Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu

Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016


ISSN : 2087 - 0930

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS: PERBANDINGAN


PENILAIAN EFISIENSI BANK SYARIAH DAN BANK
KONVENSIONAL
Desmy Riani1, Mulyadi2

1Magister Akuntansi Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah


Jagakarsa, Jakarta selatan 12640, Phone: +6221 70783713
Email desmyriany@gmail.com
2Magister Akuntansi Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah
Jagakarsa, Jakarta selatan 12640, Phone: +6221 70783713
Email mulyadijmv@gmail.com

ABSTRAK

Persaingan perbankan semakin ketat sehingga bank dituntut untuk meningkatkan efisiensinya. Studi
tentang efisiensi bank dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) masih jarang
digunakan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi dan menguji perbedaan antara
efisiensi bank syariah dan bank konvensional di Indonesia dengan metode DEA. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling sehingga menghasilkan sampel 10 bank
syariah dan 10 bank konvensional. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa efisiensi pada bank selama
periode 2010-2014 mengalami fluktuasi dan efisiensi bank dengan Variable Return to Scale mendapatkan
nilai lebih tinggi atau lebih efisien dibandingkan dengan Constant Return to Scale. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi pada bank syariah dengan bank konvensional.

Kata Kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Bank Syariah, Bank Konvensional.

1. PENDAHULUAN
Perbankan merupakan tonggak utama dalam pengukuran pertumbuhan ekonomi negara karena
eksistensi suatu bangsa dimata dunia internasional salah satunya bias dilihat dari keberhasilannya dalam
mengelola pembangunan. Di Indonesia, perbankan digolongkan menjadi dua, yakni bank syariah dan bank
konvensional. Namun seiring dengan perkembangan perbankan Indonesia, kini muncul dual banking system,
yaitu perbankan konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Sehingga hal ini diharapkan dapat
meningkatkan sistem perbankan di Indonesia, yang memberikan keuntungan bagi semua pihak.
Semakin banyaknya jumlah Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional (BUK) yang
beroperasi di Indonesia dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan
permasalahan dimasyarakat. Permasalahan yang paling penting adalah bagaimana kualitas kinerja dan
kesehatan dari BUS dan BUK yang ada. Menurut pendapat pendapat Mansyur (2012) menyatakan bahwa,
salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja dan kompetisi di dunia perbankan adalah efisiensi,
dimana efisiensi dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi ataupun
dengan meningkatkan pendapatan.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi jika dengan jumlah input
tertentu dapat menghasilkan jumlah output lebih banyak atau pada jumlah output tertentu bias menggunakan
input lebih sedikit (Abidin dan Endri, 2009). Efisiensi juga bisa diterjemahkan sebagaimana kemampuan
untuk menyelesaikan suatu perkerjaan dengan benar atau didalam konsep matematika merupakan
perhitungan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input) (Handoko,1984). Dengan kata lain, efisiensi
dapat diartikan sebagai cara untuk menghasilkan output yang ada dengan menggunakan input yang minimal
(Hadad, dkk., 2003).
Indikator efisiensi bank dapat dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan dapat dilihat dengan memperhatikan rasio rentabilitas bank
dalam memperoleh keuntungan atas sumber-sumber dana yang dimiliki atau biasa disebut dengan Return On
Asset (ROA). Efisiensi perbankan selain diukur dengan melihat perbandingan indikator kinerja perbankan

EKO - 738
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016
ISSN : 2087 - 0930

dan rasio keuangan, ada juga beberapa metode lain, yaitu pendekatan parametrik dan non parametrik.
Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA)
dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan non parametrik dengan pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA). Menurut Subekti (2004), analisis kinerja bank berdasarkan rasio keuangan hanya
menghasilkan prediksi klasifikasi bank saja, apakah kemudian suatu bank akan mengarah pada kebangkrutan
atau keberhasilan, tanpa diketahui secara pasti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemungkinan
terjadinya kebangkrutan. Dengan analisis efisiensi perbankan berdasarkan model DEA, maka akan diperoleh
suatu gambaran yang lebih jelas tentang faktor-faktor yang menyebabkan suatu bank menjadi tidak efisien.
Model DEA telah banyak diaplikasikan untuk mengukur efisiensi suatu bank. Golany dan Storbeck
(1999) menggunakannya untuk mengevaluasi efisiensi relatif operasional cabang sebuah bank di Amerika
dengan 14 kantor cabangnya. Zenios et al. (1999) juga menggunakan DEA untuk menilai efisiensi relatif
cabang-cabang Bank of Cyprus dan menggunakan DEA sebagai dasar benchmarking antar-cabang.
Sedangkan Barr et al. (2002) mengaplikasikan DEA guna mengevaluasi produktivitas, efisiensi dan kinerja
Bank Komersil di Amerika Serikat (Wilson, 2006:141).
Pengukuran efisiensi dengan metode DEA, dapat memberikan nilai-nilai untuk tiap variabel input dan
output agar bank dapat mencapai efisiensi yang ditampilkan dalam potential improvement. Sehingga dapat
membantu perbankan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada efisiensi keuangan bank dan dapat
dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi manajer untuk mengambil keputusan di masa mendatang.
Penelitian ini juga didasari atas adanya research gap pada penelitian tentang efisiensi bank yang
dilakukan oleh Ahmad M. Abu-Alkheil, Hans-Peter Burghof, Walayet A. Khan (2012). Mereka meneliti
tentang perbandingan efisiensi IBB (Islamic Bank of Britain) dan bank konvesional di inggris dengan
mengunakan metode DEA, penelitian ini mengatakan bahwa IBB (Islamic Bank of Britain) secara teknis
tidak efisien. Inefisiensi bank berasal dari kedua skala (ukuran) dan isu-isu manajemen.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rofida Ahmad dan Robin H. Luo. Mereka meneliti
tentang perbandingan efisiensi antara bank syariah dan konvensional yang ada di Jerman, Turki, dan Inggris
dengan metode DEA. Hasil dari penelitian ini adalah bank syariah dinilai lebih efisien dari pada bank
konvensional. Serta penelitian yang dilakukan oleh Nabilah Rozzani & Rashidah Abdul Rahman (2013),
hasil penelitiannya menunjukan bahwa efisiensi bagi kedua bank konvensional dan syariah di Malaysia
adalah sangat mirip atau tidak ada perbedaan signifikan antara nilai efisiensi bank syariah dengan
konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional selama periode 2010-2014 menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan
Intermediation approach, menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional selama periode 2010-2014 menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan
Production approach dan menganalisis perbandingan antara efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional selama periode 2010-2014 menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan
Intermediation approach dan Production approach.

2. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Signalling Theory


Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa
promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain. Pada signalling theory, motivasi manajemen menyajikan informasi keuangan diharapkan dapat
memberikan signal kemakmuran kepada pemilik ataupun pemegang saham. Publikasi laporan keuangan
tahunan yang disajikan oleh perusahaan akan dapat memberikan signal pertumbuhan deviden maupun
perkembangan harga saham perusahaan (Kusuma, 2006).
Efisiensi pada perbankan merupakan informasi yang memberikan sinyal dalam kinerja suatu
perbankan. Apabila nilai efisiensi teknik pada perbankan mencapai 100 persen maka informasi tersebut dapat
dikategorikan sebagai sinyal baik karena mengindikasikan kinerja perbankan yang baik. Sebaliknya apabila
nilai efisiensi teknik pada perbankan semakin kecil dari angka 100 persen maka informasi tersebut dapat
dikategorikan sebagai sinyal yang jelek karena mengindikasikan kinerja perbankan yang kurang efisien.

EKO - 739
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016
ISSN : 2087 - 0930

2.2. Data Envelopment Analysis (DEA)


DEA adalah sebuah metode optimasi program matematika yang dipergunakan untuk mengukur
efisiensi teknis suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relatif terhadap UKE lain
(Rica, 2010). Dalam konsep DEA yang dipopulerkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) pada tahun
1978 terdapat dua pendekatan atau asumsi dalam menghitung efisiensi dengan menggunakan DEA yaitu
Constant Return to Scale (CRS) dan Variable Return to Scale (VRS). CRS adalah perubahan proposional
yang sama pada tingkat input akan menghasilkan perubahan proposional yang sama pada tingkat output
(misalnya: penambahan 1 persen input akan menghasilkan penambahan 1 persen output). Pendekatan VRS
berasumsi bahwa bank dapat saja menghasilkan kurang atau lebih dari satu output (Elvira, 2012).
Alasan penggunaan DEA, yaitu (1) pemberian bobot penilaian untuk setiap variabel penentu kinerja
dilakukan secara objektif, (2) DEA merupakan analisis titik ekstrim yang berbeda dengan tendensi pusat,
sehingga setiap observasi atau unit kegiatan ekonomi dianalisis secara individual, (3) DEA membentuk
referensi hipotesis (virtual production function) berdasar pada data observasi yang ada (Samsubar, 2000).
Dalam metode DEA, efiseinsi relatif suatu unit didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang
dibagi dengan total input tertimbang sehingga inti dari metode DEA adalah menentukan bobot atau
timbangan untuk setiap input dan output, dimana bobot tersebut memiliki sifat tidak negatif serta bersifat
universal yang artinya setiap unit dalam sampel harus dapat mempergunakan seperangkat bobot yang sama
untuk mengevaluasi rasionya dan rasio tersebut tidak lebih dari 1 (Rica, 2010).
DEA memiliki asumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimalkan rasio
efisiensinya. Karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan
kombinasi output yang mencerminkan keragaman tersebut, dan bobot tersebut bukan merupakan nilai
ekonomis dari input atau output melainkan penentu untuk memaksimalkan efisiensi dari suatu UKE.
Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007) terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam
metode parametrik Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non
parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam
kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu:

2.2.1. Pendekatan Aset (The asset Approach)


Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit
pinjaman (loans). Dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan ke
dalam bentuk aset.

2.2.2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)


Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account)
dan kredit pinjaman (credit account) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau
dari transaksi-transaksi yang terkait. Input- input dalam kasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja,
pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainya.

2.2.3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)


Pendekatan ini menggambarkan kegiatan perbankan sebagai lembaga intermediasi yang
mentrasformasi dana dari deposan (surplus spending unit) kepada peminjam (deficit spending unit) atau yang
merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjual unit-unit defisit. Pendekatan ini
mendefinisikan input sebagai financial capital seperti simpanan, biaya tenaga kerja, dan modal. Serta output
sebagai volume pembiayaan atau investment outstanding dan pendapatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menghasilkan pendapatan.

2.3. Perumusan hipotesis


Penelitian tentang efisiensi bank yang dilakukan oleh Ahmad M. Abu-Alkheil, Hans-Peter Burghof,
Walayet A. Khan (2012). Mereka meneliti tentang perbandingan efisiensi IBB (Islamic Bank of Britain) dan
bank konvesional di Inggris dengan mengunakan metode DEA, penelitian ini menemukan bahwa IBB
(Islamic Bank of Britain) secara teknis tidak efisien. Inefisiensi bank berasal dari kedua skala (ukuran) dan
isu-isu manajemen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rofida Ahmad dan Robin H. Luo.
Mereka meneliti tentang perbandingan efisiensi antara bank syariah dan konvensional yang ada di Jerman,
Turki, dan Inggris dengan metode DEA. Hasil dari penelitian ini adalah bank syariah dinilai lebih efisien

EKO - 740
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016
ISSN : 2087 - 0930

dari pada bank konvensional. Serta penelitian yang dilakukan oleh Nabilah Rozzani & Rashidah Abdul
Rahman (2013), hasil penelitiannya menunjukan bahwa efisiensi bagi kedua bank konvensional dan syariah
di Malaysia adalah sangat mirip atau tidak ada perbedaan signifikan antara nilai efisiensi bank syariah
dengan konvensional.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah:
H1: Terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan BUK periode selama periode 2010-2014
menggunakan metode DEA dengan Intermediation approach dan Production approach.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini efisiensi dari tiap variabel diukur menggunakan metode DEA dengan
pendekatan intermediasi dan produksi. Variabel penelitian ini untuk pendekatan intermediasi terdiri dari
variable input yaitu simpanan, modal dan biaya tenaga kerja. Dan variabel outputnya adalah
pembiayaan/kredit dan total pendapatan.
Variabel dalam pendekatan produksi terdiri dari variabel input yaitu modal, asset tetap dan biaya
tenga kerja. Serta variabel outputnya adalah pembiayaan/kredit dan simpanan.

3.2. Penentuan Sampel


Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data historis yang bersumber dari Bank
Indonesia. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan
Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional (BUK) yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia selama periode 2010-2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh BUS dan
BUK yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2010-2014. Sedangkan untuk pengambilan sampel data
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan pertimbangan tertentu.

3.3. Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif untuk menggambarkan tingkat efisiensi teknik pada BUS dan BUK, serta menguji perbedaan di
antara tingkat efisiensi BUS dan efisiensi BUK.
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode DEA dengan Langkah- langkah analisis
sebagai berikut:

3.3.1. Pengukuran Efisiensi Kinerja Bank dengan menggunakan DEA berdasarkan Output Oriented
(Maximum Output). Analisis nilai efisiensi dengan pendekatan intermediasi dan produksi yang
berasumsikan CRS dan VRS untuk 10 Bank Umum Konvensional dan 10 Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2010-2014.
3.3.2. Menguji Hipotesis antara Efisiensi BUK dan BUS apakah terdapat perbedaan atau tidak yaitu
dengan uji beda Mann-Whitney U. Untuk menentukkan alat uji yang digunakan untuk uji beda, maka
terlebih dahulu melakukan uji normalitas dengan analisis statistik non parametrik Kolmogrov-
Smirnov. Jika data berdistribusi normal dapat menggunakan uji beda independent sample t-test,
sedangkan jika data tidak berdistribusi normal dapat menggunakan uji beda mann-whitney u.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Perhitungan Efisiensi DEA dengan Pendekatan Intermediasi (dalam persen)
Bank 2010 2011 2012 2013 2014
CRS VRS CRS VRS CRS VRS CRS VRS CRS VRS
BUS 87 94 94 95 92 94 87 95 93 94
BUK 92 96 89 94 92 94 91 93 90 92

EKO - 741
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016
ISSN : 2087 - 0930

Berdasarkan table 1 secara keseluruhan fungsi intermediasi perbankan kurang efisien nampak dari
efisiensi rata-rata kedua kelompok bank dibawah 100%. Rata-rata efisiensi perbankan dengan asumsi
Variable Return to Scale hasilnya lebih besar daripada Constant Return to Scale karena dalam perbankan
penambahan 1 unit input tidak menghasilkan 1 unit output yang sama. Efisiensi rata-rata BUS dengan
pendekatan Constan Return to Scale meningkat dari 87% pada 2010 menjadi 93% pada 2014, sedangkan
BUK efisiensi rata-rata pada 2010 92% turun menjadi 90% pada 2014. Efisiensi rata-rata BUS dengan
pendekatan Variable Return to Scale dari 2010 ke 2014 tetap 94%, sedangkan BUK efisiensi rata-rata pada
2010 96% turun menjadi 92% pada 2014.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Efisiensi DEA dengan Pendekatan Produksi (dalam persen)
Bank 2010 2011 2012 2013 2014
CRS VRS CRS VRS CRS VRS CRS VRS CRS VRS
BUS 73 88 79 91 87 94 92 95 92 96
BUK 69 77 74 84 76 84 86 92 86 94

Berdasarkan table 2 secara keseluruhan fungsi perbankan dalam menyalurkan kredit dan
menghimpun dananya kurang efisien nampak dari efisiensi rata-rata kedua kelompok bank dibawah 100%.
Efisiensi rata-rata BUS dengan CRS meningkat dari 73% pada 2010 menjadi 92% pada 2014, demikian juga
BUK efisiensi rata-rata pada 2010 69% meningkat menjadi 86% pada 2014. Efisiensi rata-rata BUS dengan
pendekatan Variable Return to Scale dari 2010 ke 2014 meningkat dari 88% menjadi 96%, demikian juga
efisiensi rata-rata BUK meningkat dari 2010 88% menjadi 96% pada 2014.

Tabel 3. Hasil Uji Beda Mann-Whitney U


Intermediasi CRS Intermediasi VRS Produksi CRS Produksi VRS
Mann-Whitney U 1178.000 1234.000 1055.500 1098.500
Wilcoxon W 2453.000 2509.000 2330.500 2373.500
Z -.517 -.121 -1.382 -1.164
Asymp. Sig. (2-tailed) .605 .904 .167 .244

Dari hasil uji beda mann-whitney u pada tabel 3, menunjukkan bahwa nilai asymp.sig (2-tailed)
sebesar 0,605 (Intermediasi CRS), 0,904 (Intermediasi VRS), 0,167 (Produksi CRS) dan 0,244 (Produksi
VRS). Karena nilai asymp.sig fungsi intermediasi dan produksi dengan pendekatan CRS dan VRS
seluruhnya diatas α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan
antara bank syariah dengan bank konvensional periode 2010-2014 baik fungsi intermediasi atau produksi
dengan pendekatan CRS dan VRS.

5. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Secara keseluruhan fungsi intermediasi dan penghimpunana dana perbankan kurang efisien nampak dari
efisiensi rata-rata kedua kelompok bank dibawah 100%.
b. Rata-rata efisiensi perbankan dengan asumsi VRS hasilnya lebih besar daripada CRS hal ini
menggambarkan bahwa dalam perbankan penambahan 1 unit input tidak menghasilkan 1 unit output
yang sama.
c. Dengan pendekatan intermediasi efisiensi rata-rata BUS dengan asumsi CRS meningkat dari 87% pada
2010 menjadi 93% pada 2014, sedangkan BUK efisiensi rata-rata pada 2010 92% turun menjadi 90%
pada 2014. Efisiensi rata-rata BUS dengan asumsi VRS dari 2010 ke 2014 tetap 94%, sedangkan BUK
efisiensi rata-rata pada 2010 96% turun menjadi 92% pada 2014.
d. Dengan pendekatan produksi efisiensi rata-rata BUS dengan CRS meningkat dari 73% pada 2010
menjadi 92% pada 2014, demikian juga BUK efisiensi rata-rata pada 2010 69% meningkat menjadi
86% pada 2014. Efisiensi rata-rata BUS dengan VRS dari 2010 ke 2014 meningkat dari 88% menjadi
96%, demikian juga efisiensi rata-rata BUK meningkat dari 2010 88% menjadi 96% pada 2014.

EKO - 742
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016
ISSN : 2087 - 0930

e. Tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara bank syariah dengan bank konvensional
periode 2010-2014 baik fungsi intermediasi atau produksi dengan CRS dan VRS.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Abidin, Zaenal, dan Endri. 2009. Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 1.

[2] Ahmed, Wahida and Robin H. Luo. 2010. Comparison of Banking Efficiency in Europe: Islamic versus
Conventional Banks, In Suk-Joong Kim and Micheal D. Mckenzie (ed.) International Banking in
the New Era: Post-Crises Challenges and Opportunities. International Finance Review, Vol. 11.
Emerald Group Publishing Limited, pp 361-389.

[3] Alkheil, Abu dan Ahmad. 2012. Islamic Commercial Banking In Europe: A Cross-Country And Inter-
Bank Analysis Of Efficiency Performance. International Business & Economics Research Journal,
Volume 11, Number 6. University of Hohenheim, Germany.

[4] Amanda, Rica. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Bidang Pendidikan dalam Implementasi Model Kota
Layak Anak. Universitas Diponegoro Semarang.

[5] Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta.

[6] Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan di Indonesia (Teori dan Implementasi). Jakarta: Pustaka
LP3ES.

[7] Arief Setiawan. 2013. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan
Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2008-2012). Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

[8] Bader, Mohammed Khaled I. et al. 2008. Cost, Revenue, And Profit Efficiency Of Islamic Versus
Conventional Banks: International Evidence Using Data Envelopment Analysis. Journal of Islamic
Economic Studies, The Islamic Research and Training Institute (IRTI), vol. 15, No. 2. University
Putra Malaysia

[9] Bank Indonesia. 2014. Laporan Keuangan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah Tahunan
Publikasi 2014. (http://www.bi.go.id).

[10] Berger, Peter L., Berger, Brigitte., Kellner, Hansfried. 1992. The Homeless Mind, Modernization and
Consciousness, atau Pikiran Kembara, terj. Widyamartaya, A. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

[11] Berger C. Blauth R. Boger D. et al. 1993. Kano methods for understanding customer-defined quality.
Hinshitsu: Journal of the Japanese Society for Quality Control.

[12] Charnes, A., Cooper and Rhodes, E. 1978. Measuring the Efficiency of Decision Making Units.
European Journal of Operational Research, Vol.2.

[13] Elvira, Finta. 2012. Efisinesi Teknis dan Efisiensi Profitabilitas Perbankan Sebelum dan Setelah Krisis
Ekonomi 2008 dengan menggunakan Metode Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).
Universitas Dipanegoro, Semarang.

[14] Golany, B. and J.E. Storbeck. 1999. A Data Envelopment Analysis of the Operational Efficiency of
Bank Branches. Interfaces 29(3).

EKO - 743
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Budi Luhur, Jakarta 30 Juli 2016
ISSN : 2087 - 0930

[15] H, Muharram dan Pusvitasari R. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia
dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode 2005). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol
II, No. 3, Yogyakarta.

[16] Hadad, Muliaman D. dkk. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode
Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Working Paper Series Bank Indonesia, 3.

[17] Handoko, T. Hani. 1984. Dasar - dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE –
Yogyakarta.

[18] Kusuma, Hadri. 2006. Efek Asimetri Informasi terhadap Kebijakan Dividen. JAAI Vol.10 No.1,1-12.

[19] Mansyur, Fakhruddin. 2012. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Stochastic Frontier Approach (SFA)
(Periode 2009-2011). UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

[20] Mulyadi, 2015 Penilaian efisiensi bank dengan Data Envelopment Analysis pada 10 bank berperingkat
besar di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan, Universitas Pancasila, Vol. 2 No. 2

[21] Purwanto, Rakhmat. 2012. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
(Periode 2006-2010). Universitas Diponegoro, Semarang.

[22] Rahman, Mizanur M. 2011. Non-Parametric Approach to Model The Branch-Wise Efficiency Of Islami
Bank Bangladesh Limited (IBBL): An Empirical Study. International Journal of Economics,
Management and Accounting 19, no. 2. The International Islamic University Malaysia.

[23] Republik Indonesia. Undang-Undang tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/7 Tahun 2007.

[24]________. Undang-Undang tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26 Tahun 2012.

[25]________. Undang-Undang tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19 Tahun 2000.

[26] Rozzani, Nabilah dan Rashidah Abdul Rahman. 2013. Determinants of Bank Efficiency: Conventional
versus Islamic. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 14. Published by
Canadian Center of Science and Education.

[27] Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis. PAU-FE Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

[28] Shahid, Haseeb, dkk. 2010. Efficiencies Comparison of Islamic and Conventional Banks of Pakistan.
International Research Journal of Finance and Economics, Vol. Issue 49: EuroJournals Publishing,
Inc.

[29] Sinungan, Muchdarsyah. Drs. Manajemen Dana Bank. Jakarta: PT Budi Aksara, 2000.

[30] Statistik Perbankan Indonesia. Statistik/Laporan Keuangan publikasi/2015. www.go.id.

[31] Subekti, I Investigasi empiris Cost-Efficiency Perbankan Indonesia berdasarkan Metode Data
Envelopment Analyisis (DEA). Lintasan Ekonomi, 95-115, 2004.

[32] Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia,
2008.

EKO - 744

Anda mungkin juga menyukai