yang tersusun terlihat pada tepi ekstremitas lateral lacrimalis. Duktus superior, yang lebih
radial, yaitu prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula siliaris kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok
terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa hyaloid; dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah
lainnya dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal, dan terdapat pada menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan
badan siliaris untuk menempel pada kapsul lensa. Ligamen ini kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus
mempertahankan lensa pada posisinya, dan akan relaksasi jika ada mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat
kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa akan menjadi lebih otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
konveks. Tidak ada pembuluh darah pada badan vitreous, maka nutrisi Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung bagian atas yang
harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan prosesus siliaris. dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove)
dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila.
Crystalline lens ( lens crystallina ) Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm;
Lensa terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous, dan bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi
dilingkari oleh prosesus siliaris yang mana overlap pada bagian tepinya. duktus nasolakrimal. Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis;
Kapsul lensa (capsula lentis) merupakan membran transparan yang nasal duct) adalah kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang
melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di belakang. memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior
Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup
belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan vitreous; yang tidak sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan
dan di bagian depan berhadapan dengan iris. Lensa merupakan struktur
transparan bikonveks. Kecembungannya di bagian anterior lebih kecil
daripada bagian posteriornya.
Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia, alis, kelopak
mata, konjungtiva, dan
aparatus lakrimal.

Lacrimal apparatus ( apparatus lacrimalis )


membran mukosa. Duktus merupakan bagian bening yang menutupi iris. Pertemuan antara sklera dan kornea
nasolakrimal terdapat pada kanal disebut limbus.
osseous, yang terbentuk dari
maksila, tulang lakrimal, dan Kornea
konka nasal inferior.
Otot-otot ekstraokular Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung
1. Rectus medialis. pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea bersifat avaskular
2. Rectus superior. sehingga nutrisi didapat dari difusi dari pembuluh darah perifer di limbus, dan
3. Rectus lateralis. melalui humor akweus. Kornea terdiri dari 5 lapisan:
4. Rectus inferior.
5. Obliquus superior. 1. Epitel kornea
6. Obliquus inferior. - Disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk.
- Merupakan lapisan kornea terluar.
- Terdiri dari 7 lapis sel.
- Mengandung banyak ujung serat saraf bebas.
- Lapisan basal terdapat sel silindris, terletak diatas m.basalis, sering
memperlihatkan mitosis.
2. Membran Bowman
- Terletak dibawah m. basalis
1.2 Mikroskopis
- Disusun serat kolagen tipe-1.
Lapisan Histologis Dinding 3. Stroma Kornea
Bola Mata - Lapisan kornea tertebal.
Secara histologis, dinding bola - Tersusun dari serat kolagen tipe-1, berjalan pararel membentuk lamel
mata disusun oleh 3 lapisan: kolagen.
 Tunika fibrosa yang - Terdapat sel fibroblas diantara serat kolagen disebut keratocyte yang
terdiri atas sklera dan memproduksi kolagen dan substansia dasar glycosaminoglycans juga
kornea. terdapat lymphocyte dan macrophage
 Tunika vaskularis yang 4. Membran Descemet
terdiri atas khoroid, - Membran dasar tersusun dari serat kolagen
badan siliaris, dan iris. - Merupakan membrana basalis endhotel kornea
5. Endotel Kornea
 Tunika neuralis yang
terdiri atas retina - Disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid.
- Sel-sel saling dihubungkan dengan zonula occludens
Tunika Fibrosa - Mensekresikan protein & mensintesis beberapa komponen Membran
Descement
Lapisan ini membentuk kapsul yang berfungsi menyokong bola mata, tersusun atas - Memiliki pompa natrium yang berperan penting untuk menjaga tekanan
sklera dan kornea. Sklera terletak di sebelah belakang bola mata, merupakan bagian dalam stroma kornea.
yang berwarna putih sementara kornea terletak di sebelah depan bola mata,
Kelebihan cairan dalam stroma dapat diserap oleh endotel dengan cara  Conjunctiva bulbi
mengeluarkan ion natrium ke dalam kamera okuli anterior sehingga air akan ikut  Capsula Tenon : Menyelip antara conjunctiva & episclera serta terdapat jar.
keluar bersama ion natrium. Stroma kornea harus dipertahankan dalam keadaan Penyambung padat kolagen
sedikit dehidrasi untuk menjaga kualitas refraksi kornea. Kornea menjadi buram  Episclera : terdapat jar. fibroelastic
bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.
 Strome limbus : Peralihan subs. propria cornea & sclera
Persarafan Kornea : berupa ujung-ujung saraf sensoris yang dipercabangkan  Canal Schlemm
terutama dari N.Ciliaris Longus  Jaringan Trabecula : Permukaan dilapisi oleh lanjutan epithel COA, Ruang
Nutrisi Kornea : intertrabecula disusupi oleh humor, aqueus yang tersaring sebelum masuk canal
 Cornea avaskular Schlemm
 Difusi dari jaringan capilar di dalam limbus di sekeliling kornea
 Difusi dari humor aqueous di COA
 Oxygen diperoleh dari udara luar dan humor aqueous Tunika Vaskulosa
Sklera Koroid
Sklera merupakan Jaringan penyambung putih, opaque, meliputi 5/6 posterior bola Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel
mata, tertanam dalam orbita melalui jaringan penyambung padat (capsula tenon). berpigmen sehingga tampak berwarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
Sklera merupakan jaringan ikat yang disusun oleh serat kolagen tipe 1 serta elastin. penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel sel
Susunan ini membentuk struktur dinding bola mata yang kokoh, disokong oleh fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid memiliki 4 lapisan:
tekanan intraokular yang berasal dari humor akuaeous dan humor vitreus. Bagian
belakang sklera yang ditembus oleh serat saraf optik dinamakan lamina kribrosa. 1. Epikhoroid (Lamina Suprachoroidea)
Di sklera dapat ditemukan pembuluh darah, terutama di limbus. - Lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan elastin yang
ramping membentuk anyaman.
- Mengandung fibroblast dan melanosit yang gepeng dengan tonjolan-
tonjolan yang saling menyelip.
Limbus - Mengandung anyaman anastomosa arteriol-venula
 Merupakan daerah peralihan antara kornea dengan sklera. 2. Substansia Propria / stroma
- Ruangan diantara pembuluh diisi jaringan penyambung jarang yang
 Pada batas belakang terdapat penonjolan disebut : spur sklera
mengandung serat-serat kolagen dan elastis yang tipis. Jaringan ini
 Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Tersusun mengandung banyak sel-sel terutama 2/3 luar.
atas jaringan ikat fibrosa. - Terdapat sejumlah melanosit terutama dekat suprachoroid dan juga
 Terdapat Kanal Schlemm yang merupakan pembuluh berbentuk cincin yang banyak fibroblast & macrophage yang mengandung melanin, lymphocyte
melingkari mata dan bermuara pleksus vena sklera. tersebar, sel mast dan sel plasma.
 Pada korpus siliaris terdapat muskulis siliaris, otot polos untuk mengatur 3. Lapisan koriokapiler
akomodasi mata. - Tersusun dari pleksus kapiler, jaringan ikat kolagen dan elastin, fibroblas
dan melanosit
Dari luar ke dalam pada limbus terdapat struktur : - Berfungsi menyuplai nutrisi untuk bagian luar retina
- Celah-celah diantara kapiler diisi jaringan penyambung yang mengandung - Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa
serat-serat kolagen dan elastis halus yang kearah retina serat-serat elastis - Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk sebuah
memadat membentuk lapisan luar membrana bruch diafragma di depan lensa.
4. Lamina basalis (Membrana Bruch) - Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior, dengan pupil di
- Mengandung komponen elastic dan membrana basalis yang dibentuk oleh tengahnya.
choroid dan retina - Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki banyak
- Bersifat semipermeable yang dapat dilalui oleh metabolit untuk pembuluh darah.
photoreceptor - Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak beraturan
dengan lapisan pigmen yang tidak lengkap.
Korpus siliaris - Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen yang
- Merupakan perluasan khoroid ke arah akan mencegah cahaya melintas lewat iris.
depan. - Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.
- Disusun oleh jaringan ikat yang - Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi warna mata.
menganding elastin, pembuluh darah, - Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam, sebaliknya jika
dan melanosit. sedikit, mata akan tampak biru.
- Badan siliaris membentuk tonjolan- - Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor pupil.
tonjolan pendek  prosessus siliaris.
- Dari prosessus siliaris muncul benang Lensa Mata
fibrillin yang akan berinsersi pada
kapsula lensa, disebut sebagai zonula Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa. Kapsul
zinii. lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat kolagen tipe IV dan glikoprotein.
- Zonula zinii berfungsi sebagai Kapsul lensa bersifat elastis, jernih, dan padat. Epitel subkapsul hanya terdapat di
penggantung lensa permukaan anterior lensa yang terdiri atas epitel selapis kuboid. Serat-serat lensa
- Dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid. merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya, kemudian diisi oleh
- Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil aqueous humor.
protein lensa bernama crystallin. Cystalli akan meningkatkan index pembiasan
- Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior
lensa.
melewati celah pupil, lalu masuk ke dalam kanal Schlemm di limbus dan
bermuara di sistem vena. Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous
- Korpus siliaris mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai mukulus humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun transparan.
siliaris.
- Satu berkas otot berfunsi membuka kanal Schlemm untuk aliran humor
akweus.
- 2 berkas lainnya untuk akomodasi mata.

Iris
Korpus Vitreus - Di daerah fovea ini pula sel lapisan dalam retina lebih dangkal, sehingga
cahaya dapat mencapai sel kerucut dan batang lebih mudah.
Merupakan agar jernih yang Retina terdiri atas 10 lapisan dari luar ke dalam:
mengisi urang antara lensa dan
retina. Korpus vitreus disusun  Epitel berpigmen --> lapisan sel poligonal yang kaya akan butir melanin,
99% oleh air dan mengnadung berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, memberi nutrisi sel
elektrolit, serta serat kolagen dan fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A, dan tempat pembentukan
asam hialuronat. Di dalm korpus rhodopsin.
vitreus terdapat sisa suatu saluran  Lapisan batang dan kerucut --> terdiri atas sel-sel fotoreseptor yang
yang dikenal sebagai kanal merupakan modifikasi sel saraf. Sel batang mengandung pigmen rhodopsin
yang sangat peka terhadap cahaya sehingga dapat teraktivasi dalam keadaan
hialoidea, yang semula
cahaya redup, namun jika cahaya terang, sel ini tidak dapat menghasilkan
mengandung arteri hialodea pada sinyal. Sel kerucut mempunyai pigmen iodopsin yang sensitif terhadap warna
masa janin. merah, biru, dan hijau. Sel ini akan teraktivasi dengan cahaya terang.
Tunika Neuralis  Membran limitas luar --> rangkaian kompleks tautan antara sel batang dan sel
kerucut.
Retina merupakan lapisan  Lapisan inti luar --> lapisan yang terdiri atas inti sel batang dan kerucut
terdalam bola mata, mengandung  Lapisan plesiform luar --> terdiri atas akson sel batang dan kerucut serta
sel fotoreseptor batang dan dendrit sel bipolar
kerucut.  Lapisan inti dalam -->dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, serta sel Muller (gliosit retina)
- Di retina terdapat lempeng  Lapisan pleksiform dalam --> terbentuk akibat sinaps antara sel- sel di lapisan
optik yang merupakan inti dalam
tempat keluarnya nervus  Lapisan sel ganglion --> terdiri atas sel ganglion yang menyerupai neuron otak
optikus. dengan akson panjang menuju nervus optikus
- Serat-serat saraf di daerah ini bertumpuk membentuk tonjolan yang disebut  Lapisan serat saraf --> dibentuk oleh akson sel ganglion
papila nervus optikus atau bintik buta.  Membran limitans dalam --> membran basalis sel Muller yang memisahkan
- Daerah ini tidak mengandung sel fotoreseptor sehingga tidak peka terhadap retina dari korpus vaskulosa
cahaya.
- Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis.
- Arteri ini merupakan satu-satunya arteri yang mensuplai darah ke retina. Organ-organ Tambahan
- Di lateral bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal sebagai
bintik kuning atau makula lutea. Konjungtiva
- Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis dan merupakan
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam
daearah penglihatan yang paling peka.
kelopak mata dan meutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata.
- Sel penglihatan pada lantai fovea terdiri atas sel kerucut yang tersusun rapat
dan berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sel-sel di bagian perifer Konjungtiva tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel goblet. Sekret sel
retina. goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung
epitel bagian depan mata.
Kelenjar lakrimal jauh. Semua otot tersebut masing masing dipersarafi oleh parasimpatis dan
simpatis.
Kelenjar lakrimal adalah kelenjar tubuloasinar serosa dengan mioepitel. Lobus Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina
kelenjar air mata akan mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran menuju bagian yg terdapat sel sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut.
lateral forniks superior konjungtiva. Air mata bergerak menuju medial mata dan Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka
kelebihannya akan memasuki puncta lacrimal, kemudian kanalikuli lakrimal terhadap gelap, kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel kerucut
menuju sakus lakrimal. Dari sakus lakrimal, air mata akan masuk ke dalam duktus peka terhadap sinar dan warna , ketajaman penglihatan tinggi, digunakan
nasolakrimal kemudian dikeluarkan ke meatus inferior di dasar rongga hidung. pada saat siang hari.
Terjadi beberapa proses pada saat otak mengekspresikan gelap
Kelopak mata atau terang yaitu
Kelopak mata terdiri atas jaringan ikat dan otot rangka di bagian tengah yang gelap
diliputi kulit dan membran mukosa.

Kulit terletak di bagian depan, merupakan kulit tipis dengan berbagai adnexa serta konsentrasi GMP-siklik tinggi
kelenjarnya.

Di bawah kulit terdapat lapisan otot rangka orbicularis oculi. Kemudian di bagian
tengah kelopak mata terdapat suatu jaringan ikat yang disebut tarsus. Di dalam kosentrasi Na tinggi
tarsus terdapat kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom.

depolarisasi membrane
2. MM fisiologis penglihatan
2.1 mekanisme penglihatan
Cahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil disesuakan
dengan kontraksi dari iris yaitu m.konstriktor pupilae yg menyebabkan
pengeluaran zat inhibitor
pupil mengecil dan dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m.dilator
pupilae yg menyebabkan pupil membesar dan dipersarafi oleh simpatis.
Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari kornea dan neuron bipolar dihambat
lensa, bentuk kornea itu sendiri berbentuk konveks (cembung) berfungsi
agar cahaya dapat di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea
cahaya lalu diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga
tidak adanya eksitasi ke korteks penglihatan di otak
cahaya dapat jatuh pada titik focus di retina. Lensa sendiri diatur oleh
m.ciliaris yg disambungkan oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi
maka pupil maka zonula zinii melemas sehingga membuat lensa semakin
cembung dan berfungsi untuk melihat dari jarak dekat (akomodasi). tidak ada ekspresi melihat
Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula zinii akan menarik lensa
sehingga lensa menjadi semakin pipih dan berfungsi untuk melihat jarak
belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua
cahaya/terang saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma
optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi
yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi
fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan
meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap
traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina
kosentrasi Na tinggi dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian, persilangan parsial
ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi
dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus
penurunan GMP-siklik menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai
separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama
di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus
penutupan canal Na genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum,
serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps
di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus
ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17).
menutupnya canal Ca

pengeluaran zat inhibitorik dihambat

terjadi eksitasi neuron bipolar

perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak

adanya ekspresi melihat

Jaras penglihatan
Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh
kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari
separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata.
Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua
obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya
jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi
organ dan menjalani terapi imunosupresif (Therese, 2002).

3.2 Etiologi

Sama halnya dengan kornea, konjungtiva terpajan dengan lingkungan luar seperti
mikroorganisme dan faktor stress.1 Permukaan konjungtiva tidak steril karena
dihuni oleh flora normal.Untuk itu, terdapat mekanisme defensi alamiah seperti
komponen aqueous yang melarutkan agen infeksius, mukus yang menangkap
debris, kedipan mata, perfusi yang baik, dan aliran air mata yang membilas
konjungtiva. Air mata sendiri mengandung antibodi dan antibakterial yaitu
immunoglobulin (IgA dan IgG), lisozim, dan interferon. 1,3 Inflamasi dapat terjadi
dengan kontak langsung dengan patogen melalui tangan yang terkontaminasi,
handuk, atau kolam renang. Secara garis besar, penyebab konjungtivitis adalah
endogen (non-infeksius) atau eksogen (infeksius).
Infeksius

 Bakterial
 Klamidia
 Viral
 Riketsia
 Parasitik

Non-infeksius

 Alergi
 Autoimun
3. MM konjungtivitis  Toksik (kimia atau iritan)
3.1 Definisi  Penyakit sistemik seperti sindrom Steven-Johnson
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini Iritasi persisten akibat produksi air mata yang kurang.
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor 3.3 Klasifikasi
lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini a. Konjungtivitis akut bakterial :
bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai Adalah bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphylococ,
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009). pneumococ, gonococ, haemifillus aegypti, pseudomonas, dan basil morax axenfeld.
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada 1. Konjungtivitis blenore
mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-
Merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Dengan Konjungtivitis disertai dengan demam dan sakit pada tenggorokan.
penyebabnya gonococ atau suatu chlamydia. Dengan masa inkubasi Penularan biasanya terjadi di kolam renang. Gejala yang ditemukan
3-6 hari. berupa rasa sakit di mata seperti adanya benda asing, terdapatnya
2. Konjungtivitis gonore folikel pada konjungtiva disertai keratitis sub epitel yang ringan.
Penyakit ini pada orang dewasa disebabkan oleh auto infeksi pada 3. Keratokonjungtivitis herpetik
penderita uretriris atau servisitis gonore. Pada orang dewasa terdapat Kelainan ini biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun
3 stadium : yang disebabkan oleh herpes simplek tipe 1.
1) Infiltratif 4. Konjungtivitis new castle
2) Purulen Merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak
3) Penyembuhan unggas disebabkan oleh virus new castle. Masa inkubasi 1-2hari
3. Konjungtivitis difteri mulai dengan perasaan benda asing, silau, dan berair pada mata.
Radang konjungtiva ini disebabkan bakteri difteri yang memberikan Kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemik dan
gambaran yang khas berupa terbentuknya membran pada terdapat folikel, kadang-kadang disertai perdarahan kecil.
konjungtiva tarsal. Pengobatan konjungtivitis difteri adalah dengan 5. Konjungtivitis hemoragik akut
memberi penisillin disertai dengan antitoksin difteri. Kelainan ini merupakan konjungtivitis folikular akut dengan gejala
4. Konjungtivitis folikular khusus karena terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh
Kelainan ini merupakan konjungtivitis yang disertai dengan enterovirus 70. Masa inkubasi 1-2 hari. Penyakit ini sangat menular
pembentukan folikel pada konjungtiva. Konjungtivitis folikular dan penularan melalui secret ke orang lain.
merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak-anak, c. Konjungtivitis jamur
tetapi tidak ditemukan pada bayi. Infeksi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi
Konjungtivitis folikular dapat terjadi akibat infeksi bakteri, virus, jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala.
dan rangsangan bahan kimia. Penyakit ini dapat berjalan akut d. Konjungtivitis alergik :
maupun kronis. Reaksi alergi dan hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan
5. Konjungtivitis kataral keluhan pada pasien berupa mata gatal, panas dan mata merah.
Merupakan penyakit dengan gejala utama berupa banyaknya secret 1. Konjungtivitis vernal
berlendir pada mukosa konjungtiva. Pengobatannya adalah dengan Merupakan konjungtivitis kronik, rekulerateral, bilateral, atopi yang
memberikan antibiotik dan membersihkan secret mata. memberikan secret mucus dapat mengandung eosinofil dan
merupakan reaksi hipersnsitifitas tipe 1. Biasanya diderita pada
b. Konjungtivitis akut viral pasien usia dewasa muda, yang lebih sering mengenai laki-laki
Konjungtivitis akibat virus sering ditemukan dan biasanya disebabkan terutama di musim panas.
adrenovirus atau suatu infeksi herpes simplek. 2. Konjungtivitis flikten
1. Keratokonjungtivitis epidemik Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi.
Merupakan radang yang berjalan akut disebabkan oleh adrenovirus. Pengobatan yang diberikan kortikosteroid lokal dan mengatasi
Penularan biasanya terjadi melalui kolam renang selain akibat sumber infeksi.
wabah. Masa inkubasi 5-10hari. Pengobatan yang biasanya e. Konjungtivitis kronis
diberikan adalah obat sulfa topikal dan dapat diberikan bersama f. Trakoma merupakan konjungtivitis folikuler kronis yang disebabkan oleh
dengan steroid. clamydia trachomatis. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak walaupun
2. Demam faringokonjungtiva dapat mengenai semua umur. Cara penularan trakoma adalah melalui kontak
langsung dengan secret penderita atau melalui handuk, saputangan, atau alat- Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi,
alat kebutuhan sehari-hari. Masa inkubasi kuman 5-14 hari. palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih
terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur darah keluar terus-
3.4 Epidemiologi menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning
kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret
diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus
ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang pemeriksa.
sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et
al, 2005). 3. Stadium Konvalesen (penyembuhan). hipertrofi papil
Pada anak, sering terjadi keratokonjungtivitis vernal, sedangkan Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra
keratokonjungtivitis atopik dan alergika sering terjadi pada dewasa muda. sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada
Sekitar 1-3% pengguna kontak lensa terkena konjungtivitis papiler raksasa konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret
dan 10% neonatus mengalami konjungtivitis dengan berbagai penyebab. jauh berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada
Konjungtivitis infeksius mengenai perempuan dan laki-laki dengan pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu
insidens yang sama. Namun, konjungtivitis sicca lebih sering terjadi pada yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini
perempuan. Sebaliknya, keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri. Pada neonatus,
akibat kimia dan mekanik lebih sering terjadi pada pria. penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan
sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene. konjungtiva kemotik.
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
3.5 Patofisiologi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat
menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah
stadium : disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan
1. Stadium Infiltratif. sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.
Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan
disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan
lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air
ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi
menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki- ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang
laki didahului pada mata kanannya. pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan
menjadi kabur dan rasa pusing
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
3.6 manifestasi klinis
Gejala Konjungtivitis Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris
1. Rasa adanya benda asing
Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan Kausa Iritasi, Konjungtivitis Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma Akut
hipertrofi papil. Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan
terjadinya kerusakan pada kornea. Lokasi Forniks ke limbus makin kecil Limbus ke forniks makin kecil
Warna Merah terang Merah padam
2. Rasa sakit yang temporer
Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa Pembuluh Bergerak dengan dengan
sakit yang datang pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi darah konjungtiva Tidak bergerak
bakteri tertentu, misalnya;
 Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa Adrenalin Menghilang Menetap
sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)
infeksi stafilokokus.
 Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan Intensitas
keratokonjungtiva sisca (mata kering). Nyeri Sedikit Nyeri

3. Gatal

Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.


Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling
nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri
4. Fotofobia konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang
mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu
Tanda Konjungtivitis mengesankan konjungtivitis alergi.

1. Hiperemi Lakrimasi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial,
tanda ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal.
yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial
Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis
sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
sicca.
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior. 2. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-
lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti
pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling
melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan
Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu; agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
 Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
 Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi 1. Sign & Simptom
 Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores
3. Pseudoptosis atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler
muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris
konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika. 4
mengesankan terkenanya kornea.
4. Khemosis (Edema Konjungtiva) Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,
Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel
Khemosis merupakan tanda yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma,
gonococcal atau meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.
dan adenopati pre-aurikuler
5. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena Gejala Subjektif
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut Konjungtivitis biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata
halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut
membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat
jeruji payung.4 berupa rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut
dan konjungtivitis bekterial akut.
6. Pembentukan Folikel b. Gejala Objektif
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning
adenoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran
Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta pembuluh darah konjungtiva (hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua
toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan, vasa fecil mata.
bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.

7. Pseudomembran dan Membran 2. Pemeriksaan


Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel
konjungtiva yang bila lepas, epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan
adalah koagulum yang meluas mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup
berdarah. elemen berikut ini:
 Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
8. Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular.  Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
Dengan demikian setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah  Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna,
pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.
malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
3.7 dx dan dd
 Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis,  Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, sekret  Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap: 3. Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa
 Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau dan pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes
vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi diagnostik membantu.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
 Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-
 Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
 Konjungtiva tarsal dan forniks pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan
klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema
1. Adanya papila, folikel dan ukurannya konjungtiva.
2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan 1. Kultur
simblepharon Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai
merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat
3. Membran dan psudomembran membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup
4. Ulserasi usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.
5. Perdarahan 2. Kultur virus
6. Benda asing Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes
7. Massa imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan
antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai
8. Kelemahan palpebra sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes
 Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk
spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus.
papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.
 Kornea
1. Defek epitelial 3. Tes diagnostik klamidial
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus
2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang
3. Filamen berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens
langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas
4. Ulserasi
digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya
5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes
6. Vaskularisasi sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan
performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA.
7. Keratik presipitat
4. Smear/sitologi Virus Bakteri Alergi Toksik
Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) Gatal - - ++ -
direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, Mata merah + ++ + +
konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis Hemoragi + + - -
gonoccocal pada semua grup usia.
Sekret Serous Purulen, Viscus -
5. Biopsi mucous kuning,
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak krusta
berespon pada terapi. Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung Kemosis ± ++ ++ ±
keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga Lakrimasi ++ + + ±
menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan Folikel + - + ±
imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti Papil - + + -
OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus Pseudomembran ± ± - -
dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang
Pembesaran ++ + - -
berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai
kelenjar limfe
sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi
palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, Panus - - - ±
konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan Bersamaan ± ± ±
penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat. dengan keratitis -
Demam ± ± -
-
Sitologi Granulosit Limposit, Eosinofil Sel epitel,
monosit granulosit
6. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak
mengetahui menderita penyakit tiroid.

Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat Glaukoma


pasien. Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat Keratitis Uveitis Anterior Kongestif
Konjungtivitis
mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai Akut
luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus
dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan Menurun
penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.3 Tergantung letak perlahan, Menurun
Visus Normal
infiltrat tergantung mendadak
4. Diagnosis Banding letak radang

Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi


Epifora, memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan
- + + - baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus
fotofobia
dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
Sekret Banyak - - - konjungtivitis antar pasien.

Palpebra Normal Normal normal Edema B. Farmakologi


Edema, suram  Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
Gumpalan sel mikrobiologinya.
Kornea Jernih Bercak infiltrat (tidak bening),
radang  Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.
halo (+)

Sel radang 1. Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakteri


COA Cukup cukup dangkal
(+)
Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan
Sel radang mikrobiologik dengan antibiotic tunggal seperti
(+), flare (+),
H. Aquous Normal normal Kental
tyndal efek  Kloramfenikol
(+)  Gentamisin
 Tobramisin
Kadang Kripta
 Eritromisin
Iris Normal normal edema menghilang
 Sulfa
(bombans) karena edema

Mid midriasis Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 – 5 hari maka
Pupil Normal normal miosis pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada
(d:5mm)
konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan
langsung (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila
ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak ditemukan
Lensa Normal normal Sel radang kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam
Keruh
menempel bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata,
sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak
3.8 Tatalaksana sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi,
kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.
A. Non Farmakologi

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari 2. Penatalaksanaan Konjungtivitis Virus
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali
dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat
hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi. digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan
sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat
astrigen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga
infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-
antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % peradangan.
diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya
karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk  Alergi berat
menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan
terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang.
ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang
tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan
pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama
3. Penatalaksanaan Konjungtivitis Alergi dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut.
ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk
sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan
bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti
mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin
palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea. topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat
dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali
 Alergi ringan berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah vernal.
yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air
mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan 3.9 Komplikasi
beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan
okuler. Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
 Alergi sedang komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata
1. glaukoma
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal
dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek 2. katarak
mungkin juga dibutuhkan. 3. ablasi retina
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling 4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan
mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus  Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah
kornea
lain
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan  Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- pembuatnya.
kelamaan orang bisa menjadi buta  Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan  Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
sikratik dapat mengganggu penglihatan  Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan
tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
3.10 prognosis
 Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ
tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal
dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan. Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah makanan
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun tinggi protein dan tinggi kalori, berguna untuk mempercepat proses penyembuhan
jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa dan dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A yang
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan
berguna untuk memperbaiki sensori penglihatan dan juga vitamin C untuk
komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
memperbaiki sistem pertahanan tubuh.
3.11 Pencegahan Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, jika
 Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah disebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya
bersih-bersih.
 Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani 4. MM pandangan islam mengenai menjaga kesehatan mata
mata yang sakit
 Fungsi mata: melihat dan penyempurnaan indera pendengaran
 Tujuan : petunujk dalam kegelapan, melihat ayat-ayat Allah
 Hukum Taklifi :
a. Wajib :melihat mushaf al quran,buku-buku yang bermanfaat,
membedakan yang halal dan yang haram.
b. Haram :memandang wanita dengan syahwat
c. Sunnah :melihat muka dan telapak tangan calon istri yang
diduga kuat lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang
bermanfaat, melihat ulama dan orang tua untuk menghormati.
d. Makruh :melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.
e. Mubah :mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis, pasangan
suami-istri melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis (aurat)

Terapi :penyadaran diri bahwa Allah senantiasa melihat, berdoa dan meminta
pertolongan Allah, berwudhu, memperbaharui taubat.

Anda mungkin juga menyukai